Efektifitas Penguatan Modal Usaha Kelompok Pembibitan Kambing Pada Kelompok Tani Ternak Ngudi Lestari Di Kulon Progo Yogyakarta

EFEKTIFITAS PENGUATAN MODAL USAHA KELOMPOK
PEMBIBITAN KAMBING PADA KELOMPOK TANI TERNAK
NGUDI LESTARI DI KULON PROGO YOGYAKARTA

DEWI SARI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul ”Efektifitas
Penguatan Modal Usaha Kelompok Pembibitan Kambing Pada Kelompok Tani
Ternak Ngudi Lestari di Kulon Progo Yogyakarta” adalah karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada
perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2016
Dewi Sari
NIM. P054124115

RINGKASAN
DEWI SARI. Efektifitas Penguatan Modal Usaha Kelompok Pembibitan Kambing
Pada Kelompok Tani Ternak Ngudi Lestari di Kulon Progo Yogyakarta.
Dibimbing oleh HARTRISARI HARDJOMIDJOJO dan EKO RUDDY
CAHYADI.
Salah satu upaya Pemerintah untuk mendorong berkembangnya kelompok
usaha petani adalah dengan memfasilitasi bantuan Penguatan Modal Usaha
Kelompok (PMUK). PMUK merupakan stimulasi dana bagi pelaku pertanian
yang mengalami keterbatasan modal sehingga selanjutnya petani dan
kelompoknya dapat meningkatkan produktifitas, produksi dan pendapatannya,
yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan petani/peternak. Melalui
PMUK peternakan disalurkan bantuan penguatan modal usaha pembibitan
kambing yang dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan
Hewan Kementerian Pertanian.
Dalam pelaksanaannya di lapangan masih terdapat berbagai permasalahan

yang ditemukan, antara lain penyaluran dan pemanfaatan dana PMUK tidak tepat
sasaran kepada anggota kelompok/kelompok tani ternak yang membutuhkan dan
penggunaan dana bantuan tidak sesuai dengan Rencana Usaha Kelompok (RUK).
Selain itu juga petugas pendamping belum melaksanakan tugas secara optimal,
kelembagaan keuangan mikro tidak terbentuk dan tidak terjadi peningkatan modal
kelompok. Dengan latar belakang dan beberapa permasalahan yang telah
dikemukakan di atas, dilakukan analisis mengenai efektifitas penguatan modal
usaha pembibitan kambing pada Kelompok Tani Ternak Ngudi Lestari di Kulon
Progo Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan menganalisis efektivitas bantuan PMUK
Kelompok Tani Ternak Ngudi Lestari di Kabupaten Kulon Progo Yogyakarta.
Variabel yang digunakan dalam pengukuran kinerja adalah karakteristik individu;
kesesuaian kelompok penerima; kesesuaian lokasi penerima; dan pelaksanaan
kegiatan. Penelitian ini menggunakan metode survei, yaitu dengan menggunakan
teknik pengumpulan data melalui penyebaran kuesioner serta wawancara langsung
kepada 36 anggota Kelompok Tani Ternak Ngudi Lestari di Kabupaten Kulon
Progo Yogyakarta. Kelompok Tani Ternak ini adalah penerima bantuan program
PMUK.
Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode statistik analisis
regresi linier berganda. Hasil analisis menunjukkan bahwa karakteristik individu;

kesesuaian kelompok penerima; kesesuaian lokasi penerima; dan pelaksanaan
kegiatan secara simultan dan parsial berpengaruh secara nyata terhadap output
PMUK pada Kelompok Tani Ternak Ngudi Lestari di Kabupaten Kulon Progo
Yogyakarta. Hasil analisis menunjukkan bahwa setelah adanya bantuan program
PMUK kinerja Kelompok Tani Ternak Ngudi Lestari di Kabupaten Kulon Progo
Yogyakarta menjadi lebih efektif hal tersebut ditandai dengan penyaluran dan
pemanfaatan bantuan yang telah sesuai dengan perencanaan, meningkatnya
jumlah ternak setelah mendapatkan PMUK, serta terdapat peran serta dari petugas
teknis dalam melakukan pembinaan terhadap kelompok tani ternak.
Kata Kunci: Efektifitas, Kelompok Tani Ternak, Output

SUMMARY
DEWI SARI. Effectivity of PMUK Goat Breeding on KTT Ngudi Lestari in Kulon
Progo Yogyakarta. Supervised by HARTRISARI HARDJOMIDJOJO dan EKO
RUDDY CAHYADI.
On of the government effort to growth and develop group farmer ativity is
facilitated by PMUK grant. PMUK is funded stimulation for agricultural
stakeholders whose have limited capital in order they can growth and develop
productivity, production and revenve to increase farmer prosperity. By PMUK,
agriculture grant for breeding local goat was held by Directorate General of

Livestock and Animal Health Services, Ministry of Agriculture.
On practices in the field, PMUK faced some problems such as: transferring
and utilizing PMUK grant ineffective to the member of KTT, and the grant
utilization was not suitable with RUK plan. Another problem werefield operator
haven‟t yet doing the task optimally, micro financial organization was not created,
and the capital didn‟t increased. With background and some problems which have
mentioned above, a research was conducted to analyze th effectivity of PMUK
goat breeding on KTT Ngudi Lestari in Kulon Progo Yogyakarta.
The objective of this research is to analyze the effectivity of grant program
of PMUK on KTT Ngudi Lestari in Kulon Progo Yogyakarta. Variables was
measured consist of: individual characteritics, the suitability of receiver group,
location fitness and program implementation. Survei method was used on this
research by collecting data with quisionaire distributions and direct interviewing
to the 36 members of KTT Ngudi Lestari in Kulon Progo Yogyakarta. This KTT
is group farmen whose accepted grant program of PMUK.
Data analyzed by double linies analyze regretion. The result showed that
individual characteritics, the suitability group receiver, the fitness location and
program implementationsimultanously and partially significantly influence the
output PMUK on KTT Ngudi Lestari In Kulon Progo Yogyakarta. Analyzed
showed after grant program PMUK, performance of KTT Ngudi Lestari more

effective which indicated by the suitability of grant transferring and utilizing with
the planning, the increasing of goat member after receiving PMUK, and the
proactivity of technical operator on their strengthen activity to the KTT.
Keywords: PMUK, KTT, effectivity, output.

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

EFEKTIFITAS PENGUATAN MODAL USAHA KELOMPOK
PEMBIBITAN KAMBING PADA KELOMPOK TANI TERNAK
NGUDI LESTARI DI KULON PROGO YOGYAKARTA

DEWI SARI


Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Profesional
pada
Program Studi Industri Kecil Menengah

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis:
Prof Dr Ir H Musa Hubeis, MS Dipl Ing DEA

Judul Tesis : Efektifitas Penguatan Modal Usaha Kelompok Pembibitan Kambing
Pada Kelompok Tani Ternak Ngudi Lestari di Kulon Progo
Yogyakarta
Nama
: Dewi Sari

NIM
: P054124115

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr Ir Hartrisari Hardjomidjojo DEA

Dr Eko Ruddy Cahyadi S Hut MM

Ketua

Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Industri Kecil Menengah

Prof Dr Ir H Musa Hubeis, MS Dipl Ing DEA


Tanggal Ujian: 26 Maret 2016

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Dahrul Syah, MSc Agr

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji Syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya
tesis yang berjudul “Efektifitas Penguatan Modal Usaha Kelompok Pembibitan
Kambing Pada Kelompok Tani Ternak Ngudi Lestari di Kulon Progo Yogyakarta”
berhasil diselesaikan dengan baik. Tesis ini disusun sebagai salah satu syarat
menyelesaikan studi di Program Studi Industri Kecil Menengah Sekolah
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
efektifitas bantuan program Penguatan Modal Usaha Kelompok pembibitan
kambing.
Penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada:

1. Dr Ir Hartrisari Hardjomidjojo DEA dan Dr Ir Eko Ruddy Cahyadi S Hut MM
selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah memberikan
bimbingan, arahan, nasehat, dan dorongan semangat dalam penyelesaian tesis
ini.
2. Prof Dr Ir H Musa Hubeis, MS Dipl Ing DEA selaku penguji luar komisi yang
telah menelaah tesis ini.
3. Pimpinan dan staf lingkup Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan
Hewan Kementerian Pertanian atas dukungannya kepada penulis.
4. Mahasiswa Program Studi Magister Profesional Industri Kecil Menengah
Angkatan 17 atas bantuan, saran dan kritiknya.
5. Keluarga yang memberikan dukungan dan doanya.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih mempunyai keterbatasan. Kritik
dan saran penulis harapkan dari semua pihak untuk perbaikan, dan semoga tesis ini
dapat berguna bagi yang memerlukan.
Bogor, Maret 2016
Dewi Sari

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL


xi

DAFTAR GAMBAR

xi

DAFTAR LAMPIRAN

xii

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian

1
1
3
4

4

2 TINJAUAN PUSTAKA
Kelompok Tani
Penguatan Modal Usaha Kelompok
Konsep Efektifitas
Penelitian Terdahulu Tentang Program Bantuan Penguatan Modal
Usaha

5
5
5
6
7

3 METODE PENELITIAN
Kerangka Pikir Penelitian
Waktu dan Tempat
Pengumpulan Data
Pengolahan dan Analisis Data
Hipotesis Penelitian
Analisis Eektifitas Pengatan Modal Usaha Kelompok Tani Ternak

9
9
12
12
15
19
20

4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Kelompok
Pengujian Data
Hasil Analisis Data
Pengujian Hipotesis
Pembahasan
Evaluasi Efektfitas Penguatan Modal Usaha Dilihat dari Input,
Process, Output, Outcome dan Impact

23
23
30
32
35
37
39

5 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

44
44
44

DAFTAR PUSTAKA

45

LAMPIRAN

47

RIWAYAT HIDUP

56

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19

Jumlah ternak menurut jenisnya di DI.Yogyakarta tahun 2012
Penelitian terdahulu tentang program bantuan penguatan modal usaha
Tujuan, peubah dan indikator eEfektifitas PMUK KTT Ngudi Lestari
Kriteria penelitian korelasi
Sebaran karakteristik individu
Kepemilikan ternak tahun 2012
Perkembangan ternak kambing KTT Ngudi Lestari tahun 2012-2015
Data kemilikan ternak sesudah dan sebelum mendapatkan PMUK
Hasil uji validitas peubah X1
Hasil uji validitas peubah X2
Hasil uji validitas peubah X3
Hasil uji validitas peubah Y
Nilai hasil uji validitas instrumen penelitian
Nilai hasil uji reliabilitas
Hasil perhitungan koofisien regresi
Hasil uji f
Hasil uji t
Korelasi parsial variabel X terhadap Y
Pendapatan peternak sebelum dan sesudah mendapatkan bantuan PMUK

2
7
11
18
28
28
28
29
30
31
31
31
32
32
33
35
36
37
42

DAFTAR GAMBAR
1
2
3

10
20
23

Kerangka Pikir Penelitian
Diagram Alir Efektifitas PMUK
Struktur Organisasi KTT Ngudi Lestari

DAFTAR LAMPIRAN
1 Indikator, definisi operasional, parameter
karakteristik individu
2 Indikator, definisi operasional, parameter
kesesuaian lokasi penerima
3 Indikator, definisi operasional, parameter
kesesuaian kelompok penerima
4 Indikator, definisi operasional, parameter dan
pelaksanaan

dan kategori pengukuran
dan kategori pengukuran
dan kategori pengukuran
kategori pengukuran proses

47
48
49
51

5 Indikator, definisi operasional, parameter dan kategori pengukuran output
kegiatan
53
6 Output SPSS Uji Normalitas
54
7 Output SPSS Uni Multikolinearitas
55

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pada umumnya masalah kemiskinan berhubungan erat dengan permasalahan
pertanian di Indonesia. Masalah pertanian yang dimaksud yaitu pertama, sebagian
besar petani Indonesia sulit untuk mengadopsi teknologi sederhana untuk
meningkatkan produktivitas hasil pertaniannya. Kedua, petani mengalami
keterbatasan pada akses informasi pertanian. Ketiga, petani memiliki kendala atas
sumberdaya manusia yang dimiliki. Keempat, masalah paling dasar bagi sebagian
besar petani Indonesia adalah masalah keterbatasan modal yang dimiliki oleh para
petani (Zanzes at all. 2015).
Salah satu ciri pertanian rakyat di Indonesia adalah manajemen dan
permodalan yang terbatas, akibatnya usaha sulit terlaksana secara optimal. Petani
terpaksa menggunakan pinjaman uang yang secara ekonomis kurang/tidak
menguntungkan. Rendahnya aksesibilitas petani terhadap layanan modal juga
disebabkan lembaga permodalan yang ditunjuk untuk menyalurkannya tidak
sepenuhnya berpihak kepada petani, bunga terlalu tinggi, jaminan persyaratan
yang tidak bisa dipenuhi petani, proses pencairan yang memakan waktu sangat
lama, birokrasi yang bertele-tele sepertinya membuat petani lebih memilih untuk
meminjam modal dari rentenir yang tidak perlu persyaratan rumit dan cepat dalam
proses pencairannya.
Salah satu upaya Pemerintah untuk mendorong berkembangnya kelompok
usaha petani adalah dengan memfasilitasi bantuan Penguatan Modal Usaha
Kelompok (PMUK). Kebijakan ini dilaksanakan guna meningkatkan kemampuan
permodalan kelompok tani dalam rangka mengembangkan prinsip-prinsip
ekonomis dan meningkatkan kegiatan ekonomi masyarakat dan pendapatan
petani.
Pada sub sektor peternakan, PMUK disalurkan untuk beberapa komoditas
antara lain sapi potong, sapi perah, kambing, domba, babi, ayam dan itik.
Komoditas kambing merupakan ternak yang memiliki sifat toleransi tinggi
terhadap bermacam-macam pakan hijauan serta mempunyai daya adaptasi yang
baik terhadap berbagai keadaan lingkungan. Pengembangan kambing mempunyai
prospek yang baik karena di samping untuk memenuhi kebutuhan daging di dalam
negeri, juga memiliki peluang sebagai komoditas ekspor. Untuk mendukung
pengembangan kambing nasional di masa yang akan datang, jumlah dan mutu
bibit merupakan faktor produksi yang sangat strategis dan menentukan
keberhasilan program pembangunan peternakan (Ditjen PKH. 2012 .
Di banyak negara berkembang, ternak kambing telah dijadikan sebagai
komuditas strategis sebagai instrumen pengentasan kemiskinan (poverty
alleviation) oleh kelembagaan internasional. Peran ternak tersebut sangat strategis
bagi kehidupan masyarakat pedesaan dan berkembang di hampir seluruh wilayah
Indonesia (Sodiq.2010).
Pembibitan kambing saat ini masih berbasis pada peternakan rakyat yang
berciri skala usaha kecil, manajemen sederhana, pemanfaatan teknologi seadanya,
lokasi tidak terkonsentrasi dan belum menerapkan sistem dan usaha agribisnis.
Kebijakan pengembangan usaha pembibitan kambing diarahkan pada suatu

2
kawasan, baik kawasan khusus maupun terintegrasi dengan komoditas lainnya
serta terkonsentrasi di suatu wilayah untuk mempermudah pembinaan dan
pengawasannya.
Ternak kambing mempunyai prospek untuk dikembangkan karena hanya
memerlukan sarana dan sistem pemeliharaan yang relatif sederhana serta dapat
beradaptasi dengan lingkungan dan jenis pakan. Kambing jenis ternak yang cukup
digemari masyarakat, namun skala usahanya masih bersifat usaha kecil dan sistem
pemeliharaan serta perkembangbiakannya masih secara tradisional. Pemeliharaan
kambing pada umumnya sebagai usaha sambilan bagi masyarakat peternak,
meskipun ada juga yang menjadikan sebagai mata pencaharian pokok (Badriyah et
al. 2010 .
Menurut Kusumastuti (2012), salah satu komoditas ternak unggulan di
Yogyakarta selain sapi potong adalah kambing. Beternak kambing merupakan
usaha menguntungkan karena memiliki kidding interval yang pendek sehingga
cepat berproduksi dan dipasarkan, selain itu dapat dijadikan sebagai sumber
pendapatan tunai dan dapat beradaptasi dengan agro ekologi. Kebanyakan
peternak menjual kambing untuk memenuhi kebutuhan tunai dan merupakan
pendapatan yang turun temurun, sedangkan alasan lain adalah untuk konsumsi.
Yogyakarta secara topografis mempunyai sumberdaya alam yang kompleks
karena tiap kabupaten memiliki bentuk bentang lahan yang berbeda sehingga
berpengaruh pada perbedaan tingkat kesuburan tanah, hal itu juga menyebabkan
perbedaan dalam sistem pengusahaan ternak dan bangsa ternak yang dipelihara.
Terdapat 3 zona ekologi di Provinsi DIY yaitu dataran rendah, sedang, dan tinggi.
Masing-masing dataran mempunyai perbedaan topografi, tipe tanah, kesuburan
tanah, dan kondisi iklim tanah. Perbedaan ini juga mempengaruhi hasil ternak,
manajemen penggunaan tanah, potensi produksi, dan ketersediaan pakan
(Kusumastuti, 2012).
Menurut data Dinas Pertanian D.I. Yogyakarta (2012), populasi ternak di
D.I. Yogyakarta didominasi oleh ternak sapi potong dan kambing sebagaimana
terlihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Jumlah ternak menurut jenisnya di kabupaten/kota D.I. Yogyakarta tahun
2012
Kabupaten/Kota
Jenis Ternak
Kulon
Progo

Bantul

Gunung
kidul

Sleman

Yogya
karta
25

DIY

19

1.234

3

345

56.491

84.423

162.240

54.921

3. Sapi Perah

128

230

6

3.556

14

3.934

4. Kerbau

124

236

19

757

7

1.143

5. Kambing

87.441

66.081

162.414

35.895

392 352.223

6. Domba

22.295

43.563

14.415

71.021

478 151.772

1.476

4.237

280

6.657

1. Kuda
2. Sapi

7. Babi

Sumber: Dinas Pertanian Provinsi D.I Yogyakarta

1.626

312 358.387

132

12.782

3
Dengan melihat besarnya potensi peternakan kambing sebagai salah satu
penyumbang pendapatan masyarakat Kulon Progo, maka salah satu sasaran lokasi
penyaluran penguatan modal usaha pemerintah melalui Kementerian Pertanian
tahun 2012 dialokasikan untuk Kabupaten Kulon Progo. Total populasi ternak
kambing terbanyak berada di Kabupaten Kulon Progo sebanyak 87.441 ekor,
sementara populasi kambing PE sebanyak 28.899 ekor, tersebar di wilayah yang
potensi pengembangan kambing PE yaitu di Kecamatan Samigaluh, Girimulya,
Kokap, Pengasih dan Kalibawang.
Melalui PMUK peternakan disalurkan bantuan penguatan modal usaha
pembibitan kambing yang dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Peternakan dan
Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian. Dalam pelaksanaannya di lapangan
masih terdapat berbagai permasalahan yang ditemukan, antara lain penyaluran dan
pemanfaatan dana PMUK tidak tepat sasaran kepada anggota kelompok/kelompok
tani ternak yang membutuhkan dan penggunaan dana bantuan tidak sesuai dengan
Rencana Usaha Kelompok (RUK). Selain itu juga petugas pendamping belum
melaksanakan tugas secara optimal, kelembagaan keuangan mikro tidak terbentuk
serta tidak terjadi peningkatan modal kelompok. Dengan latar belakang dan
beberapa permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka perlu dilakukan
analisis mengenai efektifitas penguatan modal usaha pembibitan kambing pada
Kelompok Tani Ternak Ngudi Lestari di Kulon Progo Yogyakarta.
Perumusan Masalah
Dalam mewujudkan pengembangan usaha agribisnis dan mendorong
berkembangnya kelompok usaha tani, Kementerian Pertanian memfasilitasi
dengan bantuan Penguatan Modal Usaha Kelompok (PMUK). Bantuan PMUK ini
berupa penyaluran modal usaha kelompok dan anggota. Bantuan modal yang
selama ini diberikan Pemerintah kepada para petani umumnya dalam bentuk uang.
Pada beberapa kasus didaerah, banyak bantuan dana dari pemerintah yang
diselewengkan untuk kegiatan lain diluar pertanian. Bahkan di daerah tertentu,
kelompok tani sengaja dibentuk untuk memperoleh bantuan dana tersebut. Setelah
kelompok tani terbentuk, dana tersebut hilang begitu saja berikut dengan
kelompok tani yang hanya tinggal nama.
Salah satu penerima alokasi program PMUK peternakan komoditas
kambing pada tahun 2012 adalah Kelompok Tani Ternak (KTT) Ngudi Lestari di
Pedukuhan VIII Balong Desa Banjarsari Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon
Progo. KTT Ngudi Lestari dibentuk pada tanggal 1 Januari 1995 dan memiliki
jenis usaha yaitu pembibitan kambing dan produksi pupuk organik/kompos.
Karena pemberian bantuan PMUK secara langsung berkaitan dengan
kelompok tani, maka dipandang perlu melakukan penelitian tentang pelaksanaan
program PMUK yang diterima oleh KTT Ngudi Lestari apakah dana bantuan
tersebut tepat sasaran dalam arti dapat dirasakan manfaatnya oleh para anggota
kelompok tani atau hanya dirasakan oleh pihak-pihak tertentu serta apakah dapat
memberikan dampak positif bagi kesejahteraan peternak. Berdasarkan hal tersebut
diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

4
1. Apa faktor-faktor yang memengaruhi capaian bantuan PMUK pada KTT
Ngudi Lestari di Yogyakarta?
2. Bagaimanakah dampak bantuan PMUK
berkontribusi
terhadap
pengembangan usaha KTT Ngudi Lestari?
3. Bagaimanakah efektifitas bantuan Penguatan Modal Usaha Kelompok
(PMUK) pada KTT Ngudi Lestari di Kulon Progo, Yogyakarta?
Tujuan Penelitian
Penelitian bertujuan untuk:
1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi capaian PMUK pada KTT
Ngudi Lestari di Kulon Progo, Yogyakarta.
2. Menganalisis kontribusi bantuan PMUK terhadap pengembangan usaha KTT
Ngudi Lestari.
3. Mengkaji efektifitas bantuan PMUK pada KTT Ngudi Lestari di Kulon Progo,
Yogyakarta.
Manfaat Penelitian
Penelitian hanya difokuskan pada KTT Ngudi Lestari di Pedukuhan VIII
Balong Desa Banjarsari Kecamatan Samigaluh Kabupaten Kulon Progo,
Yogyakarta dikarenakan keterbatasan waktu, dana penelitian dan kesediaan
kelompok untuk diteliti. Penelitian ini juga hanya fokus pada salah satu penerima
dana PMUK pembibitan kambing yang menerima alokasi dana pembibitan
kambing untuk tahun 2012.
1.
2.
3.

4.

Hasil penelitian ini diharapkan berguna:
Bagi kelompok tani, sebagai bahan masukan perbaikan terhadap
perkembangan KTT Ngudi Lestari di Kulon Progo DIY.
Bagi dinas kabupaten terkait diharapkan bisa memperoleh masukan dan
evaluasi serta penilaian kinerja dari kelompok tani ternak hasil binaannya.
Bagi Pemerintah khususnya Kementerian Pertanian diharapkan dapat
memperoleh masukan dan evaluasi serta penilaian bagi efektivitas
penyaluran bantuan modal bagi petani sehingga kedepannya program
pemerintah lebih efisien dalam pelaksanaannya.
Berguna bagi mahasiswa sebagai bahan referensi penelitian berikutnya. Bagi
peneliti untuk menambah wawasan, pengalaman dan pengetahuan.

2 TINJAUAN PUSTAKA
Kelompok Tani
Pengertian kelompoktani yang selanjutnya disebut poktan adalah kumpulan
petani/peternak/pekebun yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan;

5
kesamaan kondisi lingkungan sosial, ekonomi, dan sumberdaya; kesamaan
komoditas; dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha
anggota (Kementerian Pertanian 2013). Kelompok tani diharapkan dapat berperan
untuk fungsi-fungsi pemenuhan permodalan pertanian, pemenuhan sarana
produksi, pemasaran produk pertanian dan termasuk untuk menyediakan berbagai
informasi yang dibutuhkan petani. Penumbuhan dan pengembangan kelompok
tani dilakukan melalui pemberdayaan petani untuk merubah pola pikir petani agar
mau meningkatkan usahataninya dan meningkatkan kemampuan kelompok tani
dalam melaksanakan fungsinya. Pemberdayaan petani dapat dilakukan melalui
kegiatan pelatihan dan penyuluhan dengan pendekatan kelompok. Kegiatan
penyuluhan melalui pendekatan kelompok dimaksudkan untuk mendorong
terbentuknya kelembagaan petani yang mampu membangun sinergi antar petani
dan antar kelompok tani dalam rangka mencapai efisiensi usaha.
Penguatan Modal Usaha Kelompok
Basyid (2006) mengatakan pola pemberdayaan petani dilakukan guna
mengatasi masalah utama di tingkat usaha tani yaitu keterbatasan modal petani, di
samping masalah belum berkembangnya usaha di hulu, hilir dan jasa penunjang
dalam pembangunan pertanian, rendahnya penguasaan teknologi serta lemahnya
SDM dan kelembagaan petani. Kementerian Pertanian sudah sejak lama merintis
penerapan pola pemberdayaan petani melalui berbagai kegiatan pembangunan di
daerah. Salah satu perwujudan pemberdayaan dilaksanakan melalui fasilitasi
PMUK yang langsung ditransfer ke rekening kelompok. Pemanfaatan dana
PMUK ini dilakukan dalam format bergulir dalam rangka pemantapan
kelembagaan kelompok menjadi lembaga usaha yang dapat meningkatkan
kewirausahaan dan pengembangan usaha ekonomi produktif. Pola pemberdayaan
seperti ini diharapkan dapat merangsang tumbuhnya kelompok usaha dan
mempercepat terbentuknya jaringan kelembagaan pertanian yang akan menjadi
embrio tumbuhnya inti kawasan pembangunan wilayah. Menurut Basyid (2006)
tujuan pemberdayaan masyarakat pertanian melalui penguatan modal usaha
kelompok adalah:
1. Memperkuat modal pelaku usaha dalam mengembangkan usaha agribisnis dan
ketahanan pangan.
2. Meningkatkan produksi, produktivitas dan pendapatan pelaku usaha pertanian.
3. Mengembangkan usaha pertanian dan agroindustri di kawasan pengembangan.
4. Meningkatkan kemandirian dan kerjasama kelompok.
5. Mendorong berkembangnya lembaga keuangan mikro agribisnis dan
kelembagaan ekonomi pedesaan lainnya.
Indikator keberhasilan (outcome) kegiatan pemberdayaan masyarakat
pertanian melalui penguatan modal usaha kelompok, yaitu:
a. Tumbuhnya usaha kelompok yang mampu mengelola permodalan sesuai
kaidah-kaidah bisnis melalui pemanfaatan dana PMUK sesuai sasaran;
b. Terjadinya peningkatan produktivitas usahatani kelompok penerima PMUK;
c. Terjadinya pemupukan modal dan pengembalian/perguliran dari komponen
yang harus digulirkan ke kelompok-kelompok lain sehingga dapat menjangkau
kelompok sasaran yang lebih luas;

6
Indikator dampak dan manfaat (impact dan benefit) dari pemberdayaan
masyarakat pertanian melalui penguatan modal usaha kelompok antara lain:
a. Peningkatan modal usaha agribisnis dan ketahanan pangan;
b. Peningkatan produksi, produktivitas dan pendapatan pelaku agribisnis;
c. Perkembangan usaha agribisnis dan agroindustri di kawasan pengembangan
d. Peningkatan kemandirian dan kerjasama kelompok;
e. Pertumbuhan dan perkembangan lembaga keuangan mikro agribisnis dan
lembaga ekonomi perdesaan lainnya.
Untuk mengatasi keterbatasan akses petani terhadap permodalan, lemahnya
kapasitas kelembagaan petani, dan terbatasnya infrastruktur pertanian, maka
sebagian anggaran Kementerian Pertanian dialokasikan dalam bentuk bantuan
sosial untuk pemberdayaan sosial, perlindungan sosial, penanggulangan
kemiskinan dan penanganan bencana di bidang pertanian. Terkait dengan
penanggulangan kemiskinan dan penanganan bencana, Kementerian Pertanian
menyalurkan bantuan sosial dalam bentuk barang kepada kelompok tani,
sedangkan untuk pemberdayaan sosial dan perlindungan sosial disalurkan bantuan
sosial melalui transfer uang kepada kelompok tani, agar mampu secara mandiri
dan bersama-sama meningkatkan produktivitas, nilai tambah dan daya saing
produk pertanian yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan petani.
Konsep Efektifitas
Suatu kegiatan dikatakan efektif jika kegiatan tersebut berhasil dilaksanakan
dengan baik. Bila sasaran atau tujuan telah tercapai sesuai dengan yang
direncanakan sebelumnya dapat disebut efektif. Efektivitas organisasi usaha
dalam kelompok dapat dilihat dari pencapaian tujuan yang dikehendaki bersama.
Orientasi pencapaian tujuan sebagai ukuran bagi keberhasilan organisasi, karena
pada dasarnya organisasi dibentuk untuk melaksanakan sesuatu dan organisasi
bergerak melaksanakan fungsinya kearah sesuatu tujuan (Nasila. 2014 .
Pengertian efektivitas adalah seberapa besar tingkat kelekatan output yang
dicapai dengan output yang diharapkan dari sejumlah input (Saksono 1984 . Dari
penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa efektivitas adalah suatu ukuran yang
menyatakan seberapa jauh target (yang sudah ditentukan terlebih dahulu, telah
dicapai oleh manajemen (Danfar.2009). Dari penjelasan tersebut dapat
disimpulkan bahwa efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa
jauh target (kuantitas, kualitas, dan waktu) yang sudah ditentukan terlebih dahulu,
telah dicapai oleh manajemen (Danfar.2009). Berdasarkan hal tersebut maka
tingkat efektivitas dapat dianalisis dengan:
Efektivitas = Output Aktual/Output Target ≥ 1
- Jika output aktual berbanding output yang ditargetkan lebih besar atau sama
dengan 1 (satu), maka akan tercapai efektivitas.
- Jika output aktual berbanding output yang ditargetkan kurang daripada 1 (satu),
maka efektivitas tidak tercapai.
Sesuai dengan pengertian di atas, pengertian efektivitas penguatan modal
PMUK adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target yang telah
dicapai oleh Kementerian Pertanian berupa upaya-upaya yang dilakukan dalam
rangka meningkatkan kemampuan kelompok tani ternak sehingga secara

7
mandiri mampu mengembangkan diri dalam melakukan usaha secara
berkelanjutan. Upaya yang dilakukan merupakan pemberian bantuan dana
kepada kelompok tani ternak untuk pengembangan usaha.
Penelitian Terdahulu Tentang Program Bantuan Penguatan Modal Usaha
Dalam melakukan penelitian ini banyak menggunakan hasil-hasil dari
penelitian terdahulu baik itu berkaitan dengan topik dan metode penelitian
Beberapa penelitian terdahulu telah dilakukan untuk menganalisis bantuan
program, seperti dijabarkan pada Tabel 2.
Tabel 2. Penelitian Terdahulu Tentang Program Bantuan Penguatan Modal
Usaha
No
1

2

3

Penulis
Judul Penelitian
Tahun
Hasil Penelitian
Caesarion Efektivitas
Program 2011 Hasil analisis menunjukkan
Pengembangan
Usaha
bahwa setelah adanya bantuan
Agribisnis
Perdesaan
program PUAP kinerja usaha
(PUAP) Terhadap Kinerja
kecil pertanian menjadi lebih
Usaha Kecil di Kabupaten
efektif.
Lampung Selatan
Sume
Analisis
Efektivitas 2008 Karakteristik
kelompok
Bantuan Dana Penguatan
penerima
DPM-LUEP
di
Modal
Kabupaten Bogor secara umum
Lembaga Usaha Ekonomi
masih merupakan kelompok
Pedesaan
(DPM-LUEP)
usaha kecil menengah dengan
(Studi Kasus DPM-LUEP
akses permodalan masih sangat
Kabupaten Bogor).
lemah,
administrasi
dan
manajerial kelompok yang
lemah, serta sistem pemasaran
yang masih terbatas wilayah
pemasarannya,
sehingga
diperlukan
penguatan
kelembagaan dan ekonomi
kelompok.
Kasmadi Dampak Program
2005 Manfaat program Bantuan
Pengembangan Usaha
Langsung Masyarakat (BLM)
Agribisnis Perdesaan
bagi petani penerima program
Terhadap
Kinerja
sangat besar terutama dalam
Gapoktan
meningkatkan usaha beternak,
dan Pendapatan Anggota
dari yang tidak memiliki ternak
Gapoktan (studi kasus di
kemudian
mampu
untuk
Kecamatan Tungkal Ilir,
memiliki ternak, sehingga
Kabupaten
Tanjung
menimbulkan motivasi petani
Jabung
untuk mengembangkan ternak
Barat, Jambi)
BLM tersebut.

Tabel 2 menggambarkan bahwa secara umum bantuan dana telah dimanfaatkan
untuk pengembangan usaha masing-masing oleh pihak pelaku penerima bantuan
dana bergulir. Manfaat program dana bagi petani penerima program sangat besar
terutama dalam meningkatkan usaha beternak, dari yang tidak memiliki ternak
kemudian menjadi mampu untuk memiliki ternak, sehingga menimbulkan
motivasi petani untuk mengembangkan ternak tersebut.

8

9
3 METODE PENELITIAN
Kerangka Pikir Penelitian
Basyid (2006) menyatakan bahwa peran sektor pertanian yang strategis dan
telah memiliki kaitan kuat di hulu dan hilir, ternyata belum mampu mendorong
partisipasi masyarakat dan swasta karena adanya berbagai kendala terutama yang
terkait dengan pemanfaatan peluang ekonomi bagi kesejahteraan masyarakat.
Dalam rangka pemberdayaan masyarakat tidak hanya diperlukan pendekatan
teknis tetapi juga pendekatan sosial budaya (socio-cultural) yang dapat
merangsang perubahan sikap, perilaku dan pola kerja. Salah satu pola kegiatan
pemberdayaan yang telah dilakukan Kementerian Pertanian adalah melalui
fasilitasi Penguatan Modal Usaha Kelompok (PMUK).
PMUK merupakan stimulasi dana bagi pelaku pertanian yang mengalami
keterbatasan modal sehingga selanjutnya petani dan kelompoknya dapat
meningkatkan produktifitas, produksi dan pendapatannya, yang pada akhirnya
akan meningkatkan kesejahteraan petani/peternak.
Alokasi dana PMUK diatur melalui mekanisme penyaluran langsung (LS)
untuk kegiatan yang dikelola oleh kelompok untuk memperkuat modal, termasuk
kegiatan simpan pinjam, pendampingan, pengembangan sumberdaya manusia dan
kegiatan produksi serta operasionalisasi usaha kelompok dan selanjutnya
digulirkan guna memperluas sasaran penerima manfaat. Fokus pemberdayaan
kelompok diarahkan dalam rangka pengembangan kelembagaan, manajemen dan
usaha-usaha bidang pertanian. Pendampingan dapat dilakukan oleh penyuluh
pertanian dan penyuluh swakarsa, BPTP, swasta, LSM, perguruan tinggi, KTNA
dan lainnya. Sementara itu, pengendalian dilakukan oleh tim teknis
kabupaten/kota, serta tim pembina provinsi dan pusat, sedangkan pengawasan
dilakukan oleh pemerintah melalui aparat pengawas fungsional (Inspektorat
Jenderal, Badan Pengawas Daerah, dan lainnya).
Gambar 1 menjelaskan tentang bantuan PMUK di KTT Ngudi Lestari
yang diberikan pada tahun 2012, sehingga dipandang perlu dilakukan evaluasi
tentang pelaksanaan program PMUK yang diterima oleh KTT Ngudi Lestari
apakah dana bantuan tersebut terdapat kesesuaian target penerima bantuan,
kesesuaian proses pelaksanaan yang meliputi anggaran dan pemanfaatan alokasi
anggaran serta output yang diharapkan dari kegiatan tersebut. Salah satu
komponen penilaian yang dijadikan ukuran keberhasilan program yaitu adanya
kesesuaian target penerima/syarat kelompok peternak bantuan PMUK, meliputi
keaktifan kelompok, jumlah anggota, dan mengajukan proposal kepada kepala
dinas kabupaten/kota.
Kesesuaian proses pelaksanaan meliputi alokasi anggaran dan
pemanfaatan alokasi anggaran. Anggaran PMUK pembibitan kambing/domba
tahun 2012 dialokasikan pada tugas pembantuan DIPA satuan kerja Dinas
Pertanian DI. Yogyakarta tahun 2012, yang langsung ditransfer ke rekening
kelompok. Tata cara pengajuan, penyaluran, penggunaan dan pertanggungjawaban
dana dilakukan berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku. Sedangkan
pemanfaatan dana dialokasikan untuk pengadaan bibit kambing, bantuan

10
perbaikan kandang, pengadaan peralatan kandang, pengadaan pakan, obat-obatan,
sarana dan prasarana rekording serta administrasi kelompok.
Dari penjelasan tentang kesesuaian target penerima dan kesesuaian proses
pelaksanaan, diharapkan output kegiatan antara lain adanya produksi bibit
kambing, pendapatan dari penjualan ternak dan pupuk serta perguliran ternak ke
kelompok lainnya, sehingga pendapatan kelompok/anggota meningkat. Dengan
adanya peningkatan pendapatan diharapkan terwujud peningkatan kesejahteraan
peternak peserta program.

Penguatan Modal Usaha
kelompok (PMUK)

Pelaksanaan PMUK
di Kelompok
KTT Ngudi Lestari

Kesesuaian Lokasi
Penerima

Kesesuaian Target
Penerima
Proses Pelaksanaan
- Anggaran
- Pemanfaatan

Output:
- Produksi ternak
- Pendapatan
- Perguliran

Simpulan dan Saran

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian

Berdasarkan kerangka pemikiran yang disajikan pada Gambar 1, dapat
dijelaskan peubah dan indikator yang digunakan dalam penelitian pada Tabel 3.

11

Tabel 3.

Tujuan, Peubah dan Indikator Penelitian Efektifitas PMUK KTT Ngudi
Lestari
No.
Tujuan dan Peubah
Indikator
1
Tujuan Penelitian:
(1)Faktor-faktor yang mempengaruhi capaian
PMUK (2) Analisis kontribusi bantuan PMUK
terhadap pengembangan usaha, (3) Efektifitas
bantuan Penguatan Modal Usaha Kelompok (PMUK)
a. Karakteristik Individu a. Usia
b. Pendidikan
c. Lama beternak
d. Kepemilikan ternak
e. Keanggotaan
f. Saing kenal antar anggota
g. Tingkat kehadiran dalam rapat
b. Kesesuaian
Lokasi a. Potensi lokasi menjadi wilayah sumber bibit
Penerima
b. Dukungan sumber daya alam
c. Lokasi bukan daerah endemis penyakit menular
d. Kemilikan kandang ternak
e. Bentuk kandang kelompok
f. Petugas pendamping
g. Sarana pendukung lainnya
h. Lokasi mudah dijangkau untuk pembinaan dan
pemasaran
c. Kesesuaian Kelompok a. Jumlah anggota sekarang
Penerima
b. Jumlah anggota pada saat menerima PMUK
c. Keaktifan kelompok dua tahun terakhir sebelum
mendapatkan PMUK
d. Keaktifan kelompok setelah menerima PMUK
e. Bantuan lain pada saat bersamaan
f. Pengajuan proposal
g. Kesediaan kelompok untuk dibina
d. Proses
Pelaksanaan a. Pengetahuan tujuan PMUK
Kegiatan
b. Pengetahuan tentang RUK
c. Keikutsertaan menyusun RUK
d. RUK mengakomodir hal yang telah direncanakan
e. Penyesuaian potensi dan sumber daya alam alam
menyusun RUK
f. Kesesuaian realisasi dengan RUK
g. Dokumentasi pemanfaatan dana PMUK
h. Pelaporan kegiatan
e. Output
Kegiatan a. Manfaat terhadap usaha
PMUK
b. Peningkatan penghasilan
c. Kemampuan pemupukan modal
d. Perguliran ternak
e. Perluasan akses pemasaran
f. Hasil yang tinggi
g. Pengembangan usaha

12
Waktu dan Tempat
Penelitian dilakukan terhadap 36 responden Kelompok Tani Ternak (KTT)
Ngudi Lestari yang terdiri dari pengurus dan anggota. Penelitian dilaksanakan di
Kabupaten Kulon Progo, pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive)
dengan pertimbangan lokasi tersebut merupakan salah satu sentra pengembangan
kambing. Pemilihan kelompok menjadi obyek penelitian disebabkan:
1. Kelompok tani ternak merupakan salah satu lokasi penerima program PMUK
kambing tahun 2012.
2. Kelompok meraih juara I Lomba Peternakan Kambing Tingkat Kabupaten
Kulon Progo Tahun 2011.
3. Kelompok merupakan juara I Lomba Peternakan Kambing Tingkat DI.
Yogyakarta Tahun 2012.
4. Pada tahun 2013 KTT Ngudi Lestari meraih peringkat III Lomba Kelompok
Peternak dan Petugas Teknis Berprestasi untuk kategori ternak kambing yang
diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan.
Lomba ini digelar untuk mengetahui sejauh mana penerapan sistem dan
usaha peternakan yang dilaksanakan oleh para peternak yang terbentuk dalam
kelompok peternak di seluruh Indonesia.
Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Maret 2015-Februari 2016,
pengambilan data dan informasi dari responden dilaksanakan pada bulan
November 2015.
Pengumpulan Data
Populasi target pada penelitian ini adalah sebanyak 36 responden penerima
dana bantuan PMUK KTT Ngudi Lestari di Pedukuhan VIII Balong Desa
Banjarsari Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta.
Kelengkapan data mempengaruhi kualitas analisis, oleh karenanya akan
berdampak kepada keputusan yang diambil.
Dalam penelitian ini, karena jumlah populasi relatif kecil dan relatif mudah
dijangkau, maka penulis menggunakan metode total sampling. Dengan metode
pengambilan contoh ini diharapkan hasilnya dapat cenderung lebih mendekati
nilai sesungguhnya dan diharapkan dapat memperkecil terjadinya kesalahan/
penyimpangan terhadap nilai populasi (Usman et all, 2008 .
Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner, yaitu memberikan
daftar pertanyaan kepada responden dan responden memilih alternatif jawaban
yang sudah tersedia dan kemudian data dari hasil penyebaran kuisioner diukur
dengan menggunakan Skala Guttman. Skala Guttman sangat baik untuk
meyakinkan peneliti tentang kesatuan dimensi dan sikap atau sifat yang diteliti,
yang sering disebut dengan atribut universal (Usman et all. 2008 . Pengumpulan
data dilakukan dengan menggunakan alat ukur berupa lembar kuesioner berskala
Guttman, data yang diperoleh berupa data interval atau rasio dikotomi (dua
alternatif yaitu “Ya” dan “Tidak” sehingga dengan demikian peneliti berharap
mendapatkan jawaban yang tegas terhadap suatu permasalahan yang diteliti.
Sumarni dan Wahyuni (2005) menyatakan bahwa pengukuran dalam
penelitian ini merupakan pemberian tanda berupa angka atau simbol untuk suatu
fenomena empiris dengan suatu atau beberapa kriteria tertentu. Fenomena yang

13
diamati dalam penelitian bisa diklasifikasikan sebagai objek atau karakteristik.
Dalam hal ini peneliti harus menggunakan indikator dan kriteria yang cocok.
Peneliti akan mengukur indikator atau kriteria karakteristik atau peubah penelitian.
Pengukuran peubah menggunakan skala.
Skala pengukuran adalah peraturan penggunaan notasi bilangan dalam
pengukuran. Menurut skala pengukurannya, data dapat dibedakan atas empat jenis,
yaitu data nominal, data ordinal, data interval dan data ratio (Supardi. 2013).
Skala ordinal adalah jika kita ingin membeda-bedakan suatu objek berdasarkan
sangat disukai, disukai, tidak disukai dan sangat tidak disukai. Skala interval
adalah jika suatu skala memiliki sifat dari skala ordinal dan jika jarak antara dua
angka (skor) pada skala itu mempunyai unsur jarak. Skala interval merupakan
angka kuantitatif yang tidak memiliki nilai nol mutlak, sedangkan skala rasio
adalah suatu skala yang memiliki ciri suatu skala interval dan di samping itu
memiliki titik nol sejati, maka skala tersebut disebut skala rasio. Skala rasio
mencerminkan jumlah sebenarnya dari suatu peubah (Marimin dan Maghrifah
2010 .
Definisi operasional pada penelitian adalah unsur penelitian yang terkait
dengan peubah yang terdapat dalam judul penelitian atau yang tercakup dalam
paradigma penelitian sesuai dengan hasil perumusan masalah. Peubah dalam
penelitian ini secara umum dikelompokkan dalam dua kelompok, yaitu peubah
bebas (yang mempengaruhi) atau X dan peubah terikat (yang dipengaruhi) atau Y.
Masing-masing peubah yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Karakteristik individu (X1)
2. Kesesuaian Lokasi Penerima (X2)
3. Kesesuaian Kelompok Penerima (X3)
4. Proses Pelaksanaan (X4)
5. Output Kegiatan PMUK (Y)
Karakteristik individu (X1)
Karakteristik individu yang perlu diperhatikan dan tidak lepas dari
keberdayaan adalah umur, tingkat pendidikan, pengalaman dan motivasi (Faizal.
2014 . Berdasarkan pendapat dan hasil penelitian indikator yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu menentukan karakteristik individual pada penerima bantuan
dana PMUK KTT Ngudi Lestari adalah usia, pendidikan, pengalaman, lama
beternak, lama menjadi anggota. Motivasi, manfaat dan tingkat kepedulian
terhadap kelompok yaitu dilihat dari kehadiran anggota pada setiap pertemuan
kelompok. Menurut Thoha 2008) berkaitan dengan karakteristik individu, bahwa
individu membawa kedalam tatanan kelompok, kemampuan, kepercayaan pribadi,
pengharapan kebutuhan dan pengalaman masa lalunya. Semua ini adalah
karakteristik yang dimiliki individu. Untuk definisi operasional, parameter ukuran
dan skala pengukuran peubah karakteristik anggota KTT Ngudi Lestari diuraikan
pada lampiran 1.
Kesesuaian Lokasi Penerima (X2)
Pemilihan lokasi yang tepat bagi usaha pengembangan peternakan kambing
sangat berpengaruh terhadap kesesuaian lokasi penerima perkembangan kawasan
peternakan kambing pada masa yang akan datang. Pengembang peternakan
sebelum mengembangkan peternakan harus memilih lokasi yang dapat

14
mengakomodasi kebutuhan peternak pada umumnya, dalam penelitian ini
kesesuaian lokasi penerima dinilai dari lokasi kelompok penerima bantuan PMUK
berpotensi atau tidaknya untuk menjadi wilayah sumber bibit kambing, didukung
atau tidaknya sumber daya alam, endemis atau tidaknya penyakit, kepemilikan
kandang, kandang berkoloni atau tidak, ada atau tidaknya petugas lapangan atau
petugas pendamping, sarana pendukung serta lokasi yang mudah atau tidaknya
dijangkau bagi pembinaan dan pemasaran hasil peternakan.
Untuk definisi operasional, parameter ukuran dan skala pengukuran peubah
kesesuaian lokasi penerima diuraikan pada lampiran 2.
Kesesuaian Kelompok Penerima (X3)
Salah satu kunci keberhasilan pemberdayaan masyarakat peternakan,
termasuk pengembangan modal terletak pada ketepatan dan kebenaran dalam
menentukan kelompok sasaran (Ditjen PKH. 2012 . Ketepatan pemilihan
kelompok peternak sangat menentukan keberhasilan kegiatan. Untuk itu, perlu
pemilihan dan penetapan kelompok peternak harus sesuai dengan persyaratan
yang ditetapkan. Setelah lokasi penerima kegiatan ditetapkan, maka dilakukan
seleksi kelompok sasaran atau penerima bantuan PMUK.
Pemberian bantuan PMUK diberikan Pemerintah kepada para kelompok
petani umumnya dalam bentuk uang serta terdapat kasus dimana pada beberapa
daerah banyak bantuan dana dari pemerintah yang diselewengkan untuk kegiatan
lain di luar pertanian maka penilaian kesesuai kelompok penerima pada penelitian
ini diketahui dari penilaian jawaban responden yang meliputi jumlah anggota saat
ini, jumlah anggota pada saat penerimaan bantuan PMUK pada tahun 2012,
keaktifan kelompok dalam 2 tahun terakhir sebelum dan setelah adanya bantuan
PMUK, informasi mengenai ada tidaknya penerimaan dana lain yang bersamaan
dengan dana PMUK, ada atau tidaknya pengajuan proposal kepada dinas
kabupaten untuk mendapatkan bantuan PMUK pada tahun 2012 serta
kebersediaan atau tidaknya kelompok jika dibina dan diarahkan oleh tim teknis
untuk pengembangan lebih lanjut.
Untuk menjalankan sebuah kelompok tani ternak dengan baik sangatlah
sulit tanpa ditopang oleh keaktifan di dalam kelompoknya dalam melakukan
kegiatan-kegiatan yang bisa di manfaatkan dalam usahanya. Keaktifan petani pada
kelompok tani akan berpengaruh pada penambahan informasi-informasi yang
bermanfaat bagi peningkatan kemampuan bertani serta aktif tidaknya anggota
kelompok akan berimbas pada hasil terakhir tujuan yang ingin dicapai. Keaktifan
dalam kelompok tani dapat dilihat dari peubah tingkat kehadiran dalam pertemuan
kelompok tani, keterlibatan dalam kegiatan kelompok tani dan keterlibatan dalam
diskusi kelompok tani (Kustiari et all.2006). Untuk definisi operasional, parameter
ukuran dan skala pengukuran peubah kesesuaian kelompok penerima diuraikan
pada lampiran 3.
Proses Pelaksanaan (X4)
Dalam pemberian dana bantuan PMUK, penggunaan dana merupakan hal
yang penting untuk diketahui, maka dalam penelitian ini peneliti mencari
informasi apakah responden mengetahui tujuan pemberian PMUK pembibitan
kambing dari pemerintah, tahu atau tidaknya tentang Rencana Usaha Kelompok

15
(RUK) dan keikutsertaan menyusun RUK, selain itu juga apakah pemanfaatan
dana PMUK dialokasikan untuk pengadaan bibit kambing, bantuan perbaikan
kandang, pengadaan peralatan kandang, pengadaan pakan, obat-obatan, sarana
rekording, administrasi kelompok. Pemanfaatan anggaran menyesuaikan dengan
potensi dan sumberdaya yang dimiliki, realisasi penggunaan bantuan telah sesuai
atau tidaknya dengan RUK yang telah ditetapkan oleh kelompok juga catatan dan
dokumentasi tentang pemanfaatan dana bantuan serta ada atau tidaknya kelompok
tani membuat dan melaporkan perkembangan dana bantuan PMUK. Untuk
definisi operasional, parameter ukuran dan skala pengukuran peubah proses
pelaksanaan diuraikan pada lampiran 4.
Output Kegiatan PMUK (Y)
Output kegiatan atau dengan pengertian lain merupakan hasil dari kegiatan
PMUK adalah mencari tahu mengenai manfaat, ada atau tidaknya peningkatan
penghasilan, pemupukan modal, setuju atau tidaknya penguliran ternak,
pemanfaatan modal usaha yang minimal namun memberikan hasil yang cukup
tinggi serta berpengaruh atau tidaknya dana PMUK terhadap pengembangan
usaha bagi penerima dana bantuan PMUK. Untuk definisi operasional, parameter
ukuran dan skala pengukuran peubah output kegiatan diuraikan pada lampiran 5.

Pengolahan dan Analisis Data
Sejalan dengan yang dikatakan oleh Nasution bahwa “suatu alat ukur
dikatakan valid, jika alat ukur itu mengukur apa yang harus diukur oleh alat itu”
(Nasution, 2009). Pengujian validitas dilakukan dengan penelaahan terhadap kisikisi instrumen apakah telah sesuai dengan tujuan penelitian, setelah itu dilakukan
penelaahan terhadap kesesuaian alat ukur penelitian serta penelaahan terhadap
item-item pertanyaan yang diajukan terhadap responden. Setelah didapatkan data
uji instrumen, peneliti melakukan tabulasi pada tabel Guttman dengan menyusun
item menurut ukuran skor jawaban “Ya” tertinggi sampai dengan yang paling
rendah, karena instrumen dalam penelitian ini menggunakan kuesioner dengan
skala Guttman.
Uji Kesahihan (Test of Validity)
Uji Kesahihan berhubungan dengan kesuaian dan kecermatan fungsi ukur
dari alat yang digunakan, dengan menggunakan instrumen penelitian yang
memiliki validitas tinggi, maka hasil penelitian akan mampu menjelaskan masalah
penelitian sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Metoda yang digunakan untuk
menguji validitas konstruk masing-masing pernyataan terhadap peubah efektifitas
pemberian bantuan, menurut Singarimbun dan Effendi (1995) dilakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
- Mendefinisikan secara operasional konsep yang akan diukur
- Melakukan uji coba skala pengukur tersebut pada sejumlah responden
- Mempersiapkan tabel tabulasi jawaban

16
- Menghitung korelasi antara masing-masing pernyataan dengan skor total
dengan menggunakan rumus teknik korelasi „person product moment‟.

Keterangan:
rxy : Koofisien korelasi (derajat hubungan antara rhitung dan Xtabel = 0,3
N : Jumlah responden
X : Skor untuk setiap pertanyaan
Y : Skor total setiap peubah
Sumber: Sugiyono. 2000
Jika dari hasil analisis tersebut diperoleh nilai koofisien korelasi lebih dari
atau sama dengan 0,3 (rhitung ≥ 0,3 maka data tersebut adalah valid berarti layak
untuk digunakan dalam pengujian hipotesis, sedangkan jika nilai koofisien
korelasinya kurang dari 0,3 (rhitung < 0,3) menunjukkan bahwa data tersebut tidak
valid dan berarti tidak layak untuk digunakan dalam pengujian hipotesis dan
disisihkan dari analisis selanjutnya. Setelah yang digunakan dalam penelitian ini
valid, maka dilanjutkan dengan uji kehandalan.
Uji Kehandalan (Test of Reliability)
Kehandalan atau reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana
suatu alat pengukuran dapat dipercaya atau dapat diandalkan dan sejauh mana
hasil pengukuran tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih
terhadap gejala yang sama, dengan alat ukur yang sama. Untuk mengukur
reliabilitas alat pengukur yang digunakan adalah tekhnik Alpha Cronbach‟s
(Husein, 2002) dengan rumus sebagai berikut:

k
r11 =
k-1

1-

Σởb2
ởt2

Keterangan:
r11
: nilai reliabilitas
k
: banyak butir pertanyaan
ởt2
: varian total
Σởb2 : jumlah varian butir
Sumber : Umar. 2008
Nilai r hasil perhitungan tersebut kemudian dibandingkan dengan nilai rtabel
product moment. Jika dihitung nilai rhitung lebih besar dari rtabel maka kuesioner
dinyatakan reliable. Uji reliabilitas merupakan uji yang dilakukan untuk
mengukur apakah kuesioner benar-benar merupakan indikator yang mengukur
suatu peubah. Reliabilitas dalam penelitian ini diuji dengan metode Alpha
Cronbach’s dengan bantuan jasa komputer software program Statistical Package

17
for Social Science (SPSS). Data dikatakan reliable jika nilai Alpha Cronbach‟s
diatas 0,6 (Sekaran. 1992 .
Analisis Regresi Berganda
Penggunaan analisis regresi berganda dalam menganalisis data didasari oleh
hubungan fungsional atau hubungan sebab akibat peubah bebas (X1, X2, X3 dan
X4) terhadap peubah terikat (Y), atau dengan alasan bahwa analisis ini dapat
digunakan sebagai model prediksi