Pedoman skrining hipotiroid kongenital - [BUKU]

KEMENTERIAN KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA

S&2 KA.GitIZi2 v1. c,evLeras^ PR vL jsc1
sebeLL.tvu Ter0w-bat
DevLoi2o,

McLMZvu Z2vL

s^z rLvu.vL g pa da T^,a,^% Baru L a hi,r

Katalog Dalam Terbitan . Kementerian Kesehatan RI
616.44
Ind Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat
p Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak
Pedoman skrining hipotiroid kongenital. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI. 2012

ISBN 978-602-235-203-7
1. Judul I. NEONATAL SCREENING
II. THYROID HORMONES


TIM PENYUSUN

Penasehat
dr. Kirana Pritasari, MQIH
(Direktur Bina Kesehatan Anak)
Penanggung Jawab
Fajar Hardianto, SKM, M.Kes
(Kasubdit Bina Kewaspadaan Penanganan Balita Berisiko)
Kontributor
dr.Diet S. Rustama, Sp.A (K)
Dr. dr. Rinawati Rohsiswatmo, Sp.A (K)
Dr. dr. Ina S Timan, Sp.PK (K)
dr. Erwin P. Soenggoro, Sp.A (K)
dr Aris Primadi, Sp.A(K)
dr. Indra Sugiarno, Sp.A
Dra. Ely Rosilawati, Apt. MH.Kes
dr. Eni Gustina, MPH
Trisno Mulyono, SKM, MA
dr. Nida Rohmawati, MPH
Nur Sadji, SKM

drg. Siti Kadarsih
Ika Permatasari, Amd
Robbuatun Najihah, SKM
Anggota Pokjanas Skrining Bayi Baru Lahir

Tim editor
dr. Farsely Mranani
dr. Maria Sondang Margaret

i

KATA PENGANTAR
Setiap ora g tua tentu mendambakan anak-anak yang sehat
dan berkualitas . krining Bayi Baru Lahir akan mendeteksi dini
kelainan / penyakit bawaan sehingga dengan diagnosis dan
penanganan seca rEi dini , anak dapat hidup sehat , berkembang
secara optimal clan berkualitas.
Kementeri n Kesehatan RI mulai tahun 2003 telah
mengembangkan p rogram skrining pada bayi baru lahir dan
berdasarkan SK enkes Nomor 829/Menkes/SK/IX/2009 telah

terbentuk Kelompo Kerja Nasional Skrining Bayi Baru Lahir yang
beranggotakan un ur Kementerian Kesehatan , PP IDAI , PP POGI,
PB IBI dan Perinas .
Dengan p rtimbangan unit biaya dan kemudahan serta
murah intervensin pemeriksaan yang di lakukan adalah skrining
Hipotiroid Kongenit l yang telah dikembangkan di 11 propinsi terpilih
dan perlu mendap dukungan untuk diperluas dengan pemeriksaan
pada jenis penyakit l yang lain serta pelaksanaan di propinsi lainnya.
Sebagai ahan acuan bagi tenaga kesehatan dalam
penyelenggaraan krining Hypotiroid Kongenital perlu dibuatkan
Pedoman Penyele ggaraan Skrining Hipotiroid Kongenital . Semoga
pedoman ini dap 8 t dimanfaatkan dalam pelaksanaan Skrining
Hipotiroid Kongenit I.

Direktur Jendral Bina Gizi dan KIA
Kementerian Kesehatan RI

DR.dr . Slamet Riyadi Yuwono , DTM&H, MARS

I


DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN
Advokasi
American Thyroid
Association
Barcoding.
BBL
Burik
Data demografi

Diagnosis etiologik
Disgenesis tiroid
DPJP
EIA
ELISA

Upaya pencerahan / anjuran / sokongan
/pembelaan
Perkumpulan ahli-ahli tiroid Amerika
Penanda/ kode berbentuk garis

Bayi Baru Lahir
Keadaan kulit dengan warna yang tidak rata,
tampak bintik bercak menyeluruh
data yang berhubungan dengan status
kependudukan , misalnya alamat tempat
tinggal
Diagnosis berdasarkan penyebab penyakit
Keadaan tidak terbentuknya kelenjar tiroid
Dokter penanggung jawab pelayanan
Enzyme Immuno Assay
: Enzyme-linked Immunosorbent Assay, teknik
pemeriksaan menggunakan enzim dan
pewarnaan

Eutiroid
FEIA

Keadaan hormon tiroid dalam kadar normal
Fluorescence Enzyme Immuno Assay


FT4

Free Thyroxine - Tiroksin yang beredar
bebas, tidak terikat protein pembawa
Kondisi meningkatnya fungsi kelenjar tiroid,
sehingga produksi tiroksin meningkat
Kondisi menurunnya fungsi kelenjar tiroid,
sehingga produksi tiroksin menurun
Keadaan otot yang tonus/kontraksinya
menurun /lemah
Health Technology Assessment , penilaian
terhadap pengembangan teknologi kesehatan

Hipertiroidisme
Hipotiroidisme
Hipotoni
HTA
IAEA

IBI


International Atomic Energy Agency, badan
tenaga atom internasional yang
reagens untuk proyek
menyumbang
pendahuluan
Ikatan Bidan Indonesia

III

ICCIDD

IDAI
IPM

K3
Kongenital
Konstipasi
KPP&PA


International Council for Control of Iodine
Deficiency Disorders,
lembaga yang
melakukan promosi pemberian iodium dan
usaha penanganan gangguan akibat
kekurangan iodium
Ikatan Dokter Anak Indonesia
Indeks Pembangunan Manusia , standar yang
menjadi acuan untuk menentukan tingkat
kesejahteraan masyarakat.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Bawaan
Keadaan sukar buang air besar ; sembelit

Morbiditas

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak
Pembengkakan seluruh tubuh karena
gangguan tiroid

Berhubungan dengan kesakitan

Mortalitas

Berhubungan dengan kematian

Patklin

Patologi Klinik

PDUI

Perhimpunan Dokter Umum Indonesia

PERISTI
POGI

Perinatal resiko tinggi
Perkumpulan Obsteri dan Ginekologi
Indonesia

Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Miksedema

PPNI
Presumptive
classification
PTU
T4
Thyroid stimulating
immunoglobulin
TRH

TSH receptor
antibody

iv

Pengelompokan / kiasifikasi berdasarkan
dugaan adanya HK

Propylthiouracil, yaitu obat yang digunakan
untuk mengatasi hipertiroidisme
Tetraiodothyronine/Thyroxine, hormon yang
dikeluarkan kelenjar tiroid
Imunoglobulin terhadap hormon TSH
Thyroid Releasing Hormone, hormon yang
menyebabkan keluarnya hormon tiroksin dari
kelenjar tiroid
Antibodi terhadap reseptor
Thyroid
Stimulating Hormone (hormon yang
memancing produksi kelenjar tiroid)

DAFTAR ISI
Tim Penyusun ............................................................... i
Kata Pengantar .............................................................. ii
Daftar Istilah dan singkatan .............................................. iii
Daftar isi ...................................................................... v
Daftar Lampiran ............................................................. vii
BAB I. PENDAHULUAN .................................................. 1
A. LATAR BELAKANG ........................................... 1
B. SEJARAH ....................................................... 2
C. HK DI INDONESIA ............................................ 2
D. TUJ UAN ............................................................ 3
1. Tujuan Umum ............................................... 3
2. Tujuan Khusus .............................................. 3
BAB II. KERANGKA TEORI ............................................. 4
A. HIPOTIROID KONGENITAL ................................ 4
B. EPIDEMIOLOGI ................................................ 5
BAB III. PETUNJUK PELAKSANAAN PEMERIKSAAN ........... 7
A. KOMUNIKASI, INFORMASI , DAN EDUKASI........... 7
1. Profesi Kesehatan .......................................... 7
2. Orang Tua dan Masyarakat .............................. 8
3. Pengambil Kebijakan ...................................... 9
B. PROSES SKRINING ......................................... 9
1. Persiapan ................................................... 9
a. Persetujuan ( informed consent ) .................... 9
b. Penolakan ( dissent consent/refusal consent)... 9
2. Pengambilan Spesimen .................................. 10
a. Waktu (Timing) Pengambilan Darah .............. 10
b. Data/Identitas Bayi .................................... 10
c. Metode dan Tempat Pengambilan Darah ...... 13
d. Pengiriman / Transportasi Spesimen ............. 18
e. Proses Skrining Di Laboratorium ................... 19
f. Kesalahan dalam Pengambilan Spesimen ...... 22
g. Pencatatan Dan Pelaporan .......................... 23
C. TINDAK LANJUT HASIL SKRINING ........................ 24
1. Koordinasi Kegiatan Skrining ............................ 24
2. Hasil Tes ....................................................... 25

v

3. Pencat tan dan Dokumentasi .......................... 26
4. Hal Lai yang Perlu Diperhatikan ..................... 26
D. DIAGNOS S DAN PENGOBATAN .......................... 27
1. Diagno is .................................................... 27
2. Tindak n Setelah Diagnosis ............................. 27
a. Re- namnesis .......................................... 27
b. Pe riksaan Fisik ..................................... 27
c. Pe riksan Penunjang ............................... 28
3. Pengo tan ................................................. 29
4. Penjela an ................................................... 29
E. PEMANT UAN ................................................ 30
1. Jadwal emantauan TSH dan T4/FT4 ................ 30
2. Target Mai TSH, T4 dan FT4 ........................... 31
3. Pemant uan Lainnya ..................................... 31
F. SKRINING BAYI BARU LAHIR PADA BAYI
PREMATU , BBLR DAN BAYI SAKIT .................... 32
1. Status ndokrin pada Bayi Prematur .................. 32
2. Rekom ndasi ................................................ 33
a. Pen ambilan spesimen pada saat masuk
rua g perawatan intensif BBL ..................... 34
b. Pen ambilan antara 48 - 72 jam umur bayi... 34
c. Pen ambilan spesimen pada bayi umur
28 ri ................................................... 34
BAB IV . PENGORG NISASIAN SKRINING BAYI BARU LAHIR
DI PROVIN I DAN KABUPATEN /KOTA .................. 35
A. KEPESER AAN ................................................ 35
B. PERAN P VINSI ............................................. 35
C. PERAN KA UPATEN ......................................... 36
D. PELAPOR N DAN EVALUASI ............................. 36
LAMPIRAN .................................................................. ix

vi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Tabel Klasifikasi dan Etiologi Hipotiroid
Kongenital .................................................. x
Lampiran 2 :Tabel Skema pelaksanaan pengambilan dan
pemeriksaan sampel darah ............................ xi
Lampiran 3 : Algoritma Kerja Tim Skrining Hipotiroid
Kongenital ................................................. xii
Lampiran 4 : Contoh Leaflet Untuk Masyarakat .......................... xiii
Lampiran 5 : Contoh Lembar Penolakan ..............................xv
Lampiran 6 :Contoh laporan Pelaksanaan Skrining Hiotiroid
Kongenital ................................................. xvi
Lampiran 7 : Alamat laboratorium rujukan SHK di Indonesia..... xviii
Lampiran 8 : Alamat Praktek Dokter Endokrin Anak di
Indonesia ............................................................... xix
Lampiran 9 : Bahan Bacaan ........................................................xxvii

vii

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pembangunan kesehatan merupakan investasi
meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dalam Undangundang nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional (RPJP-N) dinyatakan bahwa dalam rangka
mewujudkan SDM yang berkualitas dan berdaya saing, maka
kesehatan bersama-sama dengan pendidikan dan peningkatan daya
beli keluarga/masyarakat adalah tiga pilar utama untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia.
Ketentuan Pasal 28B ayat 2 Amandemen UUD 1945,
menyatakan setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh
dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi. Ketentuan Pasal 8 Undang-undang Nomor 23 tahun
2002 tentang Perlindungan Anak, menyatakan setiap anak berhak
memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai
dengan kebutuhan fisik, mental, spiritual dan sosial.
Hak perlindungan anak juga dapat dilihat pada UU no 36
tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 131 (ayat 1: Upaya
pemeliharaan kesehatan bayi dan anak harus ditujukan untuk
mempersiapkan generasi yang akan datang yang sehat, cerdas, dan
berkualitas serta untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak).
Deteksi dini kelainan bawaan melalui skrining pada bayi baru
lahir (BBL) merupakan salah satu upaya untuk mendapatkan
generasi yang lebih balk. Skrining atau uji sating pada bayi baru lahir
(Neonatal Screening) adalah tes yang dilakukan pada saat bayi
berumur beberapa hari untuk memilah bayi yang menderita kelainan
kongenital dari bayi yang sehat. Skrining bayi baru lahir dapat
mendeteksi adanya gangguan kongenital sedini mungkin, sehingga
bila ditemukan dapat segera dilakukan intervensi secepatnya.
Di Indonesia, diantara penyakit-penyakit yang bisa dideteksi
dengan skrining pada bayi baru lahir, Hipotiroid Kongenital (HK)
merupakan penyakit yang tidak jarang ditemui. Kunci keberhasilan
pengobatan anak dengan HK adalah dengan deteksi dini dan
1

pengobatan sebel m anak berumur 1 -3 bulan. HK sendiri sangat
jarang memperlih tkan gejala klinis pada awal kehidupan. Bila gejala
klinis sudah tamp k, berarti ada keterlambatan penanganan.

B. SEJARAH
Pada tah n 1972 sarjana Fisher DA dkk, memulai program
skrining hipotiroid kongenital di Amerika Utara. Dari hasil skrining
1.046.362 bayi d pat diselamatkan 277 bayi dengan HK, kelainan
primer sebanya 246 (1: 4.254 kelahiran) dan 10 bayi dengan
hipotiroid sentra (1: 68.200 kelahiran). Dari pemantauan
menunjukkan den an pengobatan memadai sebelum umur I bulan,
anak-anak terseb tumbuh normal.
Melihat keb hasilan tersebut, program skrining HK pada bayi
baru lahir menye ar ke seluruh dunia terutama di negara maju.
Negara-negara A EAN sebagian besar sudah melakukan skrining
bayi baru lahir sebagai program nasional seperti Thailand,
Singapura, Malay ia, Filipina, Brunei Darussalam, dan Vietnam.
Demikian juga den an Hongkong, Korea dan Taiwan.
Dalam
rkshop on National Neonatal Screening for
Congenital Hypo yroidism pada bulan Mei 1999, disepakati
konsensus untuk engembangkan program regional skrining HK
Pertemuan ini di adiri oleh perwakilan dari Korea, Malaysia,
Vietnam, Myanma , Philipina, Mongolia, China, Thailand, Pakistan,
Bangladesh dan I donesia.Kesepakatan tersebut diperkuat dengan
disusunnya perny taan bersama pada Workshop on Consolidating
Newborn Screenin Efforts in the Asia Pacific Region, pada tahun
2008 di Cebu (Ce u Declaration)

C. HK DI INDONESIA
Sebagai lanjutan dari jejaring regional, dengan bantuan
IAEA (Internationa Atomic Energy Agency), dilakukan skrining HK di
dua laboratorium yaitu di RS Dr Hasan Sadikin (RSHS) dan RS
Cipto Mangunkus mo (RSCM). Dari tahun 2000 - 2005 telah di
skrining 55.647 b i di RSHS dan 25.499 bayi di RSCM, dengan
angka kejadian 1 : 528 kelahiran.
Dalam Ko vensi Health Technology Assessment (HTA)
tahun 2006, Depk menyetujui Skrining HK untuk semua bayi baru
lahir. Program p ndahuluan telah dimulai di 7 propinsi, yaitu
Sumbar, DKI Jaka a, Jabar, Jateng, Jatim, Bali dan Sulsel. Sampai
2

tahun 2009 telah diskrining 171.825 bayi dengan kasus HK 48
(1 : 3850).
Data yang dikumpulkan oleh Unit Koordinasi Kerja
Endokrinologi Anak dari beberapa rumah sakit di Jakarta , Bandung,
Yogyakarta , Palembang , Medan, Banjarmasin , Solo, Surabaya,
Malang , Denpasar, Makassar, dan Manado , ditemukan 595 kasus
HK yang ditangani selama tahun 2010. Sebagian besar kasus ini
terlambat didiagnosis sehingga mengalami gangguan pertumbuhan
dan perkembangan motorik serta gangguan intelektual.
Pengamatan hasil intervensi skrining HK dari beberapa rumah
sakit di Bandung menunjukkan bahwa dengan pemberian hormon
tiroid dalam minggu - minggu pertama kehidupan, penderita memiliki
harapan untuk tumbuh dan berkembang secara normal . Penelitian
di Belanda menunjukkan bahwa sebelum diberlakukannya SHK,
penderita HK mempunyai IQ di bawah 70 . Sementara, setelah
diberlakukan program SHK, anak-anak dengan HK rata-rata
mempunyai IQ 95 -105.

D. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Terlaksananya sistem pelayanan Skrining Hipotiroid Kongenital
(SHK) pads bayi baru lahir (BBL) di seluruh Indonesia
2. Tujuan Khusus
a. Tersedianya pedoman dan petunjuk teknis pelaksanaan
SHK bagi tenaga kesehatan.
b. Terintegrasinya pelayanan SHK

3

BAB II
KERANGKA TEORI
A. HIPOTIROID K NGENITAL
Hipotiroid ongenital (HK) adalah kekurangan hormon tiroid
pada bayi baru I hir. Hormon Tiroid, Tiroksin (T4), merupakan
hormon yang dip duksi oleh kelenjar tiroid (kelenjar gondok).
Pembentukannya memerlukan mikronutrien iodium. Hormon ini
berfungsi untuk engatur produksi panas tubuh, metabolisme,
pertumbuhan tulan , kerja jantung, syaraf, serta pertumbuhan dan
perkembangan of k. Dengan demikian hormon ini sangat penting
peranannya pads ayi dan anak yang sedang tumbuh. Kekurangan
hormon tiroid p da bayi dan masa awal kehidupan, bisa
mengakibatkan ha batan pertumbuhan (cebol) dan retardasi mental
(keterbelakangan mental).
Perjalanan hormon tiroid dalam kandungan dapat dijelaskan
sebagai berikut. elama kehamilan, plasenta berperan sebagai
media transportas elemen-elemen penting untuk perkembangan
janin. Thyroid releasing hormone (TRH) dan iodium yang berguna
untuk membantu p mbentukan hormon tiroid (HT) janin bisa bebas
melewati plasenta demikian juga hormon tiroksin (T4). Namun
disamping itu, ele en yang merugikan tiroid janin seperti antibodi
(TSH receptor antibody) dan obat anti tiroid yang dimakan ibu jugs
dapat melewati lasenta. Sementara TSH, yang mempunyai
peranan penting d lam pembentukan dan produksi HT, justru tidak
bisa melewati plan nta. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
keadaan hormon ti oid dan obat-obatan yang sedang dikosumsi ibu
sangat berpengaru terhadap kondisi hormon tiroid janinnya.
HK pads BL dapat bersifat menetap (permanen) maupun
transien. Disebut s bagai HK transien bila setelah beberapa bulan
atau beberapa t hun sejak kelahiran, kelenjar tiroid mampu
memproduksi send ri hormon tiroidnya sehingga pengobatan dapat
dihentikan. Berbe a dengan HK permanen yang membutuhkan
pengobatan seum hidup dan penanganan khusus sehingga akan
menjadi beban kel rga dan negara.
Pengaruh ormon tiroid ibu yang didapat bayi saat masa
kehamilan inilah y g menyebabkan HK secara klinis sulit dideteksi
segera setelah lah . Bayi baru lahir yang menderita HK umumnya
4

(90%) tidak memperlihatkan gejala. Kalaupun ada gejalanya tidak
spesifik. Seperti: ikterus berkepanjangan, hipotermi, minum sering
tersedak dengan kesulitan bernapas, napas berbunyi, ataupun
hidung tersumbat.
Bila tidak segera dideteksi dan diobati, maka bayi akan
mengalami kecacatan yang sangat merugikan kehidupan berikutnya.
Anak akan mengalami gangguan pertumbuhan fisik secara
keseluruhan, dan yang paling menyedihkan adalah perkembangan
mental terbelakang yang tidak bisa dipulihkan.
Tanpa pengobatan, gejala akan semakin tampak dengan
bertambahnya usia. Gejala yang muncul antara lain : lidah menjadi
tebal (makroglosi), suara serak, hipotoni, hernia umbilikalis,
konstipasi, perut buncit, tangan dan kaki teraba dingin, disertai
miksedema (gambar 1). Jika sudah muncul gejala klinis, berarti telah
terjadi retardasi mental.
Untuk itu penting sekali dilakukan SHK pada semua bayi
baru lahir sebelum timbulnya gejala klinis diatas, karena makin lama
gejala makin berat. Hambatan pertumbuhan dan perkembangan
lebih nyata dan pada umur 3-6 bulan gejala khas hipotiroid menjadi
lebih jelas. Perkembangan mental semakin terbelakang, terlambat
duduk dan berdiri serta tidak mampu belajar bicara.
Lebih dari 90 % bayi dengan HK tidak memperlihatkan gejala
saat dilahirkan. Kalaupun ada sangat samar dan tidak khas.

B. EPIDEMIOLOGI
Prevalensi HK sangat bervariasi antar negara. Perbedaan
ini dipengaruhi pula oleh perbedaan etnis dan ras. Prevalensi HK
pada orang Jepang adalah 1:7.600, sedangkan pada populasi kulit
hitam sangat jarang. Prevalensi HK di Inggris menunjukkan kejadian
yang lebih tinggi pada anak-anak keturunan Asia. Sedangkan
berdasarkan jenis kelamin, angka kejadian HK dua kali lebih tinggi
pada anak perempuan dibandingkan dengan anak laki-laki. Di
seluruh dunia prevalensi HK diperkirakan mendekati 1:3000 dengan
kejadian sangat tinggi di daerah kekurangan iodium, yaitu 1:900.
Di negara-negara Asia, angka kejadian di Singapura
1:3000-3500, Malaysia 1:3026, Filipina 1:3460, HongKong 1:2404.
Angka kejadian lebih rendah di Korea 1:4300 dan Vietnam 1:5502.
Proyek pendahuluan di India menunjukkan kejadian yang lebih
tinggi di India, 1:1700 dan di Bangladesh 1:2000. Dari tahun 20005

2005 telah di skri ing 55.647 bayi di RSHS dan 25.499 bayi di
RSCM, dengan an ka kejadian 1:3528 kelahiran.
Bila diasu sikan rasio angka kejadian HK adalah 1:3000
dengan proyeksi a gka kelahiran adalah 5 juta bayi per tahun, maka
diperkirakan >160 bayi dengan HK akan lahir tiap tahun. Tanpa
upaya deteksi dan terapi dini maka secara kumulatif keadaan ini
akan menurunkan kualitas sumber daya manusia Indonesia di
kemudian hari clan akan menjadi masalah kesehatan masyarakat
yang besar pada rriasa mendatang.
Di Indonesia, skrining neonatal HK saat ini belum
merupakan program nasional. Telaah rekam medis di klinik endokrin
anak RSCM dan RSHS menunjukkan bahwa lebih dari 70%
penderita HK didia nosis setelah umur 1 tahun. Hanya 2,3% yang
bisa dikenali sebel m umur 3 bulan. Dengan demikian deteksi dini
melalui skrining p da BBL sangat penting dan bayi bisa segera
mendapatkan peng batan.
Tujuan um um pengobatan HK adalah menjamin agar anak
mampu mencapai pertumbuhan dan perkembangan mental
mendekati potensi genetiknya. Keadaan ini bisa dicapai dengan
mengembalikan F r4 dan TSH dalam rentang normal dan
mempertahankan tatus klinis dan biokimiawi dalam keadaan
eutiroid (tiroid nor al). Apapun penyebabnya, terapi sulih hormon
dengan (pil tiroksin L-thyroxine harus secepatnya diberikan begitu
diagnosis ditegakka .

Gambar 1. Bayi dens n gejala hipotiroid kongenital: makroglosi, hernia
umbilikali kulit keying bersisik, udem skrotum.

6

BAB III

PETUNJUK PELAKSANAAN PEMERIKSAAN
Skrining BBL bukan hanya melakukan tes laboratorium
tetapi merupakan suatu sistem dengan mengintegrasikan
proses/prosedur maupun individu yang terlibat. Sistem Skrining BBL
ini bertanggung jawab terhadap staf rumah sakit/puskesmas,
petugas kesehatan, orangtua dan masyarakat, juga membuat
protokol tindak lanjut hasil tes, diagnosis dan tatalaksana kelainan
yang diderita.
Komponen yang sangat penting dalam sistem skrining BBL
adalah:
(A) KIE (komunikasi,informasi dan edukasi)
(B) Proses skrining
(C) Tindak lanjut hasil skrining
(D) Diagnosis
(E) Tatalaksana
(F) Evaluasi program
Secara garis besar dibedakan tiga tahapan utama yang
sama pentingnya dalam pelaksanaan skrining yaitu:
1. Pre analisis : Sebelum tes laboratorium, diperlukan sosialisasi,
advokasi dan edukasi termasuk pelatihan
II. Analisis : Proses uji saring, bagaimana prosedur yang benar
sensitivitas dan spesifisitas, validitas, kontrol
kualitas (eksternal/internal)
III. Post analisis: Tindak lanjut hasil tes, pemanggilan kembali bayi
untuk tes konfirmasi, dilanjutkan diagnosis dan
tatalakana pada kasus positif HK

A. KOMUNIKASI, INFORMASI DAN EDUKASI
1. Profesi Kesehatan
KIE merupakan komponen yang penting terutama pada
awal pelaksanaan skrining neonatal. Tenaga kesehatan yang
berhubungan Iangsung dengan BBL dan orangtuanya yaitu
dokter kebidanan, dokter anak, dokter umum, bidan dan perawat
bayi harus menyadari peranannya di dalam setiap langkah
7

skrining neonatal. Dimulai dari penyuluhan kepada orangtua,
tindak lanjut hasil diagnosis, dan pengobatan.

2. Orangtua dan asyarakat
Penyuluha terhadap orangtua tentang pentingnya skrining
bayi baru lahir n kepatuhan untuk melakukan uji diagnostik
sangat berarti d lam kegiatan ini. Informasi dapat diberikan
dalam berbagai media cetak sebagai sarana pendukung dalam
penyuluhan. Media ini (salah satunya leaflet) dapat dibagikan
saat pemeriksa kehamilan, sebelum proses pengambilan
darah, atau setel h melahirkan.
Seluruh to aga kesehatan yang bertugas untuk menolong
persalinan bayi n pelaksanaan asuhan perinatal bertanggung
jawab untuk me erikan informasi kepada orangtua bayi tentang
skrining BBL.

Penjelasan tentang skrining bayi baru lahir dapat
dilaksanakan pad saat
• Konseling seb lum pernikahan
• Saat pemeriks an kehamilan
• Kunjungan po yandu dan di fasilitas kesehatan
• Kunjungan ru ah oleh tenaga kesehatan
• dll
Topik yang harus d bahas antara lain :
• Apa arti Skrin ng BBL dan kelainan apa yang harus ditapis
(skrining)
• Mengapa skri ing BBL penting dan
• Keuntungan n kerugian bila skrining BBL dilaksanakan /
tidak dilaksan kan.
• Kapan perlu di aksanakan skrining
• Bagaimana sk ining BBL dilakukan
• Berapa biaya krining BBL
Materi pen elasan bisa disampaikan dengan memberikan
leaflet yang dise iakan. Makin dini para orangtua mendapatkan
penjelasan dan t rmotivasi, makin besar kemungkinan skrining
BBL dapat dilaks nakan.

8

3. Pengambil Kebijakan (Policy Makers)
Advokasi dan sosialisasi terhadap para pengambil
kebijakan (policy maker) mutlak diperlukan. Perlu penyampaian
dengan data terkini, contoh nyata, dan perbandingan antara biaya
pelaksanaan skrining neonatal dengan kerugian yang diakibatkan
dampak HK yang tidak ditangan, baik secara materiil maupun non
materiil yang akan menurunkan Indeks Pembangunan Manusia
(IPM) Indonesia yang berkualitas.

B. PROSES SKRINING
Secara garis besar Skrining BBL meliputi proses :

1. Persiapan
Memotivasi keluarga ayah/ibu BBL sangat penting.
Penjelasan kepada orangtua tentang skrining pada bayi baru lahir
dengan pengambilan tetes darah tumit bayi dan keuntungan
skrining ini bagi masa depan bayi akan mendorong orangtua
untuk mau melakukan skrining bagi bayinya.

a. Persetujuan (informed consent)
Persetujuan (informed consent) tidak perlu tertulis
khusus, tetapi dicantumkan bersama-sama dengan
persetujuan tindakan medis lain pada saat bayi masuk ke
ruang perawatan bayi

b. Penolakan ( dissent consent /refusal consent)
Bila tindakan pengambilan darah pada BBL ditolak,
maka orangtua harus menandatangani formulir penolakan. Hal
ini dilakukan agar jika di kemudian hari didapati bayi yang
bersangkutan menderita HK, orangtua tidak akan menuntut
atau menyalahkan rumah sakit. Contoh formulir penolakan
dapat dilihat pada lampiran (6).
Formulir ini hares disimpan pada rekam medis bayi. Bila
kelahiran dilakukan di rumah, bidan/penolong persalinan
harus tetap meminta orangtua menandatangani atau
membubuhkan cap jempol pada formulir " Penolakan" yang
dibawa dan harus disimpan dalam arsip di fasilitas kesehatan
tempatnya bekerja. Jumlah penolakan tindakan pengambilan
sampel darah dan formulirnya harus dilaporkan pada
9

koordinator 3krining BBL tingkat kabupaten/kota, melalui
koordinator tingkat puskesmas setempat pada bulan
berikutnya.

2. Pengambila Spesimen
Hal yang enting diperhatikan pada pemeriksaan spesimen
ialah :
a. Waktu peng mbilan (timing)
b. Data demog afi bayi
c. Metode pen ambilan
d. Pengiriman/ ansportasi
e. Proses skrin ng di laboratorium
f. Kesalahan p da pengambilan spesimen

a. Waktu (ti 'ng) Pengambilan Darah
Penga bilan spesimen darah yang paling ideal adalah
ketika umur ayi 48 sampai 72 jam. Oleh karenanya perlu
kerjasama de gan dokter Spesialis Anak (Sp.A), dokter umum
dan bidan ang menolong persalinan untuk melakukan
pengambilan pesimen darah bayi yang bare dilahirkan pada
hari ketiga. I i berarti ibu dapat dipulangkan setelah 48 jam
pasca mela irkan (perlu koordinasi dengan penolong
persalinan ). amun, pada keadaan tertentu pengambilan
darah masih 1 isa ditolerir antara 24-48 jam.
Sebaik ya darah tidak diambil dalam 24 jam pertama
setelah lahir arena pada saat itu kadar TSH masih tinggi,
sehingga aka memberikan sejumlah hasil positif palsu (false
positive). Jika bayi sudah dipulangkan sebelum 24 jam, maka
spesimen pert diambil pada Kunjungan Neonatal ke-2 (KN2)
melalui kunju an rumah atau pemanggilan pasien.

b. Data / Iden itas Bayi
Isi kartu identitas bayi dengan lengkap dan benar dalam
kartu inform si. Data yang kurang lengkap akan
memperlamba penyampaian hasil tes.
Petun'uk umu en isian kartu informasi :
• Pastikan to gan pengisi data/pengambil sampel darah
bersih dank ring sebelum mengambil kartu informasi/kertas
10

saring. Gunakan sarung tangan. Usahakan tangan tidak
menyentuh bulatan pada kertas saring
• Hindari pencemaran pada kertas saring. Seperti air, air teh,
air kopi, minyak, susu, cairan antiseptik, bedak dan/atau
kotoran lain
• Jangan salah dalam menulis label (data pasien, dsb)
• Pastikan data ditulis lengkap dan hindari kesalahan
menulls data . Bila data tidak lengkap dan salah, akan
menghambat atau menunda kecepatan dalam pemberian
hasil tes dan kesalahan interpretasi
• Isi data pasien dengan ballpoint warna hitam/biru. Jangan
gunakan tinta atau pensil tinta yang dapat luntur
• Jangan menempel kartu informasi/kertas saring di dalam
map rekam medis bayi karena kertas rekam medis akan
mengotori kertas saring atau merusak tetes darah yang ada.
Usahakan kertas saring tidak banyak disentuh petugas lain.
• Tuliskan seluruh data dengan jelas dan lengkap. Gunakan
HURUF KAPITAL.
Kelengkapan dan keakuratan data pada kartu informasi
sangat penting untuk kecepatan tindak lanjut hasil tes bagi
pasien . Pastikan seluruh data terisi dengan lengkap dan
benar!
Petunjuk pengisian data demografi bayi dalam kartu informasi.
Harap diisi :
• Nama rumah sakit/rumah bersalin/puskesmas/klinik bidan
• Nomor rekam medis bayi
• Nama ibu, suku bangsa/etnis, dan nama bayi bila sudah ada
• Nama ayah, suku bangsa/etnis
• Alamat dengan jelas (nomor rumah, jalan/gang/blok/ RT/
RW, kode pos)

• Nomor telepon dan telepon genggam, atau nomor telepon
yang dapat dihubungi
• Dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP) beserta no
telepon / no telepon genggam
• Umur kehamilan dalam minggu
• Jenis kelamin, beri tanda ' pada kotak yang disediakan
• Berat badan dalam gram. Pilih prematur atau tidak
11

• Data lahir:
- Tanggal 2 digit (contoh tanggal 2 -1,02)
- Bulan 2 di git (contoh bulan Maret -• 03, Desember--• 12)
-Tahun2c igit (contoh tahun 2006 - 06 , 2012 12)
- Data jam bayi lahir : Jam : menit (contoh : 10:15)
• Data spesir ien :
Tanggal/bu an/tahun , 2 digit (contoh : 8 Februari 2006
08/02/ 06)
• Keterangan lain, bila ada bisa ditambahkan

046000
A.

B

c

D

E

( Isilah setiap lingkaran de gan satu bercak darah hingga menyerap / tembus bagian belakang)
PRO RAM SKRINING HIPOTIROID KONGENITAL
Rumah saki[

/No. Rekmed

Nama Ibu/Bayi

/suku

Nama Ayah

/Suku

Alamat

Telepon
Dokter Penanggung Jawa :
Kelahiran

: Tu

Tep/hp

gal q

Kembar 1 q 2 q 3 q

Umur kehamilan : q
Janis Keiamin

:L
Jam

Prermatur : Ya q Tidak q
P q
Tgl Bin

Berat badan : Gram
Th Darah diambil dari:

Lahir

Tumit

Specimen

Vona q

Keterangan::
Transfusi Darah :

q

Ya q Tgi ...1.....1 ....
Tidak
IN makan obat anti tiroi : Ya q
Tidak
Bayi dengan kelainan ba aanl sindrom : Ya q , sebutkan ...._ Tidak
Bayi sakit
Ya
Tidak
Obat untuk bayi : Ya q , sebutkan............ Tidak

q
q
q
q
q

Gambar 2 . Contoh ke as saring yang sudah diselipkan pada kartu informasi
yang berisi data demc rafi bayi, dan ditetesi darah pada kedua bulatannya
12

c. Metode dan Tempat Pengambilan Darah
• Metode Pengambilan Darah dari Tumit Bayl (heel prick)
Teknik pengambilan darah melalui tumit bayi (heel
prick) adalah cara yang sangat dianjurkan dan paling banyak
dilakukan di seluruh dunia. Darah yang keluar diteteskan ke
atas kertas saring khusus sampai bulatan kertas terisi darah,
kemudian setelah kering dikirim ke laboratorium.
Perlu diperhatikan dengan seksama, pengambilan
spesimen dari tumit bayi harus dilakukan sesuai dengan
tatacara pengambilan spesimen tetes darah kering. Petugas
kesehatan yang bisa mengambil darah : dokter, petugas
laboratorium, perawat dan bidan yang telah dilatih
Persiapan alat
Siapkan alat yang akan dipergunakan :
- Sarung tangan
- Lancet
- Kartu-kertas saring
- Kapas
- Alkohol 70%
- Kasa steril
- Rak pengering
Kertas Saring
- Spesifikasi Kertas Saring
Kertas saring yang digunakan untuk pengambilan spesimen
pada skrining BBL diproduksi oleh Schleicher & Schuell, Inc
(S&S grade 903) atau Whatman 903
- Ukuran dan Jumlah bulatan spesimen darah
Kertas saving dengan bercak darah yang akan dilakukan
pemeriksaan TSH berdiameter 3 mm. Sedikitnya periu
diambil 2 Iingkaran spesimen darah.

13

Gambar 3 . : 1. Sarunj tangan steril, 2. Lancet, 3. Kartu kertas saring,
Kapas, Alkohol 70%, 6. Kasa steril, 7. Rak pengering

Prosedur en ambilan s esimen darah
- Cuci tangs menggunakan sabun dengan air bersih
mengalir da pakailah sarung tangan
- Hangatkan mit dengan cara :
0 Menempe kan handuk hangat/suam-suam kuku
0 Digosok-g sok
0 memakai engahngat listrik
- Supaya alir 1 darah lebih lancar, posisikan kaki lebih rendah
dari kepala ayi
- Tentukan to asi penusukan yaitu bagian lateral atau medial
tumit (daer h berwarna merah), (gambar 4 dan 5)

14

Gambar 4

Gambar 5

Bersihkan daerah yang akan ditusuk dengan antiseptik
kapas alkohol 70%, biarkan kering (gambar 6)
- Tusuk tumit dengan lanset steril sekali pakai dengan ukuran
2 mm. (gambar 7)

Gambar 6

Gambar 7

15

Gambar 8

Gambar 9

- Setelah tumit itusuk, usap tetes darah pertama dengan kain
kasa steril (ga bar 8)
Kemudian lak kan pijatan lembut sehingga terbentuk tetes
darah yang c up besar. Hindarkan gerakan memeras karena
akan mengaki atkan hemolisis atau darah tercampur cairan
jaringan . (gam ar 9)
Selanjutnya t eskan darah ke
tengah bulat kertas saring
sampai bulat n terisi enuh
clan tembu kedua sisi.
Hindarkan tet san darah yang
berlapis-lapis l ayering). Ulangi
meneteskan arah ke atas
bulatan lain. ila darah tidak
cukup, lakuk in tusukan di
tempat ter isah dengan
menggunakan lanset baru.
(gambar 10)
Gambar 10
16

Sesudah kedua
bulatan kertas saring
terisi penuh, tekan
bekas tusukan dengan
kasa/kapas steril
sambil mengangkat
tumit bayi sampai
berada diatas kepala
bayi. Bekas tusukan
tidak perlu diberi
plester ataupun
pembalut.

Gambar 11 . Kaki bayi diangkat setelah
penusukan

Gambar 12. Contoh bercak darah
yang baik

Pengambilan spesimen pada bayi prematur, BBLR dan bayi
sakit dapat dilihat pada lampiran
• Metode Pengeringan Spesimen

Proses setelah mendapatkan spesimen :
- Segera Ietakkan di rak
pengering dengan posisi
horisontal atau diletakkan di
atas permukaan datar yang
kering dan tidak menyerap (non
absorbent)
- Biarkan spesimen mengering
(warna darah merah gelap)
- Sebaiknya biarkan spesimen di
atas rak pengering sebelum
dikirim ke laboratorium
Gambar 13. Proses pengeringan
spesimen pada rak pengeringan

17

Jangan nenyimpan spesimen di dalam laci dan kena
panas tau sinar matahari langsung atau dikeringkan
dengan ngering
Jangan meletakkan pengering berdekatan dengan
bahan-b han yang mengeluarkan uap seperti cat,
aerosol , an insektisida

d. Pengirima

/ Transportasi Spesimen

• Setelah ke ng spesimen slap dikirim. Ketika spesimen akan
dikirim , su un berselang- seling untuk menghindari agar
bercak dar, h tidak sating bersinggungan, atau taruh kertas
diantara be cak darah . Bisa juga tiap spesimen dimasukkan
ke dalam k ntong khusus
• Masukkan a dalam amplop dan sertakan daftar spesimen
yang dikidry.
• Pengiriman dapat dilakukan oleh petugas pengumpul
spesimen au langsung dikirim melalui jasa layanan PT.
POS Indo sia (Pos Express) maupun jasa pengiriman
swasta.
• Pengiriman tidak boleh lebih dad 7 (tujuh) had sejak
spesimen ambil . Pedalanan pengiriman tidak boleh lebih
dad 3 had.

Gambar 14. M nyusun kertas saring dengan berselang-seling

18

Gambar 15. Kertas
dimasukkan
saving
plastik,
dalam
kemudian dimasukkan
lagi dalam amplop
untuk dikirim

e. Proses Skrining di Laboratorium
Karena pada dasarnya orientasi skrining HK adalah
untuk mendeteksi hipotiroid primer (permanen maupun
transien ) dan sesuai dengan rekomendasi American Thyroid
Association, pemeriksaan primer TSH merupakan uji fungsi
tiroid yang paling sensitif. Peningkatan kadar TSH sebagai
marka hormonal cukup akurat digunakan untuk menapis HK
primer. Nilai potong (cut-off) adalah 20 plU/ml (WHO) untuk
dugaan HK (presumptive classification). Khusus untuk negara
yang masih menghadapi masalah gangguan akibat
kekurangan lodium (GAKI) seperti Indonesia, International
Council for Control of Iodine Deficiency Disorders (ICCIDD)
menyatakan bahwa pemeriksaan primer TSH untuk skrining
HK akibat kekurangan iodium pada IN hamil , merupakan
indikator yang sensitif dalam menentukan derajat kekurangan
iodium . Juga merupakan cara yang baik untuk memantau
hasil program penanggulangan GAKI.
Pokjanas Skrining BBL Kementerian Kesehatan
merekomendasikan laboratorium dengan pemeriksaan primer
TSH dan pemeriksaan konfirmasi TSH + FT4/T4 yang sudah
terakreditasi sebagai pelaksana uji skrining HK.
Seperti halnya di negara yang telah secara rutin
melaksanakan Skrining BBL, pemeriksaan disentralisir di
laboratorium tertentu ( Iihat lampiran 8) dengan tujuan:
- Menekan biaya penyelenggaraan (Cost effectiveness)
19

Memudahk in pencatatan dan pelaporan untuk memperoleh
angka kej ian (Incidence) nasional dan hasil program
(outcome )
Menjamin k alitas (Quality Assurance/QA) internal maupun
eksternal. lai QA akan tinggi bila laboratorium skrining bayi
baru lahir m lakukan 30.000 sampai 50.000 tes per tahun
Memudahk n koordinasi antara Kelompok Kerja Nasional
(Pokjanas) i Kementerian Kesehatan dengan Kelompok
Kerja Da rah (Pokjada) di tingkat provinsi dan
kabupaten/ ta. Pokjada bertugas sebagai koordinator
sistem pela sanaan Skrining BBL
• Penanganan pesimen Ketika Sampai di Laboratorium
- Pertama, t liti amplop kiriman spesimen, apakah robek,
terkena no a, atau kehujanan. Buka amplop dengan
menggunak n alat pembuka kertas. Jangan gunakan tangan
untuk me buka amplop karena dikhawatirkan dapat
merobek sp simen
- Gunakan rung tangan ketika mengeluarkan seluruh
spesimen. takan pada permukaan yang rata, kering dan
bersih.
- Pemeriksaa s esimen. Terlebih dahulu spesimen
dipisahkan rdasarkan
0 Spesime pertama
0 Spesime ulangan yaitu karena spesimen pertama
ditolak a au karena hasil yang abnormal.
0 Pengisia identitas. Bila ada spesimen yang identitasnya
tidak le kap ditandai dengan "INFORMASI TIDAK
LENGKA ". Catat dan laporkan pada pengawas
laboratori m untuk menghubungi petugas fasilitas
kesehata dan menanyakan secara lengkap identitas
bayi ters but.
- Pemeriksaa kualitas spesimen. Spesimen diperiksa satu
persatu until. k melihat kualitasnya. Spesimen darah harus
sudah kerin p, memenuhi satu lingkaran penuh hingga
tembus ke isi belakangnya, berwarna gelap dan tidak
memudar p da sisi lingkaran. Spesimen darah yang telah
memenuhi syarat diatas di tandai dengan tulisan
"SPESIMEN ITERIMA".

20

Spesimen yang terkontaminasi , warna tetesan darah yang
pudar, darah terlalu sedikit ( lihat gambar spesimen yang
tidak balk ), termasuk juga spesimen yang diambil sebelum
bayi berumur 24 jam , dipisahkan dalam kantong plastik dan
ditandai dengan tulisan "SPESIMEN DITOLAK ". Petugas
harus melaporkan kepada pengawas laboratorium agar
dapat segera menghubungi petugas fasilitas kesehatan yang
bersangkutan untuk pengambilan spesimen kembali.
• Penomoran
Penomoran akan disesuaikan dengan kode wilayah dan
kode fasilitas kesehatan dari Pusat Data dan Informasi
Kementerian Kesehatan RI.
Semua kertas saring yang masuk, balk yang tensi tetes
darah maupun yang tidak , harus diberi nomor kartu. IN
bertujuan untuk memudahkan langkah tindak lanjut terhadap
sampel yang bersangkutan. Pada spesimen yang tidak terisi
tetes darah , beri keterangan alasan tidak dilakukannya
pengambilan darah. Misalnya , bayi meninggal pada saat
dilahirkan, atau orangtua menolak.

4

• Pendokumentasian Data
Petugas akan memasukan seluruh data yang tertera
pada kartu kertas saring ke dalam komputer (program excel)
Penanganan bagi spesimen tertentu :
- Spesimen ditolak. Pengawas laboratorium harus
memberikan laporan kepada ketua program. Ketua program
segera menindak lanjuti dengan memberikan arahan dan
penyegaran cara pengambilan spesimen kepada petugas
pengambil spesimen (retraining).
- Spesimen yang memerlukan pengambilan ulang (resample):
0 Spesimen dengan hasil TSH antara 20 - 40 mU/L
0 Spesimen yang tidak cukup untuk pengukuran TSH
0 Spesimen dengan kesalahan pengambilan
(terkontaminasi, berlapis-lapis, < 24 jam, dll.) (Lihat pada
bagian
f.
Kesalahan Pengambilan Spesimen).
Pengawas laboratorium bertugas menghubungi orang tua
bayi melalui telepon dan menjelaskan maksud
pengambilan darah ulangan. Selain pemberitahuan lewat
21

telepon , p^erlu juga diberitahukan secara resmi melalui
surat yan ditandatangani oleh ketua program.
• Kewaspadaa Universal
- Perlu dipert tikan bahwa semua bercak darah berpotensi
untuk menu arkan infeksi. Karenanya harus berhati-hati
dalam pens ganannya.
- Meja yang igunakan untuk memberikan penomoran harus
di bed alas lastik dan harus diganti setiap minggu.
- Gunakan ja laboratorium dan sarung tangan pada saat
penanganan spesimen
- Setelah me angani spesimen, biasakan mencuci tangan
memakai s un dan air bersih mengalir, sesuai prosedur
PHBS di t mpat kerja, K3 (penggunaan alat pelindung
diri/APD)

f. Kesalahan c slam Pengambilan Spesimen
Tabel 1. Contoh soesifben vano tidak balk
Spesimen tl ak balk :

Kemungkinan penyebab :
n Tetes darah kurang
n Meneteskan darah
• dengan tabung kapiler
Kertas tersentuh tangan,
sarung tangan, lotion
n Kertas rusak,
meneteskan darah
dengan tabung kapiler

n Mengirim spesimen
sebelum keying
---------

• Meneteskan terlalu
banyak darah
n Meneteskan darah di
kedua sisi bulatan kertas
Gomm

22

y

• Darah diperas (milking)
dari tempat tusukan
• Kontaminasi
n Terpapar pangs
n Alkohol tidak dikeringkan
• Kontaminasi dengan
alkohol dan lotion
n Darah diperas (milking)

Pengeringan tidak balk
• Penetesan clara h
beberapa kali
• Meneteskan darah di
kedua sisi bulatan kertas

n Gagal memperoleh
spesimen

g. Pencatatan dan Pelaporan
- Pada persalinan di rumah sakit, yang perlu dicatat dalam
registrasi skrining bayi baru lahir adalah nomor registrasi
bayi, nama ibu dan ayah bayi, alamat, nomor telpon yang
bisa dihubungi, tanggal , waktu dan kondisi bayi saat
pengambilan sampel, serta tindakan dan obat-obatan yang
diberikan pada bayi. Registrasi ini dilakukan untuk keperluan
administrasi rumah sakit.
- Pada persalinan di klinik bidan praktek swasta (BPS) atau
rumah bersalin, yang perlu dicatat dalam registrasi klinik
adalah nama dukun/bidan yang menangani persalinan,
nama ibu dan ayah bayi, alamat dan nomor telpon yang
dapat dihubungi, tanggal dan waktu sampel darah diambil,
dan data lain sesuai pada kartu/kertas saring.
- Data yang diperoleh dari rumah bersalin dan BPS,
dilaporkan kepada koordinator skrining BBL tingkat
puskesmas di wilayah setempat. Koordinator puskesmas
23

akan Iaporkan kepada koordinator di tingkat
kabupate kota setempat.
- Laporan ordinator tingkat puskesmas berupa rekapitulasi
jumlah ba i baru lahir yang telah diambil sampel darahnya
dan juml 1 bayi dengan penolakan pengambilan sampel
selama sa u bulan. Laporan disampaikan pada setiap bulan.
Catat semua d to dalam registrasi puskesmas untuk Iaporan
rekapitulasi bula an ke koordinator tingkat kabupaten dan kota

C. TINDAK LANJU HASIL SKRINING
Tujuan Sk ining Hipotiroid Kongenital (SHK) adalah
menghilangkan a :au menurunkan mortalitas, morbiditas dan
kecacatan akibat enyakit hipotiroid kongenital. Dengan demikian
upaya ini harus bis menjamin bahwa bayi yang menderita hipotiroid
kongenital secepa nya didiagnosis dan mendapatkan pengobatan
yang optimal.

1. Koordinasi giatan Skrining
Agar koo dinasi lancer, di tiap fasilitas yang melayani
persalinan haru memiliki koordinator kegiatan SHK. Petugas
yang dapat ditu juk menjadi koordinator yaitu dokter spesialis
anak (di RS, bi a dikaitkan dengan kegiatan PERISTI/PONEK),
dokter umum (i Puskesmas), dan bidan/perawat. Koordinasi
kegiatan ini dib ntu oleh kepala ruang bayi yang bertanggung
jawab terhadap elancaran pengambilan dan pengiriman sampel,
serta pemangg Ian kembali bayi untuk tes diagnostik bila
diperlukan.
Nama dad data koordinator fasilitas kesehatan, beserta
nama kepala ang bayi, disampaikan kepada koordinator
laboratorium ruj kan dan berlaku sebagai orang kontak (contact
person) bagi fasi itas kesehatan bersangkutan.
Data koo dinator/wakil koordinator yang dikirimkan ke
laboratorium ada ah sebagai berikut :

24

Koordinator
Nama
Alamat surat
No.Hp
Nomor telepon kantor
Nomor telepon rumah
Alamat e-mail
Fax. dan telepon RS/Klinik

Wakil Koordinator Ke ala R. Bayl)
Nama
Alamat surat
No.Hp
Nomor telepon kantor
Nomor telepon rumah
Alamat e-mail
Fax. dan telepon RS/Klinik

Alur Koordinasi Spesimen :
Koordinator/Wakil Koordinator Fasilitas Kesehatan --> Koordinator
Laboratorium KoordinatorlWakil Koordinator Fasilitas Kesehatan
Alur Koordinasi Pelaporan :
Koordinator/Wakil Koordinator Fasilitas Kesehatan Koordinator
Kabupaten/Kota - ^ Pokjada -^ Pokjanas

2. Hasil Tes
Hal pertama yang harus dilakukan ketika mendapatkan
hasil tes positif adalah sesegera mungkin menghubungi orang tua
bayi yang bersangkutan. Tugas dari tim tindak lanjut bayi dengan
hasil tes positif ialah mencari tempat tinggal bayi tersebut dan
memfasilitasi pemeriksaan lanjutan untuk menegakkan diagnosis.
Bila perlu , dilakukan tes konfirmasi berupa pemeriksaan TSH,
dan T4 bebas (FT4) serum terhadap bayi tersebut.
Beberapa kemunakinan hasil TSH
a. Kadar TSH 5 20 mU/L
Bila tes konfirmasi mendapatkan hasil kadar TSH kurang dad
20 mU/L, maka hasil dianggap normal dan akan disampaikan
kepada pengirim spesimen dalam waktu 7 hari.
b. Kadar TSH antara >20 -:5 40 mU/L
Nilai TSH yang demikian menunjukkan hasil yang meragukan.
Sehingga perlu pengambilan specimen ulang (resample). Bila
pada hasil pengambilan ulang didapatkan:
• Kadar TSH 5 20 mU/L, maka hasil tersebut dianggap
normal

25

• kadar TS > 20 mU/ L, maka perlu dilakukan pemeriksaan
TSH dan 4 serum
c. Kadar TSH 40 mU/L
Jika hasil meriksaan menunjukkan nilai yang demikian,
maka perlu ilakukan pemeriksaan konfirmasi TSH dan FT4
serum
Hasil pemeriksaa disampaikan kepada koordinator fasilitas
kesehatan seseger mungkin oleh laboratorium SHK

3. Pencatatan d n Dokumentasi
Dokumen ass merupakan fungsi yang sangat penting dari
komponen Lind k lanjut . Dokumentasi harus menggambarkan
proses kegiata penelusuran pasien ( tempat tinggal pasien,
tempat dilahirk n), hasil sknning dan tes diagnostik, tanggal
dimulainya pen batan, dosis, dokter penanggung jawab, dsb.
Harus diupayak in agar hasil uji saving dicantumkan di dalam
rekam medis ba i.

4. Hal Lain yan g Perlu Diperhatikan
Perlu dip hatikan bahwa terdapat beberapa hal pada ibu
yang dapat mem engaruhi hasil pemeriksaan TSH :
a. Keadaan di na kondisi atau pengobatan pada ibu bisa
menghasilkan positif palsu atau negatif palsu.
b. Kondisi disfun si tiroid yang sering ditemukan pada wanita.
• Ibu hamil y ng menderita hipotiroidisme dapat melahirkan
bayi yang s hat dengan fungsi tiroid normal bila mendapat
pengobatan yang cukup selama masa kehamilan.
• Sebaliknya, ibu hamil yang menderita hipertiroidisme dan
mendapat engobatan PTU selama kehamilan, dapat
menyebabk n hipotiroid transien pada bayinya
• Bila PTU d tubuh bayi sudah habis, maka timbul gejala
hipertiroid ebagai akibat masuknya thyroid stimulating
immunoglob An melalui plasenta.
• Bila setelah umur kehamilan 8 mingu ibu menerima sodium
radioaktif (1 I), maka 1311 akan ditangkap oleh tiroid janin
clan kemudi n dapat mengakibatkan HK

26

D. DIAGNOSIS DAN PENGOBATAN
1. Diagnosis
Penegakan diagnosis dilakukan dengan pemerksaan konfirmasi
TSH dan T4/FT4 dengan metode ELISA, EIA, FEIA bisa
dilakukan di :
• Laboratorium Rujukan Skrining Hipotiroid Kongenital
• Laboratorium RS setempat
• Laboratorium Kesehatan Daerah (LABKESDA)
Laboratorium swasta
hasil yang diperoleh diinformasikan ke lab rujukan awal
Kadar TSH tinggi disertai kadar T4 atau FT4 rendah

Hipotiroid primer

^Segera beri tiroksin

(Konsultasikan kepada dokter spesialis
endokrin)

anak konsultan

2. Tindakan Setelah Diagnosis
Setelah diagnosis ditegakan, tindakan selanjutnya adalah :
a. Re-anamnesis
• Re-anamnesis pada ibu untuk penilaian ulang dan mencoba
mencari latar belakang penyebab, antara lain :
- apakah ada penyakit tiroid pada ibu atau keluarga
- atau ibu mengkonsumsi obat antitiroid
geografi tempat tinggal ibu
- paparan iodium pada bayi (kompres iodium untuk tali
pusat)
• Re-anamnesis tentang bayi, adakah kelainan bawaan lain

b. Pemeriksaan fisik
Melakukan pemenksaan fisik dan mencari tanda dan
gejala HK:

27

Gejala

Tidak

Ya Tidak

Letargi

Ikterus

Konstipasi

Kesulitan minum
(sering tersedak)

Kulit teraba dingin

Tangisan serak

an Penunjang
ngkinkan , lakukan pemeriksaan penunjang :
• Sidik tiroi
• Pencitraa
dan pan
menunjuk
• Pemeriks
riwayat p
• Konsul k
endokrin)
jika diperl

28

( dengan 1231 atau TC99m)
pemeriksaan pertumbuhan tulang (sendi lutut
gul). Tidak tampaknya epifisis pada lutut
an derajat hipotiroid dalam kandungan
an anti tiroid antibodi bayi dan ibu, biia ada
nyakit autoimun tiroid.
pada tim ahli ( dokter spesialis anak konsultan
i Kelompok Kerja (pokja ) SHK tingkat provinsi,
kan.

3. Pengobatan
Tabel 3. Dosis umum Hormon Timid yang diberikan
Usia
0 - 3 bulan
3 - 6 bulan
6 - 12 bulan
1 - 5 tahun
6-12tahun
>12 tahun

Na L-T4 (microgramikg BB)
10 -15
8-10
6-8
5-6
4-5
2-3

Dosis harus selalu disesuaikan dengan keadaan klinis dan
biokimiawi serum tiroksin dan TSH menurut umur (age reference
range).
Pemberian Pil Tiroksin dengan cara digerus/ dihancurkan
dan bisa dicampur dengan ASI atau air putih. Pemberian obat
jangan bersamaan dengan senyawa di bawah ini karena akan
mengganggu penyerapan obat :
Produk kacang kedele
Zat besi konsentrat
• Kalsium
Aluminium hydroxide
• Cholestyramine dan resin lain
• Suplemen tinggi serat
• Sucralfate

4. Penjelasan
Terapi sulih hormon dengan pil tiroksin (L-thyroxine) harus
secepatnya diberikan begitu diagnosis ditegakkan. IDAI
menganjurkan pemberian dosis permulaan 10-15 pg/kg. Pada
bayi cukup bulan diberikan rata-rata 37,5 - 50 pg per had.
Besarnya dosis hormon tergantung berat ringannya
kelainan. Bayi dengan hipotiroid kongenital berat, yaitu dengan
kadar T4 kurang dari 5 pg, sebaiknya diberikan 50 pg. Pemberian
50 pg Iebih cepat menormalisir kadar T4 dan TSH.
Hasil pengobatan sangat dipengaruhi oleh usia pasien saat
terapi dimulai dan jumlah dosis. Pada HK berat, perlu pemberian
dosis yang lebih tinggi.
29

Pengob tan optimal bisa tercapai antara lain dengan
kerjasama or gtua / keluarga . Oleh karena itu penting diberikan
pendidikan me genai :
• Penyebab K dari bayi mereka
• Pentingnya diagnosis dan terapi dini guna mencegah
hambatan t mbuh kembang bayi
• Cara pem erian obat tiroksin, pentingnya mematuhi
pengobata
• Pentingnya pemeriksaan secara teratur sesuai jadwal yang
dianjurkan kter
• Tidak boleh menghentikan peng