Kemiskinan dan pembangunan ekonomi wilayah analisis sistem neraca sosial ekonomi

KEMISKINAN DAN
PEMBANGUNAN EKONOMI WILAYAH
Analisis Sistem Neraca Sosial Ekonomi

Oleh
Slamet Sutomo

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1995

RINGKASAN DISERTASI
Slamet St1tomo. Kemiskincrn dun Pembangunan Ekonomi Wilayah: Analisis Sistem
Neraca Sosiul Ekonami. Komisi Pembimbing: Affendi Anwar sebagai ketua; Lutfi
Ibrahim Nasoetion, Kooswardhona Mudikdjo, dan Agus Pakpahan sebagai
anggota-anggota.
Disertasi ini bertujuan untuk menganalisa masalah. kemiskinan rumahtangga
dan pembangunan ekonomi yang tejadi di dua wilayah (propinsi}, yaitu di pmpinsi
Nusa Tenggara Timur (NTT) dan di pmpinsi Riau.

Untuk dapat melakukan hal


tersebut, disertasi ini menggunakan kerangka Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE)
sebagai kerangka kerja dan kerangka analitis. OIeh karena itu, salah satu tujuan lain
disertasi ini adalah rnembentuk kerangka SNSE regional kedua propinsi. Dengan
menggunakan kerangka SNSE regional, masalah kemiskinan rumahtangga di kedua
propinsi, seperti siapa atau golongan rumahtangga mana yang termasuk sebagai
rumahtangga miskin, banyaknya penduduk miskin, keragaan atau kinerja
perekonomian masing-masing wilayah, dampak yang terjadi terhadap kemiskinan atau
distribusi pendapatan rumahtangga sebagai akibat adanya suatu kebijakan tertentu,
dapat dianalisa. Disamping itu, disertasi ini juga berupaya untuk mengetahui
mengenai faktor-faktor penyebab kemiskinan rumahtangga, proses pemiskinan
rumahtangga, dan hubungannya dengan pembangunan ekonomi di kedua propinsi.
Hasil yang diperoleh dengan menggunalcan kerangka SNSE menunjukkan
bahwa rata-rata pendapatan per kapita rumahtangga di proplnsi NTT pada tahun 1990
diperkirakan sebesar Rp 274,87 ribu per tahun, dengan rincian menurut masingmasing golongan nlmahtangga sebagai berikut: (a) rumahtangga bukan buruh di
sektor pertanian Rp 130,27 ribu; (b) rumahtangga bunth di sektor pertanian Rp
293,9 1 ribu; (c) rumahtangga bukan buruh di sektor bukan pertanian Rp 428,74 ribu;
(d) rumahtangga buruh di sektor bukan pertanian Rp 1007,34 ribu.
Sedangkan rata-rata pendapatan per kapita rumah tangga di propinsi Riau pada
tahun 1990 diperkirakan sebesar Rp 510,?1 ribu per tahun, dengan rincian menurut

masing-masing golongan n~mahtanggasebagai berikut: (a) rumahtangga bukan buruh
di sektor penanian Rp 243,61 ribu; (b) rumahtangga buruh di sektor pertanian Rp

359,93 ribu; (c) rumahtangga bukan buruh di sektor bukan pertanian Rp 407,06 ribu;
(d) rurnahtangga bwuh di sektor bukan pertanian Rp 1057,16 ribu.
Dari hasil tersebut terlihat bahwa golongan rumahtangga bukan buruh di
sektor pertanian merupakan golongan rumahtangga termiskin dalam ukuran relatif,
baik di propinsi NTT maupun di prwnsi Riau.
Hasil penting lain yang dapat diperoleh adalah b&wa distribusi pendapatan

di kedua propinsi berada dalam k e a h n yang sangat tidak merata (highly unequal
income distribution). Hal ini ditunjukkan aleh nilai indek Gini di propinsi N?T &n
di propinsi Riau pada tahun 1990 yang masing-masing diperkirakan sebesar 0,5266
dan 0,5275.
Berdasarkan ukuran kemiskinan absolut, yaitu tingkat pendapatan per kapita
per tahun Rp 324,6 ribu untuk propinsi NTT dan Rp 419,O ribu untuk propinsi Riau,
yang termasuk sebagai golongan rumahtangga miskin di propinsi NTT adalah: (a)
rumahtangga bukan buruh di sektor pertanian; dan (b) rumahtangga buruh di sektor
pertanian; sedangkan di propinsi Riau adalah: (a) rumahtangga bukan buruh di sektor
pertanian; (b) ntmahtangga buruh di sektor pertanian; dan (c) rumahtangga bukan

buruh di sektor bukan pertanian.
Jumlah penduduk miskin di propinsi NTT dan di propinsi Riau pada tahun
1990 relatif masih banyak, yaitu masing-masing sekitar 944,9 ribu jiwa dm 644,4
ribu jiwa atau sekitar 28,9 persen dan 19,6 persen dari jumlah seluruh penduduk.
Dari hasil-hasil tersebut terlihat bahwa:
a. Penggunaan ukuran relatif dan ukuran absolut dalam penelitian kemiskinan dapat
memberikan informasi mengenai rumahtangga miskin yang berbeda. Namun,
dari kedua hasil tersebut dapat diperlihatkan mengenai kelompok sasaran (target
groups) yang perlu diperhatikan dalam upaya pengentasan kemiskinan;
b. Ukuran absolut untuk menentukan batas (garis) kemiskinan, yaitu berupa

.

pendapatan per kapita per tahun, ternyata berbeda antara satu wilayah dengan
yang lainnya. Seperti yang dihasilkan oleh penelitian ini, garis kemiskinan di

propinsi NTT ternyata berbeda dari propinsi Riau. Perbedaan ini disebabkan
karena perbedaan tingkat biaya hidup di masing-masing propinsi;

c. Permasalahan kerniskinan ternyata bukan merupakan permasalahan propinsi

miskin saja, tetapi juga merupakan permasahhan propinsi kaya;
d. Jumiah penduduk miskin lebih banyak berada di propinsi miskin (seperti di
propinsi NTT) dari pada di propi~sikaya (seperti di propinsi Riau). Hal ini
disebabkan karena penduduk atau masyarakat di propinsi miskin tersebut tidak
atau kurang dapat berkembang sebagai akibat dari, misalnya, kurangnya fasilitas
(sarana atau prasarana) wilayah yang dapat menunjang kegiatan masyarakat
sehingga pendapatan masyarakat menjadi tetap rendah, yang menyebabkan
kemiskinan. Keadaan yang sebaliknya tejadi bagi propinsi yang kaya.
Kerniskinan rumahtangga terutama disebabkan oleh rendahnya kualitas
sumberdaya manusia dan sedikitnya kuantitas sumberdaya modal yang dimiliki oleh
rumahtangga. Dengan perkataan lain, kemiskinan rumahtangga disebabkan oleh faktor
kepemilikan (entitlement) yang terbatas. Karena faktor tersebut, mmahtangga tidak
dapat mefakukan pengembangan diri, seperti melakukan pengembangan usaha
rumahtangga dan peningkatan kualitas sumberdaya manusia, sehingga pendapatan
yang mereka peroleh dari hasil usaha rumahtangga atau menjual jasa tenagakerja juga
menjadi rendah. Pada gilirannya, proses ini berulang kembdi dalam bentuk efek
sirkular, sehingga dapat disebutkan bahwa kemiskinan rumahtmgga merupakan
penyebab kemiskinan rumahtangga (vicious circle ofpoverty).
Rendahnya tingkat upah yang diterima oleh rumahtangga disebabkan, paling
tidak, oleh 2 (dua) alasan: pertama adalah karena masih rendahnya tingkat pendidikan

atau keterarnpilan tenagakej a disamping masih banyaknya tenagakerja keluarga yang
mengakibatkan rendahnya marginal product of labor (MPL) dan kemudian
menyebabkan rendahnya tingkat upah pada pasar tenagakerja; dan kedua, sebagai
-

akibat adanya hubungan patron-kl ien atau principal-agent relationship &lam
masyarakat yang lebih banyak mengekploitasi produk maupun jasa tenagakerja yang

dihasilkan oleh rumahtangga miskin dalam bentuk harga dan tingkat upah yang
rendah.
Faktor-faktor tersebut merupakan penyebab yang sama baik bagi propinsi ITIT
maupun bagi propinsi Riau. Oleh karena itu, solusi pemecahan untuk melakukan
pengentasan kemi skinan rumahtangga, bai k bagi propinsi NTT maupun bagi propinsi
Riau, adalah dengan upaya meningkatkan sumberdaya manusia dan sumberdaya
modal bagi rumahtangga miskin, sehingga pendapatan mereka dapat meningkat dan
dapat melepaskan diri dari hubungan patron-klien atau principal-agent relationship
tersebut.
Kemi skinan rumahtangga dapat juga di sebabkan karena pen yebab-penyebab
yang lain yang merupakan ha1 yang spesifik bagi suatu wilayah. Di propinsi NTT,
kemiskinan rumahtangga mempunyai hubungan dengan miskinnya wilayah

bersangkutan. Karena wilayah ini miskin, maka sarana dan prasarana yang terdapat
di propinsi NTT menjadi terbatas yang menyebabkan rumahtangga yang berada di
dalam wilayah ini menjadi terbatas dalam melakukan kegiatan-kegiatan ekonomi.
Dengan kondisi ini, produksi atau pendapatan yang diperdeh juga menjadi terbatas
yang pada gilirannya kemudian menyebabkan rumahtangga menjadi miskin. Solusi
yang diusulkan untuk dapat mengentaskan kemiskinan rumahtangga di propinsi ini
adalah dengan meningkatkan teknologi , sehingga produ ktivitas diharapkan akan
meningkat yang kemudian akan berdampak kepada peningkatan pendapatan
rumahtangga.
Sedangkan di propinsi Riau, penyebab kemiskinan rumahtangga ditinjau dari
sisi wiiayah lebih disebabkan karena adanya kebocoran regional. Sebagian besar
hasil-hasil sumberdaya alam (seperti mi n yak) ternyata bocor ke luar wilayah propinsi
Riau.

Kebocoran ini mencermin kan adanya kegagalan kebijakan atau kegagalan

kelembagaan. Karena kebocoran ini, maka pendapatan rumahtangga menjadi rendah.
Oleh karena itu, suatu reformasi kebijakan untuk dapat menangkap pendapatan yang
&or tersebut bagi kepentingan wilayah perlu dilakukan.


Disamping i t u , disertasi ini juga mewmukan bahwa dampak pembangunan
ekonomi yang mengacu kepada strategi pertumbuhan ekonomi ternyata lebih banyak
ditangkap atau dinikmati oleh rumahtangga tidak miskin; relatif sedikit okh
rumahtangga miskin. Hal ini disebabkan karena strategi pertumbuhan ekonomi lebih
menitikberatkan kepada masalah kepemilikan (seperti kepemilikan modal) diantara
aktor-aktor ekonomi yang ada. Rurnahtangga miskin merupakan suatu golongan
rumahtangga dengan kepemilikan modal yang terbatas sehingga kurang dapat
menangkap hasil-hasil pembangunan ekonorni.

Akibat yang lain adalah bahwa

rumahtangga miskin menjadi kalah bersaing dengan para pengusaha yang memifiki
banyak modat.

Keadaan ini menyebabkan, paling tidak,

(dua) hal; pertama,

sebagian besar ekonomi rakyat rnenjadi tergusur; kedua, sebagian besar hak-hak
rumahtangga menjadi hilang.


Contoh kasus-kasus tersebut, misalnya, adalah

hilangnya hak-hak ulayat, berkurangnya zona penangkapan ikan bagi penduduk
miskin, tergusurnya lahan-lahan pertanian yang subur yang merupakan akibat dari
adanya pembangunan perumahan, dsb. Okh karena itu, dalam upaya melakukan
pengentasan kemiskinan, dibu tuhkan j uga peninjauan kembali terhadap strategi
pertumbuhan ekonomi dan juga terhadap aturan-aturan mengenai hak-hak (propew

right) yang mengacu kepada kepentingan masyarakat banyak, terutama penduduk
miskin yang dicermin kan oleh pengembangan ekonomi rakyat.
Hasil-hasil lain yang dihasilkan oleh disertasi ini adalah:

a. Sektor pertanian kurang dapat mendukung penduduk dalam memperoleh
penghasilan yang relati f cukup, sehingga ban yak penduduk yang berpindah
lapangan pekerjaan ke sektor bukan pertanian untuk dapat memperoleh
pendapatan;
b. Harga komodi tas pertanian tern yata terlalu rendah sehingga menyebabkan

pendapatan para petani atau mereka yang menggantungkan hidup kepada sektor

pertanian menjadi rendah;
c. Sektor perdagangan di propinsi Riau serta sektor peternakan dan sektor tanaman

viii

perkebunan di propinsi NTT merupakan sektor-sektor ekonomi yang dianjurkan
un tuk dikembangkan di masing-masing propinsi karena sektor-sektor tersebut
memberikan kontribusi yang relatif besar terhadap perekonomian kedua propinsi;
d. Propinsi NTT belum mampu untuk ikut tinggal landas bersama dengan propinsipropinsi lainn ya, seperti propinsi Riau, sehingga propinsi ini akan tertinggat oleh
propinsi-propinsi lain daiam em pembangunan ekonomi Indonesia yang akan
datang.
Akhirnya dapat dinyatakan bahwa masalah kemiskinm merupakan m a d a h
yang bersifat global, yang tidak saja terjadi di suatu wilayah yang miskin, tetapi dapat
juga tejadi di wilayah yang kaya. Suatu wilayah yang kaya tidak menjamin untuk
tidak terdapat penduduk miskin; dan sebaliknya. Salah satu hasil yang diperoleh dari
penelitian ini membuktikan bahwa kemiskinan tidak saja terjadi di propinsi Nil" yang
tergolong sehagai propinsi miskin, tetapi juga terjadi di propinsi Riau yang tergolong
propinsi kaya. Namun, suatu wilayah yang kaya mempunyai kemungkinan yang lebih
besar untuk membuat penduduk atau rumahtangga yang bermukim di areal wilayah
tersebut untuk tidak menjadi miskin karena wilayah yang kaya mempunyai

kemampuan un tuk membang ki tkan pendapatan bagi masyarakat setempat.

Dari hasil-hasil ini dapat dipahami bahwa permasalahan kemiskinan
merupakan suatu permasalahan yang kompkk, karena kemiskinan dapat disebabkan
karena berbagai faktor, seperti miski nn ya sumberdaya wilayah , kegagalan
kelembagaan, atau oleh faktor-faktor yang lain, seperti faktor-faktor sosial dan
ekonomi dimana faktor-faktor tersebut dapat saling berinteraksi sehingga
menyebabkan kemiskinan. Karena kompleksitasnya permasalahan kemiskinan, maka
solusi atau pemecahan permasalahan kemiskinan di suatu wilayah perlu merujuk
kepada penyebab-penyebab kemiskinan yang spesifik bagi wilayah bersangkutan. Dan
dalam upaya pengentasan kemiskinan, solusi yang perlu dilakukan untuk suatu
wilayah bukan

merupakan suatu solusi yang unik

(satu-satunya) karena

kompleksitasnya permasalahan kemiskinan yang tejadi di suatu wilayah; dan yang

ix


menjadi penting adalah suatu solusi yang mengacu kepada kondisi dan kepentingan
masing-masing wilayah dan berpihak kepada penduduk atau rumahtangga miskin atau
ekonomi rakyat .

Judul Disertasi

: Kerniskinan dan Pembangunan Ekonomi Wilayah:

Analisis Sistem Neraca Sosial Ekonomi
Nama Mahasiswa

: Slamet Sutomo

Nomor Pokok

: 89531

Program Studi

: I1mu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan

Menyetujui
1. Komisi Penasehat

Prof. Dr. Ir. H. Affendi Anwar
Ketua
t

Prof. Dr. Ir. Lutfi I. Nasoetion
Anggota

/ Dr.

2. Ketua Program St

Tanggal Lulus: 28 Pebruari 1995

-4
-.

Dr. Ir. Kooswardhono Mudikdjo
Anggota

Agus Pakpahan

UCAPAN TERIMAKASIH
Kebchasilsn seseorsng tidak terlepas dari brntusn pihak lain.
secars hngsung maupun tidak Isngsung.

Anugerah yang sangat besar datang dari AHah SWT, Tuhan yang penulis
yakini ada, yang tefah berkenan melimpahkan ilmu kepada penulis sehingga dapat
me~yelesaikan penulisan disertasi ini. Un tuk itu, penulis mengucapkan puji
kepadaNya, semoga Allah SWT selalu berkenan melimpahkan rahmat dan
hidayahNya kepada penulis dalam mengamalkan ilmu yang telah diperdeh kepda
masyarakat .
Dalam kesempatan ini, penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada
Prof. Dr. Ir. H. Affendi Anwar, ketua komisi pembimbing, yang telah memberikan
inspirasi, pengarahan, dan bimbingan kepada penulis dalam penulisan disertasi
sehingga disertasi ini dapat diselesaikan. Demikian juga, ungkapan terima kasih
penulis sampaikan kepada Prof. Dr. Ir. Lutfi I. Nasoetion, Dr. Ir. Kmswardhono
Mudikdjo, dan Dr. Ir. Agus Pakpahan, sebagai anggota-anggota komisi pembimbing
yang telah memberikan masilkan dan koreksi terhadap disertasi penulis sehingga dapat
tampil sebagaimana terlihat sekarang.
Dan juga, ucapan terima kasih penulis sampaikan:

1. Kepada pimpinan Wro Pusat Statistik (BPS), Bapak Sugito, MA, Kepala BPS;
Bapak Dr. Hananto Sigit, mantan Deputi Kepala BPS Bidang Statistik Distribusi
dan Neraca Nasional; Bapak Kusmadi Saleh, MA, Deputi Kepala BPS Bidang
Statistik Distribusi dan Neraca Nasional; clan Ibu Tjahjani Sudirman, mantan
Kepala Biro Neraca Nasional; yang telah mendorong penulis untuk melanjutkan
studi program doktor;

2. Kepada almarhum ayahnda Mardi yang telah memberikan mtivasi penulis untuk
selalu mengutamakan pendidi kan;

3. Kepada kakanda Sugiarto, M A yang telah memperkenalkan penulis kepada dunia
akademis;
4. Kepada isteri penulis, Tuti, dan semua saudara-saudara penulis yang selaku

xi
mendorong dan memberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan
penulisan disertasi ini;

5. Dan kepada teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan tugas penulisan disertasi ini.
Bogor, 28 Bebruari 1995

RI WAYAT HlIIl.JP PENULIS

Penulis dilahirkan di Binjai, Sumatera Utara pada tanggal 22 Maret 1952,
anak dari ayah Mardi (almarhum) dan ibu Suteri. Pendidikan awal diperoleh di
Sekolah Rakyat (SR) Negeri 6 tahun, kemudian dilanjutkan ke Sekolah Menengah
Umum tingkat Pertama (SMP) Negeri 3 tahun, dan Sekolah Menengah Umum tingkat
Atas (SMA) Negeri 3 tahun jurusan ilmu pasti dan alam, semua ditempuh di Binjai
(Sumatera Utara).
Merantau ke Jakarta karena diterima sebagai mahasiswa ikatan dinas pada
tahun 1971 di Akademi I\mu Statistik (AIS) Jakarta, suatu akademi pemerintah di
bawah pengelolaan Biro Pusat Statistik (BPS). Lulus dari AIS pada tahun 1974
dengan memperoleh gelar Bachelor of Statistics (BSt) dan kemudian bekeja sebagai

staf di Bagian Perencanaan Sensus, Biro Sensus, BPS.
Pada tahun 1978, BPS menugaskan penulis sebagai mahasiswa tugas belajar
di jurusan Statistika Terapan, Fakultas Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor (IPB).
Lulus pada taht~n1980 dengan memperoleh gelar Magister Sains (MS) dalam bidang
Statistika Terapan dan kemudian dipekerjakan kembali di Biro Neraca Nasional, BPS
sebagai kepala subbagian Neraca Distribusi Pendapatan. Dalam kesempatan itu,
penulis banyak mempel.ajari masalah-masalah yang menyangkut dengan pendapatan
nasional yang merupakan bidang pekerjaan dari Biro Neraca Nasional; dan juga
masaiah-masalah yang menyangkut dengan neraca distribusi pendapatan yang
merupakan bidang pekerjaan dari subbagian neraca distribusi pendapatan. Ddam
kesempatan itu, penulis millai berkenalan dengan dan mendalami kerangka Sistem
Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) yang pada saat itu merupakan suatu proyek kerjasama
antara BPS, Institute of Social Studies, Belanda, dan Cornell University, USA.
Dengan menggunakan waktu setelah bekerja di BPS, penulis dapat
menyelesaikan kuliah yang lama tertunda, di Program Ekstension, Fakultas Ekonomi,
Universitas Indonesia, pada tahm 1986 dengan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
(SE) dalam bidang Manajemen.

xiii
Pada tahun 1989, penulis kembali ditugaskan oleh BPS untuk menjadi
karyasiswa program doktor (S3) di jurusan Perencanaan Pembangunan Wilayah dan
Pedesaan, Progaln Pascasarjana, IBB. Pa& saat sebagai mahasiswa di jurusan ini,
penulis dipercaya sebagai asisten dosen pada program magister (S2) untuk mata
kuliah Kortsep Ekonomimikro; dan sebagai research assistant di jurusan yang sama.
Kegiatan lain yang dilakukan oleh penulis selama menpdi mahasiswa program doktor
adalah sebagai pembimbing karya tulis mahasiswa program sarjana (Sl) di jurusan
Statistik dan di jurusan Teknologi Pertanian, IPB.
Disamping bekerja di BPS, penulis aktif mengajar di AIS dm juga beberapa
perguruan tinggi swasta di Jakarta. Penulis juga aktif sebagai pembimbing karya tulis
mahasiswa di AIS; melakukan penetitian; dan juga menulis untuk beberapa jurnal dm
media masa. Sekarang pen uli s menjabat sebagai Kepala Bagian Neraca Sosial
Ekonomi, Biro Neraca Konsumsi clan Akumulasi di Biro Pusat Statistik, Jakarta.
Penulis telah menikah dengan Tuti dan memperoleh seorang putri, Fitria Desi
Wardani.

Halaman
RINGKASAN DISERTASI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
UCAPAN TERIMA KASIH . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
WAYATHIDUPPENULIS . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
DAFTARISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
DAFTARTABEL . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
DAFTARGAMBAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
DAFI'ARISTILAH . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

...

111

x

xii
xiv
xvi
xix
xx

I . PENDAHULUAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1.LatarBelakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
2. Perum usan Perrnasalahan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
3. Pendekatan Metode Analisis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
4 . Ruang Lingkup dan Metodologi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
4.1 Ruang Lingkup Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
4.2 Tahun 1990 Sebagai Tahun Referensi . . . . . . . . . . . . . . .
4.3 Metode Analisis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
5.Tujuan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
6. TahapTahap Pembahasan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

1
1
3
5

I1. KERANGKA PEMIKIRAN DAN METODE ANALISIS . . . . . . .
1. Kerangka Pemikiran Mengenai Kemiskinan dan
Pernbangunan Ekonomi Wilayah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1.1 Kerniskinan Rumahtangga . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1.2 Kemiskinan dan Pembangunan Ekonomi Wilayah . . . . . . . .
2 . Penelitian Mengenai Kerniskinan yang Pernah
Dilakukan dan Ukuran-Ukuran Kerniskinan . . . . . . . . . . . . .
3 SNSE Sebagai Kerangka Kerja Analitis . . . . . . . . . . . . . . . . .
3.1 Dasar Pemikiran Pembentukan Kerangka SNSE . . . . . . . . .
3.2 Bentuk Dasar Kerangka SNSE . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
3.3 Kemiskinan dan Pembangunan Ekonomi
DalamSNSE . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
4 . Analisis dengan Menggunakan Kerangka SNSE . . . . . . . . . . . .

10

.

I11. SNSE REGIONAL DAN HASIL-HASILNYA . . . . . . . . . . . . . .
1. Kerangka SNSE Regional . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
2 . Distribusi Pendapatan dan Kerniskinan Rumahtangga . . . . . . . . .
2.1 Distribusi Pendapatan Rumahtangga . . . . . . . . . . . . . . . .

7
7
7
7
8
8

10
10
12
14
17
18
19
25
27

29
29
30
30

2.2 Kemiskinan Rumahtangga dan Jumlah Penduduk Miskin . . . . .
2.3 Sumber-Sumber Pendapatan dan
Pola Pengeluaran Rumahtangga . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
3. Distribusi Pendapatan Faktorial . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
3.1 Distribusi Pendapatan Tenagakerja . . . . . . . . . . . . . . . . . .
3.2 Kontribusi Faktor-Faktor Produksi . . . . . . . . . . . . . . . . . .
4 . Pentbangunan Ekonami Wilayah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
4.1 Kemiskinan dan Pembangunan Ekonomi . . . . . . . . . . . . . . .
4.2 Kemiskinan dan Sektor Pertanian . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
4.3 Pertumbuhan Ekonomi dm Distribusi Pendapatan . . . . . . . . .
IV . PROSES PEMISKINAN RUMAHTANGGA
DAN 1M.PLIKASI KEBIJAKAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1. Siapa yang Miskin? . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
2 . Mengapa Miskin? . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
3. Kerniskinan. Sumberdaya. dan
Pernhangunan Ekonomi Wilayah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
4 . Kerniskinan Rumahtangga dan Sektor Pertanian . . . . . . . . . . .
5. Kerniskinan dan Kondisi Sosial-Ekonomi Lainnya . . . . . . . . . .
6. lmplikasi Kebijakan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
6.1 Upaya Pengentasan Kemiskinan dan Pemerataan Pendapatan
Rumahtangga . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
6.2 Perlu Meningkatkan Teknologi di Propinsi NTT . . . . . . . . .
6.3 Perlu Melakukan Reformasi Kebijakan di Propinsi Riau . . . .
6.4 Pengentasan Kemiskinan dan Hubungannya
Dengan Pembangunan Ekonomi Wilayah . . . . . . . . . . . . .
6.5 Upaya Pengentasan Kemiskinan pada Sektor Pertanian . . . . .
6.6 Hal-Hal Lain yang Perlu Diperhatikan dalam Upaya
Pengentasan Kemiskinan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

V . KESIMPULAN

49

53
60
61
65
67
67
73
78
1W
109
111
118
121
122
122
122
125
126
127
128

131

..................................

136

................................

141

.............................

146

DAFTARPUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTARTABEL
Tabel

Teks

Halaman

Kerangka Dasar SNSE . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Arti Hubungan Antar Neraca Dalam Kerangka SNSE . . . . . . . . . . .
Distribusi Pendapatan Rumahtangga di Propinsi NTT, 1990 . . . . . . .
Distribusi Pendapatan Rumahtangga di Propinsi Riau, 1990 . . . . . . .
Indek Gini Propinsi NTT, 1990
(Dihitung Berdasarkan Kerangka SNSE Propinsi NTT) . . . . . . . . . .
3.4 Indek Gini Propinsi Riau, 1990
(Dihitung Berdasarkan Kerangka SNSE Propinsi Riau) . . . . . . . . . .
3.5 Pendapatan Disposabel menurut Rumahtangga Dirinci Atas
Konsumsi dan Tabungan Propinsi NTT, 1990 . . . . . . . . . . . . . . . .
3.6 Pendapatan Disposabel menurut Rumahtangga Dirinci Atas
Konsumsi dan Tabungan Propinsi Riau, 1990 . . . . . . . . . . . . . . . .
3.7 Beberapa Karakteristik Rumahtangga Buruh Tani di Propinsi NTT,
Propinsi Riau, dan Indonesia, 1990 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
3.8 Sumber Pendapatan, dan Pola Pengeluaran Rumahtangga
di Propinsi NTT dan di Propinsi Riau, 1990 . . . . . . . . . . . . . . . . .
3.9 Pola Pendapatan Berbagai Golongan Rumahtangga
di Propinsi NTT, 1990 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
3.10 Pola Pengeluaran Berbagai Golongan Rumahtangga
di Propinsi NTT, 1990 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
3.1 I Pola Pendapatan Berbagai Golongan Rumahtangga
di Propinsi Riau, 1990 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
3.12 Pola Pengeluaran Berbagai Golongan Rumahtangga
di Propinsi Riau, 1990 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
3.13 Jumlah dan Upah Pekej a (Buruh)
Menurut Lapangan Usaha di Propinsi NTT
dan Propinsi Riau, 1990 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
3.14 Dugaan Parameter Fungsi Cobb-Douglas Menurut Sektor
Propinsi NTT dan Propinsi Riau, 1990 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
3.15 Neraca PDRB dan Penggunaannya Propinsi NTT
dan Propinsi Riau, 1990 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
3.16 Neraca Kapital Propinsi NTT dan Propinsi Riau, 1990 . . . . . . . . . .
3.17 Neraca Pendapatan dan Pengeluaran Insti tusi
Propinsi NTT dan Propinsi Riau, 1990 . . . . . . . . . . . . . . . . . : . .
3.18 Neraca Perdagangan Luar Negeri Propinsi NTT
dan Propinsi Riau, 1990 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
3.19 Kontribusi Sektor-Sektor Ekonomi Terhadap Output, Nilai Tambah,
Pendapatan Tenagakerja, Impor, dan Ekspor
di Propinsi NTT, 1990 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
2.1
2.2
3.1
3.2
3.3

21

22

31
32
36
36
41
42
50
54
57
57
58
58
62
66
67
69
72
72
74

xvii
3.20 Kontribusi Sektor-Sektor Ekonomi Terhadap Output. Nilai Tambah.
Pendapatan Tenagakerja. Impor. dan Ekspor
di Propinsi Riau. 1990 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
3.21 Pengganda Output Propinsi NTT. 1990 . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
3.22 Pengganda Pendapatan Tenagakerja Propinsi NTT. 1990 . . . . . . . . .
3.23 Pengganda Output Propinsi Riau. 1990 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
3.24 Pengganda Pendapatan Tenagakerja Propinsi Riau. 1990 . . . . . . . . .
3.25 Keterkaitan Ke Belakang Output Suatu Sektor Terhadap Output
Sektor-Sektor yang Lain Propinsi NIT. 1990 . . . . . . . . . . . . . . . .
3.26 Keterkaitan Ke Depan Output Suatu Sektor Terhadap Output
Sektor-Sektor yang Lain Propinsi KIT. 1990 . . . . . . . . . . . . . . . .
3.27 Keterkaitan Ke Belakang Suatu Sektm Terhadap Pendapatan
Tenagakerja Propinsi NTT. 1990 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
3.28 Keterkaitan Ke Depan Suatu Sektor Terhadap Pendapatan
Tenagakerja Propinsi NTT. 1990 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
3.29 Keterkaitan Ke Belakang Output Suatu Sektor Terhadap Output
Sektor-Sektor yang Lain Propinsi Riau. 1990 . . . . . . . . . . . . . . . .
3.30 Keterkaitan Ke Depan Output Suatu Sektor Terhadap Output
Sektor-Sektor yang Lain Propinsi Riau. 1990 . . . . . . . . . . . . . . . .
3.3 1 Keterkaitan Ke Belakang Suatu Sektor Terhadap Pendapatan
Tenagakerja Propinsi Riau. 1
M ........................
3.32 Keterkaitan Ke Depan Suatu Sektor Terhadap Pendapatan
Tenagakerja Propinsi Riau. 1990 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
3.33 Dampak Peningkatan Produksi 1 Unit Suatu Komoditas Tertentu
Terhadap Distribusi Pendapatan di Propinsi N I T . . . . . . . . . . . . . .
3.34 Dampak Peningkatan Produksi 1 Unit Suatu Komoditas Tertentu
Terhadap Distribusi Pendapatan di Prqinsi Riau . . . . . . . . . . . . . .
3.35 Dampak Peningkatan Produksi 1 Unit Suatu Komoditas Tertentu
Terhadap Pertumbuhan dan Kesenjangan Penciapatan
di Propinsi N?T dan Propinsi Riau . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
3.36 Dekomposisi Pengganda Neraca Ma Propinsi NTT' . . . . . . . . . . . .
3.37 Dekomposisi Pengganda Neraca Ma Propinsi Riau . . . . . . . . . . . .

76
81
82
84
85
87

88

89

90
91
92

93
94
97
98
100
105
106

Lampiran A Penyusunan Kerangka SNSE Regional . . . . . . . . . . . . . . 147
Lampiran B Metode RAS . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 174
Lampiran C Elastisi tas Tenagakerja. Elastisitas Kapital.
dan Technical Progress . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 18Q
Lampiran D Metode Analisis
Sistem Neraca Sosial Ekonomi . . . . . . . . . . . . . . . . . . 184
Lampiran Tabel 1 Persentase Penduduk Miskin Menurut Propinsi.
1990 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 190
Lampiran Tabel 2 PDRB per Kapita Atas Dasar Harga Berlaku Menurut
Propinsi. 1990 (tanpa minyak. dalam Rp) . . . . . . . . 191

xviii
Lampiran Tabel 3 Klasifikasi Kerangka SNSE Regional Propinsi NTI'
dan Propinsi Riau, 1990 . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Lampiran Tabel 4 Kerangka SNSE Regional Propinsi Nusa Tenggara Timur,
1990 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Lampiran Tabel 5 Kerangka SNSE Regional Propinsi Riau, 1990 . . . . .
Lampiran Tabel 6 Arti Kerangka SNSE Regional Propinsi NTFT
dan Propinsi Riau, 1990 . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Lampiran Tabel 7 Peranan Sektor-Sektor Ekonomi dalam Pembentukan
PDRB di Propimi NIT dan di Propinsi Riau,
1988-1990 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
h p i r a n Tabel 8 Jumlah Penduduk yang Bekej a Menurut Lapangan Usaha
di Propinsi NTT dan di Propinsi Riau
(dalam persentase) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Lampiran Tabel 9 Pembagian Pendapatan dan Indek Gini di Propinsi NTT
dan di Propinsi Riau, 1984-1990 . . . . . . . . . . . . . .
Lampiran Tabel 10 Jumlah Penduduk Miskin di Propinsi NIT dan
di Propinsi Riau, 1987 clan 1990 . . . . . . . . . . . . .
Lampiran Tabel 11 Jumlah Penduduk yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan
Utama di Propinsi NTT dan di Propinsi Riau, 1990
(dalam persen tase) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Lampiran Tabel 12 Kontribusi PDRB Terhadap PDB Indonesia,
1990 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Lampiran Tabel 13 Pertumbuhan Sektor-Sektor Ekonomi di Propinsi NTT
dan di Propinsi Riau, 1988-1990 . . . . . . . . . . . . .
Lampiran Tabel 14 Matrik Pengganda Harga Tetap
Kerangka SNSE Regional Propinsi NTT, 1990 . . . . .
Lampiran Tabel 15 Matrik Pengganda Harga Tetap
Kerangka SNSE Regional Propinsi Riau, 1990 . . . . .
Lampiran Tabel 16 Matrik Pengganda Transfer Propinsi N?T,
1990 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Lampiran Tabel 17 Matrik Pengganda Lompatan Terbuka
Propinsi N I T , 1990 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Lampiran Tabel 18 Matrik Pengganda Lompatan Tertutup
Propinsi NTT, 1990 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Lampiran Tabel 19 Matrik Pengganda Transfer Propinsi Riau,
1990 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Lampiran Tabel 20 Matrik Pengganda Lompatan Terbuka
Propinsi Riau, 1990 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Lampiran Tabel 21 Matrik Pengganda Lompatan Tertutup
Propinsi Riau, 1990 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Lampiran Tabel 22 Pertumbuhan Ekonomi Propinsi NTT dan Propinsi Riau,
1984-1990 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

1%
193
201
209
217
2 18
219
220
220
221
222
223
226
229
232
235
238
241
244
247

DAFTAR GAMBAR
Garnbar

Teks

Halaman

2.1 Diagram Sistem Modular SNSE . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
3.1 Distribusi Pendapatan Antar Golongan Rurnahtangga
Propinsi NTT, 1990 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
3.2 Distribusi Pendapatan Antar Golongan Rumahtangga
Propinsi Riau, 1990 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
3.3 Kurva Lorenz Propinsi NTT, 1990 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
3.4 Kurva Lorenz Propinsi Riau, 1990 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
3.5 Distribusi Konsumsi dan Tabungan Menurut Golongan Rumahtangga
Propinsi NTT, 1990 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
3.6 Distribusi Konsumsi dan Tabungan Menu rut Golongan Rumahtangga
Propinsi Riau, 1990 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
3.7 Kurva Kuznets . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
3.8 Hubungan Antara Ketidakmerataan Pendapatan dengan PNB
per Kapita di Negara-Negara Berkembang . . . . . . . . . . . . . . . . . .
3.9 Marginal Product qf Lclhnr (VMPL), Tingkat Upah, dan
Banyaknya Tenagakerja di Propinsi NTT dan Propinsi Riau, 1990 . . .

20

34

35
37
38
43
44
45
48
64

DAFI'AR ISTILAH
BPS
Departemen P dan K
GBHN
GRlMP
IKB
IKT
KS
PDB
PDRB

PNB
PSE
RT
Sakernas
SAM
SD
SLTP
SLTA
SNSE
SP
Susenas
Supas
Tabel 1-0
UUD 1945

= Biro Pusat Statistik
= Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
= Garis-garis Besar Haluan Negara
= Generation of Regional Input-Output Impact Program
= Indonesia Kawasan Barat

= Indonesia Kawasan Timur
= Kantor Statistik
= Produk Domestik Bruto
= Produk Domestik Regional Bruto
= Produk Nasional Bruto
= Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian
= Rumahtangga
= Survei Angkatan Kej a Nasional
= Social Accounting Matrix
= Sekolah Dasar
= Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
= Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
= Sistem Neraca Sosial Ekonomi
= Sensus Penduduk
= Survei Sasial Ekonomi Nasional
= Survei Penduduk Antara Sensus
= Tabel Input-Output
= Undang Undang Dasar 1945

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Strategi pembangunan yang menitikberatkan kepada pertumbuhan ekonomi
menganggap bahwa kesejahteraan masyarakat dapat ditingkatkan dengan cepat melalui
pemacuan satu atau beberapa sektor ekonomi kunci (dominan). Peningkatan output
sektor kunci tersebut akan ikut meningkatkan output sektor-sektor lainnya melalui
proses penggandaan (multiplier) dan keterkaitan (linkages) antar sektor. Peningkatan
output berbagai sektor perekonomian, kemudian, melalui suatu proses yang disebut
sebagai penetesan ke bawah (trickle down efect) akan menyebabkan peningkatan
pendapatan berbagai golongan masyarakat di

negara (wilayah) bersangkutan.

Peningkatan pendapatan ini sekaligus mencerminkan peningkatan kesejahteraan
masyarakat.
Namun, berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan oleh para ahli
(seperti Adelman dan Moms, 1973; Wie, 1983), pada satu sisi strategi pertumbuhan
ekonomi memang memberikan dampak peningkatan pendapatan per kapita, tetapi
pada sisi yang lain ternyata meninggalkan masalah yang lain, seperti, kemiskinan.
Dan juga, pertumbuhan ekonomi yang telah dicapai oleh suatu negara atau wilayah
menyembunyikan adanya sekelompok masyarakat yang menjadi bertambah buruk
(worse

OBdalam

ha1 kondisi sosial ekonomi secara relatif dibandingkan dengan

kelompok yang lain; dan bahwa terdapat perbedaan pendapatan yang semakin melebar
antar kelompok atau golongan masyarakat. Dan dengan demikian, prestasi
pembangunan suatu negara atau suatu wilayah belum cukup diukur oleh peningkatan
pendapatan per kapita saja tetapi perlu juga untuk mengetahui bagaimana pendapatan
nasional (regional) didistribusikan kepada berbagai golongan rnasyarakat:
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang telah berhasil
meningkatkan pendapatan nasionai melalui pembangunan ekonomi. Berdasarkan data
BPS (1978, 1991a dan 1992b), Indonesia telah berhasil meningkatkan pendapatan

nasional per kapita melalui pertumbuhan ekonomi, yaitu meningkat dari Rp 26 ribu
(atas dasar harga berlaku) pa& tahun 1971 menjadi Rp 545 ribu per tahun (atas dasar
harga berlaku) pada tahun 1990 dengan laju pertumbuhan ekonomi selama tahun
1970an mencapai rata-rata 7,s persen per tahun.

Bahkan pada tahun 1980an,

meskipun situasi perekonomian dunia dalam keadaan tidak menentu, Indonesia masih
mampu mencapai rata-rata pertumbuhan ekonomi 5,2 persen per tahun. Sedangkan
pada awal tahun 1990an pertumbuhan ekonomi Indonesia masih tercatat tinggi, yaitu
7,4 persen per tahun.
Walaupun pada satu sisi perekonomian Indonesia telah meningkat relatif baik,
tetapi masalah kemiskinan baik pada tingkat nasional maupun pada tingkat regional
(wilayah atau propinsi) masih dijumpai. BPS (1992b) memperkirakan bahwa pada
tahun 1990 masih terdapat sekitar 27,2 juta penduduk Indonesia yang tergolong
sebagai penduduk miskin; dan jumlah penduduk miskin tersebut secara relatif lebih
banyak berada di propinsi-propinsi Indonesia kawasan timur (IKT) dibandingkan di
propinsi-propinsi Indonesia kawasan barat (IKB) (lihat lampiran tabel 1). Dan
pendapatan per kapita propinsi-propinsi di IKT secara relatif lebih rendah dari pada
di IKB (lihat lampiran tabel 2).

Dari penjelasan di atas dapat ditunjukkan bahwa permasalahan yang perlu
memperoleh perhatian dalam pembangunan ekonomi Indonesia, antara lain, adalah
masalah kemiskinan, terutama di wilayah-wilayah (propinsi-propinsi) di IKT. Hal
ini perlu dilakukan karena hasil-hasil pembangunan ekonomi dimaksudkan tidak hanya
untuk mensejahterakan sebagian penduduk Indonesia saja atau untuk sebagian wilayah
(propinsi) saja tetapi dimaksudkan untuk seluruh rakyat Indonesia.
Tujuan dan makna pembangunan nasional sedemikian tersurat pada GarisGaris Besar Haluan Negara (GBHN)1993:

........ agar pembangunan nasional dilaksanakan merata di seluruh
tanah air dan tidak hanya untuk satu golongan atau sebagian dari
masyarakat, tetapi untuk seluruh masyarakat, serta harus benar-benar

dapat dirasakan oleh seluruh rakyat sebagai perbaikan tingkat hidup
yang berkeadilan sosid, yang menjadi tujuan dan cita-cita
kemerdekaan bangsa Indonesia (dikutip kembali dari Depertemen
Penerangan, 1994).
Atau juga sebagaimana tersurat pada Delapan Jalur Pemerataan (DJP), terutama pada
butir 3, seperti yang telah digariskan oleh pemerintah:
a. Pemerataan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat banyak, khususnya makanan,
pakaian, dan perumahan;
b. Pernerataan memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan;
c. Pemerataan pembagian pendapatan;
d. Pemerataan kesempatan memperoleh pekerjaan;
e. Pemerataan kesempatan berusaha;

f. Pemerataan berpartisipasi dalam pembangunan khususnya bagi generasi muda dan
wanita;
g. Pemerataan penyebaran pembangunan di seluruh wilayah tanah air;
h. Pemerataan kesempatan memperoleh keadilan.
Dan juga Salim (1980) menyatakan bahwa:
Pembangunan tidak hanya mengejar kemajuan lahiriah seperti pangan,
sandang, perumahan, kesehatan dsb, atau kepuasan batiniah seperti
yang
pendidikan, rasa aman, bebas mengeluarkan pendapat
bertanggung-jawab, rasa keadilan dsb, melainkan keselarasan,
keserasian, dan keseimbangan merata di seluruh tanah air, bahwa
bukan hanya untuk sesuatu golongan atau sebagian masyarakat, tetapi
untuk seluruh masyarakat dan harus benar-benar dirasakan oleh
seluruh rakyat sebagai perbaikan tingkat hidup, yang berkeadilan
sosial, yang menjadi tujuan dan cita-cita kemerdekaan kita.

Perurnusan Permasalahan
Masalah kemiskinan merupakan suatu fenomena masyarakat yang sudah lama
terjadi. Dari dahulu sampai sekarang, masalah kemiskinan telah terjadi, tidak saja di

negara-negara berkembang tetapi juga di negara-negara rnaju. Orang miskin tidak saja
terdapat, misalnya, di Indonesia, tetapi juga di negara-negara lain di dunia. Hal ini
n permasalahan yang
disebabkan karena permasalahan kemiskinan m e ~ p ~ k asuatu
global yang dapat terjadi di mana saja, tanpa memperhatikan lokasi, tetapi tergantung
kepada berbagai faktor sosialekonomi dan faktor-faktor lainnya yang memungkinkan
terjadinya kemiskinan.

Oleh karena itu, dalam suatu penelitian mengenai kemiskinan masalah utarna
yang perlu diperhatikan adalah mencari pengetahuan mengenai faktor-faktor penyebab
timbulnya kemiskinan dalam suatu masyarakat.

Disamping itu, untuk dapat

membantu dalam mengentaskan kemiskinan perlu juga untuk mengetahui siapa atau
golongan wmahtangga mana yang miskin. Hal ini diperlukan agar kelompok sasaran

(target groups) yang akan dientaskan kemiskinannya dapat diketahui dengan jelas
sehingga dengan demikian solusi pengentasan kemiskinan dapat dilakukan dengan
tepat.
Kemiskinan yang terjadi di suatu wilayah juga mempunyai hubungan dengan
kondisi wilayah dan pembangunan ekonomi wilayah. Suatu wilayah terbentuk karena
proses alam.

Ada suatu wilayah yang terbentuk dengan sumberdaya dam yang

subur. Dan oleh karena itu, penduduk yang tinggal di sekitar wilayah tersebut dapat
menggunakan sumberdaya alam yang ada untuk memperoleh atau untuk meningkatkan
penghasilan atau pendapatan. Sebaliknya, ada suatu wilayah yang m e ~ p a k a nkawasan
yang kurang subur sehingga tidak memungkinkan masyarakat di sekitar kawasan
tersebut untuk dapat menggunakan sumberdaya alam yang ada untuk memperoleh
apalagi untuk meningkatkan pendapatan mereka sehingga mereka menjadi miskin.
Oleh karena itu, pada satu sisi, dapat dikatakan bahwa kemiskinan dapat disebabkan
karena kondisi suatu wilayah secara p i ~ i k(kondisi alam). Tetapi dapat juga tejadi
bahwa di sekitar suatu wilayah yang subur ternyata terdapat penduduk yang miskin.
Keadaan itu dapat berarti:
a. Sumberdaya dam di sekitar wilayah tersebut belum digunakan oleh penduduk

setempat secara optimal;
b. Penduduk di sekitar wilayah tersebut tidak mempunyai kemampuan yang cukup

(seperti keterampilan, modal dsb) untuk dapat mengolah sumberdaya alam untuk
menghasilkan pendapatan dan meningkatkan kesejahteraan mereka;

c. Sumberdaya dam yang diolah di wilayah tersebut tidak dapat dinikmati oleh
penduduk atau masyarakat setempat karena adanya kebocoran regional (regional

leakages).
Dari sisi yang lain, distribusi pendapatan atau kemiskinan antar wilayah dapat
disebabkan oleh karena adanya perbedaan intensitas pembangunan di masing-masing
wilayah yang tergantung kepada kepemilikan sumberdaya ekonomi wilayah
bersangkutan, seperti tenagakerja, modal. Dalam proses pembangunan, terdapat
beberapa wilayah (propinsi) yang dapat secara cepat mengikuti irama pertumbuhan
ekonomi karena memiliki kemampuan sumberdaya ekonomi yang cukup; dan
sebaliknya terdapat beberapa wilayah (propinsi) yang tidak dapat secara sama
mengikuti irama tersebut karena tidak memiliki kemampuan sumberdaya ekonomi
yang cukup. Akibatnya, terdapat beberapa wilayah (propinsi) yang dapat berkembang
menjadi suatu wilayah yang maju, sedang berkembang, dan yang kurang maju.
Dengan perkembangan sedemikian, permasalahan kesenjangan pendapatan (income

disparity) antar wilayah menjadi muncul.
Dari penjelasan ini dapat dipahami bahwa masalah kemiskinan perlu juga
dihubungkan dengan kondisi wilayah dan hasil-hasil pembangunan ekonomi wilayah
karena kemiskinan, kondisi wilayah, dan pembangunan ekonomi wilayah mempunyai
keterkaitan satu dengan yang lainnya.

Pendekatan Metode Analisis
Untuk menunjang keberhasilan suatu penelitian mengenai kemiskinan,
dibutuhkan suatu kerangka kerja yang dapat memberikan tolok ukur dan analisis yang
jelas mengenai permasalahan kemiskinan. Hal ini diperlukan agar dapat mengetahui

dan memahami permasalahan kemiskinan yang dihadapi oleh penduduk atau
N mahtangga dengan jelas.

Disamping itu, dibutuhkan pula suatu orientasi metodologi

yang bersifat eklektik (eclectic) yang dapat memanfaatkan keunggulan berbagai
metodologi yang ada, seperti positivisme, normativisme, dan pragmatisme. Kerangka
kerja sedemikian diperlukan agar penelitian mengenai kemiskinan menjadi suatu
penelitian yang bersifat workable, sehingga hasil-hasil yang diperoleh dapat
dilaksanakan atau diimplementasikan sesuai dengan solusi atau pemecahan
permasalahan yang disarankan (lihat Djojohadikusumo, 1989; Pakpahan clan
Hermanto, 1992). Dalam disertasi ini, kerangka kerja yang disebut sebagai Social
Accounting Matrix (SAM) atau yang dikenal juga sebagai Sistem Neraca Sosial
Ekonomi (SNSE) akan digunakan karena kerangka SNSE merupakan suatu kerangka
kerja yang dapat menunjukkan, misalnya, siapa yang termasuk dalam kelompok
~mahtangga miskin, keterkaitan pendapatan mmahtangga dengan hasil-hasil
pembangunan ekonomi wilayah.
Pendekatan metode analisis yang digunakan dalam disertasi ini mencakup
pendekatan metode analisis positif, normatif, dan pragmatis. Pendekatan metode
analisis positif digunakan untuk memperoleh fakta mengenai kemiskinan clan
pembangunan ekonomi wilayah.

Hal ini ditunjukkan melalui hasil-hasil yang

diberikan oleh kerangka SNSE regional melalui analisis deskriptif, analisis
pengganda, analisis keterkaitan, atau pun analisis ekonomi. Sedangkan pendekatan
metode analisis normatif dan pragmatis digunakan untuk mencari pengetahuan
mengenai alasan-alasan, latar belakang, dan penyebab terjadinya kemiskinan yang
dihubungkan dengan pembangunan ekonomi wilayah bersangkutan, sehingga dengan
pengetahuan ini pemecahan permasalahan atau perskripsi (perscription) dapat

- diberikan atau disarankan dalam upaya mengatasi permasalahan yang dihadapi. Hal
ini ditunjukkan oleh implikasi dari hasil-hasil analisis yang diperoleh berdasarkan
pendekatan metode positif.

Ruang Lingkup dan Metodologi

1. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian kemiskinan yang dicakup oleh disertasi ini merupakan suatu studi
kasus yang memilih propinsi Nusa Tenggara Timur 0 dan propinsi Riau sebagai
propinsi-propinsi kasus. Pemilihan propinsi NTT sebagai propinsi kasus dilakukan
karena propinsi tersebut merupakan propinsi termiskin berdasarkan PDRB per kapita
pada tahun 1990 (lihat kembali tabel 1). Sedangkan propinsi Riau, walaupun bukan
merupakan propinsi dengan PDRB yang rendah, dipilih sebagai propinsi kasus karena
propinsi ini akan digunakan sebagai pembanding terhadap kinerja atau keragaan
propinsi N l T . Propinsi N'IT mewakili Indonesia kawasan timur (IKT);sedangkan
propinsi Riau mewakili Indonesia kawasan barat (IKB).
2. Tahun 1990 Sebagai Tahun Referensi

Kerangka SNSE regional yang akan disusun dalam disertasi ini menggunakan
tahun referensi 1990 yang menggambarkan keadaan wilayah penelitian pada tahun
tersebut. Tahun 1990 dipilih karena kerangka SNSE regional kedua wilayah kasus
belum tersedia untuk tahun referensi tersebut.'
3. Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan dalam disertasi ini adalah:
a.

Analisis Deskriptif.

Analisis ini digunakan untuk dapat menjelaskan

permasalahan kemiskinan dan pembangunan ekonomi di wilayah kasus secara
deskriptif. Analisis ini mencakup, misalnya, analisis persentase, ratio atau
perbandingan.
b.

Analisis Pengganda. Analisis ini merupakan suatu analisis dampak dengan
sol usi bu kan-opti ma1 (non-optimalizasion solurion).

'radii waktu penelitian ini dilakukan, kerangka SNSE nasional untuk tahun 1990 belum
tersedia. Publikasi terakhir kerangka SNSE nasional blah untuk tahun 1985. Kerangka SNSE
regional, .wpzrti SNSE propinsi NIT atau SNSE propinsi Riau, belum pernah disusun.

Analisis Ekonomi. Analisis ekonomi yang digunakan dalam disertasi ini

c.

dimaksudkan untuk menunjang atau memperkuat hasil-hasil yang diperoleh
baik berdasarkan analisis deskriptif atau pun analisis pengganda seperti yang
telah dijelaskan di atas. Analisis ekonomi yang digunakan tergantung kepada
perrnasalahan yang dihadapi. Salah satu contoh mengenai analisis ekonomi
yang digunakan dalam disertasi ini adalah analisis kontribusi faktor-faktor
produksi W t o r shares).
Tuiuan
Dengan latar belakang dan permasalahan seperti yang telah dijelaskan di atas,
maka disertasi ini secara garis besar bertujuan untuk menganalisa masalah kemiskinan
pada tingkat wilayah Qxopinsi). Penelitian ini juga menghubungkan kemiskinan
dengan pembangunan ekonomi wilayah karena kemiskinan dianggap mempunyai
kai tan dengan hasil-hasil pembangunan ekonomi wilayah. Kemudian, dengan
pemahaman tersebut, penelitian ini berupaya untuk memberikan pemecahan terhadap
permasalahan kemiskinan yang dihadapi.
Untuk dapat melakukan tujuan tersebut, secara khusus disertasi ini bermaksud
untuk:
a. Menyusun kerangka SNSE regional propinsi Riau dan propinsi N?T;
b. Melakukan analisis terhadap hasil-hasil yang diperoleh berdasarkan kerangka

SNSE regional;
c. Mencari faktor-faktor penyebab kemiskinan di kedua propinsi kasus;

d. Memberikan solusi pemecahan.
Tahao-tahao Pembahasan

.

Pembahasan masalah kemiskinan dan pembangunan ekonomi wiiayah dalam
penelitian ini dilakukan sebagai berikut:
a.

Bab I menjelaskan mengenai latar belakang, permasalahan, ruang lingkup dan

metodologi, serta tujuan penelitian;
b.

Bab I1 menjelaskan mengenai kerangka pemikiran dan metode analisis;

c.

Bab I11 menyajikan SNSE regional dan hail-hailnya;

d.

Bab IV menyaji kan pembahasan termasuk implikasi kebijakan;

e.

Bab V menyajikan kesimpulan.

BAB I1
KERANGKA PEMIKIRAN DAN
METODE ANALISIS
Keran~kaPemikiran
Mengenai Kembkinan dan Pembanmnan Ekonomi Wilavah
1. Kemiskinan Rumahtangga
Kemiskinan penduduk atau rumahtangga dapat ditimbulkan oleh faktor-faktor
dari dalam masyarakat sendiri (faktor-faktor internal), seperti rendahnya tingkat
pendidikan dan keterampilan yang meyebabkan rendahnya tingkat upah dan gaji.
Tetapi, kemiskinan dapat pula merupakan akibat dari faktor-faktor dari luar
masyarakat (faktor-faktor eksternal), seperti buruknya prasarana dart sarana
transportasi sehingga menyulitkan masyarakat dalam memasarkan produk-produk
yang dihasilkan, rendahnya aksesibilitas terhadap modal, rendahnya kualitas
sumberdaya alam ,penggunaan teknologi yang terbatas, atau sistem kelembagaan yang
kurang sesuai dengan kondisi masyarakat, sehingga menyebabkan rendahnya
pendapatan yang diterirna oleh penduduk atau rumahtangga di suatu wilayah.
Pada sisi yang lain, dapat juga terjadi bahwa terdapat semacam efek sirkular
antara faktor-faktor internal dengan faktor-faktor eksternal; atau antara hasil-hasil
pembangunan wilayah dan kemiskinan wilayah dengan kemiskinan rumahtangga.
Karena rendahnya pendidi kan penduduk di suatu wilayah, maka pelaksanaan bantuan
modal yang akan dilaksanakan di wilayah tersebut menjadi terhambat. Hal ini tentu
akan menyebabkan, katakan, program yang dirancang untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat menjadi tidak be rjalan, sehingga penduduk tetap miskin.
Pada sisi yang lain, miskinnya masyarakat setempat menyebabkan tidak tersedianya,
misaln ya, kemampuan sumberdaya rnanusia