Perilaku ekonomi rumahtangga petani dalam pasar persaingan tidak sempurna di beberapa provinsi di Indonesia

1

PERILAKU EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI
DALAM PASAR PERSAINGAN TIDAK SEMPURNA
DI BEBERAPA PROVINSI DI INDONESIA

Oleh:
NUNUNG KUSNADI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2005

2
ABSTRAK
NUNUNG KUSNADI. Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Dalam Pasar Persaingan
Tidak Sempurna di Beberapa Propinsi di Indonesia (BONAR M SINAGA sebagai ketua,
MANGARA TAMBUNAN, SRI UTAMI KUNTJORO, HARIANTO dan PANTJAR
SIMATUPANG sebagai anggota komisi pembimbing).
Rumahtangga petani dan persoalan yang dihadapinya merupakan hal yang cukup
menarik bagi para pembuat kebijakan dan para peneliti. Salah satu masalah yang

menarik untuk dipelajari dari rumahtangga petani tersebut adalah adanya interaksi yang
kompleks antara keputusan produksi dan keputusan konsumsi. Namun demikian, karena
kesulitan dalam membuat model ekonometrik untuk menjelaskan persoalan tersebut, para
peneliti selama ini banyak menggunakan model rekursif atau model separable. Pada
model rekursif, pasar input dan pasar output diasumsikan bersaing sempurna. Oleh
karena itu, hubungan simultan antara keputusan produksi dan keputusan konsumsi pada
ekonomi rumahtangga petani dapat diselesaikan dengan model separable.
Struktur pasar dimana rumahtangga petani berada, sangat penting dalam
menentukan respons rumahtangga petani terhadap kebijakan tertentu. Penelitian ini
bertujuan membangun model ekonometrik perilaku rumahtangga petani pada kondisi
pasar persaingan tidak sempurna. Adanya ketidak sempurnaan pasar pada penelitian ini
ditangkap dengan harga bayangan tenaga kerja dalam keluarga dan lahan. Menggunakan
model persamaan simultan yang memasukan harga bayangan tersebut, simulasi model
memperlihatkan efek ketidaksempurnaan pasar terhadap keputusan produksi dan
keputusan konsumsi rumahtangga petani. Pada kondisi pasar persaingan tidak sempurna,
perubahan harga input atau harga produk menghasilkan efek artikulasi pada ekonomi
rumahtangga petani, meingindikasikan adanya hubungan simultan yang kompleks antara
keputusan produksi dan keputusan konsumsi. Pada kondisi pasar persaingan tidak
sempurna, perilaku ekonomi rumahtangga petani lebih responsif pada perubahan harga
produk dibandingkan terhadap perubahan harga input.


Kata Kunci: Harga bayangan input, persamaan simultan, model separable dan
non-separable.

3

ABSTRACT
NUNUNG KUSNADI. Economic Behavior of Farm Household Under Imperfect
Market Competition in Several Indonesian Provinces (BONAR M SINAGA as
chairman, MANGARA TAMBUNAN, SRI UTAMI KUNTJORO, HARIANTO and
PANTJAR SIMATUPANG as members of the Advisory Committee).
The farm household and their problems are of considerable interest for policy
maker or researcher. One of the most interesting issues of the farm household is the
existence of the complex interactions between consumption and production decision.
Econometric difficulties to model and solve such behavior, however, most previous
research of farm household behavior have relied on the recursive or separable model.
The recursive model assumes perfectly competitive market for input and output. The
simultaneous production and consumption decision of the farm household then can be
solved by separable model.
The structure of the markets in which the farm household is embedded is critical

in determining the response to particular policy. The objective of this study is to develop
econometric model of farm household behavior under imperfect market competition. The
existence of market imperfection for input and output are captured by shadow price of
family labor and shadow price of land. Using simultaneous model with shadow price
incorporated, the simulation of the model shows the effect of market imperfection on
farm household production and consumption decision. Under imperfect market, product
or input price changes produce articulate effect on farm household economic, indicating
the complex simultaneous relations between production and consumption decision.
Under market imperfection, farm household economic behavior is more responsive to
product price changes compare to input price changes.
Keywords: shadow price of input, simultaneous equation, separable and nonseparable model.

SURAT PERNYATAAN

4

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam disertasi
saya yang berjudul :

PERILAKU EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI DALAM PASAR

PERSAINGAN TIDAK SEMPURNA DI BEBERAPA PROVINSI DI INDONESIA

merupakan gagasan atau hasil penelitian disertasi saya sendiri, dengan bimbingan Komisi
Pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya. Disertasi ini belum
pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di perguruan tinggi lain.
Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat
diperiksa kebenarannya.

Bogor, 2005

Nunung Kusnadi
95503
Tanggal Lulus :

5
ABSTRAK
NUNUNG KUSNADI. Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Dalam Pasar Persaingan
Tidak Sempurna di Beberapa Provinsi di Indonesia (BONAR M SINAGA sebagai ketua,
MANGARA TAMBUNAN, SRI UTAMI KUNTJORO, HARIANTO dan PANTJAR
SIMATUPANG sebagai anggota komisi pembimbing).

Rumahtangga petani dan persoalan yang dihadapinya merupakan hal yang cukup
menarik bagi para pembuat kebijakan dan para peneliti. Salah satu masalah yang
menarik untuk dipelajari dari rumahtangga petani tersebut adalah adanya interaksi yang
kompleks antara keputusan produksi dan keputusan konsumsi. Namun demikian, karena
kesulitan dalam membuat model ekonometrik untuk menjelaskan persoalan tersebut, para
peneliti selama ini banyak menggunakan model rekursif atau model separable. Pada
model rekursif, pasar input dan pasar output diasumsikan bersaing sempurna. Oleh
karena itu, hubungan simultan antara keputusan produksi dan keputusan konsumsi pada
ekonomi rumahtangga petani dapat diselesaikan dengan model separable.
Struktur pasar dimana rumahtangga petani berada, sangat penting dalam
menentukan respons rumahtangga petani terhadap kebijakan tertentu. Penelitian ini
bertujuan membangun model ekonometrik perilaku rumahtangga petani pada kondisi
pasar persaingan tidak sempurna. Adanya ketidak sempurnaan pasar pada penelitian ini
ditangkap dengan harga bayangan tenaga kerja dalam keluarga dan lahan. Menggunakan
model persamaan simultan yang memasukan harga bayangan tersebut, simulasi model
memperlihatkan efek ketidaksempurnaan pasar terhadap keputusan produksi dan
keputusan konsumsi rumahtangga petani. Pada kondisi pasar persaingan tidak sempurna,
perubahan harga input atau harga produk menghasilkan efek artikulasi pada ekonomi
rumahtangga petani, meingindikasikan adanya hubungan simultan yang kompleks antara
keputusan produksi dan keputusan konsumsi. Pada kondisi pasar persaingan tidak

sempurna, perilaku ekonomi rumahtangga petani lebih responsif pada perubahan harga
produk dibandingkan terhadap perubahan harga input.

Kata Kunci: Harga bayangan input, persamaan simultan, model separable dan nonseparable.

6
ABSTRACT
NUNUNG KUSNADI. Economic Farm Household Behavior Under Imperfect Market
Competition in Several Indonesian Provinces (BONAR M SINAGA as chairman,
MANGARA TAMBUNAN, SRI UTAMI KUNTJORO, HARIANTO and PANTJAR
SIMATUPANG as members of the Advisory Committee).
The farm household and their problems are of considerable interest for policy
maker or researcher. One of the most interesting issues of the farm household is the
existence of the complex interactions between consumption and production decision.
Econometric difficulties to model and solve such behavior, however, most previous
research of farm household behavior have relied on the recursive or separable model.
The recursive model assumes perfectly competitive market for input and output. The
simultaneous production and consumption decision of the farm household then can be
solved by separable model.
The structure of the markets in which the farm household embedded is critical in

determining the response to particular policy. The objective of this study is to develop
econometric model of farm household behavior under imperfect market competition. The
existence of market imperfection for input and output are captured by shadow price of
family labor and shadow price of land. Using simultaneous model with shadow price
incorporated, the simulation of the model shows the effect of market imperfection on
farm household production and consumption decision. Under imperfect market, product
or input price changes produce articulate effect on farm household economic, indicating
the complex simultaneous relations between production and consumption decision.
Under market imperfection, farm household economic behavior is more responsive to
product price changes compare to input price changes.
Keywords: shadow price of input, simultaneous equation, separable and nonseparable model.

7

© Hak cipta milik Nunung Kusnadi, tahun 2005
Hak cipta dilindungi
Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari
Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam
bentuk apapun, baik cetak, fotokopi, mikrofilm, dan sebagainya


8
PERILAKU EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI
DALAM PASAR PERSAINGAN TIDAK SEMPURNA
DI BEBERAPA PROVINSI DI INDONESIA

Oleh :
NUNUNG KUSNADI

Disertasi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor
Pada
Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2005

9
Judul Disertasi


: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Dalam Pasar
Persaingan Tidak Sempurna Di Beberapa Provinsi Di
Indonesia

Nama

: Nunung Kusnadi

NRP

: 95503

Menyetujui,
Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, MA
Ketua

Prof. Dr. Ir. Mangara Tambunan, MSc

Anggota

Dr. Ir. Harianto, MS
Anggota

Prof. Dr. Ir. Sri Utami Kuntjoro, MS
Anggota

Dr. Ir. Pantjar Simatupang, APU
Anggota

Mengetahui,
Ketua Program Studi
Ilmu Ekonomi Pertanian

Dr. Ir. Bonar M. Sinaga. MA

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof Dr. Ir. Sjafrida Manuwoto, MSc


10

Tanggal Ujian : 13 September 2005

Tanggal Lulus :

11
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Purwakarta, Jawa Barat pada tanggal 8 September 1958 dari
pasangan

H. Dju’i dan Hj.

Sopiah.

Penulis adalah putra ke enam dari delapan

bersaudara.
Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar pada Tahun 1971 di SD
Purwakarta. Pada Tahun 1974 penulis menyelesaikan Sekolah Menegah Pertama di SMP
Purwakarta dan Tahun 1977 penulis menyelesaikan Sekolah Menengah Atas di SMA
Purwakarta.

Pada Tahun 1978, penulis diterima sebagai mahasiswa IPB melalui jalur

PMDK (Penelusuran Minat dan Bakat, Proyek Perintis II). Selanjutnya pada Tahun
1985, penulis melanjutkan studi S2 di Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian (EPN)
Sekolah Pascasarjana IPB atas biaya TMPD (Tim Manajemen Program Doktor IPB) dan
lulus Tahun 1990. Tahun 1995, dengan biaya sendiri penulis melanjutkan studi S3 pada
Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian (EPN) Sekolah Pascasarjana IPB.
Penulis adalah staf pengajar di Departemen Sosial Ekonomi Pertanian IPB,
Fakultas Pertanian sejak Tahun 1984. Sejak ada penataan departemen, penulis menjadi
staf pengajar di Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut
Pertanian Bogor. Selain mengajar, penulis banyak melakukan penelitian di bidang
usahatani dan pengembangan usaha kecil dan menengah. Di samping itu penulis sering
mejadi instruktur pelatihan pengembangan usaha kecil dan menengah bidang usaha
agribisnis dalam bentuk kerja sama dengan instansi pemerintah atau lembaga penelitian.
Dalam keorganisasian di

lingkungan IPB, penulis dari tahun 1990-1995 menjadi

sekretaris Laboratorium Agribisnis dan sejak tahun1998

sampai sekarang menjadi

pengelola Program Studi D-III Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian IPB.

12

KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Alloh SWT yang telah memberikan karunia, rahmat dan hidayahNya

dan hanya karena perkenan-Nya penulis dapat menyelesaikan disertasi ini.

Disertasi ini membahas Perilaku Ekonomi Rumahtannga Petani dengan mengunakan
data PATANAS Tahun 2000. Namun demikian, hasil analisis dan konsekuensi dari
disertasi ini merupakan tanggungjawab penulis sepenuhnya.
Kajian ini lebih menekankan pada upaya membangun model ekonomi
rumahtangga yang bisa menggambarkan perilaku ekonomi rumahtangga pada kondisi
ketidaksempurnaan pasar.

Ketidaksempurnaan pasar pada model ditangkap dengan

menggunakan harga bayangan tenaga kerja dan harga bayangan lahan. Harga bayangan
juga berusaha menjelaskan adanya hubungan non-rekursif dalam keputusan produksi dan
konsumsi yang masih menjadi perhatian para peneliti ekonomi rumahtangga.
Penulis menyadari bahwa disertasi
berkat

ini dapat terselesaikan dengan sempurna

arahan dan dorongan berbagai pihak.

Pada kesempatan ini perkenankanlah

penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1.

Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, MA selaku Ketua Komisi Pembimbing .

2.

Prof. Dr. Ir. Sri Utami Kuntjoro, MS selaku Anggota Komisi Pembimbing.

3.

Prof. Dr. Ir. Mangara Tambunan, MSc selaku Anggota Komisi Pembimbing.

4.

Dr.Ir. Pantjar Simatupang, APU selaku Anggota Komisi Pembimbing.

5.

Dr.Ir. Harianto, MS selaku Anggota Komisi Pembimbing.

6.

Dr. Ir. Hermanto Siregar, M.Ec dan Dr. M. Husein Sawit, Magri.Dev.Econ sebagai
penguji luar komisi.

13
7.

Bapak H. Dju’i (Alm) dan Ibunda Hj. Sopiah (Alm), orang tua tercinta yang telah
membesarkan, mendidik, mendoakan dan memberi restu serta semangat pada
penulis sampai akhir hayat beliau.

8.

Istri tercinta Anna Sylviana Kartika yang telah membantu dan memberikan
semangat, doa serta dorongan dalam penyelesaian disertasi ini.

9.

Pimpinan Fakultas Pertanian IPB yang telah memberikan kesempatan kepada
penulis untuk melanjutkan Studi di Sekolah Pascasarjana IPB

10.

Pimpinan dan staf Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian
(PSE) yang telah mengijinkan penulis untuk memanfaatkan data PATANAS Tahun
2000 untuk bahan penelitian pada disertasi ini.

11.

Dr. Ir. Tahlim Sudaryanto, APU,

yang telah mengijinkan penulis untuk

memanfaatkan data PATANAS pada saat menjadi pimpinan PSE.
12.

Pimpinan Departemen Sosial Ekonomi Pertanian IPB yang telah memberi
kesempatan untuk menyelesaikan studi di Sekolah Pascasarjana IPB

13.

Dr. Ir. Yusman Syaukat MSc yang bersedia menjadi penguji pada tahap ujian
tertutup.

14.

Dr. Ir. Bayu Krisnamurthi, MS sebagai Kepala Bagian Agribisnis yang telah
memberi banyak dorongan dan semangat serta bantuan literatur yang sangat
bermanfaat dalam penyelesaian disertasi ini.

15.

Ir. Sumaryanto, MS, staf PSE yang banyak membantu penulis memahami data
PATANAS untuk keperluan penyusunan disertasi ini.

16.

Pengelola Program Studi D-III Manajemen Agribisnis: Bapak Ir. T Hanafiah, Ir.
Dwi Rachmina, MSi, Ir Anna Farianti, MSi, Dra Yusalina, MSi, serta rekan penulis

14
Ir. Wien Kuntari, MSi, Ir. Eva Yolinda, MM, dan rekan-rekan di sekretariat D-III
MAB. Mereka telah banyak membantu memperlancar penyelesaian disertasi ini.
Kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu di sini, penulis juga
menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya.
Karya ini merupakan upaya terbaik penulis, namun sudah pasti masih banyak
kekurangannya.

Terlepas dari segala kekurangan yang ada, semoga disertasi ini

bermanfaat.

Bogor, September 2005
Penulis

15
DAFTAR ISI
Halama
n
DAFTAR TABEL..............................................................................................

vii

DAFTAR GAMBAR .........................................................................................

xi

DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................

xii

I. PENDAHULUAN .............................................................................................

1

1.1. Latar Belakang Penelitian.........................................................................

1

1.2. Rumusan Masalah ....................................................................................

9

1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian..............................................................

11

1.4. Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian ……………………………........

12

II. TINJAUAN STUDI EMPIRIK .........................................................................

15

2.1. Model Rekursif.........................................................................................

17

2.2. Model Persamaan Simultan......................................................................

19

2.3. Model Non-rekursif ..................................................................................

23

III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS ...........................................................

31

3.1. Teori Alokasi Waktu Becker ....................................................................

32

3.2. Model Rumahtangga Petani Chayanov ....................................................

37

3.3. Teori Ekonomi Rumahtangga Petani Nakajima .......................................

41

3.4. Model Umum Ekonomi Rumahtangga.....................................................

53

3.4.1. Perilaku Konsumsi Rumahtangga Pertanian................................

60

3.4.2. Penawaran Produk Usahatani.......................................................

64

3.5. Model Ekonomi Rumahtangga pada Pasar Tidak Sempurna ...................

65

3.6. Harga Bayangan .......................................................................................

73

IV. METODE PENELITIAN ..................................................................................

77

4.1. Data Ekonomi Rumahtangga Pertanian....................................................

77

4.1.1. Data Produksi ...............................................................................

78

4.1.2. Data Penggunaan Tenaga Kerja ...................................................

79

16
4.1.3. Data Penggunaan Sarana Produksi Usahatani .............................

81

4.1.4. Pengeluaran Rumahtangga...........................................................

82

4.1.5. Kelengkapan Data ........................................................................

82

4.1.6. Sebaran Rumahtangga Contoh.....................................................

83

4.2. Perumusan Model Ekonometrika .............................................................

84

4.2.1. Harga Bayangan Input Usahatani ................................................

85

4.2.2. Permintaan dan Penawaran Tenaga Kerja ...................................

88

4.2.3. Permintaan Pupuk........................................................................

95

4.2.4. Luas Lahan Garapan....................................................................

97

4.2.5. Produk Usahatani yang Dikonsumsi ............................................

98

4.2.6. Investasi .......................................................................................

99

4.2.7. Konsumsi Rumahtangga ..............................................................

102

4.2.8. Pengeluaran Pendidikan dan Kesehatan ......................................

105

4.2.9. Kredit ...........................................................................................

106

4.2.10. Tabungan......................................................................................

107

4.2.11. Pengeluaran Total Rumahtangga .................................................

108

4.3. Identifikasi Model ....................................................................................

110

4.4. Metode Pendugaan Model ........................................................................

112

4.5. Validasi Model .........................................................................................

118

4.6. Prosedur Analisis......................................................................................

122

V. DESKRIPSI RUMAHTANGGA PETANI TANAMAN PANGAN ................

124

5.1. Karakteristik Penguasaan Lahan Usahatani .............................................

124

5.2. Karakteristik Petani dan Anggota Keluarga .............................................

126

5.3. Aktivitas Kerja Anggota Rumahtangga Petani.........................................

128

5.4. Penggunaan Input Usahatani ....................................................................

134

5.5. Struktur Pendapatan dan Pengeluaran Rumahtangga...............................

141

VI. HASIL PENDUGAAN MODEL RUMAHTANGGA PETANI......................

145

6.1. Hasil Pendugaan Harga Bayangan ...........................................................

145

6.2. Hasil Pendugaan Model Ekonomi Rumahtangga.....................................

150

6.2.1. Penggunaan Tenaga Kerja Dalam Keluarga ................................

152

17
6.2.2. Penggunaan Tenaga Kerja Luar Keluarga ...................................

157

6.2.3. Penawaran Tenaga Kerja di Luar Usahatani................................

161

6.2.4. Penggunaan Pupuk Kimia............................................................

165

6.2.5. Luas Lahan Garapan ....................................................................

169

6.2.6. Produk Usahatani Dikonsumsi.....................................................

172

6.2.7. Investasi Usahatani ......................................................................

175

6.2.8. Investasi Rumahtangga ................................................................

178

6.2.9. Pengeluaran Pangan dan Non-pangan..........................................

180

6.2.10. Pengeluaran Kesehatan dan Pendidikan ......................................

183

6.2.11. Permintaan Kredit ........................................................................

184

6.2.12. Tabungan......................................................................................

187

VII. IDENTIFIKASI KONDISI PASAR DAN VALIDASI MODEL ....................

191

7.1. Identifikasi Kondisi Pasar Persaingan Tidak Sempurna ..........................

191

7.2. Validasi Model Persamaan Simultan........................................................

201

VIII. EFEK PERUBAHAN HARGA INPUT DAN HARGA OUTPUT PADA
EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI.........................................................

211

8.1. Kenaikan Harga Produk Usahatani ..........................................................

213

8.2. Kenaikan Harga Pupuk.............................................................................

219

8.3. Kenaikan Upah Buruh Usahatani .............................................................

231

8.4. Kenaikan Upah Buruh di Luar Usahatani ................................................

237

8.5. Kenaikan Suku Bunga Kredit ...................................................................

244

8.6. Penurunan Penguasaan Lahan ..................................................................

250

IX. KESIMPULAN DAN SARAN .........................................................................

255

9.1. Kesimpulan...............................................................................................

255

9.2. Saran .........................................................................................................

257

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................

260

LAMPIRAN.......................................................................................................

266

18
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1. Jumlah Unit Rumahtangga Di Indonesia Menurut Jenis Usaha Pertanian di
Pulau Jawa dan di Luar Pulau Jawa Berdasarkan Hasil Sensus Pertanian Tahun 2003 ............................................................................................................

3

2. Persentase Jumlah Rumahtangga Pertanian Menurut Golongan Luas Lahan
yang Dikuasai di Pulau Jawa dan di Luar Pulau Jawa Berdasarkan Hasil Sensus Pertanian Tahun 2003 .................................................................................

4

3. Jumlah Responden dan Jumlah Desa Menurut Propinsi Contoh.......................

83

4. Penguasaan Lahan Usahatani Oleh Rumahtangga Petani Menurut Strata Luas
Lahan Usahatani ................................................................................................

125

5. Karakteristik Kepala Keluarga dan Anggota Rumahtangga Petani Menurut
Strata Luas Lahan Usahatani .............................................................................

127

6. Jumlah Anggota Rumahtangga yang Aktif di Usahatani dan di Luar Usahatani Menurut Strata Luas Lahan ...........................................................................

129

7. Jumlah Anggota Rumahtangga dan Rata-rata Pendidikan Menurut Jenis Kegiatan di Luar Pertanian dan Menurut Strara Luas Lahan .................................... 131
8. Potensi dan Curahan Kerja Keluarga Petani Pada Kegiatan Usahatani dan di
Luar Usahatani Menurut Strata Luas Lahan ......................................................

133

9. Penggunaan Input Usahatani dan Nilai Produk Total Per Hektar Lahan GarapAn Menurut Status Luas Lahan ......................................................................... 135
10. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Produksi Usahatani dan Produktivitas
Lahan pada Rumahtangga Petani Tanaman Pangan..........................................

137

11. Indeks Pengembalian Input Usahatani Setiap Strata Terhadap Nilai Pengembalian Input Total Rumahtangga ........................................................................

138

12. Alokasi Penerimaan Usahatani pada Pengeluaran Usahatani dan Konsumsi
Rumahtangga Menurut Strata Luas Lahan.........................................................

140

13. Struktur Pendapatan Rumahtangga Petani Menurut Strata Luas Lahan
..................................................................................................................... 142
14. Struktur Pengeluaran Rumahtangga Petani Menurut Strata Luas Lahan
...........................................................................................................................

143

19
15. Hasil Dugaan Fungsi Produksi Translog Dengan Metode PLS Pada RumahTangga Petani Tanaman Pangan.......................................................................

147

16. Harga Bayangan dan Harga Pasar Input Usahatani Hasil Pendugaan Fungsi
Produksi Translog Menurut Strata Luas Lahan Garapan...................................

148

17. Analisis Ragam Persamaan Struktural Model Persamaan Simultan pada Rumahtangga Petani Tanaman Pangan ..................................................................

151

18. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Penggunaan Tenaga Kerja Pria dan
Wanita Dalam Keluarga di Usahatani................................................................

153

19. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Penggunaan Tenaga Kerja Pria dan
Wanita Luar Keluarga di Usahatani ..................................................................

157

20. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Penggunaan Tenaga Kerja Pria dan
Wanita di Luar Usahatani ..................................................................................

162

21. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Penggunaan Pupuk Urea dan TSP
pada Rumahtangga Petani Tanaman Pangan .....................................................

165

22. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Luas Lahan Garapan pada Rumahtangga Petani Tanaman Pangan .........................................................................

170

23. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Produk Usahatani yang Dikonsumsi
pada Rumahtangga Petani Tanaman Pangan .....................................................

173

24. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Investasi Usahatani pada Rumahtangga Petani Tanaman Pangan ................................................................................

176

25. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Investasi Rumahtangga pada Rumahtangga Petani Tanaman Pangan........................................................................

173

26. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Pengeluaran Pangan yang Dibeli dari
Pasar dan Non-pangan Pada Rumahtangga Petani Tanaman Pangan ................

181

27. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Pengeluaran Kesehatan dan Pendidikan pada Rumahtangga Petani Tanaman Pangan.................................................

183

28. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Permintaan Kredit pada Rumahtangga
Petani Tanaman Pangan .................................................................................... 186
29. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Tabungan pada Rumahtangga Petani
Tanaman Pangan ................................................................................................
30. Harga Bayangan dan Harga Pasar Input Usahatani Hasil Pendugaan Fungsi
Produksi Translog dan Model Ekonomi Rumahtangga Petani Tanaman Pang-

188

20
an Menurut Strata Luas Lahan ..........................................................................

193

31. Indeks Distorsi Harga Pupuk Urea dan Upah Tenaga Kerja Usahatani Menurut Strata Luas Lahan .........................................................................................

199

32. Hasil Pendugaan Regresi Harga Bayangan Input Terhadap Harga Pasar Menurut Strata Luas Lahan ......................................................................................... 201
33. Root Mean Square Percent Error dan Koefisien U-Theil Model Ekonomi Rumahtangga Petani Tanaman Pangan Menurut Strata Luas Lahan...................... 204
34. UM, US dan UC Model Ekonomi Rumahtangga Petani Tanaman Pangan Menurut Strata Luas Lahan ..................................................................................... 206
35. Rata-rata Aktual dan Hasil Simulasi Variabel Endogen Model Ekonomi Rumahtangga Petani Tanaman Pangan Menurut Strata Luas Lahan......................

209

36. Efek Kenaikan Harga Produk 10 Persen pada Ekonomi Rumahtangga PetaniModel Separable dan Non Separable Menurut Strata Luas Lahan ...................

214

37. Efek Kenaikan Harga Urea 10 Persen pada Ekonomi Rumahtangga Petani
Model Separable dan Non Separable Menurut Strata Luas Lahan ...................

221

38. Efek Kenaikan Harga TSP 10 Persen pada Ekonomi Rumahtangga Petani
Model Separable dan Non Separable Menurut Strata Luas Lahan ...................

225

39. Efek Kenaikan Harga Urea dan TSP 10 Persen pada Ekonomi Rumahtangga
Petani Model Separable dan Non Separable Menurut Strata Luas Lahan ........

228

40. Efek Kenaikan Upah Buruh Usahatani Pria 10 Persen pada Ekonomi Rumahtangga Usahatani Model Separable dan Non Separable Menurut Strata Luas
Lahan ................................................................................................................. 232
41. Efek Kenaikan Upah Buruh Usahatani Wanita 10 Persen pada Ekonomi Rumahtangga Petani Model Separable dan Non Separable Menurut Strata Luas
Lahan .................................................................................................................

235

42. Efek Kenaikan Upah Buruh Usahatani Pria dan Wanita 10 Persen pada Ekonomi Rumahtangga Petani Model Separable dan Non Separable Menurut
Strata Luas Lahan ..............................................................................................

237

43. Efek Kenaikan Upah Buruh Pria di Luar Usahatani 10 Persen pada Ekonomi
Rumahtangga Petani Model Separable dan Non Separable Menurut Strata
Luas Lahan .........................................................................................................

240

44. Efek Kenaikan Upah Buruh Wanita di Luar Usahatani 10 Persen pada Ekono

21
Ekonomi Rumahtangga Usahatani Model Separable dan Non Separable
Menurut Strata Luas Lahan ................................................................................

242

45. Efek Kenaikan Upah Buruh Pria dan Wanita Di Luas Usahatani 10 Persen pada Ekonomi Rumahtangga Usahatani Model Separable dan Non Separable
Menurut Strata Luas Lahan ................................................................................

244

46. Efek Kenaikan Suku Bunga Kredit 10 Persen pada Ekonomi Rumahtangga
Petani Model Separable dan Non Separable Menurut Strata Luas Lahan .........

246

47. Efek Penurunan Luas Lahan yang Dikuasai 10 Persen Pada Ekonomi Rumahtangga Petani Model Separable dan Non Separable Menurut Strata Luas
Lahan ..................................................................................................................

251

22
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1. Efek Perubahan Upah Pada Model Ekonomi Rumahtangga Becker ...............

36

2. Model Keseimbangan Rumahtangga Menurut Chayanov .................................

39

3. Model Dasar Ekonomi Rumahtangga Petani Nakajima ....................................

43

4. Pengaruh Perubahan Harga Produk Pada Keseimbangan Rumahtangga Model
Nakajima............................................................................................................

45

5.

Keseimbangan Rumahtangga Petani Kasus Menyewa Tenaga Kerja Luar Keluarga .................................................................................................................

49

6. Keseimbangan Rumahtangga Petani Kasus Menjual Tenaga Kerja Keluarga ..

51

7. Diagram Keterkaitan Antar Variabel Model Perilaku Ekonomi Rumahtangga
Petani Tanaman Pangan .....................................................................................

109

23
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1. Jumlah Rumahtangga Pertanian Menurut Jenis Usaha Pertanian di Pulau Jawa
dan di Luar Pulau Jawa Hasil Sensus Pertanian Tahun 2003 ............................ 267
2. Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tanaman Padi dan
Palawija Di Indonesia Tahun 1970 – 2003 ........................................................

268

3. Kovarian Residual Hasil Pendugaan Metode 2SLS............................................

269

4. Ringkasan Konstruksi Model Ekonomi Rumahtangga Petani ............................

270

5. Daftar Nama Variabel Pada Model Ekonomi Rumahtangga Petani ...................

276

24
I . PENDAHUL U AN
1.1. L at ar B elakang P enelit ian
Sektor pertanian sampai saat ini, dan juga di masa yang akan datang,
akan tetap memegang peranan penting dalam perekonomian I ndonesia.
Berbagai alasan mendasar mengapa sektor pertanian perlu mendapat perhatian,
antara lain karena sektor pertanian merupakan produsen produk-produk primer
utama seperti pangan, serat, kayu, dan lain-lain. Sektor pertanian juga
merupakan penyerap tenaga kerja yang dominan, khususnya di perdesaan.
Selain itu sektor pertanian sering dilekatkan dengan kemajuan suatu bangsa,
karena sektor pertanian umumnya merupakan sektor ekonomi yang dominan di
negara-negara sedang berkembang.

T eori pertumbuhan ekonomipun sering

mengacu kepada kondisi sistem ekonomi tradisional agraris sebagai titik awal
bergeraknya suatu pertumbuhan ekonomi menuju sistem ekonomi industri
modern.
Gambaran sektor pertanian di I ndonesia, tidak terlepas dari persoalanpersoalan kemiskinan, tekanan penduduk, tenaga kerja yang tidak terampil, dan
penyempitan lahan usahatani, penurunan kualitas lahan.

Resultan dari

persoalan-persoalan tersebut menyebabkan keragaan sektor pertanian selalu
tertinggal dibanding sektor non-pertanian. Kemiskinan penduduk menyebabkan
kualitas sumberdaya manusia rendah dan kurang mampu beradaptasi dengan
perkembangan teknologi baru.

Di sisi lain, tekanan jumlah penduduk dengan

keterampilan rendah menyebabkan sektor pertanian menjadi terbebani dengan

25
tenaga kerja.

Produktivitas

tenaga kerja cenderung rendah, sehingga

menimbulkan pengangguran tidak kentara (disguised unemployment).

Jika

halnya demikian, sektor pertanian sebagai penyerap tenaga kerja yang dominan
perlu diinterpretasikan secara hati-hati.
Mempelajari sektor pertanian di negara sedang berkembang seperti di
I ndonesia, menyangkut karakteristik tiga aspek penting (Nakajima, 1986), yaitu
(1) karaktersistik teknologi produksi pertanian, (2) karakteristik rumahtangga
petani (farm household) sebagai satu unit ekonomi, dan (3) karakteristik produkproduk pertanian sebagai komoditas.

Aspek rumahtangga petani merupakan

aspek penting untuk dipelajari mengingat sebagian besar produk sektor
pertanian di I ndonesia disumbang oleh kegiatan usahatani rumahtangga. Hasil
sensus pertanian tahun 2003 (T abel 1) menunjukkan rumahtangga pertanian
berjumlah lebih dari 24 juta unit, atau sekitar 47 persen dari total rumahtangga.
Di perdesaan, persentase tersebut jauh lebih besar, yaitu lebih dari 70 persen
rumahtangga merupakan rumahtangga pertanian (Lampiran 1).
Jumlah rumahtangga pertanian di I ndonesia dari hasil sensus ke hasil
sensus berikutnya selalu menunjukkan peningkatan.
pertanian menurut

Jumlah rumahtangga

Sensus Pertanian tahun 1983 sebanyak 19.5 juta. Jumlah

ini meningkat menjadi 21.5 juta rumahtangga pada Sensus Pertanian tahun
1993.

Pada T abel 1, hasil sensus pertanian tahun 2003, jumlah rumahtangga

pertanian sudah lebih dari 24 juta, atau selama 10 tahun meningkat lebih dari 27
persen.

Pada T abel 1 juga terlihat sebaran rumahtangga pertanian menurut

26
pulau.

T ampaknya sejalan dengan distribusi jumlah penduduk, jumlah

rumahtangga pertanian pun sebagian besar (54.6 persen) terkonsentrasi di Pulau
Jawa.

Rumahtangga pertanian yang ada sebagian besar merupakan

rumahtangga pertanian tanaman pangan padi dan atau palawija. Rumahtangga
tanaman pangan tersebut, terlihat juga terkonsentrasi di Pulau Jawa.
Ketimpangan distribusi rumahtangga di I ndonesia berimplikasi kepada
karakteristik usahatani itu sendiri.

Konsekuensi dari ketimpangan distribusi

tersebut misalnya terhadap penguasaan lahan usahatani per unit rumahtangga,
persaingan penggunaan lahan pertanian dengan keperluan pemukiman dan
industri

non-pertanian,

yang pada gilirannya akan

berdampak

kepada

pendapatan dan kesejahteraan rumahtangga.
T abel 1. Jumlah Unit Rumahtangga Di I ndonesia Menurut Jenis Usaha Pertanian
Di
Pulau Jawa dan Di Luar Pulau Jawa Berdasarkan Hasil Sensus Pertanian
T ahun 2003
Jenis Usaha Pertanian
Padi
Palawija
Padi atau Palawija
Hortikultura
Perkebunan
Total Rumahtangga
Pertanian

P.Jawa
Unit
Persen
8457724
62.27
6771722
49.86
10834342
79.77
4747004
34.95
1717092
12.64
13582578

100.00

Luar P.Jawa
Unit
Persen
5312376
47.07
4086536
36.21
7424516
65.78
3710224
32.87
5226071
46.31
11286097

100.00

Total
Unit
13770100
10858258
18258858
8457228
6943163

Persen
55.37
43.66
73.42
34.01
27.92

24868675

100.00

Sumber: Badan Pusat Statistik (2004)
Pada T abel 2 diperlihatkan sebaran persentase jumlah rumahtangga
menurut golongan luas lahan yang dikuasai menurut hasil sensus pertanian
tahun 2003.

Dapat diduga bahwa sebagian besar rumahtangga pertanian

menguasai lahan pertanian relatif sempit.

Persentase kumulatif pada T abel 2

27
terlihat jumlah rumahtangga dengan penguasaan lahan kurang dari 0.5 hektar
sebanyak 55.6 persen. Di Pulau Jawa jumlah golongan rumahatangga tersebut
lebih banyak yaitu 74.7 persen. Badan Pusat Statistik menamakan rumahtangga
pertanian golongan ini sebagai

“rumahtangga petani gurem”.

Jumlah

golongan rumahtangga ini cenderung meningkat jika dibandingkan dengan hasil
sensus pertanian pada tahun 1983 dan tahun 1993. Menurut sensus pertanian
tahun 1983 jumlah rumahtangga dengan penguasaan kurang dari 0.5 hektar
sebanyak 40.8 persen, sedangkan menurut sensus pertanian tahun 1993
berjumlah 48.5 persen
Seperti

telah

rumahtangga di

disebutkan

Pulau

Jawa,

di

atas,

adanya konsentrasi

menyebabkan luas

distribusi

lahan yang dikuasai

rumahtangga di Pulau Jawa jauh lebih sempit dibanding di luar Pulau Jawa.
Pada T abel 2 terlihat, rata-rata penguasaan lahan yang dikuasai rumahtangga di
Pulau Jawa hanya sekitar sepertiga luas lahan rata-rata yang dikuasai
rumahtangga di luar Pulau Jawa. Adanya tekanan jumlah penduduk dan adanya
alih fungsi lahan pertanian untuk pemukiman dan industri non-pertanian, di
masa mendatang luas penguasaan lahan rumahtangga pertanian di Pulau Jawa
dipastikan akan semakin menyempit. T anpa adanya upaya perbaikan teknologi
pertanian yang dapat mensubstitusi fungsi lahan, penyempitan penguasaan
lahan pertanian oleh rumahtangga pertanian di Pulau Jawa akan identik dengan
penurunan kinerja usahatani atau kinerja sektor pertanian di Pulau Jawa.
T abel 2.

Persentase Jumlah Rumahtangga Pertanian Menurut
Golongan Luas Lahan yang Dikuasai Di Pulau Jawa dan Di

28
Luar Pulau Jawa Berdasarkan Hasil Sensus
T ahun 2003
Luas Lahan Dikuasai (m2)
< 1000
1000 - 4999
5000 - 9999
10000 - 19999
20000 - 29999
• 30000
Jumlah
Rata-rata Penguasaan
Lahan (Ha/Unit)

P.Jawa
(%)
17.84
56.83
17.23
6.15
1.18
0.76
100.00
0.458

Luar P.Jawa
(%)
5.87
27.31
22.71
25.00
11.14
7.97
100.00
1.382

Pertanian
Total
(%)
12.34
43.26
19.75
14.82
5.76
4.07
100.00
0.883

Sumber: Badan Pusat Statistik (2004)

Semakin banyaknya usahatani

berskala kecil

dapat

menimbulkan

persoalan sosial ekonomi yang kompleks. Karakteristik rumahtangga pertanian
seperti digambarkan di atas, akan berpengaruh pada aspek teknologi dan aspek
produksi sektor pertanian. Dalam konteks pembangunan pertanian, persoalan ini
akan menghambat berbagai bentuk upaya modernisasi usahatani.

Berbagai

penelitian yang telah dilakukan menunjukkan usahatani kecil cenderung resisten
terhadap perubahan teknologi karena berbagai alasan, antara lain karena
teknologi baru, di samping menjanjikan manfaat tambahan bagi petani, biasanya
disertai dengan resiko kegagalan yang tinggi.

Petani kecil akan cenderung

memilih teknologi tradisional dengan resiko kegagalan rendah.
Selama lebih dari 50 tahun, pemerintah telah banyak melakukan berbagai
program dan proyek guna meningkatkan produksi pertanian, khususnya produksi
padi, dimana produsen utamanya adalah usahatani kecil seperti dijelaskan
dimuka. Upaya pemerintah tersebut cukup berhasil meningkatkan produksi padi

29
nasional sehingga I ndonesia sempat menjadi negara swasembada beras.
Peningkatan produksi padi dilakukan pemerintah sejak tahun 1965 dengan
program Bimbingan Masal (Bimas).

Program ini pada dasarnya merupakan

program introduksi teknologi baru budidaya padi dengan memperkenalkan bibit
unggul, pupuk, obat-obatan, perbaikan teknik penanaman.

T eknologi ini dari

waktu ke waktu terus diperbaiki, yaitu dengan diperkenalkannya program
I ntensifikasi Khusus (I nsus) dan Supra I nsus. I ntroduksi teknologi ini didukung
dengan infrastruktur, seperti pembangunan jaringan irigasi, lembaga-lembaga
penelitian, lembaga penyuluhan, lembaga perkreditan, dan lain-lain.
Dari sisi produksi, gambaran pertanian tanaman pangan dapat dilihat dari
perkembangan luas panen, produksi, dan produktivitas padi dan palawija.
Perkembangan luas panen dan produksi padi sawah selama tahun 1970-2003
(Lampiran 2) menunjukkan laju peningkatan yang relatif kecil. Demikian halnya
dengan produktivitas padi sawah, selama lebih dari 30 tahun tidak banyak
bergerak pada empat sampai lima ton per hektar. Walaupun tidak nyata, pada
tahun 1998 bahkan terjadi penurunan. Penurunan produktivitas padi tersebut
diduga disebabkan oleh penurunan penggunaan pupuk dan kualitas benih akibat
krisis ekonomi.

Di samping itu, pada tahun 1998 terjadi kekeringan sebagai

dampak Elnino. Pada masa krisis ekonomi ini harga pupuk dan benih padi unggul
di pasar bebas cenderung meningkat sehingga permintaan terhadap pupuk dan
benih tersebut menurun.

Namun penurunan penggunaan benih dan pupuk

30
tersebut juga disebabkan oleh menurunnya pendapatan riil petani yang
menyebabkan daya beli petani menurun.
Gambaran yang sama juga terjadi pada padi ladang.

Luas panen dan

produktivitas padi ladang pada kurun waktu tahun 1970-2003 tidak menunjukkan
perkembangan yang berarti.

Produktivitas tanaman selama kurun waktu

tersebut tidak banyak berubah, yaitu sekitar dua ton per hektar. Produktivitas ini
hanya setengah dari produktivitas padi sawah.
Lambatnya peningkatan produksi dan produktivitas padi sawah dan padi
ladang diduga karena produktivitas padi telah mengalami kejenuhan. Penelitian
Mulyana (1998) menunjukkan bahwa produktivitas padi sawah di Jawa, Bali,
Sumatera,

dan Sulawesi

ternyata tidak responsif terhadap peningkatan

penggunaan pupuk. I ni menunjukkan bahwa produksi beras secara teknis telah
mengalami kejenuhan

sehingga peningkatan penggunaan pupuk tidak dapat

meningkatkan produksi padi secara berarti.

Peningkatan penggunaan pupuk

lebih lanjut dikhawatirkan justru akan menurunkan produktivitas padi.

Jika

kondisi seperti ini terjadi maka peningkatan produksi padi hanya dapat ditempuh
dengan penemuan teknologi baru berupa rekayasa benih atau perbaikan
teknologi budidaya.
Lebih lanjut Mulyana (1998) menunjukkan bahwa perkembangan areal
panen dan produktivitas padi sawah ternyata tidak elastis terhadap perubahan
harga gabah dan harga pupuk. I ni menunjukkan bahwa instrumen kebijakan
harga input dan output tidak efektif meningkatkan produksi padi.

Namun areal

31
panen masih responsif terhadap perubahan curah hujan, target produksi, dan
penyuluhan. Fenomena ini mengindikasikan bahwa petani padi lebih responsif
terhadap faktor-faktor fisik dan insentif teknologi dibanding insentif ekonomi.
Melambatnya

laju

peningkatan

produksi

dan

produktivitas

padi

menyebabkan I ndonesia kembali sering melakukan impor beras. Data impor
tahun 1996-2003 yang tercatat di Badan Pusat Statistik menunjukkan volume
impor beras menunjukkan kecenderungan meningkat. Pada tahun 1996 volume
impor beras hanya sekitar 200 ton. Pada tahun 2003 sudah mencapai 1.4 juta
ton. Volume impor meningkat drastis sejak tahun 1998, yaitu mencapai 2.9 juta
ton. Peningkatan tajam tersebut diduga karena krisis ekonomi yang terjadi pada
pertengahan tahun 1997 dan adanya musim kering yang relatif panjang pada
tahun tersebut. Krisis ekonomi dan kekeringan telah menekan luas areal panen
dan produksi padi.
Gambaran perkembangan produksi beberapa komoditas palawija penting
juga dapat dilihat pada Lampiran 1.

Perkembangannya menunjukkan kondisi

yang tidak jauh berbeda dengan perkembangan padi sawah dan padi ladang.
Selama tahun 1970-2003, perkembangan luas panen dan produksi menunjukkan
peningkatan yang tidak berarti.

Demikian halnya dengan produktivitas per

hektar tanaman tersebut tidak banyak mengalami perubahan, bahkan kedelai
sejak

tahun

2000

terlihat

menggembirakan tersebut

menurun.

dapat

dipahami

terhadap komoditas ini masih minim.

Perkembangan

yang

kurang

karena perhatian pemerintah

Program intensifikasi dan ekstensifikasi

32
memang telah dilakukan tetapi program ini tidak seintensif yang dilakukan pada
tanaman padi. Kebijakan harga dasar, seperti pada jagung, pernah dilakukan,
tetapi kebijakan ini tidak efektif karena harga jagung di pasar bebas selalu lebih
tinggi dibanding harga dasar yang ditetapkan pemerintah.
Laju peningkatan produksi palawija yang tidak seimbang dengan
peningkatan kebutuhan dalam negeri menyebabkan I ndonesia masih tergantung
pada palawija impor, terutama jagung dan kedelai.

Volume impor komoditi

palawija, seperti jagung, kedelai, kacang tanah, selama kurun waktu 1996-2003
secara umum hampir tidak banyak mengalami perubahan, kecuali pada tahun
awal setelah krisis ekonomi. Pada masa krisis ekonomi volume impor jenis
palawija tersebut mengalami penurunan yang cukup drastis. Pada masa awal
krisis ekonomi, perilaku impor palawija memang terlihat berlawanan dengan
perilaku impor beras.

Beras, sebagai bahan pangan pokok, pada masa awal

krisis banyak mengandalkan impor, sedangkan palawija, yang umumnya
merupakan bahan baku industri, pada masa awal krisis ekonomi justru menurun
karena impor menjadi sangat mahal.
Dalam rangka mengatasi persoalan ketergantungan impor palawija, dan
juga mulai

pada beras,

pemerintah akhir-akhir

ini

melakukan gerakan

peningkatan produksi padi dan palawija yang dikenal dengan Gerakan Mandiri
Padi, Kedele dan Jagung T ahun 2001 (Gema Palagung 2001). Dengan gerakan
ini diharapkan akan terjadi peningkatan produksi padi dan palawija sehingga
dapat menekan impor padi (beras), kedelai dan jagung.

Secara operasional

33
gerakan

ini

menyangkut

upaya

peningkatan

peranan

kelompok

tani,

memperlancar pengadaan dan penyaluran sarana produksi dan permodalan,
perbaikan teknologi, perbaikan kinerja penyuluh dan lembaga penyuluh,
mengembangkan pola kemitraan di dalam pemasaran hasil, dan peningkatan
mutu koordinasi antar instansi yang terkait. Khusus untuk beras, perkembangan
impor yang cenderung meningkat

akan mengganggu pihak petani produsen.

Karena itu, khusus untuk beras, pemerintah telah mengintervensi dengan
mengeluarkan kebijakan larangan impor sampai dengan waktu tertentu.
Dari uraian di atas menunjukkan bahwa perkembangan tanaman pangan
selama ini masih belum mampu mengimbangi kebutuhan konsumsi dalam
negeri.

I ni menunjukkan bahwa perkembangan tanaman pangan selama ini

masih belum memuaskan.
1.2. R umusan Masalah
Seperti telah dikemukakan di atas bahwa produsen utama tanaman
pangan ini adalah unit-unit rumahtangga pertanian yang berciri usahatani kecil,
maka persoalan tanaman pangan pada dasarnya merupakan persoalan usahatani
kecil.

Pemahaman terhadap usahatani kecil sangat penting

baik dari segi

teoretikal maupun praktikal.
Dari segi teoritikal, usahatani kecil masih menyimpan banyak pertanyaan
yang

perlu

dijawab

berkaitan

dengan

pemahaman

perilaku

ekonomi

rumahtangga pertanian yang berperan ganda, sebagai konsumen dan sebagai
produsen. Penelitian empiris yang berkenaan dengan perilaku ekonomi tersebut

34
sudah banyak dilakukan, namun karena kekompleksan persoalan yang dihadapi
pada rumahtangga pertanian, masih banyak tantangan yang harus diatasi
terutama dalam hal memilih metode penelitian yang tepat.
Dari segi praktikal, pemahaman terhadap perilaku usahatani kecil sangat
penting untuk mengantisipasi dampak suatu kebijakan yang dikeluarkan oleh
pemerintah. Perkembangan produksi dan produktivitas tanaman pangan yang
kurang menggembirakan menimbulkan banyak pertanyaan.

Apakah kebijakan

pengatu