HUBUNGAN ANTARA LAMANYA MENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 DENGAN FUNGSI KOGNITIF DI GRHA Hubungan Antara Lamanya Menderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Dengan Fungsi Kognitif Di GRHA Diabetika Surakarta.

(1)

1

HUBUNGAN ANTARA LAMANYA MENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 DENGAN FUNGSI KOGNITIF DI GRHA

DIABETIKA SURAKARTA

PUBLIKASI ILMIAH

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Sarjana Pada Jurusan Fisioterapi S1 Fakultas Ilmu Kesehatan

Disusun oleh : Reni Fitriani

J120130047

PROGRAM STUDI FISIOTERAPI S1 FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017


(2)

 

i   


(3)

 

ii   


(4)

 

iii   


(5)

1

HUBUNGAN ANTARA LAMANYA MENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 DENGAN FUNGSI KOGNITIF

DI GRHA DIABETIKA SURAKARTA

ABSTRAK

Latar Belakang : Diabetes Melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, atau kedua-duanya. Diabetes mellitus tipe 2 merupakan penyakit kronik yang prevalensinya tinggi di Indonesia. Laporan PERKENI tahun 2015 menyebutkan bahwa Indonesia berada di posisi kelima dunia. Tujuan : penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan lamanya menderita diabetes mellitus tipe 2 dengan fungsi kognitif dan adanya variabel perancudukungan keluarga.

Metode : Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini adalah pasien diabetes mellitus tipe 2 di GRHA Diabetika Surakarta sebanyak 218 orang. Sampel ditentukan denganpurposive sampling yang sesuai kriteria inklusi dan ekslusi sebanyak 110 orang. Mini Mental Stage Examination (MMSE) digunakan sebagai isntrumen mengumpulkan data. Data di uji dengan dengan uji statistik Korelasi Product Moment Test dan Spearman Rank Test.

Hasil : Hasil uji korelasi product moment test hubunganantara lama menderita diabetes mellitus dengan fungsi kognitif menunjukan p-value=0,0001 yang berarti bahwa terdapat hubungan antara 2 variabel tersebut. Sedangkan uji spearman rank testuntuk hubungan antara dukungan keluarga dengan fungsi kognitif menunjukan p-value=0,0001 yang berarti bahwa terdapat hubungan antara 2 variabel tersebut.

Kata Kunci : Lamanya menderita diabetes mellitus tipe 2, Dukungan Keluarga, Fungsi Kognitif, MMSE.

ABSTRACT

Background : diabetes mellitus (DM) is a group of metabolic diseases with

characterised of hyperglycemia that occurs due to abnormal insulin secretion, insulin action, or both. Type 2 diabetes mellitus is a chronic disease that is highly prevalent in Indonesia. PERKENI report in 2015 showed that Indonesia was the world’s fifth position.

Objective : The study aimed to determine the relationship of the duration of type 2

diabetes mellitus with cognitive and the confounding variables of family support.

Method : the research design methode is observational study with cross sectional

approach.The population of this study were patients with type 2 diabetes mellitus in GRHA Diabetic Surakarta as many as 218 people. The sample was determined by purposive sampling as many as 110 people. The Mini Mental Stage (MMSE)


(6)

2

was used instrument to collect data. Data were tested by Korelation Product Moment Test and Spearman Rank Test.

Result : The result of correlation study by Correlation Product Moment Test is a

relationship between duration of type 2 diabetes mellitus with cognitive function shows p-value=0,0001 which means that there is relationshipbetween two variables.While the result of correlation study by Spearman Rank Test is a relationship between family support with cognitive function shows p-value= 0.0001 which means that there is a relationship between two variables.

Keywords : duration of diabetes mellitus type 2, cognitive function, family

support, MMSE.

1. PENDAHULUAN

Diabetes Mellitus Tipe 2 adalah defek sekresi insulin, dimana pankreas tidak mampu menghasilkan insulin yang cukup untuk mempertahankan glukosa plasma yang normal, sehingga terjadi hiperglikemia yang disebabkan insensitifitas seluler akibat isulinn (Corwin, 2009).

Prevalensi diabetes melitus(DM) di indonesiatahun 2015 menurut Perkumpulan Endokrinologi (PERKENI) telah mencapai 9,1 juta orang, sehingga menjadi peringkat ke 5 teratas diantara negara-negara lainnya, untuk prevalensi DM di Jawa Tengah DM Tipe I sebesar 0,06 % dan DM Tipe II 0,55 % (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2013). Sedangkan Prevalensi DM di Surakarta terdapat DM Tipe 1 sebanyak 3.001 kasus dan Tipe II sebanyak 46.741 (Dinas Kesehatan Surakarta, 2014). Di PADIMAS tercatat pada tahun 2016 penderita DM Tipe 2 yang bergabung berjumlah 218 orang, tahun per tahun semakin bertambah jumlah penderita DM Tipe 2 ini.

Konsekuensi dari peningkatan angka kejadian Diabetes Mellitus adalah meningkatnya masalah kesehatan lain akibat komplikasi yang ditimbulkan, salah satunya penurunan fungsi kognitif. Fungsi kognitif merupakan kemampuan melakukan atensi, registrasi, memori, kalkulasi, mengingat kembaili (recall), bahasa, pertimbangan, membaca dan menulis serta kemampuan visuospasial (Saunderajen,2010).

Lamanya menderita DM tipe 2 mempengaruhi penurunan fungsi kognitif. Pasien DM tipe 2 yang tidak mengkonsumsi obat memiliki resiko


(7)

3

penurunan fungsi kognitif lebih tinggi dibandingkan dengan penderita yang mengkonsumsi obat seperti hipoglikrmik oral dengan durasi < 10 tahun (Logroscini et al., 2004).

Gangguan fungsi kognitif dapat diukur dengan menggunakan Mini Mental State Examination (MMSE). MMSE adalah Pemeriksaan fungsi kognitif meliputi evaluasi memori, orientasi, bahasa, kalkulasi, praksis, visuospasial, visuoperseptual. MMSE adalah salah satu screening yang berguna untuk mengetahui adanya disfungsi kognisi (PERDOSSI, 2007).

2. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah observasional kuantitatif dengan menggunakan pendekatan cross sectional, desain one shoot test. Penelitian ini dilakukan di GRHA Diabetika Surakarta dan dilaksanakan pada bulan Desember 2016-Januari 2017. Subyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah penderita DM Tipe 2, sedangkan untuk sampel diambil dengan cara purposive sampling yang berjumlah 110 sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi penelitian.Penelitian ini menggunakan uji normalitas dengan Uji Kolmogorov-Sminovsedangkan untuk uji korelasi menggunakan Uji Korelasi Pearson Product Moment dan Uji Rank Spearman.

3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Karakteristik responden menurut jenis kelamin laki-laki lebih banyak dibanding perempuan. Perempuan lebih beresiko menderita diabetes karena secara fisik perempuan memiliki peluang peningkatan indeks massa tubuh yang lebih besar. Sindroma siklus bulanan (premestrual syndrome), pasca-menopause yang membuat distribusi lemak tubuh menjadi mudah terakumulasi akibat proses hormonal tersebut (Irawan, 2010).

Karakteristik responden yang mengalami penurunan fungsi kognitif lebih banyak di derita oleh responden dengan tingkat pendidikan SMP/Sederajad ke bawah. Hal ini dikarenakan tingkat pendidikan yang lebih tinggi mempunyai resiko lebih rendah terjadinya penurunan fungsi kognitif,


(8)

4

karena dengan proses pendidikan yang berjalan terus-menerus seseorang akan cenderung mempunyai kemampuan dalam uji fungsi kognitif. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin banyak pengalaman hidup yang di laluinya, sehingga akan lebih siap dalam menghadapi masalah yang akan terjadi (Tamher, 2009).

Karakteristik responden yang menderita diabetes mellitus tipe 2 yang mengalami gangguan fungsi kognitif paling banyak pada golongan umur 57-62 tahun. Pertambahan umur menjadi salah satu faktor resiko terjadinya penurunan fungsi kognitif, karena otak mengalami beberapa perubahan seirirng bertambahnya umur. Diantaranya sel mitokondria yang terjadi kerusakan diakaibatkan karena pembentukan flek di sekitar area otak yang akan berpengaruh terhadap peningkatan inflamasi (Yuniati, 2004).

Karakteristik responden yang mengalami diabetes mellitus tipe 2 paling banyak tidak mempunyai riwayat hipertensi yaitu sebanyak 65 orang, dan yang mempunyai riwayat hipertensi juga terdapat 45 orang dengan hipertensi terkontrol.Menurut Waldstein (2001) hubungan hipertensi dengan fungsi kognitif terdapat kecenderungan semakin tinggi tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik maka semakin rendah fungsi kognitifnya. Laporan penelitian bahwa tekanan darah sistolik meningkat di usia pertengahan beresiko terjadinya penyakit alzheimer, hal ini menyebabkan fungsi kognitif menurun pada seseorang.

Menurut hasil penelitian jumlah responden yang mengalami diabetes mellitus tipe 2 berdasarkan pekerjaannya paling banyak responden tidak bekerja. Hal ini dikarenakan responden yang di jadikan sampel rata-rata sudah lansia, sehingga kebanyakan sudah tidak bekerja lagi. Responden yang sudah tidak bekerja lebih banyak yang mengalami gangguan kognitif dibandingkan dengan yang masih bekerja. Hal itu dikarenakan saat bekerja ada aktifitas fisik lebih banyak yang dilakukan dibandingkan dengan yang tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga yang melakukan pekerjaan rumah tidak membutuhkan tenaga berat. Diketahui bahwa aktifitas fisik dapat


(9)

5

menghambat atau memperlambat kemunduran fungsi alat tubuh yang disebabkan bertambahnya umur (Azizah, 2011).

Karakteristik responden yang paling banyak tidak menderita riwayat penyakit lain. Hanya beberapa responden yang menderita saluran pencernaan, jantung, asma, vertigo dan lain-lain. Hal tersebut akan berpengaruh tehadap penyakit diabetes mellitus tipe 2 yang di deritanya dan beberapa penyakit juga dapat mempengaruhi fungsi kognitif.

Salah satunya seperti penyakit payah jantung yang terjadi di kalangan usia lanjut yang dikaitkan dengan gangguan fungsi kognitif, skor MMSE lebih rendah dikaitkan dengan disfungsi ventrikel kiri yang lebih berat (Heckman, 2007), selain itu di kalangan usia lanjut berpenyakit jantung , mereka yang menderita payah jantung mempunyai fungsi kognitif lebih rendah (Trojano, 2003). Riwayat payah jantung dikaitkan dengan peningkatan resiko demensia, termasuk demensia alzheimer dan CIND (Cognitive Impairment No Dementia) (Qiu, 2006). Kaitan ini bisa disebabkan oleh adanya faktor resiko bersama seperti aterosklerosis dan hipertensi (Cukierman, 2005).

Semakin lama menderita diabetes mellitus tipe 2 maka kemampuan working memory semakin menurun dan mengalami perburukan yang signifikan dalam kecepatan menyelesaikan tugas dan fungsi eksekutif yang merupakan bagian dari working memory.Penurunan fungsi kognitif sudah dimulai sejak pasien terdiagnosa diabetes mellitus tipe 2 bahkan pasien yang usia muda dengan rata-rata usia 46 tahun telah terjadi penurunan konsentrasi daya ingat. Diabetes mellitus tidak hanya beresiko terhadap terjadinya kemunduran fungsi kognitif, tetapi juga meningkatkan progresivitas suatu kemunduran kognitif menjadi demensia (Gatlin, 2012).

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Rosebud menyebutkan bahwa durasi dan derajad keparahan yang diukur dengan komplikasi pada penderita diabetes dan jenis terapi yang diperoleh mungkin penting dalam patofisiologi terjadinya gangguan kognitif pada penderita diabetes. Sebaliknya late onset diabetes, durasi yang pendek atau diabetes


(10)

6

terkontrol mempunyai dampak yang lebih ringan (Rosebud et al., 2008). Lama menderita DM berhubungan dengan penyakit makrovaskuler serebral yang lebih besar. Secara klinis didapatkan infark serebri dan infark subklinis yang dapat menyebabkan gangguan fungsi kognitif. Durasi yang lebih lama mungkin juga berhubungan dengan gangguan fungsi kognitif yang lebih buruk, namun untuk menentukan akurasi lama menderita DM merupakan hal yang sulit karena DM mungkin ada selama beberapa tahun sebelum terdiagnosis.

Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Nugroho et al.,(2011) yang melakukan penelitian pada penderita DM lanjut usia di semarang dengan hasil tidak terdapat hubungan yang bermakna antara lama menderita DM dengan status kognitif dengan rerata durasi 12,4 tahun.Dari hasil penelitian responden yang mengalami gangguan fungsi kognitif rata-rata mempunyai dukungan keluarga yang rendah, sehingga dukungan keluarga ini sangat berpengaruh terhadap fungsi kognitif. Penyakit Diabetes Mellitus tipe 2 ini akan diderita seumur hidup, sehingga diharapkan penderita mampu melakukan perawatan diri (self care) dengan membentuk perilaku yang relevan terhadap penyakitnya untuk menghindari ketidakstabilan kadar glukosa darah yang dapat menimbulkan komplikasi yang lebih parah (Gonder, 2008). Perilaku self care bagi penderita DM meliputi: perilaku aktifitas fisik (olahraga), perilaku pengaturan diet, perilaku dalam mengontrol kadar glukosa darah, perilaku pengobatan, serta perilaku pencegahan komplikasi (American Association of Diabetic Educator, 2003).

Mematuhi serangkaian tindakan self care secara rutin yang akan berlangsung seumur hidup pada dasarnya merupakan tantangan yang besar dan bukan hal yang mudah untuk dilakukan. Perasaan jenuh dan bosan dapat muncul setiap saat yang menyebabkan penderita DM tidak lagi disiplin dalam melakukan tindakan self care. Sehingga, dukungan keluarga sangat dibutuhkan untuk membantu agar penderita DM tipe 2 memiliki keyakinan dan kemampuan untuk melakukan tindakan self care (Tamara, 2014).


(11)

7

Dukungan keluarga dapat dilakukan dengan cara mengoptimalkan fungsi keluarga dalam membantu penderita DM tipe 2 supaya mampu beradaptasi dan mematuhi tindakan self care melalui empat dimensi yaitu dimensi emosional, dimensi penghargaan, dimensi intrumental dan dimensi partisipasi (Hensarling, 2009).

4. PENUTUP 4.1Kesimpulan

Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara lamanya menderita diabetes mellitus dengan pasien diabetes mellitus tipe 2 di GRHA Diabetika Surakarta dengan adanya faktor perancu dukungan keluarga.

4.2Saran

a. Diharapkan dengan adanya penelitian ini petugas kesehatan hendaknya dapat dan mampu mendeteksi gangguan fungsi kognitif sehingga dapat mencegah kualitas hidup pasien diabetes mellitus tipe 2 yang memburuk.

b. Diharapkan dengan adanya penelitian ini petugas kesehatan dapat mengajarkan pola hidup sehat pada pasien diabetes dan dapat mengontrol gula darahnya.

c. Perlunya penelitian lebih lanjut tentang hal ini karena penelitian dengan memasukan faktor perancu lainnya masih banyak yang belum di teliti, dan dengan jumlah sampel yang lebih banyak lagi.

d. Perlunya penelitian lebih lanjut dengan mengkhususkan sampel yang akan diteliti, sehingga tidak ada faktor perancu dari kriteria sampel yang berbeda-beda.

DAFTAR PUSTAKA

American Association of Diabetic Educator.. (2003). Standards for outcomes measurement of diabetes sel-management education.The Diabetes Educator. Vol: 29, Number 5.


(12)

8

Corwin, Elizabeth J., 2009. Buku Saku Patofisiologi. Edisi Ketiga. Jakarta: EGC. Cox & Gonder. (2008). Major developments in behavioral diabetes research. J.

Consult Clin Psychol 1992, 60(4):628-638.

Cukierman, T., Gerstein, H.C., Williamson, J.D. 2005. Cognitive Decline and Dementia in Diabetes Systematic Overview of Prospective Observational Studies.Diabetologia; 48(12): 2460-2469

Dinas Kesehatan Surakarta. 2014. Buku Profil Kesehatan Kota Surakarta tahun 2014. Surakarta: Dinas Kesehatan Surakarta.

Dinas Kesehatan Jawa Tengah. 2013. Buku Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2013. Semarang: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Gatlin. PK 2012. Severity of type 2 diabetes mellitus. Working memory and self

care (Doctoral Dissertation. The University of Arizona). http://www.search.proquest.com

Heckman GA, Patterson CJ, Demers C, St.Onge J, Turpie ID, McKelvie RS. Heart failure and cognitive impairment: Challenges and opportunities.Clinical Intervention in Aging 2007; 2(2): 209-218.

Hensarling, J. (2009). Development and psychometric testing of Hensarling’s diabetes family support scale, a dissertation. Degree of Doctor of philosophy in the Graduate School of the Texa’s Women’s University. Diakses sari www.proquest.com pada tanggal 8 Desember 2010

Irawan, Dedi. 2010. Prevalensi dan Faktor Risiko Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 di Daerah Urban Indonesia (Analisa Data Sekunder Riskesdas 2007). Thesis Universitas Indonesia.

Logroscino, G., Kang, J. H., Grodstein, F. 2004. Prospective study of type 2 diabetes and cognitive decline in women aged 70-81 years.British Medical Journal. 129: 22-6

Nugroho, F. A., 2011. Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Status Kognitif pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Lanjut Usia. Universitas Diponegoro. Karya Tulis Ilmiah.

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI).,2015. Konsensus Pengelolaan dan Penegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. Jakarta

Purnamasari, D., 2009. Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Melitus. Dalam: Alwi I. Setiati S, Setyohadi B, Simandibrata M, Sudoyo AW, editor. Buku Ajar ilmu Penyakit Dalam, Jilid III. Ed ke-5. Jakarta: Interna Publishing: 2009. Pp.1880-3

Qiu C, Winblad B, Marengoni A, Klarin I, Fastbom J, Fratiglioni L Heart failure and risk of dementia and Alzheimer disease: a population-based cohort study.Arch Intern Med. 2006;166(9): 1003-1008.


(13)

9

Roberts, Rosebud., dkk. 2008. Association of Duration and Severity of Diabetes Mellitus with Mild Cognitive Impairment. Arch Neurol. Online diakses pada 1 Mei 2016.

Saunderajen (2010). “Pengaruh Sindroma Metabolik Terhadap Gangguan Fungsi

Kognitif”., Master thesis, Univ. Diponegoro. Semarang: 12 agustus 2011. Tamara, E. (2014). “Hubungan antara Dukungan Keluarga dan Kualitas Hidup

Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau”. 1 (2):1-7.

Tamher, S dan Noorkasiani. 2009. Kesehatan Usia Lanjut Dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan. Jakarta: salemba Medika.

Trojano L, Antonelli, Incalzi R, Acanafora D, Picone C, Mecocci P, Rengo F. 2003. Congestive Heart Failure Italian Study Investigators. Cognitive impairment: a key feature of congestive heart failure in the elderly.J Neurol. 2003;250(12):1456-1463.

Wijoto, Poerwadi, T. 2011. Gangguan Neurobehavior. Dalam: Machfoed, M.H., Hamdan, M., Machin, A., Wardah, R.I., editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Saraf. Airlangga Universiy Press. Surabaya. P. 49-80.

Yuniati F dan Riza M. 2004. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kesulitan mengingat dan konsentrasi pada usia lanjut di Indonesia tahun 2004. Jurnal pembangunan manusia. Volume. 2.


(1)

4

karena dengan proses pendidikan yang berjalan terus-menerus seseorang akan cenderung mempunyai kemampuan dalam uji fungsi kognitif. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin banyak pengalaman hidup yang di laluinya, sehingga akan lebih siap dalam menghadapi masalah yang akan terjadi (Tamher, 2009).

Karakteristik responden yang menderita diabetes mellitus tipe 2 yang mengalami gangguan fungsi kognitif paling banyak pada golongan umur 57-62 tahun. Pertambahan umur menjadi salah satu faktor resiko terjadinya penurunan fungsi kognitif, karena otak mengalami beberapa perubahan seirirng bertambahnya umur. Diantaranya sel mitokondria yang terjadi kerusakan diakaibatkan karena pembentukan flek di sekitar area otak yang akan berpengaruh terhadap peningkatan inflamasi (Yuniati, 2004).

Karakteristik responden yang mengalami diabetes mellitus tipe 2 paling banyak tidak mempunyai riwayat hipertensi yaitu sebanyak 65 orang, dan yang mempunyai riwayat hipertensi juga terdapat 45 orang dengan hipertensi terkontrol.Menurut Waldstein (2001) hubungan hipertensi dengan fungsi kognitif terdapat kecenderungan semakin tinggi tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik maka semakin rendah fungsi kognitifnya. Laporan penelitian bahwa tekanan darah sistolik meningkat di usia pertengahan beresiko terjadinya penyakit alzheimer, hal ini menyebabkan fungsi kognitif menurun pada seseorang.

Menurut hasil penelitian jumlah responden yang mengalami diabetes mellitus tipe 2 berdasarkan pekerjaannya paling banyak responden tidak bekerja. Hal ini dikarenakan responden yang di jadikan sampel rata-rata sudah lansia, sehingga kebanyakan sudah tidak bekerja lagi. Responden yang sudah tidak bekerja lebih banyak yang mengalami gangguan kognitif dibandingkan dengan yang masih bekerja. Hal itu dikarenakan saat bekerja ada aktifitas fisik lebih banyak yang dilakukan dibandingkan dengan yang tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga yang melakukan pekerjaan rumah tidak membutuhkan tenaga berat. Diketahui bahwa aktifitas fisik dapat


(2)

5

menghambat atau memperlambat kemunduran fungsi alat tubuh yang disebabkan bertambahnya umur (Azizah, 2011).

Karakteristik responden yang paling banyak tidak menderita riwayat penyakit lain. Hanya beberapa responden yang menderita saluran pencernaan, jantung, asma, vertigo dan lain-lain. Hal tersebut akan berpengaruh tehadap penyakit diabetes mellitus tipe 2 yang di deritanya dan beberapa penyakit juga dapat mempengaruhi fungsi kognitif.

Salah satunya seperti penyakit payah jantung yang terjadi di kalangan usia lanjut yang dikaitkan dengan gangguan fungsi kognitif, skor MMSE lebih rendah dikaitkan dengan disfungsi ventrikel kiri yang lebih berat (Heckman, 2007), selain itu di kalangan usia lanjut berpenyakit jantung , mereka yang menderita payah jantung mempunyai fungsi kognitif lebih rendah (Trojano, 2003). Riwayat payah jantung dikaitkan dengan peningkatan resiko demensia, termasuk demensia alzheimer dan CIND (Cognitive Impairment No Dementia) (Qiu, 2006). Kaitan ini bisa disebabkan oleh adanya faktor resiko bersama seperti aterosklerosis dan hipertensi (Cukierman, 2005).

Semakin lama menderita diabetes mellitus tipe 2 maka kemampuan working memory semakin menurun dan mengalami perburukan yang signifikan dalam kecepatan menyelesaikan tugas dan fungsi eksekutif yang merupakan bagian dari working memory.Penurunan fungsi kognitif sudah dimulai sejak pasien terdiagnosa diabetes mellitus tipe 2 bahkan pasien yang usia muda dengan rata-rata usia 46 tahun telah terjadi penurunan konsentrasi daya ingat. Diabetes mellitus tidak hanya beresiko terhadap terjadinya kemunduran fungsi kognitif, tetapi juga meningkatkan progresivitas suatu kemunduran kognitif menjadi demensia (Gatlin, 2012).

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Rosebud menyebutkan bahwa durasi dan derajad keparahan yang diukur dengan komplikasi pada penderita diabetes dan jenis terapi yang diperoleh mungkin penting dalam patofisiologi terjadinya gangguan kognitif pada penderita diabetes. Sebaliknya late onset diabetes, durasi yang pendek atau diabetes


(3)

6

terkontrol mempunyai dampak yang lebih ringan (Rosebud et al., 2008). Lama menderita DM berhubungan dengan penyakit makrovaskuler serebral yang lebih besar. Secara klinis didapatkan infark serebri dan infark subklinis yang dapat menyebabkan gangguan fungsi kognitif. Durasi yang lebih lama mungkin juga berhubungan dengan gangguan fungsi kognitif yang lebih buruk, namun untuk menentukan akurasi lama menderita DM merupakan hal yang sulit karena DM mungkin ada selama beberapa tahun sebelum terdiagnosis.

Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Nugroho et al.,(2011) yang melakukan penelitian pada penderita DM lanjut usia di semarang dengan hasil tidak terdapat hubungan yang bermakna antara lama menderita DM dengan status kognitif dengan rerata durasi 12,4 tahun.Dari hasil penelitian responden yang mengalami gangguan fungsi kognitif rata-rata mempunyai dukungan keluarga yang rendah, sehingga dukungan keluarga ini sangat berpengaruh terhadap fungsi kognitif. Penyakit Diabetes Mellitus tipe 2 ini akan diderita seumur hidup, sehingga diharapkan penderita mampu melakukan perawatan diri (self care) dengan membentuk perilaku yang relevan terhadap penyakitnya untuk menghindari ketidakstabilan kadar glukosa darah yang dapat menimbulkan komplikasi yang lebih parah (Gonder, 2008). Perilaku self care bagi penderita DM meliputi: perilaku aktifitas fisik (olahraga), perilaku pengaturan diet, perilaku dalam mengontrol kadar glukosa darah, perilaku pengobatan, serta perilaku pencegahan komplikasi (American Association of Diabetic Educator, 2003).

Mematuhi serangkaian tindakan self care secara rutin yang akan berlangsung seumur hidup pada dasarnya merupakan tantangan yang besar dan bukan hal yang mudah untuk dilakukan. Perasaan jenuh dan bosan dapat muncul setiap saat yang menyebabkan penderita DM tidak lagi disiplin dalam melakukan tindakan self care. Sehingga, dukungan keluarga sangat dibutuhkan untuk membantu agar penderita DM tipe 2 memiliki keyakinan dan kemampuan untuk melakukan tindakan self care (Tamara, 2014).


(4)

7

Dukungan keluarga dapat dilakukan dengan cara mengoptimalkan fungsi keluarga dalam membantu penderita DM tipe 2 supaya mampu beradaptasi dan mematuhi tindakan self care melalui empat dimensi yaitu dimensi emosional, dimensi penghargaan, dimensi intrumental dan dimensi partisipasi (Hensarling, 2009).

4. PENUTUP 4.1Kesimpulan

Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara lamanya menderita diabetes mellitus dengan pasien diabetes mellitus tipe 2 di GRHA Diabetika Surakarta dengan adanya faktor perancu dukungan keluarga.

4.2Saran

a. Diharapkan dengan adanya penelitian ini petugas kesehatan hendaknya dapat dan mampu mendeteksi gangguan fungsi kognitif sehingga dapat mencegah kualitas hidup pasien diabetes mellitus tipe 2 yang memburuk.

b. Diharapkan dengan adanya penelitian ini petugas kesehatan dapat mengajarkan pola hidup sehat pada pasien diabetes dan dapat mengontrol gula darahnya.

c. Perlunya penelitian lebih lanjut tentang hal ini karena penelitian dengan memasukan faktor perancu lainnya masih banyak yang belum di teliti, dan dengan jumlah sampel yang lebih banyak lagi.

d. Perlunya penelitian lebih lanjut dengan mengkhususkan sampel yang akan diteliti, sehingga tidak ada faktor perancu dari kriteria sampel yang berbeda-beda.

DAFTAR PUSTAKA

American Association of Diabetic Educator.. (2003). Standards for outcomes measurement of diabetes sel-management education.The Diabetes Educator. Vol: 29, Number 5.


(5)

8

Corwin, Elizabeth J., 2009. Buku Saku Patofisiologi. Edisi Ketiga. Jakarta: EGC. Cox & Gonder. (2008). Major developments in behavioral diabetes research. J.

Consult Clin Psychol 1992, 60(4):628-638.

Cukierman, T., Gerstein, H.C., Williamson, J.D. 2005. Cognitive Decline and Dementia in Diabetes Systematic Overview of Prospective Observational Studies.Diabetologia; 48(12): 2460-2469

Dinas Kesehatan Surakarta. 2014. Buku Profil Kesehatan Kota Surakarta tahun 2014. Surakarta: Dinas Kesehatan Surakarta.

Dinas Kesehatan Jawa Tengah. 2013. Buku Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2013. Semarang: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Gatlin. PK 2012. Severity of type 2 diabetes mellitus. Working memory and self

care (Doctoral Dissertation. The University of Arizona). http://www.search.proquest.com

Heckman GA, Patterson CJ, Demers C, St.Onge J, Turpie ID, McKelvie RS. Heart failure and cognitive impairment: Challenges and opportunities.Clinical Intervention in Aging 2007; 2(2): 209-218.

Hensarling, J. (2009). Development and psychometric testing of Hensarling’s diabetes family support scale, a dissertation. Degree of Doctor of philosophy in the Graduate School of the Texa’s Women’s University. Diakses sari www.proquest.com pada tanggal 8 Desember 2010

Irawan, Dedi. 2010. Prevalensi dan Faktor Risiko Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 di Daerah Urban Indonesia (Analisa Data Sekunder Riskesdas 2007). Thesis Universitas Indonesia.

Logroscino, G., Kang, J. H., Grodstein, F. 2004. Prospective study of type 2 diabetes and cognitive decline in women aged 70-81 years.British Medical Journal. 129: 22-6

Nugroho, F. A., 2011. Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Status Kognitif pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Lanjut Usia. Universitas Diponegoro. Karya Tulis Ilmiah.

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI).,2015. Konsensus Pengelolaan dan Penegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. Jakarta

Purnamasari, D., 2009. Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Melitus. Dalam: Alwi I. Setiati S, Setyohadi B, Simandibrata M, Sudoyo AW, editor. Buku Ajar ilmu Penyakit Dalam, Jilid III. Ed ke-5. Jakarta: Interna Publishing: 2009. Pp.1880-3

Qiu C, Winblad B, Marengoni A, Klarin I, Fastbom J, Fratiglioni L Heart failure and risk of dementia and Alzheimer disease: a population-based cohort study.Arch Intern Med. 2006;166(9): 1003-1008.


(6)

9

Roberts, Rosebud., dkk. 2008. Association of Duration and Severity of Diabetes Mellitus with Mild Cognitive Impairment. Arch Neurol. Online diakses pada 1 Mei 2016.

Saunderajen (2010). “Pengaruh Sindroma Metabolik Terhadap Gangguan Fungsi

Kognitif”., Master thesis, Univ. Diponegoro. Semarang: 12 agustus 2011. Tamara, E. (2014). “Hubungan antara Dukungan Keluarga dan Kualitas Hidup

Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau”. 1 (2):1-7.

Tamher, S dan Noorkasiani. 2009. Kesehatan Usia Lanjut Dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan. Jakarta: salemba Medika.

Trojano L, Antonelli, Incalzi R, Acanafora D, Picone C, Mecocci P, Rengo F. 2003. Congestive Heart Failure Italian Study Investigators. Cognitive impairment: a key feature of congestive heart failure in the elderly.J Neurol. 2003;250(12):1456-1463.

Wijoto, Poerwadi, T. 2011. Gangguan Neurobehavior. Dalam: Machfoed, M.H., Hamdan, M., Machin, A., Wardah, R.I., editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Saraf. Airlangga Universiy Press. Surabaya. P. 49-80.

Yuniati F dan Riza M. 2004. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kesulitan mengingat dan konsentrasi pada usia lanjut di Indonesia tahun 2004. Jurnal pembangunan manusia. Volume. 2.


Dokumen yang terkait

PENDAHULUAN Hubungan Lamanya Menderita Diabetes Melitus Dengan Terjadinya Diabetic Peripheral Neuropathy (Dpn) Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Grha Diabetika Surakarta.

0 6 4

HUBUNGAN LAMANYA MENDERITA DIABETES DENGAN RISIKO JATUH PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI GRHA Hubungan Lamanya Menderita Diabetes Dengan Risiko Jatuh Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Grha Diabetika Surakarta.

3 20 17

HUBUNGAN LAMANYA MENDERITA DIABETES DENGAN RISIKO JATUH PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI GRHA Hubungan Lamanya Menderita Diabetes Dengan Risiko Jatuh Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Grha Diabetika Surakarta.

0 4 15

BAB 1 Hubungan Lamanya Menderita Diabetes Dengan Risiko Jatuh Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Grha Diabetika Surakarta.

0 4 4

HUBUNGAN ANTARA LAMANYA MENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 DENGAN FUNGSI KOGNITIF DI GRHA Hubungan Antara Lamanya Menderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Dengan Fungsi Kognitif Di GRHA Diabetika Surakarta.

0 3 18

A. Latar Belakang Hubungan Antara Lamanya Menderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Dengan Fungsi Kognitif Di GRHA Diabetika Surakarta.

0 5 4

DAFTAR PUSTAKA Hubungan Antara Lamanya Menderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Dengan Fungsi Kognitif Di GRHA Diabetika Surakarta.

0 5 5

HUBUNGAN LAMANYA MENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2DENGAN PENURUNAN FUNGSI KOGNITIF Hubungan Lamanya Menderita Diabetes Melitus Tipe 2 dengan Penurunan Fungsi Kognitif.

0 2 13

HUBUNGAN LAMANYA MENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN PENURUNAN FUNGSI KOGNITIF Hubungan Lamanya Menderita Diabetes Melitus Tipe 2 dengan Penurunan Fungsi Kognitif.

0 4 12

DAFTAR PUSTAKA Hubungan Lamanya Menderita Diabetes Melitus Tipe 2 dengan Penurunan Fungsi Kognitif.

0 2 4