Arahan pengembangan kawasan transmigrasi kaliorang Di Kabupaten Kutai Timur

ARAHAN PENGEMBANGAN
KAWASAN TRANSMIGRASI KALIORANG
DI KABUPATEN KUTAI TIMUR

NURHARYADI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007

SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Arahan Pengembangan Kawasan
Transmigrasi Kaliorang di Kabupaten Kutai Timur adalah karya saya sendiri dan
belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.
Sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor,

Januari 2007


NURHARYADI
NRP A 253050054

ABSTRAK
NURHARYADI. Arahan Pengembangan Kawasan Transmigrasi Kaliorang di
Kabupaten Kutai Timur. Dibimbing oleh ENDRIATMO SOETARTO sebagai
Ketua Komisi, dan SANTUN R.P. SITORUS sebagai Anggota Komisi.
Dalam rangka pembangunan wilayah tidak semua desa bentukan
transmigrasi berkembang sesuai dengan yang diharapkan. Berbagai masalah yang
dihadapi dalam pengembangan kawasan transmigrasi diantaranya berlokasi di
wilayah yang sulit dijangkau, produksi yang tidak dapat dipasarkan, lahan yang
tidak subur dan sarana dan prasarana sosial ekonomi yang kurang mendukung
pengembangan usaha.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat perkembangan desa,
kegiatan usaha pertanian dan pengembangan komoditas unggulan, partisipasi dan
aspirasi masyarakat serta menyusun arahan pengembangan kawasan. Berdasarkan
tujuan analisis tingkat perkembangan desa diturunkan hipotesis, yaitu semakin
lama umur desa transmigrasi dan semakin dekat desa transmigrasi dengan pusat
pelayanan maka desa transmigrasi tersebut memiliki hirarki yang lebih tinggi.

Data yang digunakan terdiri dari data sekunder dan primer. Data sekunder
meliputi data publikasi BPS, penempatan transmigran, arahan pengembangan
wilayah Kabupaten Kutai Timur dan peta kawasan transmigrasi Kaliorang. Data
primer adalah partisipasi dan aspirasi masyarakat dalam pengembangan kawasan.
Metode analisis yang digunakan untuk menjawab tujuan dalam penelitian ini
adalah (1) Analisis Skalogram dan Regresi, (2) Analisis Location Quotient, (3)
Shift-Share Analysis, dan (4) Analisis Deskriptif.
Analisis tingkat perkembangan desa menunjukkan bahwa desa Bukit
Makmur mempunyai tingkat perkembangan desa/hirarki tertinggi. Jarak desa dari
pusat pelayanan (simpang Kaliorang Kaubun) mempunyai korelasi yang nyata
dengan tingkat perkembangan desa. Semakin jauh desa-desa dari pusat pelayanan
semakin rendah tingkat perkembangan desa.
Komoditas padi sawah, kakao, dan kelapa sawit berindikasi untuk
dikembangkan sebagai komoditas unggulan. Namun, saat ini hanya kelapa sawit
yang memungkinkan untuk dikerjasamakan dengan investor. Warga berkeinginan
untuk berpartisipasi dalam pengembangan kawasan ini terutama dalam
pengembangan komoditas unggulan, yaitu kelapa sawit untuk diusahakan di
Lahan Usaha II melalui kemitraan dengan investor yang difasilitasi oleh
pemerintah. Kebijakan pemerintah daerah Kabupaten Kutai Timur dalam
pengembangan kawasan ini adalah ditetapkannya kawasan transmigrasi Kaliorang

sebagai bagian dari pengembangan kawasan agropolitan Sangsaka dengan
komoditas yang direncanakan dikembangkan adalah padi, jagung, nenas, jati, dan
kelapa sawit. Sarana prasarana terutama transportasi merupakan kendala utama,
karena itu dalam pengembangan kawasan ini sebagai kawasan agribisnis
subsistem produksi diperlukan adanya dukungan pembangunan dan peningkatan
sarana dan prasarana jalan dan moda transportasinya.
Keywords : Transmigrasi, tingkat perkembangan desa, komoditas unggulan,
partisipasi dan aspirasi masyarakat.

© Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2007
Hak cipta dilindungi
Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari
Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam
bentuk apapun, baik cetak, fotokopi, mikrofilm, dan sebagainya

ARAHAN PENGEMBANGAN
KAWASAN TRANSMIGRASI KALIORANG
DI KABUPATEN KUTAI TIMUR

NURHARYADI


Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007

Judul penelitian

:

Arahan Pengembangan Kawasan Transmigrasi Kaliorang
di Kabupaten Kutai Timur.

Nama


:

Nurharyadi

NRP

:

A 253050054

Disetujui:

Komisi Pembimbing

Dr Endriatmo Soetarto, MA
Ketua

Prof. Dr Ir Santun R.P. Sitorus
Anggota


Diketahui:

Ketua Program Studi
Ilmu Perencanaan Wilayah

Dekan Sekolah Pascasarjana IPB

Dr Ir Ernan Rustiadi, M.Agr.

Prof. Dr Ir Khairil Anwar Notodiputro, MS

Tanggal Ujian : 13 Desember 2006

Tanggal Lulus :

PRAKATA
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunianya,
sehingga penelitian ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian
ini adalah Arahan Pengembangan Kawasan Transmigrasi Kaliorang di Kabupaten

Kutai Timur.
Sebagai staf di Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, penulis
berkeinginan untuk dapat memberikan sumbangan pemikiran yang konstruktif
bagi kemajuan pelaksanaan pembangunan di bidang ketransmigrasian. Semoga
hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi para perumus kebijakan pembangunan
dibidang ketransmigrasian dan kemajuan ilmu pengetahuan.
Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan
yang setinggi-tingginya kepada:
1. Bapak dan Ibu yang sangat berjasa dalam kehidupan penulis;
2. Dr. Endriatmo Soetarto, MA sebagai Ketua Komisi Pembimbing dan
Prof. Dr. Ir. Santun R.P. Sitorus sebagai Anggota Komisi Pembimbing, atas
arahan, masukan dan dorongannya selama penelitian dan penulisan tesis ini
sehingga dapat terselesaikan dengan baik;
3. Ir. Atang Sutandi, M.Si, PhD sebagai Penguji Luar Komisi;
4. Segenap staf pengajar dan manajemen Program Studi Ilmu Perencanaan
Wilayah IPB;
5. Pusbindiklatren Bappenas atas kesempatan beasiswa yang diberikan bagi
penulis;
6. Kepala Pusat Data dan Informasi Ketransmigrasian, Departemen Tenaga Kerja
dan Transmigrasi yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk

melanjutkan belajar;
7. Rekan-rekan PWL 2005 yang selalu kompak dan solid.
Secara khusus penulis mengucapkan terimakasih kepada istri dan anak-anak
atas pengertian dan dukungannya sehingga memberikan kekuatan tersendiri bagi
penulis dalam menyelesaikan studi ini. Semoga Allah SWT memberikan rahmat
dan karunia atas segala pengorbanan yang ada.
Tak ada gading yang tak retak, mohon maaf apabila terdapat kekhilafan
dalam penelitian ini dan semoga bermanfaat.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Bogor,

Januari 2007

Nurharyadi

RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir pada tanggal 05 Desember 1970 di Blitar, Jawa Timur dari
pasangan Ahmad Soebandi dan Siti Zulaikah. Penulis menyelesaikan pendidikan
S1 di Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
pada tahun 1994.

Pada tahun 2005, penulis mendapatkan kesempatan menempuh pendidikan
S2 pada program studi Ilmu Perencanaan Wilayah, Sekolah Pascasarjana, Institut
Pertanian Bogor dengan beasiswa pendidikan dari Pusbindiklatren, Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas).
Pada tahun 1998, penulis diterima sebagai PNS di Departemen Transmigrasi
dan PPH. Setelah ada perubahan kabinet dan perubahan nama departemen, sejak
tahun 2001 penulis bekerja di Pusat Data dan Informasi Ketransmigrasian, Badan
Penelitian Pengembangan dan Informasi, Departemen Tenaga Kerja dan
Transmigrasi.

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL …………………………………………….……………..........

iv

DAFTAR GAMBAR ………………………………………….…………............

vi


DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................................

vii

BAB I.

BAB II.

PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang ……………………………………………....

1

1.2.

Perumusan Masalah …………………………………………

5


1.3.

Tujuan Penelitian ……………………………………………

6

1.4.

Hipotesis ………………..………………...…………………

6

1.5.

Kerangka Pemikiran ……………………...…………………

6

1.6.

Manfaat Penelitian ………..…………………………………

7

TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Penyelenggaraan Program Transmigrasi di Indonesia dan
Permasalahannya ..…………………………………………...

9

2.2.

Pola Usaha Pokok Dalam Pembangunan Transmigrasi ……..

12

2.3.

Wilayah Pengembangan Transmigrasi dan Pengembangan
Wilayah …………………………….......................................

14

Agropolitan sebagai Model Pengembangan Kawasan
Transmigrasi ………………………....................................…

20

2.4.

BAB III.

METODE PENELITIAN
3.1.

Lokasi dan Waktu Penelitian ………………………………..

30

3.2.

Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data …………….……

30

3.3.

Teknik Analisis Data …………………….…………………..

32

3.3.1. Analisis Skalogram dan Regresi …..…………………

32

3.3.2. Analisis Keunggulan Komparatif Wilayah ..................

35

3.3.3. Analisis Keunggulan Kompetitif Wilayah .…..............

36

3.3.4. Analisis Deskriptif .........................................…...........

38

Matriks Tujuan, Kerangka Analisis Penelitian, Data yang
Dibutuhkan, dan Hasil yang Diharapkan ...............................

38

3.4.

ii

BAB IV.

BAB V.

BAB VI.

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
4.1.

Wilayah Administrasi, Letak Geografis, dan Aksesibilitas ....

41

4.2.

Perkembangan Penduduk dan Perekonomian .........................

43

4.3.

Curah Hujan dan Hari Hujan Tahunan ....................................

45

4.4.

Satuan Peta Lahan dan Kesesuaian Lahan ..............................

46

4.5.

Penggunaan Lahan ..................................................................

50

TINGKAT PERKEMBANGAN DESA
5.1.

Analisis Skalogram Berdasarkan Sarana/Prasarana Dasar ......

52

5.2.

Analisis Skalogram Menggunakan Indeks Perkembangan
Desa .........................................................................................

52

ANALISIS KEGIATAN USAHA PERTANIAN
PENGEMBANGAN KOMODITAS UNGGULAN
6.1.

Pengusahaan Tanaman Pangan ...............................................

57

6.2.

Pengusahaan Tanaman Perkebunan ........................................

61

6.3.

Pengusahaan Tanaman Buah-Buahan .....................................

64

6.4.

Pengembangan Komoditas Unggulan .....................................

66

6.4.1. Tanaman Pangan ..........................................................

66

6.4.2. Tanaman Perkebunan ...................................................

67

6.4.3. Tanaman Buah-Buahan ................................................

69

Orientasi Pemasaran Hasil Produksi .......................................

69

6.5.
BAB VII.

DAN

PARTISIPASI DAN ASPIRASI MASYARAKAT TERHADAP
PENGEMBANGAN KAWASAN TRANSMIGRASI
7.1.

Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Kawasan ........

71

7.2.

Aspirasi Masyarakat dalam Pengembangan Kawasan ...........

75

7.2.1. Pengembangan Kegiatan Usaha dan Perekonomian ....

75

7.2.2. Peningkatan Sarana dan Prasarana Transportasi ..........

78

7.2.3. Penerangan ...................................................................

79

ARAHAN PENGEMBANGAN
KAWASAN TRANSMIGRASI KALIORANG
DI KABUPATEN KUTAI TIMUR

NURHARYADI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007

SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Arahan Pengembangan Kawasan
Transmigrasi Kaliorang di Kabupaten Kutai Timur adalah karya saya sendiri dan
belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.
Sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor,

Januari 2007

NURHARYADI
NRP A 253050054

ABSTRAK
NURHARYADI. Arahan Pengembangan Kawasan Transmigrasi Kaliorang di
Kabupaten Kutai Timur. Dibimbing oleh ENDRIATMO SOETARTO sebagai
Ketua Komisi, dan SANTUN R.P. SITORUS sebagai Anggota Komisi.
Dalam rangka pembangunan wilayah tidak semua desa bentukan
transmigrasi berkembang sesuai dengan yang diharapkan. Berbagai masalah yang
dihadapi dalam pengembangan kawasan transmigrasi diantaranya berlokasi di
wilayah yang sulit dijangkau, produksi yang tidak dapat dipasarkan, lahan yang
tidak subur dan sarana dan prasarana sosial ekonomi yang kurang mendukung
pengembangan usaha.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat perkembangan desa,
kegiatan usaha pertanian dan pengembangan komoditas unggulan, partisipasi dan
aspirasi masyarakat serta menyusun arahan pengembangan kawasan. Berdasarkan
tujuan analisis tingkat perkembangan desa diturunkan hipotesis, yaitu semakin
lama umur desa transmigrasi dan semakin dekat desa transmigrasi dengan pusat
pelayanan maka desa transmigrasi tersebut memiliki hirarki yang lebih tinggi.
Data yang digunakan terdiri dari data sekunder dan primer. Data sekunder
meliputi data publikasi BPS, penempatan transmigran, arahan pengembangan
wilayah Kabupaten Kutai Timur dan peta kawasan transmigrasi Kaliorang. Data
primer adalah partisipasi dan aspirasi masyarakat dalam pengembangan kawasan.
Metode analisis yang digunakan untuk menjawab tujuan dalam penelitian ini
adalah (1) Analisis Skalogram dan Regresi, (2) Analisis Location Quotient, (3)
Shift-Share Analysis, dan (4) Analisis Deskriptif.
Analisis tingkat perkembangan desa menunjukkan bahwa desa Bukit
Makmur mempunyai tingkat perkembangan desa/hirarki tertinggi. Jarak desa dari
pusat pelayanan (simpang Kaliorang Kaubun) mempunyai korelasi yang nyata
dengan tingkat perkembangan desa. Semakin jauh desa-desa dari pusat pelayanan
semakin rendah tingkat perkembangan desa.
Komoditas padi sawah, kakao, dan kelapa sawit berindikasi untuk
dikembangkan sebagai komoditas unggulan. Namun, saat ini hanya kelapa sawit
yang memungkinkan untuk dikerjasamakan dengan investor. Warga berkeinginan
untuk berpartisipasi dalam pengembangan kawasan ini terutama dalam
pengembangan komoditas unggulan, yaitu kelapa sawit untuk diusahakan di
Lahan Usaha II melalui kemitraan dengan investor yang difasilitasi oleh
pemerintah. Kebijakan pemerintah daerah Kabupaten Kutai Timur dalam
pengembangan kawasan ini adalah ditetapkannya kawasan transmigrasi Kaliorang
sebagai bagian dari pengembangan kawasan agropolitan Sangsaka dengan
komoditas yang direncanakan dikembangkan adalah padi, jagung, nenas, jati, dan
kelapa sawit. Sarana prasarana terutama transportasi merupakan kendala utama,
karena itu dalam pengembangan kawasan ini sebagai kawasan agribisnis
subsistem produksi diperlukan adanya dukungan pembangunan dan peningkatan
sarana dan prasarana jalan dan moda transportasinya.
Keywords : Transmigrasi, tingkat perkembangan desa, komoditas unggulan,
partisipasi dan aspirasi masyarakat.

© Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2007
Hak cipta dilindungi
Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari
Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam
bentuk apapun, baik cetak, fotokopi, mikrofilm, dan sebagainya

ARAHAN PENGEMBANGAN
KAWASAN TRANSMIGRASI KALIORANG
DI KABUPATEN KUTAI TIMUR

NURHARYADI

Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007

Judul penelitian

:

Arahan Pengembangan Kawasan Transmigrasi Kaliorang
di Kabupaten Kutai Timur.

Nama

:

Nurharyadi

NRP

:

A 253050054

Disetujui:

Komisi Pembimbing

Dr Endriatmo Soetarto, MA
Ketua

Prof. Dr Ir Santun R.P. Sitorus
Anggota

Diketahui:

Ketua Program Studi
Ilmu Perencanaan Wilayah

Dekan Sekolah Pascasarjana IPB

Dr Ir Ernan Rustiadi, M.Agr.

Prof. Dr Ir Khairil Anwar Notodiputro, MS

Tanggal Ujian : 13 Desember 2006

Tanggal Lulus :

PRAKATA
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunianya,
sehingga penelitian ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian
ini adalah Arahan Pengembangan Kawasan Transmigrasi Kaliorang di Kabupaten
Kutai Timur.
Sebagai staf di Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, penulis
berkeinginan untuk dapat memberikan sumbangan pemikiran yang konstruktif
bagi kemajuan pelaksanaan pembangunan di bidang ketransmigrasian. Semoga
hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi para perumus kebijakan pembangunan
dibidang ketransmigrasian dan kemajuan ilmu pengetahuan.
Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan
yang setinggi-tingginya kepada:
1. Bapak dan Ibu yang sangat berjasa dalam kehidupan penulis;
2. Dr. Endriatmo Soetarto, MA sebagai Ketua Komisi Pembimbing dan
Prof. Dr. Ir. Santun R.P. Sitorus sebagai Anggota Komisi Pembimbing, atas
arahan, masukan dan dorongannya selama penelitian dan penulisan tesis ini
sehingga dapat terselesaikan dengan baik;
3. Ir. Atang Sutandi, M.Si, PhD sebagai Penguji Luar Komisi;
4. Segenap staf pengajar dan manajemen Program Studi Ilmu Perencanaan
Wilayah IPB;
5. Pusbindiklatren Bappenas atas kesempatan beasiswa yang diberikan bagi
penulis;
6. Kepala Pusat Data dan Informasi Ketransmigrasian, Departemen Tenaga Kerja
dan Transmigrasi yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk
melanjutkan belajar;
7. Rekan-rekan PWL 2005 yang selalu kompak dan solid.
Secara khusus penulis mengucapkan terimakasih kepada istri dan anak-anak
atas pengertian dan dukungannya sehingga memberikan kekuatan tersendiri bagi
penulis dalam menyelesaikan studi ini. Semoga Allah SWT memberikan rahmat
dan karunia atas segala pengorbanan yang ada.
Tak ada gading yang tak retak, mohon maaf apabila terdapat kekhilafan
dalam penelitian ini dan semoga bermanfaat.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Bogor,

Januari 2007

Nurharyadi

RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir pada tanggal 05 Desember 1970 di Blitar, Jawa Timur dari
pasangan Ahmad Soebandi dan Siti Zulaikah. Penulis menyelesaikan pendidikan
S1 di Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
pada tahun 1994.
Pada tahun 2005, penulis mendapatkan kesempatan menempuh pendidikan
S2 pada program studi Ilmu Perencanaan Wilayah, Sekolah Pascasarjana, Institut
Pertanian Bogor dengan beasiswa pendidikan dari Pusbindiklatren, Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas).
Pada tahun 1998, penulis diterima sebagai PNS di Departemen Transmigrasi
dan PPH. Setelah ada perubahan kabinet dan perubahan nama departemen, sejak
tahun 2001 penulis bekerja di Pusat Data dan Informasi Ketransmigrasian, Badan
Penelitian Pengembangan dan Informasi, Departemen Tenaga Kerja dan
Transmigrasi.

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL …………………………………………….……………..........

iv

DAFTAR GAMBAR ………………………………………….…………............

vi

DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................................

vii

BAB I.

BAB II.

PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang ……………………………………………....

1

1.2.

Perumusan Masalah …………………………………………

5

1.3.

Tujuan Penelitian ……………………………………………

6

1.4.

Hipotesis ………………..………………...…………………

6

1.5.

Kerangka Pemikiran ……………………...…………………

6

1.6.

Manfaat Penelitian ………..…………………………………

7

TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Penyelenggaraan Program Transmigrasi di Indonesia dan
Permasalahannya ..…………………………………………...

9

2.2.

Pola Usaha Pokok Dalam Pembangunan Transmigrasi ……..

12

2.3.

Wilayah Pengembangan Transmigrasi dan Pengembangan
Wilayah …………………………….......................................

14

Agropolitan sebagai Model Pengembangan Kawasan
Transmigrasi ………………………....................................…

20

2.4.

BAB III.

METODE PENELITIAN
3.1.

Lokasi dan Waktu Penelitian ………………………………..

30

3.2.

Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data …………….……

30

3.3.

Teknik Analisis Data …………………….…………………..

32

3.3.1. Analisis Skalogram dan Regresi …..…………………

32

3.3.2. Analisis Keunggulan Komparatif Wilayah ..................

35

3.3.3. Analisis Keunggulan Kompetitif Wilayah .…..............

36

3.3.4. Analisis Deskriptif .........................................…...........

38

Matriks Tujuan, Kerangka Analisis Penelitian, Data yang
Dibutuhkan, dan Hasil yang Diharapkan ...............................

38

3.4.

ii

BAB IV.

BAB V.

BAB VI.

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
4.1.

Wilayah Administrasi, Letak Geografis, dan Aksesibilitas ....

41

4.2.

Perkembangan Penduduk dan Perekonomian .........................

43

4.3.

Curah Hujan dan Hari Hujan Tahunan ....................................

45

4.4.

Satuan Peta Lahan dan Kesesuaian Lahan ..............................

46

4.5.

Penggunaan Lahan ..................................................................

50

TINGKAT PERKEMBANGAN DESA
5.1.

Analisis Skalogram Berdasarkan Sarana/Prasarana Dasar ......

52

5.2.

Analisis Skalogram Menggunakan Indeks Perkembangan
Desa .........................................................................................

52

ANALISIS KEGIATAN USAHA PERTANIAN
PENGEMBANGAN KOMODITAS UNGGULAN
6.1.

Pengusahaan Tanaman Pangan ...............................................

57

6.2.

Pengusahaan Tanaman Perkebunan ........................................

61

6.3.

Pengusahaan Tanaman Buah-Buahan .....................................

64

6.4.

Pengembangan Komoditas Unggulan .....................................

66

6.4.1. Tanaman Pangan ..........................................................

66

6.4.2. Tanaman Perkebunan ...................................................

67

6.4.3. Tanaman Buah-Buahan ................................................

69

Orientasi Pemasaran Hasil Produksi .......................................

69

6.5.
BAB VII.

DAN

PARTISIPASI DAN ASPIRASI MASYARAKAT TERHADAP
PENGEMBANGAN KAWASAN TRANSMIGRASI
7.1.

Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Kawasan ........

71

7.2.

Aspirasi Masyarakat dalam Pengembangan Kawasan ...........

75

7.2.1. Pengembangan Kegiatan Usaha dan Perekonomian ....

75

7.2.2. Peningkatan Sarana dan Prasarana Transportasi ..........

78

7.2.3. Penerangan ...................................................................

79

iii

BAB VIII.

ARAHAN PENGEMBANGAN KAWASAN
8.1.

BAB IX.

Permasalahan Pengembangan .................................................

80

8.1.1. Kegiatan Usaha Ekonomi .............................................

80

8.1.2. Sarana dan Prasarana Transportasi ...............................

83

8.1.3. Penerangan ...................................................................

84

8.2.

Pengembangan Pertanian ........................................................

84

8.3.

Pengembangan Desa, Prasarana Transportasi, dan Ekonomi..

89

8.4.

Pengembangan Sumberdaya Manusia .....................................

91

8.5.

Arahan Pengembangan Wilayah oleh Pemerintah Daerah .....

92

8.6.

Kebijakan Pembangunan Transmigrasi ...................................

93

SIMPULAN DAN SARAN
9.1.

Simpulan ..................................................................................

96

9.2.

Saran ........................................................................................

96

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………..………….….................

98

LAMPIRAN ...............................................................................................................

103

iv

DAFTAR TABEL
Tabel

Halaman

1.

Aspek, Variabel, Sumber, dan Teknik Pengumpulan Data ..............

31

2.

Skalogram Kecamatan X .............................................................…

32

3.

Hasil Analisis Skalogram Berdasarkan Jumlah dan Jenis
Sarana/Prasarana ............................................................................

33

4.

Struktur Data Aktivitas ................................................................….

35

5.

Struktur Tabel LQ .....................................................................…...

36

6.

Matriks Tujuan, Analisis, Data Yang Dibutuhkan, dan Hasil Yang
Diharapkan …...................................................................................

39

7.

Desa-Desa Transmigrasi di Kecamatan Kaliorang dan Kaubun ......

41

8.

Penempatan Transmigran dan Perkembangan Penduduk ................

43

9.

Curah Hujan dan Hari Hujan di Kawasan Transmigrasi Kaliorang .

45

10.

Satuan Peta Lahan, Macam Tanah, Kesesuaian Lahan, dan Faktor
Pembatas …………………………………………………………..

49

11.

Luas Desa dan Penggunaannya ........................................................

50

12.

Luas Pencadangan Areal untuk Transmigrasi dan Pemanfaatannya

51

13.

Hirarki Desa-Desa Berdasarkan Analisis Skalogram Sarana/
Prasarana Dasar ................................................................................

53

Hirarki Desa-Desa Berdasarkan Analisis Skalogram Indeks
Perkembangan Desa .........................................................................

54

15.

Keragaan Pengusahaan Tanaman Pangan ……………………..

57

16.

Nilai Perhitungan LQ dan LI untuk Komoditas Tanaman
P angan di Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur ........................

58

Luas Panen Pengusahaan Komoditas Tanaman Pangan di
K aliorang dan Kutai Timur tahun 2002 dan 2004/2005 ..........

59

Nilai Shift-share Analysis Pengusahaan Komoditas Tanaman
Pangan di Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur ............................

60

19.

Keragaan Pengusahaan Tanaman Perkebunan ………………..

61

20.

Nilai Perhitungan LQ dan LI untuk Komoditas Tanaman
P erkebunan di Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur .................

62

Luas Tanam Pengusahaan Komoditas Tanaman Perkebunan
d i Kaliorang dan Kutai Timur tahun 2002 dan 2004/2005 ......

62

14.

17.
18.

21.
22.

Nilai Shift-share Analysis Pengembangan Komoditas Tanaman

v

Perkebunan di Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur ....................

63

Nilai Shift-share Analysis Pengembangan Komoditas Tanaman
Perkebunan di Kawasan Agropolitan Sangsaka, Kabupaten Kutai
T imur ...............................................................................................

64

24.

Keragaan Pengusahaan Tanaman Buah-Buahan …….……......

65

25.

Nilai Perhitungan LQ dan LI untuk Komoditas Tanaman
B uah-Buahan di Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur ..............

66

Sebaran Desa dan Potensi Lahan untuk Pengembangan Padi
Sawah ...............................................................................................

67

Asal Pengetahuan Masyarakat Akan Adanya Kebijakan
Pengembangan Wilayah (Gerdabangagri) .......................................

71

23.

26.
27.

vi

DAFTAR GAMBAR
Gambar

Halaman

1.

Kerangka Pikir Penelitian ………………………………........

8

2.

Bagan Alir Kegiatan Penelitian .......................................…...

40

3.

Peta Administratif Kawasan Transmigrasi Kaliorang ......…..

42

4.

Lahan Usaha II yang Berupa Semak Belukar atau Padang
Alang-Alang .......................................….................................

76

5.

Persiapan Pasar Tenda di Desa Bumi Rapak ..................…....

78

6.

Pembakaran Hutan untuk Penanaman Padi Ladang ................

80

7.

Kebun Pisang yang Sudah Menjadi Semak Belukar ...............

82

8.

Kondisi Jalan Penghubung Sehabis Hujan ..............................

83

vii

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1.

Halaman
Skalogram Hirarki Desa-Desa di Kawasan Transmigrasi
Kaliorang Berdasarkan Jenis dan Jumlah Sarana/Prasarana
Dasar ...........................................................................................

104

Skalogram Hirarki Desa-Desa di Kawasan Transmigrasi
Kaliorang Berdasarkan Indeks Perkembangan ..........................

108

Hasil Analisis Regresi antara Hasil Analisis Skalogram
(Indeks Perkembangan Desa) dengan Umur Desa Transmigrasi
dan Jarak Desa Transmigrasi dari Pusat Pelayanan (Simpang
Kaliorang Kaubun) .....................................................................

113

4.

Satuan Peta Lahan di Kawasan Transmigrasi Kaliorang ...........

114

5.

Peta Hirarki Perkembangan Desa Berdasarkan Analisis
Skalogram Sarana/Prasarana Dasar ............................................

115

Nilai Analisis Shift-share Pengembangan Komoditas Tanaman
Perkebunan di Kawasan Agropolitan Sangsaka, Kabupaten
Kutai Timur ................................................................................

116

2.
3.

6.

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Program Transmigrasi telah dilaksanakan sejak zaman kolonial Belanda
dengan apa yang disebut sebagai kolonisasi dari penduduk yang dipindahkan dari
Bagelen Karesidenan Kedu yang ditempatkan di Gedong Tataan Lampung pada
tahun 1905 (Ramadhan et al., 1993). Program ini kemudian diteruskan oleh
pemerintah Indonesia mengingat adanya ketimpangan persebaran penduduk
terutama antara pulau Jawa dengan pulau non Jawa dengan tujuan bukan hanya
semata-mata geografis, berubah menjadi program pembangunan wilayah dan
menjadi salah satu program integrasi nasional (Utomo, 2005).
Pembangunan transmigrasi pada hakekatnya merupakan bagian integral
dari pembangunan nasional dan daerah sebagai upaya untuk mempercepat
pembangunan terutama di kawasan yang masih terisolir atau tertinggal yang
sekaligus dapat meningkatkan kesejahteraan para transmigran dan masyarakat
sekitarnya. Hal ini tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 15
tahun 1997 tentang Ketransmigrasian dan Peraturan Pemerintah nomor 2 tahun
1999 tentang Penyelenggaraan Transmigrasi, yang menyebutkan bahwa tujuan
pembangunan transmigrasi adalah (a) meningkatkan kesejahteraan transmigran
dan masyarakat sekitarnya, (b) peningkatan dan pemerataan pembangunan daerah,
dan (c) memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa.
Transmigrasi sebagai salah satu program pembangunan terutama
diarahkan kepada pembangunan pertanian, yaitu peningkatan produksi pertanian
yang dilakukan dengan pembukaan lahan-lahan baru atau ekstensifikasi. Soetarto
(2004) menyatakan bahwa pembangunan pertanian yang didukung oleh kebijakan
agraria yang kontekstual memiliki arti yang strategis bagi penanggulangan
kemiskinan, karena jumlah rakyat yang menjadi pekerja di tiap jenis pertanian
selalu lebih besar daripada perusahaan swasta dan negara. Karena itu diperlukan
adanya regulasi untuk memastikan akses petani terhadap sumberdaya yang
krusial, terutama lahan usahatani. Lebih lanjut dinyatakan bahwa sistem hak
penguasaan tanah mempunyai dampak besar terhadap pertumbuhan ekonomi,
pemanfaatan sumberdaya yang efektif, proses demokratisasi, penanggulangan

2

kemiskinan dan dalam membuka kesempatan berusaha/bekerja bagi golongan
miskin. Hasil penelitian Reyes (2002) menunjukkan adanya Agrarian Reform
mempunyai suatu dampak yang positif, yang telah mendorong peningkatan
pendapatan per kapita (12,2%) dan mengurangi kemiskinan (47,6% menjadi
45,2%) dari tahun 1990 sampai 2000.
Sejalan dengan hal tersebut maka pada program transmigrasi yang menjadi
peserta transmigran diutamakan adalah penduduk yang mengalami keterbatasan
dalam mendapatkan kesempatan kerja dan peluang usaha. Di daerah transmigrasi,
peserta transmigran mendapatkan lahan usaha dan lahan tempat tinggal beserta
rumah dengan status hak milik dan berbagai bantuan lainnya dari pemerintah
seperti catu pangan dan sarana produksi pertanian seperti yang tertuang dalam
Peraturan Pemerintah RI no 2 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Transmigrasi.
Dengan berbagai bantuan ini diharapkan transmigran dapat mengembangkan pola
usaha pokok yang ditetapkan dengan usaha primer sehingga kesejahteraannya
dapat meningkat dibandingkan dengan pada saat masih di daerah asalnya.
Priyono (2004) menyatakan bahwa pengembangan wilayah transmigrasi
merupakan usaha menumbuh kembangkan wilayah yang memiliki potensi
sumberdaya alam dengan keunggulan komoditas tertentu yang dikelola secara
terpadu dengan mengisi kekurangan sumberdaya manusia melalui program
transmigrasi. Sebagai salah satu program pembangunan, program transmigrasi
sampai dengan tahun 2005 telah membangun kurang lebih 2.744 Unit
Permukiman Transmigrasi (UPT).

Sebagian dari UPT-UPT tersebut telah

mendorong perkembangan daerah menjadi pusat pemerintahan di 235 kecamatan
dan 66 kabupaten yang

terus tumbuh dan berkembang dengan berbagai

infrastruktur dan dinamikanya masing-masing (Pusat Data dan Informasi
Ketransmigrasian, 2004). Namun demikian, tidak semua desa-desa eks UPT
tersebut berkembang sesuai dengan yang diharapkan dan sebagian diantaranya
tidak tumbuh dan berkembang dengan baik.

Menurut Deputi Bidang Kawasan

Transmigrasi (2000), faktor penyebab timbulnya permasalahan di desa-desa eks
UPT antara lain:
a.

Penerapan teknologi belum sesuai dengan kondisi sumberdaya alam yang
umumnya marginal.

3

b.

Kualitas sumberdaya manusia masih rendah.

c.

Kesempatan kerja dan peluang usaha di pedesaan terbatas.

d.

Sarana dan prasarana terbatas.

e.

Kelembagaan yang ada di desa belum berfungsi.

f.

Tidak terdapat pasar di wilayah tersebut.
Luasan lahan usaha yang diusahakan transmigran secara umum belum

optimal yaitu 0,48 ha untuk Lahan Pekarangan (LP), untuk Lahan Usaha I (LU I)
0,4 ha dan hanya 0,31 ha untuk Lahan Usaha II (LU II).

Oleh karena itu usaha

pembukaan lahan dan perluasan usahatani perlu mempertimbangkan kemampuan
transmigran dalam menggarap lahan atau memberikan bantuan tenaga kerja
seperti pemberian tenaga ternak, mesin-mesin pertanian (Sitorus dan Pribadi,
2000). Untuk LU II pada umumnya baru dibuka jika ada penyediaan dana oleh
pemerintah atau ada kerjasama dengan pihak swasta untuk pembukaan dan
penyiapan lahannya. Menurut Delam et al. (2000) lahan transmigran yang terluas
belum dibuka adalah LU II yang disebabkan karena adanya keterbatasan tenaga
kerja dan modal.
Desa-desa transmigrasi yang tidak berkembang tersebut sebagai wilayah
pedesaan dengan basis ekonomi yang didominasi oleh sektor pertanian mengalami
ketimpangan pembangunan dengan wilayah sekitarnya. Menurut Anwar (2005)
adanya ketimpangan dalam pembangunan antara perkotaan dan perdesaan ini
menyebabkan ekonomi sektor perdesaan menjadi semakin terspesialisasi dalam
produksi primer termasuk aktifitas pertanian secara luas: pangan, hortikultura,
perkebunan, perikanan dan kehutanan guna menyediakan kebutuhan penduduk,
terutama yang tumbuh di kawasan perkotaan.
Menurut Ibrahim (2004) kebijakan pembangunan dari atas atau pemerintah
pusat dijadikan akar permasalahan kegagalan pembangunan di Indonesia termasuk
yang

dihadapi

Departemen

Transmigrasi.

Diperlukan

paradigma

baru

pembangunan yang berorientasi pada kebutuhan masyarakat lokal yang
diharapkan akan mampu mengurangi permasalahan yang dihadapi di tingkat lokal.
Kunci keberhasilan dari pendekatan pengembangan komunitas yang bertujuan
untuk meningkatkan kualitas hidup adalah partisipasi aktif dari semua pihak
khususnya warga komunitas setempat.

4

Akhir-akhir ini berkembang suatu pendekatan pembangunan pedesaan
dengan konsep agropolitan. Pengembangan agropolitan ditujukan untuk
meningkatkan produksi pertanian dan penjualan hasil-hasil pertanian, mendukung
tumbuhnya industri agro-processing skala kecil menengah dan mendorong
keberagaman aktifitas ekonomi dari pusat pasar (Rustiadi dan Hadi, 2006). Segala
aktifitas harus diorganisasikan terutama untuk membangun keterkaitan dengan
menyediakan fasilitas, pelayanan, input produksi pertanian dan aksesibilitas yang
mampu memfasilitasi lokasi-lokasi permukiman di pedesaan yang umumnya
mempunyai

tingkat kepadatan yang rendah dan lokasinya lebih menyebar.

Menurut Pranoto (2005) program prioritas yang dibutuhkan dalam pengembangan
agropolitan adalah peningkatan sumberdaya manusia pertanian yang berkualitas,
peningkatan produktivitas usahatani, pasar dan pemasaran, kemitraan usaha,
pembangunan agroindustri dan peningkatan kinerja lembaga penunjang sistem
usahatani.
Menurut Utomo (2005) di wilayah-wilayah transmigrasi lama perlu
dikembangkan pusat-pusat agroindustri/industri pedesaan yang pada akhirnya
akan menyerap tenaga kerja muda di pedesaan dan akan memacu pertumbuhan
wilayah.

Untuk tujuan tersebut, pemerintah daerah juga harus membangun

infrastruktur dan akses pasar, sehingga akan terjadi harmonisasi pembangunan
wilayah.
Sumardjo (2004) menyatakan bahwa di daerah-daerah transmigrasi
merupakan wilayah agraris yang tersedia produk transmigran dan masyarakat di
sekitarnya yang mempunyai keunggulan komparatif. Di daerah tersebut berpotensi
menjadi

kawasan

agrobase

development,

yaitu

pengembangan

sektor

perekonomian berbasis pertanian dan perdesaan. Oleh karena itu, kawasan
transmigrasi potensial menjadi wilayah pengembangan kawasan agropolitan, yaitu
terintegrasinya kota pertanian dan desa-desa sentra produksi yang tumbuh dan
berkembang karena berjalannya sistem dan usaha agribisnis-agroindustri.
Menurut Sitorus dan Nurwono (1998), upaya untuk mempercepat
pertumbuhan wilayah dimana sektor pertanian merupakan tulang punggung
wilayah yang mantap diperlukan adanya mobilisasi potensi-potensi pembangunan
daerah ke dalam satu arah pembangunan yang terpadu dan konsisten. Selanjutnya

5

dinyatakan bahwa penerapan konsep agropolitan dan pertumbuhan pusat-pusat
pertumbuhan wilayah dalam bentuk kota-kota tani merupakan pilihan strategi
pengembangan

wilayah

yang

tepat

dikembangkan

dalam pembangunan

transmigrasi skala besar secara terencana dan konsisten. Apabila konsep
agropolitan akan digunakan dalam program pembangunan transmigrasi dan
masyarakat sekitar permukiman transmigrasi maka gagasan agropolitan dapat
diusulkan dibangun pada: (1) lokasi yang baru sama sekali (WPT) atau (2) pada
lokasi yang sedang tumbuh. Pada lokasi yang sedang tumbuh, di sini sifatnya
memanfaatkan lokasi-lokasi lama yang dinilai mempunyai prospek pertumbuhan
ekonomi yang baik.
Salah satu kawasan transmigrasi yang dikembangkan adalah kawasan
transmigrasi

Kaliorang

yang

merupakan

bagian

integral

dari

wilayah

pengembangan agropolitan Sangsaka (Sangkulirang, Sandaran dan Kaliorang) di
Kabupaten Kutai Timur Provinsi Kalimantan Timur.

Lokasi transmigrasi di

kawasan transmigrasi Kaliorang meliputi 13 Unit Permukiman Transmigrasi
(UPT) dengan desain awal pengembangan pertanian pola usaha pokok tanaman
pangan lahan kering di LP dan LU I serta tanaman kelapa hibrida di LU II.
Penempatan transmigran dilaksanakan dari tahun 1986 sampai dengan 1999
dengan jumlah penempatan sebanyak 3.540 Keluarga.
1.2. Perumusan Masalah
Kawasan transmigrasi tidak semuanya dapat berkembang sebagaimana
yang diharapkan. Berbagai masalah yang dihadapi dalam pengembangan kawasan
transmigrasi diantaranya UPT-UPT berlokasi di wilayah-wilayah yang sulit
dijangkau

karena

terbatasnya

prasarana

jalan

dan

transportasi

yang

mengakibatkan aksesibilitas ke kawasan transmigrasi yang rendah sehingga
produksi para transmigran tidak dapat dipasarkan.
Masalah lain yang terjadi adalah adanya lahan transmigrasi yang tidak
subur, sarana dan prasarana sosial ekonomi (kelembagaan) yang kurang
mendukung pengembangan usaha transmigran dan adanya masalah kepemilikan
lahan seperti adanya klaim kepemilikan kembali oleh penduduk setempat,
tuntutan ganti rugi dan adanya kepemilikan beberapa sertifikat yang berbeda nama
oleh satu orang transmigran. Kelembagaan yang ada terutama kelembagaan

6

formal sering terjadi hanya papan nama saja dan aktif jika ada kegiatan dari
pemerintah. Kawasan transmigrasi yang bermasalah ini seringkali ditinggalkan
oleh warganya untuk mencari penghidupan di wilayah sekitarnya sehingga
menjadi semak belukar dan tidak berkembang.
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah dikemukakan
dalam pengembangan kawasan transmigrasi Kaliorang, dirumuskan tujuan
penelitian, yaitu:
1.

Menganalisis tingkat perkembangan wilayah (desa-desa) dan struktur
hirarkinya berdasarkan struktur hirarki pusat-pusat aktifitas termasuk
infrastrukturnya.

2.

Menganalisis kegiatan usaha pertanian dan pengembangan komoditas
unggulan di kawasan transmigrasi.

3.

Menganalisis partisipasi dan aspirasi masyarakat terhadap pengembangan
kawasan transmigrasi.

4.

Menyusun arahan pengembangan kawasan transmigrasi.

1.4. Hipotesis
Berdasarkan tujuan penelitian analisis tingkat perkembangan wilayah
(desa-desa) diturunkan hipotesis yaitu semakin lama umur desa transmigrasi dan
semakin dekat desa transmigrasi dengan pusat pelayanan maka desa transmigrasi
tersebut memiliki hirarki yang lebih tinggi.
1.5. Kerangka Pemikiran
Pembukaan kawasan transmigrasi pada awalnya ditujukan untuk
menghasilkan produksi pertanian.

Untuk menghasilkan produksi pertanian,

peserta transmigran mendapatkan lahan usaha dan lahan tempat tinggal beserta
rumah dengan status hak milik dan berbagai bantuan lainnya dari pemerintah.
Peningkatan produksi pertanian diharapkan dari waktu ke waktu semakin
meningkat dan dapat meningkatkan perekonomian desa-desa dan masyarakat di
kawasan transmigrasi tersebut. Ternyata seringkali dengan berkembangnya
kawasan transmigrasi tersebut yang ditandai dengan peningkatan produksi
pertanian tidak dapat dipasarkan karena beberapa sebab seperti aksesibilitas yang

7

buruk, lahan transmigrasi yang tidak subur, sarana dan prasarana sosial ekonomi
(kelembagaan) yang kurang mendukung pengembangan usaha transmigran dan
adanya masalah kepemilikan lahan.
Akhir-akhir ini berkembang suatu pendekatan pembangunan pedesaan
dengan konsep agropolitan. Penerapan konsep agropolitan ternyata juga
menyentuh desa-desa di kawasan transmigrasi. Pengembangan kawasan
transmigrasi sebagai bagian dari kawasan agropolitan selain didukung oleh
pengembangan sarana dan prasarana fisik juga harus didukung oleh adanya
kelembagaan di tingkat petani.
Sebagai

bagian

dari

pengembangan

kawasan

agropolitan

maka

pengembangan pertanian dilakukan dengan pengembangan komoditas unggulan
yang

bertumpu

pada

sumberdaya

domestik

di

kawasan

tersebut

dan

pengembangannya di wilayah sekitarnya. Selain itu diperlukan partisipasi dan
aspirasi masyarakat dalam pengembangan kawasan sehingga dapat disusun arahan
pengembangan kawasan tersebut agar semakin berkembang. Kerangka pikir
penelitian tertera pada Gambar 1.
1.6. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk berbagai pihak,
antara lain bagi:
a.

Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, dapat dijadikan acuan dalam
arahan pengembangan kawasan transmigrasi di wilayah yang lain.

b.

Pemerintah Daerah, dapat diajukan acuan dalam pengembangan wilayahnya
yang berpotensi untuk pengembangan pertanian (agribisnis).

c.

Masyarakat, dapat memahami dan berpartisipasi dalam pengembangan
kawasan yang dapat meningkatkan kesejahteraannya.

d.

Ilmu Wilayah, sebagai informasi dan referensi bagi para mahasiswa untuk
penelitian selanjutnya terutama yang berkaitan dengan penerapan konsep
agropolitan di kawasan transmigrasi.

8

Kawasan transmigrasi yang
kurang berkembang

Aksesibilitas
rendah

Produksi tidak
dapat
dipasarkan

Lahan tidak
subur

Kelembagaan
kurang mendukung
pengembangan
kawasan
transmigrasi

Masalah
kepemilikan
lahan

Penerapan konsep agropolitan
di kawasan transmigrasi

Pembangunan atau
peningkatan sarana
dan prasarana

Partisipasi dan aspirasi
masyarakat

Partisipasi dan aspirasi
masyarakat yang
berkembang

Kawasan transmigrasi dan masyarakatnya
semakin berkembang
Gambar 1 Kerangka Pikir Penelitian.

Pengembangan
komoditas unggulan

9

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penyelenggaraan
Permasalahannya

Program

Transmigrasi

di

Indonesia

dan

Wilayah Republik Indonesia dengan jumlah penduduk yang begitu besar,
penyebaran penduduk yang belum serasi dan belum seimbang antara daya dukung
alam dan daya tampung lingkungan, apabila tidak ditangani dengan baik dapat
menimbulkan kerawanan sosial ataupun kerusakan lingkungan.

Adanya

penyebaran penduduk yang belum serasi dan belum seimbang tersebut
menyebabkan pembangunan wilayah yang tidak merata, sehingga ada
kecenderungan wilayah yang telah berkembang menjadi makin berkembang dan
sebaliknya wilayah yang tertinggal menjadi semakin tertingal. Daerah atau
wilayah yang tertinggal dengan penduduk terpencar-pencar dalam kelompok kecil
sulit berkembang. Untuk itu perlu diatur melalui penyelenggaraan transmigrasi
(Undang-Undang No. 15, 1997).
Program Transmigrasi telah dilaksanakan sejak zaman kolonial Belanda
dengan apa yang disebut sebagai kolonisasi dari penduduk yang dipindahkan dari
Bagelen Karesidenan Kedu yang ditempatkan di Gedong Tataan Lampung pada
tahun 1905 (Ramadhan et al., 1993). Dipilihnya Gedong Tataan, antara lain
karena letaknya dekat dengan jalan raya dan tidak jauh dari pelabuhan, tanahnya
datar, mempunyai banyak sumber air, cukup baik untuk pembukaan sawah-sawah
baru. Istilah kolonisasi ini pada era setelah kemerdekaan diganti menjadi
transmigrasi (Utomo, 2005). Berdasarkan Undang-Undang No. 15 tahun 1997,
transmigrasi didefinisikan sebagai perpindahan penduduk secara sukarela dan
berencana untuk meningkatkan kesejahteraan dan menetap di Wilayah
Pengembangan Transmigrasi (WPT) atau Lokasi Permukiman Transmigrasi.
Menurut Undang-Undang No. 24 tahun 1992 tentang Penataan Ruang,
kawasan adalah wilayah dengan fungsi utama lindung dan budidaya. Kawasan
transmigrasi adalah kawasan yang ditetapkan fungsinya sebagai wilayah untuk
pengembangan permukiman transmigrasi (WPT). Permukiman transmigrasi
adalah satu kesatuan permukiman atau bagian dari satuan permukiman yang
diperuntukkan bagi tempat tinggal dan tempat usaha transmigran.

10

Yang dimaksud dengan WPT seperti tertuang dalam Undang-Undang No.
15 tahun 1997 adalah wilayah potensial yang ditetapkan sebagai pengembangan
permukiman transmigrasi untuk mewujudkan pusat pertumbuhan wilayah baru
sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah. Lokasi Permukiman Transmigrasi
adalah lokasi potensial yang ditetapkan sebagai permukiman transmigrasi untuk
mendukung pusat pertumbuhan wilayah yang sudah ada atau sedang berkembang
sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah.
Seperti halnya kawasan pedesaaan, kawasan transmigrasi mempunyai
kegiatan utama pertanian. Yulia (2005) menyatakan bahwa kawasan transmigrasi
adalah kawasan budidaya intensif untuk menampung perpindahan penduduk
secara menetap dalam jumlah besar dengan susunan fungsi-fungsi sebagai tempat
permukiman, pelayanan jasa pemerintahan, sosial dan kegiatan ekonomi untuk
menumbuhkan pusat pertumbuhan ekonomi.
Penduduk yang dapat menjadi atau mendapat kesempatan ikut serta dalam
program transmigrasi, adalah:
a.

Penduduk bermasalah, yang memiliki tekad dan semangat untuk melakukan
peningkatan

kesejahteraannya,

tetapi

mengalami

keterbatasan

dalam

mendapatkan peluang kerja dan usaha.
b.

Penduduk yang relatif berpotensi dan telah mendapatkan kesempatan kerja
dan usaha, tetapi lebih ingin meningkatkan kesejahteraannya.

c.

Penduduk yang telah mampu mengembangkan diri, tetapi ingin lebih
meningkatkan mutu kehidupannya lebih baik lagi.
Sebagai salah satu program pembangunan, program transmigrasi sampai

dengan tahun 2005 telah membangun 2.744 Unit Permukiman Transmigrasi
(UPT). Sebagian dari UPT-UPT tersebut telah mendorong perkembangan daerah
menjadi pusat pemerintahan, berupa 235 kecamatan dan 66 kabupaten yang terus
tumbuh dan berkembang dengan berbagai infrastruktur dan dinamikanya masingmasing (Pusat Data dan Informasi Ketransmigrasian, 2004). Namun demikian,
tidak semua desa-desa eks UPT tersebut berkembang sesuai dengan yang
diharapkan dan sebagian diantaranya tidak tumbuh dan berkembang dengan baik
bahkan banyak yang telah menurun.

11

Penurunan kondisi ini disebabkan antara lain karena ketidaksiapan
Pemerintah Daerah untuk memelihara dan melanjutkan pembangunan yang telah
dilaksanakan sebelumnya.

Pada akhirnya desa-desa eks UPT yang demikian

belum memberikan kontribusi yang nyata dalam peningkatan pembangunan di
daerah.

Karena itu saat ini diperlukan adanya revitalisasi pemberdayaan

masyarakat dan pengembangan kawasan transmigrasi agar kawasan transmigrasi
berkembang dan selanjutnya terbentuk pusat pertumbuhan (Deputi Bidang
Kawasan Transmigrasi, 2000).
Kegiatan ekonomi di kawasan transmigrasi diharapkan terus meningkat
sehingga mampu menumbuh-kembangkan pusat-pusat pertumbuhan secara
mandiri dan terpadu dengan rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten menjadi
Kota

Terpadu

Mandiri

(Direktorat

Jenderal

Pembinaan

Pengembangan

Masyarakat dan Kawasan Transmigrasi, 2006). Kota Terpadu Mandiri dirancang
dengan pendekatan WPT/LPT pada kawasan yang sudah terdapat pembangunan
transmigrasi atau kawasan potensial yang belum ada pembangunan transmigrasi.
Kota Terpadu Mandiri (KTM) adalah kawasan transmigrasi yang
pembangunan dan pengembangannya dirancang menjadi pusat pertumbuhan yang
mempunyai fungsi perkotaan melalui pengelolaan sumberdaya alam yang
berkelanjutan (Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, 2006). Tujuan
pembangunan KTM adalah :
a.

Menciptakan sentra-sentra agribisnis dan agroindustri yang mampu menarik
investasi

swasta

untuk

menumbuh-kembangkan

kegiatan

ekonomi

transmigran dan penduduk sekitar, serta membuka peluang usaha dan
kesempatan kerja.
b.

Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan transmigran dan penduduk
sekitar.

c.

Meningkatkan kemudahan transmigran dan penduduk sekitar untuk
memenuhi berbagai kebutuhan dasar.
Sasaran pembangunan KTM adalah (a) peningkatan investasi budidaya

dan industri pertanian, jasa dan perdagangan, (b) peningkatan produktivitas
transmigran dan penduduk sekitarnya, (c) peningkatan pendapatan asli daerah,

12