PENGARUH INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DAN JUMLAH PENGANGGURAN TERHADAP JUMLAH PENDUDUK MISKIN DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN 2002-2012

(1)

ABSTRAK

PENGARUH INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DAN JUMLAH PENGANGGURAN TERHADAP JUMLAH PENDUDUK MISKIN DI

KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN 2002-2012

Oleh

TRIYA PUTRI GUNAYATI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM), jumlah pengangguran (JP) terhadap jumlah penduduk miskin (JPM) di Kabupaten Lampung Selatan. Data yang digunakan adalah data sekunder runtun waktu (time series) selama periode 2002-2012. Pengujian hipotesis digunakan dengan pendekatan uji asumsi klasik, hipotesis dan Ordinary Least Square (OLS) dengan menggunakan Eviews 4.1

Hasil analisis dari penelitian ini menunjukan bahwa variabel Indeks Pembangunan Manusia tidak berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah penduduk miskin di Kabupaten Lampung Selatan . Sedangkan variabel jumlah pengangguran berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah penduduk miskin di Kabupaten Lampung Selatan. Dari penelitian ini selain memberikan hasil estimasi juga dapat menyimpulkan beberapa langkah kongkrit yang harus dilakukan pemerintah berkaitan dengan

peningkatan pembangunan manusia. Untuk menunjang kualitas sumber daya manusia terutama dalam aspek kesehatan, pendidikan, dan pendapatan masyarakat yang lebih baik.

Kata Kunci : Indeks Pembangunan Manusia, Jumlah Pengangguran, Jumlah Penduduk Miskin.


(2)

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF HUMAN DEVELOPMENT INDEX AND THE UNEMPLOYMENT RATE TO THE NUMBER OF POOR PEOPLE IN SOUTH

LAMPUNG 2002-2012

By :

TRIYA PUTRI GUNAYATI

This research was meant to find out the influence of human development index ( IPM ), the unemployment rate ( JP ) against number of poor people ( JPM ) in the county of south lampung. The data used is data secondary runtun time ( time series ) during a period of 2002-2012. The testing of hypotheses used with the approach of the classical, the assumption the hypothesis and ordinary least square ( ols ) by using eviews 4.1

The results of the analysis of the research this really shows you that the variable human development index do not affect in significantly to the number of poor in lampung southern district. While the unemployment rate variables influence significantly to the number of poor in lampung southern district. Besides giving the results of this research also can conclude an estimation of some concrete steps that must be conducted by government relating to increase human development to support the quality of human resources especially in the aspect of health education and better community income

Keywords : Human Development Index, Unemployment Rate , Number of Poor People.


(3)

PENGARUH INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DAN JUMLAH PENGANGGURAN TERHADAP JUMLAH PENDUDUK MISKIN DI

KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN 2002-2012

Oleh

TRIYA PUTRI GUNAYATI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA EKONOMI

Pada

Jurusan Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2014


(4)

(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Bandar Lampung pada tanggal 14 agustus 1992, sebagai anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan almarhum Bapak Erdy Gunawan dan almarhumah Ibu Boniyati.

Penulis memulai Pendidikanya di Taman Kanak-Kanak Negeri (TK.N) Pembina II Bandar Lampung diselesaikan tahun 1998, setelah itu penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri (SD.N) 2 Rawa Laut Kota Bandar Lampung yang

diselesaikan pada tahun 2004. Selanjutnya, penulis meneruskan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMP.N) 4 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2007, dan selanjutnya pada tahun yang sama penulis meneruskan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMA.N) 12 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2010. Pada tahun 2010, penulis diterima menjadi mahasiswi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) .

Pada Tahun 2013, penulis mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Sukajaya Kecamatan Lempasing, Pesawaran.


(8)

PERSEMBAHAN

Puji syukur kepada Allah SWT yang Maha Pengasih dan Penyayang, Dengan segenap ketulusan dan rasa syukur kupersembahkan karya yang sederhana tapi berharga

bagiku ini kepada :

Ayah dan Ibu tercinta, yang selalu memberikan cinta dan kasih sayang, dukungan, pelajaran, motivasi terbesar dalam hidupku, yang telah mengiringiku dengan doa

dalam setiap hembusan nafas dan langkahku.

Kakak-kakaku tersayang dan keluarga besarku yang selalu memberikan dukungan dan semangat untukku.

Sahabat- sahabatku tersayang, yang telah memberikan warna-warni dalam hidupku dan selalu ada pada saat susah ataupun senang.


(9)

MOTO

“Do Good and Good Will Come To You ” (Triya Putri Gunayati)

“Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah”

(Thomas Alva Edison)

“Allah tidak membebani seseorang itu melainkan sesuai dengan kesanggupannya”


(10)

SANWACANA

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan semua ini sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Jumlah

Pengangguran Terhadap Jumlah Penduduk Miskin di Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2002-2012” sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang tulus kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan, dukungan, dan bantuan selama proses penyelesaian skripsi ini. Secara khusus, penulis ucapkan terimakasih kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Hi. Satria Bangsawan, S.E., M.Si. selaku Dekan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

2. Bapak Dr.Syahfirin Abdullah, S.E., M.Si sebagai Pembimbing Skripsi yang telah sabar memberikan masukan, nasehat dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

3. Bapak Muhammad Husaini, S.E., M.Si. sebagai Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan.


(11)

yang telah diberikan untuk penyempurnaan skripsi ini.

5. Bapak Dr. I Wayan Suparta, S.E., M.Si. selaku Dosen Pembimbing Akademik penulis.

6. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Lampung, khususnya dosen Jurusan Ekonomi Pembangunan yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang tidak ternilai kepada penulis.

7. Seluruh staf administrasi Fakultas Ekonomi Universitas Lampung yang telah banyak membantu selama penulis menempuh pendidikan.

8. Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung dan Perpustakaan Universitas Lampung atas kesediaannya membantu selama pengumpulan data skripsi ini. 9. Orang tuaku Tercinta, almarhum Ayahanda Erdy Gunawan dan almarhumah

ibu tercinta Boniyati, Kakak-kakakku Angga Yoestiesia, S.E dan Reflik Dwiajie, S.E atas semua limpahan kasih sayang dan kesabaran, dukungan, perhatian, doa, dan pengorbanan yang selalu diberikan dengan tulus kepada anak dan adiknya.

10. Prayudha Ananta, S.E.,M.Si selaku Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis terimakasih telah membantu penulis memperbaiki dan menyelesaikan skripsi. 11.Sahabat-sahabatku: Adit, Hasa, Uni, Ninda, Murni, Frisca, Rabia, Maya

Arisantika dan Riris. Terima kasih karena tidak bosan membantu dan memberi semangat untuk menyelesaikan skripsi.

12.Sahabat EP 2010 : Claudya, Ata, Astri, Citra, Naya, Nurul, Hasti, Hadi, Angga, Deni, Dinasty, Andhyka, Irfan, Imaniar dan Wuri.


(12)

13.Teman-teman EP 2010 : Hasby, Yogi, Levy, Sandi, Yanu, Alex, Ega dan teman-teman penulis angkatan 2009, 2010 yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih dukungan semangat, doa, dan kebersamaanya. 14.Keluarga „KKN Sukajaya‟ Lempasing: Rian, Septia, Ayu, Ade, Reni, Gusti,

Tirta, Astri, Bunga. Terimakasih untuk semua pengalaman dan pelajaran hidupnya..

15.Semua pihak yang telah membantu demi terselesaikannya skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah memberikan bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung.

Semoga Allah SWT memberikan balasan terbaik atas segala bantuan yang telah diberikan, dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.

Bandar Lampung, Desember 2014 Penulis,


(13)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... vi

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... .. 11

C. Tujuan Penelitian ... 12

D. Manfaat Penelitian ... 12

E. Kerangka Pemikiran ... 13

F. Hipotesis ... 15

G. Sistematika Penulisan ... 16

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 17

A. Definisi Kemiskinan ... 17

1. Ukuran Kemiskinan ... 23

2. Penyebab Kemiskinan ... 23

B. Definisi Indeks Pembangunan Manusia ... 28

1. Indeks Harapan Hidup... 30

2. Indeks Pendidikan ... 31

3. Indeks Standar Hidup Layak ... 32

C. Definisi Pengangguran ... 32

D. Penelitian Terdahulu ... 36

III. METODE PENELITIAN ... 40

A. Jenis dan Sumber Data ... 40

B. Metode Pengumpulan Data ... 40

C. Variabel Penelitian ... 41

D. Definisi Operasional Variabel ... 41

E. Alat Analisis ... 43

1. Analisis Regresi ... 44

2. Uji Asumsi Klasik ... 45

a.) Uji Normalitas... ... 45


(14)

c.) Uji Autokorelasi... ... 47

3. Uji Statistik ... 48

a.) Uji Parsial (Uji-t) ... ... 48

b.) Uji Keseluruhan (Uji-f) ... ... 49

c.) Uji Koefisien Determinasi... ... 50

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 51

A. Hasil Estimasi ... 51

B. Hasil Uji Asumsi Klasik ... 52

a.) Uji Normalitas... ... 52

b.) Uji Multikolinearitas... ... 53

d.) Uji Autokorelasi... ... 54

C. Hasil Uji Hipotesis ... 55

a.) Uji Parsial (Uji-t) ... ... 55

b) Uji Keseluruhan (Uji-f) ... ... 56

c.) Uji Koefisien Determinasi... ... 57

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 58

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 61

A. Simpulan ... 61

B. Saran ... 61

DAFTAR PUSTAKA ... 64


(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Indonesia Tahun 1997-2006

(Juta dan Persen) ……….. ... ………. 3

Tabel 2. Persentase Penduduk Miskin Menurut Provinsi di Wilayah Sumatera Tahun 2008-2012………... 5

Tabel 3. Nama Variabel, Simbol, Satuan Pengukuran dan Sumber Data... 41

Tabel 4. Hasil Uji Multikolinearitas……….54

Tabel 5. Hasil Uji Autokorelasi Dengan Menggunakan LM test…………………55

Tabel 6. Hasil Uji t-Statistik………56

Tabel 7. Hasil Uji F-Statistik………... .57

Tabel 8. Angka Partisipasi Sekolah menurut Kelompok Umur di Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2009-2012 (Persen) ………... 58


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Hasil Uji OLS pada variabel IPM, JP dan JPM……….. ... ………..L1 2. Uji Normalitas………...L2 3. Hasil Uji Multikolinearitas………...L3 4. Uji Autokorelasi………..…………………..L4 5. Data Jumlah Penduduk Miskin, Jumlah Pengangguran dan Indeks Pembangunan

Manusia di Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2002-2012………L5 6. Titik Persentase Distribusi Chi-Square untuk df 1-30………... L6 7. Titik Persentase Distribusi t (df = 1 – 40)………….………... L7 8. Titik Persentase Distribusi F Untuk Probabilita = 0,10………....L8


(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian……….. ... 15 Gambar 2. Jumlah Penduduk Miskin di Kabupaten Lampung Selatan Tahun

2002-2012 (Ribuan Jiwa)... 6 Gambar 3. Persentase Indeks Pembangunan Manusia di Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2002-2012 (Persen)……..……… 8 Gambar 4. Jumlah Pengangguran di Kabupaten Lampung Selatan Tahun

2002-2012 (Ribuan Jiwa)……….. ... 10 Gambar 5. Hasil Uji Normalitas………..………... 52


(18)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Proses pembangunan memerlukan Gross National Product (GNP) yang tinggi dan pertumbuhan ekonomi yang cepat. Di banyak negara syarat utama bagi terciptanya penurunan kemiskinan yang tetap adalah pertumbuhan ekonomi. Pada umumnya di negara berkembang seperti Indonesia permasalahan pendapatan yang rendah dengan masalah kemiskinan merupakan permasalahan utama dalam

pembangunan ekonomi. Dalam tujuan ekonomi masalah tersebut dinyatakan

bersamaan sehingga menjadi satu kalimat yaitu peningkatan pendapatan nasional dan pengurangan kemiskinan(Suharjo,1997).

Kemiskinan sebagai suatu penyakit sosial ekonomi tidak hanya dialami oleh negara-negara yang sedang berkembang, tetapi juga negara-negara maju, seperti Inggris dan Amerika Serikat. Negara Inggris mengalami kemiskinan di penghujung tahun 1700-an pada era kebangkitan revolusi industri yang muncul di Eropa. Pada masa itu kaum miskin di Inggris berasal dari tenaga-tenaga kerja pabrik yang sebelumnya sebagai petani yang mendapatkan upah rendah, sehingga kemampuan daya belinya juga rendah. Mereka umumnya tinggal di permukiman kumuh yang rawan terhadap penyakit sosial lainnya, seperti prostitusi, kriminalitas, pengangguran.


(19)

Kemiskinan harus diakui memang terus menjadi masalah fenomenal sepanjang sejarah Indonesia sebagai negara berkembang, bahkan hampir seluruh energi dihabiskan hanya untuk mengurus persoalan kemiskinan. Yang menjadi pertanyaan sekarang ini adalah, mengapa masalah kemiskinan seakan tak pernah habis, sehingga di negara ini, rasanya tidak ada persoalan yang lebih besar, selain persoalan

kemiskinan. Kemiskinan telah membuat jutaan anak-anak tidak bisa mengenyam pendidikan yang berkualitas, kesulitan membiayai kesehatan, kurangnya tabungan dan tidak adanya investasi, kurangnya akses ke pelayanan publik, kurangnya lapangan pekerjaan, kurangnya jaminan sosial dan perlindungan terhadap keluarga, menguatnya arus perpindahan dari desa ke kota dengan tujuan memperbaiki

kehidupan, dan yang lebih parah, kemiskinan menyebabkan jutaan rakyat memenuhi kebutuhan pangan, sandang dan papan secara terbatas.

Kemiskinan di Indonesia merupakan salah satu penyakit dalam ekonomi,

sehingga harus disembuhkan atau paling tidak dikurangi. Permasalahan kemiskinan memang merupakan permasalahan yang kompleks dan bersifat multidimensional. Oleh karena itu, upaya pengentasan kemiskinan harus dilakukan secara komprehensif, mencakup berbagai aspek kehidupan masyarakat, dan dilaksanakan secara terpadu. Istilah kemiskinan muncul ketika seseorang atau sekelompok orang tidak mampu mencukupi tingkat kemakmuran ekonomi yang dianggap sebagai kebutuhan minimal dari standar hidup tertentu.


(20)

3

Tabel 1. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Indonesia Tahun 19972006 ( juta dan persen ).

Tahun Jumlah Penduduk Miskin (Juta) Persentase Penduduk Miskin Kota Desa Kota+Desa Kota Desa Kota+Desa

1997 9,42 24,59 34,01 13,39 19,78 17,47

1998 17,60 31,90 49,50 21,92 25,72 24,23

1999 15,64 32,33 47,97 19,41 26,03 23,43

2000 12,30 26,40 38,70 14,60 22,38 19,14

2001 8,60 29,30 37,90 9,76 24,84 18,41

2002 13,30 25,10 38,40 14,46 21,10 18,20

2003 12,20 25,10 37,30 13,57 20,23 17,42

2004 11,40 24,80 36,20 12,13 20,11 16,66

2005 12,40 22,70 35,10 11,37 19,51 15,97

2006 14,29 24,76 39,05 13,36 21,90 17,75

Sumber : Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (susenas)

Tabel 1 menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin di Indonesia lebih banyak didominasi di daerah pedesaan, lebih 2 kali lipat dari perkotaan. jumlah dan

persentase penduduk miskin pada periode 1997‐2006 berfluktuasi dari tahun ke tahun meskipun terlihat adanya kecenderungan menurun pada periode 2001‐2005. Pada periode 1997‐ 1999 jumlah penduduk miskin meningkat sebesar 13,96 juta karena krisis ekonomi, yaitu dari 34,01 juta pada tahun 1997 menjadi 47,97 juta pada tahun 1999.


(21)

Persentase penduduk miskin meningkat dari 17,47 persen menjadi 23,43 persen pada periode yang sama. Pada periode 1999‐2002 terjadi penurunan jumlah penduduk miskin sebesar 9,57 juta, yaitu dari 47,97 juta pada tahun 1999 menjadi 38,40 juta pada tahun 2002. Secara relatif juga terjadi penurunan persentase penduduk miskin dari 23,43 persen pada tahun 1999 menjadi 18,20 persen pada tahun 2002. Penurunan jumlah penduduk miskin juga terjadi pada periode 2002‐ 2005 sebesar 3,3 juta, yaitu dari 38,40 juta pada tahun 2002 menjadi 35,10 juta pada tahun 2005. Persentase penduduk miskin turun dari 18,20 persen pada tahun 2002 menjadi 15,97 persen pada tahun 2005.

Menurut hasil laporan tahunan World Bank, di tingkat dunia penurunan jumlah penduduk miskin di Indonesia termasuk yang tercepat dibandingkan negara lainnya. Tercatat pada rentang 2005 – 2009 Indonesia mampu menurunkan laju rata-rata penurunan jumlah penduduk miskin per tahun sebesar 0,8%, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan pencapaian negara lain semisal Kamboja, Thailand, Cina, dan Brasil yang hanya berada di kisaran 0,1% per tahun. Berikut adalah data Persentase Penduduk Miskin Menurut Provinsi di Wilayah Sumatera Tahun 2008 – Februari 2012 :


(22)

5

Tabel 2. Persentase Penduduk Miskin Menurut Provinsi di Wilayah Sumatera Tahun 2008-2012 (ribuan jiwa).

Provinsi

TAHUN

2008 2009 2010 2011 2012

Aceh 23.53 21.80 20.98 19.57 19.46

Sumatera Utara 12.55 11.51 11.31 11.33 10.67

Sumatera Barat 10.67 9.54 9.50 9.04 8.19

Riau 10.63 9.48 8.65 8.47 8.22

Jambi 9.32 8.77 8.34 8.65 8.42

Sumatera Selatan 17.73 16.28 15.47 14.24 13.78

Bengkulu 20.64 18.59 18.30 17.50 17.70

Lampung 20.98 20.22 18.94 16.93 16.18

Bangka Belitung 8.58 7.46 6.51 5.75 5.53

Kep. Riau 9.18 8.27 8.05 7.40 7.11

Sumber : Susenas, Badan Pusat Statistik .2014

Tabel 2 memperlihatkan bahwa Provinsi Lampung pada Tahun 2012, mempunyai persentase kemiskinan di urut ke-3 dibandingkan provinsi lainnya diwilayah

Sumatera. Tetapi Kemiskinan Provinsi Lampung cenderung menuruh dari tahun 2008 hingga 2012. Perkembangan kemiskinan di Provinsi Lampung dalam kurun waktu 2008-2013, secara absolut menurun sebanyak 428.54 ribu jiwa, dengan jumlah penduduk miskin tahun 2013 (Maret) tercatat sebanyak 1.163 ribu jiwa. Seperti halnya dengan kondisi tingkat kemiskinan dari tahun 2008-2013 menurun dan hingga akhir tahun 2013 mencapai 14,46%. Namun tingkat kemiskinan di Provinsi Lampung


(23)

masih tergolong tinggi jika dibandingkan terhadap rata-rata tingkat kemiskinan nasional (11,37%).

Jumlah penduduk miskin di Provinsi Lampung banyak terkonsentrasi di wilayah pedesaan. Salah satu ciri penduduk desa adalah sumber mata pencahariannya sebagai petani. Salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung yang memiliki jumlah penduduk miskin dalam jumlah yang tinggi adalah Kabupaten Lampung Selatan. Kondisi tersebut bertolak belakang dengan kenyataan bahwa Kabupaten Lampung Selatan merupakan kabupaten yang mempunyai sektor sektor unggulan yang dapat di jadikan daya tarik akan pendapatan daerah tersebut. Contohnya saja sektor pariwisata dan sektor pertanian, komoditas unggulan seperti jagung, padi, singkong.

Berikut adalah Grafik Jumlah Penduduk Miskin di Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2002-2012 :

Gambar 2. Jumlah Penduduk Miskin di Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2002-2012 ( Ribuan Jiwa )

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung

0 100 200 300 400

20022003200420052006200720082009201020112012

Penduduk Miskin


(24)

7

Pada Gambar 2 dapat diperhatikan bahwa jumlah penduduk miskin di Kabupaten Lampung Selatan mengalami keadaan yang tidak stabil. Khususnya pada tahun 2004 ( 222.500 jiwa) yang mengalami penurunan secara signifikan dari tahun 2003 ( 351.200 jiwa) . Kemudian jumlah penduduk miskin kembali melonjak turun pada tahun 2005 sehingga menjadi 329.200 ribuan jiwa dan terus mengalami penurunan kembali sampai tahun 2012 menjadi 165.800 ribuan jiwa. Sejalan dengan sasaran pembangunan , pemerintah berupaya memajukan pembangunan pertanian ke arah struktur produksi komoditas yang lebih beragam melalui berbagai program

diversifikasi pangan untuk menekan tingkat kemiskinan penduduk yang mayoritas tinggal di wilayah pedesaan dan umumnya bekerja di sektor pertanian seperti masyarakat di Kabupaten Lampung Selatan.

Kemiskinan terjadi karena adanya berbagai faktor, salah satunya adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan ukuran capaian pembangunan manusia berbasis sejumlah komponen dasar kualitas hidup. IPM menggambarkan beberapa komponen, yaitu capaian umur panjang dan sehat yang mewakili bidang kesehatan, angka melek huruf, partisipasi sekolah dan rata-rata lamanya bersekolah mengukur kinerja pembangunan bidang pendidikan; dan kemampuan daya beli masyarakat terhadap sejumlah kebutuhan pokok yang dilihat dari rata-rata besarnya pengeluaran per kapita. Kualitas sumber daya manusia juga dapat menjadi faktor penyebab terjadinya penduduk miskin. Kualitas sumber daya manusia dapat dilihat dari indeks kualitas hidup/indeks pembangunan manusia. Pada masyarakat di tinggal di Kabupaten Lampung Selatan, secara rata-rata memiliki


(25)

tingkat pendidikan yang rendah sehingga menciptakan kualitas sumber daya manusia yang rendah pula.

Berikut adalah data Tingkat Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kabupaten Lampung Selatan tahun 2002-2012.

Gambar 3. Persentase Indeks Pembangunan Manusia di Kabupaten Lampung Selatan tahun 2002-2012 ( Persen )

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung

Seiring dengan banyaknya program pemerintah pada sektor pendidikan, kesehatan dan teknologi maka dapat dilihat di Gambar 3, persentase Indeks Pembangunan Manusia di Kabupaten Lampung Selatan terus mengalami peningkatan yang signifikan. Pada tahun 2002 Indeks Pembangunan Manusia sebesar 60,2 persen kemudian terus mengalami peningkatan sampai tahun 2012 sehingga menjadi 70,95 persen. Setiap tahunnya mengalami peningkatan, dilandasi atas kesadaran masyarakat atas pentingnya pendidikan yang layak, kesadaran akan kesehatan diri dan

lingkungan, serta mengikuti perkembangan teknologi yang ada.

50 55 60 65 70 75

Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Indeks Pembangunan Manusia (IPM)


(26)

9

Faktor lain yang juga berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan adalah pengangguran. Salah satu unsur yang menentukan kemakmuran suatu masyarakat adalah tingkat pendapatan. Pendapatan masyarakat mencapai maksimum apabila kondisi tingkat penggunaan tenaga kerja penuh (full employment) dapat terwujud. Menurut Sukirno (2000), Pengangguran akan menimbulkan efek mengurangi pendapatan masyarakat, dan itu akan mengurangi tingkat kemakmuran yang telah tercapai. Semakin turunnya tingkat kemakmuran akan menimbulkan masalah lain yaitu kemiskinan. Fenomena yang terjadi di masyarakat yang tinggal di Kabupaten Lampung Selatan adalah pengangguran yang disebabkan tidak tersedia nya lapangan pekerjaan, pendidikan yang rendah serta tidak mempunyai keahlian khusus yang dapat diandalkan.

Sedangkan Kabupaten Lampung Selatan sendiri mempunyai sektor-sektor pariwisata, sector pertanian yang dapat diunggulkan dan tentunya dapat membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakatnya. Di sektor informal seperti pertanian, peningkatan keterampilan dan keahlian tenaga kerja akan mampu meningkatan hasil pertanian, karena tenaga kerja yang terampil mampu bekerja lebih efisien. Pada akhirnya seseorang yang memiliki produktivitas tinggi akan memperoleh kesejahteraan yang lebih baik, yang diperlihatkan melalui peningkatan pendapatan maupun konsumsinya. Berikut adalah data Jumlah Pengangguran Terbuka di Kabupaten Lampung Selatan pada tahun 2002-2012.


(27)

Gambar 4. Jumlah Pengangguran di Kabupaten Lampung Selatan tahun 2012 ( Ribuan Jiwa )

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung

Dapat dilihat pada Gambar 4, jumlah pengangguran yang ada di Kabupaten Lampung Selatan berfluktuasi, tetapi cenderung menurun. Pada tahun 2008 jumlah pengguran mengalami kenaikan dari 35.499 jiwa pada tahun 2007 menjadi 54.859 jiwa.

Pemerintah terus melakukan program-program ekonomi dan non-ekonomi untuk menanggulangi pengangguran, kemiskinan dan menciptakan kemakmuran pada suatu daerah. Seiring berjalannya program tersebut semakin membuat masyarakat,

khususnya masyarakat di Kabupaten Lampung Selatan sadar akan pentingnya mempunyai pekerjaan dan berpenghasilan, dilihat sampai tahun 2012 jumlah pengangguran terbuka di Kabupaten Lampung Selatan menjadi 24.512 jiwa. Tingkat pertumbuhan angkatan kerja yang cepat dan pertumbuhan lapangan kerja yang relatif lambat menyebabkan masalah pengangguran yang ada di suatu daerah menjadi semakin serius. Besarnya tingkat pengangguran merupakan cerminan kurang

0 10 20 30 40 50 60 70 20 02 20 03 20 04 20 05 20 06 20 07 20 08 20 09 20 10 20 11 20 12

Jumlah Pengangguran

Jumlah Pengangguran


(28)

11

berhasilnya pembangunan di suatu negara. Pengangguran dapat mempengaruhi kemiskinan dengan berbagai cara (Tambunan, 2001).

Pemerintah dituntut dapat mengupayakan peningkatan kinerja ekonomi dengan kebijakan-kenbijakan tertentu. Melalui pengenalan potensi baik ekonomi maupun non ekonomi yang ada di suatu daerah yang nantinya akan memberikan konsekuensi yang positif terhadap pembangunan ekonomi, sehingga kegiatan ekonomi akan dapat terus berkembang dan meningkat. Dengan demikian pada gilirannya dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan pengentasan kemiskinan di daerah tersebut. Pemerintah Provinsi Lampung berharap dapat berperan aktif dan bekerja sama dengan

Pemerintah Daerah Kabupaten lainnya, khususnya Kabupaten Lampung Selatan dalam penanggulangan kemiskinan.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik melakukan penelitian tentang yang berfokus pada ketimpangan pembangunan ekonomi di Provinsi Lampung dengan judul penelitian sebagai berikut “Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Jumlah Pengangguran terhadap Jumlah Penduduk Miskin di Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2002-2012”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah :

Bagaimana pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan jumlah pengangguran terhadap penduduk miskin di Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2002-2012 ?


(29)

C. Tujuan Penelitian :

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Untuk mengetahui pengaruh Indeks Pembangunan Manusia terhadap jumlah penduduk miskin di Kabupaten Lampung Selatan selama tahun 2002-2012.

2) Untuk mengetahui pengaruh jumlah pengagguran terhadap jumlah penduduk miskin di Kabupaten Lampung Selatan selama tahun 2002-2012.

D. Manfaat Penelitian :

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan dan pengetahuan serta bukti empiris mengenai pengaruh Pengangguran, serta indeks pembangunan manusia terhadap jumlah penduduk miskin. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan dan wawasan bagi mereka yang akan melakukan penelitian lebih lanjut mengenai kemiskinan.

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumbangan pemikiran kepada Pemerintah Provinsi Lampung serta Pemerintah Daerah Kabupaten dan Kota tentang variabel


(30)

13

yang signifikan berpengaruh terhadap jumlah penduduk miskin di Kabupaten Lampung Selatan.

E. Kerangka Pemikiran

Kemiskinan merupakan salah satu tolak ukur kondisi sosial ekonomi dalam menilai keberhasilan pembangunan yang dilakukan pemerintah di suatu daerah. Banyak sekali masalah-masalah sosial yang bersifat negatif timbul akibat meningkatnya kemiskinan.

Menurut Sukirno (2004), efek buruk dari pengangguran adalah mengurangi

pendapatan masyarakat yang pada akhirnya mengurangi tingkat kemakmuran yang telah dicapai seseorang. Semakin turunnya kesejahteraan masyarakat karena

menganggur tentunya akan meningkatkan peluang mereka terjebak dalam kemiskinan karena tidak memiliki pendapatan. Apabila pengangguran di suatu negara sangat buruk, kekacauan politik dan sosial selalu berlaku dan menimbulkan efek yang buruk bagi kesejahteraan masyarakat dan prospek pembangunan ekonomi dalam jangka panjang.

Menurut Mulyaningsih (2008) indeks pembangunan manusia memuat tiga dimensi penting dalam pembangunan yaitu terkait dengan aspek pemenuhan kebutuhan akan hidup panjang umur (Longevity) dan hidup sehat (healthy life), untuk mendapatkan pengetahuan (the knowledge) dan mempunyai akses kepada sumberdaya yang bisa memenuhi standar hidup. Artinya, tiga dimensi penting dalam pembangunan manusia


(31)

tersebut sangat berpengaruh terhadap kemiskinan. Lanjouw (2001) menyatakan pembangunan manusia di Indonesia adalah identik dengan pengurangan kemiskinan. Penduduk miskin yang dimaksud dalam penelitian ini adalah jenis penduduk yang mengalami kemiskinan absolut. Dimana kondisi kemiskinan yang terburuk yang diukur dari tingkat kemampuan suatu keluarga dalam membiayai kebutuhan yang paling minimal untuk dapat hidup sesuai dengan taraf hidup kemanusiaan yang paling rendah. Oleh karena itu, penelitian ini selanjutnya mengacu kepada defenisi

kemiskinan tersebut.

Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Lampung Selatan masih yang paling tinggi dibanding dengan Kabupaten dan Kota lainnya di Provinsi Lampung. Untuk itu diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang dapat berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan di seluruh kabupaten/kota agar dapat diketahui faktor-faktor yang perlu dipacu untuk mengatasi masalah kemiskinan. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa penduduk Kabupaten Lampung Selatan masih berada dibawah garis kemiskinan, merupakan suatu kenyataan yang membuat kita prihatin karena seolah-olah kemiskinan itu tetap muncul dan merupakan bagian dari pembangunan, padahal pembangunan ditujukan untuk memberantas kemiskinan dan bukan berjalan bersama-sama. Besarnya angka kemiskinan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor terutama pada indeks pembangunan manusia, dan pengangguran.

Berdasarkan uraian dari kerangkan pemikiran maka hubungan antara variabel independen (bebas) dengan variabel dependen (terikat) dapat dilihat pada Gambar 1 berikut :


(32)

15

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian F. Hipotesis

Berdasarkan tujuan penelitian ini, maka diajukan hipotesis sebagai berikut: 1. Diduga variabel Indeks Pembangunan Manusia berpengaruh

negatif terhadap Jumlah Penduduk Miskin di Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2002-2012.

2. Diduga variabel Jumlah Pengangguran berpengaruh positif terhadap Jumlah Penduduk Miskin di Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2002-2012.

Kemiskinan

Jumlah Penduduk Miskin


(33)

G. Sistematika Penulisan BAB I: PENDAHULUAN

Bab ini akan membahas mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka pemikiran, hipotesis penelitian dan

sistematika penuIisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Berisi tentang penggambaran teori yang melandasi penelitian ini serta hasil penelitian terdahulu.

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

Terdiri dari populasi sampel, data dan sumber data, data penelitian dan metode analisis data.

BAB IV : ANALISA DAN PEMBAHASAN

Pembahasan secara rinci tentang analisis data serta pembahasan hasil yang diperoleh secara teoritik baik secara kuantitatif dan statistik.

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN

Berisi kesimpulan, Keterbatasan penelitian dan saran untuk penelitian berikutnya.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(34)

17

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kemiskinan

Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi kekurangan hal-hal yang biasa untuk dipunyai seperti makanan, pakaian, tempat berlindung dan air minum, hal-hal ini berhubungan erat dengan kualitas hidup. Kemiskinan kadang juga berarti tidak adanya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan yang mampu mengatasi masalah kemiskinan dan mendapatkan kehormatan yang layak sebagai warga negara. Menurut Amartya Sen dalam Bloom dan Canning, (2001) bahwa seseorang dikatakan miskin bila mengalami "capability deprivation" dimana seseorang tersebut mengalami kekurangan kebebasan yang substantif. Menurut Bloom dan Canning, kebebasan substantif ini memiliki dua sisi: kesempatan dan rasa aman. Kesempatan membutuhkan pendidikan dan keamanan membutuhkan kesehatan. Menurut World Bank, dalam definisi kemiskinan adalah: ”The denial of choice and opportunities most basic for human development to lead a long healthy, creative life and enjoy a decent standard of living freedom, self esteem and the

respect of other”.

Dari definisi tersebut diperoleh pengertian bahwa kemiskinan itu merupakan kondisi dimana seseorang tidak dapat menikmati segala macam pilihan dan kesempatan dalam pemenuhan kebutuhan dasarnya seperti tidak dapat memenuhi


(35)

kesehatan, standar hidup layak, kebebasan, harga diri, dan rasa dihormati seperti orang lain. Pengertian kemiskinan dalam arti luas adalah keterbatasan yang disandang oleh seseorang, sebuah keluarga, sebuah komunitas, atau bahkan sebuah negara yang menyebabkan ketidaknyamanan dalam kehidupan,

terancamnya penegakan hak dan keadilan, terancamnya posisi tawar (bargaining) dalam pergaulan dunia, hilangnya generasi, serta suramnya masa depan bangsa dan negara. Negara-negara maju yang lebih menekankan pada “kualitas hidup” yang dinyatakan dengan perubahan lingkungan hidup melihat bahwa laju pertumbuhan industri tidak mengurangi bahkan justru menambah tingkat polusi udara dan air, mempercepat penyusutan sumber daya alam, dan mengurangi kualitas lingkungan. Sementara untuk negara-negara yang sedang berkembang, pertumbuhan ekonomi yang relative tinggi pada tahun 1960 sedikit sekali pengaruhnya dalam mengurangi tingkat kemiskinan.

Pertumbuhan ekonomi suatu wilayah dapat mencerminkan keberhasilan

pembangunan pada wilayah tersebut. Apabila suatu wilayah dapat meningkatkan laju pertumbuhan ekonominya maka wilayah tersebut dapat dikatakan sudah mampu melaksanankan pembangunan ekonomi dengan baik. Akan tetapi yang masih menjadi masalah dalam pembangunan ekonomi ini adalah apakah pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada suatu wilayah sudah merata diseluruh lapisan masyarakat. Harapan pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan dapat meningkatkan pendapatan per kapita masyarakat.

Kemiskinan (poverty) merupakan masalah yang dihadapi oleh seluruh negara, terutama di negara berkembang seperti Indonesia. Hal ini dikarenakan kemiskinan itu bersifat multidimensional artinya karena kebutuhan manusia itu


(36)

bermacam-19

macam, maka kemiskinan pun memiliki banyak aspek primer yang berupa miskin akan aset, organisasi sosial politik, pengetahuan, dan keterampilan serta aspek sekunder yang berupa miskin akan jaringan sosial, sumber-sumber keuangan, dan informasi. Dimensi-dimensi kemiskinan tersebut termanifestasikan dalam bentuk kekurangan gizi, air, perumahan yang sehat, perawatan kesehatan yang kurang baik, dan tingkat pendidikan yang rendah. Selain itu, dimensidimensi kemiskinan saling berkaitan baik secara langsung maupun tidak langsung. Hal ini berarti kemajuan atau kemunduran pada salah satu aspek dapat mempengaruhi kemajuan atau kemunduran aspek lainnya.

Dan aspek lain dari kemiskinan ini adalah bahwa yang miskin itu manusianya baik secara individual maupun kolektif (Simatupang, 2003). Menurut

Djojohadikusumo (1995) pola kemiskinan ada empat yaitu, Pertama adalah persistent poverty, yaitu kemiskinan yang telah kronis atau turun temurun. Pola kedua adalah cyclical poverty, yaitu kemiskinan yang mengikuti pola siklus ekonomi secara keseluruhan. Pola ketiga adalah seasonal poverty, yaitu kemiskinan musiman seperti dijumpai pada kasus nelayan dan petani tanaman pangan. Pola keempat adalah accidental poverty, yaitu kemiskinan karena terjadinya bencana alam atau dampak dari suatu kebijakan tertentu yang menyebabkan menurunnya tingkat kesejahteraan suatu masyarakat.

Secara ekonomi, kemiskinan dapat dilihat dari tingkat kekurangan sumber daya yang dapat digunakan memenuhi kebutuhan hidup serta meningkatkan

kesejahteraan sekelompok orang. Secara politik, kemiskinan dapat dilihat dari tingkat akses terhadap kekuasaan yang mempunyai pengertian tentang system politik yang dapat menentukan kemampuan sekelompok orang dalam menjangkau


(37)

dan menggunakan sumber daya. Secara sosial psikologi, kemiskinan dapat dilihat dari tingkat kekurangan jaringan dan struktur sosial yang mendukung dalam mendapatkan kesempatan peningkatan produktivitas.

Ukuran kemiskinan menurut Kuncoro, (1997) secara sederhana dan yang umum digunakan dapat dibedakan menjadi tiga,

yaitu:

1. Kemiskinan Absolut

Seseorang termasuk golongan miskin absolut apabila hasil pendapatannya berada di bawah garis kemiskinan dan tidak cukup untuk menentukan kebutuhan dasar hidupnya. Konsep ini dimaksudkan untuk menentukan tingkat pendapatan minimum yang cukup untuk memenuhi kebutuhan fisik terhadap makanan, pakaian, dan perumahan untuk menjamin kelangsungan hidup. Kesulitan utama dalam konsep kemiskinan absolut adalah menentukan komposisi dan tingkat kebutuhan minimum karena kedua hal tersebut tidak hanya dipengaruhi oleh adat kebiasaan saja, tetapi juga iklim, tingkat kemajuan suatu negara, dan faktor-faktor ekonomi lainnya. Walaupun demikian, untuk dapat hidup layak, seseorang

membutuhkan barang-barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan fisik dan sosialnya.

2. Kemiskinan Relatif

Seseorang termasuk golongan miskin relatif apabila telah dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya, tetapi masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan keadaan masyarakat sekitarnya. Berdasarkan konsep ini, garis kemiskinan akan


(38)

21

mengalami perubahan bila tingkat hidup masyarakat berubah sehingga konsep kemiskinan ini bersifat dinamis atau akan selalu ada. Oleh karena itu, kemiskinan dapat dari aspek ketimpangan sosial yang berarti semakin besar ketimpangan antara tingkat penghidupan golongan atas dan golongan bawah, maka akan semakin besar pula jumlah penduduk yang dapat dikategorikan selalu miskin.

3. Kemiskinan Kultural

Seseorang termasuk golongan miskin kultural apabila sikap orang atau sekelompok masyarakat tersebut tidak mau berusaha memperbaiki tingkat

kehidupannya sekalipun ada usaha dari pihak lain yang membantunya atau dengan kata lain seseorang tersebut miskin karena sikapnya sendiri yaitu pemalas dan tidak mau memperbaiki kondisinya.

Menurut Kuncoro (2001) terdapat tiga faktor penyebab kemiskinan jika dipandang dari sisi ekonomi. Pertama, kemiskinan muncul karena adanya ketidaksamaan pola kepemilikan sumberdaya yang menimbulkan distribusi pendapatan yang timpang. Penduduk miskin hanya memiliki sumberdaya yang terbatas dan kualitasnya rendah. Kedua kemiskinan muncul akibat perbedaan dalam kualitas sumberdaya manusia. Kualitas sumberdaya manusia yang rendah berarti

produktifitanya rendah, yang pada gilirannya upahnya rendah. Rendahnya kualitas sumberdaya manusia ini karena rendahnya pendidikan, nasib yang kurang

beruntung, adanya diskriminasi atau keturunan.ketiga kemiskinan muncul karena perbedaan akses dalam modal.


(39)

Pemerintah telah mempersiapkan beberapa program prioritas penanggulangan kemiskinan dalam tahun 2007 didukung oleh beberapa program prioritas lain, antara lain:

1. Memberdayakan kelompok miskin yaitu meningkatkan kualitas sumber daya manusia penduduk miskin dengan meningkatkan etos kerja,

meningkatkan disiplin dan tanggung jawab, perbaikan konsumsi dan peningkatan gizi, serta perbaikan kemampuan dalam penguasaan IPTEK. 2. Menerapkan kebijakan ekonomi moral yaitu pengembangan system

ekonomi moral sangat diperlukan sehingga tidak semata-mata mengejarkeuntungan tetapi harus adil, sehingga dibutuhkan keadilan ekonomi yang bersumber pada Pancasila bukan pada ekonomi modern yang tidak sesuai dengan budaya bangsa.

3. Melakukan pemetaan kemiskinan yaitu langkah awal dalam upaya penanggulangan kemiskinan yaitu mengenali karakteristik dari penduduk yang miskin sehingga diperlukan pemetaan kemiskinan yang digunakan sebagai alat untuk memecahkan persoalan yang mereka alami.


(40)

23

1. Ukuran Kemiskinan

Garis kemiskinan adalah suatu ukuran yang menyatakan besarnya pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan dasar minimum makanan dan kebutuhan non makanan, atau standar yang menyatakan batas seseorang dikatakan miskin bila dipandang dari sudut konsumsi. Garis kemiskinan yang digunakan setiap negara berbeda-beda, sehingga tidak ada satu garis kemiskinan yang berlaku umum. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan lokasi dan standar kebutuhan hidup. Menurut Badan Pusat Statistik (2010), penetapan perhitungan garis kemiskinan dalam masyarakat adalah masyarakat yang berpenghasilan dibawah Rp 7.057 per orang per hari. Penetapan angka Rp 7.057 per orang per hari tersebut berasal dari perhitungan garis kemiskinan yang mencakup kebutuhan makanan dan non makanan. Untuk kebutuhan minimum makanan digunakan patokan 2.100 kilokalori per kapita per hari. Sedang untuk pengeluaran kebutuhan minimum bukan makanan meliputi pengeluaran untuk perumahan, pendidikan, dan kesehatan.

Sedangkan ukuran menurut World Bank menetapkan standar kemiskinan berdasarkan pendapatan per kapita. Penduduk yang pendapatan per kapitanya kurang dari sepertiga rata-rata pendapatan perkapita nasional. Dalam konteks tersebut, maka ukuran kemiskinan menurut World Bank adalah USD $2 per orang per hari.

2. Penyebab Kemiskinan

Menurut Sharp et al. (2000), kemiskinan terjadi dikarenakan beberapa sebab yaitu :


(41)

1. Rendahnya kualitas angkatan kerja.

Penyebab terjadinya kemiskinan adalah rendahnya kualitas angkatan kerja (SDM) yang dimiliki oleh suatu Negara, biasanya yang sering menjadi acuan tolak

ukur adalah dari pendidikan (buta huruf). Semakin tinggi angkatan kerja yang buta

huruf semakin tinggi juga tingkat kemiskinan yang terjadi. 2. Akses yang sulit terhadap kepemilikan modal.

Terbatasnya modal dan tenaga kerja menyebabkan terbatasnya tingkat produksi yang dihasilkan sehingga akan menyebabkan kemiskinan.

3. Rendahnya masyarakat terhadap penguasaan teknologi.

Pada jaman era globalisasi seperti sekarang menuntut seseorang untuk dapat menguasai alat teknologi. Semakin banyak seseorang tidak mampu menguasai dan beradaptasi dengan teknologi maka akan menyebabkan pengangguran. Dan dari hal

ini awal mula kemiskinan terjadi. Semakin banyak jumlah pengangguran maka semakin tinggi potensi terjadi kemiskinan.

4. Penggunaan sumber daya yang tidak efisien.

Penduduk yang tinggal dinegara berkembang terkadang masih jarang memanfaatkan secara maksimal sumber daya yang ada. Sebagai contoh masyarakat di

desa untuk memasak lebih cenderung menggunakan kayu bakar dari pada menggunakan gas yang lebih banyak digunakan pada masyarakat perkotaan. 5. Tingginya pertumbuhan penduduk.


(42)

25

Menurut teori Malthus, pertumbuhan penduduk sesuai dengan deret ukur sedangkan untuk bahan pangan sesuai dengan deret hitung. Berdasarkan hal ini maka

terjadi ketimpangan antara besarnya jumlah penduduk dengan minimnya bahan pangan yang tersedia. Hal ini merupakan salah satu indikator penyebab terjadinya kemiskinan.

Menurut Kuncoro (2000) kemiskinan dapat disebabkan oleh : a) Kemiskinan muncul akibat perbedaan akses dan modal.

b) Kemiskinan muncul akibat rendahnya kualitas sumber daya manusia sehingga akan mempengaruhi terhadap produktifitas dan pendapatan yang diperoleh. Kuncoro (2000) jika dilihat secara makro maka kemiskinan muncul akibat ketidaksamaan pola kepemilikan sumber daya sehingga akan menyebabkan distribusi

pendapatan yang timpang.

Menurut Prastyo (2010) beberapa sumber dan proses penyebab terjadinya kemiskinan, yaitu:

a. Policy induces processes, yaitu proses pemiskinan yang dilestarikan, direproduksi

melalui pelaksanaan suatu kebijakan, diantaranya adalah kebijakan anti kemiskinan,

tetapi relitanya justru melestarikan.

b. Socio-economic dualism, negara bekas koloni mengalami kemiskinan karena poal


(43)

dikuasai petani sekala besar dan berorientasi ekspor.

c. Population growth, prespektif yang didasari oleh teori Malthus, bahwa

pertambahan penduduk seperti deret ukur sedangkan pertambahan pangan seperti deraet hitung.

d. Resaurces management and the environment, adalah unsur mismanagement sumber daya alam dan lingkungan, seperti manajemen pertanian yang asal tebang akan menurunkan produktivitas.

e. Natural cycle and processes, kemiskinan terjadi karena siklus alam. Misalnya tinggal dilahan kritis, dimana lahan itu jika turun hujan akan terjadi banjir, akan tetapi jika musim kemarau kekurangan air, sehingga tidak memungkinkan produktivitas yang maksimal dan terus-menerus.

f. The marginalization of woman, peminggiran kaum perempuan karena masih dianggap sebagai golongan kelas kedua, sehingga akses dan penghargaan hasil kerja yang lebih rendah dari laki-laki.

g. Cultural and ethnic factors, bekerjanya faktor budaya dan etnik yang memelihara

kemiskinan. Misalnya pada pola konsumtif pada petani dan nelayan ketika panenj raya, serta adat istiadat yang konsumtif saat upacara adat atau keagamaan.

h. Exploatif inetrmediation, keberadaan penolong yang menjadi penodong, seperti rentenir.

i. Inetrnal political fragmentation and civil stratfe, suatu kebijakan yang diterapkan

pada suatu daerah yang fragmentasi politiknya kuat, dapat menjadi penyebab kemiskinan.


(44)

27

j. Interbational processe, bekerjanya sistem internasional (kolonialisme dan kapitalisme) membuat banyak negara menjadi miskin.

Ketika pendapatan perkapita meningkat dan merata maka kesejahteraan masyarakat akan tercipta dan ketimpangan akan berkurang. Ada teori yang

mengatakan bahwa ada trade off antara ketidakmeratan dan pertumbuhan. Namun kenyataan membuktikan ketidakmerataan di Negara Sedang Berkembang (NSB) dalam dekade belakangan ini ternyata berkaitan dengan pertumbuhan rendah, sehingga di banyak NSB tidak ada trade off antara pertumbuhan dan

ketidakmerataan ( Kuncoro, 2006).

Kuznets mengatakan bahwa tahap awal pertumbuhan ekonomi, distribusi pendapatan cenderung memburuk, dan tahap selanjutnya, distribusi

pendapatannya akan membaik, namun pada suatu waktu akan terjadi peningkatan disparitas lagi dan akhirnya menurun lagi.

Menurut Kuncoro ( 1997) di kalangan para pakar pembangunan telah ada

konsensus bahwa laju pertumbuhan penduduk yang tinggi tidak hanya berdampak buruk terhadap supply bahan pangan, namun juga semakin membuat kendala bagi pengembangan tabungan, cadangan devisa, dan sumberdaya manusia. Terdapat tiga alasan mengapa pertumbuhan penduduk yang tinggi akan memperlambat pembangunan :

1. Pertumbuhan penduduk yang tinggi akan dibutuhkan untuk membuat konsumsi dimasa mendatang semakin tinggi. Rendahnya sumberdaya perkapita akan menyebabkan penduduk tumbuh lebih cepat, yang gilirannya membuat investasi dalam “kualitas manusia” semakin sulit.


(45)

2. Banyak negara dimana penduduknya masih sangat tergantung dengan sector pertanian, pertumbuhan penduduk mengancam keseimbangan antara sumberdaya alam yang langka dan penduduk. Sebagian karena

pertumbuhan penduduk memperlambat perpindahan penduduk dari sektor pertanian yang rendah produktifitasnya ke sektor pertanian modern dan pekerjaan modern lainnya.

4. Pertumbuhan penduduk yang cepat membuat semakin sulit melakukan perubahan yang dibutuhkan untuk meningkatkan perubahan ekonomi dan sosial. Tingginya tingkat kelahiran merupakan penyumbang utama pertumbuhan kota yang cepat.

Kuncoro (2001) menyatakan bahwa pendekatan pembangunan tradisional lebih dimaknai sebagai pembangunan yang lebih memfokuskan pada peningkatan PDRB suatu provinsi, Kabupaten, atau kota. Sedangkan pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari pertumbuhan angka PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) ini umumnya PDRB baru dihitung berdasarkan dua pendekatan, yaitu dari sisi sektoral / lapangan usaha dan dari sisi penggunaan. Selanjutnya PDRB juga dihitung berdasarkan harga berlaku dan harga konstan. Total PDRB menunjukkan jumlah seluruh nilai tambah yang dihasilkan oleh penduduk dalam periode

tertentu.

B. Indeks Pembangunan Manusia

Pembangunan manusia merupakan salah satu alat ukur yang dapat digunakan untuk menilai kualitas pembangunan manusia, baik dari sisi dampaknya terhadap kondisi fisik manusia (kesehatan dan kesejahteraan) maupun yang bersifat


(46)

non-29

fisik (intelektualitas). Pembangunan yang berdampak pada kondisi fisik masyarakat tercermin dalam angka harapan hidup serta kemampuan daya beli, sedangkan dampak non-fisik dilihat dari kualitas pendidikan masyarakat. Indeks pembangunan manusia merupakan indikator strategis yang banyak digunakan untuk melihat upaya dan kinerja program pembangunan secara

menyeluruh di suatu wilayah. Dalam hal ini IPM dianggap sebagai gambaran dari hasil program pembangunan yang telah dilakukan beberapa tahun sebelumnya. Demikian juga kemajuan program pembangunan dalam suatu periode dapat diukur dan ditunjukkan oleh besaran IPM pada awal dan akhir periode tersebut. IPM merupakan ukuran untuk melihat dampak kinerja pembangunan wilayah yang mempunyai dimensi yang sangat luas, karena memperlihatkan kualitas penduduk suatu wilayah dalam hal harapan hidup, intelelektualitas dan standar hidup layak. Pada pelaksanaan perencanaan pembangunan, IPM juga berfungsi dalam memberikan tuntunan dalam menentukan prioritas perumusan kebijakan dan penentuan program pembangunan. Hal ini juga merupakan tuntunan dalam mengalokasikan anggaran yang sesuai dengan kebijakan umum yang telah ditentukan oleh pembuat kebijakan dan pengambil keputusan.

IPM merupakan indeks komposit yang dihitung sebagai rata-rata sederhana dari 3 (tiga) indeks yang menggambarkan kemampuan dasar manusia dalam memperluas pilihan-pilihan, yaitu:

1. Angka Harapan Hidup 2. Indeks Pendidikan


(47)

Rumus umum yang dipakai adalah sebagai berikut : IPM =1/3 (X1 + X2 + X3)

Di mana :

X1 = Indeks Harapan Hidup X2 = Indeks Pendidikan

X3 = Indeks Standart Hidup Layak

Masing-masing komponen tersebut terlebih dahulu dihitung indeksnya sehingga bernilai antara 0 (terburuk) dan 1 (terbaik). Untuk memudahkan dalam analisa biasanya indeks ini dikalikan 100.

Komponen Indeks Pembangunan Manusia

Indikator Komponen IPM NilaiMinimum NilaiMaksimum

Angka Harapan Hidup (e0) 25,0 85,0

Angka Melek Huruf (Lit) 0 100

Rata-rata Lama Sekolah (MYS) 0 15

Purchasing Power Parity (PPP) 360.000 737.720 Sumber: BPS, BAPPENAS, 2004

1. Indeks Harapan Hidup

Indeks Harapan Hidup menunjukkan jumlah tahun hidup yang diharapkan dapat dinikmati penduduk suatu wilayah. Dengan memasukkan informasi mengenai


(48)

31

angka kelahiran dan kematian per tahun diharapkan akan mencerminkan rata-rata lama hidup sekaligus hidup sehat masyarakat. Sehubungan dengan sulitnya mendapatkan informasi orang yang meninggal pada kurun waktu tertentu, maka untuk menghitung angka harapan hidup digunakan metode tidak langsung . Data dasar yang dibutuhkan dalam metode ini adalah rata-rata anak lahir hidup dan rata-rata anak masih hidup dari wanita pernah kawin. Secara singkat, proses penghitungan angka harapan hidup ini disediakan oleh program Mortpak. Untuk mendapatkan Indeks Harapan Hidup dengan cara menstandartkan angka harapan hidup terhadap nilai maksimum dan minimumnya. Dalam pembangunan manusia, yang pertama dilakukan adalah mengusahakan agar penduduk dapat mencapai “usia hidup”(longevity) yang panjang dan sehat. Usia hidup menurut UNDP diukur dengan angka harapan hidup waktu lahir (Life Expentancy at Birth) yang dinotasikan dengan eo. eo dihitung menggunakan metode tidak langsung (metode brass, varian trussel) berdasarkan variabel rata-rata anak yang masih hidup. 2. Indeks Pendidikan

Penghitungan Indeks Pendidikan (IP) mencakup dua indikator yaitu angka melek huruf (Lit) dan rata-rata lama sekolah (MYS). Populasi yang digunakan adalah penduduk berumur 15 tahun ke atas karena pada kenyataannya penduduk usia tersebut sudah ada yang berhenti sekolah. Batasan ini diperlukan agar angkanya lebih mencerminkan kondisi sebenarnya mengingat penduduk yang berusia kurang dari 15 tahun masih dalam proses sekolah atau akan sekolah sehingga belum pantas untuk rata-rata lama sekolahnya.


(49)

Kedua indikator pendidikan ini dimunculkan dengan harapan dapat

mencerminkan tingkat pengetahuan (cerminan angka Lit), dimana Lit merupakan proporsi penduduk yang memiliki kemampuan baca tulis dalam suatu kelompok penduduk secara keseluruhan. Sedangkan cerminan angka MYS merupakan gambaran terhadap keterampilan yang dimiliki penduduk.

3. Indeks Standar Hidup Layak

Standar hidup layak merupakan komponen ketiga selain dua komponen diatas yang juga diakui secara luas sebagai unsur dasar pembangunan manusia. Berbeda dengan UNDP yang menggunakan GDP riil perkapita yang disesuaikan untuk mengukur standar hidup layak, BPS dalam menghitung standar hidup layak menggunakan rata-rata pengeluaran perkapita riil yang disesuaikan dengan formula Atkinson.

C. Pengangguran

Dalam standar pengertian yang sudah ditentukan secara internasional, yang dimaksudkan dengan pengangguran adalah seseorang yang sudah digolongkan dalam angkatan kerja yang secara aktif sedang mencari pekerjaan pada suatu tingkat upah tertentu, tetapi tidak dapat memperoleh pekerjaan yang

diinginkannya. Oleh sebab itu, menurut Sukirno (2000) pengangguran biasanya dibedakan atas 3 jenis berdasarkan keadaan yang menyebabkannya, antara lain: 1. Pengangguran friksional, yaitu pengangguran yang disebabkan oleh tindakan seseorang pekerja untuk meninggalkan kerjanya dan mencari kerja yang lebih baik atau sesuai dengan keinginannya.


(50)

33

2. Pengangguran struktural, yaitu pengangguran yang disebabkan oleh adanya perubahan struktur dalam perekonomian.

3. Pengangguran konjungtur, yaitu pengangguran yang disebabkan oleh kelebihan pengangguran alamiah dan berlaku sebagai akibat pengurangan dalam permintaan agregat.

Sedangkan menurut Arsyad (1997), bentuk-bentuk pengangguran adalah:

1. Pengangguran terbuka (open unemployment), adalah mereka yang mampu dan seringkali sangat ingin bekerja tetapi tidak tersedia pekerjaan yang cocok untuk mereka.

2. Setengah pengangguran (under unemployment), adalah mereka yang secara nominal bekerja penuh namun produktivitasnya rendah sehingga pengurangan dalam jam kerjanya tidak mempunyai arti atas produksi secara keseluruhan. 3. Tenaga kerja yang lemah (impaired), adalah mereka yang mungkin bekerja penuh tetapi intensitasnya lemah karena kurang gizi atau penyakitan.

4. Tenaga kerja yang tidak produktif, adalah mereka yang mampu bekerja secara produktif tetapi tidak bisa menghasilkan sesuatu yang baik.

Menurut Tambunan (2001), pengangguran dapat mempengaruhi tingkat kemiskinan dengan berbagai cara, antara lain:

1. Jika rumah tangga memiliki batasan likuiditas yang berarti bahw konsumsi saat ini sangat dipengaruhi oleh pendapatan saat ini, maka bencana pengangguran akan


(51)

secara langsung mempengaruhi incomepoverty rate dengan consumption poverty rate.

2. Jika rumah tangga tidak menghadapi batasan likuiditas yang berarti bahwa konsumsi saat ini tidak terlalu dipengaruhi oleh pendapatan saat ini, maka peningkatan pengangguran akan menyebabkan peningkatan kemiskinan dalam jangka panjang, tetapi tidak terlalu berpengaruh dalam jangka pendek.

Tingkat pertumbuhan angkatan kerja yang cepat dan pertumbuhan lapangan kerja yang relatif lambat menyebabkan masalah pengangguran yang ada di negara yang sedang berkembang menjadi semakin serius. Tingkat pengangguran terbuka sekarang ini yang ada di negara yang sedang berkembang seperti Indonesia rata-rata sekitar 10 persen dari seluruh angkatan kerja di perkotaan. Masalah ini dipandang lebih serius lagi bagi mereka yang berusia antara 15 - 24 tahun yang kebanyakan mempunyai pendidikan yang lumayan.

Namun demikian, tingkat pengangguran terbuka di perkotaan hanya menunjukkan aspek-aspek yang tampak saja dari masalah kesempatan kerja di negara yang sedang berkembang yang bagaikan ujung sebuah gunung es. Apabila mereka tidak bekerja konsekuensinya adalah mereka tidak dapat memenuhi kebutuhan dengan baik, kondisi seperti ini membawa dampak bagi terciptanya dan membengkaknya jumlah kemiskinan yang ada. Ada hubungan yang erat sekali antara tingginya tingkat pengangguran, luasnya kemiskinan, dan distribusi pendapatan yang tidak merata. Bagi sebagian besar mereka, yang tidak mempunyai pekerjaan yang tetap atau hanya bekerja paruh waktu (part time) selalu berada diantara kelompok masyarakat yang sangat miskin. Mereka yang bekerja dengan bayaran tetap di


(52)

35

sektor pemerintah dan swasta biasanya termasuk diantara kelompok masyarakat kelas menengah ke atas. Namun demikan, adalah salah jika beranggapan bahwa setiap orang yang tidak mempunyai pekerjaan adalah miskin, sedang yang bekerja secara penuh adalah orang kaya. Hal ini karena kadangkala ada pekerja di

perkotaan yang tidak bekerja secara sukarela karena mencari pekerjaan yang lebih baik yang lebih sesuai dengan tingkat pendidikannya. Mereka menolak pekerjaan yang mereka rasakan lebih rendah dan mereka bersikap demikian karena mereka mempunyai sumber lain yang bisa membantu masalah keuangan mereka (Arsyad, 1997)

Di samping penjelasan tersebut, salah satu mekanisme pokok untuk mengurangi kemiskinan dan ketidakmerataan distribusi pendapatan di Negara sedang

berkembang adalah memberikan upah yang memadai dan menyediakan kesempatan kerja bagi kelompok masyarakat miskin ( Arsyad, 1997).

Besarnya dampak krisis terhadap kemiskinan yang menyebabkan menjamurnya insiden kebangkrutan sebagai akibat tekanan pada kesempatan kerja di sektor informal perkotaan semakin besar. Hal tersebut menunjukkan ada hubungan yang erat sekali antara tingginya tingkat pengangguran dengan luasnya kemiskinan. Pada negara yang sedang berkembang bukan saja menghadapi kemerosotan dalam ketimpangan relatif tetapi juga masalah kenaikan dalam kemiskinan dan tingkat pengangguran.

Besarnya dimensi kemiskinan tercermin dari jumlah penduduk yang tingkat pendapatan atau konsumsinya berada di bawah tingkat minimum yang telah ditetapkan. Masyarakat miskin pada umumnya menghadapi permasalahan


(53)

terbatasanya kesempatan kerja, terbatasnya peluang mengembangkan usaha, melemahnya perlindungan terhadap aset usaha, perbedaan upah, serta lemahnya perlindungan kerja terutama bagi pekerja anak dan pekerja perempuan seperti buruh migran perempuan dan pembantu rumah tangga.

Oleh sebab itu, dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), pemerintah telah merumuskan berbagai rencana untuk memenuhi hak masyarakat miskin atas pekerjaan dan pengembangan usaha yang layak guna mengurangi tingkat pengangguran. Rencana tersebut antara lain:

1. Meningkatkan efektifitas dan kemampuan kelembagaan pemerintah dalam menegakkan hubungan industrial yang manusiawi.

2. Meningkatkan kemitraan global dalam rangka memperluas kesempatan kerja dan meningkatkan perlindungan kerja.

3. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat miskin dalam rangka mengembangkan kemampuan kerja dan berusaha.

D. Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian tentang kemiskinan di berbagai negara telah dilakukan oleh sejumlah peneliti dengan daerah dan periode waktu yang berbeda pula, antara lain :


(54)

37

1. Penelitian yang dilakukan oleh Whisnu Adhi Saputra (2011) yang berjudul Analisis Pengaruh Jumlah Penduduk, PDRB, IPM, Pengangguran Terhadap

Tingkat Kemiskinan di Kabupaten/Kota Jawa Tengah” . Penelitian ini bertujuan menganalisis bagaimana dan seberapa besar pengaruh variabel Jumlah Penduduk, PDRB, Indeks Pembangunan Manusiaj dan Pengangguran terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten/Kota Jawa Tengah.

Model regresi yang digunakan adalah metode analisis regresi linier berganda (Ordinary Least Squares Regression Analysis) dengan menggunakan Panel Data dengan menggunakan pendekatan efek tetap (Fixed Effect Model). Penelitian ini menggunakan dummy tahun sebagai salah satu variabelnya. Penggunaan dummy tahun dalam penelitian ini adalah untuk melihat variasi tingkat kemiskinan antar waktu di Kabupaten/Kota Jawa Tengah

2. Penelitian yang dilakukan oleh Fatkhul Mufid Cholili (2013) yang berjudul Analisis Pengaruh Pengangguran, PDRB, IPM Terhadap Tingkat Jumlah Penduduk Miskin ( Studi Kasus 33 Provinsi di Indonesia )”. Penelitian ini menganalisis faktor yang mempengaruhi kemiskinan di Indonesia. Tujuan penelitian ini untuk melihat bagaimana tiga variabel independen berpengaruh terhadap kemiskinan di Indonesia, dengan variabel independen adalah indeks pembangunan manusia,produk domestik regional bruto, dan pengangguran baik secara simultan maupun secara parsial.

Teori kemiskinan, pertumbuhan PDRB dan IPM dengan model Ordinary Least Square (OLS) digunakan untuk melihat bagaimana pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil penelitian memperlihatkan adanya pengaruh secara simultan dari ketiga variabelindependen dengan koefisien determinan 0.743


(55)

(R-Square). Namun ketika diuji secara parsial PDRB tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat kemiskinan, sedangkan IPM dan pengangguran secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat kemiskinan.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Hermanto Siregar dan Dwi Wahyu Winarti (2006) yang berjudul “Dampak Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Penurunan Jumlah Penduduk Miskin” bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh serta dampak dari pertumbuhan ekonomi terhadap jumlah penduduk miskin Indonesia, hal ini dilakukan karena jumlah penduduk miskin akibat krisis belum berhasil dikurangi bahkan cenderung meningkat. Penelitian ini

menggunakan data panel dan variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah kemiskinan, PDRB, tingkat inflasi, jumlah lulusan tingkat smp, sma, agrishare, industri share, dan dummy krisis. Kesimpulan dari penelitian adalah bahwa tidak hanya pertumbuhan ekonomi saja yang mampu mengurangi kemiskinan suatu daerah melainkan efek kebawah (tickle down effect).

4. Penelitian yang dilakukan oleh Deny Tisna Amijaya (2008) yang berjudul “Pengaruh ketidakmerataan distribusi pendapatan, pertumbuhan ekonomi, dan pengangguran terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 2003- 2004” bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh ketidakmerataan

distribusi pendapatan, pertumbuhan ekonomi, dan pengangguran terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 2003-2004.

Penelitian ini menggunakan metode Panel Data dan variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah kemiskinan, ketidakmerataan distribusi pendapatan, pertumbuhan ekonomi, dan tingkat pengangguran.


(56)

39

Kesimpulan dari penelitian adalah bahwa variabel ketidakmerataan distribusi pendapatan berpengaruh positif terhadap tingkat kemiskinan, variabel

pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif terhadap tingkat kemiskinan, sedangkan variabel pengangguran berpengaruh positif terhadap tingkat kemiskinan


(57)

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data time series tahunan 2002-2012. Data sekunder tersebut bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung. Adapun data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data Jumlah

Penduduk Miskin di Kabupaten Lampung Selatan , data Indeks Pembangunan Manusia di Kabupaten Lampung Selatan (IPM) dan Jumlah Pengangguran di Kabupaten Lampung Selatan selama Tahun 2002-2012.

B. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini selain dari Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, dilakukan dengan penelitian kepustakaan yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara membaca dan memahami melalui buku-buku, jurnal penelitian, literatur, dan hasil-hasil penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan masalah yang dibahas dalam penelitian ini


(58)

41

Tabel 3. Nama Variabel, Simbol, Satuan Pengukuran dan Sumber Data No Nama Variabel Simbol Satuan

Pengukuran

Sumber Data 1. Jumlah Penduduk

Miskin

JPM Jiwa BPS

2. Indeks

Pembangunan Manusia

IPM Persen BPS

3. Jumlah

Pengangguran

JP Jiwa BPS

C. Variabel Penelitian

Adapun variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1) Variabel terikat, merupakan variabel yang nilainya di pengaruhi oleh variasi yang dialami oleh variabel bebas. Pada penelitian ini yang menjadi variabel terikatnya adalah Jumlah Penduduk Miskin di Kabupaten Lampung Selatan. 2) Variabel bebas, merupakan variabel yang mempengaruhi nilai variabel terikat

dari variasi atau perubahan yang dialami oleh variabel bebas. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas yaitu Indeks Pembangunan Manusia dan Jumlah Pengangguran di Kabupaten Lampung Selatan.

D. Definisi Oprasional Variabel

Pengertian dan batasan-batasan variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


(59)

1. Jumlah Penduduk Miskin

Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi keterbatasan hal -hal yang biasa

untukdipunyai seperti makanan, pakaian, tempat berlindung dan air minum, hal-hal ini berhubungan erat dengan kualitas hidup. Kemiskinan kadang juga berarti tidak adanya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan yang mampu mengatasi masalah kemiskinan dan mendapatkan kehormatan yang layak sebagai warga negara yang ada di Kabupaten Lampung Selatan pada tahun 2002-2012

2. Indeks Pembangunan Manusia

Pembangunan manusia merupakan salah satu alat ukur yang dapat digunakan untuk menilai kualitas pembangunan manusia, baik dari sisi dampaknya terhadap kondisi fisik manusia (kesehatan dan kesejahteraan) maupun yang bersifat non-fisik (intelektualitas). Pembangunan yang terjadi di Kabupaten Lampung Selatan pada tahun 2002-2012 berdampak pada kondisi fisik masyarakat tercermin dalam angka harapan hidup serta kemampuan daya beli, sedangkan dampak non-fisik dilihat dari kualitas pendidikan masyarakat. Indeks pembangunan manusia merupakan indikator strategis yang banyak digunakan untuk melihat upaya dan kinerja program pembangunan secara menyeluruh di suatu wilayah. Dalam hal ini IPM dianggap sebagai gambaran dari hasil program pembangunan yang telah dilakukan beberapa tahun sebelumnya.


(60)

43

3. Jumlah Pengangguran

Pengangguran adalah seseorang yang sudah digolongkan dalam angkatan kerja yang secara aktif sedang mencari pekerjaan pada suatu tingkat upah tertentu, tetapi tidak dapat memperoleh pekerjaan yang diinginkannya yang ada di Kabupaten Lampung Selatan pada tahun 2002-2012. Menurut Sukirno (2000) pengangguran biasanya dibedakan atas 3 jenis berdasarkan keadaan yang menyebabkannya, antara lain:

1. Pengangguran friksional, yaitu pengangguran yang disebabkan oleh tindakan seseorang pekerja untuk meninggalkan kerjanya dan mencari kerja yang lebih baik atau sesuai dengan keinginannya.

2. Pengangguran struktural, yaitu pengangguran yang disebabkan oleh adanya perubahan struktur dalam perekonomian.

3. Pengangguran konjungtur, yaitu pengangguran yang disebabkan oleh kelebihan pengangguran alamiah dan berlaku sebagai akibat pengurangan dalam permintaan agregat.

Pada penelitian ini, menggunakan Pengangguran Konjungtur karena data jumlah pengangguran yang digunakan adalah pengangguran alamiah yang sesuai dengan kemampuan dan status ekonomi.

E. Alat Analisis

Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi, dimana analisis ini merupakan salah satu metode yang sangat populer dalam mencari


(61)

hubungan antara 2 variabel atau lebih. Gujarati (2006) mendefinisikan analisis regresi sebagai kajian terhadap hubungan satu variabel yang diterangkan dengan satu atau dua variabel yang menerangkan. Variabel pertama disebut dengan variabel terikat sedangkan variabel berikutnya disebut sebagai variabel bebas. Jika variabel bebas lebih dari satu maka analisis regresi disebut regresi linear berganda. Disebut berganda karena pengaruh beberapa variabel bebas akan dikenakan kepada variabel tergantung. Dalam analisis ini dilakukan bantuan program Eviews 4.1 dengan bertujuan untuk melihat pengaruh variabel-variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan regresi berganda dengan metode kuadrat terkecil sederhana Ordinary Least Squares (OLS). Metode ini diyakini mempunyai sifat-sifat yang ideal dan dapat diunggulkan yaitu secara teknis sangat kuat, mudah dalam perhitungan dan penarikan interpretasinya

1. Analisis Regresi

Model persamaan pada penelitian ini adalah :

JPM = f ( IPM, JP )………. (3.1) JPM = β0+ β1IPM + β2JP+ µ... (3.2)

Model di atas di transformasikan kedalam bentuk Logaritma Natural . Pemilihan model persamaan ini didasarkan pada penggunaan model Logaritma Natural (Ln). Bentuk model logaritma natural pada penelitian ini adalah :

LnJPM = β0 + β1LnIPM + β2LnJP+ µ...(3.3) Keterangan:

JPM : Jumlah Penduduk Miskin (jiwa)

IPM : Indeks Pembangunan Manusia (persen) JP : Jumlah Pengangguran (jiwa)

µ : Faktor gangguan stokastik β1, β2 : Koefisien regresi yang ditaksir Ln : Logaritma natural


(62)

45

2. Uji Asumsi Klasik

Agar model regresi yang digunakan menghasilkan regresi yang valid BLUE (Best Linier Unbiased Estimator), model tersebut harus memenuhi asumsi-asumsi dasar klasik Ordinary Least Square (OLS). Asumsi-asumsi-asumsi tersebut antara lain :

a. Tidak terdapat autokorelasi (adanya hubungan antara masing-masing residual).

b. Tidak terjadi multikolinearitas (adanya hubungan antar variabel bebas). c. tidak ada heteroskedastisitas (adanya variance yang tidak konstan dari

variabel pengganggu)

Sebelum melakukan uji hasil model regresi yang digunakan uji asumsi klasik guna mendapatkan hasil yang baik, yakni:

a. Uji Normalitas

Uji normalitas diperlukan untuk mengetahui kenormalan error term dan variabel-variabel baik variabel-variabel bebas maupun terikat, apakah data sudah menyebar secara normal. Uji normalitas dapat dilihat dengan metode Jarque-Berra. Jika residual terdistribusi secara secara normal maka diharapkan nilai statistik JB akan sama dengan nol.

Uji normalitas tersebut dapat dilihat melalui grafik penyebaran titik-titik. Deteksi normalitasnya sebagai berikut :

1. Jika data (titik-titik) menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi sudah memenuhi asumsi normalitas.


(63)

2. Jika data (titik-titik) jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

b.Uji Multikolinieritas

Multikolinieritas adalah adanya hubungan linier yang sempurna diantara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan (variabel independen) dari suatu model regresi. Indikator terjadinya multikolinieritas antara lain adalah jika R² tinggi (mendekati 1), nilai F hitung tinggi < tetapi nilai t hitung semua nilai variabel penjelas tidak signifikan. Untuk mengetahui ada tidaknya dilakukan regresi antar variabel independen.

Cara mendeteksi multikolinieritas adalah melakukan regresi antar variabel penjelas (Gujarati, 1997), sehingga :

- R² yang dihasilkan sangat tinggi katakanlah diatas 0.85.

- F statistik dan t statistik menunjukan tidak adanya multikolinieritas dan menggunakan korelasi parsial.

Cara menyelesaikan multikolinieritas adalah : - Mengeluarkan satu variabel dan bias spesifikasi - Transfomasi variabel


(64)

47

c. Uji Autokorelasi

Suatu model regresi dikatakan terkena autokorelasi, jika ditemukan adanya korelasi antara kesalahan penggangu pada periode t dengan kesalahan pada periode sebelumnya.

Autokorelasi hanya ditemukan pada regresi yang datanya time series. Untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi dapat dilakukan dengan uji (D) dari metode Durbin-Watson dan menggunakan metode Variance Inflation Factor (VIF) (Gujarati, 1997). Deteksi autokorelasi dilakukan dengan membandingkan nilai statistik Durbin-Watson hitung dengan Durbin-Watson tabel.

Adapun prosedur dari uji DW sebagai berikut : (Widarjono, 2005).

1. Melakukan regresi metode OLS dan kemudian mendapatkan nilai residualnya. 2. Menghitung nilai d.

3. Dengan jumlah observasi (n) dan jumlah variabel independen tertentu tidak termasuk konstanta (k), kita cari nilai kritis dL dan dU di statistik Durbin Watson. Uji Durbin Watson, pengambilan keputusannya :

 Jika nilai DW = 0, artinya ada autokorelsi positif  Jika nilai DW = 4, artinya ada autokorelasi negatif  Jika nilai DW = 2, artinya tidak ada autokorelasi

Walaupun uji otokorelasi DW mudah dilakukan, namun uji ini mengadung

beberapa kelemahan yaitu uji DW hanya berlaku jika variabel independen bersifat random atau stokastik. Kedua, uji DW hanya berlaku jika hubungan otokorelasi antar residual dalam order pertama atau autoregresif order pertama disingkat AR (1). Ketiga, model ini tidak dapat digunakan dalam kasus rata-rata bergerak dari residual yang lebih tinggi.


(65)

Berdasarkan kelemahan diatas, maka Breusch dan Godfrey mengembangkan uji autokorelasi yang lebih umum dan dikenal dengan uji LM atau LM-Test. Jika nilai Chi-Squares hitung lebih kecil dari nilai kritisnya, maka kita menerima hipotesis nol. Artinya model tidak mengandung unsur autokorelasi karena semua nilai ρ sama dengan nol. Dan Jika nilai probabilitas lebih besar dari nilai α yang dipilih maka kita menerima Ho yang berarti tidak ada autokorelasi.

1. Uji statistik a. Uji Parsial (Uji t)

Pengujian terhadap masing-masing koefisien regresi parsial dengan menggunakan uji t dengan tingkat keyakinan 95% apabila besarnya varians populasi tidak diketahui, sehingga pengujian hipotesisnya sangat ditentukan oleh nilai-nilai statistiknya. Adapun hipotesis yang digunakan adalah:

 Ha : β = 0, artinya variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen

 Ha : β > 0, artinya variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen

Pengujian ini dilakukan dengan rumus : t hitung = β / Se (β)

Bila t hitung > t tabel ( ½ α = n – k ) maka H0 ditolak berarti tiap-tiap variabel bebas berpengaruh secara nyata terhadap variabel dependen.

Bila t hitung < t tabel ( ½ α = n – k ) maka H0 diterima berarti tiap-tiap variabel bebas tidak berpengaruh secara nyata terhadap variabel dependen.


(66)

49

Sedangkan dalam penelitian digunakan pengujian parsial t – statistik yang biasa dilihat pada tingkat signifikansi pada hasil pengolahan data.

b. Uji Keseluruhan (Uji F)

Untuk mengetahui peranan variabel bebas secara keseluruhan dilakukan dengan uji F. kesimpulan uji F dapat diperoleh dengan membandingkan antara F statistic dengan F tabel pada tingkat tertentu dan derajat bebas tertentu (Gujarati, 1997). Pengujian ini dilakukan dengan rumus :

 Bila F hitung > F tabel maka H0 ditolak, atau dengan kata lain menerima Ha berarti secara bersama-sama variable bebas berpengaruh secara nyata dan signifikansi tehadap variable terikat.

 Bila F hitung < F tabel maka H0 diterima, berarti secara bersama-sama variable bebas tidak berpengaruh secara nyata dan signifikansi tehadap variabel terikat. Di dalam penelitian ini nilai uji F dilihat dari tingkat signifikasi pada hasil

pengolahan data.

c. Koefisien Determinasi ( R2 )

Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur tingkat keeratan hubungan antara variabel penjelas secara keseluruhan terhadap variabel yang dijelaskan. Nilai koefisien determinasi yang baik adalah yang semakin mendekati 1, karena akan berarti kesalahan pengganggu dalam model yang digunakan semakin kecil ( Gujarati, 2003 ).


(67)

Nilai R2 terletak pada 0 < R2 < 1, suatu nilai R2 mendekati 1 yang artinya modelnya semakin baik. Sedangkan nilai R2 yang bernilai nol berarti tidak ada hubungan antara variabel tak bebas dengan variabel yang menjelaskan.


(68)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan pada Bab IV. Maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Variabel Indeks Kemiskinan Manusia (IPM) berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap jumlah penduduk miskin di Kabupaten Lampung Selatan tahun 2002-2012.

2. Variabel tingkat pengangguran berpengaruh positif dan signifikan pada taraf kepercayaan 10% terhadap jumlah penduduk miskin di

Kabupaten Lampung Selatan pada tahun 2002-2012. Variabel tingkat pengangguran terlihat berpengaruh terhadap jumlah penduduk miskin yang ada di Kabupaten Lampung Selatan. Pada teorinya apabila tingkat pengangguran naik maka tingkat kemiskinan dan juga jumlah penduduk miskin akan naik. Semakin banyak jumlah penganggguran di daerah tersebut, maka akan semakin tinggi pula jumlah masyarakat miskinnya.

B. Saran

Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan yang telah diberikan, maka dapat diberikan beberapa saran yaitu sebagai berikut :

1. Dilihat dari jumlah penduduk miskin yang ada di Kabupaten Lampung Selatan , maka kebijakan pemerintah yang menetapkan wajib belajar


(69)

dan sekolah gratis harus terus dilaksanakan dan diperluas cakupannya hingga menjangkau masyarakat miskin terutama di pedesaan. Mutu layanan pendidikan yang merupakan variable dalam meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia harus terus ditingkatkan dan

penyediaan buku pelajaran, seragam, bantuan alat tulis harus diperbanyak sesuai dengan jumlah murid-murid yang tergolong penduduk miskin. Dilihat dari data pada Tabel 8, pada tahun 2012 hanya 52,68 persen masyarakat Kabupaten Lampung Selatan yang mengenyam pendidikan Sekolah Menengah Atas. Pemerintah juga sebaiknya meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan terhadap masyarakat di Kabupaten Lampung Selatan yang sekarang ini hanya memiliki 2 buah Rumah Sakit . Dengan tersedianya Puskesmas,

perawat serta dokter praktik yang berkualitas dan tentunya biaya yang gratis akan sangat membantu masyarakat miskin di pedesaan.

2. Jumlah pengangguran sangat berpengaruh terhadap jumlah penduduk miskin . Untuk mengurangi jumlah pengangguran di Kabupaten Lampung Selatan dapat dilakukan dengan peningkatan jumlah

angkatan kerja yang harus diimbangin dengan kesempatan kerja yang lebih memadai. Kebijakan pemerintah dalam memberikan pelatihan bagi masyarakat yang menganggur, sebaiknya ditindak lanjuti dengan memberikan lapangan pekerjaan bagi mereka yang sudah memiliki keahlian khusus. Dengan mempermudah izin pendirian usaha agar kesempatan kerja semakin besar, sehingga banyak tenaga kerja yang terserap. Disamping itu juga Pemerintah sebaiknya bekerja sama


(70)

63

dengan investor asing untuk melibatkan banyak tenaga yaitu masyarakat sekitar perusahaan atau pabrik tersebut.


(71)

DAFTAR PUSTAKA

Adit Agus Prastyo, 2010. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan. FE UNDIP, Semarang.

Ala, Andre Bayo, 1981. Kemiskinan dan Strategi Memerangi Kemiskinan, Liberty, Yogyakarta,.

Amartya Sen, Bloom dan Canning, 2001. The Health and Proverty of Nations : From Theory to Practice, School of Public Health, Harvard University, Boston and Dept. of Economics, Queens University, Belfast.

Arsyad, Lincolin, 1997. Ekonomi Mikro, BPFE, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

BPS/Badan Pusat Statistik dan Depsos/Departemen Sosial , 2002, Penduduk Fakir Miskin Indonesia 2002, Jakarta

BPS. 2010. Statistik Indonesia. Jakarta

Gujarati, Damodar. 1997. Ekonometrika Dasar. Erlangga. Jakarta .

_______________. 2003. Basic Econometric. ( Fourth Edition ). Mc Graw Hill International. USA

Lanjouw Petter, 2001. “ Poverty Education and health in Indonesia: Who Benefits


(72)

Modjo, M. Ikhsan. 2009. Krisis dan Kesiapan Industri Manufaktur

Mudrajad Kuncoro , 1997. Ekonomi Pembangunan, Teori, Masalah dan Kebijakan. UPP AMD YKPN, Yogyakarta.

________________, 2001. Metode Kuantitatif (Teori dan Aplikasi untuk Bisnis dan Ekonomi), Unit Penerbit dan Percetakan AMP YKPN, Yogyakarta.

________________., 2006. Strategi Bagaimana Meraih Keunggulan Kompetitif,. Penerbit Erlangga, Jakarta.

Mulyaningsih, Yani. 2008. Pengaruh pengeluaran pemerintah di sektor publik terhadap peningkatan pembangunan manusia dan pengurangan kemiskinan. Pantjar Simatupang dan Saktyanu K. Dermoredjo, 2003, Produksi Domestik Bruto,

Harga, dan Kemiskinan, dalam Media Ekonomi dan Keuangan Indonesia, Sadono Sukirno. 2004. Makroekonomi : Teori Pengantar Edisi Ketiga. PT

Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Suhardjo, A.J. 1997. Stratifikasi Kemiskinan dan Disribusi Pendapatan di Wilayah Pedesaan (Kasus Tiga Dusun Wilayah Karang Selatan, Gunung Merapi, Jawa Tengah.)

Sukirno, Sadono. 2000. Ekonomi Pembangunan Proses, Masalah dan Dasar Kebijakan Pembangunan. UI-Press. Jakarta

Sumitro Djojohadikusumo. 1995. Perkembangan Pemikiran Ekonomi Dasar Teori Pertumbuhan dan Ekonomi Pembangunan. Jakarta


(73)

Todaro, Michael, P. 2000. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Jilid I. Edisi Ketujuh. Erlangga. Jakarta.

Widarjono, Agus, 2005. Ekonometrika Teori dan Aplikasinya, Edisi Pertama. Ekonisia . Yogyakarta.


(1)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan pada Bab IV. Maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Variabel Indeks Kemiskinan Manusia (IPM) berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap jumlah penduduk miskin di Kabupaten Lampung Selatan tahun 2002-2012.

2. Variabel tingkat pengangguran berpengaruh positif dan signifikan pada taraf kepercayaan 10% terhadap jumlah penduduk miskin di

Kabupaten Lampung Selatan pada tahun 2002-2012. Variabel tingkat pengangguran terlihat berpengaruh terhadap jumlah penduduk miskin yang ada di Kabupaten Lampung Selatan. Pada teorinya apabila tingkat pengangguran naik maka tingkat kemiskinan dan juga jumlah penduduk miskin akan naik. Semakin banyak jumlah penganggguran di daerah tersebut, maka akan semakin tinggi pula jumlah masyarakat miskinnya.

B. Saran

Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan yang telah diberikan, maka dapat diberikan beberapa saran yaitu sebagai berikut :

1. Dilihat dari jumlah penduduk miskin yang ada di Kabupaten Lampung Selatan , maka kebijakan pemerintah yang menetapkan wajib belajar


(2)

62

dan sekolah gratis harus terus dilaksanakan dan diperluas cakupannya hingga menjangkau masyarakat miskin terutama di pedesaan. Mutu layanan pendidikan yang merupakan variable dalam meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia harus terus ditingkatkan dan

penyediaan buku pelajaran, seragam, bantuan alat tulis harus diperbanyak sesuai dengan jumlah murid-murid yang tergolong penduduk miskin. Dilihat dari data pada Tabel 8, pada tahun 2012 hanya 52,68 persen masyarakat Kabupaten Lampung Selatan yang mengenyam pendidikan Sekolah Menengah Atas. Pemerintah juga sebaiknya meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan terhadap masyarakat di Kabupaten Lampung Selatan yang sekarang ini hanya memiliki 2 buah Rumah Sakit . Dengan tersedianya Puskesmas,

perawat serta dokter praktik yang berkualitas dan tentunya biaya yang gratis akan sangat membantu masyarakat miskin di pedesaan.

2. Jumlah pengangguran sangat berpengaruh terhadap jumlah penduduk miskin . Untuk mengurangi jumlah pengangguran di Kabupaten Lampung Selatan dapat dilakukan dengan peningkatan jumlah

angkatan kerja yang harus diimbangin dengan kesempatan kerja yang lebih memadai. Kebijakan pemerintah dalam memberikan pelatihan bagi masyarakat yang menganggur, sebaiknya ditindak lanjuti dengan memberikan lapangan pekerjaan bagi mereka yang sudah memiliki keahlian khusus. Dengan mempermudah izin pendirian usaha agar kesempatan kerja semakin besar, sehingga banyak tenaga kerja yang terserap. Disamping itu juga Pemerintah sebaiknya bekerja sama


(3)

63

dengan investor asing untuk melibatkan banyak tenaga yaitu masyarakat sekitar perusahaan atau pabrik tersebut.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Adit Agus Prastyo, 2010. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan. FE UNDIP, Semarang.

Ala, Andre Bayo, 1981. Kemiskinan dan Strategi Memerangi Kemiskinan, Liberty, Yogyakarta,.

Amartya Sen, Bloom dan Canning, 2001. The Health and Proverty of Nations : From Theory to Practice, School of Public Health, Harvard University, Boston and Dept. of Economics, Queens University, Belfast.

Arsyad, Lincolin, 1997. Ekonomi Mikro, BPFE, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

BPS/Badan Pusat Statistik dan Depsos/Departemen Sosial , 2002, Penduduk Fakir Miskin Indonesia 2002, Jakarta

BPS. 2010. Statistik Indonesia. Jakarta

Gujarati, Damodar. 1997. Ekonometrika Dasar. Erlangga. Jakarta .

_______________. 2003. Basic Econometric. ( Fourth Edition ). Mc Graw Hill International. USA

Lanjouw Petter, 2001. “ Poverty Education and health in Indonesia: Who Benefits From Public Spending”. World Bank Discussion , Washington..


(5)

Modjo, M. Ikhsan. 2009. Krisis dan Kesiapan Industri Manufaktur

Mudrajad Kuncoro , 1997. Ekonomi Pembangunan, Teori, Masalah dan Kebijakan. UPP AMD YKPN, Yogyakarta.

________________, 2001. Metode Kuantitatif (Teori dan Aplikasi untuk Bisnis dan Ekonomi), Unit Penerbit dan Percetakan AMP YKPN, Yogyakarta.

________________., 2006. Strategi Bagaimana Meraih Keunggulan Kompetitif,. Penerbit Erlangga, Jakarta.

Mulyaningsih, Yani. 2008. Pengaruh pengeluaran pemerintah di sektor publik terhadap peningkatan pembangunan manusia dan pengurangan kemiskinan. Pantjar Simatupang dan Saktyanu K. Dermoredjo, 2003, Produksi Domestik Bruto,

Harga, dan Kemiskinan, dalam Media Ekonomi dan Keuangan Indonesia, Sadono Sukirno. 2004. Makroekonomi : Teori Pengantar Edisi Ketiga. PT

Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Suhardjo, A.J. 1997. Stratifikasi Kemiskinan dan Disribusi Pendapatan di Wilayah Pedesaan (Kasus Tiga Dusun Wilayah Karang Selatan, Gunung Merapi, Jawa Tengah.)

Sukirno, Sadono. 2000. Ekonomi Pembangunan Proses, Masalah dan Dasar Kebijakan Pembangunan. UI-Press. Jakarta

Sumitro Djojohadikusumo. 1995. Perkembangan Pemikiran Ekonomi Dasar Teori Pertumbuhan dan Ekonomi Pembangunan. Jakarta


(6)

Tambunan, T.T.H. 2001. Perekonomian Indonesia: Teori dan Temuan Empiris. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Todaro, Michael, P. 2000. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Jilid I. Edisi Ketujuh. Erlangga. Jakarta.

Widarjono, Agus, 2005. Ekonometrika Teori dan Aplikasinya, Edisi Pertama. Ekonisia . Yogyakarta.