DAERAH KERJA PPAT FORMASI PPAT, PPAT SEMENTARA DAN PPAT KHUSUS

- 3 - Pasal 2 1 PPAT bertugas pokok melaksanakan sebagian kegiatan pendaftaran tanah dengan membuat akta sebagai bukti telah dilakukannya perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun yang akan dijadikan dasar bagi pendaftaran perubahan data pendaftaran tanah yang diakibatkan oleh perbuatan hukum itu. 2 Perbuatan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat 1 adalah sebagai berikut : a. jual beli; b. tukar menukar; c. hibah; d. pemasukan ke dalam perusahaan inbreng; e. pembagian hak bersama; f. pemberian Hak Guna Bangunan Hak Pakai atas tanah Hak Milik; g. pemberian Hak Tanggungan; h. pemberian kuasa membebankan Hak Tanggungan. Pasal 3 1 PPAT mempunyai kewenangan membuat akta tanah yang merupakan akta otentik mengenai semua perbuatan hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat 2 mengenai hak atas tanah dan Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun yang terletak di dalam daerah kerjanya. 2 PPAT Sementara mempunyai kewenangan membuat akta tanah yang merupakan akta otentik mengenai semua perbuatan hukum sebagaimana dimaksud Pasal 2 ayat 2 menganai hak atas tanah dan Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun dengan daerah kerja di dalam wilayah kerja jabatannya. 3 PPAT Khusus hanya berwenang membuat akta mengenai Perbuatan hukum yang dusebut secara khusus dalam penunjukannya. Pasal 4 1 PPAT dapat membuat akta tukar menukar, akta pemasukan ke dalam perusahaan, atau akta pembagian hak bersama mengenai beberapa hak atas tanah dan atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun yang tidak semuanya terletak dalam satu daerah kerjanya, apabila salah satu bidang tanah atau Satuan Rumah Susun yang menhasi obyek perbuatan hukum tersebut terletak di dalan daerah kerjanya. 2 Akta sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dibuat oleh PPAT sesuai dengan jumlah kabupatenkota letak bidang tanah yang dilakukan perbuatan hukumnya, untuk kemudian masing-masing akta PPAT tersebut didaftarkan pada Kantor Pertanahan masing-masing.

BAB III DAERAH KERJA PPAT

Pasal 5 1 Daerah kerja PPAT adalah satu wilayah kerja Kantor Pertanahan. 2 Daerah kerja PPAT Sementara dan PPAT Khusus meliputi wilayah kerjanya sebagai pejabat pemerintah yang menjadi dasar penunjuknnya. - 4 - Pasal 6 1 Apabila suatu wilayah kabupaten kota dipecah menjadi 2 dua atau lebih wilayah kabupatenkota, maka dalam waktu 1 satu tahun sejak diundangkannya undang-undang tentang pembentukan kabupatenkota yang baru, PPAT yang daerah kerjanya adalah kabupatenkota semula harus memilih salah satu wilayah kabupatenkota sebagai daerah kerjanya, dengan ketentuan bahwa apabila pemilihan tersebut tidak dilakukan pada waktunya, maka mulai 1 satu tahun sejak diundangkannya undang-undang pembentukan kabupatenkota baru tersebut daerah kerja PPAT yang bersangkutan hanya meliputi wilayah kabupatenkota ketak kantor PPAT yang bersangkutan. 2 Pemilihan daerah kerja sebagaimana dimaksud pada ayat 1 berlaku dengan sendirinya mulai 1 satu tahun sejak diundangkannya undang-undang pembentukan kabupatenkota yang baru. 3 Apabila Kantor Pertanahan untuk wilayah pemekaran masih merupakan kantor perwakilan, terhadap PPAT yang memilih daerah kerja asal atau daerah kerja pemekaran masih dapat melaksanakan pembuatan akta meliputi wilayah Kantor Pertanahan induk dalam waktu paling lama 1 satu tahun sejak diundangkannya undang- undang pembentukan kabupatenkota yang bersangkutan. 4 PPAT yang diangkat dengan daerah kerja kabupatenkota pemekaran sedangkan Kantor Pertanahan KabupatenKota pemekaran belum terbentuk, maka PPAT yang bersangkutan hanya berwenang membuat akta di daerah kerja sesuai dengan pengangkatannya.

BAB IV FORMASI PPAT, PPAT SEMENTARA DAN PPAT KHUSUS

Bagian Kesatu Formasi PPAT Pasal 7 1 Formasi atau kebutuhan dan pengadaan PPAT ditetapkan oleh Kepala Badan untuk setiap daerah kerja PPAT dengan mempertimbangkan faktor sebagai berikut : a. jumlah kecamatan di daerah kabupatenkota yang bersangkutan; b. tingkat perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun sebagaimana dimaksud dalam pasal 2; c. tingkat perkembangan ekonomi daerah yang bersangkutan; d. jumlah permohonan untuk dapat diangkat sebagai PPAT di daerah kabupatenkota yang bersangkutan; e. jumlah PPAT yang sudah ada pada setiap daerah kabupatenkota yang bersangkutan; f. lain-lain faktor yang dianggap penting oleh Kepala Badan. 2 Formasi PPAT diklasifikasikan menjadi 2 dua yaitu: a. formasi pada beberapa daerah kabupatenkota tertentu yang hanya diperuntukan bagi PPAT yang pernah menjabat sebagai PPAT; dan b. formasi pada daerah kabupatenkota yang diperuntukan bagi pengangkatan pertama kali danatau untuk PPAT yang pernah menjabat sebagai PPAT. 3 Penentuan beberapa daerah kabupatenkota yang hanya diperuntukan bagi PPAT yang pernah menjabat sebagai PPAT - 5 - sebagaimana dimaksud pada ayat 2 huruf a ditetapkan dengan Keputusan Kepala Badan. 4 Formasi PPAT yang telah ditetapkan, dapat ditinjau kembali oleh Kepala Badan apabila terdapat perubahan berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada ayat 1. Pasal 8 Di daerah kerja PPAT yang hanya diperuntukkan bagi PPAT yang pernah menjabat sebagai PPAT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 tidak dapat dilaksanakan pengangkatan PPAT, kecuali jumlah PPAT yang telah ada berkurang dari jumlah formasi yang telah ditetapkan atau formasinya diadakan perubahan. Bagian Kedua Formasi PPAT Sementara Pasal 9 1 Formasi atau kebutuhan dan penunjukan PPAT Sementara ditetapkan oleh Kepala Badan dengan mempertimbangkan faktor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat 1. 2 Dalam hal di daerah kabupatenkota yang telah ditetapkan oleh Kepala Badan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 PPATnya telah terpenuhi, maka terhadap Camat yang baru dilantik tidak lagi ditunjuk sebagai PPAT, kecuali jumlah PPAT yang telah ada berkurang dari jumlah formasi yang telah ditetapkan atau formasinya diadakan perubahan. 3 Formasi PPAT Sementara yang telah ditetapkan, dapat ditinjau kembali oleh Kepala Badan apabila terdapat perubahan berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat 1. Bagian Ketiga Formasi PPAT Khusus Pasal 10 Formasi PPAT Khusus ditetapkan oleh Kepala Badan berdasarkan kebutuhan akan perbuatan hukum tertentu di kabupatenkota yang bersangkutan.

BAB V PENGANGKATAN, PEMINDAHAN DAN PEMBERHENTIAN PPAT