BAGI HASIL PAJAK PROVINSI

Pasal 92 1 Pejabat Pembuat Akta TanahNotaris dan kepala kantor yang membidangi pelayanan lelang negara melaporkan pembuatan akta atau risalah lelang Perolehan Hak atas Tanah danatau Bangunan kepada Kepala Daerah paling lambat pada tanggal 10 sepuluh bulan berikutnya. 2 Tata cara pelaporan bagi pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diatur dengan Peraturan Kepala Daerah. Pasal 93 1 Pejabat Pembuat Akta TanahNotaris dan kepala kantor yang membidangi pelayanan lelang negara, yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 91 ayat 1 dan ayat 2 dikenakan sanksi administratif berupa denda sebesar Rp7.500.000,00 tujuh juta lima ratus ribu rupiah untuk setiap pelanggaran. 2 Pejabat Pembuat Akta TanahNotaris dan kepala kantor yang membidangi pelayanan lelang negara, yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 92 ayat 1 dikenakan sanksi administratif berupa denda sebesar Rp250.000,00 dua ratus lima puluh ribu rupiah untuk setiap laporan. 3 Kepala kantor bidang pertanahan yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 91 ayat 3 dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB III BAGI HASIL PAJAK PROVINSI

Pasal 94 1 Hasil penerimaan Pajak provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat 1 sebagian diperuntukkan bagi kabupatenkota di wilayah provinsi yang bersangkutan dengan ketentuan sebagai berikut: a. hasil penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor diserahkan kepada kabupatenkota sebesar 30 tiga puluh persen; b. hasil penerimaan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor diserahkan kepada kabupatenkota sebesar 70 tujuh puluh persen; c. hasil penerimaan Pajak Rokok diserahkan kepada kabupatenkota sebesar 70 tujuh puluh persen; dan d. hasil penerimaan Pajak Air Permukaan diserahkan kepada kabupatenkota sebesar 50 lima puluh persen. 2 Khusus untuk penerimaan Pajak Air Permukaan dari sumber air yang berada hanya pada 1 satu wilayah kabupatenkota, hasil penerimaan Pajak Air Permukaan dimaksud diserahkan kepada kabupatenkota yang bersangkutan sebesar 80 delapan puluh persen. 3 Bagian kabupatenkota sebagaimana dimaksud pada ayat 1 ditetapkan dengan memperhatikan aspek pemerataan danatau potensi antarkabupatenkota. 4 Ketentuan lebih lanjut mengenai bagi hasil penerimaan Pajak provinsi yang diperuntukkan bagi kabupatenkota sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 3 ditetapkan dengan Peraturan Daerah Provinsi. BAB IV PENETAPAN DAN MUATAN YANG DIATUR DALAM PERATURAN DAERAH TENTANG PAJAK Pasal 95 1 Pajak ditetapkan dengan Peraturan Daerah. 2 Peraturan Daerah tentang Pajak tidak berlaku surut. 3 Peraturan Daerah tentang Pajak paling sedikit mengatur ketentuan mengenai: a. nama, objek, dan Subjek Pajak; b. dasar pengenaan, tarif, dan cara penghitungan pajak; c. wilayah pemungutan; d. Masa Pajak; e. penetapan; f. tata cara pembayaran dan penagihan; g. kedaluwarsa; h. sanksi administratif; dan i. tanggal mulai berlakunya. 4 Peraturan Daerah tentang Pajak dapat juga mengatur ketentuan mengenai: a. pemberian pengurangan, keringanan, dan pembebasan dalam hal-hal tertentu atas pokok pajak danatau sanksinya; b. tata cara penghapusan piutang pajak yang kedaluwarsa; danatau c. asas timbal balik, berupa pemberian pengurangan, keringanan, dan pembebasan pajak kepada kedutaan, konsulat, dan perwakilan negara asing sesuai dengan kelaziman internasional.

BAB V PEMUNGUTAN PAJAK