Bacaan Pengantar untuk Fasilitator RINGKASAN ALUR SESI TOPIK TUJUAN

12
BAHASA SUGESTIF
BERBASIS NLP
TUJUAN
Melihat potensi bahasa sebagai alat untuk
mempengaruhi manusia.
Mengenal bentuk bahasa yang paling tepat untuk
mempengaruhi manusia.
Mengetahui dan membedakan berbagai implementasi
bahasa sebagai alat sugesti.

PERKIRAAN WAKTU

60 menit
PERLENGKAPAN
Gambar-gambar/foto bahasa tubuh

140

Bacaan Pengantar untuk Fasilitator


141

BAHASA
SUGESTIF

Di dunia ini orangorang yang memiliki
gol atau memiliki masalah
seringkali melakukan
teknik yang namanya
afirmasi. Yakni berdiri
di depan kaca, dan
mengucapkan katakata berulang kali untuk
menyemangati diri sendiri.
Misalnya, “Saya orang
sukses, hidup saya
sangat berarti”.

Bacaan Pengantar untuk Fasilitator

Mengapa mereka melakukan hal itu? Karena, pikiran sadar alias otak kirinya

sudah tidak mampu memecahkan persoalannya sendiri, sehingga ia berusaha
melakukan sugesti dengan cara seperti itu. Tapi apakah cara seperti itu akan
berhasil? Mungkin ya, namun peluangnya kecil sekali. Karena saat mereka
melakukan afirmasi itu, pikirannya sendiri akan menyabotase atas apa yang
dikatakannya. Mulutnya mengatakan “Saya sukses”, namun pikirannya
mengatakan “Apa iya, kayaknya sulit tuh…”.
Fenomena menyabotase diri ini sebenarnya tidak akan terjadi apabila orang
itu tahu cara melakukan afirmasi dengan benar. Saat seseorang melakukan
afirmasi di depan kaca yang terjadi adalah ia dalam kondisi “sadar”, artinya
otak kiri lebih berperan dari otak kanan. Nah, dalam kondisi ini otak kiri sesuai
tugasnya akan melakukan “screening” atas informasi yang masuk ke otak. Ia
akan menganalisa, menggunakan data dan logika sesuai fungsinya. Jadi, otak
kiri adalah bagian otak yang berfungsi apabila kondisi kita sedang sadar.
Beda halnya dengan otak kanan. Otak kanan terutama akan aktif jika manusia
sedang rileks. Semakin ia rileks semakin otak kanan bisa bekerja dengan baik.
Otak kanan tidak memiliki fungsi analitis, ia lebih berfungsi secara kreatif
dan mudah disugesti. Dari sini kita tahu bahwa sugesti akan lancar apabila
kita menyasar otak kanan, bukan otak kiri. Pertanyaannya bagaimana cara
menyasar otak kanan?
Ada dua jawaban. Yang pertama adalah, lakukan afirmasi pada kondisi rileks,

sehingga otak kiri tidak terlalu aktif. Lakukan saat mengantuk mau tidur atau
pas bangun tidur, atau lakukan rileksasi dulu secara sengaja. Cara yang kedua
adalah dengan menggunakan bahasa-bahasa sugestif, yakni bahasa yang
punya kekuatan sugesti karena kemampuannya untuk langsung menembus
otak kanan tanpa terlalu direcoki otak kiri.
Bahasa sugestif biasanya menggunakan bahasa yang mengandung kekuatan
presuposisi hipnotik, yakni asumsi yang terselubung (dengan sengaja) dan
keberadaan asumsinya tidak bisa dikenali oleh alam sadar/otak kiri secara
alamiah. Menariknya bahasa hipnotik ini tidak saja bisa dipakai pada diri
sendiri, namun juga bisa dipakai pada orang lain.
Perlu dicatat di sini, bahwa hipnotis bukanlah ilmu gaib. Hipnotis adalah
ilmu komunikasi menggunakan kalimat tertentu, didukung dengan intonasi
tertentu dan bahasa tubuh yang sesuai. Di masyarakat dewasa ini, kata
hipnotis mengandung makna peyoratif, yaitu dianggap sebuah ilmu yang
menggunakan kekuatan gaib atau mahluk halus. Jelas ini salah kaprah.
Ada banyak cara mengakses efek hipnotis ini. Selain berbagai teknik induksi
klasik (memakai bandul, teknik shock, teknik interupsi pola, teknik fokus, dll),
ada juga yang menggunakan pola-pola bahasa tertentu. Hipnotis yang

142


Bacaan Pengantar untuk Fasilitator

menggunakan pola bahasa dikenal sebagai pendekatan modern dan
disebut aliran Ericksonian, atau dalam terminologi NLP disebut Milton Model.
Yakni model bahasa hipnotik yang dikembangkan oleh orang bernama
Milton Erickson.
Perbedaan mendasarnya adalah, teknik induksi klasik menempatkan subyek
pada kondisi submisif (tidak berdaya, kalah power) karena cara yang dipakai
adalah direct dan autoritarian. Sebaliknya teknik Ericksonian menggunakan
pendekatan indirect dan permisif, yakni memberikan kebebasan bagi subyek
untuk bereaksi terhadap kata-kata si hipnotist.
Pendekatan Ericksonian saat ini lebih populer, karena bisa dipakai di luar
kondisi teraputis. Artinya, karena metodenya yang halus dan menggunakan
bahasa, maka prosesnya bisa dilakukan tanpa sepengetahuan si subyek.
Sekalipun untuk mencapai tataran ini kita harus sangat menguasai pola-pola
bahasa linguistik yang level lanjut.
Secara sederhana, ada dua pendekatan teknik Eriksonian. Pertama
menggunakan pola bahasa tertentu sehingga alam sadar terlalu “sibuk” atau
“menjadi bingung”. Pada saat yang sama si penghipnotis mengatakan kalimat

tertentu yang akan langsung menembus bawah sadar.
Cara kedua adalah, mengatakan pola bahasa tertentu yang keberadaannya
memang tidak terdeteksi oleh alam sadar. Inilah yang di depan tadi disebut
sebagai bahasa yang mengandung kekuatan presuposisi hipnotik, yakni
penggunaan asumsi yang terselubung (dengan sengaja) dan keberadaan
asumsinya tidak bisa dikenali oleh alam sadar/otak kiri secara alamiah.
Dari dua cara diatas, akan banyak diturunkan berbagai teknik hipnosis
berbasis pola kata. Dalam bahasa awam metode ini juga disebut ilmu sugesti,
atau sugestologi. Apa manfaatnya hal ini dalam advokasi?
Sudah diketahui bersama, tidak semua dagangan yang bagus di dunia ini akan
langsung laku. Diperlukan teknik pemasaran yang sama bagus-nya dengan
kualitas dagangan kita. Tidak semua isu advokasi yang bagus menurut kita,
akan terlihat/terasa/terdengar bagus bagi stakeholder. Kemampuan kita
membingkai dagangan akan menjadi skil yang berguna untuk suksesnya
sebuah advokasi.

143

Bacaan Pengantar untuk Fasilitator


RINGKASAN ALUR SESI
TOPIK

TUJUAN

Cipta Suasana

•฀

Membangun
suasana (state
of mind)

•฀

Menjelaskan
tujuan sesi

Permainan
Sugesti


•฀

•฀

Menunjukkan
bahwa katakata memiliki
kekuatan sugesti.

WAKTU

•฀

Mempelajari 10
kalimat persuasi.

•฀

Mempraktakkan
10 konteks

advokasi.

•฀

Bahan presentasi

Mengajak peserta
mengalami
sugesti secara
sederhana.

ALAT
BANTU

METODE

Materi Teknik
Sugesti

•฀


Kisah

•฀

Ceramah

•฀

Ceramah

•฀

Praktak langsung

5”

5”

40”


Diskusi

•฀

Membuka
wacana untuk
memperluas
pemahaman.

10”

144

Bacaan Pengantar untuk Fasilitator

PROSES LENGKAP
No

Kegiatan


1.

Cipta Suasana

Keterangan

•฀ Berdiri di depan, ucapkan kalimat pembukaan
yang positif, hangat, apresiatif, segar dan
mantap.
•฀ Ajukan beberapa pertanyaan sederhana untuk
memancing partisipasi dan perhatian.
o Misalnya, “Semua sudah menggunakan
name tag ?”
•฀ Ceritakan dengan gaya berkisah cerita tentang
“Orang mati di dalam mobil es yang rusak”
2.

Analisa Media
•฀ Lakukan permainan kata untuk menunjukkan efek
sugesti/hipnotik:
•฀ Katakan, “Kita akan bermain tanya jawab, tolong
setiap kali saya bertanya dijawab dengan keras
dan bersama-sama. Setuju?”
•฀ “Setiap pertanyaan hanya dijawab dengan satu
kata saja!”
•฀ Tanyakan: ”Benda seperti tulang tipis yang ada
di ujung jari manusia disebut?” ePeserta akan
menjawab “Kuku….”

•฀ Tanyakan: ”Anaknya anak kita, disebut apa?” e
“Cucu…”
•฀ Ok pertanyaan terakhir, jawab cepat “Sapi
minumnya apa???” e peserta akan menjawab e
“Susu!”
•฀ Katakan: “Kok Susu? Bukannya sapi minumnya
air?”

3.

Pertanyaan Pengarah
•฀ Apa penyebab orang menjawab susu bukan air?
•฀ Apalagi contoh lain di percakapan sehari-hari?

4.

Penjelasan Materi Sugesti

Karena terbawa efek
sugesti dari bunyi suara
yang mirip sebelumnya.

145

Bacaan Pengantar untuk Fasilitator

PROSES LENGKAP
No

Kegiatan

Keterangan

•฀ Jelaskan materi mengenai sugesti.
•฀ Berikan contoh-contoh yang relevan dan
situasional.
•฀ Jika perlu gunakan potongan koran, potongan film
sebagai bahan ilustrasi.

5.

Praktek Langsung
•฀ Pada setiap contoh, peserta langsung diminta
memraktekkan dengan cara menulis satu kalimat
yang menggunakan kata yang diajarkan.
Sebaiknya contoh aplikasinya langsung pada
persoalan advokasi.
•฀ Pada akhir sesi, peserta diminta melakukan
“compounding”, yakni menumpuk-numpuk kalimat
sugesti menjadi suatu kalimat panjang yang
dirangkaikan. Misalnya:
o “Alangkah baiknya apabila dalam forum ini
kita bisa semakin erat kerja samanya, karena
sudah jelas bahwa kodrat manusia adalah
untuk.... dst.”

6.

Diskusi dan Kesimpulan

CATATAN
Harus jelas bagi peserta bahwa ilmu hipnosis memiliki akar yang sama dengan
sugesti. Ilmu hipnosis bukan ilmu gaib atau mistik, tapi ilmu komunikasi persuasif
yang menggunakan kata-kata kunci tertentu, body language dan intonasi yang tepat.
Ilmu gaib yang mirip hipnosis sering dipakai untuk menipu orang dalam berita-berita
koran termasuk dalam kategori ilmu hitam disebut gendam, cablek, dll.

VARIASI
Jika waktu tersedia cukup panjang, minta setiap orang menyusun kalimat dengan
menggunakan frasa-frasa sugestif tersebut.

146

LAMPIRAN

Lampiran

Kisah Orang Mati di Mobil Es Rusak
Pada suatu malam, segerombol pemuda bandel pulang dari pesta. Salah
satu dari mereka adalah pemuda yang penakut sekalipun umurnya lebih
tua dibanding yang lain. Saat mereka melalui lokasi parkir mobil boks
berpendingin (freezer) untuk membekukan ice cream, mereka iseng
membukanya untuk mencuri isinya. Namun ternyata semua mobil itu kosong.
Akhirnya keisengan mereka disalurkan untuk menakuti rekannya yang
penakut itu, didorongnya ia ke dalam salah satu mobil boks berpendingin
itu dan dikunci di dalamnya. Mereka tahu bahwa pendingin itu rusak dan
ada angin yang mengalir di salah satu lobang di atas mobil itu. Rencananya
mereka akan membuka keesokan paginya sambil diolok-olok. Sambil pergi
mereka berteriak keras-keras “Kamu akan mati kedinginan di dalam mobil
boks freezer ini!”
Ironisnya, pemuda yang ditinggal ini tidak tahu bahwa mesin pendingin
(freezer) di mobil itu sudah rusak. Bahkan saking takutnya ia mengira aliran
angin malam yang masuk melalui lubang diatas sebagai semburan hawa
dingin dari freezer itu. Setelah berteriak-teriak tanpa hasil selama berjam-jam
akhirnya ia mulai merasa kedinginan dan mulai membeku. Diambilnya kertas
dan bolpen di sakunya dan ditulisnya pesan untuk teman-temannya itu.
Saat pagi, ketika kawan-kawan ini membuka mobil boks itu, alangkah
terkejutnya mereka karena rekannya itu sudah mati beku dalam mobil boks.
Ditangannya ada bolpen dan kertas bertuliskan:
“Kalian semua brengsek, sungguh aku tak tahu apa mau kalian dengan
mengunciku di sini? Mungkin kalian memang ingin membunuhku, kudoakan
kalian akan terbalas dengan cara yang lebih curuk. Oh, malam ini tubuhku
terus mendingin dan membeku perlahan-lahan karena berada di dalam
freezer ini. Sungguh semburan hawa dingin dari atas luar biasa dinginnya.
Selamat tinggal.”
Saat diotopsi, dokter di rumah sakit yakin bahwa tubuh pemuda ini meninggal
karena membeku. Yang mengherankan adalah mobil boks itu sistem
pendinginnya sudah rusak dan tidak berfungsi sama sekali.

Moral Cerita:
•฀ Sugesti memiliki kekuatan yang luar biasa, apalagi sugesti diri yang
diyakini secara kuat.
•฀ Jika bersedia mempelajarinya, kata-kata kita memiliki kekuatan sugesti
pada orang lain dan pada kita sendiri.
•฀ Kekuatan sugesti ini akan menjadi positif atau negatif tergantung dari
orang yang menggunakannya.

147

MATERI
PRESENTASI

Lampiran

Bahasa Sugestif berbasis NLP
1. Teknik Menghidupkan Statistik
Berguna untuk mengupas akibat yang lebih dramatis/mengarahkan
penafsiran. Saat Anda memaparkan data-data, jangan biarkan pembaca
kesulitan mencerna. Buatlah kalimat dengan cara mengikuti angka-angka
statistik dengan menggunakan frasa sebagai berikut:
•฀ Otomatis
•฀ Akibatnya
•฀ Sehingga
•฀ Dengan demikian
•฀ Akhirnya tidak heran jika
•฀ dll
Contoh:
•฀ “Hanya 40% anak lahir di Indonesia yang punya akta lahir.”
Buat kalimat dengan menghidupkan statistik:
•฀ “Hanya 40% anak lahir di Indonesia yang punya akta lahir, dengan
demikian lebih dari separuh dari total kelahiran anak tidak tercatat,
akibatnya secara otomatis kualitas vital statistik kita amat jelek bagi
sumber perencanaan pembangunan.”
2. Sudut pandang statistik
Statistik adalah alat generalisasi yang ampuh, dalam menyajikan suatu angka,
pilihlah sudut pandang yang paling dramatis/paling berefek:

Data: Hanya 30% anak yang punya akta.
Ubah sudut pandangnya agar lebih dramatis:
•฀ Hanya 1/3 anak yang punya akta
•฀ Jumlah anak yang punya akta adalah 1: 3
•฀ Ada 70% yang tidak punya akta
•฀ 7 dari 10 tidak punya akta
3. Generalisasi Subjek
Mengubah subjek menjadi umum atau kabur. Tujuannya memunculkan efek
lebih luas. Misalnya ada peristiwa di mana beberapa orang tua mengeluhkan
tingginya biaya mengurus Kutipan Akta Kelahiran di provinsi X.

148

Lampiran

Kalimat asli:
“Beberapa orang tua mengeluhkan tingginya biaya pengurusan Akta kelahiran
anak di provinsi X”. “.

Ubah menjadi:
“Masyarakat mengeluhkan tingginya biaya pengurusan Akta kelahiran di provinsi X”.

4. Metafora/analogi
Memiliki beberapa fungsi:
a) Berguna mempermudah seseorang untuk mengerti atas sebuah
pengertian yang rumit. Misalnya: Mesin fax itu mirip fotokopi jarak jauh
yang dihubungkan melalui kabel telepon.
b) Membuat seseorang menerapkan sendiri pada situasinya (mendapatkan
insight) atas suatu hal.
Metafora tidak selalu harus menggunakan suatu pribahasa, namun bisa
menciptakan sendiri suatu relasi hubungan kemiripan dengan peristiwa/
fenomena lain. Biasanya ditandai dengan kata mirip, seperti, bagaikan,
umpamanya, dll.

Contoh
•฀ Setiap awal modul di buku Panduan ini selalu menggunakan metafora/analogi
untuk mempermudah masuk ke benak peserta pelatihan. (Perhatikan di
bagian Cipta Suasana)

5. Presuposisi peningkatan
Digunakan untuk memunculkan pesan bawah sadar bahwa suatu hal sudah
terjadi atau sedang meningkat intensitasnya, dengan cara menggunakan kata
“mulai” atau “semakin” .
Contoh sebuah surat kabar menulis “Pemilu mulai menelan korban.”, maka pesan
bawah sadar dari berita ini adalah “akan menelan korban lagi.” Hal ini tidak perlu
dikatakan, namun pembaca sudah otomatis menyimpulkan.

Contoh Penggunaan:
•฀ “Kami merasa senang, kedatangan kami di DPRD ini disambut dengan baik,
hubungan baik ini mulai terwujud di antara kita…”

149

Lampiran

Contoh lain, koran menulis “Kondisi masyarakat di sekitar luapan lumpur
Lapindo semakin memburuk”. Maka tanpa perlu dikatakan, pembaca akan
menyimpulkan bahwa tadinya sudah buruk, meningkat makin buruk dan akan
menjadi-jadi.

Contoh penggunaan:
•฀ “Melihat respon Bapak Walikota, kami semakin yakin saat ini perhatian
akan hak anak semakin besar di kalangan eksekutif.

6. Ilusi Pilihan
Merupakan teknik untuk mendapatkan persetujuan orang lain, tanpa bertanya
setuju atau tidak. Dilakukan dengan cara memberikan dua pilihan (yang
keduanya adalah tujuan kita), dengan menggunakan kata sambung “atau”.
Pembaca /pendengar dikondisikan untuk berpikir bahwa dirinya sudah setuju.
Misalnya, Anda ingin menyuruh anak Anda untuk mandi, hindari mengatakan
“Adik mau mandi kan?”. Pertanyaan ini memberikan ide pada anak bahwa ia
punya pilihan untuk menolak, karena pilihannya adalah ya dan tidak.
Jauh lebih baik jika dikatakan dengan cara ilusi pilihan: “Adik mau mandi
sendiri atau dimandiin”. Dalam menanggapi pertanyaan ini, anak diarahkan
menjawab mau mandi, pikiran fokus pada pilihan sendiri atau dengan
orang lain.

Contoh penerapan:
Setelah menjelaskan panjang lebar dan berdiskusi mengenai pentingnya
Perda tertentu, jangan mengatakan, “Jadi apakah usulan kami untuk
menerbitkan Perda ini disetujui?” Alih-alih mengatakan begitu, katakan:
“Anggota dewan yang terhormat, kami di sini membawa contoh beberapa
Perda yang berasal dari kabupaten lain. Kami tidak tahu apakah Bapak Ibu
lebih senang mempelajari sendiri Perda-perda itu, atau kami bantu dengan
kajian dan sekaligus menyusunkan draft awal Raperda-nya.” Intinya adalah,
apapun pilihannya, maka akan ada pembahasan Perda.

7. Frasa Afirmatif
Dipakai untuk meningkatkan efek “tak terbantahkan …”, mengurangi
resistensi. Caranya adalah tambahkan frasa berikut ini di awal kalimat yang
akan Anda katakan pada orang lain:

150

Lampiran

•฀ Sudah jelas bahwa
•฀ Sudah menjadi rahasia umum
•฀ Telah diketahui bersama
•฀ Sudah tradisi
•฀ Sudah disepakati
•฀ Tak dapat dielakkan lagi
•฀ Sudah dimaklumi
•฀ Niscaya

8. Judgement yang Disembunyikan
Dalam berargumentasi, sering kali seseorang mengatakan: “Menurut
pendapat saya….” Atau “Menurut hemat kami…”. Frasa ini amat tidak efektif,
karena akan menimbulkan efek ingin menonjolkan diri pembicara.
Jauh lebih baik jika frasa tadi dihilangkan, dan langsung mengatakan kalimat
yang diawali dengan kata-kata sebagai berikut:
•฀ Sungguh bagus sekali untuk…
•฀ Alangkah baiknya …
•฀ Alangkah bijaksananya, jika…

Merupakan sebuah judgement nilai yang tidak jelas siapa pembicaranya.
Ini akan menimbulkan efek seolah sudah diterima semua orang.

9. Power Questions
Untuk mengurangi resistensi, perintah/saran dapat diperhalus dengan
cara mengartikulasikannya sebagai suatu pertanyaan. Kalimat disusun
dengan cara menanyakan apakah kondisi yang diinginkan sudah tercapai/
dapat dilakukan.
Contoh:
“Apakah pintu ruangan ini sebaiknya ditutup karena suara di luar
mengganggu?”. Pertanyaan ini akan ditanggapi dengan cara menutup pintu
oleh orang yang ditanya. Saat ia menutup pintu tidak akan merasakan
terpaksa, namun merasa muncul ide dari dalam sendiri (self sugesti).
Dalam membuat perintah berbentuk pertanyaan, tindakan yang diperintahkan
harus berupa suatu tindakan yang bisa dikerjakan saat itu juga.

151

Lampiran

Contoh penggunaan:
“Jadi bisakah kita melangkah pada pembicaraan teknik penyusunan
PERDA?”
“Apakah kita bisa mulai rapat ini sekarang?”

10. Frasa Berbahaya
Untuk menjadikan presentasi makin efektif, hindari menggunakan kata-kata/
frasa ini:
a) Terus terang saja/Jujur saja
b) Sebenarnya/sebetulnya
c) Tapi, nggak, tidak

Kata-kata (a) dan (b), akan menimbulkan perasaan bawah sadar yang tidak
nyaman bagi pendengarnya. Mereka akan merasa aneh, berarti selama ini
kita tidak terus terang, tidak jujur, tidak mengatakan yang sebenarnya,
dan sebagainya.
Kata-kata (c) perlu dihindarkan sebagai kata-kata awal yang cenderung
dikatakan saat menanggapi suatu keberatan. Kata-kata ini akan memicu
perasaan ditolak, disangkal, tidak disetujui.

152

Lampiran