Aspek Politis Perjuangan Menuju Negara Kesatuan Republik Indonesia
Kelas VII SMPMTs 146
Negara Kesatuan Republik Indonesia walaupun sudah berdiri dan ber
usia lebih dari tujuh puluh 70 tahun tidak akan bertahan apabila masyarakatnya sendiri tidak lagi memiliki semangat persatuan dan kesatuan.
Bangsa dan negara Indonesia akan bertahan selamanya apabila warga negara Indonesia mau mewujudkan persatuan dan kesatuan dalam berbagai bidang
kehidupan.
Negara Indonesia adalah suatu negara persatuan yang tidak terpecah- pecah, dibentuk di atas dan di dalam bangsa Indonesia yang tidak terbagi-
bagi. Pemikiran tentang daerah negara Indonesia merdeka dari pendiri negara dapat dijumpai dalam sidang BPUPKI. Muhammad Yamin, dalam
pidatonya tanggal 11 Juli 1945 mengatakan :
”...Pemerintah dalam republik ini pertama-tama akan tersusun dari badan-badan masyarakat seperti desa, yaitu susunan pemerintah
yang paling bawah. Pemerintah ini saya namai pemerintah bawahan. Dan pemerintah pusat akan terbentuk di kota negara,
ibu negara Republik Indonesia. Itu saya namai pemerintah atasan. Antara pemerintah atasan dan pemerintah bawahan itu
adalah pemerintah daerah, yang boleh saya sebut pemerintah tengahan...”
Risalah Sidang BPUPKI dan PPKI, halaman 181-182 Soepomo sebagai Ketua Panitia Kecil Perancang Undang-Undang Dasar
dalam sidang BPUPKI tanggal 15 Juli 1945 mengatakan : ”...Kita menyetujui bentuk negara kesatuan eenheidstaat. Oleh
karena itu di bawah Negara Indonesia tidak ada negara bawahan, tidak ada ”onderstaat”, akan tetapi hanya ada daerah-daerah
pemerintahan belaka. Pembagian daerah Indonesia dan bentuknya pemerintahan daerah ditetapkan dengan undang-undang.”
”...Hak-hak usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa harus diperingati juga. Daerah-daerah yang bersifat istimewa itu
ialah pertama daerah kerajaan baik di Jawa maupun luar Jawa. Kedua, daerah-daerah kecil yang mempunyai susunan rakyat asli
seperti desa di Jawa, nagari di Minangkabau, dusun dan marga di Palembang, huta dan kuria di Tapanuli, gampong di Aceh.
Maksudnya, daerah-daerah istimewa tadi dihormati dengan menghormati dan memperbaiki susunan asli...”
Risalah Sidang BPUPKI dan PPKI, halaman 271-272