Kajian Pustaka .1 Gadai Syariah

12

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Gadai Syariah

2.1.2.1 Pengertian Gadai Syariah

Pengertian Gadai Menurut Umum Konvensionalwww.google.com Gadai adalah suatu hak yang diperoleh seseorang yang mempunyai piutang atas suatu barang bergerak. Barang bergerak tersebut diserahkan kepada orang yang berpiutang oleh seorang yang mempunyai utang atau oleh orang lain atas nama orang yang mempunyai utang. Seseorang yang berutang tersebut memberikan kekuasaan kepada orang yang berpiutang untuk menggunakan barang bergerak yang telah diserahkan untuk melunasi utang apabila pihak yang berutang tidak dapat melunasi kewajibannya pada saat jatuh tempo. Perusahaan Umum Pegadaian adalah suatu badan usaha di Indonesia yang secara resmi mempunyai izin untuk melaksanakan kegiatan lembaga keuangan berupa pembiayaan dalam bentuk penyaluran dana ke masyarakat atas dasar hukum gadai. Pengertian Gadai Menurut Syari’at Islam Gadai dalam perspektif islam disebut dengan istilah rahn, yaitu suatu perjanjian untuk menahan sesuatu barang sebagai jaminan atau tanggungan utang. Kata rahn secara etimologi berarti “tetap”,”berlangsung”dan “menahan”. maka dari segi bahasa rahn bisa diartikan sebagai menahan sesuatu dengan tetap. Ar-Rahn adalah menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya rahn merupakan suatu akad utang piutang dengan menjadikan barang yang mempunyai nilai harta menurut pandangan syara’ sebagai jaminan, hingga orang yang bersangkutan boleh mengambil utang. Selain itu menurut ulama yang diambil dari situs www.google.com, Ulama Mazhab Syafi’i dan Mazhab Hanbali mendefinisikan rahn Gadai dalam arti akad, yaitu “menjadikan materi barang sebagai jaminan utang yang dapat dijadikan pembayar utang apabila orang yang berutang tidak bisa membayar utangnya itu”. Sedangkan menurut UU perdata pasal 1150, gadai adalah suatu hak yang diperoleh seseorang yang mempunyai piutang atas suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seseorang yang berhutang atau oleh seorang lain atas dirinya, dan yang memberikan kekuasaan kepada orang yang berpiutang itu untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut secara didahulukan dari pada orang yang berpiutang lainnya, dengan pengecualian biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkannya setelah barang itu digadaikan, biaya-biaya mana yang harus di dahulukan.

2.1.2.2 Dasar Hukum Gadai

Dasar hukum gadai menurut Islam adalah Al- Qur’an, sunnah dan ijtihad. Ayat Al- Qur’an yang dapat dijadikan dasar hukum perjanjian gadai adalah QS. Al-Baqarah ayat 282 dan 283 yang berbunyi “ Hai orang-orang yang beriman, apabila kamubermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklahh kamu menuliskannya.. ” d a n “ Jika kamu dalam perjalanan sedang kau tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang oleh yang berpiutang. Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, makahendaklah yang dipercaya itu menunaikkan amanatnya hutangnya…”. Terdapat beberapa hadits Nabi yang menggambarkan bahwa Nabi melakukan p r o s e s ga d a i , s a l a h s a t u n ya a d a l a h h a d i t s H R B u k h a r i d a n M u s l i m ya n g i s i n ya : Ai s ya h b e r k a t a b a h w a R a s u l b e r s a b d a : Rasulullah membeli makan dari seorang Yahudi dan meminjamkan kepadanya baju besi. Sedangkan menurut ijtihad, terdapat perbedaan yaitu Jumhur ulama berpendapat bahwa gadai disyariatkan pada waktu tidak bepergian, namun Adh-Dhahak dan penganut madzhab Az-Zahiri berpendapat bahwa rahn tidak disyaratkan kecuali pada waktu bepergian.

2.1.1.3 Syarat Sah dan Rukun Gadai

Secara umum syarat sah dan rukun dalam menjalankan transaksi gadai adalah sebagai berikut: 1. Rukun Gadai a. Ada ijab dan qabul shighat b. Terdapat orang yang berakad yang mengadaikan rahin dan yang menerima gadai murtahin c. Ada jaminan marhun berupa barang harta d. Utang marhun bih 2. Syarat Sah Gadai a. Shigat b. Orang yang beraka c. Barang yang dijadikan pinjaman d. Utang marhun bih

2.1.1.4 Hak dan Kewajiban Pihak yang Berakad

1. Penerima Gadai Murtahin Hak Penerima Gadai a. Apabila rahin tidak dapat memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo, murtahin berhak menjual marhun. b. Untuk menjaga keselamatan marhun, pemegang gadai berhak mendapatkan penggantian biaya yang dikeluarkan. c. Pemegang gadai berhak menahan barang gadai dari rahin, selama pinjaman belum dilunasi. Kewajiban Penerima Gadai adalah : a Apabila terjadi sesuatu hilang ataupun cacat terhadap marhun akibat dari kelalaian , maka marhun harus bertanggung jawab. b Tidak boleh menggunakan marhun untuk kepentingan pribadi. c Sebelum diadakan pelelengan marhun, harus ada pemberitahuan kepada rahin. 2. Pemberi Gadai Rahin Hak Pemberi Gadai adalah : a. Setelah Pelunasan Pinjaman, rahin berhak atas barang gadai yang diserahkan kepada murtahin b. Apabila terjadi kerusakan atau hilangnya barang gadai akibat kelalaian murtahin, rahin menuntut ganti rugi atas marhun c. Setelah dikurangi biaya pinjaman dan biaya-biaya lainnya, rahin berhak menerima sisa hasil penjualan marhun d. Apabila diketahui terdapat penyalahgunaan marhun oleh murtahin, maka rahin berhak untuk meminta marhunnya kembali Kewajiban Pemberi Gadai adalah : a. Melunasi penjaminan yang telah diterima serta biaya-biaya yang ada dalam kurun waktu yang telah ditentukan b. Apabila dalam jangka waktu yang telah ditentukan rahin tidak dapat melunasi pinjamannya, maka harus merelakan penjualan atas marhun pemiliknya

2.1.1.5 Akad Perjanjian Transaksi Gadai

a Qard al- Hasan Akad ini digunakan nasabah untuk tujuan konsumtif, oleh karena itu nasabah rahin akan dikenakan biaya perawatan dan penjagaan barang gadai marhun kepada pegadaian murtahin Ketentuannya: - Barang gadai hanya dapat dimanfaatkan dengan jalan menjual, seperti emas, barang elektronik, dan lain sebagainya - Karena bersifat social, maka tidak ada pembagian hasil. Pegadaian hanya diperkenakan biaya administrasi kepada rahin b Mudharabah Akad yang diberikan bagi nasabah yang ingin memperbesar modal usahanya atau untuk pembiayaan lain yang bersifat produktif. Ketentuannya : - Barang gadai dapat berupa barang bergerak maupun barang tidak bergerak seperti : emas, elektronik, kendaraan bermotor, tanah, rumah dll - Keuntungan dibagi setelah dikurangi dengan biaya pengelolaan marhun c Ba’I Muqayyadah Akad ini diberikan kepada nasabah untuk keperluan yang bersifat produktif. Seperti pembelian alat kantor, modal kerja. Dalam hal ini murtahin juga dapat menggunakan akad jual beli untuk barang atau modal kerja yang diingginkan oleh rahin. Barang gadai adalah barang yang dimanfaatkan oleh rahin ataupun murtahin. d Ijarah Objek dari akad ini pertukaran manfaat tertentu bentuknya adalah murtahin menyewakan tempat penyimpanan barang. Pemanfaatan Barang rahan Mayoritas ulama membolehkan pegadaian memanfaatkan barang yang digadaikannya selama mendapat izin dari murtahin selain itu pengadai harus menjamin barang tersebut selamat dan utuh. Dari Abu Hurairah r.a bahwasanya Rasulullah saw berkata: “barang yang digadaikan itu tidak boleh ditutup dari pemilik yang menggadaikannya. Baginya adalah keuntungan dan tanggung jawabnyalah bila ada kerugian atau biaya” HR Syafi,I dan Daruqutni. Mayoritas ulama selain mazhab hanbali berpendapat bahwa murtahin penerima gadai tidak boleh mempergunakan barang rahn. Berakhirnya Akad Rahn 1. Barang telah diserahkan kembali pada pemiliknya 2. Rahin membayar hutangnya 3. Pembebasan hutang dengan cara apapun, meskipun dengan pemindahan oleh murtahin. 4. Pembatalan oleh murtahin meskipun tidak ada persetujuan dari pihak rahin 5. Rusaknya barang rahin bukan oleh tindakan atau pengguna murtahin 6. Memanfaatkan barang rahn dengan barang penyewaan, hibah atau shadaqah baik dari pihak rahin maupun murtahin

2.1.2.6 Kegiatan Pelelangan

Pelelangan baru dapat dilakuakan jika nasabah rahin tidak dapat mengembalikan pinjamannya. Sebelum dilakukan pelelangan, harus ada pemberitahuan pada lima hari sebelum tanggal penjualan. Ketentuan dari pelelangan ini adalah : 1. Untuk marhun berupa emas ditetapkan margin sebesar 2 untuk pembeli. 2. Pihak pegadaian melakukan pelelangan terbatas. 3. Biaya penjualan sebesar 1 dari hasil penjualan, biaya pinjaman empat bulan, sisanya dikembalikan kepada nasabah, 4. Sisa kelebihan yang tidak diambil selama satu tahun akan diserahkan ke baitul maal.

2.1.2.7 Persamaan dan Perbedaan antara Rahn dan Gadai

Terdapat beberapa persamaan antara Rahndan gadai yaitu hak gadai berlaku atas pinjaman uang, adanya anggaran barang jaminan sebagai jaminan hutang, tidak boleh mengambil manfaat barang yang digadaikan, biaya barang yang digadaikan ditanggung oleh pemberi gadai, dan apabila batas waktu pinjaman uang telah habis, barang yang digadaikan boleh dijual atau dilelang.Sedangkan beberapa perbedaan antara gadai dan rahn adalah : 1. Rahn dilakukan secara sukarela tanpa mencari keuntungan, gadai dilakuakan dengan prinsip tolong menolong tetapi juga menarik keuntungan dengan menarik bunga. 2. Hak rahn berlaku pada seluruh harta benda bergerak dan benda tidak bergerak. 3. Rahn menurut hukum islam dilaksanakan tanpa melalui suatu lembaga, sedangkan gadai menurut hukum perdata dilaksanakan melalui suatu lembaga.

2.2 Kerangka Pemikiran