RETRIBUSI PELAYANAN TERATERA ULANG RETRIBUSI PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI

Dengan nama Retribusi Penyediaan danatau Penyedotan Kakus dipungut Retribusi atas pelaksanaan penyedotan kakus. Pasal 38 1 Obyek Retribusi penyediaan danatau penyedotan kakus adalah pelayanan penyediaan danatau penyedotan kakus yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah. 2 Pelayanan penyedotan kakus sebagaimana dimaksud ayat 1 adalah : a. Penyedotan kakus dari sumber ke TPA Tinja; b. Penyediaan lokasi pembuangan pengolahan lumpur Tinja di TPA Tinja. 3 Dikecualikan dari objek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 adalah pelayanan penyediaan danatau penyedotan kakus yang disediakan, dimiliki danatau dikelola oleh BUMN, BUMD, dan pihak swasta. Pasal 39 1 Subjek Retribusi adalah orang pribadi atau Badan yang memperoleh pelayanan penyedotan kakus. 2 Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau Badan yang menurut ketentuan peraturan perundang­undangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran Retribusi, termasuk pemungut atau pemotong Retribusi Jasa Umum. Bagian Kedua Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa Pasal 40 Tingkat Penggunaan Jasa retribusi diukur berdasarkan satu kali penyedotan per satu tangki armada. Bagian Ketiga Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi Pasal 41 1 Struktur Tarif digolongkan berdasarkan Volume tinja yang disedot dan banyaknya tinja yang dibuang di TPA Tinja. 2 Besarnya Tarif terhadap pelayanan penyedotan kakus dan pembuangannya sebagaimana tercantum dalam Lampiran VI, yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

BAB IX RETRIBUSI PELAYANAN TERATERA ULANG

13 Bagian Kesatu Nama, Objek, Subjek dan Wajib Retribusi Pasal 42 Dengan nama retribusi Pelayanan TeraTera Ulang, dipungut retribusi atas pelayanan teratera ulang. Pasal 43 Objek Retribusi Pelayanan TeraTera Ulang adalah: 1 Pelayanan pengujian alat­alat ukur, takar, timbang, dan perlengkapannya; dan 2 Pengujian barang dalam keadaan terbungkus yang diwajibkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang­undangan. Pasal 44 1 Subjek Retribusi adalah orang pribadi atau Badan yang memperoleh pelayanan tera tera ulang. 2 Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau Badan yang menurut ketentuan peraturan perundang­undangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran Retribusi, termasuk pemungut atau pemotong Retribusi Pelayanan TeraTera Ulang. Bagian Kedua Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa Pasal 45 Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan jasa pembinaan terhadap pemilik dan pemakai alat. Bagian Ketiga Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi Pasal 46 Struktur dan besarnya tarif retribusi sebagaimana tercantum dalam Lampiran VII, yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

BAB X RETRIBUSI PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI

Bagian Kesatu 14 Nama, Objek, Subjek dan Wajib Retribusi Pasal 47 Dengan nama Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi dipungut retribusi atas pelayanan pemanfaatan ruang untuk menara telekomunikasi. Pasal 48 Objek Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi adalah pemanfaatan ruang untuk menara telekomunikasi dengan memperhatikan aspek tata ruang, keamanan, dan kepentingan umum. Pasal 49 1 Subjek retribusi adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh pelayanan pemanfaatan ruang untuk Menara Telekomunikasi. 2 Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau Badan yang menurut ketentuan peraturan perundang­undangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran Retribusi, termasuk pemungut atau pemotong Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi. Bagian Kedua Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa Pasal 50 Cara mengukur tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan jasa Pemanfaatan ruang untuk Menara Telekomunikasi. Bagian Ketiga Struktur dan BesarnyaTarif Retribusi Pasal 51 1 Tarif Retribusi Pengendalian menara Telekomunikasi ditetapkan sebesar 2 dua persen dari Nilai jual Objek Pajak Bumi dan Bangunan Menara Telekomunikasi. 2 Tarif Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dihitung dari nilai jual objek pajak yang digunakan sebagai dasar perhitungan Pajak Bumi dan Bangunan Menara Telekomunikasi dikaitkan dengan frekwensi pengawasan dan pengendalian menara telekomunikasi tersebut

BAB XI PRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN STRUKTUR