Bahan anti korosi

Bahan anti korosi

CEMENTAID mempunyai SOLUSI ANTI KOROSI BETON sekaligus ANTI KOROSI
TULANGAN BETON (Besi/Baja), yaitu CORRPROOF, produk ini berfungsi sebagai
Integral Waterproofer, produk ini membuat setebal matriks beton kedap air sehingga
menghindari peresapan air yang mengandung kimia ke dalam beton serta tulangan
beton, tidak hanya berupa lapisan. Cara penggunaannya juga praktis, hanya
ditambahkan kedalam adukan beton. Produk ini cocok untuk digunakan pada
bangunan yang terekspos oleh lingkungan yang mempercepat timbulnya korosi,
seperti pabrik kimia, dermaga / lingkungan dekat laut, dll.

Pelabuhan, Dermaga, dan Terminal
PELABUHAN, DERMAGA, DAN TERMINAL
Pelabuhan adalah
atau danauuntuk

sebuah

fasilitas

di


ujung samudera, sungai,

menerima kapal dan

memindahkan barang

kargo maupun penumpang ke dalamnya. Pelabuhan biasanya memiliki alat-alat
yang dirancang khusus untuk memuat dan membongkar muatan kapal-kapal yang
berlabuh.

Terkadang crane dan

gudang

berpendingin

disediakan

oleh


pihak

pengelola maupun pihak swasta yang berkepentingan, sesuai jenis pelabuhannya
juga. Sering pula disekitarnya dibangun fasilitas penunjang seperti pengalengan
dan pemrosesan barang. Peraturan Pemerintah RI No.69 Tahun 2001 mengatur
tentang pelabuhan dan fungsi serta penyelengaraannya.

Pelabuhan laut digunakan untuk pelabuhan yang menangani kapal-kapal
laut. Pelabuhan perikanan adalah pelabuhan yang digunakan untuk berlabuhnya
kapal-kapal penangkap ikan serta menjadi tempat distribusi maupun pasar ikan.
Klasifikasi pelabuhan perikanan ada 3, yaitu:
1.

Pelabuhan Perikanan Pantai

2.

Pelabuhan Perikanan Nusantara


3.

Pelabuhan Perikanan Samudera

Di bawah ini hal-hal yang penting agar pelabuhan dapat berfungsi:
1)

adanya kanal-kanal laut yang cukup dalam (minimum 12 meter),

2)

perlindungan dari angin, ombak, dan petir, dan

3)

akses ke transportasi penghubung seperti kereta api dan truk.

Berdasarkan PP No. 69 Tahun 2001, pelabuhan pelabuhan dibagi menjadi 3
menurut layanan kegiatannya, yaitu:
1.


Pelabuhan laut, yaitu pelabuhan yang melayani kegiatan angkutan

2.

Pelabuhan sungai dan danau, yaitu pelabuhan yang melayani kegiatan

laut;

angkutan sungai dan danau; dan
3.

Pelabuhan penyebrangan, yaitu pelabuhan yang melayani kegiatan

angkutan penyeberangan.
Pelabuhan menurut jenisnya sebagaimana PP No. 69 Tahun 2001 terdiri dari:
1.

Pelabuhan umum yang digunakan untuk melayani kepentingan umum.


Penyelenggaraan pelabuhan umum dilakukan oleh Pemerintah dan pelaksanaannya
dapat dilimpahkan kepada badan usaha milik negara yang didirikan dengan maksud
tertentu. Di Indonesia dibentuk empat badan usaha milik negara yang diberikan
wewenang mengelola pelabuhan umum. Keempat badan usaha tersebut adalah P.T.
Pelabuhan Indonesia I yang berkedudukan di Medan; P. T. Pelabuhan Indonesia II
yang berkedudukan di Jakarta; P.T Pelabuhan Indonesia III yang berkedudukan di
Surabaya; P.T Pelabuhan Indonesia IV yang berkedudukan di Ujung Pandang.

2.
menunjang

Pelabuhan khusus yang digunakan untuk kepentingan sendiri guna
kegiatan

tertentu,

baik

instansi


pemerintah,

seperti TNI

AL dan PemdaDati I/Dati II, maupun badan usaha swasta seperti, pelabuhan khusus
P.T. BOGASARIyang digunakan untuk bongkar muat tepung terigu atau LNG Arun di
Aceh yang digunakan untuk mengirimkan hasil produksi gas alam cair ke suatu
daerah dalam NKRI atau luar negeri. Pelabuhan ini tidak boleh digunakan untuk
kepentingan umum, kecuali dalam keadaan tertentu dengan ijin pemerintah.

Menurut hirarki peran dan fungsi pelabuhan laut sebagaimana PP No. 69
Tahun 2001 terdiri dari:
1.

Pelabuhan internasional hub merupakan pelabuhan utama primer;

2.

Pelabuhan internasional merupakan pelabuhan utama sekunder;


3.

Pelabuhan nasional merupakan pelabuhan utama tersier;

4.

Pelabuhan regional merupakan pelabuhan pengumpan primer; dan

5.

Pelabuhan lokal merupakan pelabuhan pengumpan sekunder.

Ditinjau dari segi pengusahaannya, pelabuhan dibagi menjadi 6, yaitu:

1)

Pelabuhan ikan
Pada umumnya pelabuhan ikan tidak memerlukan kedalaman yang besar
karena kapal - kapal motor yang digunakan untuk menagkap ikan tidak besar. Pada
umumnya, nelayan - nelayan di Indonesia masih menggunakan kapal kecil. Jenis

kapal kecil ini bervariasi dari yang sederhana berupa jukung sampai kapal motor.
Jukung adalah perahu yang dibuat dari kayu dengan lebar sekitar 1 m dan panjang
6 - 7 m. Perahu ini dapat menggunakan layar atau motor tempel; dan bisa langsung
mendarat

di

pantai.

Kapal

yang

lebih

besar

terbuat

dari


papan

atau fiberglass dengan lebar 2,0 - 2,5 m dan panjang 8 - 12 m, digerakkan oleh
motor.

Pelabuhan

ikan

dibangun

disekitar

daerah

perkampungan

nelayan.


Pelabuhan ini harus lengkap dengan pasar lelang, pabrik/gudang es, persediaan
bahan bakar, dan juga tempat cukup luas untuk perawatan alat - alat penangkap
ikan.

2)

Pelabuhan minyak

Untuk keamanan, pelabuhan minyak harus diletakkan agak jauh dari
keperluan umum. Pelabuhan minyak biasanya tidak memerlukan dermaga atau
pangkalan yang harus dapat menahan muatan vertikal yang besar, melainkan
cukup membuat jembatan perancah atau tambahan yang dibuat menjorok ke laut
untuk mendapatkan kedalaman air yang cukup besar. Bongkar muat dilakukan
dengan pipa - pipa dan pompa.

3)

Pelabuhan barang

Pelabuhan ini mempunyai dermaga yang dilengkapi dengan fasilitas untuk

bongkar muat barang. Pelabuhan dapat berada di pantai atau estuari dari sungai
besar. Daerah perairan pelabuhan harus cukup tenang sehingga memudahkan

bongkar muat barang. Pelabuhan barang ini bisa digunakan baik Pemintah maupun
swasta untuk keperluan transportasi hasil produksinya seperti baja, alumunium,
pupuk, batu bara, minyak, dan sebagainya. Sebagai contoh Pelabuhan Kuala
Tanjung di Sumatra Utara. Pelabuhan Kuala Tanjung dimiliki oleh P.T. Aluminium
Asahan. Selain itu, P.T. Asean dan P.T. Iskandar Muda juga mempunyai pelabuhan
sendiri.

4)

Pelabuhan penumpang

Pelabuhan penumpang tidak banyak berbeda dengan pelabuhan barang.
Pada pelabuhan barang di belakang dermaga terdapat gudang - gudang sedangkan
untuk pelabuhan penumpang dibagun stasiun penumpang yang melayani segala
kegiatan yang berhubungan dengan kebutuhan orang yang berpergian, seperti
kantor imigrasi, duane, keamanan, direksi pelabuhan, maskapai pelayaran, dan
sebagainya. Barang - barang yang perlu dibongkar muat tidak terlalu banyak
sehingga gudang barang tidak perlu besar. Untuk kelancaran masuk kelaurnya
penumpang dan barang, biasanya pada pelabuhan penumpang jalan masuk
dipisahkan

terhadap

jalan

keluar.

Selain

itu

pada

pelabuhan

penumpang,

penumpang melalui lantai atas dengan menggunakan jembatan langsung ke kapal,
sedangkan barang - barang melalui dermaga.

5)
Pada

Pelabuhan campuran
umumnya

penggunaan

fasilitas

pelabuhan

ini

terbatas

untuk

penumpang dan barang. Untuk keperluan minyak dan ikan biasanya terpisah. Bagi
pelabuhan kecil atau masih dalam taraf perkembangan, keperluan untuk bongkar
muat minyak juga masih menggunakan dermaga atau jembatan, berguna untuk
meletakkan pipa - pipa untuk mengalirkan minyak.

6)

Pelabuhan militer

Pelabuhan

ini

mempunyai

daerah

perairan

yang

cukup

luas

untuk

memungkinkan gerakan cepat dari kapal - kapal perang dan supaya letak bangunan
cukup terpisah. Konstruksi tambatan maupun dermaga hampir sama dengan
dengan pelabuhan barang, tetapi situasi dan perlengkapan sedikit berbeda. Pada
pelabuhan barang, letak/kegunaan bangunan harus seefisien mungkin, sedangkan

pada pelabuhan militer bangunan - bangunan pelabuhan harus terpisah dengan
jarak yang lebih jauh.

Dermaga adalah tempat kapal ditambatkan di pelabuhan. Pada dermaga
dilakukan berbagai kegiatan bongkar muat barang dan orang dari dan ke atas kapal.
Di dermaga juga dilakukan kegiatan untuk mengisi bahan bakar untuk kapal, air
minum,air bersih, saluran untuk air kotor/limbah yang akan diproses lebih lanjut di
pelabuhan. Hal yang perlu diingat bahwa dimensi dermaga didasarkan pada jenis
dan ukuran kapal yang merapat dan bertambat pada dermaga tersebut.
Jenis - jenis dermaga berdasarkan jenis barang yang dilayani:

1)

Dermaga barang umum, adalah dermaga yang diperuntukkan untuk

bongkar muat barang umum/general cargo keatas kapal. Barang potongan terdiri
dari barang satuan seperti mobil; mesin - mesin; material yang ditempatkan dalam
bungkus, koper, karung, atau peti. Barang - barang tersebut memerlukan perlakuan
khusus dalam pengangkatannya untuk menghindari kerusakan.

2)

Dermaga peti kemas, dermaga yang khusus diperuntukkan untuk

bongkar muat peti kemas. Bongkar muat peti kemas biasanya menggunakan crane.

3)

Dermaga curah, adalah dermaga yang kusus digunakan untuk bongkar

muat barang curah yang biasanya menggunakan ban berjalan ( conveyor belt).
Barang curah terdiri dari barang lepas dan tidak dibungkus/kemas, yang dapat
dituangkan atau dipompa ke dalam kapal. Barang ini dapat berupa bahan pokok
makanan (beras, jagung, gandum, dsb.) dan batu bara. Karena angkutan barang
curah dapat dilakukan lebih cepat dan biaya lebih murah daripada dalam bentuk
kemasan, maka beberapa barang yang dulunya dalam bentuk kemasan sekarang
diangkut dalam bentuk lepas. Sebagai contoh adalah pengangkutan semen, gula,
beras, dan sebagainya.

4)

Dermaga khusus, adalah dermaga yang khusus digunakan untuk

mengangkut barang khusus, seperti bahan bakar minyak, bahan bakar gas dan lain
sebagainya.

5) Dermaga

marina,

adalah

dermaga

yang

digunakan

untuk kapal

pesiar, speed boat.
6) Demaga kapal ikan, adalah dermaga yang digunakan oleh kapal ikan.

Perencanaan jenis dermaga disesuaikan dengan kebutahan yang akan
dilayani, ukuran kapal, arah gelombang dan angin, kondisi topografi dan tanah
dasar laut, dan tinjauan ekonomis dari konstruksi. Dermaga dapat dibedakan
menjadi dua jenis yaitu wharf/quai dan jetty/pier/jembatan. Wharf adalah dermaga
yang paralel dengan pantai dan biasanya berimpit dengan garis pantai. Jetty adalah
dermaga yang menjorok ke laut.

Berdasarkan

tinjauan

daerah

topografi

di

perairan

yang

dangkal,

penggunaan jetty akan lebih ekonomis karena kedalaman yang yang dibutuhkan
untuk kapal menambat akan cukup jauh dan tidak diperlukan pengerukan lumpur
yang cukup banyak. Namun berbeda untuk lokasi topografi dengan kemiringan
dasar cukup curam. Pada topografi kemiringan dasar yang cukup curam,
pembuatan pier dengan melakukan pemancangan tiang menjadi tidak praktis dan
sangat mahal. Dalam hal ini pembuatan wharf lebih tepat.

Dermaga yang melayani kapal minyak (tanker) dan kapal barang curah
mempunyai konstruksi yang ringan; dibandingkan dengan dermaga barang
potongan (general cargo); karena dermaga tersebut tidak memerlukan peralatan
bongkar muat yang besar, jalan kereta api, gudang - gudang, dan sebagainya.
Dengan

demikian

untuk

melayani

kapal

tanker

dan

kapal

barang

curah,

penggunaan pier akan lebih ekonomis. Lain halnya dengan dermaga yang melayani
barang potongan (general cargo) dan peti kemas. Dermaga yang melayani general

cargo dan peti kemas menerima beban yang lebih besar. Untuk keperluan tersebut,
dermaga jenis wharf akan lebih cocok.

Kondisi tanah sangat menentukan dalam pemilihan jenis dermaga. Pada
umumnya tanah di dekat daratan mempunyai daya dukung yang lebih besar
daripada tanah di dasar lautan. Dasar laut umumnya terdiri dari endapan yang
belum padat. Ditinjau dari daya dukung tanah, pembuatan wharf atau dinding
penahan tanah lebih menguntungkan. Namun, jika tanah dasar berupa karang maka

pembuatan wharf akan mahal. Hal ini karena untuk mendapatkan kedalaman yang
cukup di depan wharfdiperlukan pengerukan. Dalam hal ini pembuatan pier akan
lebih murah karena tidak diperlukan pengerukan dasar karang. (Triatmodjo, 1996 :
157 - 159)

Terminal adalah salah satu fasilitas pelabuhan di daratan. Masing - masing
terminal mempunyai bentuk dan fasilitas yang berbeda. Terminal barang potong
(general cargo terminal) harus mempunyai perlengkapan bongkar muat berbagai
bentuk barang yang berbeda. Terminal barang curah biasanya direncanakan untuk
tunggal guna dan mempunyai peralatan bongkar muat untuk muatan curah.
Demikian juga terminal peti kemas. Berbagai jenis terminal tersebut dapat berada
dalam satu pelabuhan, serta letak antara terminal satu dengan lainnya dapat
berdampingan.

Pada umumnya, terminal di pelabuhan dibagi ke dalam tiga jenis:
1.

Terminal Barang Potongan (General Cargo Terminal)

Fasilitas - fasilitas yang terdapat pada terminal potongan terdiri dari:
1)

Apron

Apron adalah halaman di atas dermaga yang terbentang di sisi muka
dermaga sampai gudang laut atau lapangan penumpukan terbuka. Apron digunakan
untuk menempatkan barang yang akan dinaikkan ke kapal atau barang yang baru
saja diturunkan dari kapal. Bentuk apron tergantung pada jenis muatan, apakah
barang potongan, curah, atau peti kemas. Biasanya lebar apron adalah 15 - 25 m.
2)

Gudang Laut dan Lapangan Penumpukan Terbuka

Gudang laut (disebut juga gudang pabean, gudang linie ke-I, gudang transit)
adalah gudang yang berada di tepi perairan pelabuhan dan hanya dipisahkan dari
air laut oleh dermaga pelabuhan. Gudang laut hanya menyimpan barang - barang
untuk sementara waktu sambil menunggu pengangkutan lebih lanjut ke tempat
tujuan akhir. Masa penyimpanan barang - barang dalam gudang laut adalah
maksimum 15 hari untuk barang - barang yang akan dimasukkan ke dalam
peredaran bebas setempat (dengan angkutan darat) dan maksimum 30 hari untuk
barang - barang yang akan diteruskan ke pelabuhan lain (dengan kapal lain).
3)

Gudang

Gudang (warehouse) digunakan untuk menyimpan barang - barang dalam
waktu yang lama. Gudang ini dibuat agak jauh dari dermaga.
4)

Bangunan pendingin (cold storage)

Bangunan pendingin di pelabuhan diperlukan sebelum barang komuditas
yang didinginkan didistribusikan ke tempat tujuan dengan kereta api atau truk yang
sudah disediakan system pendinginan tertentu. Barang - barang komuditas yang
perlu pendinginan adalah ikan, daging, buah - buahan, dan sayur.

2.

Terminal barang curah (bulk cargo terminal)

Muatan curah dapat dibedakan menjadi dua macam:
1)

Muatan lepas yang berupa hasil tambang seperti batu bara, biji besi,

bauxite, dan hasil pertanian seperti beras, gula, jagung, dan sebagainya.
2)

Muatan cair yang diangkut dalam kapal tangki seperti minyak bumi,

minyak kepala sawit, bahan kimia cair, dan sebagainya.

Terminal muatan curah harus dilengkapi dengan fasilitas penyimpanan
muatan. Jenis fasilitas penyimpanannya tergantung pada jenis muatannya, yang
dapat berupa lapangan untuk mengangkut muatan, tangki - tangki untuk minyak,
silo atau gudang untuk material yang memerlukan perlindungan terhadap cuaca,
atau lapangan terbuka untuk menimbun batu bara, bijih besi, dan bauxit.

Barang curah dapat ditangani secara ekonomis dengan menggunakan belt

conveyor atau bucket elevator atau kombinasi dari keduanya. Barang cair dapat
diangkut dengan pompa. Untuk barang berupa bubuk, material berbutir halus
seperti semen serta butiran/material yang ringan dapat diangkut dengan alat
penghisap (alat pneumatic). Belt conveyor adalah alat yang paling serbaguna untuk
mengangkut berbagai macam barang berbentuk bubuk, butiran, dan kental. Alat
tersebut dapat mengangkut material dalam jumlah besar untuk jarak jauh, baik
secara horizontal maupun naik turun dengan kemiringan 15 o – 20o. Alat ini
digunakan untuk memindahkan material dari tempat penimbunan ke dalam kapal
dan sebaliknya. Bucket elevator mengangkut material secara vertikal atau yang
mempunyai kemiringan besar. Kapasitasnya lebih rendah daripada kapasitas belt
conveyor. Alat ini digunakan untuk mengisis silo.

3.

Terminal peti kemas

Pengiriman

barang

dengan

mengguanakn

peti

kemas

telah

banyak

dilakukan dan volumenya terus meningkat dari tahun ke tahun. Pengangkutan
dengan menggunakan peti kemas memungkinkan barang - barang digabung
menjadi

satu

dalam

peti

kemas

sehingga

aktivitas

bongkar

muat

dapat

dimekanisasikan. Hal ini dapat meningkatkan jumlah muatan yang bisa ditangani
sehingga waktu bongkar muat menjadi lebih cepat.

Sumber

: http://febrian-tekniksipil.blogspot.co.id/2012/02/pelabuhan-dermaga-dan-

terminal.html

Diposkan oleh Alif Sinatrya di 10.16 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

PERLINDUNGAN TERHADAP KOROSI PADA BETON DI
LINGKUNGAN LAUT
PERLINDUNGAN TERHADAP KOROSI PADA BETON DI LINGKUNGAN LAUT
Setiap konstruksi setelah dibangun harus dilakukan evaluasi secara terus menerus untuk
menentukan kinerja bangunan. Ambruknya suatu infrastruktur, seperti jembatan, jalan
layang, dermaga dan lain-lain, secara tiba-tiba sering kali membawa korban manusia dan
kerugian finansial yang sangat besar. Hal ini merupakan bagian dari tugas pemilik bersama
pihak yang berkepentingan untuk menjamin keselamatan masyarakat umum sebagai
pengguna. Salah satu penyebab kerusakan bangunan dilingkungan laut
adalah korosi pada beton dan tulangan.
Secara umum, tulangan baja didalam beton tidak akan terkorosi, karena betonpada
umumnya memiliki PH tinggi (sekitar 12.5), Sifat PH tinggi atau basa / alkali
pada beton terjadi saat semen tercampur dengan air. Karena sifat alkali ini, dipermukaan
baja dalam beton terbentuk sebuah lapisan pasif yang menyebabkan baja terlindung dari
pengaruh luar. Baja baru bisa terkorosi bila lapisan pasif ini rusak (PH Beton turun), yang
biasanya disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut :


Karbonasi (carbonation)

Proses karbonasi terjadi karena adanya interaksi dari karbon dioksida (CO2) di udara bebas /
atmosfer dengan ion hidroksida didalam beton. Hasil dari interaksi tersebut menyebabkan
PH beton turun (< 9) dan ini mengakibatkan penurunan ketahanan dari lapisan pasif di
permukaan baja tulangan.

Klorida (Chlorides)
Ion klorida mempunyai kemampuan untuk penetrasi kedalam beton dan merusak lapisan
pasif dipermukaan baja dan logam. Ion klorida bisa berasal dari lingkungan eksternal,

misalnya air laut atau proses hyrolysis auto katalisis dari bahan logam itu sendiri yang
menyebabkan baja terkorosi.

Garam Magnesium (Magnesium Salts)
Karena pada laut mengandung 3200 ppm bahan setara MgCl2, hal ini sudah cukup untuk
melemahkan Portland Cement Hydrates dari serangan ion Mg. Hasil reaksinya akan
menyebabkan kehilangan material (material loss) dan dapat melunakkan beton (soft).

Serangan Sulfat (sulphate attack)
Sulfat alami (natural sulphate) dan bahan polutan dari dalam tanah atau air laut dapat
menyebabkan serangan Sulfat kedalam beton. Ion sulfat dari air laut akan bereaksi dengan
hydrates dari portland cement yang dapat menyebabkan penurunan mutu beton,
membuat beton menjadi lemah / lunak dan rapuh (brittle).

Serangan Asam oleh Bakteri
Pada bak tempat penampungan minyak mentah, struktur bawah dari bangunanoffshore,
pada daerah pantai yang air lautnya diam dan suhunya cenderung tetap (Oil Well 70-80 °C)
atau (45-50 °C) akan berpotensi menumbuhkan mikroba aktif yang menghasilkan karbon
dioksida serta dapat menurunkan PH air. Hal ini akan berpotensi menyebabkan
proses korosi pada struktur beton, baja maupun bahanlogam yang terdapat pada daerah
tersebut.
Pada korosi jenis ini, kerusakan terjadi pada tulangan di dalam beton. Ini disebabkan karena
tulangan di dalam beton bereaksi dengan air dan membentuk karat. Karat yang terbentuk
pada tulangan ini mengakibatkan pengembangan volume besi tulangan tersebut.
Pengembangan volume ini kemudian mendesak beton sehingga beton tersebut retak,
terkelupas atau pecah, sehingga daya dukung dan dimensi beton menjadi berkurang.
Lalu dari mana datangnya air yang kemudian menyebabkan besi tulangan tersebut
berkarat?
Air ini dapat masuk ke dalam beton dan sampai ke tulangan melalui 2 cara, melalui Air yang
masuk dari luar atau uap air di udara melalui pori-pori beton karena beton tidak kedap air.
Hal ini diperparah lagi jika terdapat banyak retak pada permukaan beton.
Terjadinya korosi pada suatu bangunan dapat mempengaruhi masa
pakai bangunan tersebut, karena kinerja komponen struktur bangunan menurun. Guna
mencapai umur bangunan sesuai dengan rencana diperlukan pemeliharaan bangunan dan
perawatan bangunan secara terus menerus.
Sebuah studi kasus yang dilakukan oleh mahasiswa di Malaysia menyebutkan bahwa ada
beberapa elemen yang menentukan analisa biaya jangka waktu pelayanan / LCCA (Life
Cycle Cost Analysis) untuk perbaikan struktur beton yang diakibatkan oleh korosi,
diantaranya :

Initial Cost (biaya awal) – meliputi biaya yang hanya terjadi sekali diawal, seperti
menghilangkan beton yang rusak, persiapan permukaan, dll.

Rehabilitasi / biaya pemeliharaan – merupakan biaya yang dikeluarkan secara berkala
dan berkelanjutan selama bangunan tersebut masih digunakan, seperti aplikasi ulang
coating di permukaan beton, penggantian anoda pada electroplating, dll

Biaya kerugian (disposal cost) – biaya ini adalah kerugian yang harus ditanggung jika
ternyata bangunan tersebut tidak dapat diperbaiki lagi

Waktu analisis (Analysis Period) – merupakan waktu yang digunakan untuk
mengevaluasi total biaya yang diperlukan untuk penentuan perbaikan, biasanya 75
sampai 100 tahun untuk jembatan


Tingkat penyusutan (discount rate) – tingkat penyusutan nyata merefleksikan nilai
sebenarnya dari uang terhadap waktu dengan mengabaikan tingkat inflasi. FHWA
merekomendasikan pengunaan discount rate pada kisaran 3 – 5 %

Tingkat Inflasi – mengukur per bahan harga yang terjadi pada barang atau jasa dari
tahun ke tahun
Korosi pada beton dapat merugikan kita sebagai pengguna struktur bangunantersebut,
selain memperpendek masa pakai seringkali biaya perawatan atau perbaikannya juga lebih
besar ketimbang nilai bangunan tersebut. Berikut ini adalah rekomendasi untuk
mendapatkan struktur beton yang tahan lama di lingkungan laut :

Penggunaan bahan dasar beton (seperti agregat) dan beton berkualitas baik

Pemberian selubung beton dengan ketebalan tertentu yang sesuai dengan kondisi
lingkungan yang akan dihadapi. Semakin korosif lingkungan, semakin tebal
selimut beton yang dibutuhkan

Pengontrolan lebar retak yang boleh terjadi pada beton bertulang saat dikenakan
beban layan (service load). Semakin korosif lingkungan semakin kecil lebar retak yang
boleh terjadi pada beton

Perlindungan terhadap beton dan tulangan (menghindari korosi)
PRODUK CEMENTAID YANG KAMI REKOMENDASIKAN UNTUK PERLINDUNGAN AWAL MAUPUN
PERBAIKAN STRUKTUR BETON YANG DEKAT DENGAN LINGKUNGAN LAUT :
1. EVERDURE CALTITE
Korosi disebabkan oleh air yang masuk dari luar atau uap air di udara melalui pori-pori
dikarenakan beton tidak kedap air. Sebenarnya beton yang tidak waterproof ini merupakan
inti dari permasalahan timbulnya korosi. Tekanan air yang tinggi juga mempunyai andil
dalam mempertinggi tingkat penetrasi air kedalam beton. Jikabeton waterproof maka
penetrasi air yang mengandung klorida, sulphat atau bahanlain dapat diblokir, sehingga
tulangan logam pun aman terlindungi dan tidak mengalami proses karbonasi.
Pada awal pembangunan struktur beton kami merekomendasikan untuk mencampurkan
produk EVERDURE CALTITE sebagai bahan anti korosi. EVERDURE CALTITE pada intinya
berfungsi sebagai Integral Waterproofer, produk ini membuat setebal matriks beton kedap
air, tidak hanya berupa lapisan. Cara penggunaannya juga praktis, hanya ditambahkan
kedalam adukan beton.
Dosis yang direkomendasikan adalah 30 Liter / m3 beton yang dikombinasikan
dengan bahan yang dapat meningkatkan karakteristik mutu beton. Lazim digunakan pada
lokasi dengan tekanan air tinggi (> 4 m) atau pada daerah yang mempunyai bahan
-bahan pemicu timbulnya korosi dengan tingkat konsentrasi tinggi.
Bahan ini juga dapat digunakan sebagai bahan campuran beton atau mortar yang
digunakan dalam proses perbaikan.
2. CORRPROOF
Sebagai turunan EVERDURE CALTITE dengan fungsi yang sama kami merekomendasikan
produk CORRPROOF. Produk ini berfungsi sebagai anti korosi dengan prinsip
membuat beton kedap air.
Dosis yang direkomendasikan adalah 20 Liter / m3 beton yang dikombinasikan
dengan bahan yang dapat meningkatkan karakteristik mutu beton. Lazim digunakan pada
lokasi dengan tekanan air tinggi atau pada daerah yang mempunyai bahan–bahan pemicu
timbulnya korosi dengan tingkat konsentrasi sedang.

Bahan ini juga dapat digunakan sebagai bahan campuran beton atau mortar yang
digunakan dalam proses perbaikan.
3. RAPIDARD CF
Struktur bangunan di lingkungan dekat laut atau di lokasi pasang surut relatif membutuhkan
waktu setting beton yang lebih singkat agar proses perbaikan dapat dilakukan lebih cepat.
Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, kami merekomendasikan RAPIDARD CF yang
merupakan aditif semen cepat kering. Formulanya yang Chloride Free aman digunakan
untuk struktur beton bertulang. Bahan ini dapat dikombinasikan dengan bahan korosi seperti
EVERDURE CALTITE dan CORRPROOF tanpa mengurangi kualitas hasilnya.
Contoh penggunaan : Perbaikan selimut beton / pile cap pada dermaga
4. CALCURE B *R
Salah satu penyebab timbulnya korosi adalah penetrasi air yang mengandung klorida atau
sulphat kedalam beton, salah satunya melalui celah atau retak. Seringkali retak banyak
timbul dikarenakan pada saat proses hidrasi, penguapan air terjadi terlalu cepat sehingga
berakibat beton menyusut.

Oleh karena itu proses perawatan beton / curing harus dilakukan. Cara-cara konvensional
yang dilakukan adalah dengan penyemprotan, penggenangan / perendaman, ditutup
lembaran plastic, dll. Proses perawatan tersebut membutuhkan perhatian khusus dalam
pelaksanaanya sehingga tidak praktis. Kami CEMENTAID merekomendasikan CALCURE B*R
sebagai bahan perawat beton / curing compound yang membentuk lapisan tipis pada
permukaan untuk menghalangi penguapan. Selain mencegah timbulnya retak pada
permukaanbeton, aplikasinya juga mudah dan praktis, hanya dikuas atau disemprot.
Sumber : https://catwaterproof.wordpress.com/2009/10/30/perlindungan-terhadap-korosipada-beton-di-lingkungan-laut/
Diposkan oleh Alif Sinatrya di 10.15 1 komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Bangunan Lepas Pantai

Definisi Bangunan Lepas Pantai
Daerah lepas pantai adalah bagian dari lautan yang permukaan dasarnya dibawah pasang
surut terendah atau bagian lautan yang berada diluar daerah gelombang pecah ( breaker
zone) arah ke laut. Daerah lepas pantai yang berada di bagian lempengan benua
(continental shelves) yang mempunyai kedalaman kurang dari 200 m kira-kira seluas 8%
dari luas lautan atau sama dengan 20% dari luas daratan. Bangunan, kendaraan dan
fasilitas yang beroperasi di lepas pantai disebut bangunan, kendaraan, dan fasilitas lepas
pantai.
Ciri-ciri dari bangunan atau sistem lepas pantai adalah :
1.
Beroperasi di daerah sekitar sumur minyak atau daerah pertambangan yang
terbatas. Jadi, tidak berpindah jauh seperti halnya dengan kapal laut.
2.

Tidak beroperasi di daratan.

3.
Tidak dibangun langsung di lapangan. Jadi, komponen-komponennya dibuat di darat
untuk kemudian diangkut dan dirakit di lapangan.
4.
Tetap beroperasi di lapangan untuk perioda waktu yang lama sehingga bangunan
harus dapat bertahan dalam kondisi terburuk yang mungkin terjadi selama masa operasi.

Lingkup Pekerjaan Anjungan Lepas
Pantai
Operasi (pekerjaan) minyak di lepas pantai (offshore) dapat dibagi kedalam 4 (empat)
bagian, yaitu:

1. Exploration
Kegiatan di phase ini adalah pencarian/penentuan lapisan tanah yang menyimpan minyak
di dasar lautan. Kegiatan ini dilakukan oleh ahli geologi dan geofisik Ahli geologi bertugas
mempelajari dan mengamati formasi lapisan batuan dari dalam bumi serta mengambil
contoh batuan bawah tanah untuk menentukan bentuk dari lapisan-lapisan batuan dalam
bumi. Selain itu, ahli geofisik bertugas untuk menggunakan metoda-metoda dalam
mengumpulkan data seperti seismic exploration dan peralatan ukur medan gravitasi untuk
membuat perkiraan mengenai adanya lapisan minyak.

2. Exploratory Drilling
Setelah daerah yang diperkirakan mengandung minyak ditentukan, pemboran minyak
harus dilakukan untuk memastikan perkiraan. Pemboran dilakukan dengan
menggunakan mobile drilling rig yang diikatkan ke kapal atau dengan
menggunakan movable platform. Untuk kedalaman 15-76 m digunakan jack-up mobile rig.
Untuk kedalaman lebih kecil dari 15 m digunakan alat submersible. Sedangkan untuk
kedalaman lebih dari 76 m digunakan floating drilling rig.

3. Development Drilling
Development drilling adalah proses pembuatan/pemboran lubang ke dalam tanah yang
diketahui mengandung minyak untuk diambil dengan cara yang paling ekonomis.
Development drilling yang efisien membutuhkan pemboran beberapa sumur sekaligus dari
satu lokasi. Design platform akhir-akhir ini memungkinkan pemboran 32-40 sumur dari
satu platform.

4. Production and Production Transport
Setelah development drilling selesai dibangun, produksi dari sumur dimulai.
Dilokasi laut dalam, peralatan produksi dan pemrosesan ditempatkan pada selfcontained
platform yangsama yang digunakan untuk development drilling. Di laut dangkal drilling
platform biasanya cukup kecil sehingga kemudian dijadikan well protector platform setelah
proses produksi dimulai. Platform yang terpisah tetapi berdekatan dengan well-protector
platform dibangun untuk pemrosesan atau treatment. Tempat
penyimpanan (storage) minyak adalah perhatian utama dalam operasi offshore. Minyak
dari platform laut dangkal diangkut ke darat dengan menggunakan barge atau pipa
panjang.

Klasifikasi Bangunan Lepas Pantai

Bangunan lepas pantai dapat diklasifikasikan dengan berbagai cara, antara lain :
1.

Menurut cara operasinya (type of operations)

a.
Bangunan yang digunakan untuk pengambilan minyak atau gas. Sebagian besar dari
bangunan lepas pantai yang beroperasi pada saat ini adalah untuk keperluan hal tersebut.
b.
Bangunan yang digunakan untuk penambangan. Bangunan ini digunakan untuk
mengambil bijih-bijih tambang di dasar laut.
c.

Struktur yang digunakan untuk pembangkit listrik tenaga gelombang.

d.

Struktur yang digunakan untuk pembangkit listrik tenaga thermal seperti OTEC.

2.

Menurut bentuk konfigurasinya.

a.
Struktur kendaraan (vessel type structures): struktur jenis ini biasanya adalah kapal
laut yang dimodifikasi sehingga mempunyai sistim propulsi (propulsion) dan dapat
berpindah tempat dengan cepat. Struktur jenis ini dipakai untuk pengoperasian di laut
dalam.
b.
Struktur barge : Struktur jenis ini tidak mempunyai sistem propulsi sehingga untuk
memindahkannya harus digunakan kapal penarik.
c.
Struktur platform : Sebagian besar dari struktur yang digunakan untuk eksplorasi
atau produksi minyak di laut dangkal atau laut menengah adalah struktur dari jenis ini.
3.

Menurut fungsinya

a.

Bangunan eksplorasi : digunakan untuk pemboran minyak atau gas alam.

b.
Bangunan produksi : digunakan untuk pengambilan minyak atau gas alam dari sumur
minyak yang ditemukan.
c.
Bangunan hybrid : dapat digunakan untuk pengeboran maupun pengambilan minyak
atau gas alam.
4.

Menurut material bangunan

a.

Platform baja : seluruhnya terbuat dari baja.

b.

Platform beton : bagian dasar terbuat dari beton.

c.
Platform hybrid : gravity platform yang terdiri dari bagian dasar yang terbuat dari
beton dan rangka baja. Bagian dasar tersebut menyokong deck yang terbuat dari baja.
5.

Menurut Mobilitas

a.
Bangunan tetap (fixed structures) : digunakan pada laut dangkal dan laut menengah
(intermediate water) dan dipancang ke dasar perairan.
b.
Bangunan terapung (flooting structures) : dapat digunakan pada semua kedalaman
laut dan terutama untuk laut dalam.

Sistem Bangunan Lepas Pantai

Jumlah dan macam bangunan lepas pantai yang dioperasikan pada saat ini sangat banyak
sekali. Dalam proses perancangan bangunan lepas pantai terdapat banyak konsep, baik
yang lama maupun yang baru, yang memenuhi spesifikasi owner. Para engineer biasanya

mempunyai sedikit informasi mengenai konsep-konsep lama yang telah dibangun. Karena
itu, menerapkan konsep lama sama sulitnya dengan mengembangkan konsep baru.
Sebagian besar bangunan platform yang ada pada saat ini digunakan untuk pencarian dan
pengambilan minyak dan gas alam. Beberapa jenis dari bangunan lepas pantai adalah
sebagai berikut :

1. Jacket atau template
Jenis struktur lepas pantai yang telah dibangun saat ini adalah struktur
jenis jacket atau template. Jacketdikembangkan untuk operasi di laut dangkal dan laut
sedang yang dasarnya tebal, lunak dan berlumpur. Setelah jacket ditempatkan di posisi
yang diinginkan, pile dimasukkan melalui kaki bangunan dan dipancang
dengan hammer sampai menembus lapisan tanah keras. Kemudian deck dipasang dan di
las. Struktur jenis ini banyak dibangun di Teluk Mexico.

2. Tower
Pada umumnya tower melalui daya apung (self-bouyant) karena jacket tidak dapat
menyokong beban yang terlalu berat. Deck dipasang dan dilas di atas tower. Struktur jenis
ini dipasang di Laut Utara dengan kedalaman sekitar 160 meter dan struktur bajanya
mempunyai berat sekitar 40.000 metrik tonner.

3. Caissons
Platform kecil dengan deck kecil dibutuhkan untuk operasi di laut dangkal (tidak lebih 60
m) dengan kandungan minyak yang tidak banyak. Dalam hal ini, pile dipancang sampai
kedalaman yang cukup untuk menyokong deck kecil.

4. Concrete gravity platform
Platform jenis ini dipasang apabila tanah keras di dasar laut tidak jauh dari permukaan
lumpur. Pondasi struktur dibuat berbentuk lingkaran dan terbuat dari beton. Pondasi yang
berat ini menyokong beberapa tower yang kemudian menyokong deck baja.

5. Steel gravity platform
Apabila tanah dasar laut terdiri dari batuan keras sehingga sulit melakukan pemancangan
pile, platform jenis ini biasanya dipasang. Seluruh bagian struktur terbuat dari baja.

6. Hybrid gravity platform
Bagian dasar platform ini terbuat dari beton yang menopang rangka baja dimana deck baja
diletakkan.
7.

Struktur tak tegar (Compliant Structures)

Struktur jenis ini akan bergerak apabila gaya luar bergerak padanya, karena kekakuannya
tidak besar. Besarnya gerakan yang diijinkan adalah berbanding terbalik dengan kekakuan
dan berat struktur tersebut. Jadi, struktur jenis ini biasanya lebih ringan dari jenis struktur
lain yang telah disebutkan di atas. Struktur tak tegar bisa dikaitkan pada dasar laut,
misalnya guyed tower dan sistem penambalan tunggal (single point mooring
systems). Tension leg platform juga bisa dimasukkan ke dalam jenis ini. Selain itu, struktur
terapung lainnya (semisubmersibles) juga bisa dianggap struktur tak tegar dengan gerakan
ijinnya besar sebagai hasil dari penambatan (mooring).

Jenis Platform Tipe Jacket / Template
Terdapat beberapa jenis model offshore platform yang terbuat dari baja. Pemilihan jenis
platform biasanya diambil berdasarkan pertimbangan ekonomi. Pada kedalaman air yang
relatif dangkal, biasanya dibuat beberapa platform yang terpisah berdasarkan fungsinya
masing-masing. Pada kedalaman air yang dalam (mendekati 400 ft atau 122 m), semua
fungsi digabungkan ke dalam satu struktur yang disebut “self-contained platform”.

Metoda Konstruksi dan Instalasi
Setelah didesain, platform harus difabrikasi dan diinstalasi/dipasang. Sebagian besar
fabrikasi dilakukan di darat/daerah pantai (construction yard). Komponen-komponen
struktur difabrikasi awal (prefabrication) dalam unit-unit terbesar yang dapat dipindahkan
secara tepat dan ekonomis dari lokasi fabrikasi ke lokasi platform di laut.
Umumnya jacket dibuat dengan membangun rangka pada dimensi sempitnya, terbaring
mendatar di tanah. Brace- brace melintang, guide-guide dan bagian lagi ditambahkan
kemudian dengan memutar rangka ke posisi vertical. Setelah jacket dan potongan bagianbagian deck selesai, komponen-komponen tersebut kemudian diangkut dengan barge ke
lokasi dengan derek yang besar. Pile-pile dipancang melalui kaki-kaki jacket dan melalui
skirt piles guide tubes jika digunakan skirt piles. Bagian-bagian deck kemudian
ditempatkan di puncak pile-pile dan di las. Modul-modul di fabrikasi awal meliputi living
quarters, kumpulan pompa dan perlengkapan lain diangkut dengan barge dan ditempatkan
di substruktur deck untuk melengkapi pemasangan.

Tower juga dipasang dengan bantuan jacket tetapi dapat dioperasikan di laut dalam.
Seperti jenis sebelum ini, pile dimasukkan melalui jacket dan dipancang sampai tanah
keras. Kemudian tower ditempatkan di atas jacket.

Jenis struktur

Kedalaman laut

Jacket (Fixed platform)

0 – 300 m

Complaint tower

300

– 1000
m

Tension Leg Platform (TLP)

500

– 1500
m


Spar

100
0

Floating Production Storage

0

and Offloading (FPSO)

– 2500
m
-2500 m

Tahapan Perencanaan Struktur
Dalam perencanaan pekerjaan bangunan lepas pantai ada beberapa tahap yang lazim
dilaksanakan seperti di bawah ini:
1.

Tahap pendahuluan (Preliminary phase)

a.

pemahaman dan identifikasi terhadap criteria pengoperasian.

b.

penentuan atau pemilihan kriteria disain (Hmaks, Tp, gempa, kondisi tanah).

c.

Pengaturan strategi pembayaran.

2.

Tahap Disain (Design phase)

a.

membuat paket untuk ditenderkan.

b. hasil-hasil tahap pendahuluan, studi, dan investigasi antara lain kondisi tanah,
pemilihan barge, seismic metocean dan sistem transportasi.
c.

disain dan penyiapan gambar awal seperti pondasi, disain struktur dan

d.

lainnya.

e.

persiapan dokumen meliputi dokumen material, peralatan, kontrak dan administrasi.

3.

Tahap pelelangan (Bidding Phase)

Dalam tahap ini terdiri dari rangkaian kegiatan seleksi penawar, pengiriman
dan penerimaan proposal lelang, evaluasi dan penentuan pemenang.
4.

Tahap Konstruksi

Dalam tahap ini terdiri dari serangkain proses seperti dibawah ini:
a. Fabrikasi
b.

Load Out

Adalah pekerjaan memindahkan hasil fabrikasi ke tongkang pengangkut. Metoda load out:


Lifting (diangkat)



Skidding (diluncurkan atau ditarik kearah laut)

c.

Towing

Adalah upaya mengangkut modul-modul konstruksi dari tempat fabrikasi ke lokasi
pemasangan
d.

Instalasi

Adalah upaya pemasangan konstruksi yang telah dibuat di tengah laut.
5.

Operasi dan pemeliharaan

6.

Removal bila diperlukan

Sumber : https://situsnyaanaksipil.wordpress.com/2010/12/27/pengenalan-bangunan-lepaspantai-kl4121-balapan-i/