A. Pendahuluan
Pendidikan diyakini merupakan faktor paling dominan dalam pengembangan kualitas sumber daya manusia. Hampir semua negara selalu memprioritaskan
programnya pada sektor pendidikan. Pemerintah Indonesia, meskipun tidak segencar negara-negara maju, juga berusaha keras untuk membenahi sistem pendidikannya.
Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan pada semua jenjang, termasuk pada Sekolah Menengah Kejuruan SMK. Salah satu upaya untuk
meningkatkan mutu pendidikan dilakukan melalui penetapan standar nasional pendidikan.
Undang-Undang No 23 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 35 menyebutkan bahwa standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi,
proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan. Standar nasional pendidikan digunakan sebagai
acuan pengembangan kurikulum, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, dan pembiayaan.
Sebagai tindak lanjut dari standar nasional pendidikan tersebut, pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 tahun 2006 tentang
Standar Isi dan No 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan, serta No 24 tahun 2006 tentang implementasi Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan untuk
pendidikan dasar dan menengah. Selanjutnya, setiap sekolah pada satuan pendidikan dasar dan menengah, termasuk SMK mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan KTSP berdasarkan potensi masing-masing sekolah dan peraturan- peraturan tersebut. KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan
oleh masing-masing satuan pendidikan. KTSP disusun bersama-sama oleh guru, komite sekolahyayasan, konselor guru
BKBP, dan narasumber, dengan kepala sekolah sebagai ketua merangkap anggota, dan disupervisi oleh Dinas Pendidikan KabupatenKota. Komponen-komponen KTSP
meliputi: 1 tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, 2 struktur dan muatan kurikulum, 3 kalender pendidikan, dan 4 lampiran-lampiran, yaitu program tahunan,
program semester, silabus, RPP, SK dan KD mulok, program pengembangan diri, dan perangkat lainnya, misalnya pemetaan KD atau indikator BSNP, 2006. KTSP disusun
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan di tingkat satuan pendidikan. Berkaitan dengan hal tersebut, pembelajaran
merupakan komponen esensial yang harus dikembangkan dan dilaksanakan secara sistematis.
Hasil pembelajaran di jenjang pendidikan dasar dan menengah, termasuk di Sekolah Menengah Kejuruan SMK selama ini belum menunjukkan hasil yang
1
memadai. Hal ini dapat diketahui antara lain dari rata-rata hasil ujian nasional yang masih rendah. Rata-rata nilai ujian nasional SMK pada tahun 2004, 2005 dan 2006
masih relatif rendah karena jauh dibawah 7,0. Apalagi jika lulusan SMK diproyeksikan untuk dapat memiliki daya saing regional dan internasional. Hal ini jelas masih jauh dari
memadai. Setidaknya terdapat dua pertanyaan mendasar yang perlu diperhatikan kaitannya
dengan proses pembelajaran, yaitu: 1 sejauhmana efektivitas guru dalam melaksanakan pengajaran, dan 2 sejauhmana siswa dapat belajar dan menguasi
materi pelajaran seperti yang diharapkan. Proses pembelajaran dikatakan efektif apabila guru dapat menyampaikan keseluruhan materi pelajaran dengan baik dan siswa dapat
menguasai substansi tersebut sesuai dengan tujuan pembelajaran. Seringkali guru merasa puas karena berhasil menyampaikan keseluruhan materi pelajaran sesuai yang
direncanakan. Padahal, belum tentu keseluruhan substansi yang disampaikan dapat dikuasai oleh siswa. Bahkan, tidak jarang guru tidak mengetahui bahwa kegiatan
pembelajaran yang telah dilaksanakan kurang sesuai dengan kondisi siswa. Berkaitan dengan hal tersebut, inovasi-inovasi dalam pembelajaran yang efektif perlu terus
dilakukan. Pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and learning CTL merupakan salah satu alternatif pendekatan pembelajaran yang perlu dikaji
penerapannya untuk SMK.
B. Konsep Pembelajaran Kontekstual 1. Pengertian dan tujuan