Makalah Korosi Pemilihan bahan dan prose

BAB I
PENDAHULUAN

1.

LATAR BELAKANG
Dalam kehidupan sehari-hari kita akan sering menjumpai logam.
Logam yang berumur lama akan identik dengan perkaratan. Istilah lain dalam
perkaratan adalah adalah korosi. Proses korosi terjadi hampir pada semua
material terutama logam. Korosi dapat menyebabkan suatu material
mempunyai keterbatasan umur pemakaian, dimana material yang diperkirakan
untuk pemakain dalam waktu lama ternyata mempunyai umur yang lebih
singkat dari umur pemakaian rata-ratanya.
Korosi atau perkaratan adalah reaksi redoks antara suatu logam dengan
berbagai zat di lingkungan yang menghasilkan senyawa-senyawa yang tak
dikehendaki. Korosi atau perkaratan sangat lazim terjadi pada besi. Besi
merupakan logam yang mudah berkarat. Karat besi merupakan zat yang
dihasilkan pada peristiwa korosi, yaitu berupa zat padat berwarna coklat
kemerahan yang bersifat rapuh serta berpori.
Dampak dari peristiwa korosi bersifat sangat merugikan. Contoh nyata
adalah keroposnya jembatan, bodi mobil, ataupun berbagai konstruksi dari

besi lainnya. Untuk itu kita harus mengetahui lebih lanjut tentang korosi. Baik
itu pengertian, faktor-faktor yang menyebabkan sampai pada cara
pencegahannya.
1

2. RUMUSAN MASALAH
Dengan adanya makalah ini, ada beberapa masalah yang akan dibahas antara
lain:
a. Bagaimana proses terjadinya korosi ?
b. Bagaiman cara pencegahan agar tidak terjadi korosi?
3. TUJUAN
Dari rumusan masalah dapat diketahui tujuan dari disusunnya makalah ini
yaitu:
a. Mengetahui proses terjadinya korosi
b. Mengetahui cara pencegahan korosi

2

BAB II
PEMBAHASAN


A. PENGERTIAN KOROSI
Kata korosi berasal dari bahasa latin “corrodere” yang artinya
pengrusakan logam atau perkaratan. Korosi adalah peristiwa rusaknya logam
karena reaksi dengan lingkungannya (Roberge, 1999). Definisi lainnya adalah
korosi merupakan rusaknya logam karena adanya zat penyebab korosi, korosi
adalah fenomena elektrokimia dan hanya menyerang logam (Gunaltun, 2003).
Dalam bahasa sehari-hari korosi disebut dengan perkaratan.
Korosi atau perkaratan adalah reaksi redoks antara suatu logam dengan
berbagai zat di lingkungan yang menghasilkan senyawa-senyawa yang tak
dikehendaki. Korosi atau perkaratan sangat lazim terjadi pada besi. Besi
merupakan logam yang mudah berkarat. Karat besi merupakan zat yang
dihasilkan pada peristiwa korosi, yaitu berupa zat padat berwarna coklat
kemerahan yang bersifat rapuh serta berpori.
B. FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN TERJADINYA KOROSI
1. Uap air
Dilihat dari reaksi yang terjadi pada korosi, air merupakan salah satu
faktor penting untuk berlangsungnya proses korosi. Udara yang banyak
mengandung uap air (lembab) akan mempercepat berlangsungnya proses
korosi.


3

2. Oksigen
Udara yang banyak mengandung gas oksigen akan menyebabkan
terjadinya korosi. Korosi besi terjadi apabila ada oksigen (O2) dan air
(H2O). Logam besi tidaklah murni, melainkan mengandung campuran
karbon yang menyebar secara tidak merata dalam logam tersebut.
Akibatnya menimbulkan perbedaan potensial listrik antara atom logam
dengan atom karbon (C).
Atom logam besi (Fe) bertindak sebagai anode dan atom C sebagai
katode. Oksigen dari udara yang larut dalam air akan tereduksi,
sedangkan air sendiri berfungsi sebagai media tempat berlangsungnya
reaksi redoks pada peristiwa korosi. Semakin banyak jumlah O2 dan H2O
yang mengalami kontak dengan permukaan logam, maka semakin cepat
berlangsungnya korosi pada permukaan logam tersebut.
3. Larutan Garam
Elektrolit (asam atau garam) merupakan media yang baik untuk
melangsungkan transfer muatan. Air hujan banyak mengandung asam,
dan air laut banyak mengandung garam, maka air hujan dan air laut

merupakan korosi yang utama.
4. Permukaan logam
Permukaan logam yang tidak rata memudahkan terjadinya kutub-kutub
muatan, yang akhirnya akan berperan sebagai anode dan katode.
4

Permukaan logam yang licin dan bersih akan menyebabkan korosi sukar
terjadi, sebab sukar terjadi kutub-kutub yang akan bertindak sebagai
anode dan katode.

5. Keberadaan zat pengotor
Zat Pengotor di permukaan logam dapat menyebabkan terjadinya reaksi
reduksi tambahan sehingga lebih banyak atom logam yang teroksidasi.
Sebagai contoh, adanya tumpukan debu karbon dari hasil pembakaran
BBM pada permukaan logam mampu mempercepat reaksi reduksi gas
oksigen pada permukaan logam. Dengan demikian peristiwa korosi
semakin dipercepat.
6. Kontak dengan elektrolit
Keberadaan elektrolit, seperti garam dalam air laut dapat mempercepat
laju korosi dengan menambah terjadinya reaksi tambahan. Sedangkan

konsentrasi elektrolit yang besar dapat melakukan laju aliran elektron
sehingga korosi meningkat.
7. Temperatur
Temperatur mempengaruhi kecepatan reaksi redoks pada peristiwa korosi.
Secara umum, semakin tinggi temperatur maka semakin cepat terjadinya
korosi. Hal ini disebabkan dengan meningkatnya temperatur maka
meningkat pula energi kinetik partikel sehingga kemungkinan terjadinya
tumbukan efektif pada reaksi redoks semakin besar. Dengan demikian
5

laju korosi pada logam semakin meningkat. Efek korosi yang disebabkan
oleh pengaruh temperatur dapat dilihat pada perkakas-perkakas atau
mesin-mesin yang dalam pemakaiannya menimbulkan panas akibat
gesekan atau dikenai panas secara langsung (seperti mesin kendaraan
bermotor).

8. Tingkat keasaman (pH)
Peristiwa korosi pada kondisi asam, yakni pada kondisi pH < 7 semakin
besar, karena adanya reaksi reduksi tambahan yang berlangsung pada
katode yaitu:

2H+(aq) + 2e- → H2
Adanya reaksi reduksi tambahan pada katode menyebabkan lebih banyak
atom logam yang teroksidasi sehingga laju korosi pada permukaan logam
semakin besar.
9. Metalurgi
 Permukaan logam.
Permukaan logam yang lebih kasar akan menimbulkan beda potensial
dan

memiliki

kecenderungan

untuk

menjadi

anode

yang


terkorosi.Permukaan logam yang kasar cenderung mengalami korosi.


Efek galvanic coupling

6

Kemurnian logam yang rendah mengindikasikan banyaknya atom-atom
unsur lain yang terdapat pada logam tersebut sehingga memicu
terjadinya efek Galvanic Coupling , yakni timbulnya perbedaan
potensial pada permukaan logam akibat perbedaan E° antara atom-atom
unsur logam yang berbeda dan terdapat pada permukaan logam dengan
kemurnian rendah. Efek ini memicu korosi pada permukaan logam
melalui peningkatan reaksi oksidasi pada daerah anode.

10. Mikroba
Adanya koloni mikroba pada permukaan logam dapat menyebabkan
peningkatan korosi pada logam. Hal ini disebabkan karena mikroba
tersebut mampu mendegradasi logam melalui reaksi redoks untuk

memperoleh energi bagi keberlangsungan hidupnya. Mikroba yang
mampu menyebabkan korosi, antara lain: protozoa, bakteri besi mangan
oksida, bakteri reduksi sulfat, dan bakteri oksidasi sulfur-sulfida.
C. BENTUK-BENTUK KOROSI
1. Korosi Merata (Uniform Attack) : Yaitu korosi yang terjadi pada
permukaan logamyang berbentuk pengikisan permukaan logam secara
merata sehingga ketebalan logam berkurang sebagai akibat permukaan
terkonvensi oleh produk karat yang biasanya terjadi pada peralatanperalatan terbuka, misalnya permukaan luar pipa.

7

2. Korosi Galvanik (Galvanic corrosion) : Bentuk korosi ini terjadi bila dua
(atau lebih) logam yang berbeda secara listrik berhubungan satu sama
lainnya berada dalam lingkungan korosif yang sama. Dalam kasus
demikian, logam yang berpotensial paling negatif (dalam keadaan tidak
berhubungan) akan terkorosi, sebaliknya logam lain (logam mulia dengan
potensial tinggi akan kurang terkorosi). Korosi galvanik cenderung
terlokalisir ke arah pembentukan sumuran, dan dalam sistem pipa akan
terjadi


kebocoran-kebocoran.

Ini

hanyalah

merupakan

masalah

perencanaan karena dalam pabrik, sistem pipa dan rangka banyak
melibatkan pemakaian lebih dari satu macam metal. Oleh karena itu harus
diusahakan pemakaian paduan logam yang berbeda-beda, agar tidak
sampai menimbulkan masalah korosi.
3. Korosi Sumuran (Pitting) : Korosi sumuran termasuk korosi setempat
dimana daerah kecil dari permukaan metal, terkorosi membentuk
sumuran. Biasanya kedalaman sumur lebih besar dari diameternya.
Mekanisme terbentuknya korosi sumuran,sangat kompleks dan sulit
diduga, sungguhpun demikian ada situasi tertentu dimana korosi sumuran
dapat diantisipasi :

 Pada baja karbon yang dilapisi oleh mill scale dibawah kondisi tercelup
(air laut) akan terbentuk beda potensial antara mill scale dan baja hingga
pecahnya mill scale mengarah pada situasi anode kecil / katoda besar.
 Pada paduan yang mengandalkan pada lapis pasif untuk sifat tahan
korosinya seperti stainless steel. Dari segi praktis korosi sumuran

8

terbentuk di dalam air mengandung chloride, oleh karena itu sering
terjadi pada kodisi dilingkungan laut.
4. Korosi Erosi : Gerakan air laut, seperti juga fluida lainnya dapat
menimbulkan aksi mekanis misalnya erosi (pengikisan). Immpingement
attack dan cavitation adalah bentuk extrem dari tipe korosi ini. Korosi
erosi cenderung mengarah pada penghilangan lapis protektif dari
permukaan metal oleh aksi partikel abrasive yang ada di dalam air.
Umumnya laju serangan korosi membesar dengan membesarnya
kecepatan. Ada lagi bentuk erosi atau mekanisme lain, misalnya korosi
lembaran baja yang terpancang di pantai, dipengaruhi oleh aksi abrasive
dari pasir, dibantu oleh aksi pasang/surut atau angin. Pada kasus ini lapis
protektif dihilangkan.

5. Impingement Attack : Seperti namanya bentuk serangan terjadi ketika
larutan menimpa dengan kecepatan cukup besar pada permukaan metal.
Hal ini dapat terjadi pada sistem pipa dimana perubahan arah tiba-tiba
dari aliran pada lingkungan dapat mengakibatkan kerusakan bagian lain
dari pipa tidak terpengaruh. Bentuk korosi ini akan terjadi pada setiap
situasi dimana ada impingement (timpa,bentur,tekan) air yang biasanya
mengandung gelembung udara pada kecepatan serendah 1 m/s.
6. Perusakan Cavitasi : Bentuk perusakan korosi ini disebabkan oleh
terbentuk dan pecahnya gelembung di dalam air laut, pada permukaan
metal. Kondisi pada kecepatan tinggi dan perubahan tekanan cenderung
menimbulkan korosi cavitasi. Serangan biasanya terlokalisir dan terjadi di

9

daerah tekanan rendah, air bergejolak (boil) dan terbentuk dari partikel
vacumm. Bila air kembali ke tekanan normal, cavity pecah, dengan
membebaskan energi. Hal ini mengarah pada perusakan permukaan
paduan logam.
7. Korosi Celah (Crevice Corrosion) : Korosi ini terbentuk apabila
terbentuk celah antara dua permukaan dengan bagian dalam celah lebih
anodic dari permukaan luar. Pada dasarnya korosi celah timbul dari
formasi differensial aeration cell, dimana metal yang terexpose di luar
crevice lebih katodic terhadap metal di dalam celah. Arus katodic yang
besar bekerja pada daerah anodic yang kecil menghasilkan serangan
korosi yang intensif.

D. PROSES TERJADINYA KOROSI PADA BESI
Proses tejadinya korosi pada besi melalui siklus berikut:
1.
2.
3.
4.
5.

Logam besi yang kontak dengan udara dioksidasi menjadi ion Fe2+
Ion Fe2+ larut dalam air dan bergerak ke katode melalui tetesan air
Elektron bergerak ke katode melalui logam.
Elektron mereduksi oksigen dari udara dan menghasilkan air.
Sebagian oksigen yang larut dalam air mengoksidasi Fe2+ menjadi
Fe3+ yang membentuk karat pada besi

10

Proses perkaratan (korosi) adalah reaksi elektrokimia (redoks). Pada permukaan besi
(Fe) bisa terbentuk bagian anoda dan katoda yang disebabkan oleh dua hal :
1. Perbedaan konsentrasi oksigen terlarut pada permukaan besi
 Tetesan air pada permukaan besi mengandung perbedaan konsentrasi
oksigen terlarut. Pada bagian pinggir mengandung lebih oksigen
terlarut, sehingga di bagian ini bertindak sebagai katoda (reaksi
reduksi). Pada bagian tengah tetesan oksigen terlarut relatif sedikit
sehingga bagian ini bertindak sebagai anoda (reaksi oksidasi).
Fe → Fe2+ + 2e

Ion Fe2+ bergerak ke katoda dan teroksidasi lebih lanjut menjadi Fe3+
/ besi (III) dalam senyawa besi (III) oksida terhidrat. Dengan adanya
garam (oksida asam) atau zat elektrolit akan mempercepat reaksi
perkaratan.

2. Tercampur besi oleh karbon atau logam lain yang mempunyai E0 reduksi
lebih besar dari besi
Karena E0 reduksi besi lebih kecil dari logam tersebut, maka besi akan
teroksidasi (anoda), hal ini dapat menyebabkan terjadinya korosi atau
menghasilkan karatan besi. Secara keseluruhan perkaratan besi adalah
sebagai berikut :

11

Bila besi bersentuhan dengan oksigen dan air yang bersifat asam, yakni
oksida-kosida berikut akan terjadi :
Fe + ½ O2 + 2H+ → Fe2+ + H2O
Reaksi setengah redoksnya :
Katode

: ½ O2 + 2H+ + 2e- → H2O

E0= + 1,23

volt
Anode

: Fe →Fe2+ + 2e-

E0=

+ 0,44 volt
Fe + ½ O2 + 2H+

→ Fe2+ + H2O

E0=+1,67 volt
Reaksi di atas berlangsung spontan
Besi (II) itu seterusnya dioksidasi oleh oksigen membentuk karat besi
atau oksida besi (III) terhidrasi. Reaksinya :
Katode

: ½ O2 + 2H+ + 2e-

→ H2O

E0=

+ 1,23 volt
Anode

: 2Fe2+ → 2Fe3+ + 2e-

E0= - 0,77

: 2Fe2+ +½ O2 + 2H+ → 2Fe3+ + H2O

E0= + 0,46

volt
Reaksi sel
volt
Reaksi tersebut merupakan reaksi spontan, selanjutnya :
2Fe3+ + ( x+3) H2O → Fe2O3.x H2O + 6 H+

12

Fe2O3.x H2O inilah yang disebut sebagai karat besi dan ion H+ yang
dihasilkan dapat mempercepat reaksi korosi selanjutnya. Ion Fe di dalam
akan teroksidasi lagi membentuk Fe2+ atau Fe3+

. Sedangkan ion OH

akan bereaksi dengan elektrolit yang ada di lingkungan biasanya dengan
ion H+ dari reaksi air hujan dan dengan gas-gas pencemar (SOx, NOx)
yang dikenal dengan hujan asam.
Selanjutnya oleh oksigen di udara besi (II) di oksidasi dan sebagai hasil
reaksi akhir terbentuk Fe2O3.x(H2O).
Zat ini dapat bertindak sebagai autokatalis pada proses perkaratan, yaitu
karat yang dapat mempercepat proses perkaratan berikutnya. Pada
umumnya logam-logam yang mempunyai potensial elektroda negatif
lebih mudah mengalami korosi. Logam mulia, logam yang mempunyai
potensial elektroda positif, sukar mengalami korosi. Kedudukan logam
dalam deret potensial bukan satu-satunya faktor yang menyebabkan
korosi. Faktor lain yang turut juga menentukan ialah lapisan pada
permukaan logam. Alumunium dan seng mudah dioksidasi dalam udara,
akan tetapi lapisan tipis dari oksida yang terbentuk pada permukaan
melindungi bagian bawahnya terhadap korosi selanjutnya.
Kedua logam ini, alumunium dan seng mengalami oksidasi yang kurang
sempurna di udara jika dibandingkan dengan besi yang kurang aktif.
Karat yang terbentuk di permukaan besi merupakan lapisan tipis yang
berpori sehingga bagian bawahnya mudah mengalami korosi.
13

E. CARA-CARA PENCEGAHAN KOROSI
Korosi menimbulkan banyak kerugian Karena menguraikan umur
berbagai barang atau bangunan yang menggunakan besi atau baja.
Sebenarnya korosi dapat dicegah dengan mengubah besi menjadi baja
tahan karat (stainless steel).akan tetapi, proses ini terlalu mahal untuk
kebanyakan penggunaan besi.
Kita ketahui bahwa korosi besi memerlukan oksigen dan air.
Kemudian, kita ketahui pula bahwa berbagai jenis logam dapat
melindungi besi terhadap korosi. Cara-cara pencegahan korosi besi yang
akan dibahas berikut ini didasarkan pada dua sifat tersebut.
1.

Mengecat
Jembatan, pagar dan railing biasanya dicat. Cat menghindarkan kontak
besi dengan udara dan air.

2.

Melumuri dengan oli dan gemuk
Cara ini diterapkan untuk berbagai perkakas dan mesin. Oli dan gemuk
mencegah kontak besi dengan air.

3. Dibalut denagn plastik
Berbagai macam barang, misalnya rak piring dan keranjang sepeda
dibalut dengan pelastik. Pelastik mencegah kontak besi dengan udara dan
air.
14

4. Tin plating (pelapisan dengan timah)
Kaleng-kaleng kemasan terbuat dari besi yang dilapisi dengan timah.
Pelapisan dilakukan secara elektrolisis, yang disebut electroplating. timah
tergolong logam yang tahan karat. Besi yang dilapisi timah tidak
mengalami korosi karena tidak ada kontak dengan oksigen (udara) dan
air. Akan tetapi, lapisan timah hanya melindungi besi selama lapisan itu
utuh (tanpa cacat). Apabila lapisan timah ada yang rusak,misalnya
tergores, maka timah justru mendorong/mempercepat korosi besi. Hal itu
terjadi karena potensial reduksi besi lebih negativ dari pada timah (EO Fe
= -0,44 volt; E0 Sn = -0,14 volt). Oleh karena itu, besi yang dilapisi
dengan timah akan membentuk suatu sel elektrokimia dengan besi
sebagai anode. Denagan demikian, timah mendorong korosi besi. Akan
tetapi, hal itu justru yang diharapkan, sehingga kaleng-kaleng bekas cepat
hancur.
5.

Cromium plating (pelapisan dengan kromium)
Besi atau baja juga dapat dilapisi dengan kromium untuk memberi
lapisan pelindung yang mengkilap, misalnya untuk bumper mobil.
Chromium plating juga dilakukan dengan elektrolisis. Sama seperti zink,
kromium dapat memberi perlindungan sekalipun lapisan kromium itu ada
yang rusak.

6.

Zink Plating

15

Penyepuhan besi biasanya menggunakan logam krom atau timah. Kedua
logam ini dapat membentuk lapisan oksida yang tahan terhadap karat
(pasivasi) sehingga besi terlindung dari korosi. Pasivasi adalah
pembentukan lapisan film permukaan dari oksida logam hasil oksidasi
yang tahan terhadap korosi sehingga dapat mencegah korosi lebih lanjut.
Logam seng juga digunakan untuk melapisi besi (galvanisir), tetapi seng
tidak membentuk lapisan oksida seperti pada krom atau timah, melainkan
berkorban demi besi. Seng adalah logam yang lebih reaktif dari besi,
seperti dapat dilihat dari potensial setengah reaksi oksidasinya:
Zn(s) → Zn2+(aq) + 2e–
Eo = –0,44 V
Fe(s) → Fe2+(g) + 2e–
Eo = –0,76 V

Oleh karena itu, seng akan terkorosi terlebih dahulu daripada besi. Jika
pelapis seng habis maka besi akan terkorosi bahkan lebih cepat dari
keadaan normal (tanpa seng). Paduan logam juga merupakan metode
untuk mengendalikan korosi. Baja stainless steel terdiri atas baja karbon
yang mengandung sejumlah kecil krom dan nikel. Kedua logam tersebut
16

membentuk lapisan oksida yang mengubah potensial reduksi baja
menyerupai sifat logam mulia sehingga tidak terkorosi.

7.

Proteksi katodik
Proteksi

katodik

adalah

metode

yang sering diterapkan

untuk

mengendalikan korosi besi yang dipendam dalam tanah, seperti pipa
ledeng, pipa pertamina, dan tanki penyimpan BBM. Logam reaktif seperti
magnesium dihubungkan dengan pipa besi. Oleh karena logam Mg
merupakan reduktor yang lebih reaktif dari besi, Mg akan teroksidasi
terlebih dahulu. Jika semua logam Mg sudah menjadi oksida maka besi
akan terkorosi. Proteksi katodik ditunjukkan pada Gambar 3.
Proses katodik
Proses katodik dengan menggunakan logam Mg.

Reaksi yang terjadi dapat ditulis sebagai berikut.

Anode
:
2Mg(s) → 2Mg2+(aq) + 4e–
Katode
:
O2(g) + 2H2O(l) + 4e– → 4OH–(aq)
17

Reaksi
:
2Mg(s) + O2(g) + 2H2O → 2Mg(OH)2(s)

Oleh sebab itu, logam magnesium harus selalu diganti dengan yang baru
dan selalu diperiksa agar jangan sampai habis karena berubah menjadi
hidroksidanya.
8. Penambahan Inhibitor
Inhibitor adalah zat kimia yang ditambahkan ke dalam suatu lingkungan
korosif dengan kadar sangat kecil (ukuran ppm) guna mengendalikan
korosi. Inhibitor korosi dapat dikelompokkan berdasarkan mekanisme
pengendaliannya, yaitu inhibitor anodik, inhibitor katodik, inhibitor
campuran, dan inhibitor teradsorpsi.


Inhibitor anodic
Inhibitor anodik adalah senyawa kimia yang mengendalikan korosi
dengan cara menghambat transfer ion-ion logam ke dalam air. Contoh
inhibitor anodik yang banyak digunakan adalah senyawa kromat dan
senyawa molibdat.




Inhibitor katodik
Inhibitor katodik adalah senyawa kimia yang mengendalikan korosi
dengan cara menghambat salah satu tahap dari proses katodik, misalnya
penangkapan gas oksigen (oxygen scavenger) atau pengikatan ion-ion

18

hidrogen. Contoh inhibitor katodik adalah hidrazin, tannin, dan garam



sulfit.
Inhibitor campuran
Inhibitor campuran mengendalikan korosi dengan cara menghambat
proses di katodik dan anodik secara bersamaan. Pada umumnya inhibitor
komersial berfungsi ganda, yaitu sebagai inhibitor katodik dan anodik.




Contoh inhibitor jenis ini adalah senyawa silikat, molibdat, dan fosfat.
Inhibitor teradsorpsi
Inhibitor teradsorpsi umumnya senyawa organik yang dapat mengisolasi
permukaan logam dari lingkungan korosif dengan cara membentuk film
tipis yang teradsorpsi pada permukaan logam. Contoh jenis inhibitor ini



adalah merkaptobenzotiazol dan 1,3,5,7–tetraaza–adamantane.
Peristiwa korosi sendiri merupakan proses elektrokimia, yaitu proses
(perubahan / reaksi kimia) yang melibatkan adanya aliran listrik. Bagian
tertentu dari besi berlaku sebagai kutub negatif (elektroda negatif, anoda),
sementara bagian yang lain sebagai kutub positif (elektroda positif,
katoda). Elektron mengalir dari anoda ke katoda, sehingga terjadilah
peristiwa korosi.

BAB III
PENUTUP
1.

KESIMPULAN
Bila besi bersentuhan dengan oksigen dan air yang bersifat asam, yakni
oksida-kosida berikut akan terjadi :

19

Fe + ½ O2 + 2H+ → Fe2+ + H2O
Ion Fe teroksidasi membentuk Fe2+ atau Fe3+ sedangkan ion OH akan
bereaksi dengan elektrolit yang ada di lingkungan biasanya dengan ion
H+ dari reaksi air hujan dan dengan gas-gas pencemar (SOx, NOx).
Selanjutnya oleh oksigen di udara besi (II) di oksidasi dan sebagai hasil
reaksi akhir terbentuk Fe2O3.x(H2O).

2.

SARAN
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi
setiap pembaca dan dapat dijadikan sebagai referensi untuk lebih kreatif
dalam penyusunan makalah selanjutnya

20