17 h. Teori Kepercayaan vetrouwens theorie
teori kepercayaan ini mengajarkan bahwa suatu kata sepakat dianggap terjadi manakala ada pernyataan yang secara objektif dapat dipercaya.
i. Teori Ucapan uitings theorie
menurut teori ini, bahwa suatu kesepakatan kehendak terjadi manakala pihak yang menerima penawaran telah menyiapkan surat jawaban yang menyatakan bahwa dia telah menerima
tawaarn tersebut.
j. Teori Dugaan Teori dugaan yang bersifat subjektif ini antara lain dianut oleh Pitlo. Menurut teori ini, saat
tercapainya kata sepakat sehingga saat itu dianggap juga sebagai saat terjadinya suatu kontrak adalah pada saat pihak yang menerima tawaran telah mengirim surat jawaban dan dia
secara patut dapat menduga bahwa pihak lainnya pihak yang menawarkan telah mengetahui isi surat itu.
8. Bagian Kontrak yang Diatur dan Tidak Diatur Dalam Undang-Undang
Pada prinsipnya, para pihak dalam suatu kontrak bebas mengatur sendiri kontrak tersebut sesuai dengan asas kebebasan berkontrak freedom of contract, sebagaimana yang
ditentukan dalam pasal 1338 ayat 1 KUH Perdata. Pasal 1338 ayat 1 tersebut menentukan bahwa semua kontrak yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi yang
membuatnya. Banyak jenis kontrak yang masing-masing bagian-bagiannya mengandung unsur kontrak bernama yang berbeda-beda. Sedangkan mengenai bagian-bagian dari kontrak
tersebut dapat diklasifikasi sebagai berikut:
a. Bagian dari kontrak yang esensial Bagian dari kontrak yang esensial ini merupakan bagian utama dari kontrak tersebut, di mana
tanpa bagian tersebut, suatu kontrak dianggap tidak pernah ada. Misalnya bagian “harga” dalam suatu kontrak jual beli.
18 b. Bagian dari kontrak yang natural.
Yang disebut bagian kontrak yang natural adalah bagian dari kontrak yang telah diatur oleh aturan hukum, tetapi aturan hukum tersebut hanya aturan yang bersifat mengatur saja.
c. Bagian dari kontrak yang aksidental Bagian dari kontrak yang aksidental ini adalah bagian dari kontrak yang sama sekali tidak
diatur oleh aturan hukum, tetapi terserah dari para pihak untuk mengaturnya sesuai dengan asas kebebasan berkontrak freedom of contract.
Disamping itu, banyak juga jenis kontrak yang tidak secara tegas diatur dalam KUH Perdata dalam bagian kontrak bernama, tetapi mengandung unsur campuran dari berbagai kontrak
bernama tersebut. Misalnya kontrak sewa-beli, yang merupakan perpaduan antara kontrak jual-beli bab ke- VII KUH Perdata.
Untuk bagian-bagian dari kontrak yang tidak secara tegas-tegas diatur dalam undang-undang, berlaku teori-teori hukum kontrak sebagai berikut:
a. Teori Kombinasi Teori kombinasi ini mengajarkan bahwa dalam suatu kontrak yang terdapat beberapa unsur
kontrak bernama seperti yang diatur dalam undang-undang, maka untuk masing-masing bagian kontrak tersebut diterapkan peraturan hukum yang relevan. Dengan demikian,
sebelum diterapkan aturan hukum, menurut teori kombinasi ini, suatu kontrak haruslah dipilah-pilah terlebih dahulu, untuk dapat dilihat aturan mana yang mestinya diterapkan.
Misalnya untuk kontrak “Finance Lease”. Ada bagiannya yang diterapkan aturan hukum sewa-menyewa, ada bagiannya yang diterapkan aturan hukum jual-beli, dan ada pula
bagiannya yang diterapkan aturan hukum pinjam-meminjam.
b. Teori Absorbsi Menurut teori ini, untuk suatu kontrak yang mengandung beberapa unsur kontrak bernama
seperti diatur dalam undang-undang, maka harus dilihat unsur kontrak bernama yang mana yang paling menonjol, kemudian baru diterapkan ketentuan hukum yang mengatur kontrak
19 bernama tersebut. Misalya untuk kontrak Operating Lease, yang paling menonjol adalah
unsur kontrak Sewa-Menyewa, sehingga aturan tentang sewa menyewa yang diterapkan. Sementara itu, untuk kontrak sale and lease back, yang menonjol adalah unsur kontrak
pinjam-meminjam, karena itu aturan tersebutlah yang diterapkan.
c. Teori Sui Generis Menurut teori ini, terhadap kontrak yang mengandung berbagai unsur kontrak bernama, yang
harus diterapkan adalah ketentuan dari kontrak campuran yang bersangkutan.
9. Asas – Asas Kontrak KUH Perdata