Dasar Hukum Modal Ventura

Analisis Peranan Perusahaan Modal Ventura Dalam Mengembangkan UKM di Indonesia Sri Lestari Rahayu Kajian Ekonomi dan Keuangan, Edisi Khusus November 2005 66 2.1.2.5 Divestasi Modal Ventura Yaitu merupakan tahap akhir dalam satu periode pembiayaan modal ventura dimana PMV menarik kembali penyertaan saham dari PPUnya. Pelaksanaannya dapat dilakukan dengan : 1. Penawaran umum melalui pasar modal initial public offering; 2. Menjual kembali kepada PPU buy back; 3. Menjual kepada perusahaan lain; 4. Menjual kepada investor baru; dan 5. Melikuidasi perusahaan untuk PPU yang tidak dapat berkembang

2.1.2.6 Dasar Hukum Modal Ventura

Dasar Hukum bagi modal ventura di Indonesia, antara lain meliputi : 1. Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 61 tahun 1988 tanggal 20 Desember 1988, tentang Lembaga Pembiayaan; 2. Peraturan Pemerintah No. 62 Tahun 1992 tanggal 10 September 1992, tentang sector-sektor usaha PPU dan PMV dalam pelaksanaan Undang-Undang No. 7 Tahun 1983, tentang Pajak Penghasilan, sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 7 tahun 1991; 3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 4 Tahun 1995 tanggal 8 Februari 1995, tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan PMV dari transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan modal modal pada PPU-nya; 4. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 1251KMK.0131988 tanggal 20 Desember 1988, tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Keuangan; 5. Keppres Nomor 62 Tahun 1992 yang kemudian dijabarkan dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 227KMK.011994. 6. Keputusan Ketua Badan Koordinasi Penamaan Modal Nomor : 19SK1991 tanggal 9 Desember 1991, tentang Penyertaan PMV dalam PMA dan PMDN; 7. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No: 250KMK.041995 tanggal 2 Juni 1995, tentang Perusahaan Kecil dan Menengah, PPU dan PMV, serta perlakukan perpajakan atas penyertaan modal PMV; 8. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No: 469KMK.0171995 tanggal 2 Desember 1995, tentang pendirian dan pembinaan PMV, serta 9. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No: 58KMK.0171999 tanggal 15 Februari 1999, tentang Pengawasan Kegiatan PMV Daerah. 10. Keputuan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Nomor : 81.1KepM.KUKMVIII2002 tentang petunjuk teknis perkuatan permodalan usaha kecil, menengah, koperasi dan lembaga keuangannya dengan penyediaan modal awal padanan MAP – yaitu pendampingan melalui modal ventura. Analisis Peranan Perusahaan Modal Ventura Dalam Mengembangkan UKM di Indonesia Sri Lestari Rahayu Kajian Ekonomi dan Keuangan, Edisi Khusus November 2005 67 2.2 Karakteristik UKM 2.2.1 Kegiatan UKM Tujuan mendorong pengembangan UKM terutama adalah untuk memberikan kemudahan berinvestasi sesuai dengan yang dicantumkan dalam Propenas, antara lain yaitu untuk mengatasi krisis dan pemulihan ekonomi, yang mempunyai dua arah yaitu: 1 memberikan kesempatan kerja, dan 2 meningkatkan daya beli masyarakat yang lebih baik dari tahun sebelumnya. 2.2.2 Mekanisme Pembiayaan UKM Kredit UKM adalah kredit yang diberikan kepada nasabah usaha mikro, baik langsung maupun tidak langsung, yang dimiliki dan dijalankan oleh penduduk miskin atau menurut Badan Pusat Statistik, dengan plafon kredit maksimal Rp 50 juta 4 lima puluh juta rupiah. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1995 tentang usaha kecil, Kredit Usaha Kecil KUK adalah kredit yang diberikan kepada nasabah usaha kecil yang memiliki nilai kekayaan bersih maksimal Rp 200 juta dua ratus juta rupiah di luar tanah dan bangunan tempat usaha atau yang memiliki hasil penjualan maksimal Rp 1 miliar satu miliar rupiah per tahun dengan plafon kredit maksimal sebesar Rp 500 juta lima ratus juta rupiah. Sementara itu, Kredit Usaha Menengah adalah kredit yang diberikan kepada pengusaha di luar usaha mikro dan kecil atau kepada pengusaha yang kriterianya akan ditetapkan kemudian, dengan plafon di atas Rp 500 juta lima ratus juta rupiah sampai dengan Rp 5 miliar lima miliar rupiah. Dalam pembiayaan UKM, pemerintah bekerjasama dengan negara donor seperti World Bank, ADB dan sebagainya, yang akan mengucurkan dana bergulirnya dengan menggunakan sistem perbankan, sehingga uang mempunyai daya saing dan nilai tambah hingga mencapai satu titik satu pengembangan UKM, yang pada gilirannya akan mengurangi kemiskinan, sehingga kesejahteraan masyarakat meningkat. 2.2.3 Sumber Dana UKM Secara berkesinambungan Bank Indonesia terus meningkatkan peranannya dalam turut memberdayakan UKM, yaitu melalui kebijakan yang mendorong perbankan untuk membiayai UKM, melalui tiga pilar strategi sebagai berikut: 1 Kebijakan kredit perbankan, dimana Bank Indonesia mendorong bank-bank untuk menyalurkan KUK dan mencantumkannya dalam bussiness plan serta melaporkannya dalam laporan keuangan publikasi sehingga masyarakat dapat 4 Diolah dari Studi Dampak Ekonomi Makro Terhadap Pengentasan Kemiskinan di Indonesia, Pembiayaan Mikro Untuk Pengentasan Kemiskinan, LPEM-UI, PSP IPB-UGM dengan sponsor Bappenas dan JICA, 2004, hal 18 Analisis Peranan Perusahaan Modal Ventura Dalam Mengembangkan UKM di Indonesia Sri Lestari Rahayu Kajian Ekonomi dan Keuangan, Edisi Khusus November 2005 68 menilai bank-bank yang berpihak terhadap pengembangan usaha kecil. Bank Indonesia juga terus mendorong kerjasama antara bank umum dan bank perkreditan rakyat BPR dalam menyalurkan dana bergulir kepada UKM, mendukung layanan khusus UKM; 2 Pemberian bantuan teknis, yaitu Bank Indonesia secara terus menerus melakukan berbagai kegiatan berupa pelatihan kepada staf perbankan, penelitian dan penyediaan informasi dan mengembangkan Sistem Informasi Pengembangan Usaha Kecil SIMPUK; dan 3 Pengembangan dan penguatan kelembagaan, dimana Bank Indonesia melakukan upaya untuk memperkuat kapasitas kelembagaan BPR yang diharapkan dapat meningkatkan penyaluran kredit kepada usaha mikro. 2.2.4 Jenis Sumber Dana Pembiayaan UKM Berbagai jenis pembiayaan UKM antara lain berasal dari : 1. Lembaga perbankan; 2. Lembaga non perbankan; 3. Laba BUMN; 4. Modal Ventura; 5. dan lainnya

2.2.5 Kebijakan UKM