RINGKASAN MATERI UNTUK KELAS PENGANTAR M

RINGKASAN MATERI UNTUK KELAS PENGANTAR METODE KUALITATIF
Oleh: Michael Seno Rahardanto1
Fak. Psikologi Unika Widya Mandala Surabaya
Abstraksi
Psikologi, sebagai suatu ilmu, melandaskan daya deskripsi, prediksi, eksplanasi dan intervensinya berdasarkan
data yang empirik. Praktik yang berfokus pada data (evidence-based practice) inilah yang menjadikan psikologi
sebagai suatu ilmu yang ilmiah dan dapat dipertanggungjawabkan kebenaran dan kemaslahatannya. Terkait
tuntutan tersebut, para pembelajar ilmu psikologi, khususnya di level universitas, didorong memiliki
pengetahuan dan keterampilan untuk melakukan penelitian ilmiah, yang melibatkan analisis masalah,
perumusan kajian teoretik, pengambilan data, penganalisisan data, dan pembuatan kesimpulan penelitian.
Dengan kemampuan melakukan penelitian, para pembelajar ilmu psikologi memiliki bekal untuk melakukan
deskripsi, prediksi, eksplanasi dan intervensi yang ilmiah. Terdapat dua pendekatan utama dalam penelitian
ilmiah di ranah psikologi, yaitu pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Pendekatan kuantitatif
berbasis paradigma positivistik, sedangkan pendekatan kualitatif berbasis paradigma konstruktivisme sosial.
Kedua pendekatan ini saling melengkapi, sebab memiliki kekuatan dan kelemahan masing-masing. Sebagai
salah satu pendekatan yang wajib dikuasai para pembelajar psikologi, pendekatan kualitatif memiliki kekhasan
dalam menggali atau mengeksplorasi keunikan fenomenologis partisipan penelitian, dan tidak berfokus ke
generalisasi data ke populasi, melainkan menghasilkan data yang sedapat-dapatnya mencerminkan kekhasan
individu, peristiwa, atau komunitas yang diteliti, yang hasilnya dapat diekstrapolasikan untuk melengkapi
khasanah teori yang sudah ada, atau bahkan dapat memperkaya teori baru (seperti yang dilakukan Sigmund
Freud, yang menghasilkan teori psikoanalisis dari observasi dan interview-nya terhadap para pasiennya, dan

Jean Piaget, yang menghasilkan teori perkembangan dari observasi dan interview terhadap tiga anaknya).
Permasalahan yang ada ialah bahwa fleksibilitas metode kualitatif terkadang membingungkan peneliti,
khususnya peneliti pemula. Sebenarnya standar-standar penelitian kualitatif sudah ada, namun membutuhkan
usaha ekstra dari pihak pembelajar. Artikel ini merupakan upaya untuk merangkum standar-standar tersebut.
Kata kunci: penelitian kualitatif, fenomenologi, studi kasus, etnografi, social constructionism

Pengantar
Metode kualitatif/social constructionism/ idiographic ialah metode yang berfokus ke
penggalian data secara alamiah dari informan/ narasumber, tanpa menggunakan perantara seperti
angket. Dengan kata lain, instrumen pengambil data itu ialah si peneliti sendiri. Metode ini berawal
dari sosiologi dan antropologi, namun semenjak 1950-an mulai marak dalam psikologi. (Catatan:
Bagian pengantar ini saya ambil dari buku Lyons & Coyle, 2007).
Sebagai pengantar, Anda perlu memahami dua paradigma dasar dalam penelitian psikologi.
Paradigma yang pertama ialah paradigma kuantitatif. Gagasan dasar paradigma kuantitatif dapat
ditelusuri ke pernyataan terkenal Thorndike: If something exists, it exists in some quantity, and if it
exists in some quantity, it can be measured (Jika sesuatu itu ada, pasti punya jumlah/ukuran
tertentu, sehingga bisa dihitung/diukur). Paradigma kuantitatif dikenal dengan nama paradigma
positivistik. Artinya, sesuatu itu ada (exist/ eksis) bila bisa diobservasi, diukur, dihitung. Istilah
lainnya untuk menyebut paradigma kuantitatif ialah nomotetik, yang berasal dari bahasa Yunani
o os huku . No otetik erarti adanya tujuan untuk membuat hukum-hukum yang berfungsi

secara universal (luas). Ini memang merupakan ciri khas penelitian kuantitatif, yakni membuat
generalisasi—hasil penelitian digeneralisasi ke populasi.
Metode kualitatif menganut paradigma social constructionism. Artinya, menyadari bahwa
perilaku manusia itu dibentuk oleh lingkungan sosial, dan setiap orang memiliki nilai-nilai yang
1

Pertanyaan atau komentar terkait artikel ini dapat dikirimkan via korespondensi surat elektronik (e-mail) ke
michaelsenorahardanto@live.com atau no 085643594796

berbeda sesuai bentukan lingkungannya. Istilah lainnya untuk menyebut paradigma kualitatif ialah
idiografis, yang berasal dari ahasa Yu a i idios u ik . Arti ya, pe elitia kualitatif e deru g
bertujuan memahami keunikan individu, dan tidak terlalu tertarik dengan generalisasi hasil
penelitian.
Perbedaan tujuan penelitian kuantitatif dan kualitatif
Penelitian kuantitatif bertujuan membuat generalisasi (hasil penelitian diperluas dari sampel
ke populasi), sedangkan penelitian kualitatif tidak tertarik dengan isu generalisasi, dan lebih
berminat pada ekstrapolasi (hasil penelitian diperluas ke teori) (Patton, 1990).
Contoh:
Seorang peneliti ingin mengeksplorasi tema hubungan antara status sosioekonomik (tingkat
penghasilan, tingkat pendidikan) dengan keikutsertaan dalam Pemilu.

Tema tersebut bisa diteliti secara kuantitatif dan kualitatif.
Bila peneliti menggunakan kuantitatif, ia menentukan populasi lebih dahulu (misalnya:
pemilih di propinsi Jawa Timur). Lalu ia menentukan sampel (misalnya dengan cluster sampling, ia
memilih kota Surabaya dan Mojokerto). Apapun hasil penelitiannya nanti, si peneliti akan
menggeneralisasikan ke populasi. Contohnya, ia menemukan bahwa di Surabaya dan Mojokerto, ada
hubungan positif antara status sosioekonomik dengan keikutsertaan dalam Pemilu. Dengan kata lain,
semakin tinggi tingkat penghasilan seseorang, semakin tinggi kemungkinan ia tidak golput dalam
Pemilu. Meskipun hasil penelitian ini diperoleh di Surabaya dan Mojokerto, namun peneliti
menggeneralisasikannya ke seluruh populasi (semua pemilih di Jawa Timur). Tentu saja, generalisasi
hanya berjalan optimal apabila populasi dan sampel dipilih dengan cermat.
Bila peneliti menggunakan metode kualitatif, ia tidak bertujuan membuat generalisasi. Ia
ingin mengeksplorasi keunikan informan/ unit penelitian dalam konteks sehari-hari informan atau
unit penelitian tersebt. Contohnya, ia mewawancarai tiga orang tukang becak di Surabaya, yang
pendidikannya sekolah dasar. Ia mencari pemaknaan pribadi ketiga orang informan itu tentang
Pemilu. Apa pandangan mereka tentang Pemilu? Apa yang menyebabkan mereka memilih? Siapa
yang mereka pilih dalam Pemilu? Bagaimana proses mereka menentukan pilihan tersebut? Lambatlaun (bila sudah terkumpul cukup informan), hasil penelitian tersebut bisa diekstrapolasi. Artinya,
bisa dipindahkan ke konteks lain atau dijadikan suatu teori---misalnya, teori pengambilan keputusan.
Bila Anda bingung dengan konsep ekstrapolasi, ingatlah penelitian yang dilakukan Sigmund
Freud dan Jean Piaget. Sigmund Freud meneliti