Karakteristik Fisik Dan Kekuatan Geser Tanah Lahan Budidaya Monokultur Pada Latosol Sindangbarang Bogor

KARAKTERISTIK FISIK DAN KEKUATAN GESER TANAH LAHAN
BUDIDAYA MONOKULTUR PADA LATOSOL SINDANGBARANG
BOGOR

SITI SHOLICHAH

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Karakteristik Fisik dan
Kekuatan Geser Tanah Lahan Budidaya Monokultur pada Latosol Sindangbarang
Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2016
Siti Sholichah
NIM A1411007

*Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak
luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait.

ABSTRAK
SITI SHOLICHAH. Karakteristik Fisik dan Kekuatan Geser Tanah Lahan
Budidaya Monokultur pada Latosol Sindangbarang Bogor. Dibimbing oleh
WAHYU PURWAKUSUMA dan DWI PUTRO TEJO BASKORO.
Kekuatan geser tanah merupakan kemampuan tanah untuk menahan beban
tanpa mengalami kerusakan baik berupa pecahan, runtuhan, maupun pemisahan.
Kekuatan geser tanah dipengaruhi oleh gaya yang bekerja pada butiran-butiran,
meliputi bagian yang bersifat kohesif dan bagian yang bergesekan. Penelitian ini
bertujuan untuk mengkaji kekuatan geser tanah dan faktor yang
mempengaruhinya di beberapa penggunaan lahan budidaya monokultur ( kebun
buah naga, kebun buah jeruk, kebun buah jambu, dan semak belukar) pada

Latosol Sindangbarang. Hasil penelitian menunjukkan karakteristik fisik tanah
pada keempat penggunaan lahan berbeda-beda, hal tersebut berkaitan dengan
pengolahan tanah pada setiap penggunaan lahannya. Tekstur tanah pada keempat
penggunaan lahan yakni bertekstur klei dengan kandungan klei lebih dari 50 %
dan bersifat kohesif. Kandungan klei menyatakan plastisitas dan kohesifitas tanah.
Dengan adanya kohesifitas tersebut maka bagian-bagian penyusun tanah akan
saling berikatan dan melekat satu sama lain. Penggunaan lahan budidaya kebun
buah naga memiliki rataan kekuatan geser tanah 0.774 kg/cm2, selanjutnya kebun
buah jambu 0.739 kg/cm2, semak belukar 0.728 kg/cm2, dan kebun buah jeruk
0.716 kg/cm2. Hasil uji Duncan dengan taraf 5% terhadap pengukuran kekuatan
geser tanah pada keempat penggunaan lahan menunjukkan bahwa kekuatan geser
tanah kebun buah naga tidak berbeda nyata dengan kebun buah jambu, akan tetapi
berbeda nyata terhadap kekuatan geser kebun buah jeruk dan semak belukar. Hal
tersebut berkaitan dengan beberapa karakteristik fisik tanah pada setiap
penggunaan lahan yaitu kandungan klei, indeks plastisitas tanah, dan bobot isi.
Kata kunci: karakterisitik fisik, kekuatan geser tanah, latosol

ABSTRACT
SITI SHOLICHAH. Physical Characteristics and Soil Shear Strength on
Monoculture Cultivation on Latosol Sindangbarang Bogor. Supervised by

WAHYU PURWAKUSUMA and DWI PUTRO TEJO BASKORO.
Soil shear strength is the ability of soil to bear a burden without failure into
fragments, debris, or separation. Soil shear strength is influenced by forcing action
on soil grains, covering the cohesive and friction part. This study aims to evaluate
soil shear strength and it affecting factors on various land uses (dragon fruit,
citrus, guava, and shrubs) on Latosol Sindangbarang. The result showed different
soil physical characteristics at the four different land uses due to different land
management. Soil texture of the four land uses is clay with clay content more than
50% and cohesive. The content of clay explains plasticity and the cohesiveness of
the soil. Soil cohesiveness expresses the compiling of soil part, linked together
and attached to each other. Dragon fruit land has the highest average soil shear
strength with the value of 0.774 kg/cm2, followed by guava land 0.739 kg/cm2,
shrubs 0.728 kg/cm2, and citrus land 0.716 kg/cm2. The result of Duncan test at
5% level of confidents showed that soil shear strength of dragon fruit land is not
significantly different from that of guava land, but is significantly different from
those of citrus land and shrubs. The different of soil shear strength is related to
differences on several soil physical characteristics such as clay content, soil
plasticity index, and bulk density.
Keywords: latosol, physical characteristics, soil shear strenght


KARAKTERISTIK FISIK DAN KEKUATAN GESER TANAH LAHAN
BUDIDAYA MONOKULTUR PADA LATOSOL SINDANGBARANG
BOGOR

SITI SHOLICHAH

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
Pada
Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul Karakteristik Fisik dan
Kekuatan geser Tanah Lahan Budidaya Monokultur pada Latosol Sindangbarang
Bogor. Skripsi ini merupakan tugas akhir program sarjana pertanian (S1) di
Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian Institut
Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu, mbak Fiky, mas Azis, Rendra, almarhum bapak dan keluarga
semua yang tak pernah henti memberikan kasih sayang, semangat, doa
dan motivasi kepada penulis;
2. Ir Wahyu Purwakusuma MSc dan Dr Ir Dwi Putro Tejo Baskoro MSc
sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan banyak ilmu,
bimbingan, bantuan, nasihat dan motivasi;
3. Dr Ir Latief M Rachman MSc, MBA sebagai dosen penguji yang telah
memberikan banyak ilmu, bimbingan, dan saran;
4. Ressa Yasmine Herlambang dan Faniyosi Nafisah atas kerja sama,
bantuan dan pengertiannya selama penelitian bersama penulis;
5. Bapak Deden dan segenap keluarga SABISA Farm atas bantuannya
kepada penulis selama penelitian;

6. Staf Laboratorium Konservasi Tanah dan Air dan Laboratorium Kimia
dan Kesuburan Tanah atas bantuannya kepada penulis;
7. Dieni, Meli, Nia, Rara, Vini R, Albertus, Deni, Diendra, Frans, dan
seluruh teman-teman SOILER 48 yang selalu memberikan bantuan,
semangat dan keceriaan;
8. Sahabat tercinta Arief, Destria, Ari Nurya, Sumiyati, Rois, Putu,
Purdani, dan Galan yang selalu memberikan semangat dan doanya;
9. Semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat ditulis
satu-persatu.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca. Aamiin.

Bogor, Maret 2016
Siti Sholichah

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

i

DAFTAR ISI


iii

DAFTAR TABEL

iv

DAFTAR GAMBAR

iv

DAFTAR LAMPIRAN

iv

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian

1

1
1

METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu
Alat dan Bahan Penelitian
Metode Penelitian

2
2
2
2

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Sifat-sifat Fisik Tanah pada Berbagai Penggunaan Lahan
Kekuatan Geser Tanah pada Berbagai Penggunaan Lahan

4
4

7
13

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

15
15
15

DAFTAR PUSTAKA

15

LAMPIRAN

17

RIWAYAT HIDUP


21

DAFTAR TABEL
1.
2.
3.
4.
5.

6.
7.
8.
9.

Parameter pengamatan dan metode analisis
Klasifikasi nilai indeks plastisitas menurut Hardiyatmo (1992)
Tekstur pada berbagai penggunaan lahan
Bahan organik tanah pada berbagai penggunaan lahan
Bobot isi dan porositas total pada berbagai penggunaan lahan

Kemantapan agregat tanah pada berbagai penggunaan lahan
Disrtibusi ukuran pori rataan pada berbagai penggunaan lahan
Indeks plastisitas tanah pada berbagai penggunaan lahan
Kekuatan geser tanah pada berbagai penggunaan lahan

3
3
7
8
9
10
11
12
14

DAFTAR GAMBAR
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Peta lokasi penelitian
Alat vane shear strenght
Lahan budidaya buah naga
Lahan budidaya buah jeruk
Lahan budidaya buah jambu
Lahan semak belukar

2
4
5
6
6

DAFTAR LAMPIRAN
1. Lampiran 1 Analisis ragam pengaruh penggunaan lahan dan kedalaman
pada taraf 0.05 terhadap kandungan klei
2. Lampiran 2 Analisis ragam pengaruh penggunaan lahan dan kedalaman
pada taraf 0.05 terhadap bahan organik
3. Lampiran 3 Analisis ragam pengaruh penggunaan lahan dan kedalaman
pada taraf 0.05 terhadap bobot isi
4. Lampiran 4 Analisis ragam pengaruh penggunaan lahan dan kedalaman
pada taraf 0.05 terhadap porositas total
5. Lampiran 5 Analisis ragam pengaruh penggunaan lahan dan kedalaman
pada taraf 0.05 terhadap indeks stabilitas agregat
6. Lampiran 6 Analisis ragam pengaruh penggunaan lahan dan kedalaman
pada taraf 0.05 terhadap ruang pori pemegang air
7. Lampiran 7 Analisis ragam pengaruh penggunaan lahan dan kedalaman
pada taraf 0.05 terhadap ruang pori drainase
8. Lampiran 8 Analisis ragam pengaruh penggunaan lahan dan kedalaman
pada taraf 0.05 terhadap ruang pori air tersedia
9. Lampiran 9 Analisis ragam pengaruh penggunaan lahan dan kedalaman
pada taraf 0.05 terhadap jangka olah tanah
10. Lampiran 10 Analisis ragam pengaruh penggunaan lahan dan kedalaman
pada taraf 0.05 terhadap indeks plastisitas tanah
11. Lampiran 11 Analisis ragam pengaruh penggunaan lahan dan kedalaman
pada taraf 0.05 terhadap kekuatan geser tanah
12. Lampiran 12 Kadar air pengukuran kekuatan geser tanah

21
21
21
21
22
22
22
22
23
23
23
24

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanah sangat berperan penting dalam kehidupan, khususnya dibidang
pertanian. Sebagai tempat tumbuh tanaman, tanah harus mampu menopang
tanaman agar tegak dan kokoh. Sedangkan sebagai penyedia nutrisi, tanah harus
mampu mengikat dan mendistribusikan air, udara, dan unsur hara untuk tanaman.
Kondisi tersebut tercapai pada tanah yang cukup kuat dan cukup gembur atau
memiliki struktur remah. Beberapa faktor pertumbuhan tanaman sangat penting
diperhatikan, diantaranya faktor tanah, faktor tanaman, faktor iklim, dan faktor
tindakan budidaya yang dilakukan. Setiap lahan pertanian mempunyai pengolahan
tanah yang berbeda-beda. Pengolahan tanah lahan pertanian akan menghasilkan
hubungan timbal balik antara tanah, dalam hal ini sifat fisik dan mekanik tanah
dengan alat dan mesin pertanian. Karakteristik tanah yang menonjol diantaranya
permeabilitas (ketertembusan), pemampatan (konsolidasi), dan kekuatan geser
yang dipengaruhi oleh tekstur dan bobot isi tanah. Pengaplikasian alat dan mesin
pertanian dalam pengolahan tanah dapat mengakibatkan pemadatan tanah.
Pemadatan ini akan berpengaruh terhadap proses budidaya yang selanjutnya dapat
mempengaruhi produktivitas tanaman.
Kekuatan geser tanah merupakan kemampuan tanah untuk menahan beban
tanpa mengalami kerusakan baik berupa pecahan, runtuhan, maupun pemisahan.
Kekuatan geser tanah ini dipengaruhi oleh gaya-gaya yang bekerja, meliputi
bagian yang bersifat kohesi dan bagian yang bergesekan. Kekuatan geser akan
berpengaruh terhadap cara pengolahan tanah. Dengan diketahuinya karakteristik
tanah maka pengolahan tanah dapat dilakukan dengan efektif dan efisien. Setiap
penggunaan lahan budidaya monokultur mempunyai cara pengolahan tanah dan
perawatan masing-masing, sehingga dapat mempengaruhi karakteristik fisik
tanah. Pengolahan lahan pertanian akan menghasilkan hubungan timbal balik
dengan tanah, dalam hal sifat fisik dan kekuatan geser tanah.
Permasalahan teknis yang kerap ditemui dilapang adalah terjadinya
pemadatan tanah akibat penggunaan peralatan mekanis saat pengolahan tanah,
sehingga dapat meningkatkan bulk density tanah serta berkurangnya kadar air dan
porositas tanah yang dapat berpengaruh terhadap budidaya tanaman. Lahan
budidaya monokultur: kebun buah naga, kebun buah jeruk, kebun buah jambu,
dan semak belukar mempunyai pengolahan tanah dan perawatan masing-masing,
sehingga dapat mempengaruhi karakteristik fisik tanah. Dengan latar belakang
tersebut, maka perlu dilakukan penelitian di areal penggunaan lahan tersebut
dengan melakukan pengujian sifat fisik dan kekuatan geser tanah pada keempat
penggunaan lahan tersebut.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kekuatan geser tanah dan faktor
yang mempengaruhinya pada Latosol Sindangbarang di beberapa penggunaan
lahan budidaya monokultur yakni lahan budidaya buah naga, buah jeruk, buah
jambu, dan semak belukar.

2

METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu
Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret hingga Juli 2015. Pengukuran
lapang dilaksanakan di kebun percobaan University Farm Sindangbarang IPB,
Kelurahan Loji, Kecamatan Bogor Barat, Bogor (Gambar 1) pada lahan kebun
buah jambu, kebun buah jeruk, kebun buah jambu, dan semak belukar. Analisis
sifat fisik contoh tanah dilakukan di Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan
Sumberdaya Lahan Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Gambar 1 Lokasi Penelitian

Alat dan Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan selama penelitian adalah contoh tanah terganggu,
contoh tanah agregat utuh, aquades, air AC, HCl, Ferroin 0.025 M, Natrium
Pirophosphat, H2O2, FeSO4 0.5 N, K2CR2O7 1N dan H2SO4. Alat yang digunakan
yaitu Pocket Shearmeter CL 600A, kamera, gunting, label, kantong plastik,
karung, cangkul, kaleng, oven, cawan alumunium, pressure plate apparatus,
Pressure Membrane Apparatus, alumunium foil, thermometer, piknometer,
ayakan basah dan ayakan kering, kompor, panci, buret, pipet volumetrik, double
ring infiltrometer, gayung, ember, stopwatch, penggaris, alat tulis, kalkulator, dan
seperangkat komputer.

Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam berbagai tahap, yaitu : penentuan lokasi,
persiapan alat dan bahan, pengambilan contoh tanah, analisis laboratorium,
pengukuran kekuatan geser tanah, dan pengolahan data.
Pengambilan Contoh Tanah
Contoh tanah diambil untuk keperluan pengujian sifat-sifat fisik tanah
dilakukan pada keempat penggunaan lahan, yaitu : lahan kebun buah naga, kebun
buah jeruk, kebun buah Jambu, dan semak belukar yang berada di kebun
University Farm IPB Sindangbarang. Contoh tanah diambil pada setiap
penggunaan lahan pada tiga tempat berbeda yang ditentukan secara acak (random)

3

untuk mewakili ulangan. Contoh tanah diambil pada piringan tanaman dengan
kedalaman 0–20cm dan 20-40cm.
Pengambilan contoh tanah terdiri dari contoh tanah terganggu untuk
penetapan kadar air awal, tekstur, konsistensi tanah, bobot jenis partikel,
kandungan C-organik, dan contoh tanah agregat utuh untuk penetapan bobot isi,
stabilitas agregat, dan distribusi pori. Sifat tanah yang diukur adalah sifat-sifat
tanah yang mempengaruhi kekuatan geser tanah.
Penetapan Sifat Fisik Tanah
Pengujian beberapa sifat fisik tanah dilakukan di laboratorium konservasi
tanah dan air. Adapun parameter sifat fisik yang diamati untuk pengujian
kekuatan geser tanah adalah tekstur tanah, konsistensi tanah, kadar air, dan bobot
isi tanah, bobot jenis partikel, kemantapan agregat, distribusi ukuran pori, dan
bahan organik tanah. Berikut parameter dan metode pengukurannya :
Tabel 1 Parameter pengamatan dan metode analisis
Parameter pengamatan
Metode analisis
Kekuatan geser
Direct Shear Strenght
Tekstur tanah
Pipet
Bobot isi
Clod
Konsistensi tanah
Cassagranda
Porositas total
Gravimetri
Bahan organik
Walkey and Black
Bobot jenis partikel
Piknometer
Kemantapan agregat
Pengayakan kering dan basah
Distribusi ukuran pori
pF (Pressure plate)
Tabel 2 Klasifikasi Nilai Indeks Plastisitas
IP (%)
Sifat
Tekstur
Kohesi
0
Non Plastis
Pasir
Non Kohesif
17
Plastisitas tinggi
Lempung
Kohesif
Sumber : Hardiyatmo 1992
Pengukuran Kekuatan Geser Tanah
Pengukuran kekuatan geser dalam penelitian ini dilakukan dengan uji geser
langsung (Direct Shear Strenght) menggunakan alat uji geser tanah Pocket
Shearmeter CL 600A. Pengukuran kekuatan geser tanah dilakukan pada
kedalaman tanah 0-20 cm dan 20-40 cm disetiap titik pengamatan. Pengaplikasian
alat tersebut dilakukan dengan memasukkannya secara vertikal ke dalam tanah.
Selanjutnya knop pada bagian atas alat diputar hingga terjadi pergeseran pada
suatu bidang tanah yang berbentuk silinder atau mencapai keadaan tanah
mengalami keruntuhan. Selanjutnya baca skala yang menunjukkan nilai tegangan
maksimum tanah yang dapat ditahan oleh tanah.

4

Dalam Wesley (1973) rumus perhitungan kekuatan geser tanah sebagai
berikut :

Keterangan :
T = tegangan maksimum

H = tinggi baling

R = jari-jari baling

Gambar 2 Alat Vane Shear Strengt Test
Analisis Data
Data yang diperoleh dari pengukuran lapang dianalisis laboratorium
selanjutnya diolah secara deskriptif dengan program Microsoft Excel 2007 dan
selanjutnya data dianalisis sidik ragam (ANOVA) serta uji lanjut menggunakan
uji Duncan. Uji Duncan digunakan untuk melihat nilai respon sifat fisik tanah
yang memiliki perbedaan nyata pada taraf 5%. Software yang digunakan adalah
SAS.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Penggunaan lahan dapat mempengaruhi kekuatan geser tanah yang
berkaitan dengan vegetasi dan teknik pengolahan lahan pertanian. Berdasarkan
peta tanah (1979), jenis tanah di University Farm Sindangbarang IPB adalah
latosol coklat kemerahan dengan bahan induk tuf andesit. Di Indonesia latosol
umumya terdapat pada bahan induk volkanik, baik berupa tufa atau batuan beku.
Latosol mempunyai ciri solum tebal (1.5-10 meter), kemasaman masam hingga
agak masam (pH H2O) 4.5-6.5), bahan organik rendah hingga agak sedang (3-10
%) di lapisan atas (Rachim dan Arifin 2011). Menurut Dudal dan Soeprapto
(1957) tanah latosol terbentuk melalui proses latosolisasi. Proses latosolisasi
terjadi di bawah pengaruh curah hujan dan suhu tinggi di daerah tropik dimana
gaya-gaya hancuran bekerja lebih cepat dan pengaruhnya lebih ekstrim terutama
di daerah tropik. Menurut Rachim dan Suwardi (1999), suhu dan curah hujan yang
tinggi menyebabkan terjadinya pencucian silika dan bahan organik, sehingga
mineral silika dan bahan organik serta unsur hara lainnya berkurang dan
meningkatkan konsentrasi Fe dan Al dalam tanah.

5

Kebun Buah Naga
Tanaman buah naga termasuk tanaman tropis dan dapat berdaptasi dengan
berbagai lingkungan tumbuh dan perubahan cuaca. Tanaman buah naga tidak
tahan dengan genangan air dan merupakan jenis tanaman memanjat. Secara
morfologis tanaman ini termasuk tanaman tidak lengkap karena tidak memiliki
daun. Perakaran buah naga bersifat epifit, merambat dan menempel pada tanaman
lain (Amalya dan Sobir 2013).
Lahan budidaya buah naga ini (Gambar 3) merupakan salah satu lahan
budidaya di University Farm Sindangbarang IPB dengan luas lahan 0.5 ha yang
mulai digunakan sejak dua tahun terakhir. Sebelum digunakan untuk budidaya
buah naga, lahan tersebut merupakan lapangan sepak bola selama kurang lebih 10
tahun. Lahan budidaya buah naga berupa piringan dengan diameter satu meter
pada setiap tanaman. Perawatan dilakukan setiap tiga bulan sekali dengan
pemberian pupuk, pembersihan gulma di area piringan pohon naga. Pembersihan
gulma dilakukan dengan menggunakan mesin babat atau koret serta pemberian
herbisida. Pupuk yang digunakan diantaranya yaitu kapur, pupuk kandang berupa
kotoran sapi dan sekam. Pupuk kandang diberikan tiap tiga bulan sekali di
piringan pohon sebanyak 20 kg per pohon, sedangkan pupuk NPK diberikan tiap
enam bulan sekali sebanyak 50 g per pohon. Pemberian pupuk diberikan dengan
cara disebar dipermukaan piringan pohon. Pengolahan tanah terakhir dilakukan
terakhir pada akhir bulan Maret 2015.

Gambar 3 Lahan Budidaya Buah Naga
Kebun Buah Jeruk
Tanaman buah jeruk merupakan tanaman yang dapat dibudidayakan di
dataran rendah hingga dataran tinggi dengan pH tanah antara 5-6 dan akan
berbuah baik jika berada pada ketinggian 700 sampai 1000 mdpl . Tanaman ini
memiliki batang berkayu tegak dan keras serta memiliki percabangan dan ranting
dengan jumlah banyak. Tamanan ini memiliki akar tunggang dan akar serabut.
Tanaman Jeruk tidak tahan terhadap naungan, dan pada daerah yang lembab
serangan hama dan penyakit sukar dikendalikan (Ashari 1995).
Lahan budidaya buah jeruk (Gambar 4) mulai digunakan sejak satu setengah
tahun terakhir, dimana beberapa tahun sebelumnya berupa lahan untuk ditanami
jagung dan kacang. Lahan seluas 0,6 ha ditanami tanaman jeruk dengan jarak
tanam 4x4 meter. Perawatan lahan di area piringan pohon jeruk berdiameter satu
meter dengan pembersihan tiap sebulan sekali menggunakan koret dan mesin
babat. Sedangkan, pemupukan dan pemberian herbisida dilakukan tiap tiga bulan

6

sekali. Pupuk yang diberikan berupa kotoran kambing sebanyak 10 kg dan
KCL.Tinggi tanaman sanga bervariasi kurang lebih dua meter. Pengolahan tanah
terakhir dilakukan terakhir pada akhir bulan Januari 2015.

Gambar 4 Lahan Budidaya Buah Jeruk
Kebun Buah Jambu
Tanaman buah jambu merupakan tanaman yang sangat toleran terhadap
kondisi lingkungan yang mencekam, misalnya kekeringan, lahan berbatu, dan pH
rendah. Di daerah tropik tanaman jambu biji tumbuh di dataran rendah hingga
ketinggian 1500 mdpl dan hasil terbaik pada suhu 23-28 C dengan curah hujan
1000-2000 mm/tahun. Tanaman ini termasuk pendek kanopinya, percabangannya
dekat tanah, dan sering tumbuh tunas liar dekat pangkal batang (Ashari 1995).
Lahan budidaya buah jambu dengan luas 1 hektar terletak disamping lahan
budidaya buah jeruk di University Farm (Gambar 5). Penanaman pohon jambu
dengan jarak 4x4 meter dengan piringan berdiameter 2 meter pada setiap pohon.
Penggunaan lahan sebelumnya meerupakan lahan budidaya jagung dan kacang
tanah. Kebun ini dikelola dengan cukup intensif yang terlihat dari pembersihan
lahan dan pemberian pupuk yang dilakukan tiap satu bulan sekali, serta pemberian
herbisida untuk melindungi tanaman dari gulma tiap tiga bulan sekali. Pupuk yang
diberikan yaitu kotoran ayam. Pemangkasan ranting dilakukan untuk merangsang
pertumbuhan tunas lateral setiap umur tanaman 2 tahun. Pengolahan tanah
terakhir dilakukan terakhir pada akhir bulan Januari 2015.

Gambar 5 Lahan Budidaya Buah Jambu

7

Semak Belukar
Semak belukar merupakan lahan yang tidak digunakan untuk aktivitas
apapun, sehingga ditumbuhi oleh rerumputan liar. Lahan ini (Gambar 6) menjadi
lahan tidur atau semak belukar semenjak tiga tahun terakhir, dimana sebelumnya
lahan ini digunakan untuk budidaya talas.

Gambar 6 Lahan Semak Belukar

Sifat-sifat Fisik Tanah pada Berbagai Penggunaan Lahan
Tekstur
Tekstur merupakan sifat fisik tanah yang dasar. Tekstur tanah adalah
perbandingan relatif dari berbagai golongan besaar partikel tanah dalam suatu
massa tanah, teruatama perbandingan antara fraksi klei, debu dan pasir (Sarief
1985). Tekstur pada berbagai penggunaan lahan sebagai berikut pada tabel 3.

Lahan
Kebun
naga
Kebun
jeruk
Kebun
jambu
Semak

Tabel 3
Kedalaman
(cm)
0-20
20-40
0-20
20-40
0-20
20-40
0-20
20-40

Tekstur pada berbagai penggunaan lahan
%pasir %debu
%klei
Rataan Tekstur
%klei
15.85
25.90
58.23
56.79 a
Klei
19.72
24.94
55.33
14.68
32.30
53.01
54.16 a
Klei
14.88
29.81
56.80
12.26
35.36
52.37
50.42 a
Klei
12.07
39.45
48.47
15.07
31.38
53.55
49.92 a
Klei
14.50
39.21
46.29

Keterangan: Nilai dengan huruf yang berbeda ke arah kolom menunjukkan berbeda nyata,
sebaliknya huruf yang sama ke arah kolom menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji duncan
pada taraf 5%.

Kelas tekstur pada keempat penggunaan lahan adalah klei. Berdasarkan
hasil uji ragam menunjukkan bahwa kandungan klei dari keempat penggunaan
lahan tidak berbeda nyata pada taraf 5%, namun kandungan klei cenderung lebih
tinggi di lahan budidaya kebun buah naga. Persentase klei tertinggi terdapat pada
lahan kebun buah naga (56.79 %), selanjutnya pada kebun buah jeruk (54.16 %),

8

pada kebun buah jambu (50.42 %) dan terendah terdapat pada lahan semak
belukar (49.92 %). Tekstur berhubungan erat dengan kekuatan geser tanah karena
kandungan klei tanah mempengaruhi kohesifitas tanah. Menurut Wesley 1973,
kandungan klei mempunyai kriteria penting yang mempengaruhi kekuatan geser
tanah sebab klei terdiri dari butiran-butiran yang sangat kecil dan menunjukkan
plastisitas dan kohesifitas tanah. Kohesifitas menunjukkan bahwa butiran tanah
melekat satu sama lain, sedangkan plastisitas adalah sifat pertahanan tanpa
mengalami perubahan isi atau tanpa kembali ke bentuk asalnya, dan tanpa terjadi
retakan atau terpecah-pecah.
Bahan Organik Tanah
Bahan organik mempunyai peranan penting di dalam tanah yaitu terhadap
sifat fisik dan kimia tanah. Menurut Hanafiah (2007), bahan organik tanah
merupakan kumpulan beragam senyawa organik kompleks yang sedang atau telah
mengalami proses dekomposisi. Sumber utama bahan organik pada tanah adalah
sisa-sisa tanaman berupa daun, batang, buah maupun akar. Hasil pengukuran
bahan organik tanah pada berbagai penggunaan lahan disajikan dalam tabel 4.
Tabel 4 Bahan organik pada berbagai penggunaan lahan
Penggunaan
Lahan
Kebun naga
Kebun jeruk
Kebun jambu
Semak belukar

BO (%)
0-20 cm
5.533 a
4.077 ab
3.313 b
3.407 b

Rataan
20-40 cm
3.670 a
3.017 ab
2.577 b
2.550 b

4.601 a
3.547 b
2.945 b
2.978 b

Keterangan: Nilai dengan huruf yang berbeda ke arah kolom menunjukkan berbeda nyata,
sebaliknya huruf yang sama ke arah kolom menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji duncan
pada taraf 5%.

Hasil uji ragam menunjukkan bahwa keempat penggunaan lahan budidaya
mempunyai kandungan bahan organik yang berbeda nyata pada taraf uji 5%. Hasil
uji lanjut juga menunjukan bahwa bahan organik tanah pada kebun buah naga
dengan ketiga penggunaan lahan lainnya. Kandungan bahan organik yang berbeda
pada keempat lahan budidaya terkait dengan perbedaan dosis dan jenis pupuk
yang digunakan. Kandungan bahan organik sangat mempengaruhi sifat fisik
tanah, diantaranya bobot isi dan porositas tanah. Tanah dengan kandungan bahan
organik yang lebih tinggi cenderung mempunyai bobot isi rendah dan porositas
tinggi. Kandungan bahan organik pada kebun buah naga memiliki nilai rataan
tertinggi (4.601%), selanjutnya kebun buah jeruk (3.547%), semak belukar
(2.978%) dan terendah kebun buah jambu (2.945%).
Kandungan bahan organik tanah menurun dengan bertambahnya kedalaman.
Kandungan bahan organik tanah pada kedalaman 0-20 cm lebih tinggi
dibandingkan pada kedalaman 20-40 cm. Hal tersebut dikarenakan pada
kedalaman 0-20cm merupakan bagian topsoil tanah, yang merupakan daerah aktif
proses pemupukan termasuk pemupukan bahan organik atau adanya penambahan
bahan organik dari vegetasi diatasnya.
Lahan kebun buah naga memiliki kandungan bahan organik yang lebih
tinggi dibandingkan dengan ketiga penggunaan lahan lainnya, hal tersebut

9

dikarenakan oleh adanya aplikasi pupuk kandang yang baru dilakukan dan dosis
pemupukan pupuk kandang lebih tinggi dibandingkan dengan lahan buah jeruk
dan jambu.
Bobot Isi dan Porositas Tanah
Bobot isi tanah merupakan rasio antara massa tanah kering terhadap volume
tanah (padatan dan ruang pori), sedangkan porositas total tanah merupakan bagian
yang tidak terisi bahan padatan tanah tetapi terisi oleh air dan udara (Hillel 1997;
Soepardi 1983; Hakim et al. 1986). Bobot isi dan porositas total tanah pada
berbagai penggunaan lahan disajikan pada tabel 5.
Tabel 5 Bobot isi dan porositas total pada berbagai penggunaan lahan
Penggunaan
Kedalaman
BI
Porositas
Rataan
Rataan
lahan
(cm)
(g/cm3)
total(%)
Kebun naga
Kebun jeruk
Kebun jambu
Semak belukar

0-20
20-40
0-20
20-40
0-20
20-40
0-20
20-40

1.073
1.100
1.080
1.117
1.097
0.957
1.041
1.031

1.087 a
1.098 a
1.027 a
1.037 a

59.487
58.645
59.272
57.832
58.681
63.937
60.714
61.104

59.065 a
58.552 a
61.312 a
60.908 a

Keterangan: Nilai dengan huruf yang berbeda ke arah kolom menunjukkan berbeda nyata,
sebaliknya huruf yang sama ke arah kolom menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji duncan
pada taraf 5%.

Berdasarkan uji ragam terhadap bobot isi dan porositas tanah pada keempat
penggunaan lahan menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada taraf 5%.
Meskipun demikian lahan kebun buah jeruk memiliki rataan bobot isi cenderung
lebih tinggi (1.098 g/cm3), selanjutnya kebun buah naga (1.087 g/cm3), semak
belukar (1.037 g/cm3) dan terendah kebun buah jambu (1.027 g/cm3). Hal ini
dikarenakan pengolahan yang dilakukan pada lahan buah jeruk lebih intensif
dibandingkan dengan pada ketiga penggunaan lahan lainnya. Selain hal tersebut,
lahan kebun buah jeruk sebelumnya digunakan untuk lahan budidaya jagung dan
kacang dengan pengolahan tanah yang intensif. Perlakuan pengolahan yang
dilakukan terus menerus dan dalam waktu yang lama akan mengakibatkan
terjadinya pemadatan tanah sehingga meningkatkan bobot isi tanah. Hal tersebut
sesuai dengan pendapat Arsyad (2010), bahwa pengaruh pengolahan tanah hanya
bersifat sementara menggemburkan tanah, selanjutnya akan terjadi erosi dan
penyumbatan pori-pori oleh partikel tanah yang hancur akibat pengolahan tanah
yang kurang sesuai. Penyumbatan pori inilah yang membuat tanah menjadi lebih
padat sehingga bobot isi meningkat.
Bobot isi setiap penggunaan lahan meningkat dengan bertambahnya
kedalaman. Hal ini disebabkan karena pada kedalaman 0-20 cm merupakan
bagian topsoil yang merupakan bagian perakaran efektif dan bagian yang
mendapat perlakuan pengolahan tanah sehingga tanah menjadi lebih gembur.
Berdasarkan uji duncan terhadap bobot isi tanah pada kedalaman 0-20 cm pada

10

keempat penggunaan lahan tersebut tidak berbeda nyata. Pada kedalaman 20-40
cm menunjukkan bahwa bobot isi lahan budidaya buah jeruk tidak berbeda nyata
terhadap lahan budidaya buah naga dan semak belukar serta berbeda nyata
terhadap bobot isi lahan budidaya buah jambu. Hal tersebut menunjukkan bahwa
pengolahan tanah lahan budidaya buah jeruk yang lebih intensif berpengaruh
nyata terhadap bobot isi pada kedalaman 20-40 cm.
Bobot isi tanah memiliki keterkaitan dengan porositas total tanah. Porositas
total adalah volume seluruh pori dalam suatu volume tanah utuh yang dinyatakan
dalam persen. Semakin tinggi bobot isi tanah maka porositas total tanah menjadi
rendah. Lahan kebun buah jambu kristal memiliki rataan porositas yang paling
tinggi (61.312%), selanjutnya semak belukar (60.908%), kebun buah naga
(59.065%) dan terendah kebun buah jeruk (58.552%). Rendahnya bobot isi dan
tingginya porositas tanah lahan budidaya buah jambu menunjukkan bahwa lahan
tersebut dalam kondisi cenderung lebih poros tanahnya dibandingkan ketiga lahan
budidaya lainnya. Menurut Buckman dan Brady (1980) dalam Endriani (2010),
proporsi volume pori yang ideal adalah sekitar 50%. Dengan demikian, porositas
total yang dimiliki oleh keempat penggunaan lahan dapat dikatakan ideal.
Kemantapan Agregat
Kemantapan agregat merupakan ketahanan agregat tanah melawan daya
dispersi dan kekuatan sementasi atau pengikatan. Kemantapan agregat dinyatakan
sebagai indeks stabilitas agregat yang merupakan selisih antara rata-rata bobot
diameter agregat tanah pada pengayakan kering dengan rata-rata bobot diameter
pada pengayakan basah (Sitorus et al. 1983). Menurut Baskoro dan Henry (2005),
kemantapan agregat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya jenis dan
kandungan klei, struktur tanah, bahan organik, serta jenis dan kation yang yang
dijerap. Nilai indeks stabilitas agregat tanah pada keempat penggunaan lahan
dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6 Indeks stabilitas agregat pada berbagai penggunaan lahan
Penggunaan lahan
Kebun naga
Kebun jeruk
Kebun jambu
Semak belukar

Kedalaman (cm)
0-20
20-40
0-20
20-40
0-20
20-40
0-20
20-40

ISA (%)
482.147
485.383
398.857
306.023
553.423
303.417
482.929
311.952

Rataan
483.770 a
352.440 b
428.420 ab
397.440 ab

Keterangan: Nilai dengan huruf yang berbeda ke arah kolom menunjukkan berbeda nyata,
sebaliknya huruf yang sama ke arah kolom menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji duncan
pada taraf 5%.

Indeks stabilitas agregat pada keempat penggunaan lahan budidaya berbeda
nyata pada taraf 5%. Hal ini menunjukan bahwa penggunaan lahan budidaya
nyata mempengaruhi kemantapan agregat. Kebun buah naga memiliki rataan
tertinggi (483.770%), selanjutnya kebun buah jambu (428.420%), semak belukar

11

(397.440%), dan terendah kebun buah jeruk (352.440%). Indeks stabilitas agregat
kebun buah naga lebih tinggi dibandingkan ketiga penggunaan lahan lainnya, hal
tersebut dikarenakan kandungan klei dan bahan organik pada lahan ini tinggi
(tabel 2 dan tabel 6). Bahan organik dan klei merupakan bahan yang berfungsi
sebagai agen penyemen dan pengikat antar partikel. Hal tersebut sesuai yang
dikemukakan oleh Baver et al. (1972) dalam Raja (2009), bahwa bahan organik
dan kandungan klei dalam tanah berfungsi sebagai agen penyemen dalam bentuk
selaput liat yang menyelimuti agregat sehingga agregat menjadi lebih stabil.
Nilai indeks stabilitas agregat tanah kedalaman 0-20 cm lebih tinggi
dibandingkan pada kedalaman 20-40 cm. Hal tersebut dikarenakan kandungan
bahan organik dan kandungan klei pada kedalaman 0-20 cm lebih tinggi (tabel 3
dan tabel 4).
Distribusi Ukuran Pori
Pori tanah merupakan bagian tanah yang tidak terisi bahan padatan tanah.
pori-pori tanah terbentuk dari oleh susunan agregat tanah akibat aktivitas akar dan
aktivitas organisme tanah. Distribusi ukuran pori menunjukkan persentase sebaran
ukuran pori yang didasarkan pada persen volume udara tanah pada berbagai nilai
kurva pF, sedangkan porositas dihitung berdasarkan penetapan bobot isi dan
bobot jenis partikel (Hillel 1971). Distribusi ukuran pori keempat penggunaan
lahan disajikan paada tabel 7.
Tabel 7 Distribusi ukuran pori pada berbagai penggunaan lahan
Lahan
kedalaman RP Pemegang
RP
RP
Air
Drainase
AirTersedia
(%volume)
Kebun
0-20
37.100
15.867
6.521
Naga
20-40
38.736
14.065
5.844
Rataan
37.918 a
14.967 a
6.183 a
Kebun
0-20
35.408
15.529
6.986
Jeruk
20-40
40.616
12.856
2.848
Rataan
38.012 a
14.192 a
4.917 a
Kebun
0-20
34.255
17.357
7.069
Jambu
20-40
34.307
21.608
8.022
Rataan
34.281 a
19.483 a
7.545 a
Semak
0-20
35.155
15.663
9.897
belukar
20-40
36.746
19.207
5.151
Rataan
35.950 a
17.435 a
7.524 a
Keterangan: RP = Ruang Pori ; Nilai dengan huruf yang berbeda ke arah kolom menunjukkan
berbeda nyata, sebaliknya huruf yang sama ke arah kolom menunjukkan tidak berbeda nyata
menurut uji duncan pada taraf 5%.

Penggunaan lahan budidaya buah naga, jeruk, jambu, dan semak
mempunyai distribusi ukuran pori yang berbeda. Hasil uji terhadap distribusi
ruang pori pemegang air (RPPA), ruang pori drainase (RPD), dan ruang pori air
tersedia (RPAT) pada keempat penggunaan lahan tidak berbeda nyata. Hal
tersebut menunjukkan bahwa pengolahan tanah pada keempat penggunaan lahan
budidaya tersebut tidak mempengaruhi distribusi pori tanah dan kemampunan
tanah dalam memegang air. Ruang Pori Air Tersedia (RPAT) yang tertinggi

12

terdapat pada penggunaan lahan budidaya buah jambu. Hal ini dikarenakan
perakaran vegetasi dari pohon jambu yang tumbuh. Umur tanaman, jenis akar, dan
perakaran pohon buah jambu yang lebih luas membuat pori-pori yang terbentuk
lebih banyak. Selain itu, tingginya porositas total dan stabilitas agregat yang
tinggi serta bobot isi yang lebih rendah dibandingkan lahan kebun buah naga,
kebun buah jeruk, dan semak belukar (Tabel 5) menghasilkan agregasi yang lebih
baik.
Konsistensi Tanah
Konsistensi tanah dipandang sebagai kombinasi sifat yang dipengaruhi oleh
kekuatan mengikat antara butir-butir tanah (Harry, 1982). Pengamatan pada
konsistensi tanah meliputi pengamatan terhadap kadar air batas plastis, kadar air
batas lekat, kadar air batas cair, jangka olah tanah, dan Indeks Plastisitas (IP)
tanah. Indeks plastisitas tanah merupakan angka Atterberg yaitu selisih antara
batas plastis dan batas cair, serta jangka olah tanah merupakan selisih antara batas
plastis dan batas lekat. Konsistensi dalam pertanian dapat digunakan sebagai
parameter mudah-tidaknya tanah untuk diolah. Hasil pengamatan terhadap
parameter konsistensi tanah tersaji dalam tabel 8.

Lahan

Kebun
Naga
Kebun
Jeruk
Kebun
Jambu
Semak

Tabel 8 Indeks Plastisitas Tanah berbagai penggunaan Lahan
Kedalaman Batas
Batas
Batas
Jangka
Indeks
Plastis
Lekat
Cair
Olah
Plastisitas
(%)
0-20
45.21
52.26
63.23
7.05
18.02
20-40
45.10
53.18
61.72
8.08
16.60
Rataan
7.56 a
17.31 a
0-20
40.17
45.71
54.27
5.54
14.10
20-40
44.26
50.31
57.72
6.05
13.45
Rataan
5.79 ab
13.78 b
0-20
43.55
47.94
54.40
4.39
10.85
20-40
47.94
51.10
58.70
3.16
10.76
Rataan
3.77 b
10.81 c
0-20
45.89
48.82
54.73
2.93
8.85
20-40
48.71
52.68
57.29
3.97
8.59
Rataan
3.45 b
8.72 c

Keterangan: Nilai dengan huruf yang berbeda ke arah kolom menunjukkan berbeda nyata,
sebaliknya huruf yang sama ke arah kolom menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji duncan
pada taraf 5%.

Hasil pengamatan batas cair, batas lekat, dan batas plastis yang dilakukan
terhadap sampel tanah pada keempat penggunaan lahan budidaya diperoleh nilai
batas cair, batas lekat, dan batas plastis yang beragam. Indeks plastisitas dan
jangka olah tertinggi terdapat pada penggunaan lahan kebun buah naga,
selanjutnya pada kebun buah jeruk, kebun buah jambu dan terendah semak
belukar. Tingginya Indeks Plastisitas tanah pada kebun buah naga diakibatkan
oleh cenderung tingginya kandungan klei dan bahan organik tanah. Hal tersebut
sesuai dengan pendapat Wesley (1973) bahwa klei menunjukkan plastisitas dan
kohesifitas tanah. Dengan adanya kohesi ini maka bagian-bagian penyusun tanah
akan saling berikatan dan melekat satu sama lain. Kandungan klei dan bahan

13

organik tanah menurun dengan bertambahnya kedalaman pada semua penggunaan
lahan, sehingga jangka olah dan indeks plastisitas tanah pada kedalaman 0-20 cm
lebih tinggi dibandingkan kedalaman 20-40 cm. Secara umum tingginya
kandungan bahan organik didalam tanah akan meningkatkan batas cair tanah,
karena bahan organik tanah memantapkan struktur agregat tanah sehingga
kapasitas menahan air bertambah.
Jangka olah tanah merupakan selang kadar air tanah dalam keadaan tanah
aman untuk dilakukan pengolahan tanah. Hal tersebut dikarenakan apabila kadar
air tanah dibawah batas plastis maka tanah akan sulit untuk dilakukan pengolahan
tanah, sedangkan apabila kadar air tanah melebihi batas atas jangka olah maupun
batas atas indeks plastisitas tanah maka akan lebih beresiko terjadi pelumpuran.
Kohesifitas tanah digolongkan dalam dua jenis yaitu tanah kohesif dan tanah tidak
kohesif. Nilai indeks plastisitas tanah lahan budidaya buah jeruk, lahan budidaya
buah jambu, dan semak belukar berkisar antara 7-17 % sedangkan nilai indeks
plastisitas lahan budidaya buah naga lebih dari 17 %. Nilai indeks plastisitas tanah
menunjukkan derajat keteguhan tanah, yaitu derajat hubungan antara bagianbagian tanah. Semakin tinggi nilai plastisitas tanah maka semakin berat tanah atau
semakin tinggi kandungan kleinya. Berdasarkan klasifikasi indeks plastisitas pada
berbagai penggunaan lahan tersebut menunjukkan bahwa tanah pada lahan
budidaya buah jeruk, buah jambu dan semak belukar mempunyai plastisitas
sedang dan kohesif sedangkan tanah pada lahan budidaya buah naga mempunyai
plastisitas tinggi dan kohesif. Indeks plastisitas ini sangat dipengaruhi oleh
kandungan klei tanah. Tanah pada penggunaan lahan kebun buah naga memiliki
kohesifitas yang tinggi dimana kandungan klei tanah di kedalaman 0-20 cm tinggi
yaitu 58.23%. Kohesifitas tanah tergantung pada jenis tanah dan kepadatan
butirannya dimana semakin tinggi kepadatan tanah (tabel 5) pada tanah yang sama
maka kohesifitasnya akan semakin tinggi.

Kekuatan Geser Tanah pada Berbagai Penggunaan Lahan
Kekuatan geser tanah adalah kemampuan tanah untuk menahan beban tanpa
mengalami kerusakan, baik berupa perpecahan, perpisahan ataupun aliran. Secara
kuantitatif kekuatan tanah dapat didefinisikan sebagai tegangan maksimal yang
dapat diberikan kepada tanah tertentu tanpa menyebabkan kerusakan pada tanah
tersebut (Hillel 1980). Kekuatan geser tanah merupakan perlawanan internal tanah
tersebut persatuan luas terhadap keruntuhan atau pergeseran sepanjang bidang
geser dalam tanah (Braja M. Das 1985). Kekuatan tanah tergantung pada gayagaya yang bekerja diantara butir-butirnya (Wesley 1973). Faktor yang
mempengaruhi pengukuran kekuatan geser di lapangan yaitu keadaan tanah
(angka pori, ukuran, dan bentuk butiran), jenis tanah, kadar air tanah, jenis beban
dan tingkatannya, serta kondisi anisotropis.
Menurut Hardiyatmo (1992), bila tanah mengalami pembebanan akan
ditahan oleh:
a. Kohesifitas tanah yang tergantung pada jenis tanah dan kepadatan tanah.
b. Gesekan antara butir-butir tanah yang besarnya berbanding lurus dengan
tegangan vertikal pada bidang gesernya.

14

Kemampuan tanah untuk menahan tekanan tanpa terjadi keruntuhan
ditentukan melalui kekuatan geser. Parameter yang ada pada kekuatan geser ini
meliputi kohesifitas tanah dan bagian yang bergesekan. Hasil pengujian kekuatan
geser tanah pada keempat penggunaan lahan budidaya tersaji pada tabel 9.
Tabel 9 Kekuatan geser pada berbagai penggunaan lahan
Penggunaan

Kekuatan geser tanah (kg/cm2)

Lahan
Kebun naga
Kebun jeruk
Kebun jambu
Semak

0-20 cm
0.819 a
0.614 c
0.751 b
0.637 b

20-40 cm
0.728 b
0.819 a
0.728 b
0.819 a

Rataan
( kg/cm2)
0.774 a
0.716 b
0.739 ab
0.728 b

Keterangan: Nilai dengan huruf yang berbeda ke arah kolom menunjukkan berbeda nyata,
sebaliknya huruf yang sama ke arah kolom menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji duncan
pada taraf 5%.

Hasil uji ragam terhadap kekuatan geser tanah pada keempat lahan budidaya
menunjukkan bahwa kebun buah naga berbeda nyata terhadap kebun buah jeruk
dan semakbelukar. Hal tersebut menunjukkan bahwa penggunaan lahan
mempengaruhi nilai kekuatan geser tanah, dimana penggunaan lahan berkaitan
dengan pengolahan tanah dan karakteristik fisik tanah. Tanah mengalami
keruntuhan saat tegangan geser pada bidang sudah sama dengan kekuatan yang
ada, dimana tidak ada tegangan tambahan yang dibutuhkan untuk menyebabkan
keruntuhan sehingga tidak terjadi perubahan pada tekanan air pori (Weshley
1985). Penggunaan lahan budidaya kebun buah naga memiliki rataan kekuatan
geser tanah cenderung lebih tinggi (0.774 kg/cm2), selanjutnya kebun buah jambu
((0.739 kg/cm2), semak (0.728 kg/cm2), dan terendah kebun buah jeruk (0.716
kg/cm2). Faktor yang menyebabkan penggunaan lahan berpengaruh terhadap
kekuatan geser tanah ialah faktor pengolahan tanah yang dilakukan pada keempat
penggunaan lahan berbeda-beda sehingga mempengaruhi karakteristik fisik tanah.
Kekuatan geser tanah dipengaruhi oleh beberapa sifat fisik tanah diantaranya
kandungan bahan organik tanah, bobot isi tanah, stabilitas agregat tanah, dan
indeks platisitas tanah. Kekuatan geser tanah lahan budidaya buah naga cenderung
lebih tinggi dibandingkan ketiga penggunaan lahan budidaya lainnya dikarenakan
tingginya bahan organik, agregat yang stabil, dan kandungan klei yang
menunjukkan tanah semakin kohesif dan plastis. Sedangkan tingginya kekuatan
geser tanah lahan budidaya buah jeruk pada dikarenakan terjadinya pemadatan
tanah akibat pengolahan tanah yang intensif. Hal tersebut sesuai dengan
pernyataan Holmes J.W dan Marshall T.J (1988), bahwa kekuatan geser tanah
cenderung meningkat dengan meningkatnya bobot isi tanah.
Kekuatan geser tanah cenderung lebih tinggi pada kedalaman 0-20 cm
dibandingkan kedalaman 20-40 cm. Hal tersebut dikarenakan pada kedalaman 020 cm merupakan kedalaman pengolahan tanah yang dilakukan pada setiap lahan
budidaya.

15

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1.

2.

3.

Pengolahan tanah yang dilakukan pada setiap penggunaan lahan budidaya
monokultur buah naga, buah jeruk, buah jambu, dan semak belukar
berpengaruh terhadap karakteristik fisik tanah dan kekuatan geser tanah.
Kekuatan geser tanah pada penggunaan lahan budidaya monokultur di
kedalaman 0-20 cm dari yang tertinggi hingga terendah secara berturut-turut
pada lahan buah naga, buah jambu, semak, dan lahan buah jeruk sedangkan
di kedalaman 20-40 cm dari yang tertinggi hingga terendah secara berturutturut pada lahan buah jeruk, semak, lahan buah naga dan lahan buah jambu.
Nilai kekuatan geser lahan budidaya buah naga lebih tinggi dibandingkan
ketiga penggunaan lahan lainnya, karena tingginya kandungan klei dan
plastisitas tanah.

Saran
Perlu dilakukan penelitian lanjutan terkait pengukuran kekuatan geser tanah
lahan budidaya monokultur dengan jenis tanah yang berbeda dan membandingkan
uji kekuatan geser tanah dilapangan dengan uji kekuatan geser tanah di
laboratorium.

DAFTAR PUSTAKA
Amalya M dan Sobir. 2013. 20 Tanaman Buah Koleksi Eksklusif. Depok: Penebar
swadaya.
Arsyad S. 2010. Konservasi Tanah dan Air. Bogor (ID): IPB Press.
Ashari, Sumeru. 1995. Hortikultura. Jakarta : UI Press
Baskoro, D.P. Tejo dan Henry D. Manurung. 2005. Pengaruh Metode Pengukuran
dan Waktu Pengayakan Basah Terhadap Nilai Indeks Stabilitas Agregat
Tanah. Jurnal of Soil and Environment Vol 7 No.2: 54-57
Cahyani, S S. 2003. Pengaruh Pemberian Bokashi terhadap Sifat Fisik dan
Mekanik Tanah serta Pertumbuhan Tanaman Pak Choi (Brassica chinensis
L.). Bogor (ID): Skripsi. Institut Pertanian Bogor.
Baver LD Gardner Wh, Gardner WR. 1972. Soil Physics. Canada: John Wiley &
Sons.
Buckman Harry O, Brady Nyle C. 1980. Ilmu Tanah. Bharat Karya Aksara.
Jakarta.
Damanik P. 2007. Perubahan Kepadatan Tanah dan Produksi Tanaman Kacang
Tanah Akibat Intensitas Lintasan Traktor dan Dosis Bokashi. Bogor (ID):
Skripsi. Institut Pertanian Bogor.
Endriani. 2010. Sifat Fisika dan Kadar Air Tanah Akibat Penerapan Olah Tanah
Konservasi. Jurnal Hidrolitan Vol 1:1 hal 26-34.
Hanafiah, K A. 2007. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Handayanto dan Hairiah, K. 2007. Biologi Tanah. Pustaka Adipura: Yogyakarta.
Hardiyatmo , H.C. 1992. Mekanika Tanah I. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

16

Harjanto, T. 2003. Hubungan Antara Tingkat Pemadatan Tanah dengan Kuat
Geser Tanah pada Tanah Latosol Darmaga Bogor [Skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Hillel D. 1997. Pengantar Fisika Tanah. Susanto R H, Purnomo R H, penerjemah.
Hillel D.1980. Fundamental of Soil Physic. Academic Press New York –London.
Kohnke, H. 1968. Soil Physics. New York (USA): McGraw-Hill Inc.
Kohnke, H. 1986. Soil Physics. Tata Mc Graw Hill Rubl Co.Ltd, New Delhi.
Marshall, T.J. dan J.W. Holmes. 1988. Soil Physic. Cambridge University Press.
Cambridge, England.
Rachim DA dan Suwardi. 1999. Morfologi dan Klasifikasi Tanah. Bogor (ID):
Departemen Ilmu Tanah dan Sumber Daya Lahan, Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor.
Rachim DA dan Arifin. 2011. Klasifikasi Tanah di Indonesia. Pustaka reka cipta:
Bandung.
Raja C P. 2009. Hantaran Hidrolik Jenuh dan Kaitannya dengan Beberapa Sifat
Fisika Tanah pada Tegalan dan Hutan Bambu. Bogor (ID): Skrpsi. Institut
Pertanian Bogor.
Sarief E.S. 1985. Konservasi Tanah dan Air. Bandung: C.V. Pustaka Buana.
Septianugraha R dan Suriadikusumah A. 2014. Pengaruh Penggunaan Lahan Dan
Kemiringan Lereng Terhadap C-Organik dan Permeabilitas Tanah di SUB
DAS Cisangkuy Kecamatan Pengalengan Kabupaten Bandung. Agrin
Vol.18, No.2.
Sitorus SRP, Haridjaja O, dan Brata KR. 1981. Penuntun Praktikum Fisika
Tanah. Bogor (ID): Departemen Ilmu-Ilmu Tanah, Faperta IPB.
Wesley, L. D. 1973. Mekanika Tanah. Jakarta: Badan Penerbit Pustaka Umum.

17

LAMPIRAN
Lampiran 1 Analisis ragam pengaruh penggunaan lahan dan kedalaman pada
taraf 0.05 terhadap kandungan klei
Sumber
Derajat
Jumlah
Kuadrat
F hitung
Pr>F
keragaman
bebas
kuadrat
tengah
Penggunaan lahan
3
189,93548
63,31183
1 0,4194
Kedalaman
1
52,02552
52,02559
0,82 0,3788
Interaksi
3
70,4692
23,48973
0,37 0,7757
Galat
16
1015,76151
63,48509
Total
23
1328,19173
Lampiran 2 Analisis ragam pengaruh penggunaan lahan dan kedalaman pada
taraf 0.05 terhadap bobot isi
Sumber
Derajat
Jumlah
Kuadrat
F hitung
Pr>F
keragaman
bebas
kuadrat
tengah
Penggunaan lahan
3
0,0229125
0,007638
1,47 0,2612
Kedalaman
1
0,0030375
0,003038
0,58 0,4562
Interaksi
3
0,0297125
0,009904
1,9 0,1701
Galat
16
0,08333333
0,005208
Total
23
0,13899583
Lampiran 3 Analisis ragam pengaruh penggunaan lahan dan kedalaman pada
taraf 0.05 terhadap porositas total
Sumber
Derajat
Jumlah
Kuadrat
F
Pr>F
keragaman
bebas
kuadrat
tengah
hitung
Penggunaan lahan
3
33,0645833
11,02153
1,5
0,252
Kedalaman
1
4,25041667
4,250417
0,58 0,4577
Interaksi
3
41,5893833
13,86313
1,89 0,1721
Galat
16
117,3944
7,33715
Total
23
196,298783
Lampiran 4 Analisis ragam pengaruh penggunaan lahan dan kedalaman pada
taraf 0.05 terhadap bahan organik
Sumber
Derajat
Jumlah
Kuadrat
F
Pr>F
keragaman
bebas
kuadrat
tengah
hitung
Penggunaan lahan
3
10,7683458
3,589449
6,31
0,005*
Kedalaman
1
7,65010417
7,650104
13,45 0,0021*
Interaksi
3
1,15814583
0,386049
0,68 0,5777*
Galat
16
9,1004
0,568775
Total
23
28,6769958
Keterangan : tanda * menunjukkan berbeda nyata (signifikan)

18

Lampiran 5 Analisis ragam pengaruh penggunaan lahan dan kedalaman pada
taraf 0.05 terhadap stabilitas agregat
Sumber
Derajat
Jumlah
Kuadrat
F hitung
Pr>F
keragaman
bebas
kuadrat
tengah
Penggunaan lahan
3
54778,2151
18259,41
2,69
0,0811
Kedalaman
1
97759,4762
97759,48
14,41 0,0016*
Interaksi
3
52787,8104
17595,94
2,59
0,0886
Galat
16
108564,227
6785,264
Total
23
313889,729
Keterangan : tanda * menunjukkan berbeda nyata (signifikan)
Lampiran 6 Analisis ragam pengaruh penggunaan lahan dan kedalaman pada
taraf 0.05 terhadap Ruang Pori Pemegang air (RPPA)
Sumber
Derajat
Jumlah
Kuadrat F hitung
Pr>F
keragaman
bebas
kuadrat
tengah
Penggunaan lahan
3
57,09303 19,03101
2,18
0,1298
Kedalaman
1
27,01306017 27,01306
3,10
0,0974
Interaksi
3
21,48557683 7,161859
0,82
0,5008
Galat
16
139,44966 8,715604
Total
23
245,0413305
Lampiran 7 Analisis ragam pengaruh penggunaan lahan dan kedalaman pada
taraf 0.05 terhadap Ruang Pori Drainase (RPD)
Sumber
Derajat
Jumlah
Kuadrat F hitung
Pr>F
keragaman
bebas
kuadrat
tengah
Penggunaan lahan
3
104,66776 34,88925
1,49
0,2544
Kedalaman
1
4,13257 4,13257
0,18
0,6797
Interaksi
3
57,3977841 19,13259
0,82
0,5024
Galat
16
373,9640413 23,37275
Total
23
540,162151
Lampiran 8 Analisis ragam pengaruh penggunaan lahan dan kedalaman pada
taraf 0.05 terhadap Ruang Pori Air Tersedia (RPAT)
Sumber
Derajat
Jumlah
Kuadrat F hitung
Pr>F
keragaman
bebas
kuadrat
tengah
Penggunaan lahan
3
28,43780
9,47929
0,73
0,549
Kedalaman
1
27,79097
27,79092
2,14
0,163
Interaksi
3
33,7391
11,24636
0,86
0,479
Galat
16
208,13396
13,00837
Total
23
298,10189

19

Lampiran 9 Analisis raga