Efektifitas Hormon 17a Metiltesteron dan LHRH a dalam Mencapai Tingkat Kematangan Gonad Siap Memijah Pada Ikan Belida (Notopterus chitala)
EFEKTIFITAS HORMON 17a-METILTESTOSTERON DAN
LHRH-a DALAM MENCAPAI TINGKAT KEMATANGAN
GONAD SIAP MEMIJAH PADA IKAN BELIDA
(Notopterus chitala)
OLEH :
AHMAD JAUHARI PAMUNGKAS
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER
INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul Efektifitas Hormon
17a-Metiltestosteron dan LHRH-a dalam Mencapai Tingkat Kematangan Gonad Siap
Memijah Pada Ikan Belida (Notopterus chitala) adalah karya saya sendiri dan belum
dipublikasikan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi dan instansi mana pun.
Suber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, Januari 2006
Ahmad Jauhari Pamungkas
Nrp. C051020091
ABSTRAK
AHMAD JAUHARI PAMUNGKAS. Efektifitas Hormon 17a-Metiltestosteron dan
LHRH-a dalam Mencapai Tingkat Kematangan Gonad Siap Memijah Pada Ikan
Belida (Notopterus chitala).
Ikan Belida adalah ikan asli perairan Indonesia dengan penyebaran meliputi
wilayah Sumatera, Kalimantan dan sebagian Jawa. Karena penangkapan yang tidak
terkendali dan rusaknya habitat ikan ini telah menyebabkan populasi di alam
menurun.
Oleh karena itu usaha budidaya (pembenihan) ikan tersebut harus
ditingkatkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dosis yang efektif dengan
penggunaan hormon 17a-metiltestosteron dan LHRH-a terhadap kematangan gonad
sampai siap memijah pada ikan belida. Percobaan menggunakan calon induk ikan
belida berbobot antara 200-300 gram dan panjang 25-30 cm. Ikan diimplan dengan
pelet berisi hormon 17a-metiltestosteron 0, 50, 100 dan 150 µg/kg bobot tubuh dan
LHRH-a dengan dosis 25 µg/kg bobot tubuh.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa ikan yang mendapat perlakuan
implantasi hormon memiliki waktu matang gonad yang lebih cepat dibandingkan
dengan kontrol (60 hari lebih cepat). Diameter telur matang dari ikan perlakuan
menunjukkan indikasi lebih kecil daripada kontrol.
Dosis 150 µg 17ametiltestosteron/kg bobot tubuh memberikan pengaruh nyata pada peningkatan
konsentrasi hormon testosteron dan estradiol-17ß plasma. Selain itu, dosis tersebut
juga mempercepat pematangan gonad serta meningkatkan GSI.
EFEKTIFITAS HORMON 17a-METILTESTOSTERON DAN
LHRH-a DALAM MENCAPAI TINGKAT KEMATANGAN
GONAD SIAP MEMIJAH PADA IKAN BELIDA
(Notopterus chitala)
AHMAD JAUHARI PAMUNGKAS
Tesi s
S ebagai salah sat u s yarat memperole h gelar
Magister Sai ns pada
P rogram S t udi Ilmu P erai ran
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006
Judul Tesis
Nama
NIM
Program Studi
: Efektifitas Hormon 17a-Metiltestosteron dan LHRH-a dalam
Mencapai Tingkat Kematangan Gonad Siap Memijah Pada
Ikan Belida (Notopterus chitala).
: Ahmad Jauhari Pamungkas
: C051020091
: Ilmu Perairan
Menyetujui,
1. Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Agus Oman Sudrajat, M.Sc.
Ketua
Prof. Dr. Muhammad Zairin Jr., M.Sc.
Anggota
Mengetahui,
2. Ketua Program Studi Ilmu Perairan
Dr. Chairul Muluk, M.Sc.
Tanggal Ujian : 17 Nopember 2005
3. Dekan Sekolah Pascasarjana
Prof. Dr. Ir. Syafrida Manuwoto, M.Sc.
Tanggal Lulus :
PRAKATA
Puji dan syukur penulis sampaikan kehadlirat Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga penulis mendapatkan kekuatan dalam menyelesaikan tesis ini.
Tema
yang dipilih dalam percobaan yang dilaksanakan di Balai Budidaya Air Tawar
(BBAT) Sukabumi, Balai Penelitian Ternak Ciawi dan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan IPB sejak bulan Agustus 2004 sampai Maret 2005 adalah tentang
reproduksi, dengan judul "Efektivitas Hormon 17a-Metiltestosteron dan LHRH-a
dalam Mencapai Tingkat Kematangan Gonad Siap Memijah pada Ikan Belida
(Notopterus chitala )".
Hasil percobaan ini diharapkan dapat dijadikan informasi awal dalam
pematangan gonad dan pengembangan pembenihannya.
Penulis menyadari bahwa
tulisan ini masih jauh dari sempurna, karena itu saran dan kritik yang bersifat
memperbaiki sangat penulis harapkan demi pengetahuan dan penyempurnaan tulisan
ini.
Semoga karya tulis ini bermanfaat untuk penulis khususnya dan umumnya untuk
pembaca yang tertarik dengan ikan–ikan perairan umum.
Terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Dr. Ir. Agus Oman Sudrajat,
M.Sc. dan Bapak Prof. Dr. Muhammad Zairin Jr., selaku pembimbing serta Bapak
Dr. Ir. Odang Charman, M.Sc., sebagai dosen penguji yang telah memberikan saran,
arahan, wawasan serta dorongan semangat dalam penulisan ini.
Disamping itu,
penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Ir. Maskur beserta staf di BBAT
Sukabumi (Bu Emi, Rojali, Ciptoroso, Bu Zakki, Pak Alen), Bapak Yosef beserta staf
di Balai Penelitian Ternak Ciawi dan Bapak Ranta dari Laboratorium Kesehatan Ikan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB yang telah membantu selama pelaksanaan
dan analisis data percobaan. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah,
ibu beserta keluarga atas segala doa dan kasih sayangnya.
Bogor, Januari 2006
Ahmad Jauhari Pamungkas
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tasikmalaya pada tanggal 15 Juni 1969, sebagai anak
terakhir dari delapan bersaudara.
Ayahanda bernama H. Ahmad Hanafi dan ibunda
bernama Hj. Atikah Hanifah (alm).
Pada tanggal 11 Juli 1995 penulis menikah
dengan Lilis Ati Nurhayati putri ketiga pasangan Tarmansyah (alm) dan Hj. Siti Sofia
Praja dan dikaruniai dua orang anak yaitu Dzukran Fauzan Nur Jauhari dan Jihan
Naswa Nur Jauhari.
Penulis lulus dari SMA Negeri 2 Tasikmalaya tahun 1988, kemudian
melanjutkan studi di Institut Pertanian Bogor melalui program Ujian Masuk
Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN).
Gelar sarjana (S-1) diperoleh dari Jurusan
Budidaya Perairan Fakultas Perikanan IPB pada tahun 1993.
Pada tahun 1994
penulis bekerja di Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi sampai sekarang. Pada tahun
2002 penulis masuk Program Pascasarjana IPB, Program Studi Ilmu Perairan.
DAFTAR ISI
Halaman
DAF TAR TABEL ………………………………………………….............
x
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………
xi
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………….
xii
PENDAHULUAN …………………………………………………............
Latar Belakang …………………………………….………..……
Perumusan Masalah ….…………………………… .………..…...
Tujuan dan Manfaat ….…………………………… .………..…...
Hipotesis ….......................………………………… .……..……..
1
1
1
4
4
TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………………….......
Perkembangan Gonad ……………………….……….…………..
Peran Hormon dalam Reproduksi Ikan ……....……….….…........
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kerja Hormon ….........….......
5
5
8
10
METODE PERCOBAAN ………………………………………………….
Desain Penelitian ………..……….……………………………....
Bahan ...................……..……… .……………………………..….
Analisa Data ...................................................................................
14
14
15
19
HASIL DAN PEMBAHASAN ……………………………………………
Hasil ….…..………………….……………………………..….....
Pembahasan ...…....…………………………………………… .....
20
20
31
KESIMPULAN DAN SARAN …………………………………………....
Kesimpulan…………………………………………………… .....
Saran …...….……………………………………………………..
35
35
35
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………...…
36
LAMPIRAN ………………………………………………………………..
41
DAFTAR TABEL
Halaman
1.
Kriteria penilaian kematanga n gonad ikan ……………………..……
6
2.
Perkiraan diameter telur dari beberapa jenis ikan ................................
10
3.
Variabel dan alat ukur yang digunakan ...............................................
16
4.
Parameter kualitas air rata-rata wadah selama percobaan ……….......
17
5.
Hubungan dosis implan dengan konsentrasi testosteron,estradiol
dalam plasma darah, diameter telur dan IGS .......................................
30
DAFTAR GAMBAR
Halama n
1.
Sistem umpan balik antara oosit dan hati dalam proses vitelogenesis
2.
Hubungan antara dosis implantasi hormon 17a-metiltestosteron
dengan
8
kadar hormon testosteron (?g/ml) dan kadar hormon
estradiol (?g/ml) di dalam darah, diameter telur (mm) dan indeks
gonad somatik (%) selama percobaan ................................................
3.
21
Fekuensi sebaran diameter telur ( mm) rata-rata pada awal tengah dan
akhir percobaan ....................................................................................
25
4.
Histologi telur belida pada awal percobaan pada pembesaran 40x .....
26
5.
Histologi
6.
telur
belida
pada
pertengahan
percobaan
pada
pembesaran 40x. .................................................................................
27
Histologi telur belida pada akhir percobaan pada pembesaran 40x .....
28
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1.
Gambar dan Klasifikasi ikan belida (Notopterus chitala ) .....................
41
2.
Teknik pengambilan darah ikan belida ................................................
42
3.
Bahan dan alat RIA ..............................................................................
43
4.
Cara kerja RIA .....................................................................................
44
5.
Pengambilan sampel telur dengan cara dibedah ..................................
46
6.
Cara pembuatan pelet berhormon dan kolesterol .................................
47
7.
Teknik implantasi ikan belida ..............................................................
48
8.
Kadar hormon testosteron (?g/ml), estradiol-17ß (?g/ml) rata-rata
dalam
plasma darah, diameter telur (mm) dan indeks gonad somatik
(%) selama percobaan .........................................................................
49
Anova hubungan dosis dengan kadar testosteron dalam darah ...........
50
10. Anova hubungan Dosis dengan kadar estradiol da lam darah ..............
57
11. Model linear hubungan dosis implantasi dengan diameter telur .........
65
12. Anova dan analisis regresi hubungan IGS dengan dosis implantasi ....
67
9.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ikan Belida (Notopterus chitala) adalah ikan asli perairan Indonesia dengan
penyebaran meliputi wilayah Sumatera, Kalimantan dan sebagian Jawa.
merupakan salah satu jenis ikan ekonomis tinggi.
dimanfaatkan sebagai ikan konsumsi.
Ikan belida
Ikan belida di beberapa daerah
Selain itu ikan ini juga bagus digunakan
sebagai ikan hias, sehingga banyak diburu oleh masyarakat. Penangkapan yang tidak
terkendali dan rusaknya habitat ikan belida, maka akhir-akhir ini populasinya di alam
semakin menyusut.
Bila hal ini terus dibiarkan maka populasinya akan semakin
berkurang dan akhirnya akan punah.
Penelitian mengenai ikan belida sampai saat ini belum banyak dilakukan,
sehingga informasi tentang ikan belida ini sangat minim.
Informasi yang ada baru
sebatas kehidupan ikan belida di alam, belum banyak yang mengarah pada
pemeliharaan di dalam wadah budidaya apalagi tentang pembenihannya.
Untuk melindungi dari kepunahan, saat ini telah dirintis beberapa penelitian
untuk menghasilkan benih ikan belida melalui kegiatan budidaya.
Salah satu masalah
dalam usaha pengembangan budidaya ikan ini adalah ketersediaan benih.
diperlukan
penelitian
yang
mengarah
kepada
produksi
benih
Untuk itu
agar
bisa
membudidayakan ikan belida.
Perumusan Masalah
Perpindahan ikan dari habitat asli ke habitat yang baru menyebabkan
hilangnya
beberapa
sinyal
lingkungan
yang
berhubungan
dengan
reproduksi,
sehingga kemungkinan tidak dapat bereproduksi secara alami di dalam sistem
budidaya (Zairin, 2003).
kurangnya
Kejadian tersebut kemungkinan karena tidak tersedia atau
hormon-hormon
yang
berperan
dalam
proses
vitelogenesis
dan
pematangan gonad terutama hormon gonadotropin yang berperan dalam merangsang
ovari untuk tumbuh dan berkembang.
2
Faktor-faktor yang berpengaruh pada proses vitelogenesis terdiri dari faktor
internal dan faktor eksternal.
Faktor eksternal seperti suhu, cahaya, curah hujan
merupakan faktor yang memberikan pengaruh dengan memberikan sinyal kepada
ikan untuk proses vitelogenesis.
Namun demikian sinyal ini kadang tidak tersedia
sepanjang tahun. Sedangkan faktor internal seperti tersedianya hormon steroid gonad
yaitu testosteron sebagai prekursor estradiol-17ß yang berperan dalam mensintesis
dan mensekresikan vitelogenin.
Pada banyak kasus, sinyal lingkungan untuk proses pematangan gonad dan
pemijahan tidak diketahui.
ditiru atau mahal.
Kalaupun diketahui, faktor lingkungan tersebut sukar
Manipulasi hormonal berupa suntikan dan implantasi hormon,
tidak lain adalah upaya potong kompas mengganti sinyal lingkungan.
Pada spesies
yang tidak memijah secara spontan di dalam wadah budidaya, manipulasi homonal
mutlak diperlukan (Zairin, 2003).
Untuk mengatasi ketiadaan atau kurangnya hormon gonadotropin dan steroid
gonad di dalam tubuh ikan, perlu dilakukan rekayasa hormonal dengan cara
memasukan hormon dari luar tubuh ikan.
Pemberian hormon 17a-metiltestosteron
selain dapat meningkatkan konsentrasi testosteron gonad yang diaromatasi menjadi
estradiol- 17ß juga dapat memberikan "feedback" positif terhadap pituitari untuk
mensekresikan hormon gonadotropin.
Meningkatnya kadar estradiol-17ß di dalam
darah akan merangsang hati mensintesis vitelogenin (Nagahama, 1987).
Vitelogenin
selanjutnya dilepas ke dalam darah dan kemudian secara selektif diambil dari plasma
darah untuk pengisian oosit.
Konsentrasi estradiol- 17ß dalam plasma darah yang
meningkat selama periode pertumbuhan oosit dapat digunakan sebagai indikator
vitelogenesis (Fostier et al., 1983). Supriyadi (2005) menyatakan pemberian hormon
metiltestosteron, HCG dan kombinasinya efektif meningkatkan konsentrasi estradiol17ß plasma darah ikan baung dan mampu mempercepat proses pematangan gonad
dalam waktu 56-98 hari. Sementara itu, penggunaan 17α-metiltestosteron pada dosis
50 hingga 100 µg/kg bobot ikan pada ikan jambal siam (Pangasius hypopthalmus)
mempunyai kecenderungan lebih baik dari dosis lainnya dalam pengaruhnya terhadap
gonad Sarwoto (2001).
3
LHRH dapat merangsang pelepasan hormon gonadotropin (LH). Breton et al.
(1997) melaporkan penyuntikan LHRH secara intravena pada ikan mas (Cyprinus
carpio) menyebabkan peningkatan tajam konsentrasi LH plasma dalam waktu dua
sampai enam menit setelah penyuntikan.
Selama ini pemberian hormon dilakukan dengan cara melarutkan hormon
dalam larutan salin kemudian disuntikan ke dalam tubuh ikan.
Cara ini kurang
efisien dalam menyediakan hormon dalam tubuh ikan dalam jangka waktu yang lama
karena hormon yang disuntikan bersama larutan salin akan cepat hilang dari
peredaran darah dan kenaikan konsentrasinya sangat cepat namun cepat pula
hilangnya.
Sehingga untuk mendapatkan hormon yang terus menerus, diperlukan
penyuntikan yang berulang, namun hal ini dapat menyebabkan stres pada ikan.
Untuk menghindari stres yang berkelanjutan akibat penyuntikan yang berulang serta
menyediakan hormon yang berkelanjutan dalam jangka waktu yang panjang maka
digunakan media implantasi dengan pelet pembawa hormon dengan bahan kolesterol
dan "cocoa butter": (Lee et al., 1986). Dengan sistem implantasi pelet berhormon
mudah dibuat dan dengan menggunakan peralatan sederhana.
Selain perkembangan
awal gonad yang dirangsang dengan hormon, dalam pemeliharaan perlu diupayakan
keadaan yang optimal baik dalam pemberian pakan, lingkungan tempat hidup ikan
(kualitas air).
Tujuan dan Manfaat
Penelitian
ini
bertujuan
untuk
mengetahui
dosis
yang
efektif
dalam
penggunaan hormon 17a-metiltestosteron dan LHRH-a terhadap kematangan gonad
ikan belida sampai siap memijah.
Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi tentang
perkembangan dan pamatangan gonad sampai siap memijah dalam usaha pembenihan
ikan belida.
Hipotesis
Jika
pemberian
hormon
17a-metiltestosteron
dan
LHRH-a
efektif
meningkatkan kadar estradiol-17ß darah maka proses vitelogenesis meningkat secara
4
berkelanjutan sehingga dapat mempercepat proses pertumbuhan dan pematangan
gonad.
TINJAUAN PUSTAKA
Perkembangan Gonad
Dalam proses reproduksi, sebelum terjadi pemijahan sebagian besar hasil
metabolisme tertuju pada perkembangan gonad. Bobot gonad ikan akan mencapai
maksimum sesaat ikan akan memijah, kemudian akan menurun dengan cepat selama
pemijahan berlangsung sampai selesai. Umumnya peningkatan bobot gonad ikan
betina pada saat matang gonad dapat mencapai 10-25% dari bobot tubuh dan 5–10%
pada ikan jantan. Semakin besar tingkat kematangan gonad, diameter telur yang ada
dalam gonad semakin membesar (Effendie, 1997).
Perkembangan gonad ikan dapat dibagi menjadi dua tahapan yaitu
pertumbuhan gonad ikan sampai menjadi dewasa kelamin “sexually mature” dan
selanjutnya adalah pematangan gamet.
Tahap pertama berlangsung mulai larva
hingga mencapai dewasa kelamin dan tahap kedua dimulai setelah ikan mencapai
dewasa, kemudian terus berkembang selama fungsi reproduksi berjalan normal
Lagler et al. (1997); Harvey dan Carolsfeld (1993). Kematangan gonad pada ikan
tertentu dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor luar dan faktor dalam. Faktor luar
yang berpengaruh adalah suhu, arus, adanya lawan jenis dan lain- lain. Faktor dalam
antara lain adalah perbedaan spesies, umur, serta sifat-sifat fisiologis lainnya Lagler
et al., (1997).
Ikan belida (N notopterus) di Thailand pertama kali matang kelamin
pada ukuran 20 cm. Ikan N chitala matang kelamin pada berat 4 kg (Ondara &
Dharyani, 1995). Ikan belida berkembang biak secara alami di perairan umum pada
awal musim penghujan. Telur-telur diletakan pada tonggak pada kedalaman 1-2 m
(Widyastuti, 1993).
Jumlah telur yang dikeluarkan untuk satu kali pemijahan
berkisar antara 5000–10.000 butir. Masa pengeraman sebelum menetas 5–6 hari pada
suhu 33 °C (Ondara dan Dharyani, 1995). Ikan belida di India dan Thailand, jantan
menjaga telur dan betina diperkirakan memijah tiga kali dalam musim- musim AprilJuli, menghasilkan 10.000 butir telur (Lowe-McConnel, 1975 dalam Madang, 1999).
6
Perkembangan gonad ikan (ovarium), dapat dievaluasi berdasarkan atas
pengamatan secara makroskopis dan mikroskopis.
Pengelompokan berdasarkan
morfologi telah dilaporkan oleh Cassie dalam Efendie, 1985 seperti pada Tabel 1.
Tabel 1. Kriteria penilaian kematangan gonad ikan (Cassie dalam Effendie, 1985)
TKG
Ovari
Testis
I
Ovari kecil memanjang seperti Testis kecil memanjang warna jernih
benang, warna jernih dan permukaan
licin
II
Ukuran ovari lebih besar, warna Ukuran testis jauh lebih besar, warna
lebih gelap, kekuningan.
Telur putih seperti susu, bentuk lebih jelas
belum terlihat dengan mata telanjang daripada tingkat satu
III Ovari berwarna kuning, butir-butir Permukaan testis bagian ventral
telur mulai kelihatan dengan mata tampak berlekuk, warna semakin
telanjang
putih dan ukuran semakin besar.
IV Butir-butir telur besar berwarna Seperti pada tingkat tiga tampak
kuning, mengisi setengah sampai lebih jelas. Testis semakin pejal.
duapertiga bagian rongga perut.
V
Ovari berkerut, dinding tebal, butir Testis bagian belakang kosong dan
telur sisa terdapat didekat pelepasan. dibagian dekat pelepasan masih
Banyak telur seperti pada tingkat II
berisi sperma
Pada tahap perkembangan awal oogonia terlihat sangat kecil, berbentuk bulat
dengan inti sel yang sangat besar dibandingkan dengan sitoplasmanya. Oogonia
terlihat bekelompok, tapi kadang-kadang ada juga yang berbentuk tunggal.
Sementara itu oogonia terus memperbanyak diri dengan cara mitosis. Pada ikan yang
mempunyai siklus reproduksi tahunan atau tengah tahunan akan terlihat adanya
puncak-puncak pembelahan oogonia. Pada ikan yang berpijah sepanjang tahun,
perbanyakan oogonia akan terjadi teus menerus sepanjang tahun.
Transformasi
oogonia menjadi oosit primer pada tahap pertumbuhan kedua dikenal dengan
munculnya kromosom.
Segera setelah itu folikel berubah bentuk dari semula
berbentuk skuamosa menjadi bentuk kapsul oosit. Inti sel terletak pada bagian sentral
dibungkus oleh lapisan sitoplasma yang sangat tipis. Pada perkembangan selanjutnya
oosit membentuk lapisan chorion, granulosa, membran dan teka. Oosit dike lilingi
oleh lapisan sel-sel folikel yang membentuk dua lapisan yaitu lapisan granulosa di
7
sebelah dalam yang menempel dengan oosit dan lapisan teka di sebelah luarnya. Juga
butir-butir lemak mulai terlihat ditumpuk pada sitoplasma dan bersama dengan itu
muncul alveoli codical. Butir-butir lemak ini selanjutnya akan bertambah besar pada
proses vitelogenesis yang diawali dengan pembentukan vakuola-vakuola kemudian
diikuti dengan munculnua globul- globul kuning telur karena adanya rangsangan
vitelogenin dan hati (Hoar & Nagahama 1978; Ernawati 1999).
Menurut Mommsen & Walsh (1988) pembentukan vitelogenin di hati terjadi
pada bagian retikulum endoplasma, dikumpulkan pada aparatus golgi dan
disekresikan ke dalam aliran darah. Selanjutnya akan terikat dengan protein reseptor
spesifik yang terdapat pada membran oosit kemudian diserap melalui mikropinosis
dan dipindahkan ke microvesicular body. Sebelum penimbunan akhir dalam kuning
telur vitelogenin dipecah menjadi omponen-komponen lipovitelin dan phosvitin
(Gambar 1.). Proses pembentukan vitelogenin ini terus berlangsung di dalam tubuh
ikan yang dinamakan proses vitelogenesis (Nagahama 1987; Yaron 1995; Cerda et al.
1996). Selama terjadinya proses ini menyebabkan meningkatnya volume granula
kuning telur yang sekaligus menyebabkan meningkatnya ukuran oosit serta nilai
indeks gonado somatik (IGS) dan indeks hepatosomaik (IHS) ikan (Cerda et al.
1996).
Prosentase komposisi tingkat kematangan pada setiap saat dapat dipakai untuk
menduga terjadinya pemijahan. Ikan yang mempunyai satu musim pemijahan yang
pendek dalam satu tahun atau saat pemijahannya panjang, akan ditandai dengan
peningkatan prosentase tingkat kematangan gonad yang tinggi pada setiap akan
mendekati musim pemijahan.
Bagi ikan yang mempunyai musim pemijahan
sepanjang tahun, pada pengambilan contoh setiap saat akan didapatkan komposisi
tingkat kematangan gonad terdiri dari berbagai tingkat dengan prosentase yang tidak
sama.
Prosentase tinggi dari tingkat kematangan gonad yang besar merupakan
puncak pemijahan walaupun pemijahan sepanjang tahun. Jadi dari komposisi tingkat
kematangan gonad ini dapat diperoleh keterangan waktu mulai dan berakhirnya
kejadian pemijahan dengan puncaknya (Efendie, 2002).
8
OOSIT
DARAH
HATI
Aparatus golgi
Reseptor
Yolk
Phosvitin
Vitelogenin
Reseptor
vitelogenin
Lipovitelin Microvesicular
Body
Estrogen (E)
Vitelogenin
DNA
Vitelogenin
E – R- Complex
mRN A
Reseptor
Nukleus
Sel Folikel
Gambar 1. Sistem umpan balik antara oosit dan hati dalam proses vitelogenesis
(Mommsen & Walsh 1988)
Peran Hormon dalam Reproduksi Ikan
Seperti pada hewan bertulang belakang lain, proses reproduksi pada ikan
dikontrol oleh ritme biologi dalam seperti isyarat lingkungan (Munro, 1990 dalam
Patino, 1997). Isyarat lingkungan penting untuk terjadinya reproduksi sebagai faktor
penentu (kualitas air, ketersediaan pakan, pemangsaan), di dalam konteks evolusi,
sudah ditentukan ketika dan di mana pemijahan terjadi, dan isyarat penyelaras
(potoperiod dan temperature dan perubahan langsung, keberadaan tempat pemijahan,
peromon) .
Sistem reproduksi ikan betina dikontrol oleh poros hipothalamus–pituitari–
gonad. Sebagai respon terhadap perubahan lingkungan, hipothalamus melepaskan
GnRH yang merangsang sekresi gonadotropin oleh kelenjar pituitari menuju organ
sasaran yaitu gonad. Dibawah pengaruh gonadotropin folikel ovari memproduksi
androgen terutama testosteron yang selanjutnya diubah menjadi estradiol- 17β dengan
bantuan enzim aromatase.
Hormon estradiol-17β kemudian merangsang proses
vitelogenesis. Menurut Tyleret al. (1991) vitelogenesis adalah proses induksi dan
sintesis vitelogenin di hati sebagai respon dari hormon estradiol-17β dan selanjutnya
42
Lampiran 2. Teknik pengambilan darah ikan belida
43
Lampiran 3. Bahan dan alat RIA
44
Lampiran 4. Cara kerja RIA
Prosedur pengukuran konsentrasi hormo n estradiol 17ß dan testosteron plasma
berdasarkan manual dari Diagnostic Product Corporation (DPC).
1. Persiapan zat-zat pereaksi atau reagens :
a. Estradiol mempunyai tendensi kuatmenyerap permukaan wadah plastik yang
tidak diberi perlakuan. Oleh sebab itu penggunaan wadah atau penutup yang
terbuat dari bahan platik haru dihindari.
b. Tabung estradiol dan testosteron total yang sudh dilapisi antibodi, disimpan
dalam refrigerator dn jauh dari tempat lembab atau berair. Bila sgelnya sudah
dibuka, tabung dapat disimpan pada suhu 2 – 8 °C sampai waktu kadaluwarsa
yang tertera pada kantung pembungkusnya.
c. Botol yang berisi105 ml estradiol
125
I atau testosteron total yang sudah
teriodisasi dalam bentuk cair, disimpan dalam refrigerator pada suhu 2 – 8 °C
untuk 30 hari setelah segel dibuka atau sampai waktu kadaluwarsa yang
tertera pada vial.
d. Kalibrator estradiol dan testosteron total terdiri dari tujuh kalibrator yaitu
tabung A (kalibrator nol, 0 ?g/ml) berisi 5 ml dan sisanya tabung B (20
?g/ml), C (50 ?g/ml), D (150 ?g/ml), E (500 ?g/ml), F (1800 ?g/ml) dan G
(3600 ?g/ml) berisi masing-masing 2 ml.
Tabung-tabung yang sudah dibuka
segelnya disimpan dalam refrigerator pada suhu 2 – 8 °C maksimal 30 hari
setelah dibuka.
Untuk penyimpanan lebih lama 9sampai 6 bulan), tabung
dapat disimpan dalam feezer bersuhu minus 20 °C.
e. Persiapan tabung reaksi di dalam rak dan masukan ke dalamnya unsur-unsur
antibodi (Ab), antigen radioaktif (Ag*), sampel plasma atau standar:
Untuk analisis Estradiol 17 da testosteron
a. Label 4 tabung polipropilen polos (plain tube), untuk jumlah total binding dan
(NSB, son spesifik binding) ukuran 12 x 5 mm dalam duplo.
b. Label 14 tabung kalibrator sudah dilapisi antibodi estradiol masing-masing
taung A untuk ikatan maksimum (konsentrasi 0 ?g/ml), B (20 ?g/ml), C (50
45
?g/ml), D (150 ?g/ml), E (500 ?g/ml), F (1800 ?g/ml) dan G (3600 ?g/ml)
dalam duplo.
c. Label
tabung
tambahan
yang
sudah
dilapisi
antiobodi
estradiol
atau
testosteron dalam duplo untuk smpel plasma standar.
d. Pipet 100 µl kalibrator nl A untuk analisis estradiol ke dalam tabung NSB dan
tabung A, dan 100 µl kalibrator B, C, D, E, F, dan G (untuk analisis estradiol)
ke dalam tabung yang sudah dilabel.
e. Pipet 100 µl iap-tiap sampel plasma (untuk analisis estradiol) ke dalam tabung
yang sudah disiapkan. Pipet diletakkan langsung sampai dasar tabung.
f.
Tambahkan 1 ml total estradiol
125
I ke setiap tabung dan diaduk selama 10
menit.
g. Inkubasikan selama 3 jam pada suhu ruangan.
h. Ikatan Ag*-Ab dari Ag8 bebas dipisah dengan metode penuangan.
2. Perhitungan hasil ; konsentrasi estradiol tau testosteron total dihitung berdasrkan
kurva kalibrasi logit-log dengan menentukan ;
a. jumlah rata-rata ikatan per menit untuk setiap pasang tabung NSB dengan
rumus :
Jumlah bersih = CPM (countper menit) – rata-rata NSB CPM
b. Menetukan ikatan setiap pasangan tabung sebagai persen ikatan maksimum
(MB), dengan jumlah NSB tabung A sebagai 00%.
Dengan kertas gambar logit-log, plot sumbu vertikal (sumbu y) untuk konsentrasi
hormon dan sumbu horizontal (sumbu x) untuk setiap kalibrator B sampai G dan
Gambar garis lurus mendekati bagian titik tersebut.
Konsentrasi estradiol atau
testosteron total untuk sampel kemudian diperkirakan dari garis dengan interpolasi.
46
Lampiran 5. Pengambilan sampel telur dengan cara dibedah
47
Lampiran 6. Cara pembuatan pelet berhormon dan kolesterol (Cholik et al 1990).
1.
Ambil sedikit cocoa butter (6 tetes) dalam test tube, masukan dalam beaker
glass 50 ml yang berisi air dan panaskan dengan alat pemanas.
2.
Timbang sejumlah 190 mg cholesterol powdr masukan dalam mortal.
3.
Dengan pipet ependorof ambil 0,2 ml larutan alkohol dan campur dengan
hormon 17a - metiltestosteron, masukan dalm mortal berisi kolesterol, larutkan
dan lumatkan.
4.
Inkubasikan selama satu jam atau lebih pada suhu 37 °C.
5.
Dengan sendok logam (spatula) keruk campuran tersebut dan satukan.
6.
Tambahkan satu tetes cocoa butter dan aduk berkali-kali hingga homogen.
7.
Diamkan satu malam (24 jam) dalam refrigerator.
8.
Cetak dengan alat yang sudah dibuat dan pres dengan paku dan pukul hingga
padat betul.
9.
Berdasarkan pengalaman dari satu resep dapat dibuat pelet ukura diameter 1
mm dan panjng 3 mm sebanyak 29 pelet.
48
Lampiran 7. Teknik implantasi ikan belida
49
Lampiran 8. Kadar hormon testosteron (?g/ml), estradiol (?g/ml) rata-rata dalam
plasma darah, diameter telur (mm) dan indeks gonad somatik (%)
selama percobaan.
Implantasi
testosteron
µg/kg
0
50
100
150
Kadar testosteron (?g/ml) dalam darah Hari ke
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
110
120
0,560
0,970
0,180
0,665
0,750
1,355
0,260
1,830
0,850
1,250
0,385
1,715
0,550
1,405
0,420
1,840
0,380
0,500
0,450
1,355
0,225
0,375
0,190
0,280
0,115
0,115
0,215
0,785
0,140
0,275
0,405
0,405
0,375
0,320
0,210
0,200
0,240
0,465
0,240
0,725
0,160
0,180
0,140
0,385
0,185
0,360
0,345
0,240
0,205
0,465
0,405
0,395
Implantasi
testosteron
µg/kg
0
50
100
150
Kadar estradiol ?g/ml Hari ke
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
110
120
17736,0
399,0
289,0
10624,0
698,0
372,0
163,5
2731,0
650,0
898,0
133,0
1047,0
560,0
35,0
214,0
176,0
310,5
411,0
222,0
525,0
133,0
93,5
145,0
324,5
201,0
464,0
586,0
750,0
220,0
304,0
166,0
550,0
135,5
183,5
117,5
256,5
344,5
72,0
311,5
407,5
152,5
168,5
174,0
23,0
111,0
50,7
188,0
127,0
176,0
115,5
112,5
289,0
Implantasi testosteron µg/kg
0
50
100
150
Implantasi testosteron
µg/kg
0
50
100
150
0
0,63
0
0,99
Hari ke
60
0,83
0,50
0,81
0,63
IGS hari ke
60
1.37
0,68
1,28
1,01
120
0,36
0,44
0,57
0,68
120
0.65
0.95
1.03
1.61
50
Lampiran 9. Anova hubungan Dosis dengan kadar testosteron dalam darah
General Linear Model: Testosteron Hari ke 0 versus Dosis
Factor
Dosis
Type
fixed
Levels
4
Values
0, 50, 100, 150
Analysis of Variance for Hari ke 0, using Adjusted SS for Tests
Source
Dosis
Error
Total
DF
3
4
7
Seq SS
0.6379
0.5753
1.2132
S = 0.379226
Adj SS
0.6379
0.5753
Adj MS
0.2126
0.1438
R-Sq = 52.58%
F
1.48
P
0.347
R-Sq(adj) = 17.02%
General Linear Model: Testosteron Hari ke10 versus Dosis
Factor
Dosis
Type
fixed
Levels
4
Values
0, 50, 100, 150
Analysis of Variance for Hari ke10, using Adjusted SS for Tests
Source
Dosis
Error
Total
DF
3
4
7
Seq SS
2.8310
1.7155
4.5465
S = 0.654876
Adj SS
2.8310
1.7155
Adj MS
0.9437
0.4289
R-Sq = 62.27%
F
2.20
P
0.231
R-Sq(adj) = 33.97%
General Linear Model: Testosteron Hari ke 20 versus Dosis
Factor
Dosis
Type
fixed
Levels
4
Values
0, 50, 100, 150
Analysis of Variance for Hari ke 20, using Adjusted SS for Tests
Source
Dosis
Error
Total
DF
3
4
7
S = 0.503264
Seq SS
1.9289
1.0131
2.9420
Adj SS
1.9289
1.0131
Adj MS
0.6430
0.2533
R-Sq = 65.56%
F
2.54
P
0.195
R-Sq(adj) = 39.74%
51
General Linear Model: Hari ke 30 versus Dosis
Factor
Dosis
Type
fixed
Levels
4
Values
0, 50, 100, 150
Analysis of Variance for Hari ke 30, using Adjusted SS for Tests
Source
Dosis
Error
Total
DF
3
4
7
Seq SS
2.7939
0.9979
3.7918
S = 0.499462
Adj SS
2.7939
0.9979
Adj MS
0.9313
0.2495
R-Sq = 73.68%
F
3.73
P
0.118
R-Sq(adj) = 53.95%
General Linear Model: Testosteron Hari ke 40 versus Dosis
Factor
Dosis
Type
fixed
Levels
4
Values
0, 50, 100, 150
Analysis of Variance for Hari ke 40, using Adjusted SS for Tests
Source
Dosis
Error
Total
DF
3
4
7
Seq SS
1.2612
0.4287
1.6899
S = 0.327357
Adj SS
1.2612
0.4287
Adj MS
0.4204
0.1072
R-Sq = 74.63%
F
3.92
P
0.110
R-Sq(adj) = 55.61%
General Linear Model: Testosteron Hari ke 50 versus Dosis
Factor
Dosis
Type
fixed
Levels
4
Values
0, 50, 100, 150
Analysis of Variance for Hari ke 50, using Adjusted SS for Tests
Source
Dosis
Error
Total
DF
3
4
7
Seq SS
0.03905
0.10250
0.14155
S = 0.160078
Adj SS
0.03905
0.10250
R-Sq = 27.59%
Adj MS
0.01302
0.02563
F
0.51
P
0.698
R-Sq(adj) = 0.00%
52
General Linear Model: Testosteron Hari 60 versus Dosis
Factor
Dosis
Type
fixed
Levels
4
Values
0, 50, 100, 150
Analysis of Variance for Hari 60, using Adjusted SS for Tests
Source
Dosis
Error
Total
DF
3
4
7
Seq SS
0.62135
0.01620
0.63755
S = 0.0636396
Adj SS
0.62135
0.01620
Adj MS
0.20712
0.00405
R-Sq = 97.46%
F
51.14
P
0.001
R-Sq(adj) = 95.55%
Tukey 95.0% Simultaneous Confidence Intervals
Response Variable Hari 60
All Pairwise Comparisons among Levels of Dosis
Dosis =
0 subtracted from:
Dosis
50
100
150
Lower
-0.2592
-0.1592
0.4108
Dosis =
Dosis
100
150
50
Dosis
150
Upper
0.2592
0.3592
0.9292
-------+---------+---------+--------(------*------)
(-------*------)
(------*-------)
-------+---------+---------+--------0.00
0.35
0.70
subtracted from:
Lower
-0.1592
0.4108
Dosis = 100
Center
-0.000000
0.100000
0.670000
Center
0.1000
0.6700
Upper
0.3592
0.9292
-------+---------+---------+--------(-------*------)
(------*-------)
-------+---------+---------+--------0.00
0.35
0.70
subtracted from:
Lower
0.3108
Center
0.5700
Upper
0.8292
-------+---------+---------+--------(------*-------)
-------+---------+---------+--------0.00
0.35
0.70
Tukey Simultaneous Tests
Response Variable Hari 60
All Pairwise Comparisons among Levels of Dosis
Dosis =
0 subtracted from:
Dosis
50
100
150
Difference
of Means
-0.000000
0.100000
0.670000
Dosis =
50
SE of
Difference
0.06364
0.06364
0.06364
subtracted from:
T-Value
-0.0000
1.5713
10.5280
Adjusted
P-Value
1.0000
0.4815
0.0016
53
Difference
SE of
Dosis
of Means Difference
100
0.1000
0.06364
150
0.6700
0.06364
Dosis = 100 subtracted from:
Dosis
150
Difference
of Means
0.5700
SE of
Difference
0.06364
T-Value
1.571
10.528
Adjusted
P-Value
0.4815
0.0016
T-Value
8.957
Adjusted
P-Value
0.0030
General Linear Model: Testosteron Hari ke 70 versus Dosis
Factor
Dosis
Type
fixed
Levels
4
Values
0, 50, 100, 150
Analysis of Variance for Hari ke 70, using Adjusted SS for Tests
Source
Dosis
Error
Total
DF
3
4
7
Seq SS
0.11705
0.32950
0.44655
S = 0.287010
Adj SS
0.11705
0.32950
R-Sq = 26.21%
Adj MS
0.03902
0.08238
F
0.47
P
0.717
R-Sq(adj) = 0.00%
General Linear Model: Testosteron Hari ke 80 versus Dosis
Factor
Dosis
Type
fixed
Levels
4
Values
0, 50, 100, 150
Analysis of Variance for Hari ke 80, using Adjusted SS for Tests
Source
Dosis
Error
Total
DF
3
4
7
Seq SS
0.04374
0.17385
0.21759
S = 0.208477
Adj SS
0.04374
0.17385
R-Sq = 20.10%
Adj MS
0.01458
0.04346
F
0.34
P
0.802
R-Sq(adj) = 0.00%
General Linear Model: Testosteron Hari ke 90 versus Dosis
Factor
Dosis
Type
fixed
Levels
4
Values
0, 50, 100, 150
Analysis of Variance for Hari ke 90, using Adjusted SS for Tests
Source
Dosis
Error
Total
DF
3
4
7
Seq SS
0.31965
0.04590
0.36555
Adj SS
0.31965
0.04590
Adj MS
0.10655
0.01148
F
9.29
P
0.028
54
S = 0.107121
R-Sq = 87.44%
R-Sq(adj) = 78.03%
Tukey 95.0% Simultaneous Confidence Intervals
Response Variable Hari ke 90
All Pairwise Comparisons among Levels of Dosis
Dosis =
0 subtracted from:
Dosis
50
100
150
Lower
-0.2113
-0.4363
0.0487
Dosis =
Dosis
100
150
50
Dosis
150
Upper
0.6613
0.4363
0.9213
---+---------+---------+---------+--(-------*--------)
(--------*--------)
(--------*-------)
---+---------+---------+---------+---0.50
0.00
0.50
1.00
subtracted from:
Lower
-0.6613
-0.1763
Dosis = 100
Center
0.225000
-0.000000
0.485000
Center
-0.2250
0.2600
Upper
0.2113
0.6963
---+---------+---------+---------+--(-------*--------)
(--------*--------)
---+---------+---------+---------+---0.50
0.00
0.50
1.00
subtracted from:
Lower
0.04870
Center
0.4850
Upper
0.9213
---+---------+---------+---------+--(--------*-------)
---+---------+---------+---------+---0.50
0.00
0.50
1.00
Tukey Simultaneous Tests
Response Variable Hari ke 90
All Pairwise Comparisons among Levels of Dosis
Dosis =
0 subtracted from:
Difference
of Means
0.225000
-0.000000
0.485000
Dosis
50
100
150
Dosis =
Dosis
100
150
50
Dosis
150
T-Value
2.10042
-0.00000
4.52757
Adjusted
P-Value
0.2922
1.0000
0.0353
subtracted from:
Difference
of Means
-0.2250
0.2600
Dosis = 100
SE of
Difference
0.1071
0.1071
0.1071
SE of
Difference
0.1071
0.1071
T-Value
-2.100
2.427
Adjusted
P-Value
0.2922
0.2132
T-Value
4.528
Adjusted
P-Value
0.0353
subtracted from:
Difference
of Means
0.4850
SE of
Difference
0.1071
55
General Linear Model: Testosteron Hari ke 100 versus Dosis
Factor
Dosis
Type
fixed
Levels
4
Values
0, 50, 100, 150
Analysis of Variance for Hari k e 100, using Adjusted SS for Tests
Source
Dosis
Error
Total
DF
3
4
7
Seq SS
0.07754
0.20445
0.28199
S = 0.226081
Adj SS
0.07754
0.20445
Adj MS
0.02585
0.05111
R-Sq = 27.50%
F
0.51
P
0.699
R-Sq(adj) = 0.00%
General Linear Model: Testosteron Hari ke 110 versus Dosis
Factor
Dosis
Type
fixed
Levels
4
Values
0, 50, 100, 150
Analysis of Variance for Hari ke 110, using Adjusted SS for Tests
Source
Dosis
Error
Total
DF
3
4
7
Seq SS
0.04245
0.08930
0.13175
S = 0.149416
Adj SS
0.04245
0.08930
Adj MS
0.01415
0.02233
R-Sq = 32.22%
F
0.63
P
0.631
R-Sq(adj) = 0.00%
General Linear Model: Testosteron Hari ke 120 versus Dosis
Factor
Dosis
Type
fixed
Levels
4
Values
0, 50, 100, 150
Analysis of Variance for Hari ke 120, using Adjusted SS for Tests
Source
Dosis
Error
Total
DF
3
4
7
Seq SS
0.076150
0.009000
0.085150
S = 0.0474342
Adj SS
0.076150
0.009000
R-Sq = 89.43%
Adj MS
0.025383
0.002250
F
11.28
P
0.020
R-Sq(adj) = 81.50%
Tukey 95.0% Simultaneous Confidence Intervals
Response Variable Hari ke 120
All Pairwise Comparisons among Levels of Dosis
Dosis =
0 subtracted from:
56
Dosis
50
100
150
Lower
0.066804
0.006804
-0.003196
Dosis =
Dosis
100
150
50
Dosis
150
Upper
0.4532
0.3932
0.3832
---+---------+---------+---------+--(---------*---------)
(---------*---------)
(--------*---------)
---+---------+---------+---------+---0.20
0.00
0.20
0.40
subtracted from:
Lower
-0.2532
-0.2632
Dosis = 100
Center
0.2600
0.2000
0.1900
Center
-0.06000
-0.07000
Upper
0.1332
0.1232
---+---------+---------+---------+--(---------*---------)
(--------*---------)
---+---------+---------+---------+---0.20
0.00
0.20
0.40
subtracted from:
Lower
-0.2032
Center
-0.01000
Upper
0.1832
---+---------+---------+---------+--(--------*---------)
---+---------+---------+---------+---0.20
0.00
0.20
0.40
Tukey Simultaneous Tests
Response Variable Hari ke 120
All Pairwise Comparisons among Levels of Dosis
Dosis =
0 subtracted from:
Dosis
50
100
150
Difference
of Means
0.2600
0.2000
0.1900
Dosis =
Dosis
100
150
50
Dosis
150
T-Value
5.481
4.216
4.006
Adjusted
P-Value
0.0183
0.0446
0.0527
T-Value
-1.265
-1.476
Adjusted
P-Value
0.6256
0.5242
T-Value
-0.2108
Adjusted
P-Value
0.9962
subtracted from:
Difference
of Means
-0.06000
-0.07000
Dosis = 100
SE of
Difference
0.04743
0.04743
0.04743
SE of
Difference
0.04743
0.04743
subtracted from:
Difference
of Means
-0.01000
SE of
Difference
0.04743
57
Lampiran 10. Anova hubungan Dosis dengan kadar estradiol dalam darah
General Linear Model: Estradiol Hari ke 0 versus Dosis
Factor
Dosis
Type
fixed
Levels
4
Values
0, 50, 100, 150
Analysis of Variance for Estradiol Hari ke 0, using Adjusted SS for Tests
Source
Dosis
Error
Total
DF
3
4
7
Seq SS
433455493
227967838
661423331
S = 7549.30
Adj SS
433455493
227967838
R-Sq = 65.53%
Adj MS
144485164
56991959
F
2.54
P
0.195
R -Sq(adj) = 39.68%
General Linear Model: Estradiol Hari ke 10 versus Dosis
Factor
Dosis
Type
fixed
Levels
4
Values
0, 50, 100, 150
Analysis of Variance for Estradiol Hari ke 10, using Adjusted SS for Tests
Source
Dosis
Error
Total
DF
3
4
7
Seq SS
8359253
1257949
9617202
S = 560.792
Adj SS
8359253
1257949
R-Sq = 86.92%
Adj MS
2786418
314487
F
8.86
P
0.031
R -Sq(adj) = 77.11%
Tukey 95.0% Simultaneous Confidence Intervals
Response Variable Hari ke10
All Pairwise Comparisons among Levels of Dosis
Dosis =
0 subtracted from:
Dosis
50
100
150
Dosis =
Dosis
100
150
Lower
-2610
-2819
-252
50
Lower
-2493
74
Dosis = 100
Center
-326.0
-534.5
2032.5
Upper
1958
1750
4317
-+---------+---------+---------+----(--------*--------)
(--------*--------)
(--------*--------)
-+---------+---------+---------+-----2500
0
2500
5000
subtracted from:
Center
-208.5
2358.5
Upper
2076
4643
subtracted from:
-+---------+---------+---------+----(--------*--------)
(--------*---------)
-+---------+---------+---------+-----2500
0
2500
5000
58
Dosis
150
Lower
282.9
Center
2567
Upper
4851
-+---------+---------+---------+----(--------*--------)
-+---------+---------+---------+-----2500
0
2500
5000
Tukey Simultaneous Tests
Response Variable Hari ke10
All Pairwise Comparisons among Levels of Dosis
Dosis =
0 subtracted from:
Difference
of Means
-326.0
-534.5
2032.5
Dosis
50
100
150
Dosis =
Dosis
100
150
50
Dosis
150
T-Value
-0.5813
-0.9531
3.6243
Adjusted
P-Value
0.9327
0.7815
0.0719
T-Value
-0.3718
4.2057
Adjusted
P-Value
0.9801
0.0450
T-Value
4.577
Adjusted
P-Value
0.0340
subtracted from:
Difference
of Means
-208.5
2358.5
Dosis = 100
SE of
Difference
560.8
560.8
560.8
SE of
Difference
560.8
560.8
subtracted from:
Difference
of Means
2567
SE of
Difference
560.8
General Linear Model: Estradiol Hari ke 20 versus Dosis
Factor
Dosis
Type
fixed
Levels
4
Values
0, 50, 100, 150
Analysis of Variance for Hari ke 20, using Adjusted SS for Tests
Source
Dosis
Error
Total
DF
3
4
7
S = 555.966
Seq SS
964911
1236391
2201302
Adj SS
964911
1236391
R-Sq = 43.83%
Adj MS
321637
309098
F
1.04
P
0.465
R -Sq(adj) = 1.71%
59
General Linear Model: Estradiol Hari ke 30 versus Dosis
Factor
Dosis
Type
fixed
Levels
4
Values
0, 50, 100, 150
Analysis of Variance for Hari ke 30, using Adjusted SS for Tests
Source
Dosis
Error
Total
DF
3
4
7
Seq SS
298146
84233
382379
S = 145.114
Adj SS
298146
84233
R-Sq = 77.97%
Adj MS
99382
21058
F
4.72
P
0.084
R -Sq(adj) = 61.45%
General Linear Model: Estradiol Hari ke 40 versus Dosis
Factor
Dosis
Type
fixed
Levels
4
Values
0, 50, 100, 150
Analysis of Variance for Hari ke 40, using Adjusted SS for Tests
Source
Dosis
Error
Total
DF
3
4
7
Seq SS
102955
126465
229420
S = 177.810
Adj SS
102955
126465
R-Sq = 44.88%
Adj MS
34318
31616
F
1.09
P
0.451
R -Sq(adj) = 3.53%
General Linear Model: Estradiol Hari ke 50 versus Dosis
Factor
Dosis
Type
fixed
Levels
4
Values
0, 50, 100, 150
Analysis of Variance for Hari ke 50, using Adjusted SS for Tests
Source
Dosis
Error
Total
DF
3
4
7
Seq SS
63305
7915
71220
Adj SS
63305
7915
Adj MS
21102
1979
F
10.66
P
0.022
S = 44.4831
R-Sq = 88.89%
R -Sq(adj) = 80.55%
Tukey 95.0% Simultaneous Confidence Intervals
Response Variable Hari ke 50
All Pairwise Comparisons among Levels of Dosis
Dosis =
0 subtracted from:
Dosis
Lower Center Upper
-+---------+---------+---------+----50
-220.7 -39.50 141.7
(--------*--------)
100
-169.2
12.00 193.2
(--------*--------)
150
10.3 191.50 372.7
(--------*--------)
-+---------+---------+---------+-----200
0
200
400
60
Dosis =
Dosis
100
150
50
subtracted from:
Lower
-129.7
49.8
Dosis = 100
Dosis
150
Center
51.50
231.00
Upper
232.7
412.2
-+---------+---------+---------+----(--------*--------)
(---------*--------)
-+---------+---------+---------+-----200
0
200
400
subtracted from:
Lower
-1.677
Center
179.5
Upper
360.7
-+---------+---------+---------+----(--------*--------)
-+---------+---------+---------+-----200
0
200
400
Tukey Simultaneous Tests
Response Variable Hari ke 50
All Pairwise Comparisons among Levels of Dosis
Dosis =
0 subtracted from:
Difference
of Means
-39.50
12.00
191.50
Dosis
50
100
150
Dosis =
Dosis
100
150
50
Dosis
150
T-Value
-0.8880
0.2698
4.3050
Adjusted
P-Value
0.8124
0.9921
0.0417
T-Value
1.158
5.193
Adjusted
P-Value
0.6794
0.0221
T-Value
4.035
Adjusted
P-Value
0.0514
subtracted from:
Difference
of Means
51.50
231.00
Dosis = 100
SE of
Difference
44.48
44.48
44.48
SE of
Difference
44.48
44.48
subtracted from:
Difference
of Means
179.5
SE of
Difference
44.48
General Linear Model: Estradiol Hari 60 versus Dosis
Factor
Dosis
Type
fixed
Levels
4
Values
0, 50, 100, 150
Analysis of Variance for Hari 60, using Adjusted SS for Tests
Source
Dosis
Error
Total
DF
3
4
7
S = 171.550
Seq SS
321087
117717
438804
Adj SS
321087
117717
R-Sq = 73.17%
Adj MS
107029
29429
F
3.64
P
0.122
R -Sq(adj) = 53.05%
61
General Linear Model: Estradiol Hari ke 70 versus Dosis
Factor
Dosis
Type
fixed
Levels
4
Values
0, 50, 100, 150
Analysis of Variance for Hari ke 70, using Adjusted SS for Tests
Source
Dosis
Error
Total
DF
3
4
7
Seq SS
172932
24009
196941
S = 77.4734
Adj SS
172932
24009
Adj MS
57644
6002
R-Sq = 87.81%
F
9.60
P
0.027
R -Sq(adj) = 78.67%
Tukey 95.0% Simultaneous Confidence Intervals
Response Variable Hari ke 70
All Pairwise Comparisons among Levels of Dosis
Dosis =
0 subtracted from:
Dosis
50
100
150
Lower
-231.0
-369.5
14.5
Dosis =
Dosis
100
150
50
Dosis
150
Lower
68.46
Upper
400.0
261.5
645.5
---+---------+---------+---------+--(--------*--------)
(--------*--------)
(--------*--------)
---+---------+---------+---------+---350
0
350
700
subtracted from:
Lower
-454.0
-70.0
Dosis = 100
Center
84.50
-54.00
330.00
Center
-138.5
245.5
Upper ---+---------+---------+---------+--177.0 ( --------*--------)
561.0
(--------*--------)
---+---------+---------+---------+---350
0
350
700
subtracted from:
Center
384.0
Upper
699.5
---+---------+---------+---------+--(--------*--------)
---+---------+---------+---------+---350
0
350
700
Tukey Simultaneous Tests
Response Variable Hari ke 70
All Pairwise Comparisons among Levels of Dosis
Dosis =
0 subtracted from:
Dosis
50
100
150
Difference
of Means
84.50
-54.00
330.00
SE of
Difference
77.47
77.47
77.47
T-Value
1.0907
-0.6970
4.2595
Adjusted
P-Value
0.7133
0.8934
0.0432
62
Dosis = 50 subtracted from:
Difference
SE of
Dosis
of Means Difference
100
-138.5
77.47
150
245.5
77.47
Dosis = 100
Dosis
150
T-Value
-1.788
3.169
Adjusted
P-Value
0.3942
0.1068
T-Value
4.957
Adjusted
P-Value
0.0260
subtracted from:
Difference
of Means
384.0
SE of
Difference
77.47
General Linear Model: Estradiol Hari ke 80 versus Dosis
Factor
Dosis
Type
fixed
Levels
4
Values
0, 50, 100, 150
Analysis of Variance for Hari ke 80, using Adjusted SS for Tests
Source
Dosis
Error
Total
DF
3
4
7
Seq SS
23138
25186
48324
S = 79.3505
Adj SS
23138
25186
R-Sq = 47.88%
Adj MS
7713
6296
F
1.22
P
0.410
R -Sq(adj) = 8.79%
General Linear Model: Estradiol Hari ke 90 versus D osis
Factor
Dosis
Type
fixed
Levels
4
Values
0, 50, 100, 150
Analysis of Variance for Hari ke 90, using Adjusted SS for Tests
Source
Dosis
Error
Total
DF
3
4
7
Seq SS
19725
32222
51947
S = 89.7517
Adj SS
19725
32222
R-Sq = 37.97%
Adj MS
6575
8055
F
0.82
P
0.548
R -Sq(adj) = 0.00%
General Linear Model: Estradiol Hari ke 100 versus Dosis
Factor
Dosis
Type
fixed
Levels
4
Values
0, 50, 100, 150
Analysis of Variance for Hari ke 100, using Adjusted SS for Tests
Source
Dosis
Error
Total
DF
3
4
7
S = 93.1598
Seq SS
5545
34715
40260
Adj SS
5545
34715
R-Sq = 13.77%
Adj MS
1848
8679
F
0.21
P
0.883
R -Sq(adj) = 0.00%
63
General Linear Model: Estradiol Hari ke 110 versus Dosis
Factor
Dosis
Type
fixed
Levels
4
Values
0, 50, 100, 150
Analysis of Variance for Hari ke 110, using Adjusted SS for Tests
Source
Dosis
Error
Total
DF
3
4
7
Seq SS
19237
32935
52172
S = 90.7395
Adj SS
19237
32935
R-Sq = 36.87%
Adj MS
6412
8234
F
0.78
P
0.564
R -Sq(adj) = 0.00%
General Linear Model: Estradiol Hari ke 120 versus Dosis
Factor
Dosis
Type
fixed
Levels
4
Values
0, 50, 100, 150
Analysis of Variance for Hari ke 120, using Adjusted SS for Tests
Source
Dosis
Error
Total
DF
3
4
7
S = 126.904
Seq SS
40626
64418
105044
Adj SS
40626
64418
R-Sq = 38.68%
Adj MS
13542
16105
F
0.84
P
0.538
R -Sq(adj) = 0.00%
64
Lampiran 11. Model linear hubungan dosis implantasi dengan diameter telur
General Linear Model: Diameter Telur Hari ke 60 versus Dosis_T
Factor
Dosis
Type
fixed
Levels
4
Values
0, 50, 100, 150
Analysis of Variance for Diameter Telur Hari ke 60, using Adjusted SS for
Tests
Source
Dosis_T
Error
Total
DF
3
358
361
S = 0.263872
Seq SS
6.6293
24.9270
31.5563
Adj SS
6.6293
24.9270
R-Sq = 21.01%
Adj MS
2.2098
0.0696
F
31.74
P
0.000
R-Sq(adj) = 20.35%
Least Squares Means for Diameter Telur Hari ke 60
Dosis
Mean SE Mean
0
0.8305 0.02781
50
0.5037 0.02781
100
0.8121 0.02781
150
0.6251 0.02751
Tukey Simultaneous Tests
Response Variable Diameter Telur Hari ke 60
All Pairwise Comparisons among Levels of Dosis_T
Dosis
=
0 subtracted from:
Dosis
50
100
150
Difference
of Means
-0.3268
-0.0184
-0.2054
Dosis =
50
Dosis
100
150
Difference
of Means
0.3084
0.1214
Dosis
Dosis
150
= 100
SE of
Difference
0.03934
0.03934
0.03912
T-Value
-8.309
-0.467
-5.251
Adjusted
P-Value
0.0000
0.9662
0.0000
T-Value
7.841
3.103
Adjusted
P-Value
0.0000
0.0103
T-Value
-4.781
Adjusted
P-Value
0.0000
subtracted from:
SE of
Difference
0.03934
0.03912
subtracted from:
Difference
of Means
-0.1871
SE of
Difference
0.03912
65
General Linear Model: Diameter Telur Hari ke 120 versus Dosis
Factor
Dosis
Type
fixed
Levels
4
Values
0, 50, 100, 150
Analysis of Variance for Diameter Telur Hari ke 120, using Adjusted SS for
Tests
Source
Dosis
Error
Total
DF
3
353
356
S = 0.336637
Seq SS
5.4742
40.0035
45.4776
Adj SS
5.4742
40.0035
R-Sq = 12.04%
Adj MS
1.8247
0.1133
F
16.10
P
0.000
R-Sq(adj) = 11.29%
Least Squares Means for Diameter Telur Hari ke 120
Dosis
LHRH-a DALAM MENCAPAI TINGKAT KEMATANGAN
GONAD SIAP MEMIJAH PADA IKAN BELIDA
(Notopterus chitala)
OLEH :
AHMAD JAUHARI PAMUNGKAS
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER
INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul Efektifitas Hormon
17a-Metiltestosteron dan LHRH-a dalam Mencapai Tingkat Kematangan Gonad Siap
Memijah Pada Ikan Belida (Notopterus chitala) adalah karya saya sendiri dan belum
dipublikasikan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi dan instansi mana pun.
Suber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, Januari 2006
Ahmad Jauhari Pamungkas
Nrp. C051020091
ABSTRAK
AHMAD JAUHARI PAMUNGKAS. Efektifitas Hormon 17a-Metiltestosteron dan
LHRH-a dalam Mencapai Tingkat Kematangan Gonad Siap Memijah Pada Ikan
Belida (Notopterus chitala).
Ikan Belida adalah ikan asli perairan Indonesia dengan penyebaran meliputi
wilayah Sumatera, Kalimantan dan sebagian Jawa. Karena penangkapan yang tidak
terkendali dan rusaknya habitat ikan ini telah menyebabkan populasi di alam
menurun.
Oleh karena itu usaha budidaya (pembenihan) ikan tersebut harus
ditingkatkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dosis yang efektif dengan
penggunaan hormon 17a-metiltestosteron dan LHRH-a terhadap kematangan gonad
sampai siap memijah pada ikan belida. Percobaan menggunakan calon induk ikan
belida berbobot antara 200-300 gram dan panjang 25-30 cm. Ikan diimplan dengan
pelet berisi hormon 17a-metiltestosteron 0, 50, 100 dan 150 µg/kg bobot tubuh dan
LHRH-a dengan dosis 25 µg/kg bobot tubuh.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa ikan yang mendapat perlakuan
implantasi hormon memiliki waktu matang gonad yang lebih cepat dibandingkan
dengan kontrol (60 hari lebih cepat). Diameter telur matang dari ikan perlakuan
menunjukkan indikasi lebih kecil daripada kontrol.
Dosis 150 µg 17ametiltestosteron/kg bobot tubuh memberikan pengaruh nyata pada peningkatan
konsentrasi hormon testosteron dan estradiol-17ß plasma. Selain itu, dosis tersebut
juga mempercepat pematangan gonad serta meningkatkan GSI.
EFEKTIFITAS HORMON 17a-METILTESTOSTERON DAN
LHRH-a DALAM MENCAPAI TINGKAT KEMATANGAN
GONAD SIAP MEMIJAH PADA IKAN BELIDA
(Notopterus chitala)
AHMAD JAUHARI PAMUNGKAS
Tesi s
S ebagai salah sat u s yarat memperole h gelar
Magister Sai ns pada
P rogram S t udi Ilmu P erai ran
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006
Judul Tesis
Nama
NIM
Program Studi
: Efektifitas Hormon 17a-Metiltestosteron dan LHRH-a dalam
Mencapai Tingkat Kematangan Gonad Siap Memijah Pada
Ikan Belida (Notopterus chitala).
: Ahmad Jauhari Pamungkas
: C051020091
: Ilmu Perairan
Menyetujui,
1. Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Agus Oman Sudrajat, M.Sc.
Ketua
Prof. Dr. Muhammad Zairin Jr., M.Sc.
Anggota
Mengetahui,
2. Ketua Program Studi Ilmu Perairan
Dr. Chairul Muluk, M.Sc.
Tanggal Ujian : 17 Nopember 2005
3. Dekan Sekolah Pascasarjana
Prof. Dr. Ir. Syafrida Manuwoto, M.Sc.
Tanggal Lulus :
PRAKATA
Puji dan syukur penulis sampaikan kehadlirat Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga penulis mendapatkan kekuatan dalam menyelesaikan tesis ini.
Tema
yang dipilih dalam percobaan yang dilaksanakan di Balai Budidaya Air Tawar
(BBAT) Sukabumi, Balai Penelitian Ternak Ciawi dan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan IPB sejak bulan Agustus 2004 sampai Maret 2005 adalah tentang
reproduksi, dengan judul "Efektivitas Hormon 17a-Metiltestosteron dan LHRH-a
dalam Mencapai Tingkat Kematangan Gonad Siap Memijah pada Ikan Belida
(Notopterus chitala )".
Hasil percobaan ini diharapkan dapat dijadikan informasi awal dalam
pematangan gonad dan pengembangan pembenihannya.
Penulis menyadari bahwa
tulisan ini masih jauh dari sempurna, karena itu saran dan kritik yang bersifat
memperbaiki sangat penulis harapkan demi pengetahuan dan penyempurnaan tulisan
ini.
Semoga karya tulis ini bermanfaat untuk penulis khususnya dan umumnya untuk
pembaca yang tertarik dengan ikan–ikan perairan umum.
Terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Dr. Ir. Agus Oman Sudrajat,
M.Sc. dan Bapak Prof. Dr. Muhammad Zairin Jr., selaku pembimbing serta Bapak
Dr. Ir. Odang Charman, M.Sc., sebagai dosen penguji yang telah memberikan saran,
arahan, wawasan serta dorongan semangat dalam penulisan ini.
Disamping itu,
penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Ir. Maskur beserta staf di BBAT
Sukabumi (Bu Emi, Rojali, Ciptoroso, Bu Zakki, Pak Alen), Bapak Yosef beserta staf
di Balai Penelitian Ternak Ciawi dan Bapak Ranta dari Laboratorium Kesehatan Ikan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB yang telah membantu selama pelaksanaan
dan analisis data percobaan. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah,
ibu beserta keluarga atas segala doa dan kasih sayangnya.
Bogor, Januari 2006
Ahmad Jauhari Pamungkas
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tasikmalaya pada tanggal 15 Juni 1969, sebagai anak
terakhir dari delapan bersaudara.
Ayahanda bernama H. Ahmad Hanafi dan ibunda
bernama Hj. Atikah Hanifah (alm).
Pada tanggal 11 Juli 1995 penulis menikah
dengan Lilis Ati Nurhayati putri ketiga pasangan Tarmansyah (alm) dan Hj. Siti Sofia
Praja dan dikaruniai dua orang anak yaitu Dzukran Fauzan Nur Jauhari dan Jihan
Naswa Nur Jauhari.
Penulis lulus dari SMA Negeri 2 Tasikmalaya tahun 1988, kemudian
melanjutkan studi di Institut Pertanian Bogor melalui program Ujian Masuk
Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN).
Gelar sarjana (S-1) diperoleh dari Jurusan
Budidaya Perairan Fakultas Perikanan IPB pada tahun 1993.
Pada tahun 1994
penulis bekerja di Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi sampai sekarang. Pada tahun
2002 penulis masuk Program Pascasarjana IPB, Program Studi Ilmu Perairan.
DAFTAR ISI
Halaman
DAF TAR TABEL ………………………………………………….............
x
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………
xi
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………….
xii
PENDAHULUAN …………………………………………………............
Latar Belakang …………………………………….………..……
Perumusan Masalah ….…………………………… .………..…...
Tujuan dan Manfaat ….…………………………… .………..…...
Hipotesis ….......................………………………… .……..……..
1
1
1
4
4
TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………………….......
Perkembangan Gonad ……………………….……….…………..
Peran Hormon dalam Reproduksi Ikan ……....……….….…........
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kerja Hormon ….........….......
5
5
8
10
METODE PERCOBAAN ………………………………………………….
Desain Penelitian ………..……….……………………………....
Bahan ...................……..……… .……………………………..….
Analisa Data ...................................................................................
14
14
15
19
HASIL DAN PEMBAHASAN ……………………………………………
Hasil ….…..………………….……………………………..….....
Pembahasan ...…....…………………………………………… .....
20
20
31
KESIMPULAN DAN SARAN …………………………………………....
Kesimpulan…………………………………………………… .....
Saran …...….……………………………………………………..
35
35
35
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………...…
36
LAMPIRAN ………………………………………………………………..
41
DAFTAR TABEL
Halaman
1.
Kriteria penilaian kematanga n gonad ikan ……………………..……
6
2.
Perkiraan diameter telur dari beberapa jenis ikan ................................
10
3.
Variabel dan alat ukur yang digunakan ...............................................
16
4.
Parameter kualitas air rata-rata wadah selama percobaan ……….......
17
5.
Hubungan dosis implan dengan konsentrasi testosteron,estradiol
dalam plasma darah, diameter telur dan IGS .......................................
30
DAFTAR GAMBAR
Halama n
1.
Sistem umpan balik antara oosit dan hati dalam proses vitelogenesis
2.
Hubungan antara dosis implantasi hormon 17a-metiltestosteron
dengan
8
kadar hormon testosteron (?g/ml) dan kadar hormon
estradiol (?g/ml) di dalam darah, diameter telur (mm) dan indeks
gonad somatik (%) selama percobaan ................................................
3.
21
Fekuensi sebaran diameter telur ( mm) rata-rata pada awal tengah dan
akhir percobaan ....................................................................................
25
4.
Histologi telur belida pada awal percobaan pada pembesaran 40x .....
26
5.
Histologi
6.
telur
belida
pada
pertengahan
percobaan
pada
pembesaran 40x. .................................................................................
27
Histologi telur belida pada akhir percobaan pada pembesaran 40x .....
28
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1.
Gambar dan Klasifikasi ikan belida (Notopterus chitala ) .....................
41
2.
Teknik pengambilan darah ikan belida ................................................
42
3.
Bahan dan alat RIA ..............................................................................
43
4.
Cara kerja RIA .....................................................................................
44
5.
Pengambilan sampel telur dengan cara dibedah ..................................
46
6.
Cara pembuatan pelet berhormon dan kolesterol .................................
47
7.
Teknik implantasi ikan belida ..............................................................
48
8.
Kadar hormon testosteron (?g/ml), estradiol-17ß (?g/ml) rata-rata
dalam
plasma darah, diameter telur (mm) dan indeks gonad somatik
(%) selama percobaan .........................................................................
49
Anova hubungan dosis dengan kadar testosteron dalam darah ...........
50
10. Anova hubungan Dosis dengan kadar estradiol da lam darah ..............
57
11. Model linear hubungan dosis implantasi dengan diameter telur .........
65
12. Anova dan analisis regresi hubungan IGS dengan dosis implantasi ....
67
9.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ikan Belida (Notopterus chitala) adalah ikan asli perairan Indonesia dengan
penyebaran meliputi wilayah Sumatera, Kalimantan dan sebagian Jawa.
merupakan salah satu jenis ikan ekonomis tinggi.
dimanfaatkan sebagai ikan konsumsi.
Ikan belida
Ikan belida di beberapa daerah
Selain itu ikan ini juga bagus digunakan
sebagai ikan hias, sehingga banyak diburu oleh masyarakat. Penangkapan yang tidak
terkendali dan rusaknya habitat ikan belida, maka akhir-akhir ini populasinya di alam
semakin menyusut.
Bila hal ini terus dibiarkan maka populasinya akan semakin
berkurang dan akhirnya akan punah.
Penelitian mengenai ikan belida sampai saat ini belum banyak dilakukan,
sehingga informasi tentang ikan belida ini sangat minim.
Informasi yang ada baru
sebatas kehidupan ikan belida di alam, belum banyak yang mengarah pada
pemeliharaan di dalam wadah budidaya apalagi tentang pembenihannya.
Untuk melindungi dari kepunahan, saat ini telah dirintis beberapa penelitian
untuk menghasilkan benih ikan belida melalui kegiatan budidaya.
Salah satu masalah
dalam usaha pengembangan budidaya ikan ini adalah ketersediaan benih.
diperlukan
penelitian
yang
mengarah
kepada
produksi
benih
Untuk itu
agar
bisa
membudidayakan ikan belida.
Perumusan Masalah
Perpindahan ikan dari habitat asli ke habitat yang baru menyebabkan
hilangnya
beberapa
sinyal
lingkungan
yang
berhubungan
dengan
reproduksi,
sehingga kemungkinan tidak dapat bereproduksi secara alami di dalam sistem
budidaya (Zairin, 2003).
kurangnya
Kejadian tersebut kemungkinan karena tidak tersedia atau
hormon-hormon
yang
berperan
dalam
proses
vitelogenesis
dan
pematangan gonad terutama hormon gonadotropin yang berperan dalam merangsang
ovari untuk tumbuh dan berkembang.
2
Faktor-faktor yang berpengaruh pada proses vitelogenesis terdiri dari faktor
internal dan faktor eksternal.
Faktor eksternal seperti suhu, cahaya, curah hujan
merupakan faktor yang memberikan pengaruh dengan memberikan sinyal kepada
ikan untuk proses vitelogenesis.
Namun demikian sinyal ini kadang tidak tersedia
sepanjang tahun. Sedangkan faktor internal seperti tersedianya hormon steroid gonad
yaitu testosteron sebagai prekursor estradiol-17ß yang berperan dalam mensintesis
dan mensekresikan vitelogenin.
Pada banyak kasus, sinyal lingkungan untuk proses pematangan gonad dan
pemijahan tidak diketahui.
ditiru atau mahal.
Kalaupun diketahui, faktor lingkungan tersebut sukar
Manipulasi hormonal berupa suntikan dan implantasi hormon,
tidak lain adalah upaya potong kompas mengganti sinyal lingkungan.
Pada spesies
yang tidak memijah secara spontan di dalam wadah budidaya, manipulasi homonal
mutlak diperlukan (Zairin, 2003).
Untuk mengatasi ketiadaan atau kurangnya hormon gonadotropin dan steroid
gonad di dalam tubuh ikan, perlu dilakukan rekayasa hormonal dengan cara
memasukan hormon dari luar tubuh ikan.
Pemberian hormon 17a-metiltestosteron
selain dapat meningkatkan konsentrasi testosteron gonad yang diaromatasi menjadi
estradiol- 17ß juga dapat memberikan "feedback" positif terhadap pituitari untuk
mensekresikan hormon gonadotropin.
Meningkatnya kadar estradiol-17ß di dalam
darah akan merangsang hati mensintesis vitelogenin (Nagahama, 1987).
Vitelogenin
selanjutnya dilepas ke dalam darah dan kemudian secara selektif diambil dari plasma
darah untuk pengisian oosit.
Konsentrasi estradiol- 17ß dalam plasma darah yang
meningkat selama periode pertumbuhan oosit dapat digunakan sebagai indikator
vitelogenesis (Fostier et al., 1983). Supriyadi (2005) menyatakan pemberian hormon
metiltestosteron, HCG dan kombinasinya efektif meningkatkan konsentrasi estradiol17ß plasma darah ikan baung dan mampu mempercepat proses pematangan gonad
dalam waktu 56-98 hari. Sementara itu, penggunaan 17α-metiltestosteron pada dosis
50 hingga 100 µg/kg bobot ikan pada ikan jambal siam (Pangasius hypopthalmus)
mempunyai kecenderungan lebih baik dari dosis lainnya dalam pengaruhnya terhadap
gonad Sarwoto (2001).
3
LHRH dapat merangsang pelepasan hormon gonadotropin (LH). Breton et al.
(1997) melaporkan penyuntikan LHRH secara intravena pada ikan mas (Cyprinus
carpio) menyebabkan peningkatan tajam konsentrasi LH plasma dalam waktu dua
sampai enam menit setelah penyuntikan.
Selama ini pemberian hormon dilakukan dengan cara melarutkan hormon
dalam larutan salin kemudian disuntikan ke dalam tubuh ikan.
Cara ini kurang
efisien dalam menyediakan hormon dalam tubuh ikan dalam jangka waktu yang lama
karena hormon yang disuntikan bersama larutan salin akan cepat hilang dari
peredaran darah dan kenaikan konsentrasinya sangat cepat namun cepat pula
hilangnya.
Sehingga untuk mendapatkan hormon yang terus menerus, diperlukan
penyuntikan yang berulang, namun hal ini dapat menyebabkan stres pada ikan.
Untuk menghindari stres yang berkelanjutan akibat penyuntikan yang berulang serta
menyediakan hormon yang berkelanjutan dalam jangka waktu yang panjang maka
digunakan media implantasi dengan pelet pembawa hormon dengan bahan kolesterol
dan "cocoa butter": (Lee et al., 1986). Dengan sistem implantasi pelet berhormon
mudah dibuat dan dengan menggunakan peralatan sederhana.
Selain perkembangan
awal gonad yang dirangsang dengan hormon, dalam pemeliharaan perlu diupayakan
keadaan yang optimal baik dalam pemberian pakan, lingkungan tempat hidup ikan
(kualitas air).
Tujuan dan Manfaat
Penelitian
ini
bertujuan
untuk
mengetahui
dosis
yang
efektif
dalam
penggunaan hormon 17a-metiltestosteron dan LHRH-a terhadap kematangan gonad
ikan belida sampai siap memijah.
Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi tentang
perkembangan dan pamatangan gonad sampai siap memijah dalam usaha pembenihan
ikan belida.
Hipotesis
Jika
pemberian
hormon
17a-metiltestosteron
dan
LHRH-a
efektif
meningkatkan kadar estradiol-17ß darah maka proses vitelogenesis meningkat secara
4
berkelanjutan sehingga dapat mempercepat proses pertumbuhan dan pematangan
gonad.
TINJAUAN PUSTAKA
Perkembangan Gonad
Dalam proses reproduksi, sebelum terjadi pemijahan sebagian besar hasil
metabolisme tertuju pada perkembangan gonad. Bobot gonad ikan akan mencapai
maksimum sesaat ikan akan memijah, kemudian akan menurun dengan cepat selama
pemijahan berlangsung sampai selesai. Umumnya peningkatan bobot gonad ikan
betina pada saat matang gonad dapat mencapai 10-25% dari bobot tubuh dan 5–10%
pada ikan jantan. Semakin besar tingkat kematangan gonad, diameter telur yang ada
dalam gonad semakin membesar (Effendie, 1997).
Perkembangan gonad ikan dapat dibagi menjadi dua tahapan yaitu
pertumbuhan gonad ikan sampai menjadi dewasa kelamin “sexually mature” dan
selanjutnya adalah pematangan gamet.
Tahap pertama berlangsung mulai larva
hingga mencapai dewasa kelamin dan tahap kedua dimulai setelah ikan mencapai
dewasa, kemudian terus berkembang selama fungsi reproduksi berjalan normal
Lagler et al. (1997); Harvey dan Carolsfeld (1993). Kematangan gonad pada ikan
tertentu dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor luar dan faktor dalam. Faktor luar
yang berpengaruh adalah suhu, arus, adanya lawan jenis dan lain- lain. Faktor dalam
antara lain adalah perbedaan spesies, umur, serta sifat-sifat fisiologis lainnya Lagler
et al., (1997).
Ikan belida (N notopterus) di Thailand pertama kali matang kelamin
pada ukuran 20 cm. Ikan N chitala matang kelamin pada berat 4 kg (Ondara &
Dharyani, 1995). Ikan belida berkembang biak secara alami di perairan umum pada
awal musim penghujan. Telur-telur diletakan pada tonggak pada kedalaman 1-2 m
(Widyastuti, 1993).
Jumlah telur yang dikeluarkan untuk satu kali pemijahan
berkisar antara 5000–10.000 butir. Masa pengeraman sebelum menetas 5–6 hari pada
suhu 33 °C (Ondara dan Dharyani, 1995). Ikan belida di India dan Thailand, jantan
menjaga telur dan betina diperkirakan memijah tiga kali dalam musim- musim AprilJuli, menghasilkan 10.000 butir telur (Lowe-McConnel, 1975 dalam Madang, 1999).
6
Perkembangan gonad ikan (ovarium), dapat dievaluasi berdasarkan atas
pengamatan secara makroskopis dan mikroskopis.
Pengelompokan berdasarkan
morfologi telah dilaporkan oleh Cassie dalam Efendie, 1985 seperti pada Tabel 1.
Tabel 1. Kriteria penilaian kematangan gonad ikan (Cassie dalam Effendie, 1985)
TKG
Ovari
Testis
I
Ovari kecil memanjang seperti Testis kecil memanjang warna jernih
benang, warna jernih dan permukaan
licin
II
Ukuran ovari lebih besar, warna Ukuran testis jauh lebih besar, warna
lebih gelap, kekuningan.
Telur putih seperti susu, bentuk lebih jelas
belum terlihat dengan mata telanjang daripada tingkat satu
III Ovari berwarna kuning, butir-butir Permukaan testis bagian ventral
telur mulai kelihatan dengan mata tampak berlekuk, warna semakin
telanjang
putih dan ukuran semakin besar.
IV Butir-butir telur besar berwarna Seperti pada tingkat tiga tampak
kuning, mengisi setengah sampai lebih jelas. Testis semakin pejal.
duapertiga bagian rongga perut.
V
Ovari berkerut, dinding tebal, butir Testis bagian belakang kosong dan
telur sisa terdapat didekat pelepasan. dibagian dekat pelepasan masih
Banyak telur seperti pada tingkat II
berisi sperma
Pada tahap perkembangan awal oogonia terlihat sangat kecil, berbentuk bulat
dengan inti sel yang sangat besar dibandingkan dengan sitoplasmanya. Oogonia
terlihat bekelompok, tapi kadang-kadang ada juga yang berbentuk tunggal.
Sementara itu oogonia terus memperbanyak diri dengan cara mitosis. Pada ikan yang
mempunyai siklus reproduksi tahunan atau tengah tahunan akan terlihat adanya
puncak-puncak pembelahan oogonia. Pada ikan yang berpijah sepanjang tahun,
perbanyakan oogonia akan terjadi teus menerus sepanjang tahun.
Transformasi
oogonia menjadi oosit primer pada tahap pertumbuhan kedua dikenal dengan
munculnya kromosom.
Segera setelah itu folikel berubah bentuk dari semula
berbentuk skuamosa menjadi bentuk kapsul oosit. Inti sel terletak pada bagian sentral
dibungkus oleh lapisan sitoplasma yang sangat tipis. Pada perkembangan selanjutnya
oosit membentuk lapisan chorion, granulosa, membran dan teka. Oosit dike lilingi
oleh lapisan sel-sel folikel yang membentuk dua lapisan yaitu lapisan granulosa di
7
sebelah dalam yang menempel dengan oosit dan lapisan teka di sebelah luarnya. Juga
butir-butir lemak mulai terlihat ditumpuk pada sitoplasma dan bersama dengan itu
muncul alveoli codical. Butir-butir lemak ini selanjutnya akan bertambah besar pada
proses vitelogenesis yang diawali dengan pembentukan vakuola-vakuola kemudian
diikuti dengan munculnua globul- globul kuning telur karena adanya rangsangan
vitelogenin dan hati (Hoar & Nagahama 1978; Ernawati 1999).
Menurut Mommsen & Walsh (1988) pembentukan vitelogenin di hati terjadi
pada bagian retikulum endoplasma, dikumpulkan pada aparatus golgi dan
disekresikan ke dalam aliran darah. Selanjutnya akan terikat dengan protein reseptor
spesifik yang terdapat pada membran oosit kemudian diserap melalui mikropinosis
dan dipindahkan ke microvesicular body. Sebelum penimbunan akhir dalam kuning
telur vitelogenin dipecah menjadi omponen-komponen lipovitelin dan phosvitin
(Gambar 1.). Proses pembentukan vitelogenin ini terus berlangsung di dalam tubuh
ikan yang dinamakan proses vitelogenesis (Nagahama 1987; Yaron 1995; Cerda et al.
1996). Selama terjadinya proses ini menyebabkan meningkatnya volume granula
kuning telur yang sekaligus menyebabkan meningkatnya ukuran oosit serta nilai
indeks gonado somatik (IGS) dan indeks hepatosomaik (IHS) ikan (Cerda et al.
1996).
Prosentase komposisi tingkat kematangan pada setiap saat dapat dipakai untuk
menduga terjadinya pemijahan. Ikan yang mempunyai satu musim pemijahan yang
pendek dalam satu tahun atau saat pemijahannya panjang, akan ditandai dengan
peningkatan prosentase tingkat kematangan gonad yang tinggi pada setiap akan
mendekati musim pemijahan.
Bagi ikan yang mempunyai musim pemijahan
sepanjang tahun, pada pengambilan contoh setiap saat akan didapatkan komposisi
tingkat kematangan gonad terdiri dari berbagai tingkat dengan prosentase yang tidak
sama.
Prosentase tinggi dari tingkat kematangan gonad yang besar merupakan
puncak pemijahan walaupun pemijahan sepanjang tahun. Jadi dari komposisi tingkat
kematangan gonad ini dapat diperoleh keterangan waktu mulai dan berakhirnya
kejadian pemijahan dengan puncaknya (Efendie, 2002).
8
OOSIT
DARAH
HATI
Aparatus golgi
Reseptor
Yolk
Phosvitin
Vitelogenin
Reseptor
vitelogenin
Lipovitelin Microvesicular
Body
Estrogen (E)
Vitelogenin
DNA
Vitelogenin
E – R- Complex
mRN A
Reseptor
Nukleus
Sel Folikel
Gambar 1. Sistem umpan balik antara oosit dan hati dalam proses vitelogenesis
(Mommsen & Walsh 1988)
Peran Hormon dalam Reproduksi Ikan
Seperti pada hewan bertulang belakang lain, proses reproduksi pada ikan
dikontrol oleh ritme biologi dalam seperti isyarat lingkungan (Munro, 1990 dalam
Patino, 1997). Isyarat lingkungan penting untuk terjadinya reproduksi sebagai faktor
penentu (kualitas air, ketersediaan pakan, pemangsaan), di dalam konteks evolusi,
sudah ditentukan ketika dan di mana pemijahan terjadi, dan isyarat penyelaras
(potoperiod dan temperature dan perubahan langsung, keberadaan tempat pemijahan,
peromon) .
Sistem reproduksi ikan betina dikontrol oleh poros hipothalamus–pituitari–
gonad. Sebagai respon terhadap perubahan lingkungan, hipothalamus melepaskan
GnRH yang merangsang sekresi gonadotropin oleh kelenjar pituitari menuju organ
sasaran yaitu gonad. Dibawah pengaruh gonadotropin folikel ovari memproduksi
androgen terutama testosteron yang selanjutnya diubah menjadi estradiol- 17β dengan
bantuan enzim aromatase.
Hormon estradiol-17β kemudian merangsang proses
vitelogenesis. Menurut Tyleret al. (1991) vitelogenesis adalah proses induksi dan
sintesis vitelogenin di hati sebagai respon dari hormon estradiol-17β dan selanjutnya
42
Lampiran 2. Teknik pengambilan darah ikan belida
43
Lampiran 3. Bahan dan alat RIA
44
Lampiran 4. Cara kerja RIA
Prosedur pengukuran konsentrasi hormo n estradiol 17ß dan testosteron plasma
berdasarkan manual dari Diagnostic Product Corporation (DPC).
1. Persiapan zat-zat pereaksi atau reagens :
a. Estradiol mempunyai tendensi kuatmenyerap permukaan wadah plastik yang
tidak diberi perlakuan. Oleh sebab itu penggunaan wadah atau penutup yang
terbuat dari bahan platik haru dihindari.
b. Tabung estradiol dan testosteron total yang sudh dilapisi antibodi, disimpan
dalam refrigerator dn jauh dari tempat lembab atau berair. Bila sgelnya sudah
dibuka, tabung dapat disimpan pada suhu 2 – 8 °C sampai waktu kadaluwarsa
yang tertera pada kantung pembungkusnya.
c. Botol yang berisi105 ml estradiol
125
I atau testosteron total yang sudah
teriodisasi dalam bentuk cair, disimpan dalam refrigerator pada suhu 2 – 8 °C
untuk 30 hari setelah segel dibuka atau sampai waktu kadaluwarsa yang
tertera pada vial.
d. Kalibrator estradiol dan testosteron total terdiri dari tujuh kalibrator yaitu
tabung A (kalibrator nol, 0 ?g/ml) berisi 5 ml dan sisanya tabung B (20
?g/ml), C (50 ?g/ml), D (150 ?g/ml), E (500 ?g/ml), F (1800 ?g/ml) dan G
(3600 ?g/ml) berisi masing-masing 2 ml.
Tabung-tabung yang sudah dibuka
segelnya disimpan dalam refrigerator pada suhu 2 – 8 °C maksimal 30 hari
setelah dibuka.
Untuk penyimpanan lebih lama 9sampai 6 bulan), tabung
dapat disimpan dalam feezer bersuhu minus 20 °C.
e. Persiapan tabung reaksi di dalam rak dan masukan ke dalamnya unsur-unsur
antibodi (Ab), antigen radioaktif (Ag*), sampel plasma atau standar:
Untuk analisis Estradiol 17 da testosteron
a. Label 4 tabung polipropilen polos (plain tube), untuk jumlah total binding dan
(NSB, son spesifik binding) ukuran 12 x 5 mm dalam duplo.
b. Label 14 tabung kalibrator sudah dilapisi antibodi estradiol masing-masing
taung A untuk ikatan maksimum (konsentrasi 0 ?g/ml), B (20 ?g/ml), C (50
45
?g/ml), D (150 ?g/ml), E (500 ?g/ml), F (1800 ?g/ml) dan G (3600 ?g/ml)
dalam duplo.
c. Label
tabung
tambahan
yang
sudah
dilapisi
antiobodi
estradiol
atau
testosteron dalam duplo untuk smpel plasma standar.
d. Pipet 100 µl kalibrator nl A untuk analisis estradiol ke dalam tabung NSB dan
tabung A, dan 100 µl kalibrator B, C, D, E, F, dan G (untuk analisis estradiol)
ke dalam tabung yang sudah dilabel.
e. Pipet 100 µl iap-tiap sampel plasma (untuk analisis estradiol) ke dalam tabung
yang sudah disiapkan. Pipet diletakkan langsung sampai dasar tabung.
f.
Tambahkan 1 ml total estradiol
125
I ke setiap tabung dan diaduk selama 10
menit.
g. Inkubasikan selama 3 jam pada suhu ruangan.
h. Ikatan Ag*-Ab dari Ag8 bebas dipisah dengan metode penuangan.
2. Perhitungan hasil ; konsentrasi estradiol tau testosteron total dihitung berdasrkan
kurva kalibrasi logit-log dengan menentukan ;
a. jumlah rata-rata ikatan per menit untuk setiap pasang tabung NSB dengan
rumus :
Jumlah bersih = CPM (countper menit) – rata-rata NSB CPM
b. Menetukan ikatan setiap pasangan tabung sebagai persen ikatan maksimum
(MB), dengan jumlah NSB tabung A sebagai 00%.
Dengan kertas gambar logit-log, plot sumbu vertikal (sumbu y) untuk konsentrasi
hormon dan sumbu horizontal (sumbu x) untuk setiap kalibrator B sampai G dan
Gambar garis lurus mendekati bagian titik tersebut.
Konsentrasi estradiol atau
testosteron total untuk sampel kemudian diperkirakan dari garis dengan interpolasi.
46
Lampiran 5. Pengambilan sampel telur dengan cara dibedah
47
Lampiran 6. Cara pembuatan pelet berhormon dan kolesterol (Cholik et al 1990).
1.
Ambil sedikit cocoa butter (6 tetes) dalam test tube, masukan dalam beaker
glass 50 ml yang berisi air dan panaskan dengan alat pemanas.
2.
Timbang sejumlah 190 mg cholesterol powdr masukan dalam mortal.
3.
Dengan pipet ependorof ambil 0,2 ml larutan alkohol dan campur dengan
hormon 17a - metiltestosteron, masukan dalm mortal berisi kolesterol, larutkan
dan lumatkan.
4.
Inkubasikan selama satu jam atau lebih pada suhu 37 °C.
5.
Dengan sendok logam (spatula) keruk campuran tersebut dan satukan.
6.
Tambahkan satu tetes cocoa butter dan aduk berkali-kali hingga homogen.
7.
Diamkan satu malam (24 jam) dalam refrigerator.
8.
Cetak dengan alat yang sudah dibuat dan pres dengan paku dan pukul hingga
padat betul.
9.
Berdasarkan pengalaman dari satu resep dapat dibuat pelet ukura diameter 1
mm dan panjng 3 mm sebanyak 29 pelet.
48
Lampiran 7. Teknik implantasi ikan belida
49
Lampiran 8. Kadar hormon testosteron (?g/ml), estradiol (?g/ml) rata-rata dalam
plasma darah, diameter telur (mm) dan indeks gonad somatik (%)
selama percobaan.
Implantasi
testosteron
µg/kg
0
50
100
150
Kadar testosteron (?g/ml) dalam darah Hari ke
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
110
120
0,560
0,970
0,180
0,665
0,750
1,355
0,260
1,830
0,850
1,250
0,385
1,715
0,550
1,405
0,420
1,840
0,380
0,500
0,450
1,355
0,225
0,375
0,190
0,280
0,115
0,115
0,215
0,785
0,140
0,275
0,405
0,405
0,375
0,320
0,210
0,200
0,240
0,465
0,240
0,725
0,160
0,180
0,140
0,385
0,185
0,360
0,345
0,240
0,205
0,465
0,405
0,395
Implantasi
testosteron
µg/kg
0
50
100
150
Kadar estradiol ?g/ml Hari ke
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
110
120
17736,0
399,0
289,0
10624,0
698,0
372,0
163,5
2731,0
650,0
898,0
133,0
1047,0
560,0
35,0
214,0
176,0
310,5
411,0
222,0
525,0
133,0
93,5
145,0
324,5
201,0
464,0
586,0
750,0
220,0
304,0
166,0
550,0
135,5
183,5
117,5
256,5
344,5
72,0
311,5
407,5
152,5
168,5
174,0
23,0
111,0
50,7
188,0
127,0
176,0
115,5
112,5
289,0
Implantasi testosteron µg/kg
0
50
100
150
Implantasi testosteron
µg/kg
0
50
100
150
0
0,63
0
0,99
Hari ke
60
0,83
0,50
0,81
0,63
IGS hari ke
60
1.37
0,68
1,28
1,01
120
0,36
0,44
0,57
0,68
120
0.65
0.95
1.03
1.61
50
Lampiran 9. Anova hubungan Dosis dengan kadar testosteron dalam darah
General Linear Model: Testosteron Hari ke 0 versus Dosis
Factor
Dosis
Type
fixed
Levels
4
Values
0, 50, 100, 150
Analysis of Variance for Hari ke 0, using Adjusted SS for Tests
Source
Dosis
Error
Total
DF
3
4
7
Seq SS
0.6379
0.5753
1.2132
S = 0.379226
Adj SS
0.6379
0.5753
Adj MS
0.2126
0.1438
R-Sq = 52.58%
F
1.48
P
0.347
R-Sq(adj) = 17.02%
General Linear Model: Testosteron Hari ke10 versus Dosis
Factor
Dosis
Type
fixed
Levels
4
Values
0, 50, 100, 150
Analysis of Variance for Hari ke10, using Adjusted SS for Tests
Source
Dosis
Error
Total
DF
3
4
7
Seq SS
2.8310
1.7155
4.5465
S = 0.654876
Adj SS
2.8310
1.7155
Adj MS
0.9437
0.4289
R-Sq = 62.27%
F
2.20
P
0.231
R-Sq(adj) = 33.97%
General Linear Model: Testosteron Hari ke 20 versus Dosis
Factor
Dosis
Type
fixed
Levels
4
Values
0, 50, 100, 150
Analysis of Variance for Hari ke 20, using Adjusted SS for Tests
Source
Dosis
Error
Total
DF
3
4
7
S = 0.503264
Seq SS
1.9289
1.0131
2.9420
Adj SS
1.9289
1.0131
Adj MS
0.6430
0.2533
R-Sq = 65.56%
F
2.54
P
0.195
R-Sq(adj) = 39.74%
51
General Linear Model: Hari ke 30 versus Dosis
Factor
Dosis
Type
fixed
Levels
4
Values
0, 50, 100, 150
Analysis of Variance for Hari ke 30, using Adjusted SS for Tests
Source
Dosis
Error
Total
DF
3
4
7
Seq SS
2.7939
0.9979
3.7918
S = 0.499462
Adj SS
2.7939
0.9979
Adj MS
0.9313
0.2495
R-Sq = 73.68%
F
3.73
P
0.118
R-Sq(adj) = 53.95%
General Linear Model: Testosteron Hari ke 40 versus Dosis
Factor
Dosis
Type
fixed
Levels
4
Values
0, 50, 100, 150
Analysis of Variance for Hari ke 40, using Adjusted SS for Tests
Source
Dosis
Error
Total
DF
3
4
7
Seq SS
1.2612
0.4287
1.6899
S = 0.327357
Adj SS
1.2612
0.4287
Adj MS
0.4204
0.1072
R-Sq = 74.63%
F
3.92
P
0.110
R-Sq(adj) = 55.61%
General Linear Model: Testosteron Hari ke 50 versus Dosis
Factor
Dosis
Type
fixed
Levels
4
Values
0, 50, 100, 150
Analysis of Variance for Hari ke 50, using Adjusted SS for Tests
Source
Dosis
Error
Total
DF
3
4
7
Seq SS
0.03905
0.10250
0.14155
S = 0.160078
Adj SS
0.03905
0.10250
R-Sq = 27.59%
Adj MS
0.01302
0.02563
F
0.51
P
0.698
R-Sq(adj) = 0.00%
52
General Linear Model: Testosteron Hari 60 versus Dosis
Factor
Dosis
Type
fixed
Levels
4
Values
0, 50, 100, 150
Analysis of Variance for Hari 60, using Adjusted SS for Tests
Source
Dosis
Error
Total
DF
3
4
7
Seq SS
0.62135
0.01620
0.63755
S = 0.0636396
Adj SS
0.62135
0.01620
Adj MS
0.20712
0.00405
R-Sq = 97.46%
F
51.14
P
0.001
R-Sq(adj) = 95.55%
Tukey 95.0% Simultaneous Confidence Intervals
Response Variable Hari 60
All Pairwise Comparisons among Levels of Dosis
Dosis =
0 subtracted from:
Dosis
50
100
150
Lower
-0.2592
-0.1592
0.4108
Dosis =
Dosis
100
150
50
Dosis
150
Upper
0.2592
0.3592
0.9292
-------+---------+---------+--------(------*------)
(-------*------)
(------*-------)
-------+---------+---------+--------0.00
0.35
0.70
subtracted from:
Lower
-0.1592
0.4108
Dosis = 100
Center
-0.000000
0.100000
0.670000
Center
0.1000
0.6700
Upper
0.3592
0.9292
-------+---------+---------+--------(-------*------)
(------*-------)
-------+---------+---------+--------0.00
0.35
0.70
subtracted from:
Lower
0.3108
Center
0.5700
Upper
0.8292
-------+---------+---------+--------(------*-------)
-------+---------+---------+--------0.00
0.35
0.70
Tukey Simultaneous Tests
Response Variable Hari 60
All Pairwise Comparisons among Levels of Dosis
Dosis =
0 subtracted from:
Dosis
50
100
150
Difference
of Means
-0.000000
0.100000
0.670000
Dosis =
50
SE of
Difference
0.06364
0.06364
0.06364
subtracted from:
T-Value
-0.0000
1.5713
10.5280
Adjusted
P-Value
1.0000
0.4815
0.0016
53
Difference
SE of
Dosis
of Means Difference
100
0.1000
0.06364
150
0.6700
0.06364
Dosis = 100 subtracted from:
Dosis
150
Difference
of Means
0.5700
SE of
Difference
0.06364
T-Value
1.571
10.528
Adjusted
P-Value
0.4815
0.0016
T-Value
8.957
Adjusted
P-Value
0.0030
General Linear Model: Testosteron Hari ke 70 versus Dosis
Factor
Dosis
Type
fixed
Levels
4
Values
0, 50, 100, 150
Analysis of Variance for Hari ke 70, using Adjusted SS for Tests
Source
Dosis
Error
Total
DF
3
4
7
Seq SS
0.11705
0.32950
0.44655
S = 0.287010
Adj SS
0.11705
0.32950
R-Sq = 26.21%
Adj MS
0.03902
0.08238
F
0.47
P
0.717
R-Sq(adj) = 0.00%
General Linear Model: Testosteron Hari ke 80 versus Dosis
Factor
Dosis
Type
fixed
Levels
4
Values
0, 50, 100, 150
Analysis of Variance for Hari ke 80, using Adjusted SS for Tests
Source
Dosis
Error
Total
DF
3
4
7
Seq SS
0.04374
0.17385
0.21759
S = 0.208477
Adj SS
0.04374
0.17385
R-Sq = 20.10%
Adj MS
0.01458
0.04346
F
0.34
P
0.802
R-Sq(adj) = 0.00%
General Linear Model: Testosteron Hari ke 90 versus Dosis
Factor
Dosis
Type
fixed
Levels
4
Values
0, 50, 100, 150
Analysis of Variance for Hari ke 90, using Adjusted SS for Tests
Source
Dosis
Error
Total
DF
3
4
7
Seq SS
0.31965
0.04590
0.36555
Adj SS
0.31965
0.04590
Adj MS
0.10655
0.01148
F
9.29
P
0.028
54
S = 0.107121
R-Sq = 87.44%
R-Sq(adj) = 78.03%
Tukey 95.0% Simultaneous Confidence Intervals
Response Variable Hari ke 90
All Pairwise Comparisons among Levels of Dosis
Dosis =
0 subtracted from:
Dosis
50
100
150
Lower
-0.2113
-0.4363
0.0487
Dosis =
Dosis
100
150
50
Dosis
150
Upper
0.6613
0.4363
0.9213
---+---------+---------+---------+--(-------*--------)
(--------*--------)
(--------*-------)
---+---------+---------+---------+---0.50
0.00
0.50
1.00
subtracted from:
Lower
-0.6613
-0.1763
Dosis = 100
Center
0.225000
-0.000000
0.485000
Center
-0.2250
0.2600
Upper
0.2113
0.6963
---+---------+---------+---------+--(-------*--------)
(--------*--------)
---+---------+---------+---------+---0.50
0.00
0.50
1.00
subtracted from:
Lower
0.04870
Center
0.4850
Upper
0.9213
---+---------+---------+---------+--(--------*-------)
---+---------+---------+---------+---0.50
0.00
0.50
1.00
Tukey Simultaneous Tests
Response Variable Hari ke 90
All Pairwise Comparisons among Levels of Dosis
Dosis =
0 subtracted from:
Difference
of Means
0.225000
-0.000000
0.485000
Dosis
50
100
150
Dosis =
Dosis
100
150
50
Dosis
150
T-Value
2.10042
-0.00000
4.52757
Adjusted
P-Value
0.2922
1.0000
0.0353
subtracted from:
Difference
of Means
-0.2250
0.2600
Dosis = 100
SE of
Difference
0.1071
0.1071
0.1071
SE of
Difference
0.1071
0.1071
T-Value
-2.100
2.427
Adjusted
P-Value
0.2922
0.2132
T-Value
4.528
Adjusted
P-Value
0.0353
subtracted from:
Difference
of Means
0.4850
SE of
Difference
0.1071
55
General Linear Model: Testosteron Hari ke 100 versus Dosis
Factor
Dosis
Type
fixed
Levels
4
Values
0, 50, 100, 150
Analysis of Variance for Hari k e 100, using Adjusted SS for Tests
Source
Dosis
Error
Total
DF
3
4
7
Seq SS
0.07754
0.20445
0.28199
S = 0.226081
Adj SS
0.07754
0.20445
Adj MS
0.02585
0.05111
R-Sq = 27.50%
F
0.51
P
0.699
R-Sq(adj) = 0.00%
General Linear Model: Testosteron Hari ke 110 versus Dosis
Factor
Dosis
Type
fixed
Levels
4
Values
0, 50, 100, 150
Analysis of Variance for Hari ke 110, using Adjusted SS for Tests
Source
Dosis
Error
Total
DF
3
4
7
Seq SS
0.04245
0.08930
0.13175
S = 0.149416
Adj SS
0.04245
0.08930
Adj MS
0.01415
0.02233
R-Sq = 32.22%
F
0.63
P
0.631
R-Sq(adj) = 0.00%
General Linear Model: Testosteron Hari ke 120 versus Dosis
Factor
Dosis
Type
fixed
Levels
4
Values
0, 50, 100, 150
Analysis of Variance for Hari ke 120, using Adjusted SS for Tests
Source
Dosis
Error
Total
DF
3
4
7
Seq SS
0.076150
0.009000
0.085150
S = 0.0474342
Adj SS
0.076150
0.009000
R-Sq = 89.43%
Adj MS
0.025383
0.002250
F
11.28
P
0.020
R-Sq(adj) = 81.50%
Tukey 95.0% Simultaneous Confidence Intervals
Response Variable Hari ke 120
All Pairwise Comparisons among Levels of Dosis
Dosis =
0 subtracted from:
56
Dosis
50
100
150
Lower
0.066804
0.006804
-0.003196
Dosis =
Dosis
100
150
50
Dosis
150
Upper
0.4532
0.3932
0.3832
---+---------+---------+---------+--(---------*---------)
(---------*---------)
(--------*---------)
---+---------+---------+---------+---0.20
0.00
0.20
0.40
subtracted from:
Lower
-0.2532
-0.2632
Dosis = 100
Center
0.2600
0.2000
0.1900
Center
-0.06000
-0.07000
Upper
0.1332
0.1232
---+---------+---------+---------+--(---------*---------)
(--------*---------)
---+---------+---------+---------+---0.20
0.00
0.20
0.40
subtracted from:
Lower
-0.2032
Center
-0.01000
Upper
0.1832
---+---------+---------+---------+--(--------*---------)
---+---------+---------+---------+---0.20
0.00
0.20
0.40
Tukey Simultaneous Tests
Response Variable Hari ke 120
All Pairwise Comparisons among Levels of Dosis
Dosis =
0 subtracted from:
Dosis
50
100
150
Difference
of Means
0.2600
0.2000
0.1900
Dosis =
Dosis
100
150
50
Dosis
150
T-Value
5.481
4.216
4.006
Adjusted
P-Value
0.0183
0.0446
0.0527
T-Value
-1.265
-1.476
Adjusted
P-Value
0.6256
0.5242
T-Value
-0.2108
Adjusted
P-Value
0.9962
subtracted from:
Difference
of Means
-0.06000
-0.07000
Dosis = 100
SE of
Difference
0.04743
0.04743
0.04743
SE of
Difference
0.04743
0.04743
subtracted from:
Difference
of Means
-0.01000
SE of
Difference
0.04743
57
Lampiran 10. Anova hubungan Dosis dengan kadar estradiol dalam darah
General Linear Model: Estradiol Hari ke 0 versus Dosis
Factor
Dosis
Type
fixed
Levels
4
Values
0, 50, 100, 150
Analysis of Variance for Estradiol Hari ke 0, using Adjusted SS for Tests
Source
Dosis
Error
Total
DF
3
4
7
Seq SS
433455493
227967838
661423331
S = 7549.30
Adj SS
433455493
227967838
R-Sq = 65.53%
Adj MS
144485164
56991959
F
2.54
P
0.195
R -Sq(adj) = 39.68%
General Linear Model: Estradiol Hari ke 10 versus Dosis
Factor
Dosis
Type
fixed
Levels
4
Values
0, 50, 100, 150
Analysis of Variance for Estradiol Hari ke 10, using Adjusted SS for Tests
Source
Dosis
Error
Total
DF
3
4
7
Seq SS
8359253
1257949
9617202
S = 560.792
Adj SS
8359253
1257949
R-Sq = 86.92%
Adj MS
2786418
314487
F
8.86
P
0.031
R -Sq(adj) = 77.11%
Tukey 95.0% Simultaneous Confidence Intervals
Response Variable Hari ke10
All Pairwise Comparisons among Levels of Dosis
Dosis =
0 subtracted from:
Dosis
50
100
150
Dosis =
Dosis
100
150
Lower
-2610
-2819
-252
50
Lower
-2493
74
Dosis = 100
Center
-326.0
-534.5
2032.5
Upper
1958
1750
4317
-+---------+---------+---------+----(--------*--------)
(--------*--------)
(--------*--------)
-+---------+---------+---------+-----2500
0
2500
5000
subtracted from:
Center
-208.5
2358.5
Upper
2076
4643
subtracted from:
-+---------+---------+---------+----(--------*--------)
(--------*---------)
-+---------+---------+---------+-----2500
0
2500
5000
58
Dosis
150
Lower
282.9
Center
2567
Upper
4851
-+---------+---------+---------+----(--------*--------)
-+---------+---------+---------+-----2500
0
2500
5000
Tukey Simultaneous Tests
Response Variable Hari ke10
All Pairwise Comparisons among Levels of Dosis
Dosis =
0 subtracted from:
Difference
of Means
-326.0
-534.5
2032.5
Dosis
50
100
150
Dosis =
Dosis
100
150
50
Dosis
150
T-Value
-0.5813
-0.9531
3.6243
Adjusted
P-Value
0.9327
0.7815
0.0719
T-Value
-0.3718
4.2057
Adjusted
P-Value
0.9801
0.0450
T-Value
4.577
Adjusted
P-Value
0.0340
subtracted from:
Difference
of Means
-208.5
2358.5
Dosis = 100
SE of
Difference
560.8
560.8
560.8
SE of
Difference
560.8
560.8
subtracted from:
Difference
of Means
2567
SE of
Difference
560.8
General Linear Model: Estradiol Hari ke 20 versus Dosis
Factor
Dosis
Type
fixed
Levels
4
Values
0, 50, 100, 150
Analysis of Variance for Hari ke 20, using Adjusted SS for Tests
Source
Dosis
Error
Total
DF
3
4
7
S = 555.966
Seq SS
964911
1236391
2201302
Adj SS
964911
1236391
R-Sq = 43.83%
Adj MS
321637
309098
F
1.04
P
0.465
R -Sq(adj) = 1.71%
59
General Linear Model: Estradiol Hari ke 30 versus Dosis
Factor
Dosis
Type
fixed
Levels
4
Values
0, 50, 100, 150
Analysis of Variance for Hari ke 30, using Adjusted SS for Tests
Source
Dosis
Error
Total
DF
3
4
7
Seq SS
298146
84233
382379
S = 145.114
Adj SS
298146
84233
R-Sq = 77.97%
Adj MS
99382
21058
F
4.72
P
0.084
R -Sq(adj) = 61.45%
General Linear Model: Estradiol Hari ke 40 versus Dosis
Factor
Dosis
Type
fixed
Levels
4
Values
0, 50, 100, 150
Analysis of Variance for Hari ke 40, using Adjusted SS for Tests
Source
Dosis
Error
Total
DF
3
4
7
Seq SS
102955
126465
229420
S = 177.810
Adj SS
102955
126465
R-Sq = 44.88%
Adj MS
34318
31616
F
1.09
P
0.451
R -Sq(adj) = 3.53%
General Linear Model: Estradiol Hari ke 50 versus Dosis
Factor
Dosis
Type
fixed
Levels
4
Values
0, 50, 100, 150
Analysis of Variance for Hari ke 50, using Adjusted SS for Tests
Source
Dosis
Error
Total
DF
3
4
7
Seq SS
63305
7915
71220
Adj SS
63305
7915
Adj MS
21102
1979
F
10.66
P
0.022
S = 44.4831
R-Sq = 88.89%
R -Sq(adj) = 80.55%
Tukey 95.0% Simultaneous Confidence Intervals
Response Variable Hari ke 50
All Pairwise Comparisons among Levels of Dosis
Dosis =
0 subtracted from:
Dosis
Lower Center Upper
-+---------+---------+---------+----50
-220.7 -39.50 141.7
(--------*--------)
100
-169.2
12.00 193.2
(--------*--------)
150
10.3 191.50 372.7
(--------*--------)
-+---------+---------+---------+-----200
0
200
400
60
Dosis =
Dosis
100
150
50
subtracted from:
Lower
-129.7
49.8
Dosis = 100
Dosis
150
Center
51.50
231.00
Upper
232.7
412.2
-+---------+---------+---------+----(--------*--------)
(---------*--------)
-+---------+---------+---------+-----200
0
200
400
subtracted from:
Lower
-1.677
Center
179.5
Upper
360.7
-+---------+---------+---------+----(--------*--------)
-+---------+---------+---------+-----200
0
200
400
Tukey Simultaneous Tests
Response Variable Hari ke 50
All Pairwise Comparisons among Levels of Dosis
Dosis =
0 subtracted from:
Difference
of Means
-39.50
12.00
191.50
Dosis
50
100
150
Dosis =
Dosis
100
150
50
Dosis
150
T-Value
-0.8880
0.2698
4.3050
Adjusted
P-Value
0.8124
0.9921
0.0417
T-Value
1.158
5.193
Adjusted
P-Value
0.6794
0.0221
T-Value
4.035
Adjusted
P-Value
0.0514
subtracted from:
Difference
of Means
51.50
231.00
Dosis = 100
SE of
Difference
44.48
44.48
44.48
SE of
Difference
44.48
44.48
subtracted from:
Difference
of Means
179.5
SE of
Difference
44.48
General Linear Model: Estradiol Hari 60 versus Dosis
Factor
Dosis
Type
fixed
Levels
4
Values
0, 50, 100, 150
Analysis of Variance for Hari 60, using Adjusted SS for Tests
Source
Dosis
Error
Total
DF
3
4
7
S = 171.550
Seq SS
321087
117717
438804
Adj SS
321087
117717
R-Sq = 73.17%
Adj MS
107029
29429
F
3.64
P
0.122
R -Sq(adj) = 53.05%
61
General Linear Model: Estradiol Hari ke 70 versus Dosis
Factor
Dosis
Type
fixed
Levels
4
Values
0, 50, 100, 150
Analysis of Variance for Hari ke 70, using Adjusted SS for Tests
Source
Dosis
Error
Total
DF
3
4
7
Seq SS
172932
24009
196941
S = 77.4734
Adj SS
172932
24009
Adj MS
57644
6002
R-Sq = 87.81%
F
9.60
P
0.027
R -Sq(adj) = 78.67%
Tukey 95.0% Simultaneous Confidence Intervals
Response Variable Hari ke 70
All Pairwise Comparisons among Levels of Dosis
Dosis =
0 subtracted from:
Dosis
50
100
150
Lower
-231.0
-369.5
14.5
Dosis =
Dosis
100
150
50
Dosis
150
Lower
68.46
Upper
400.0
261.5
645.5
---+---------+---------+---------+--(--------*--------)
(--------*--------)
(--------*--------)
---+---------+---------+---------+---350
0
350
700
subtracted from:
Lower
-454.0
-70.0
Dosis = 100
Center
84.50
-54.00
330.00
Center
-138.5
245.5
Upper ---+---------+---------+---------+--177.0 ( --------*--------)
561.0
(--------*--------)
---+---------+---------+---------+---350
0
350
700
subtracted from:
Center
384.0
Upper
699.5
---+---------+---------+---------+--(--------*--------)
---+---------+---------+---------+---350
0
350
700
Tukey Simultaneous Tests
Response Variable Hari ke 70
All Pairwise Comparisons among Levels of Dosis
Dosis =
0 subtracted from:
Dosis
50
100
150
Difference
of Means
84.50
-54.00
330.00
SE of
Difference
77.47
77.47
77.47
T-Value
1.0907
-0.6970
4.2595
Adjusted
P-Value
0.7133
0.8934
0.0432
62
Dosis = 50 subtracted from:
Difference
SE of
Dosis
of Means Difference
100
-138.5
77.47
150
245.5
77.47
Dosis = 100
Dosis
150
T-Value
-1.788
3.169
Adjusted
P-Value
0.3942
0.1068
T-Value
4.957
Adjusted
P-Value
0.0260
subtracted from:
Difference
of Means
384.0
SE of
Difference
77.47
General Linear Model: Estradiol Hari ke 80 versus Dosis
Factor
Dosis
Type
fixed
Levels
4
Values
0, 50, 100, 150
Analysis of Variance for Hari ke 80, using Adjusted SS for Tests
Source
Dosis
Error
Total
DF
3
4
7
Seq SS
23138
25186
48324
S = 79.3505
Adj SS
23138
25186
R-Sq = 47.88%
Adj MS
7713
6296
F
1.22
P
0.410
R -Sq(adj) = 8.79%
General Linear Model: Estradiol Hari ke 90 versus D osis
Factor
Dosis
Type
fixed
Levels
4
Values
0, 50, 100, 150
Analysis of Variance for Hari ke 90, using Adjusted SS for Tests
Source
Dosis
Error
Total
DF
3
4
7
Seq SS
19725
32222
51947
S = 89.7517
Adj SS
19725
32222
R-Sq = 37.97%
Adj MS
6575
8055
F
0.82
P
0.548
R -Sq(adj) = 0.00%
General Linear Model: Estradiol Hari ke 100 versus Dosis
Factor
Dosis
Type
fixed
Levels
4
Values
0, 50, 100, 150
Analysis of Variance for Hari ke 100, using Adjusted SS for Tests
Source
Dosis
Error
Total
DF
3
4
7
S = 93.1598
Seq SS
5545
34715
40260
Adj SS
5545
34715
R-Sq = 13.77%
Adj MS
1848
8679
F
0.21
P
0.883
R -Sq(adj) = 0.00%
63
General Linear Model: Estradiol Hari ke 110 versus Dosis
Factor
Dosis
Type
fixed
Levels
4
Values
0, 50, 100, 150
Analysis of Variance for Hari ke 110, using Adjusted SS for Tests
Source
Dosis
Error
Total
DF
3
4
7
Seq SS
19237
32935
52172
S = 90.7395
Adj SS
19237
32935
R-Sq = 36.87%
Adj MS
6412
8234
F
0.78
P
0.564
R -Sq(adj) = 0.00%
General Linear Model: Estradiol Hari ke 120 versus Dosis
Factor
Dosis
Type
fixed
Levels
4
Values
0, 50, 100, 150
Analysis of Variance for Hari ke 120, using Adjusted SS for Tests
Source
Dosis
Error
Total
DF
3
4
7
S = 126.904
Seq SS
40626
64418
105044
Adj SS
40626
64418
R-Sq = 38.68%
Adj MS
13542
16105
F
0.84
P
0.538
R -Sq(adj) = 0.00%
64
Lampiran 11. Model linear hubungan dosis implantasi dengan diameter telur
General Linear Model: Diameter Telur Hari ke 60 versus Dosis_T
Factor
Dosis
Type
fixed
Levels
4
Values
0, 50, 100, 150
Analysis of Variance for Diameter Telur Hari ke 60, using Adjusted SS for
Tests
Source
Dosis_T
Error
Total
DF
3
358
361
S = 0.263872
Seq SS
6.6293
24.9270
31.5563
Adj SS
6.6293
24.9270
R-Sq = 21.01%
Adj MS
2.2098
0.0696
F
31.74
P
0.000
R-Sq(adj) = 20.35%
Least Squares Means for Diameter Telur Hari ke 60
Dosis
Mean SE Mean
0
0.8305 0.02781
50
0.5037 0.02781
100
0.8121 0.02781
150
0.6251 0.02751
Tukey Simultaneous Tests
Response Variable Diameter Telur Hari ke 60
All Pairwise Comparisons among Levels of Dosis_T
Dosis
=
0 subtracted from:
Dosis
50
100
150
Difference
of Means
-0.3268
-0.0184
-0.2054
Dosis =
50
Dosis
100
150
Difference
of Means
0.3084
0.1214
Dosis
Dosis
150
= 100
SE of
Difference
0.03934
0.03934
0.03912
T-Value
-8.309
-0.467
-5.251
Adjusted
P-Value
0.0000
0.9662
0.0000
T-Value
7.841
3.103
Adjusted
P-Value
0.0000
0.0103
T-Value
-4.781
Adjusted
P-Value
0.0000
subtracted from:
SE of
Difference
0.03934
0.03912
subtracted from:
Difference
of Means
-0.1871
SE of
Difference
0.03912
65
General Linear Model: Diameter Telur Hari ke 120 versus Dosis
Factor
Dosis
Type
fixed
Levels
4
Values
0, 50, 100, 150
Analysis of Variance for Diameter Telur Hari ke 120, using Adjusted SS for
Tests
Source
Dosis
Error
Total
DF
3
353
356
S = 0.336637
Seq SS
5.4742
40.0035
45.4776
Adj SS
5.4742
40.0035
R-Sq = 12.04%
Adj MS
1.8247
0.1133
F
16.10
P
0.000
R-Sq(adj) = 11.29%
Least Squares Means for Diameter Telur Hari ke 120
Dosis