Pengembangan Model Pengukuran Kinerja untuk Pengembangan Inovasi dan Komersialisasi Produk Agroindustri Berbasis Digital Business Ecosystem

PENGEMBANGAN MODEL PENGUKURAN KINERJA
UNTUK PENGEMBANGAN INOVASI DAN
KOMERSIALISASI PRODUK AGROINDUSTRI BERBASIS
DIGITAL BUSINESS ECOSYSTEM

ELFIRA FEBRIANI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pengembangan Model
Pengukuran Kinerja untuk Pengembangan Inovasi dan Komersialisasi Produk
Agroindustri Berbasis Digital Business Ecosystem adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, 25 Agustus 2014
Elfira Febriani
F351120151

RINGKASAN
ELFIRA FEBRIANI. Pengembangan Model Pengukuran Kinerja Untuk
Pengembangan Inovasi dan Komersialisasi Produk Agroindustri Berbasis Digital
Business Ecosystem. Dibimbing oleh TAUFIK DJATNA and IMAS SUKAESIH
SITANGGANG.
Hasil penemuan dari riset atau invensi dari berbagai peneliti banyak yang
belum dimanfaatkan sepenuhnya atau hanya berakhir sebagai dokumen dan tidak
dapat dinikmati oleh masyarakat. Permasalahan lain yang terjadi dalam
pengembangan inovasi adalah terlalu cepat dilakukan pengenalan teknologi baru
padahal teknologi tersebut belum siap masuk ke pasar. Oleh sebab itu penting
untuk menilai kesiapan sebuah teknologi sebelum masuk ke pasar. Saat ini telah
terdapat suatu alat yang digunakan untuk melakukan penilaian teknologi. Namun
penilaian masih bersifat subyektif dan ambigu.
Penyelesaian permasalahan ini penelitian ini berfokus pada mengembangkan

sebuah model untuk penilaian kesiapan teknologi berbasis Digital Business
Ecosystem (DBE). DBE terdiri atas 3 lapisan yaitu lapisan pertama adalah
ekosistem bisnis yang merupakan komunitas ekonomi berupa interaksi di antara
organisasi dan individu yang ada di dalamnya. Lapisan kedua merupakan
representasi digital dari lapisan pertama sedangkan lapisan ketiga merupakan
infrastruktur pendukung pada lapisan kedua. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk menganalisis mekanisme proses bisnis untuk inovasi dan komersialisasi
produk dengan Business Process Modelling and Notation 2.0 (BPMN 2.0) yang
dalam DBE terdapat pada lapiasan pertama, kemudian pada lapisan kedua DBE
sebagai representasi digital dari lapisan pertama melakukan desain dan
mengembangkan sebuah sistem untuk evaluasi produk invensi dengan
menggunakan Interval Type 2 Fuzzy Set (IT2FS) serta evaluasi dan
membandingkan hasilnya dengan metode yang telah ada.
Pada lapisan pertama DBE dilakukan analisis mekanisme bisnis proses untuk
evaluasi produk invensi dimulai dengan evaluasi pada Current TRL untuk
menentukan posisi awal produk tersebut. Kemudian melakukan verifikasi hasil
Current TRL untuk memastikan hasil Current TRL yang diperoleh. Berdasarkan
pada analisis, maka pada lapisan kedua DBE sebagai representasi digital dari
lapisan pertama dilakukan desain sistem untuk evaluasi produk invensi telah
dilakukan dan diimplementasikan dalam bahasa pemrograman Java. IT2FS adalah

metode yang powerful untuk menangani ketidak pastian dalam mengukur
indikator TRL untuk menilai produk baru. IT2FS dapat menilai produk invensi
dengan hasil “terpenuhi” atau “tidak terpenuhi”. Pendekatan penilaian ini lebih
baik dari metode yang telah ada sebelumnya seperti Tekno-Meter dengan
penilaian objektif di semua pertimbangan. Keunggulan dari sistem yang telah
dikembangkan adalah sistem dapat melakukan penilaian untuk level yang lebih
tinggi atau lebih rendah dari hasil Current TRL sehingga lebih meyakinkan
pengguna posisi teknologi yang dimiliki dalam TRL.
Kata kunci: kesiapan teknologi, teknologi evaluasi, interval type 2 fuzzy set,
digital business ecosystem

SUMMARY
ELFIRA FEBRIANI. Performance Measurement Model Development for
Innovation and Commercialization Agro-industry Product Based on Digital
Business Ecosystem. Supervised by TAUFIK DJATNA and IMAS SUKAESIH
SITANGGANG.
The research achievement or the invention from many researchers has not
been fully transferred to marketplace or just ended up as stacked written document
and useless for public. Another problem occurs in product development is
intermediate and premature introduction of new technologies even though it is not

ready to enter the market. Therefore, it is important to assess technology that
ready to transfer. Nowadays, there is a tool used to assess the technology. But the
assessment is still subjective and ambiguous.
So to solve this problem, this research focuses on developing a model for
assess technology readiness based on the Digital Business Ecosystem (DBE) that
consists of 3 layers. First layer in DBE is the business ecosystem which is an
economic community supported by a foundation of interaction between the
organization and the individuals in it where each individual has their roles to
achieve a common goal. The second layer is a digital representation of the first
layer and the third layer is the supporting infrastructure in the second layer. The
objectives of this work are to analyze mechanism of business process for
innovation and commercialization products by using Business Process Modeling
and Notation 2.0 (BPMN 2.0) that on DBE is first layer, and the second layer as
digital representation of first layer on DBE we designed and developed a system
to evaluate product invention by using Interval Type 2 Fuzzy Set (IT2FS) and also
to evaluate and compare the result with existing tool.
First layer in DBE we analyzed mechanism of business process to evaluate
product invention started with evaluated Current TRL to determine initial position
of product. Then we verified the result to ensure the accuracy of the result. Based
on analysis, in second layer DBE we designed system for evaluation invention

product has been performed and implemented in Java language program. IT2FS is
a powerful tool to handle uncertainty, including uncertainties in measuring the
indicators of TRL to assess new product. IT2FS is able to assess product invention
with the result “fulfilled” or “unfulfilled”. This approach assessed better than
previously available tool such as Tekno-Meter by providing subjective adjustment
into the whole consideration. The advantages of this system is able to make an
assessment into a higher level or lower than the Current TRL result so it makes
more convincing users to know what position of his technology in the TRL.
Keywords: technology readiness, evaluation technology, interval type 2 fuzzy set,
digital business ecosystem

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2011
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB


PENGEMBANGAN MODEL PENGUKURAN KINERJA
UNTUK PENGEMBANGAN INOVASI DAN
KOMERSIALISASI PRODUK AGROINDUSTRI BERBASIS
DIGITAL BUSINESS ECOSYSTEM

ELFIRA FEBRIANI

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Teknologi Industri Pertanian

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis:

Dr Ir Aji Hermawan, MM

Judul Tesis : Pengembangan Model Pengukuran Kinerja untuk Pengembangan
Inovasi dan Komersialisasi Produk Agroindustri Berbasis Digital
Business Ecosystem
Nama
: Elfira Febriani
NIM
: F351120151

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr Eng Taufik Djatna, STP MSi
Ketua

Dr Imas Sukaesih Sitanggang, SSi MKom
Anggota

Diketahui oleh


Ketua Program Studi
Teknologi Industri Pertanian

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof Dr Ir Machfud, MS

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian: 18 Juli 2014

Tanggal Lulus:

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak 2013 ini ialah evaluasi teknologi,
dengan judul Pengembangan Model Pengukuran Kinerja untuk Pengembangan

Inovasi dan Komersialisasi Produk Agroindustri Berbasis Digital Business
Ecosystem.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Eng. Taufik Djatna dan Ibu
Dr Imas Sukaesih Sitanggang selaku pembimbing. Di samping itu, ungkapan
terima kasih juga disampaikan kepada Chandra Iriansyah, SH (ayah), Astuti (ibu),
sahabat-sahabat yang selalu mendukung dalam penyelesaian studi di Pasca
Sarjana TIP (Nina Hairiyah, Nova Alemina Sitepu, Elfa Susanti, Eddwina
Aidilfitria dan M. Rafi), tim bimbingan (Fajar Munichputranto, M. Rizki Azima,
M. Zaki Hadi, IB Dharma Yogha, Novi Purnamasari, Hety Hidayatullah, M. Arif
Rahman Hakim, Azri Firwan, dan Husnul Khotimah), Aziz Rahmad, Teguh
Pamungkas, teman-teman TIP S2 dan S3 angkatan 2012 dan seluruh staf
departemen Teknologi Industri Pertanian.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2014
Elfira Febriani

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL


vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian

1
1
3
3

3

2 TINJAUAN PUSTAKA
Evaluasi Kesiapan Teknologi
Digital Business Ecosystem
Inovasi dan Komersialisasi Produk
Interval Type 2 Fuzzy Set (IT2FS)

3
3
7
8
9

3 METODE
Kerangka Pemikiran
Identifikasi Parameter dan Simulator Pengukuran Teknologi
Business Process Modeling and Notation (BPMN)
Formulasi Interval Type 2 Fuzzy Set (IT2FS)
Implementasi sistem
Evaluasi Desain Sistem Pengukuran Kinerja

9
9
10
10
11
13
13

4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Mekanisme Proses Bisnis
Pengembangan Aplikasi untuk Pengukuran Kinerja
Evaluasi Desain Sistem Pengukuran Kinerja

14
14
15
21

5 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

23
23
23

DAFTAR PUSTAKA

23

LAMPIRAN

25

DAFTAR ISTILAH

30

RIWAYAT HIDUP

31

DAFTAR TABEL
1. Penjelasan setiap level TRL
2. Definisi indikator TRL dari setiap level
3. Instrumen penilaian kesiapan teknologi
4. Nilai interval untuk setiap indikator
5. Persamaan membership function untuk setiap indikator
6. Contoh rules yang digunakan dalam sistem inferensia
7. Hasil pengujian dari beberapa peneliti dengan produk yang dimiliki
8. Hasil perbandingan Tekno-Meter dengan TeInvRL 1.0

4
15
17
19
20
20
21
22

DAFTAR GAMBAR
1. Tingkat kesiapan teknologi menurut hasil riset
2. Konsep DBE untuk inovasi dan komersialisasi produk agroindustri
3. Fungsi keanggotaan untuk fuzzy type 2
4. Kerangka pemikiran pengukuran kinerja untuk pengembangan inovasi
dan komersialisasi produk
5. Tahapan inferensi fuzzy menggunakan IT2FS
6. Model proses bisnis dalam pengembangan inovasi dan komersialisasi
7. Bagian dari alur aktivitas sistem dan user
8. Contoh tampilan sistem evaluasi TRL

7
8
9
10
13
14
16
21

DAFTAR LAMPIRAN
1. Indikator TRL
25
2. Business Process Modeling and Notation untuk pengembangan inovasi dan
komersialiasasi produk
29

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hasil penemuan dari riset atau invensi dari berbagai peneliti banyak yang
belum dimanfaatkan sepenuhnya atau hanya berakhir sebagai dokumen dan tidak
dapat dinikmati oleh masyarakat. Permasalahan lain yang terjadi dalam
pengembangan inovasi adalah terlalu cepat dilakukan pengenalan teknologi baru
(Eldred dan McGrath 1997) padahal teknologi tersebut belum siap masuk ke pasar.
Berbagai permasalahan ini seharusnya tidak terjadi jika pada tahap sebelum
melakukan transfer teknologi peneliti melakukan penilaian untuk seleksi produk
atau teknologi mana yang siap untuk dikomersialkan. Oleh sebab itu penting
untuk menilai “kesiapan komersialisasi” sebuah teknologi pada tahap awal dengan
melakukan evaluasi kesiapan teknologi (technology readiness) untuk mencari
teknologi yang benar-benar layak atau siap untuk diaplikasikan pada masyarakat.
Pengukuran kinerja adalah suatu proses penilaian kemajuan pekerjaan
terhadap tujuan dan sasaran yang telah ditentukan sebelumnya (Watkins 2007).
Pengukuran kinerja dalam pengembangan inovasi dan komersialisasi produk
agroindustri adalah melakukan penilaian atau pengukuran terhadap kemajuan
pengembangan suatu produk hingga dapat mencapai tujuan yaitu masuk ke pasar.
Penilaian atau evaluasi yang dilakukan menggunakan Technology Readiness Level
(TRL) yang telah diterapkan oleh NASA untuk menilai kesiapan teknologi
mereka (Mankins 1995). Konsep TRL juga diterapkan di Florida dalam penilaian
pengembangan produk antara dunia pendidikan, industri dan pemerintah. United
States Air Force (USAF 2001) juga mengaplikasikan TRL dalam pengembangan
invensi hingga dapat dikomersialkan.
Di Indonesia penggunaan TRL telah diterapkan oleh Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi (BPPT) dan Kementerian Pekerjaan Umum (PU). BPPT
menggunakan TRL untuk melakukan pengukuran hasil penelitian lembaga litbang
atau perguruan tinggi atau hasil penelitian dari BPPT sendiri untuk melihat
kesiapan suatu teknologi sebelum masuk ke pasar (BPPT 2010). PU
menggunakan TRL untuk melakukan pengukuran teknologi berdasarkan
stakeholder yaitu Puslitbang Jalan dan Jembatan, Puslitbang Sumber Daya Air,
dan Puslitbang Pemukiman (PU 2011). Pengukuran TRL yang diterapkan
menggunakan Tekno-Meter, yaitu aplikasi perhitungan evaluasi TRL di
spreadsheet tetapi masih terdapat kekurangan dan kerancuan dalam
penggunaannya.
Evaluasi kesiapan teknologi tidak hanya menggunakan TRL tetapi juga
mempertimbangkan Investment Readiness Level (IRL) untuk mengukur kesiapan
produk dari segi investasi dan Manufacturing Readiness Level (MRL) untuk
mengukur kesiapan produk untuk memasuki ruang lingkup pabrikasi. TRL
merupakan dasar dari penilaian kesiapan teknologi. Pengukuran IRL dilakukan
terlebih dahulu sebelum melakukan pengukuran MRL. Namun dalam penelitian
ini, pengukuran hanya menggunakan TRL karena diasumsikan TRL secara umum
dapat memenuhi ketiga pengukuran tersebut.
Lingkungan bisnis sebagai suatu ekosistem perlu diperhatikan untuk
mengembangkan produk invensi sehingga dapat dikomersialkan. Seperti halnya

2
ekosistem di alam, setiap spesies saling bergantung satu sama lain agar terus
hidup dan berkembang serta mencapai suatu keseimbangan. Ekosistem bisnis
seperti yang telah diutarakan oleh Moore (2006), merupakan komunitas ekonomi
yang didukung oleh fondasi berupa interaksi di antara organisasi dan individu
yang ada di dalamnya. Organisme dalam pengembangan inovasi dan
komersialisasi adalah industri, peneliti, inventor dan sebagainya. Masing-masing
aktor saling berinteraksi satu dengan lain untuk mengembangkan invensi dan
melakukan komersialisasi sehingga produk yang dihasilkan dapat menjadi produk
yang inovatif.
Penambahan digital pada ekosistem bisnis (disebut Digital Business
Ecosystem atau DBE) melibatkan komponen digital untuk mendukung interaksi
dalam ekosistem bisnis tersebut. Komponen digital dapat berupa aplikasi
software, komponen database, hardware dan sebagainya. Konsep DBE dalam
pengembangan inovasi dan komersialisasi setiap stakeholder akan membentuk
suatu klaster yang akan dinilai kinerja mereka dalam pengembangan inovasi dan
komersialisasi. Pengujian hasil dari penilaian kinerja dilakukan dalam lingkup
digital sehinga akan terbentuk manajemen kinerja untuk DBE dalam
pengembangan inovasi dan komersialisasi produk. Ekosistem yang dirancang
merupakan reperesentasi digital dari ekosistem bisnis yang ada pada lingkungan
pengembangan inovasi dan komersialisasi produk. Setiap aktor yang ada pada
ekosistem bisnis tersebut direpresentasikan sebagai spesies digital dalam DBE.
Pengembangan representasi digital yang akan dibangun merupakan desain dari
pengukuran kinerja setiap stakeholder untuk mendukung pengembangan invensi
sehingga dapat dikomersialkan dan menjadi sebuah inovasi.
Dalam DBE terdiri dari 3 lapisan yang mendukung untuk mencapai tujuan
yang diinginkan yaitu pengukuran kinerja dalam pengembangan inovasi dan
komersialisasi. Lapisan pertama merupakan analisis mekanisme proses bisnis
yang menjelaskan bagaimana proses pengembangan inovasi dan komersialisasi
dilakukan. Pada lapisan kedua dalam DBE pengembangan aplikasi sebagai
representasi digital pada lapisan pertama menggunakan Interval Type 2 Fuzzy
Sets (IT2FS) sebagai metode untuk evaluasi. Pemilihan IT2FS dikarenakan fuzzy
type 1 memiliki tingkat keanggotaan (MF) pada sistem fuzzy berupa nilai crisp
sehingga dapat menjadi titik lemah jika terdapat banyak ketidakpastian dan
beberapa opini yang subjektif pada permasalahan yang dihadapi (Mendel et al
2006). Pada sistem fuzzy tipe-2, tingkat keanggotaannya berupa nilai fuzzy
sehingga dapat mengakomodir permasalahan yang sangat sulit dalam menentukan
tingkat keanggotaan (Mendel dan Wu 2009). Hal ini menjadikan fuzzy tipe-2 lebih
berpeluang menghasilkan performa yang lebih baik dibandingkan fuzzy tipe
pertama (Mendel et al. 2006). Model fuzzy tipe-2 yang banyak digunakan adalah
Interval Type-2 Fuzzy Set (IT2FS) karena tingkat kompleksitas yang lebih rendah
dibandingkan model fuzzy tipe-2 lainnya (Mendel et al 2006) sehingga
berdasarkan kelebihan yang dimilikinya, penelitian ini menggunakan model
Interval Type-2 fuzzy Set yang diharapkan dapat membantu dalam melakukan
evaluasi kematangan teknologi sebelum masuk ke pasar.

3
Perumusan Masalah
Pengukuran kinerja terhadap pengembangan inovasi dan komersialisasi
produk dilakukan dengan penilaian kesiapan teknologi. Saat ini penilaian kesiapan
teknologi atau produk baru belum dilakukan oleh peneliti, organisasi atau industri
di Indonesia. Padahal penilaian kesiapan teknologi sangat diperlukan untuk
mengetahui apakah produk atau teknologi tersebut siap atau tidak siap untuk
masuk ke pasar. Walaupun saat ini telah ada tools yang dapat mengevaluasi
teknologi berbasis TRL namun penilaian masih bersifat subyektif dan masih
bersifat ambigu. Oleh karena itu dibutuhkan suatu desain sistem yang dapat
mengevaluasi teknologi secara objektif dan meminimalisasi ketidakpastian dalam
penilaian.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah (1) menganalisis mekanisme proses bisnis
pengukuran kinerja untuk pengembangan inovasi dan komersialisasi produk; (2)
mengembangkan aplikasi pengukuran kinerja untuk pengembangan inovasi dan
komersialisasi; dan (3) mengevaluasi sistem pengukuran kinerja untuk
pengembangan inovasi dan komerisalisasi.

Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dari penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) pengukuran
kinerja yang dilakukan bukan pengukuran kinerja terhadap organisasi atau
individu melainkan pengukuran kinerja terhadap pengembangan suatu teknologi
atau produk; (2) penilaian teknologi yang dilakukan adalah untuk produk hasil
riset yang dapat dikomersialkan; (3) pengembangan desain sistem pengukuran
kinerja menggunakan library Java Type 2 Fuzzy Logic dan (4) pengembangan
evaluasi teknologi atau produk baru belum mempertimbangkan Investment
Readiness Level (IRL) dan Manufacturing Readiness Level (MRL)

2 TINJAUAN PUSTAKA
Evaluasi Kesiapan Teknologi
Pengukuran kinerja untuk inovasi dan komersialisasi dilakukan dengan
evaluasi kesiapan teknologi (technology readiness) dimana pendekatan ini
merupakan sebagai langkah awal dalam transfer teknologi. Menurut Cooper
(1993) sebagian besar kegagalan produk baru dikaitkan dengan membawa produk
yang salah pada waktu yang tepat atau produk yang tepat pada waktu yang salah.
Heslop et al (2001) menyatakan bahwa memilih teknologi yang akan
dikomersialkan diantara sekian banyak teknologi yang diciptakan tidak mudah
dan sering merupakan proses yang kurang berhasil.
Kesiapan teknologi (technology readyness) dapat diartikan sebagai seberapa
siap atau matang suatu teknologi untuk dapat diterapkan. Pengertian “kesiapan”
menunjukkan adanya kemungkinan perbedaan antara “siap” dan “tidak siap”-nya

4
suatu teknologi atau perbedaan “tingkatan kesiapan teknologi” untuk
dimanfaatkan atau diterapkan sesuai kegunaannya. "Tingkat kesiapan teknologi"
(TKT/TRL, technology readiness level) pada dasarnya dapat diartikan sebagai
"indikator" yang menunjukkan seberapa siap atau matang suatu teknologi dapat
diterapkan dan diadopsi oleh pengguna/calon pengguna. TRL adalah suatu sistem
pengukuran sistematis yang mendukung penilaian kematangan atau kesiapan dari
suatu teknologi tertentu dan perbandingan kematangan atau kesiapan antara jenis
teknologi yang berbeda.
Salah satu keuntungan melakukan penilaian terhadap kesiapan suatu
teknologi adalah dapat mengestimasi resiko dan biaya untuk pengembangan
produk selanjutnya dan memutuskan kapan teknologi tersebut siap untuk
ditransfer ke pasar (Nolte 2008). Seperti yang telah disebutkan di awal penilaian
kesiapan teknologi menggunakan TRL yang diadopsi dari NASA. Tingkat
kesiapan teknologi dinilai dalam sembilan level (Tabel 1) yang terbagi menjadi
tiga kategori atau bagian tahapan riset (Gambar 1) yaitu riset dasar (level 1-3),
riset terapan (level 4-6) dan riset pengembangan (level 7-9).
Tabel 1 juga menunjukkan daftar dokumen atau batasan yang harus dipenuhi
seorang peneliti dalam penilaian suatu produk. Dokumen tersebut merupakan
bukti bahwa seorang peneliti telah melakukan penelitian sampai pada tahap
tertentu dan pendukung dalam melakukan penilaian TRL untuk setiap level.
Peneliti dapat memberikan referensi dalam makalah, presentasi, data, dan fakta
yang mendukung penilaian juga termasuk tabel data dan grafik yang
menggambarkan fakta yang tepat.
Tabel 1. Penjelasan setiap level TRL
Tingkat Kesiapan
Teknologi1

Penjelasan1

Informasi pendukung
(requirement assessment)2

1

Prinsip dasar dari
teknologi
telah
diteliti
dan
dilaporkan

Tingkat terendah dari
kesiapan teknologi. Riset
ilmiah dimulai untuk
diterjemahkan ke dalam
riset terapan (skala lab)
dan
pengembangan
produk.

Penelitian
yang
telah
dipublikasi
(paper)
yang
mengidentifikasi
prinsipprinsip dasar teknologi.

2

Formulasi konsep
dan/atau aplikasi
teknologi

Invensi dimulai. Saat
prinsip-prinsip
dasar
diamati, maka aplikasi
praktisnya
dapat
digali/dikembangkan.
Aplikasinya
masih
bersifat spekulatif dan
tidak ada bukti ataupun
analisis
yang
rinci
mendukung asumsi yang
digunakan.

Publikasi yang menjelaskan
analisis
yang
dilakukan.
Pekerjaan yang dilakukan
sebagian besar adalah studi
analisis dengan penekanan
pada
pemahaman
ilmu
pengetahuan yang lebih baik.
Desain
penelitian
yang
dilakukan telah dirancang
untuk menguatkan hasil studi
pada TRL 1.

3

Pembuktian
Riset/penelitian
konsep (proof of pengembangan

Level

dan Hasil uji laboratorium yang
secara dilakukan untuk mengetahui

Tabel 1. Penjelasan setiap level TRL (lanjutan)

5

Tingkat Kesiapan
Teknologi1

Penjelasan1

Informasi pendukung
(requirement assessment)2

concept)
fungsi
dan/atau
karakteristik
penting
secara
analitis
dan
eksperimental

aktif dimulai. Hal ini
dapat menyangkut studi
analisis
dan
studi
laboratorium
untuk
memvalidasi secara fisik
atas prediksi analitis
tentang
komponenkomponen
yang
digunakan
dalam
pengembangan produk.

parameter penting dalam
pengembangan produk. Pada
TRL 3 pekerjaan telah di
lingkungan lab, melakukan
verifikasi bahwa konsep yang
telah disusun berjalan seperti
yang diharapkan.

4

Validasi
kode
dan/atau
komponen dalam
lingkungan
laboratorium

Komponen-komponen
teknologi yang mendasar
diintegrasikan
untuk
memastikan agar bagianbagian tersebut secara
bersama
dapat
bekerja/berfungsi.
Keadaan
ini
masih
memiliki keandalan yang
relatif rendah dibanding
dengan sistem akhirnya.

Hasil percobaan di lab dan
perkiraan
hasil
yang
diharapkan terintegrasi dari
tujuan yang ingin dicapai.

5

Validasi
kode
dan/atau
komponen dalam
suatu lingkungan
simulasi

Kemampuan
teknologi
yang telah terintegrasi
meningkat
secara
signifikan.
Komponenkomponen teknologi yang
mendasar diintegrasikan
dengan
elemen-elemen
pendukung yang cukup
realistis
sehingga
teknologi
yang
bersangkutan dapat diuji
dalam suatu lingkungan
tiruan/simulasi.

Hasil dari pengujian skala lab,
dan analisis perbedaan antara
skala lab dan skala pilot plan.
Perbedaan utama antara TRL
4 dan 5 adalah peningkatan
ketepatan (fidelity) dalam
pengujian produk.

6

Demonstrasi model
atau
prototipe
sistem/subsistem
dalam
suatu
lingkungan yang
relevan

Riset/penelitian
dan
pengembangan
secara
aktif dimulai. Hal ini
dapat menyangkut studi
analisis
dan
studi
laboratorium
untuk
memvalidasi secara fisik
atas prediksi analitis
tentang
elemen-elemen
terpisah dari teknologi.

Hasil dari pengujian skala
pilot plan dan analisis
perbedaan antara pilot plan
dan skala lab. Perbedaan
utama antara TRL 5 dan 6
adalah perpindahan langkah
dari skala laboratorium ke
skala pilot plan dan penentuan
faktor skala pilot plan yang
memungkinkan berpengaruh
dalam pengembangan produk.

7

Demonstrasi

Prototipe

Level

mendekati Hasil dari pengujian skala

6

Tabel 1. Penjelasan setiap level TRL (lanjutan)

Level

8

9

Tingkat Kesiapan
Teknologi1

Penjelasan1

Informasi pendukung
(requirement assessment)2

prototipe sistem atau sejalan dengan
dalam lingkungan rencana
sistem
sebenarnya
operasionalnya.
Keadaan
ini
mencerminkan langkah
perkembangan
dari
TRL 6, membutuhkan
demonstrasi
dari
prototipe sistem nyata
dalam suatu lingkungan
operasional.

penuh dan analisis perbedaan
antara lingkungan pengujian,
dan analisis hasil akhir
produk. Desain produk akhir
hampir selesai.

Sistem
telah
lengkap
dan
memenuhi syarat
melalui pengujian
dan demonstrasi
dalam lingkungan
sebenarnya

Prosedur operasional
hampir lengkap.

Teknologi telah terbukti
berfungsi dalam bentuk
akhirnya dan dalam
kondisi
sebagaimana
yang diharapkan. Pada
umumnya, TRL ini
mencerminkan
akhir
dari
pengembangan
sistem yang sebenarnya
Sistem
telah Aplikasi
(penerapan)
teruji/terbukti
teknologi secara nyata
melalui
dalam bentuk akhirnya
keberhasilan
dan di bawah kondisi
pengoperasian
yang
dimaksudkan
(direncanakan)
sebagaimana
dalam
pengujian dan evaluasi
operasional.

yang

Produk selesai dan siap masuk
ke pasar dengan kapasitas
yang telah stabil

Sumber : 1BPPT (2010); 1PU (2011); 2DOE (2011)

Pada TRL 1-3, peneliti masih melakukan pengembangan konsep, studi
literatur dan melakukan formulasi untuk penelitiannya. Secara umum dapat
dikatakan pada wilayah TRL 1-3 peneliti masih melakukan pengembangan konsep
dasar.
TRL 4-6 merupakan wilayah pengembangan teknologi yang nantinya dapat
ditransfer ke pasar. Apabila suatu riset telah mencapai TRL 4-6, potensi untuk
dapat melibatkan pihak pengguna atau industri semakin besar. TRL 6 merupakan
titik kritis dari resiko yang harus ditanggung dalam suatu riset. Setelah melewati
level 6 diharapkan industri dapat masuk dalam pengembangan teknologi tersebut.
Titik kritis merupakan titik pertemuan antara peran pemerintah dan peran industri
dalam pengembangan teknologi. Setelah titik kritis terlewati (masuk pada TRL 7)
maka resiko suatu hasil riset akan berkurang sehingga pada level ini industri dapat
mulai mengambil peran yang lebih baik dari sisi pembiayaan dan fasilitasi.

7

Gambar 1. Tingkat kesiapan teknologi menurut hasil riset (BPPT 2010)
Jika hasil penelitian yang telah sampai pada level 7-9 dapat dikatakan bahwa
teknologi yang dikembangkan telah siap untuk dikomersialkan. Pada level ini
hasil penelitian telah melewati fase technology development dan siap untuk
memasuki fase market evolution. Oleh karena itu tahapan selanjutnya adalah
bagaimana memasuki fase komersialisasi dan bagaimana mempertahankan
keberlangsungannya. Suatu hasil penelitian yang telah mencapai level ini, langkah
selanjutnya diharapkan akan melakukan: kolaborasi dengan investor dan menjaga
keberlangsungan produk dengan melakukan atau mencari penelitian baru untuk
mengembangkan produk atau teknologi yang telah ada.
Digital Business Ecosystem
Sintesis kata Digital Business Ecosystem muncul pada tahun 2002 dengan
menambahkan digital di awal kata business ecosystem. Digital ecosystem
merupakan teknologi yang meniru ekosistem alam untuk membantu kolaborasi
beberapa aktor untuk kegiatan tertentu (Hadzic et al 2007). Digital ecosystem
disebut digital business ecosystem ketika diterapkan di lingkungan bisnis. Hadzic
dan Dillon (2008) telah merancang ekosistem digital untuk membantu kolaborasi
di lingkungan rumah sakit (diberi nama digital health ecosystem). Digital
ecosystem mempengaruhi struktur perusahaan dan jaringan sosial dan bisnis
mereka, sementara business ecosystem memodifikasi struktur "organisme" dari
digital ecosystem. Digital ecosystem dan business ecosystem, ketika mereka layak,
ditambah secara struktur dan berevolusi membentuk ekosistem inovasi yang
dinamis.
Konsep DBE untuk inovasi dan komersialisasi produk agroindustri dapat
dilihat pada Gambar 2. Dari Gambar 2 tersebut setiap stakeholder membentuk
suatu klaster yang akan dinilai kinerja mereka dalam pengembangan inovasi dan
komersialisasi (pada Lapisan 1). Pengujian hasil dari penilaian kinerja dilakukan
dalam lingkup digital sehingga akan terbentuk manajemen kinerja untuk DBE
dalam pengembangan inovasi dan komersialisasi produk. Ekosistem yang akan
dirancang merupakan representasi digital dari ekosistem bisnis yang ada pada

8
inovasi dan komersialisasi produk agroindustri. Setiap stakeholder yang ada pada
ekosistem bisnis tersebut direpresentasikan sebagai spesies digital di dalam DBE.

Gambar 2. Konsep DBE untuk inovasi dan komersialisasi produk agroindustri
(Nachira et al 2007)
Lapisan kedua merupakan representasi dari lapisan pertama sedangkan
lapisan ketiga merupakan infrastruktur yang mendukung lapisan kedua yang
berupa perangkat keras, jaringan dan sebagainya. Dalam penelitian ini
representasi digital pada lapisan pertama akan diaplikasikan dalam sebuah
perangkat lunak dengan bahasa pemrograman Java.
Inovasi dan Komersialisasi Produk
Tidd et al (2001) mendefinisikan inovasi sebagai suatu gagasan baru yang
diterapkan untuk memprakarsai atau memperbaiki suatu produk atau proses dan
jasa. Inovasi juga dapat diartikan sebagai sebuah perubahan, baik berupa
perubahan dalam produk dan jasa, maupun perubahan dalam proses, jika dilihat
dari sifat perubahannya, dapat dibedakan pada perubahan secara bertahap
(incremental), radikal (radical), atau transformasi.
Menurut Rogers dan Takegami (2001) sebuah teknologi akan disebut
terkomersialisasi adalah ketika teknologi tersebut ditransfer dan terjual di pasar.
Menurut Eldred dan McGrath (1997) teknologi transfer merupakan perubahan
teknologi menjadi teknologi yang dikembangkan yang siap untuk digunakan.
Proses transfer teknologi secara umum meliputi asal teknologi (institusi, balai
penelitian dan sebagainya), filter teknologi, pengembangan bisnis model,
pengembangan business plan secara detail, dan implementasi.
Setiap produk yang telah dihasilkan memiliki siklus hidup hingga pada saat
tertentu produk tersebut harus ditarik dari pasar dan diganti dengan produk baru
yang lebih inovatif. Sebelum produk tersebut ditarik maka perusahaan harus
melakukan penelitian dan pengembangan produk sebelumnya.
Siklus hidup produk adalah siklus hidup suatu produk dengan tahapantahapan proses perjalanan hidupnya mulai dari peluncuran awal (soft launching),
peluncuran resmi (grand launching), perubahan dari target awal, lalu mulai
berjuang dan berkompetisi dengan produk-produk yang sejenis, hingga melewati
persaingan dan kompetisi produk memiliki tingkat penerimaan atau penjualan atau
distribusi yang luas dan tersebar. Siklus hidup produk merupakan konsep yang
penting dalam pemasaran karena memberikan pemahaman yang mendalam
mengenai dinamika bersaing suatu produk.

9
Interval Type 2 Fuzzy Set (IT2FS)
Interval Type 2 Fuzzy Sets (IT2FS) merupakan perbaikan dari algoritma fuzzy
set tipe 1 (Wu dan Mendel 2009), dengan proses inferensi menggunakan metode
TSK (Takagi, Sugeno dan Kang). IT2FS merupakan salah satu model fuzzy tipe 2
yang memetakan output berupa bilangan interval tertentu (Mendel et al 2006).
IT2FS memiliki daerah terbatas yang memuat ketidakpastian derajat keanggotaan
primer dari fungsi keanggotaan tipe 2 yang disebut A Footprint of uncertainty
(FOU). FOU merupakan tingkat ketidakpastian dari
dimana
merupakan
Membership Function (MF) IT2FS. IT2FS memiliki dua MF yaitu Upper
Membership Function (UMF) dan Lower Membership Function (LMF) yang
menjadi batas dari FOU. Gambar 3 menunjukkan ilustrasi dari fungsi keanggotaan
IT2FS dimana UMF adalah batas atas dari FOU sedangkan LMF
adalah
batas bawah dari FOU.

Gambar 3. Fungsi keanggotaan untuk fuzzy type 2 (Mendel et al 2006)

3 METODE
Kerangka Pemikiran
Pengembangan model pengukuran kinerja untuk pengembangan inovasi dan
komersialisasi berdasarkan DBE terdiri atas tiga lapisan seperti pada Gambar 2.
Dalam penelitian ini lapisan pertama melakukan pemodelan proses bisnis
pengembangan inovasi dan komersialisasi. Kemudian pada lapisan kedua
dilakukan pengembangan sistem untuk pengukuran kinerja dalam pengembangan
inovasi dan komersialisasi serta melakukan evaluasi sistem yang telah
dikembangkan. Alur analisis proses, desain hingga evaluasi sistem dapat dilihat
pada Gambar 4.
Lapisan ketiga merupakan infrastruktur dapat berupa perangkat keras,
jaringan dan sebagainya yang mendukung pada lapisan pertama dan kedua. Dalam
penelitian tidak dilakukan implementasi secara penuh karena belum
diimplementasikan dalam suatu organisasi.

10

Merancang
sistem inferensi
berbasis IT2FS

Mulai

T
U
J
U
A
N
I

Identifikasi parameter
dan simulator
pengukuran teknologi

Menganalisis
interaksi setiap
stakeholder

Memetakan proses
dan sub proses
setiap stakeholder

Membuat model
proses bisnis secara
keseluruhan

Merancang
sistem secara
keseluruhan

Implementasi
sistem

Mengevaluasi
sistem pengukuran
kinerja

T
U
J
U
A
N

Tidak
sesuai

Hasil dari
evaluasi

II
Pengujian
sistem secara
keseluruhan

T
U
J
U
A
N
III

Sesuai
Sistem
evaluasi

Selesai

Hasil
pengujuan
Tidak sesuai sistem
Sesuai

Sistem
pengukuran
kinerja

Gambar 4. Kerangka pemikiran pengukuran kinerja untuk pengembangan inovasi
dan komersialisasi produk
Identifikasi Parameter dan Simulator Pengukuran Teknologi
Parameter pengukuran teknologi berbasis TRL akan diadopsi dari BPPT
(2010) dan PU (2011) yang telah digunakan sebelumnya untuk pengukuran
teknologi di Indonesia. Matriks kesiapan teknologi versi BPPT dan PU sudah
dikategorisasikan menjadi sembilan tingkatan kesiapan dari studi awal, modelling,
prototipe teknologi, demonstrasi sampai pada penerapan skala penuh. Namun
parameter-parameter yang digunakan untuk menyusun kriteria kesiapan teknologi,
dinilai masih dikategorikan untuk penilaian teknologi atau sistem. Oleh sebab itu
parameter yang digunakan dalam penelitian ini disesuaikan dengan kebutuhan
pengguna dan kemudahan pengguna dalam pemahaman pengukuran suatu produk.
Business Process Modeling and Notation (BPMN)
Analisis mekanisme proses bisnis dilakukan untuk mengetahui alur proses
bisnis secara keseluruhan dalam pengembangan inovasi dan komersialisasi produk.
Dalam konsep DBE, analisis mekanisme proses bisnis terletak pada lapisan
pertama dimana tahapan dalam analisis perlu diketahui stakeholder yang terlibat,
peran masing-masing stakeholder, alur proses yang terjadi dan sebagainya.
Business Process Model and Notation (BPMN) adalah sebuah model standar yang
dikelola oleh Object Management Group (OMG) dan ditujukan untuk analisis

11
bisnis dan pengembangan teknis (Natschlager 2011). BPMN menyediakan banyak
notasi grafis yang digunakan untuk pemodelan proses. Notasi grafis yang dimiliki
BPMN misalnya adalah start event, task, intermediate message, end event,
gateway, dan notasi-notasi lainnya yang masing-masing memiliki fungsi tersendiri.
Dalam BPMN, sebuah “Proses Bisnis” melibatkan dan mengharuskan adanya
urutan dan dalam kegiatan bisnis dan informasi pendukung. Oleh karena itu
BPMN merupakan workflow yang lebih mudah dimengerti untuk melakukan
analisis dan pemodelan suatu bisnis atau proses bisnis. Dalam pengembangan
BPMN, ada beberapa tingkat dalam pemodelan proses yaitu (White 2008):
1. Peta proses (Process Maps) : kegiatan flow chart yang sederhana, diagram
alir tanpa memiliki banyak informasi detail selain nama-nama setiap aktivitas
(kegiatan)
2. Deskripsi proses (Process Descriptions): memberikan informasi yang lebih
luas seperti peran orang yang terlibat dalam proses, data, informasi dan
sebagainya
3. Model proses (Process Models): menggambarkan flow chart yang lebih detail
sehingga proses ini lebih dapat dianalisis dan simulasi. Proses model ini jika
telah benar (tanpa adanya kesalahan) maka dapat langsung dieksekusi ke
model lainnya atau alat lainnya yang dapat menjalankan proses lebih lanjut.
BPMN digunakan untuk memodelkan proses kegiatan pengembangan inovasi
dan komersialisasi dengan melihat interaksi yang terjadi setiap stakeholder.
Pembuatan model akan menggunakan bantuan software Sybase Power Designer
16.0.
Formulasi Interval Type 2 Fuzzy Set (IT2FS)
Nilai indikator terpenuhi sebuah level pada tiap TRL adalah 75-100 dengan
rentang nilai batasan yang ditetapkan dalam penilaian teknologi adalah 0-100
(BPPT 2006). Nilai di bawah 75 dianggap tidak terpenuhi pada suatu level TRL.
Mengacu pada ketetapan BPPT maka sistem yang dikembangkan juga mengikuti
aturan yang sama namun batas untuk setiap level terpenuhi adalah 8 dengan
rentang nilai 0-10.
Berbeda dengan IT2FS yang akan digunakan dalam proses perhitungan setiap
indikator TRL, secara umum, tahapan proses inferensia pada IT2FS ini dapat
dilihat pada Gambar 5. Desain IT2FS yang akan dilakukan adalah
1. Desain fuzzifier
Tipe Membership Function (MF) yang digunakan dalam fungsi triangular.
Tingkat ketidakpastian dari dapat dihitung dari union semua anggota
primernya ( ) yang disebut FOU dari seperti pada persamaan (1)
(Mendel et al 2006)
(1)
2. Konstruksi aturan fuzzy
Setelah fungsi keanggotaan fuzzy tipe 2 didefinisikan, langkah selanjutnya
adalah membangun aturan fuzzy untuk memproses input fuzzy. Untuk
membentuk aturan dalam fuzzy mengikuti format seperti pada persamaan
(2) (Mendel et al 2006).
R n : IF x1 is A 1n and ... and xi is A ln , THEN y is Yn n = 1,2,...,N
(2)

12
dimana
adalah antecedent dan Yn adalah concequent pada aturan fuzzy,
x1..xi adalah input pada fuzzy dan y adalah output fuzzy yang akan
dimanfaatkan dalam inferensia fuzzy.
3. Desain inferensia fuzzy
Inferensi fuzzy merupakan komponen kunci dari sistem logika fuzzy. Hasil
dari proses fuzifikasi tersebut berupa input set untuk IT2FS yang
selanjutnya akan di-inferensi dengan menghitung firing interval
berdasarkan aturan yang ditetapkan. Penghitungan firing interval dapat
dilakukan dengan menggunakan persamaan (3) (Mendel et al 2006)
(3)
dimana Fn(x’) adalah firing level pada input data dan
adalah firing level
untuk UMF sedangkan
firing level untuk LMF.
4. Reduksi tipe
Output dari perhitungan firing interval tersebut masih berupa IT2FS, oleh
karena itu langkah selanjutnya adalah dengan melakukan reduksi tipe
sehingga menjadi fuzzy tipe 1. Dalam penelitian ini metode yang akan
digunakan adalah centroid type reduction dengan persamaan (4) dan (5)
berikut (Mendel et al 2006)
M

f l i yli
yl =

i 1
M

fl i

(4)

i 1

dan
M

f ri yri
yr =

i 1
M

f ri

(5)

i 1

dimana yl adalah hasil reduksi tipe untuk nilai MF lower dan yr adalah
hasil reduksi tipe untuk nilai MF upper,
adalah firing level yang
sesuai dengan dan pada aturan ke i yang akan dimaksimalkan oleh
dan diminimumkan oleh .
5. Defuzifikasi
Defuzzifikasi adalah langkah terakhir untuk mendapatkan hasil akhir.
Defuzzifikasi tipe 2 identik dengan defuzzikasi dari tipe-1 logika fuzzy.
Formula untuk defuzifikasi adalah metode centroid seperti pada persamaan
(6) (Mendel et al 2006)

y ( x) =

yl + y r
2

(6)

dimana y(x) adalah hasil defuzifikasi, sedangkan yl dan yr adalah hasil tipe
reduksi masing-masing untuk MF lower dan MF upper.

13
Output IT2FS
Crisp

Input
crisp

Aturan

Defuzzification
Outputs

Input IT2FS
fuzzification

Type
reduction

Inference

Type reduction
Set (Type-1)

Gambar 5. Tahapan inferensi fuzzy menggunakan IT2FS
Implementasi sistem
Implementasi dari sistem yang telah dirancang dilakukan menggunakan
bahasa pemrograman Java. Dalam pengembangan sistem digunakan library umum
untuk T2FS yang telah ada digunakan sebelumnya. Pengembangan sistem
pengukuran kinerja disesuaikan dengan kebutuhan sistem yang telah ditentukan
sebelumnya
Evaluasi Desain Sistem Pengukuran Kinerja
Evaluasi sistem pengukuran kinerja untuk pengembangan inovasi dan
komersialisasi produk dilakukan dengan melakukan pengujian kepada beberapa
peneliti untuk menguji hasil penelitian mereka. Selain itu, evaluasi juga dilakukan
dengan membandingkan hasil yang diperoleh dengan TRL-Meter yang telah
digunakan saat ini oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).
Perhitungan nilai TRL dengan menggunakan Tekno-Meter menggunakan
persamaan (7) yang diadopsi dari rumus umum yang digunakan BPPT (BPPT
2010).
Nilai TRL =

(0 a) (0.2 b) (0.4 c) (0.6 d ) (0.8 e) (1 f )
nindikator

dimana:
a : jumlah indikator yang bernilai 0%
b: jumlah indikator yang bernilai 20
c: jumlah indikator yang bernilai 40%

(7)

d: jumlah indikator yang bernilai 60%
e: jumlah indikator yang bernilai 80%
f: jumlah indikator yang bernilai 100%

Data yang diinput berasal dari wawancara dan survei dari beberapa peneliti di
Institut Pertanian Bogor. Wawancara (berupa indikator dalam TRL) dan survei
dilakukan pada bulan Februari tahun 2014.

7)

14

4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Mekanisme Proses Bisnis
Lapisan pertama pada lingkungan DBE dapat dilihat pada alur proses bisnis
yang terjadi di dunia nyata ketika melakukan pengembangan produk invensi yang
dimodelkan dengan menggunakan BPMN 2.0. Dalam suatu ekosistem bisnis
setiap stakeholder memiliki fungsi dan peranannya masing-masing. Mereka akan
saling bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan bersama dalam hal ini
mengembangkan produk dan melakukan komersialisasi.
Dalam ekosistem bisnis untuk pengembangan inovasi dan komersialisasi
produk diketahui bahwa stakeholder yang terlibat terdiri dari peneliti sendiri,
perusahaan, dan balai penelitian (bagian peneliti dan evaluator). Evaluasi
teknologi dimulai saat peneliti melakukan pengembangan produknya sehingga
produk yang dihasilkan dapat dapat diaplikasikan dalam masyarakat. Contoh
model alur proses pengembangan produk dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Model proses bisnis dalam pengembangan inovasi dan komersialisasi
Research operation (balai penelitian) saat ini bekerja sama dengan perusahaan
untuk mengembangkan produk atau teknologi bagi perusahaan tersebut. Balai
penelitian akan menerima proyek dari perusahaan kemudian bagian Research
team akan melakukan pengembangan produk atau teknologi. Tim evaluator akan
melakukan evaluasi mulai dari research team melakukan formulasi atau mulai
menyusun konsep pengembangan produk. Evaluasi terus dilakukan hingga
penelitian selesai dan siap untuk diaplikasikan. Untuk alur proses bisnis yang
lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran 2.

15
Peneliti dapat memberikan hasil penelitian yang telah dicapai pada pihak
pengguna (industri) untuk pengembangan selanjutnya minimal pada pencapaian
level 7 TRL. Kemudian industri akan melakukan pengembangan produk di
lingkungan pabrikasi dan melakukan pemasaran pada target pasar yang telah
ditentukan sebelumnya.
Pengembangan Aplikasi untuk Pengukuran Kinerja
Perancangan sistem
Lapisan kedua dalam DBE merupakan representasi digital dari lapisan
pertama. Pengembangan aplikasi untuk pengukuran kinerja dalam pemenuhan
kebutuhan pada lapisan kedua DBE dilakukan dengan perancangan sistem dan
implementasi sistem. Tahapan dalam perancangan sistem dimulai dengan
mengembangkan model alur sistem yang akan digunakan oleh pengguna.
Kemudian merancang desain sistem sesuai dengan kebutuhan. Metode
pengukuran yang banyak diadopsi oleh peneliti, perusahaan dan balai penelitian
adalah Technology Readiness Levels (TRLs) yang pada awalnya dikembangkan
oleh NASA (Mankins 1995) dimana level yang paling tinggi menunjukkan
prototipe yang lebih lengkap dan tingkat sistem verifikasi yang lebih tinggi.
Tingkat kesiapan teknologi yang pada awalnya dikembangkan oleh NASA
merupakan indikator yang menunjukkan tahapan proses keberhasilan dalam
pencapaian kesiapan teknologi dalam bentuk sembilan level, dimana antara satu
level dengan level yang lain saling terkait dan menjadi landasan bagi tingkatan
berikutnya. Tabel 2 menunjukkan definisi dari setiap level dalam TRL.
Tabel 2. Definisi indikator TRL dari setiap level
Level
Indikator utama setiap level
TRL
1
Prinsip dasar dari teknologi telah diteliti dan dilaporkan
2
Formulasi konsep teknologi dan aplikasinya
3
Pembuktian konsep (proof of concept) fungsi dan/atau karateristik
penting secara analitis dan eksperimental
4
Validasi kode, komponen dan atau kumpulan komponen dalam
lingkungan laboratorium
5
Validasi kode, komponen dan atau kumpulan komponen dalam
lingkungan relevan
6
Demonstrasi model atau prototipe sistem/subsistem dalam lingkungan
yang relevan
7
Demonstrasi prototipe sistem dalam lingkungan/aplikasi yang
sebenarnya
8
Sistem telah lengkap dan memenuhi syarat melalui pengujian dan
demonstrasi dalam lingkungan/aplikasi sebenarnya
9
Sistem benar-benar teruji/terbukti melalui keberhasilan pengoperasian
Sumber: Mankins (1995)

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan proses evaluasi lebih lanjut akan
dibahas pada tahap ini. Aplikasi yang telah dirancang mengikuti alur pada
Gambar 7. User akan diminta memasukkan profil teknologi kemudian sistem akan

16
memberikan ID invention yang akan digunakan untuk proses selanjutnya. Ketika
memasuki menu current, user akan diminta memilih indikator yang sesuai
berdasarkan kondisi penelitian yang telah berjalan (indikator yang digunakan pada
Current TRL dapat dilihat pada Tabel 2). Kemudian user dapat melakukan
verifikasi atas hasil yang telah diberikan sistem. Ketika melakukan verifikasi dan
menghasilkan jawaban “terpenuhi” maka user dapat melanjutkan penilaian ke
level selanjutnya namun jika “tidak terpenuhi” maka user dapat melakukan
penilaian ke level di bawahnya.

Gambar 7. Bagian dari alur aktivitas sistem dan user
Ketika dilakukan verifikasi maka pengguna akan mengisi indikator-indikator
yang berbeda setiap levelnya seperti terlihat pada Gambar 7. Indikator penilaian

17
yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 3 yang menunjukkan instrumen penilaian
kesiapan teknologi. Kelengkapan setiap indikator penilaian dapat dilihat pada
Lampiran 1.
Tabel 3. Instrumen penilaian kesiapan teknologi
Level

Kriteria

1

Prinsip dasar dari
teknologi telah
diteliti dan
dilaporkan

2

Formulasi konsep
teknologi dan
aplikasinya

Parameter yang dinilai
1

2
3
1

2

3

Asumsi dan hukum dasar yang
digunakan pada teknologi (baru)
telah digunakan
Studi literatur tentang prinsip dasar
teknologi yang dikembangkan
Formulasi hipotesis penelitian

Kebutuhan
(requirement)
peralatan dan sistem yang akan
digunakan telah teridentifikasi
Studi literatur mengindikasikan
teknologi
yang
akan
dikembangkan memungkinkan
untuk diterapkan
Desain produk/varietas secara
teoritis dan empiris telah
teridentifikasi

Nilai interval
dalam IT2FS
[0 10]

[0 10]

... ...
10 Pemahaman tahapan eksperimen
3

Pembuktian konsep
(proof of concept)
fungsi dan/atau
karateristik penting
secara analitis dan
eksperimental

1

2

3

...
8

4

Validasi kode,
komponen dan atau
kumpulan

1

yang akan dilakukan
Studi
analitik
mendukung
prediksi kinerja elemen-elemen
teknologi/produk/varietas telah
dilakukan
Karakteristik/sifat dan kapasitas
untuk
kerja
sistem/teknologi/produk/varietas
dasar telah diidentifikasi dan
diprediksi
Telah dilakukan percobaan
laboratorium untuk menguji
kelayakan
penerapan
teknologi/produk/varietas
tersebut

[0 10]

...

Penelitian laboratorium telah
dilakukan untuk memprediksi
kinerja
setiap
elemen
teknologi/produk/varietas
Test laboratorium komponenkomponen
penyusun
produk/teknologi/varietas secara

[0 10]

18
Level

Tabel 3. Instrumen penilaian kesiapan teknologi (lanjutan)
Kriteria

Parameter yang dinilai

komponen dalam
lingkungan
laboratorium

terpisah telah dilakukan
Persyaratan
sistem/produk/varietas
untuk
diaplikasikan ke pengguna telah
diketahui
Hasil percobaan laboratorium
terhadap komponen-komponen
teknologi/produk/varietas
menunjukkan bahwa komponen
tersebut dapat beroperasi

2

3

...
8

5

Validasi kode,
komponen dan atau
kumpulan
komponen dalam
lingkungan relevan

1

2

3

6

Demonstrasi model
atau prototipe
sistem/subsistem
dalam lingkungan
yang relevan

1

Kondisi lingkungan operasi
untuk
pengembangan
produk/teknologi/varietas
sesungguhnya telah diketahui
Kebutuhan investasi untuk
peralatan dan proses produksi
terindentifikasi
Bagian produksi menyetujui dan
menerima hasil pengujian lab
Prototipe telah teruji dengan
fasilitas lab yang tinggi pada
simulasi lingkungan operasional
Hasil uji membuktikan layak
secara teknis
Peralatan, proses, metode dan
desain produk/varietas secara

4

5

Demonstrasi
prototipe sistem

Integrasi sistem komponen dan
rancang bangun skala lab telah
selesai
Persiapan
produksi
teknologi/produk/varietas telah
dilakukan
Persyaratan
standar
teknologi/produk/varietas telah
diketahui
Penelitian
pasar
(market
research)
dan
penelitian
laboratorium untuk memilih
proses yang akan digunakan
untuk
memproduksi
produk/varietas dalam skala
tetap (skala pabrik)
...
Proses produksi telah direview oleh
bagian manufaktur

3

7

...

...
9

2

1

Nilai interval
dalam IT2FS

[0 10]

[0 10]

[0 10]

19

Tabel 3. Instrumen penilaian kesiapan teknologi (lanjutan)
Level

Kriteria

Parameter yang dinilai

dalam
lingkungan/aplikasi
yang sebenarnya

teknis telah diidentifikasi
Proses dan prosedur peralatan
yang akan digunakan dalam
memproduksi produk/varietas
dalam skala tetap (skala pabrik)
mulai diujicobakan
Perlengkapan
proses
dan
peralatan
tes
diujicobakan
dalam lingkungan produksi

2

3

8

9

... ...
15 Siap untuk produksi awal
tel