0813022022
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pelajaran fisika di sekolah masih dianggap sebagai pelajaran yang sulit. Hal ini dikarenakan dalam pembelajaran, guru mengajarkan fisika langsung kepada konsep tanpa mengkaitkannya terlebih dahulu dengan aplikasi yang terjadi. Sedangkan kegiatan belajar mengajar adalah sebuah interaksi yang bernilai pendidikan. Dalam kegiatan belajar mengajar tersebut terjadi interaksi edukatif antara guru dan siswa ketika guru menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa di kelas. Materi pelajaran yang diberikan guru akan kurang memberikan dorongan (motivasi) kepada siswa bila penyampaiannya menggunakan model pembelajaran dan media pembelajaran yang kurang tepat.
Berdasarkan hasil observasi awal di SMA Al Azhar 3 Bandar Lampung, didapatkan bahwa pembelajaran materi listrik dinamis masih disampaikan dalam bentuk yang abstrak. Metode yang sering digunakan adalah metode ceramah. Sementara media yang digunakan hanya media sederhana seperti gambar. Padahal dari hasil wawancara dengan salah satu guru fisika
disekolah tersebut diketahui bahwa SMA Al Azhar 3 Bandar Lampung telah memiliki sarana multimedia termasuk fasilatas laptop dan LCD yang
(2)
namun guru belum mampu mengkombinasikan media pada pembelajaran fisika.
Akibat dari penggunaan media yang kurang optimal tersebut diduga berdampak terhadap rendahnya hasil belajar kognitif yang diperoleh siswa. Berdasarkan hasil ujian semester siswa kelas X semester ganjil SMA Al Azhar 3 Bandar Lampung tahun pelajaran 2011 2012 diketahui bahwa rata-rata nilai ujian semester yang diperoleh siswa adalah 56,25. Nilai rata-rata-rata-rata tersebut belum memenuhi Standar Ketuntasan Belajar Minimum (SKBM) yang telah ditetapkan pada sekolah i
Penggunaan media pembelajaran akan sangat membantu efektivitas proses pembelajaran dan penyampaian pesan atau isi pelajaran sehingga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman karena menyajikan informasi secara menarik dan terpercaya. Selain itu media pembelajaran juga dapat memudahkan penafsiran data dan memadatkan informasi. Salah satu inovasi yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran khususnya materi listrik dinamis adalah menggunakan media pembelajaran kombinasi animasi multimedia danpower point, sehingga tidak hanya cukup dengan
menggunakan media-media sederhana seperti spidol, papan tulis, dan gambar dalam proses penyampaiannya Hal ini memungkinkan tercapainya tujuan pembelajaran yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar.
Media pembelajaran berbasis kombinasi animasi multimedia dan power point dapat dijadikan alternatif media dalam proses pembelajaran. Oleh
(3)
karena itu, telah dilakukan penelitian mengenai Perbandingan Hasil Belajar Fisika Siswa dengan Menggunakan Media Pembelajaran Kombinasi Animasi Multimedia dan Power Point Berbasis keterampilan Proses Sains .
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah penelitian ini adalah adakah perbedaan rata-rata hasil belajar fisika siswa pada
pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran kombinasi animasi multimedia danpower pointberbasis keterampilan proses sains?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan rata-rata hasil belajar fisika siswa pada pembelajaran dengan media pembelajaran kombinasi animasi multimedia danpower pointberbasis keterampilan proses sains.
(4)
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah.
1. Dapat mengetahui hasil belajar fisika siswa terhadap suatu materi belajar dalam proses pembelajaran dengan media pembelajaran kombinasi animasi multimedia danpower point.
2. Dapat mengetahui media pembelajaran yang lebih baik untuk meningkatkan keterampilan proses sains dan hasil belajar siswa. 3. Dapat menjadi alternatif baru bagi guru dalam menyajikan materi
pembelajaran yang dapat diterapkan di kelas untuk meningkatkan hasil belajar.
4. Sebagai penambahan wawasan ilmu pengetahuan bagi peneliti dengan terjun langsung ke lapangan dan memberikan pengalaman belajar yang menumbuhkan kemampuan dan keterampilan meneliti serta pengetahuan lebih mendalam terutama pada bidang yang dikaji.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Untuk membatasi penelitian ini dan memberikan arah yang jelas, maka ruang lingkup penelitian ini adalah .
1. Media pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran kombinasi animasi multimedia yaitu programPhETyaitu program simulasi untuk mengembangkan fenomena fisika.
(5)
2. Media pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaranpower point yaitu program yang digunakan untuk presentasi yang terdiri dari teks, gambar, warna serta animasi-animasi.
3. Hasil belajar yang dibatasi pada ranah kognitif dan psikomotorik. 4. Objek penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Al Azhar 3 Bandar
Lampung Tahun Ajaran 2011/2012
5. Materi yang dibelajarkan dalam penelitian ini adalah materi pokok Listrik Dinamis.
(6)
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teoretis
1. Media Pembelajaran
Media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari mediumyang secara harfiah berarti perantara atau pengantar yaitu perantara atau pengantar sumber pesan dengan penerima. Beberapa ahli memberikan definisi tentang media pembelajaran. Menurut Schramm dalam Sudrajat (2008: 1) Media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran .
Menurut Briggs dalam Sudrajat (2008: 1) Media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/ materi pembelajaran seperti: buku, film, video, dan sebagainya . Sementara itu, menurut Arsyad (2005: 3)
Association of Educational and Communication Technologymengatakan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan orang untuk menyampaikan pesan pembelajaran .
Dari ketiga pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri siswa.
(7)
Menurut Gerlach dan Ely dalam Arsyad (2005: 11) ciri media pendidikan yang layak digunakan dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:
1. Fiksatif(fixative property)
Media pembelajaran mempunyai kemampuan untuk merekam, menyimpan, melestarikan, dan merekonstruksikan suatu peristiwa/objek.
2. Manipulatif(manipulative property)
Kejadian yang memakan waktu berhari-hari dapat disajikan kepada siswa dalam waktu dua atau tiga menit dengan teknik pengambilan gambartime-lapse recording.
3. Distributif(distributive property)
Memungkinkan berbagai objek ditransportasikan melalui suatu tampilan yang terintegrasi dan secara bersamaan objek dapat menggambarkan kondisi yang sama pada siswa dengan stimulasi pengalaman yang relatif sama tentang kejadian itu.
Ada beberapa kriteria untuk menilai keefektifan sebuah media. Hubbard dalam Ena (2009: 3) mengusulkan sembilan kriteria untuk menilainya, yaitu: biaya, ketersediaan fasilitas pendukung, kecocokan dengan ukuran kelas, keringkasan, kemampuan untuk dirubah, waktu dan tenaga
penyiapan, pengaruh yang ditimbulkan, kerumitan dan yang terakhir adalah kegunaan.
Pada hakikatnya proses belajar adalah proses komunikasi, penyampaian pesan dari pengirim kepada penerima. Sesuai dengan beberapa pengertian media di atas, secara umum media adalah segala bentuk perantara yang dapat menyampaikan pesan atau informasi, yang cakupannya tidak hanya sebatas alat dan bahan saja, tetapi juga manusia dan segala sesuatu yang dapat membantu tercapainya tujuan yang diharapkan. Pesan yang tersampaikan ke penerima tidak semuanya dapat dimengerti. Hal itu dipengaruhi kemampuan masing-masing penerima dan efektivitas media
(8)
sebagai pengantar pesan. Dari keadaan ini peranan media sempat dipertanyakan.
Jika mengingat kembali tentang pengalaman belajar, tentunya pemerolehan pengalaman belajar tidak luput dari media. Untuk
memahami peranan media dalam proses mendapatkan pengalaman belajar bagi siswa, Dale dalam Sanjaya (2009:199) melukiskannya dalam sebuah kerucut yang kemudian dinamakan kerucut pengalaman(cone of
experience),seperti yang ditampilkan pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Kerucut pengalaman Edgar Dale
Kerucut pengalaman tersebut memberikan gambaran bahwa pengalaman yang diperoleh siswa dapat melalui proses perbuatan atau mengalami sendiri apa yang dipelajari, proses mengamati dan mendengarkan melalui media tertentu dan proses mendengarkan melalui bahasa.
Sejalan dengan kerucut pengalaman Dale, secara umum media mempunyai kegunaan:
1. Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis.
2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu tenaga dan daya indra.
Pengalaman Langsung observasi partisipasi demonstrasi
wisata televisi film radio visual Symbol
visual verbal
(9)
3. Menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara murid dengan sumber belajar.
4. Memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual, auditori & kinestetiknya.
5. Memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman & menimbulkan persepsi yang sama.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses belajar. Para guru dituntut agar mampu menggunakan alat-alat yang disediakan oleh sekolah, dan tidak tertutup kemungkinan bahwa alat-alat tersebut sesuai dengan perkembangan dan tuntutan zaman. Guru sekurang-kurangnya dapat menggunakan alat yang murah dan efisien. Meskipun sederhana tapi merupakan suatu keharusan dalam upaya mencapai tujuan pengajaran yang diharapkan. Disamping mampu menggunakan alat-alat yang tersedia, guru juga dituntut untuk dapat mengembangkan keterampilan membuat media pembelajaran yang akan digunakannya apabila media tersebut belum tersedia.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa media adalah bagian yang tidak terpisahkan dari proses belajar mengajar demi tercapainya tujuan pendidikan pada umumnya dan tujuan pembelajaran di sekolah
khususnya. Media tidak dipandang sebagai alat bantu guru saja, melainkan lebih sebagai alat penyalur pesan. Sesuai dengan kerucut pengalaman Dale, LKS yang dikembangkan bisa dikategorikan dalam jenjang pengalaman langsung karena di dalam LKS terdapat fase untuk melakukan kegiatan.
(10)
Pada hakikatnya kegiatan belajar mengajar adalah suatu proses komunikasi. Proses komunikasi (proses penyampaian pesan) harus diciptakan atau diwujudkan melalui kegiatan penyampaian dan tukar menukar pesan atau informasi oleh setiap guru dan peserta didik. Yang dimaksud pesan atau informasi dapat berupa pengetahuan, keahlian (skill), ide, pengalaman, dan sebagainya. Agar tidak terjadi kesesatan dalam proses komunikasi perlu digunakan sarana yang membantu proses komunikasi yang disebut media (Rohani, 1997: 1). Hubungan
komunikasi dalam pendidikan akan berjalan dengan lancar dan tercapai hasil yang maksimal apabila menggunakan alat bantu yang disebut media (Hamalik, 1986: 2).
Menurut Arsyad (2000: 4) media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Sedangkan Danim (1999: 7) menyatakan bahwa media pendidikan merupakan seperangkat alat bantu atau pelengkap yang digunakan oleh guru atau pendidik dalam rangka berkomunikasi dengan siswa atau peserta didik. Alat bantu itu disebut media pendidikan sedangkan komunikasi adalah system penyampaiannya.
Media pembelajaran sangan beragam misalnya media gambar,audio, gambar bergerak,audio-visual. Salah satu media pembelajaran yaitu multimedia. Multimedia dapat diartikan sebagai gabungan alat-alat teknik seprti computer, memori elktronik, jaringan informasi, dan alat-alatdisplayyang dapat menyajikan berbagai informasi melalui berbagai
(11)
format seperti teks, gambar nyata atau grafik melalui multi saluran sensorik (Suheri, 2006: 31). Multimedia pembelajaran adalah paket multimedia interaktif di mana di dalamnya terdapat langkah-langkah instruksional yang didisain untuk melibatkan pengguna secara aktif di dalam proses pembelajaran (Pramoto, 2004: 4). Sedangkan Fidiatmo (2007: 8) menyatakan bahwa pembelajaran multimedia adalah suatu kegiatan belajar mengajar di mana dalam penyampaian bahan pelajaran yang disajikan kepada siswa, guru menggunakanatau menerapkan berbagai perangkat media pembelajaran.
Suheri (2006: 30) mengemukan bahwa keunggulan dari sebuah multimedia dalam pembelajaran, yaitu:
1. Memperbesar benda yang sangat kecil dan tidak tampak oleh mata, seperti kuman, bakteri, elektron, dan lain-lain,
2. Memperkecil benda yang sangat besar yang tidak mungkin dihadirkan ke sekoh, seprti gajah, rumah, gunung, dan lain-lain, 3. Menyajikan benda atau peristiwa yang kompleks, rumit, dan
berlangsung cepat atau lambat, seperti system tubuh manusia, bekerjanya suatu mesin, beredarnya planet Mars, berkembangnya bunga, dan lain-lain,
4. Menyajikan benda atau peristiwa yang jauh, seperti bulan, bintang, salju,
5. Menyajikan benda atau peristiwa yang berbahaya, seperti letusan gunung berapi, harimau, racun, dan lain-laian,
(12)
Reiber dalam Rakim (2008: 4) menyatakan bahwa salah satu bagian penting pada multimedia adalah animasi. Animasi merupakan rangkaian gambar yang membentuk sebuah gerakan. Menurut Suheri (2006: 29) animasi dapat juga diartikan dengan menghidupkan gambar yang mati, menggerakkan gambar yang diam dengan cara membuat metafmorfosa dari bentuk selanjutnya dalam durasi tertentu. Animasi cocok untuk menciptakan realitas dari sesuatu yang semu, sesuatu yang tidak mapu ditangkap oleh realitas dalam citra visual. Animasi adalah salah satu daya tarik utama di dalam suatu program multimedia interaktif. Bukan saja mampu menjelaskan suatu konsep atau proses yang sukar dijelaskan dengan media lain, animasi juga memiliki daya tarik estetika sehingga tampilan yang menarik akan memotivasi pengguna untuk terlibat di dalam proses pembelajaran. Sedangkan animasi multimedia merupakan proses pembentukan gerak dari berbagai media atau objek yang
divariasikan dengan efek-efek danfilter, gerakan transisi, serta suara-suara yang selaras dengan gerakan animasi tersebut (Suheri, 2006: 5).
Beberapa kelebihan dari penggunaan animasi multimedia dalam pendidikan yang dikemukakan oleh rakim (2008: 20) adalah:
a. Sistem pembelajaran lebih inovatif dan interaktif,
b. Sarana untuk memberikan pemahaman kepada siswa atas materi yang akan diberikan,
c. Mampu menimbulkan rasa senang selama proses pembelajaran berlangsung. Hal ini akan menambah motivasi siswa selama proses pembelajaran hingga didapatkan tujuan pembelajaran yang maksimal,
(13)
d. Merupakan media penyimpanan yang relatif gampang dan fleksibel,
e. Mampu memvisualisasikan materi yang selama ini sulit untuk diterangkan hanya sekedar dengan penjelasan atau alat peraga yangkonvensional.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan animasi multimedia dapat membuat proses pembelajaran lebih menyenangkan, inovatif dan interaktif sehingga tujuan pembelajaran lebih maksimal.
Suheri (2006: 31) berpendapat bahwa tujuan pembelajaran melalui animasi multimedia adalah:
1. Kualitas seperti penguasaan materi, penggunaan perangkat lunak multimedia dalam proses pembelajaran akan meningkatkan efesiensi, meningkatkan motivasi, memfasilitasi belajar aktif, memfasilitasi belajar eksperimental, konsisten dengan belajar berpusat pada siswa, dan memandu untuk belajar lebih baik,
2. Waktu yang singkat untuk mencapai tujuan tertentu dala belajar. Ultimedia mapu mempercepat pemahaman sehingga belajar menjadi lebih singkat,
3. Efesiensi biaya, bahan pembelajaran lebih sering dalam bentuk digital yang disimpan dala bentuk disk. SebuahCD-ROOM bisa
menyimpan sekitar 680 MB data, setara dengan 250.000 halaman buku atau 200 buku atau 2 rak buku.
(14)
Power pointmerupakan sebuahprogram persentasiyang merupakan salah satu program berbasis multimedia.
Hidayat (2008: 2) mengemukakan bahwa:
Program ini dirancang khusus untuk menyampaikan presentasi, baik yang diselenggarakan oleh perusahaan, pemerintahan, pendidikan, maupun perorangan, dengan berbagai fitur menu yang mampu menjadikannya sebagai media komunikasi yang menarik. Beberapa hal yang menjadikan ini menarik untuk digunakan sebagai alat presentasi adalah berbagai kemapuan pengolahan teks, warna dan gambar, serta animasi-animasi yang bisa diolah sendiri sesuai kreatifitas penggunanya.
Menurut Hidayat (2008: 10-11), pada prinsipnya program ini terdiri dari beberapa unsur rupa dan pengontrolan operasionalnya. Unsur rupa yang dimaksud terdiri dari slide, teks, gambar, dan bidang-bidang warna yang dapat dikombinasikan dengan latar belakang yang telah tersedia. Unsur rupa tersebut dapat dibuat tanpa gerak, atau dibuat dengan gerakan tertentu sesuai keinginan penggunanya.
Seluruh tampilan dalam program ini dapat diatur sesuai keperluan, apakah akan berjalan sendiri berdasarkan timing yang diinginkan, atau berjalan secara manual, yaitu dengan mengklik tombol mouse. Biasanya jika digunakan untuk penyampain materi yang memungkinkan terjadinya interaksi antara siswa dan guru, maka kontrol operasinya menggunakan cara manual.
(15)
Indrawati (1999: 3) dalam Nuh (2010) mengemukakan bahwa
Keterampilan Proses Sians (KPS) merupakan keseluruhan keterampilan ilmiah yang terarah (baik kognitif maupun psikomotor) yang dapat digunakan untuk menemukan suatu konsep atau prinsip atau teori , untuk mengembangkan konsep yang telah ada sebelumnya, ataupun untuk melakukan penyangkalan terhadap suatu penemuan (falsifikasi)".
Jadi KPS adalah kemampuan siswa untuk menerapkan metode ilmiah dalam memahami, mengembangkan dan menemukan ilmu pengetahuan. KPS sangat penting bagi setiap siswa sebagai bekal untuk menggunakan metode ilmiah dalam mengembangkan sains serta diharapkan memperoleh pengetahuan baru/ mengembangkan pengetahuan yang telah dimiliki.
Keterampilan proses dasar diuraikan oleh Mahmuddin (2010) sebagai berikut:
1. Observasi atau mengamati, menggunakan lima indera untuk mencari tahu informasi tentang obyek seperti karakteristik obyek, sifat, persamaan, dan fitur identifikasi lain. 2. Klasifikasi, proses pengelompokan dan penataan
objek
3. Mengukur, membandingkan kuantitas yang tidak diketahui dengan jumlah yang diketahui, seperti: standar dan non-standar satuan pengukuran.
4. Komunikasi, menggunakan multimedia, tulisan, grafik, gambar, atau cara lain untuk berbagi temuan.
5. Menyimpulkan, membentuk ide-ide untuk menjelaskan pengamatan.
6. Prediksi, mengembangkan sebuah asumsi tentang hasil yang diharapkan.
(16)
Keenam keterampilan proses dasar di atas terintegrasi secara bersama-sama ketika ilmuan merancang dan melakukan penelitian, maupun dalam kehidupan sehari-hari. Semua komponen keterampilan proses dasar penting baik secara parsial maupun ketika terintegrasi secara bersama-sama. Oleh karena itu, sangat penting dimiliki dan dilatihkan bagi siswa sebelum melanjutkan ke keterampilan proses yang lebih rumit dan kompleks. Longfield (2003) dalam Nurohman (2010) membagi KPS menjadi tiga tingkatan, yaituBasic, Intermediate,danEdvanced.
Keterampilan proses sebagaimana disebutkan merupakan KPS yang diaplikasikan pada proses pembelajaran. Pembentukan keterampilan dalam memperoleh pengetahuan merupakan salah satu penekanan dalam pembelajaran sains. Oleh karena itu, penilaian terhadap keterampilan proses siswa harus dilakukan terhadap semua keterampilan proses sains baik secara parsial maupun secara utuh. Penilaian merupakan tahapan penting dalam proses pembelajaran. Penilaian dalam pembelajaran sains dapat dimaknai sebagai pembawa konten, proses sains dan sikap ilmiah secara bersama-sama. Penilaian dilakukan terutama untuk menilai kemajuan siswa dalam pencapaian KPS. MenurutSmithdanWelliver dalam Mahmuddin (2010), pelaksanaan penilaian keterampilan proses dapat dilakukan dalam beberapa bentuk, diantaranya
1. Pretesdanposttes. Guru melaksanakan penilaian keterampilan proses sains siswa pada awal dan akhir tahun sekolah.
2. Diagnostik. Guru melaksanakan penilaian keterampilan proses sains siswa pada awal tahun ajaran
3. Penempatan kelas. Guru melaksanakan penilaian keterampilan proses sains siswa sebagai salah satu kriteria dalam penempatan kelas.
(17)
4. Bimbingan karir. Biasanya para peneliti melakukan uji coba menggunakan penilaian keterampilan proses sains untuk mengidentifikasi siswa yang memiliki potensi di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang dapat dibina.
Penilaian keterampilan proses sains dilakukan dengan menggunakan instrumen yang disesuaikan dengan materi dan tingkat perkembangan siswa atau tingkatan kelas. Oleh karena itu, penyusunan instrumen penilaian harus direncanakan secara cermat sebelum digunakan.
Pengukuran terhadap keterampilan proses siswa dapat dilakukan dengan menggunakan instrumen tertulis. Pelaksanaan pengukuran dapat
dilakukan secara tes(paper and pencil test)dan bukan tes. Penilaian melalui tes dapat dilakukan dalam bentuk tes tertulis(paper and pencil test). Sedangkan penilaian melalui bukan tes dapat dilakukan dalam bentuk observasi atau pengamatan. Penilaian dalam keterampilan proses agak sulit dilakukan melalui tes tertulis dibandingkan dengan teknik observasi. Namun demikian, menggunakan kombinasi kedua teknik penilaian tersebut dapat meningkatkan akurasi penilaian terhadap KPS.
5. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah suatu pencapaian usaha belajar yang dilakukan siswa dalam aktivitas belajar yang menentukan tingkat keberhasilan pemahaman siswa.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 3)
Hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi dari tindak belajar dan tindak mengajar. Bagi guru tindak mengajar diakhiri dengan proses
(18)
evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar. Sedangkan dari sisi guru hasil belajar merupakan suatu pencapaian tujuan pengajaran.
Nasrun dalam Miftahurrohmah (2008: 12) mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan hasil akhir pengambilan keputusan mengenai tinggi rendahnya nilai yang diperoleh siswa selama mengikuti proses
pembelajaran.
Berdasarkan kedua pendapat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi dari tindak
pembelajaran. Selain itu, hasil belajar merupakan hasil akhir akhir pengambilan keputusan mengenai tinggi rendahnya nilai yang diperoleh siswa selama mengikuti proses pembelajaran.
Menurut Hamalik (2002: 155) hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan sikap dan keterampilan.
Dalam mengukur hasil belajar dapat dilakukan melalui tes dan non- tes. Sudjiono (2008: 75) mengemukakan
Ditinjau dari segi cara mengajukan pertanyaan dan cara
memberikan jawaban, tes dapat digolongkan menjadi dua, yaitu: tes tertulis dan tes lisan. Tes tertulis, yaitu tes dimana tester dalam mengajukan butir-butir pertanyaan atau soal dilakukan secara tertulis dan testee memberikan jawaban secara tertulis.
Berdasarkan kedua pendapat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa hasil belajar merupakan tingkatan kemampuan siswa dalam pembelajaran
(19)
dimana hasil belajar dapat dinyatakan dalam dua bentuk pengukuran yaitu dalam bentuk angka maupun dalam bentuk tingkah laku.
Tes adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis dan objektif untuk memperoleh data-data atau keterangan-keterangan yang diinginkan tentang seseorang, dengan cara yang boleh dikatakan tepat dan cepat. Amir dalam (Arikunto, 2007: 32).
Teknik non- tes pada umumnya memegang peranan yang penting dalam rangka mengevaluasi hasil belajar peserta didik dari segi ranah sikap hidup (afektif) dan ranah keterampilan (psikomotor). Sedangkan teknik tes pada umumnya digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar peserta didik dari segi ranah proses berpikirnya (ranah kognitif).
Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajaran setelah mengalami aktivitas mengajar. Menurut Gagne dalam Setyowati (2006: 20), hasil belajar dapat dibagi menjadi lima kelompok, yaitu
(1) Informasi verbal yaitu tingkat pengetahuan yang dimiliki
seseorang yang dapat diungkapkan melalui bahasa lisan maupun tertulis kepada orang lain
(2) Kemahiran intelektual yaitu kemampuan seseorang untuk berhubungan dengan lingkungannya dan dengan dirinya sendiri (3) Pengetahuan kegiatan kognitif yaitu kemampuan yang dapat
menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri, khususnya bila sedang belajar dan berfikir
(4) Keterampilan motorik yaitu seorang yang mampu melakukan suatu rangkaian gerak-gerik jasmani dalam urutan tertentu, dengan mengadakan koordinasi antara gerak-gerik berbagai anggota badan secara terpadu
(5) Sikap yaitu sikap tertentu dari seseorang terhadap suatu objek.
Hasil belajar fisika adalah hasil belajar yang dicapai siswa dalam mata pelajaran fisika selama siswa mampu mengamati, melakukan percobaan,
(20)
memahami konsep-konsep, prinsip-prinsip serta mampu
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari setelah siswa mempelajari pokok bahasan yang diajarkan. Untuk mengetahui keberhasilan dalam belajar diperlukan adanya suatu pengukuran hasil belajar yaitu melalui suatu evaluasi atau tes dan dinyatakan dalam bentuk angka. Untuk mengetahui kriteria hasil belajar siswa terhadap pedoman dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Kriteria hasil belajar siswa Nilai Siswa Kualifikasi Nilai
80-100 Sangat Baik
66-79 Baik
56-65 Cukup
40-55 Kurang
30-39 Gagal
(Arikunto, 2007: 249) Sementara itu, menurut Lester dalam Sagala (2007: 1) berpendapat bahwa:
Belajar adalah upaya untuk memperoleh kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan, dan sikap belajar. Belajar dikatakan berhasil manakala seseorang mampu mengulangi kembali materi yang dipelajarinya.
(21)
Klasifikasi belajar seperti di atas, menunjukkan bahwa untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran salah satunya dapat dilihat dari hasil belajar yang diperoleh oleh siswa setelah melakukan proses pembelajaran. Hasil belajar siswa merupakan suatu hal yang berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menyerap atau memahami suatu materi yang disampaikan. Suatu proses pembelajaran dikatakan berhasil jika hasil belajar yang diperoleh oleh siswa dapat meningkat atau mengalami perubahan.
Menurut Dalyono (2005: 55) faktor-faktor yang menentukan pencapaian hasil belajar siswa, yaitu:
a) Faktor internal (yang berasal dari dalam diri) meliputi
kesehatan, intelegensi, bakat, minat, motivasi dan cara belajar. b) Faktor eksternal (yang berasal dari luar diri) meliputi
lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, dan lingkungan sekitar.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa keberhasilan dari proses belajar mengajar dipengaruhi oleh banyak faktor, baik yang bersal dari dalam diri siswa (faktor internal). Untuk mendapatkan hasil belajar yang
memuaskan, maka seorang siswa harus bias mengelola faktor-faktor ini dengan baik terutama faktor yang berasal dari dalam dirinya.
Menurut Bloom dalam Sardiman (2004: 23-24) bahwa ada tiga ranah hasil belajar, yaitu:
a) Kognitif:Knowledge(pengetahuan, ingatan),comprehension (pemahaman, menjelaskan,meringkas),analysis(menguraikan, menentukan hubungan),synthesis(mengorganisasikan,
merencanakan, membentuk bangunan baru),evaluation(menilai), application(menerapkan).
b) Affective:Receiving(sikap menerima),responding(member respon),Valuing(menilai),organization(organisasi), characterization(karakterisasi).
(22)
c) Psychomotor:initiatory level, pre-routine level, routinized level. Dari pengertian hasil belajar yang telah dikemukakan oleh para ahli di atas, maka hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah proses belajar meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Hasil belajar tersebut bisa berbentuk pengetahuan, keterampilan, maupun sikap. Oleh karena itu seseorang yang melakukan aktivitas belajar akan memperoleh perubahan dalam dirinya dan memperoleh pengalaman baru, maka individu itu dikatakan telah belajar.
B. Kerangka Pemikiran
Proses pembelajaran salah satunya bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan siswa yang ditunjukkan oleh adanya hasil belajar yang memuaskan. Untuk memperoleh hasil belajar yang memuaskan tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu: guru, siswa, model pembelajaran, serta media yang digunakan.
Untuk mewujudkan tujuan tersebut, guru sebagai mediator dan fasilitator dalam proses pembelajaran harus mampu melayani setiap siswa sesuai karakteristik mereka masing-masing. Guru juga harus mampu menggunakan berbagai metode pembelajaran yang mampu mengakomodasi semua
kebutuhan siswa serta memanfaatkan berbagai media dalam menyampaikan pesan-pesan pembelajaran.
(23)
Salah satu upaya yang bisa dilakukan oleh guru untuk kegiatan ini adalah dengan menggunakan media pembelajaran kombinasi animasi multimedia danpower pointsebagai media dalam proses pembelajaran. Untuk
memberikan gambaran yang lebih jelas berikut diagram paradigma pemikiran yang disajikan pada Gambar 2.2.
Gambar 2.2 Paradigma Pemikiran
Pada penelitian ini terdapat dua bentuk variabel yaitu variabel bebas dan veriabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah media
pembelajaran kombinasi animasi multimedia (X1) dan mediapower point
(X2), sedangkan variabel terikatnya adalah hasil belajar (Y1), kemudian
dilakukan uji hipotesis untuk mengetahui mana yang lebih tinggi rata-rata hasil belajar siswa dengan media pembelajaran kombinasi animasi
multimedia danpower point. Animasi multimedia dapat menyampaikan pengertian atau informasi dengan cara yang lebih kongkrit atau lebih nyata daripada yang disampaikan dengan cara yang diucapkan, dicetak atau ditulis.
X1
Y1
(24)
SedangkanPower Pointmerupakan salah satu aplikasi yang digunakan untuk mempermudah presentasi. AplikasiPower Pointmenyediakan fasilitas slide untuk menampung pokok-pokok pembicaraan yang akan disampaikan pada siswa. Dengan fasilitas animasi suatu slide dapat dimodifikasi dengan menarik. Berdasarkan uraian tersebut bahwa rata-rata hasil belajar fisika siswa dengan menggunakan media pembelajaran kombinasi animasi multimedia lebih tinggi dibandingkan rata-rata hasil belajar fisika siswa dengan menggunakan media pembelajaranpower point. Media pembelajaran kombinasi animasi multimedia lebih dapat mengembangkan motivasi siswa dalam pembelajaran, berpartisipasi aktif dalam bereksperimen, aktif dalam berdiskusi, dan bekerja sama dengan teman satu kelompok.
C. Anggapan Dasar
Anggapan dasar penelitian sebagai berikut:
1. Kedua kelas eksperimen memperoleh materi listrik dinamis yang sama. 2. Rata-rata kemampuan keterampilan proses sains yang dimiliki untuk
kedua kelas eksperimen sama.
3. Faktor-faktor lain di luar penelitian diabaikan. D. Hipotesis
O
H : Tidak ada perbedaan rata-rata hasil belajar fisika siswa pada pembelajaran dengan media pembelajaran kombinasi animasi multimedia danpower point berbasis keterampilan proses sains.
(25)
1
H : Ada perbedaan rata-rata hasil belajar fisika siswa pada pembelajaran dengan media pembelajaran kombinasi animasi multimedia danpower pointberbasis keterampilan proses sains.
(26)
III. METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2011 2012 yaitu tanggal 25 April sampai 5 Mei 2012 di SMA Al Azhar 3 Bandar
Lampung.
B. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X semester genap SMA Al Azhar 3 Bandar lampung pada tahun pelajaran 2011/2012 yang terdiri dari tujuh kelas, yaitu X1sampai dengan X8.
C. Sampel Penelitian
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik purposive samplingyang memiliki karakteristik siswa yang sama. Dari populasi yang terdiri dari sepuluh kelas diambil dua kelas sebagai sampel. Sampel yang diperoleh adalah kelas X5yang berjumlah 36 siswa sebagai
kelas eksperimen I dan X6sebagai kelas eksperimen II yang berjumlah 37
siswa.
(27)
Dalam penelitian ini, desain yang digunakan adalahpretest postest kelompok pembanding dengan tipeOne-Group Pretest-Posttest Design. Terdapat dua kelas eksperimen. Kelas eksperimen I diberi perlakuan dengan penggunaan media pembelajaran kombinasi animasi multimedia, sementara kelas eksperimen II diberi perlakuan dengan menggunakan mediapower point. Metode yang digunakan adalah metode diskusi presentasi. Pretes diberikan di awal pembelajaran danpostestdi akhir pembelajaran dengan jumlah dan soal yang sama.
Gambar dari desain yang digunakan adalah sebagai berikut :
Gambar 3.1 Desain eksperimenOne-Group Pretest-Postest Design Keterangan: O1 = Pretest
O2 = Postest
= Media pembelajaran kombinasi animasi multimedia = Media pembelajaranpower point
(Sugiyono, 2010: 110-111)
E. Variabel Penelitian
Pada penelitian ini terdapat dua bentuk variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dari penelitian ini yaitu media pembelajaran kombinasi animasi multimedia(X1) dan media pembelajaranpower point
(28)
F. Instrumen Penelitian
Pada penelitian ini, instrument penelitian yang digunakan berupa soal pilihan ganda dan uraian hasil belajar kognitif siswa pada saatpretestdanposttest serta lembar penilaian psikomotorik.
G. Analisis Instrumen
Sebelum instrumen ini digunakan pada sampel dalam penelitian ini, maka instrumen harus diuji dengan uji validitas dan uji reliabilitas.
1. Uji Validitas
Agar dapat diperoleh data yang valid, instrumen atau alat untuk
mengevaluasinya harus valid. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (ketepatan). Sebuah tes dikatakan memiliki validitas jika hasilnya sesuai dengan kriterium, dalam arti memiliki kesejajaran antara hasil tes tersebut dengan kriterium.
Untuk menguji validitas instrumen digunakan rumus korelasi product momentyang dikemukakan oleh Pearson dengan rumus:
(29)
Dengan kriteria pengujian jika korelasi antar butir dengan skor total lebih dari 0,3 maka instrumen tersebut dinyatakan valid, atau sebaliknya jika korelasi antar butir dengan skor total kurang dari 0,3 maka instrumen tersebut dinyatakan tidak valid. J
maka koefisien korelasi tersebut signifikan.
Item yang mempunyai kerelasi positif dengan kriterium (skor total) serta korelasi yang tinggi, menunjukkan bahwa item tersebut mempunyai validitas yang tinggi pula. Biasanya syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat adalah kalau r = 0,3.
(Masrun dalam Sugiyono, 2010: 188) Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
program SPSS 17.0 dengan kriterium uji bilacorrelated item total correlationlebih besar dibandingkan dengan 0,3 maka data merupakan construckyang kuat (valid).
2. Uji Reliabilitas
Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Perhitungan untuk mencari harga reliabilitas instrumen didasarkan pada pendapat Arikunto (2008: 109) yang menyatakan bahwa untuk menghitung reliabilitas dapat digunakan rumusalpha, yaitu:
(30)
r11 = reliabilitas yang dicari
i2 = jumlah varians skor tiap-tiap item t2 = varians total
(Arikunto, 2008: 109) Uji reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana alat pengukuran dapat dipercaya atau diandalkan. Reliabilitas instrumen diperlukan untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan pengukuran. Untuk mencapai hal tersebut, dilakukan uji reliabilitas dengan
menggunakan SPSS 17.0 dengan metode yang diukur
berdasarkan skala 0 sampai 1.
Menurut Sayuti dikutip oleh Sujianto dalam Saputri (2010: 30), kuesioner dinyatakan reliabel jika mempunyai nilai koefisien alpha, maka
digunakan ukuran kemantapan alpha yang diinterprestasikan sebagai berikut:
1.
reliabel. 2.
reliabel.
3. kup
reliabel. 4.
5.
reliabel.
(Saputri, 2010: 30) Setelah instrumen valid dan reliabel, kemudian disebarkan pada sampel yang sesungguhnya. Skor total setiap siswa diperoleh dengan
menjumlahkan skor setiap nomor soal.
(31)
Penelitian ini dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut: 1. Persiapan
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam tahap persiapan sebagai berikut: a. Menentukan jadwal penelitian,
b. Membuat dan menyampaikan surat izin penelitian, c. Melakukan observasi awal di skolah tempat pelaksanaan
penelitian,
d. Menentukan sampel penelitian,
e. Membuat dan mencari media pembelajaran kombinasi animasi multimedia danpower pointuntuk setiap pertemuan,
f. Membuat perangkat pembelajaran yang meliputi: Silabus, rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan LKK,
g. Membuat instrumen evaluasi yaitu soal pretest dan postest berupa soal uraian,
h. Membentuk kelompok diskusi yang beranggotakan 4 5 orang siswa, yang dilakukan secara bebas melalui metode hitungan satu sampai lima, dan siswa yang mendapatkan hitungan yang sama bergabung dalam satu kelompok sehingga terbentuk kelompok yang heterogen baik dari segi kemampuan akademis, latar belakang, jenis kelamin dan lainnya
(32)
Melaksanakan pembelajaran dengan edia pembelajaran kombinasi animasi multiedia danpower pointyang dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan dengan materi sebagai berikut:
a. Pertemuan pertama tentang hukum Ohm b. Pertemuan kedua tentang rangkaian listrik
c. Pertemuan ketiga tentang hambatan penghantar dan hukum kirchoff
Langkah-langkah pebelajaran yang dilakukan oleh guru pada setiap pertemuan adalah sebagai berikut:
1) Pendahuluan
a. Memberikan pretest mengenai materi yang akan disampaikan. b. Menanyangkan Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar
(KD), Indikator, dan Tujuan pembelajaran dengan media
pembelajaran kombinasi animasi multimedia di eksperimen I dan media pembelajaranpower pointdi kelas eksperimen II.
c. Memotivasi siswa.
d. Menggali pengetahuan awal siswa dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan.
(33)
2) Kegiatan Inti
a. Guru meminta siswa untuk uduk dengan kelompoknya b. Guru menyajikan materi dengan menggunakan media
pembelajaran kombinasi aniamsi multimedia di kelas eksperimen I dan media pembelajaranpower pointdi kelas eksperimen II
dengan pembagian materi pada setiap pertemuan
c. Guru meminta siswa untuk duduk dengan kelompoknya d. Guru membagikan LKK kepada setiap kelompok
e. Guru meminta siswa untuk mendiskusikan masalah/pertanyaan yang ada di LKK selama 35 menit
f. Guru meminta perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya. Presentasi dilakukan ditempat duduknya masing-masing
g. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya atau menyanggah hasil diskusi yang isampaikan oleh kelompok presentasi
h. Guru membimbing siswa membuat kesimpulan. 3) Penutup
Guru memberikan evaluasi mengenai materi yang telah disampaikan pada setiap pertemuan.
(34)
I. Teknik Pengumpulan Data
Terdapat dua hal utama yang mempengaruhi kualitas data hasil penelitian yaitu kualitas instrumen penelitian dan kualitas pengumpulan data. Teknik pengumpulan data pada saat penelitian pendahuluan ialah berupa wawancara tidak terstruktur yang ditujukan kepada guru mata pelajaran Fisika. Hal ini dilakukan agar memperoleh informasi mengenai permasalahan atau faktor-faktor yang menyebabkan hasil belajar siswa rendah. Pada saat penelitian peneliti mengumpulkan data dengan menggunakan lembar pengumpulan data berbentuk tabel yang diperoleh dari hasil observasi saat pembelajarn
berlangsung dan hasil pretest siswa sebelum diberi perlakuan dan postest siswa setelah diberi perlakuan agar mengetahui peningkatan hasil belajar siswa. Pada tabel dibawah ini merupakan bagan untuk data hasil belajar siswa pada kelas X3dan X5.
Tabel 3.1 Data hasil belajar Siswa (test)
No Nama Siswa L/P Nomor soal dan skor Skor total
Rerata
1 2 3 4 ...
20 20 20 20 ...
1 Siswa 1
2 Siswa 2
3 Siswa 3
... ...
Skor Tertinggi Skor Terendah
Jumlah Skor rata-rata siswa
Kemudian, peneliti membuat tabel untuk mendata hasil pretest dan postest pada X3dan X5sehingga hasilN-Gaindari kedua kelas eksperimen dapat
(35)
Tabel 3.2 RekapitulasiN-GainSiswa
No Nama Siswa Pretest Postest %
kenaikan
N-Gain Katagori 1 ...
2 ... 3 ... Skor tertinggi Skor terendah Skor rata-rata
Supatmo (2008) dikutip oleh (Ardiansyah, 2011: 32)
J. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis
1. Menghitung SkorGain
Untuk mendapatkangainpada setiap pertemuan menggunakan rumus sebagai berikut :
Keterangan: g = N-gain = Skorposttest = Skorpretest = Skor max
Kategori: Tingggi N-Gain
Sedang N-Gain< 0,7 Rendah : N-Gain< 0,3
Meltzer dikutip oleh Marlangen (2010: 34) Untuk menganalisis peningkatan hasil belajar siswa digunakan skorpretest danposttest. Peningkatan skor antara tes awal dan tes akhir dari variabel tersebut merupakan indikator adanya peningkatan atau penurunan hasil
(36)
belajar pada pembelajaran fisika dengan media pembelajaran kombinasi animasi multimedia danpower point.
Proses analisis untuk data keterampilan proses sains siswa adalah sebagai berikut:
(a) Skor yang diperoleh dari masing-masing siswa adalah jumlah skor dari setiap soal.
(b) Persentase keterampilan proses dihitung dengan rumus
Pengkategorian keterampilan proses adalah sebagai berikut 81 100 Sangat baik
61 80 Baik
41 60 Cukup
21 40 Kurang
<20 Sangat Kurang
(Muhibin Syah (1995) dalam Marnasusanti(2007)
2. Uji Normalitas
Uji ini digunakan untuk mengetahui normal atau tidaknya data yang diperoleh dari sampel yang berasal dari populasi. Untuk menguji apakah sampel penelitian merupakan jenis distribusi normal, dapat dilakukan dengan uji statistik non-parametrik Kolmogrov-Smirnov. Caranya adalah menentukan terlebih dahulu hipotesis pengujiannya yaitu:
Ho : data terdistribusi secara normal
(37)
Terdapat beberapa teknik yang dapat digunakan untuk menguji normalitas data antara lain dengan Chi Kuadrat. Menurut Sugiyono (2010: 241), langkah-langkah pengujian denganChi-Kuadratadalah sebagai berikut:
1) Merangkum data seluruh variabel yang akan diuji normalitasnya. 2) Menentukan jumlah kelas interval.
3) Menentukan panjang kelas interval yaitu:
(data terbesar data terkecil) dibagi dengan jumlah kelas interval. 4) Menyusun ke dalam tabel distribusi frekuensi, yang sekaligus
merupakan tabel penolong untuk menghitung harga Chi Kuadrat. 5) Menghitung frekuensi yang diharapkan (fh), dengan cara
mengalikan persentase luas tiap bidang kurva normal dengan jumlah anggota sampel.
6) Memasukkan harga-harga fhke dalam tabel kolom fh, sekaligus
menghitung harga-harga (fo fh) dan dan menjumlahkannya.
Harga h2) hitung.
7) Membandingkan harga Chi Kuadrat hitung dengan Chi Kuadrat Tabel. Bila harga Chi Kuadrat hitung lebih kecil atau sama dengan
h2 t2), maka distribusi data
dinyatakan normal, dan bila lebih besar (>) dinyatakan tidak normal.
(38)
1) Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka distribusinya adalah tidak normal.
2) Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka distribusinya adalah normal.
3. Uji Homogenitas
Jika masing-masing data berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji homogenitas yang dihitung dengan ujiBarlentdengan menggunakan softwareSPSS versi 17.0.
a. Hipotasis
H0= Data sampel bervariansi homogen
H1= Data sampel tidak bervariansi homogen
b. Kriteria pengujian
1. Jika Fhitung< Ftabelatau probabilitasnya > 0,05 maka H0diterima
2. Jika Fhitung> Ftabelatau probabilitasnya < 0,05 maka H0ditolak
(Anonim, 2009: 44) 4. Uji Independent Sample T test
Independent Samples t test digunakan untuk mengetahui ada atau
tidaknya perbedaan rata-rata antara dua kelompok sampel. Maksudnya di sini adalah dua buah sampel tetapi mengalami dua perlakuan yang
(39)
Dimana t adalah t hitung. Kemudian t tabel dicari pada tabel distribusi t -2. Setelah diperoleh besar t hitung dan t tabel maka dilakukan pengujian dengan criteria pengujian sebagai berikut:
Kriteria pengujian:
H0diterima jika
H0ditolak jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel
Pengambilan keputusan berdasarkan signifikansi atau nilai probabilitas.
Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka H0diterima.
Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka H0ditolak.
(40)
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil data dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar antara kelas yang menggunakan media pembelajaran kombinasi animasi multimedia dan media pembelajaranpower pointberbasis keterampilan proses sains.Hasil belajar dengan media pembelajaran
kombinasi animasi multimedia lebih tinggi dibandingkan dengan kelas dengan media pembelajaranpower point.Hal ini didukung oleh perolehan skorN-gainrata-rata hasil belajar siswa pada kelas dengan menggunakan media pembelajaran kombinasi animasi multimedia sebesar 0,706 dan kelas dengan menggunakan mediapower pointsebesar 0,516.
B. Saran
Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung dan juga analisis terhadap hasil belajar, maka penulis memberikan saran sebagai berikut:
1. Pembelajaran dengan media pembelajaran kombinasi animasi multimedia berbasis keterampilan proses sains dapat dijadikan salah satu alternatif bagi guru-guru di sekolah sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
(41)
2. Pada pelaksanaan pembelajaran dengan media pembelajaran kombinasi animasi multimedia berbasis keterampilan proses sains sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa, guru hendaknya memperhatikan indikator-indikator yang harus dicapai pada hasil belajar sehingga siswa dapat benar-benar aktif terlibat dalam proses pembelajaran dengan baik. 3. Agar pembelajaran dengan media pembelajaran kombinasi animasi
multimedia berbasis keterampilan proses sains dapat berjalan dengan baik, guru harus mempersiapkan diri dan perlengkapan secara matang. Dari mulai media animasi, alat yang akan digunakan saat percobaan, mental guru dan pengetahuan, serta siswa yang harus berada dalam kondisi yang kondusif. Sehingga secara teknis seluruh proses pembelajaran akan berlangsung dengan lancar dan baik.
4. Guru hendaknya benar-benar membimbing siswa untuk aktif pada seluruh proses pembelajaran karena jika siswa aktif dalam seluruh proses
pembelajaran, maka pemahaman siswa terhadap materi akan bertambah dan pada akhirnya akan berpengaruh pada peningkatan hasil belajar siswa. 5. Kondisi dan fasilitas sekolah harus bisa dimanfaatkan agar mampu
memberikan kontribusi yang positif bagi proses kegiatan belajar mengajar, sehingga baik hasil belajar siswa dapat tercapai dengan baik.
(1)
belajar pada pembelajaran fisika dengan media pembelajaran kombinasi animasi multimedia danpower point.
Proses analisis untuk data keterampilan proses sains siswa adalah sebagai berikut:
(a) Skor yang diperoleh dari masing-masing siswa adalah jumlah skor dari setiap soal.
(b) Persentase keterampilan proses dihitung dengan rumus
Pengkategorian keterampilan proses adalah sebagai berikut 81 100 Sangat baik
61 80 Baik
41 60 Cukup
21 40 Kurang
<20 Sangat Kurang
(Muhibin Syah (1995) dalam Marnasusanti(2007)
2. Uji Normalitas
Uji ini digunakan untuk mengetahui normal atau tidaknya data yang diperoleh dari sampel yang berasal dari populasi. Untuk menguji apakah sampel penelitian merupakan jenis distribusi normal, dapat dilakukan dengan uji statistik non-parametrik Kolmogrov-Smirnov. Caranya adalah menentukan terlebih dahulu hipotesis pengujiannya yaitu:
Ho : data terdistribusi secara normal
(2)
Terdapat beberapa teknik yang dapat digunakan untuk menguji normalitas data antara lain dengan Chi Kuadrat. Menurut Sugiyono (2010: 241), langkah-langkah pengujian denganChi-Kuadratadalah sebagai berikut:
1) Merangkum data seluruh variabel yang akan diuji normalitasnya. 2) Menentukan jumlah kelas interval.
3) Menentukan panjang kelas interval yaitu:
(data terbesar data terkecil) dibagi dengan jumlah kelas interval. 4) Menyusun ke dalam tabel distribusi frekuensi, yang sekaligus
merupakan tabel penolong untuk menghitung harga Chi Kuadrat. 5) Menghitung frekuensi yang diharapkan (fh), dengan cara
mengalikan persentase luas tiap bidang kurva normal dengan jumlah anggota sampel.
6) Memasukkan harga-harga fhke dalam tabel kolom fh, sekaligus
menghitung harga-harga (fo fh) dan dan menjumlahkannya.
Harga h2) hitung.
7) Membandingkan harga Chi Kuadrat hitung dengan Chi Kuadrat Tabel. Bila harga Chi Kuadrat hitung lebih kecil atau sama dengan
h2 t2), maka distribusi data
dinyatakan normal, dan bila lebih besar (>) dinyatakan tidak normal.
(3)
1) Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka distribusinya adalah tidak normal.
2) Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka distribusinya adalah normal.
3. Uji Homogenitas
Jika masing-masing data berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji homogenitas yang dihitung dengan ujiBarlentdengan menggunakan softwareSPSS versi 17.0.
a. Hipotasis
H0= Data sampel bervariansi homogen
H1= Data sampel tidak bervariansi homogen
b. Kriteria pengujian
1. Jika Fhitung< Ftabelatau probabilitasnya > 0,05 maka H0diterima
2. Jika Fhitung> Ftabelatau probabilitasnya < 0,05 maka H0ditolak
(Anonim, 2009: 44) 4. Uji Independent Sample T test
Independent Samples t test digunakan untuk mengetahui ada atau
tidaknya perbedaan rata-rata antara dua kelompok sampel. Maksudnya di sini adalah dua buah sampel tetapi mengalami dua perlakuan yang
(4)
Dimana t adalah t hitung. Kemudian t tabel dicari pada tabel distribusi t -2. Setelah diperoleh besar t hitung dan t tabel maka dilakukan pengujian dengan criteria pengujian sebagai berikut:
Kriteria pengujian:
H0diterima jika
H0ditolak jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel
Pengambilan keputusan berdasarkan signifikansi atau nilai probabilitas.
Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka H0diterima.
Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka H0ditolak.
(5)
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil data dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar antara kelas yang menggunakan media pembelajaran kombinasi animasi multimedia dan media pembelajaranpower pointberbasis keterampilan proses sains.Hasil belajar dengan media pembelajaran
kombinasi animasi multimedia lebih tinggi dibandingkan dengan kelas dengan media pembelajaranpower point.Hal ini didukung oleh perolehan skorN-gainrata-rata hasil belajar siswa pada kelas dengan menggunakan media pembelajaran kombinasi animasi multimedia sebesar 0,706 dan kelas dengan menggunakan mediapower pointsebesar 0,516.
B. Saran
Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung dan juga analisis terhadap hasil belajar, maka penulis memberikan saran sebagai berikut:
1. Pembelajaran dengan media pembelajaran kombinasi animasi multimedia berbasis keterampilan proses sains dapat dijadikan salah satu alternatif bagi guru-guru di sekolah sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
(6)
2. Pada pelaksanaan pembelajaran dengan media pembelajaran kombinasi animasi multimedia berbasis keterampilan proses sains sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa, guru hendaknya memperhatikan indikator-indikator yang harus dicapai pada hasil belajar sehingga siswa dapat benar-benar aktif terlibat dalam proses pembelajaran dengan baik. 3. Agar pembelajaran dengan media pembelajaran kombinasi animasi
multimedia berbasis keterampilan proses sains dapat berjalan dengan baik, guru harus mempersiapkan diri dan perlengkapan secara matang. Dari mulai media animasi, alat yang akan digunakan saat percobaan, mental guru dan pengetahuan, serta siswa yang harus berada dalam kondisi yang kondusif. Sehingga secara teknis seluruh proses pembelajaran akan berlangsung dengan lancar dan baik.
4. Guru hendaknya benar-benar membimbing siswa untuk aktif pada seluruh proses pembelajaran karena jika siswa aktif dalam seluruh proses
pembelajaran, maka pemahaman siswa terhadap materi akan bertambah dan pada akhirnya akan berpengaruh pada peningkatan hasil belajar siswa. 5. Kondisi dan fasilitas sekolah harus bisa dimanfaatkan agar mampu
memberikan kontribusi yang positif bagi proses kegiatan belajar mengajar, sehingga baik hasil belajar siswa dapat tercapai dengan baik.