HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH DENGAN TINGKAT NYERI SENDI PADA PENDERITA OSTEOARTHRITIS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DINOYO KOTA MALANG

(1)

HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH DENGAN TINGKAT NYERI SENDI PADA PENDERITA OSTEOARTHRITIS DI WILAYAH

KERJA PUSKESMAS DINOYO KOTA MALANG

SKRIPSI

Oleh:

ZERY EKO SUSANTO

07060016

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMUKESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2014


(2)

i

HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH DENGAN TINGKAT NYERI SENDI PADA PENDERITA OSTEOARTHRITIS DI WILAYAH

KERJA PUSKESMAS DINOYO KOTA MALANG

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Keperawatan (S.Kep) pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Malang

Oleh:

ZERY EKO SUSANTO

07060016

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMUKESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2014


(3)

(4)

(5)

iv

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Zery Eko Susanto NIM : 07060016

Jurusan : Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas : Ilmu Kesehatan

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG Dengan ini menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa :

1. Tugas akhir dengan judul : Hubungan Antara Indeks Massa Tubuh Dengan Tingkat Nyeri Sendi Pada Penderita Osteoartrtis di Wilayah Kerja Puskesmas Dinoyo Kota Malang adalah hasil karya saya. Tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, baik sebagian ataupun keseluruhan, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka.

2. Apabila ternyata didalam naskah tugas akhir ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur Plagiasi, saya bersedia tugas akhir ini digugurkan dan gelar akademik yang telah saya peroleh dibatalkan, serta diproses sesuai hukum yang berlaku.

3. Tugas akhir ini dapat dijadikan sumber pustaka yang merupakan HAK BEBAS ROYALTY NON EKSKLUSIF.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya untuk digunakan sebagaimana mestinya.

Malang, Agustus 2014 Yang Membuat Pernyataan,

Zery Eko Susanto 07060016


(6)

v ABSTRAK

Hubungan Antara Indeks Massa Tubuh Dengan Tingkat Nyeri Sendi Pada Penderita Osteoartritis Di Wilayah Kerja Puskesmas Dinoyo Kota Malang

Zery Eko Susanto1, Yoyok Bekti Prasetyo, M.kep. Sp.kom.2, Sri Widowati, S.Kep. Ns.3

Latar Belakang: Osteoartritis adalah suatu penyakit sendi menahun yang ditandai oleh adanya kelainan pada tulang rawan (kartilago) sendi dan tulang di dekatnya. Kelainan pada kartilago dapat menyebabkan tulang bergesekan satu sama lain, yang menyebabkan kekakuan, nyeri dan pembatasan gerakan pada sendi. Kelebihan berat badan dapat meningkatkan tekanan dalam celah sendi sehingga meningkatkan nyeri. Kelebihan lemak pada individu dengan obesitas, memicu proses fisiologi yang mengakibatkan peradangan dan berhubungan dengan rasa nyeri. Orang gemuk beresiko tinggi terkena osteoarthritis (OA) dan mungkin juga pada peningkatan risiko tangan dan pinggul OA. Aktivitas fisik yang kurang ditambah dengan kelebihan berat badan berpotensi menimbulkan pembebanan sendi yang semakin besar, khususnya sendi lutut. Kondisi ini diperparah bila terjadi pada lansia, dimana telah terjadi perubahan hormonal yang memicu percepatan proses degenerasi struktur persendian.

Metode: Penelitian ini merupakan penelitian korelasional, menggunakan jenis penelitian cross sectional. Sampel penelitian ini berjumlah 37 responden yang diambil secara purposive sampling . Penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel independen (obesitas) dan variabel dependen (tingkat nyeri sendi) instrumen penelitian ini menggunakan kuesioner. Analisis data yang digunakan adalah uji Korelasi product moment.

Hasil: Berdasarkan hasil analisis data dengan uji korelasi product moment diperoleh koefisien korelasi (R) sebesar 0,692 dengan nilai signifikan (p) sebesar 0,000 < 0,05. Terdapat hubungan positif dan signifikan antara IMT dengan tingkat nyeri pada penderita osteoartritis di wilayah kerja puskesma Dinoyo kota Malang.

Kesimpulan: Overweight dalam penelitian ini diukur berdasarkan oleh Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan faktor resiko terhadap terjadinya osteoarthritis, tetapi bukan merupakan satu-satunya faktor yang menentukan derajat osteoarthritis. Ada banyak faktor lain yang juga saling bekerja saa dalam menentukan derajat osteoarthritis yang diderita oleh pasien.

Kata kunci: obesitas, Indeks Massa Tubuh (IMT),osteoarthritis, lansia, tingkat nyeri sendi.

________________________________________________________________________ 1. Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas

Muhammadiyah Malang

2. Dosen Universitas Muhammadiyah Malang 3. Dosen Universitas Muhammadiyah Malang


(7)

vi ABSTRACT

Relation Between Obesity With Joint Pain Level To Accusative Osteoarthritis At Dinoyo Local Government Clinic Area In Malang City

Zery Eko Susanto1, Yoyok Bekti Prasetyo, M.kep. Sp.kom.2, Sri Widowati, S.Kep. Ns.3

Background: osteoarthritis is a joint illness which has symptom cartilago and bones nearby disorder. This bones cartilago disorder can cause bones has friction each other that can cause gauche, pain, and bordering movement of the joint. Obesity can increase the pressure at the joint gap, is that so the level of pain has also increase. The fat excess in the people with obesity, triggering phisiological process which can cause inflamation and have a connection with painful.

Fat people has a risk to outstanding of osteoarthritis (OA) and perhaps with the rise of risk with their arms and hip. Lack of physical activity plus obesity has potential to emerging increasingly toward joint load, especcially to knee joint. The worst condition can happen to geriatrics patient, where the switch of hormonal have been occured which can trigger acceleration of joint structure degeneration.

Method: this research is correlational research, using cross sectional kind of research. Sample of this reasearch are 37 respondent that was taken with purposive sampling. This reasearch consist of two variable, independent variabe (obesity) and dependent variable (joint pain level). This research use kuesioner as an instrument. Korelasi product moment test is used as data analytic.

Result: based to data analytic with Correlation product moment test, we can obtain correlation coefficient (R) 0,692 with significant value (p) 0,000 < 0,05. There ara positive and significant relation between BMI with pain level to osteoarthritis accusative in Malang Local Government Clinic Dinoyo area.

Conclusion: in this reasearch, BMI become representative from overweght, which form the factor of risk to osteoarthritis occured. But not the only factor that can establish osteoarthritis level. There ara many another factor which also have effect within determine of osteoarthritis level to patient.

Keyword: obesity, body mass index (BMI), osteoarthritis, geriatrics, joint pain level

________________________________________________________________________ 1. University Student at Malang Muhammadiyah University, Nursing Course, Health

Faculty.

2. Malang Muhammadiyah University Lecturer 3. Malang Muhammadiyah University Lecturer


(8)

vii

KATA PENGANTAR

Tiada kata yang paling indah untuk diucapkan, kecuali ucapan alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan antara Obesitas (IMT) dengan Tingkat Nyeri Sendi pada

Penderita Osteoarthritis” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana keperawatan di Universitas Muhammadiyah Malang.

Sebagai pribadi yang memiliki keterbatasan, penulis menyadari bahwa kelancaran penyusunan skripsi ini tidak lepas dari adanya dorongan, bantuan, dan dukungan dari semua pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Yoyok Bekti Prasetyo M.kep Sp.kom, selaku dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang serta selaku pembimbing I.

2. Nurul Aini S.Kep Ns, selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.

3. Sri Widowati, S.kep Ns selaku pembimbing II yang sudah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan pengarahan pada penulis hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.

4. Aini Alifatin S.kep Ns, selaku dosen wali yang telah mendukung dan memberi pengarahan sejak awal perkuliahan hingga selesainya skripsi.

5. Dosen dan staf TU Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, atas Ilmu dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis.

6. Puskesmas Dinoyo yang telah memberi izin dan membantu saya dalam pelaksanaan penelitian.


(9)

viii

7. Subyek penelitian yang merelakan rahasia pribadinya untuk penulis demi pengembangan keilmuan, permintaan maaf dan terima kasih saya haturkan. 8. Bapak Siswanto dan ibu Nanik Suharti, serta kedua adikku tercinta Choirul Dwi

Cahyo dan Aulia Uswatun Khasanah yang telah memberikan doa dan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

9. Sahabat - sahabatku di Bukan Bontang Biasa (BBB) yang tidak lelah mendukung dari awal kuliah sampai sekarang.

10. Niko Bagus Prasetyo dan Admarta Khurnia Kusuma, teman seperjuangan dalam bimbingan dan kelulusan.

11. Teman-temanku di Fakultas Ilmu Kesehatan angkatan 2007 yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih atas dukungan dan kebersamaannya selama ini.

12. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Akhir kata tiada satupun karya manusia yang sempurna, oleh karenanya saran dan kritik demi perbaikan sangat penulis hargai dan harapkan. Semoga Allah SWT selalu memberikan rahmat dan ridhonya kepada kita semua. Amin.

Malang, 5 Januari 2014

Penulis


(10)

ix DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Lembar Persetujuan ... ii

Lembar Pengesahan ... iii

Lembar Pernyataan ... iv

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN... xvi

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.3.1 Tujuan Umum ... 5

1.3.2 Tujuan Khusus ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

1.4.1 Manfaat bagi peneliti ... 5

1.4.2 Manfaat bagi Masyarakat ... 5

1.4.3 Manfaat bagi puskesmas ... 6

1.4.4 Manfaat bagi profesi keperawatan ... 6

1.5 Batasan Istilah ... 6

1.6 Keaslian Penelitian ... 8

BAB. II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Indeks massa tubuh dan obesitas ... 11

2.1.1 Indeks massa tubuh (IMT) ... 11

2.1.2 Definisi obesitas ... 13

2.2 Osteoarthritis ... 15

2.2.1 Definisi Osteoarthritis ... 15

2.2.2 Etiologi ... 15

2.2.3 Klasifikasi ... 17

2.2.4 Manifestasi klinis ... 17

2.2.5 Diagnosis Osteoarthritis ... 18

2.3 Konsep nyeri ... 18

2.3.1 Klasifikasi nyeri ... 19

2.3.2 Fisiologi nyeri ... 20

2.4 Patofisioogi nyeri ... 22

2.5 Lansia (lanjut usia) ... 22

2.5.1 Definisi ... 22

2.5.2 Kebutuhan hidup orang lanjut usia... 23

2.5.3 Faktor kesehatan ... 25

2.6 Hubungan indeks massa tubuh dengan nyeri ... 26

BAB III. KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS 3.1 Kerangka Konsep ... 28


(11)

x BAB IV. METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian dan kerangka penelitian ... 30

4.2 Populasi, Sampel dan Teknik Sampling ... 32

4.2.1 Populasi ... 32

4.2.2 Sampel ... 32

4.2.3 Teknik Sampling ... 33

4.2.4 Kriteria Sampling ... 34

4.3 Variabel Penelitian ... 34

4.3.1 Variabel Independen ... 34

4.3.2 Variabel Dependen ... 34

4.4 Definisi Operasional ... 35

4.5 Tempat Penelitian ... 36

4.6 Waktu Penelitian ... 36

4.7 Prosedur Penelitian ... 36

4.7.1 Tahap Persiapan ... 36

4.7.2 Tahap Pelaksanaan ... 36

4.8 Prosedur pengum,pulan data ... 37

4.8.1 Angket atau kuesioner ... 37

4.8.2 Dokumentasi ... 37

4.9 Instrumen penelitian ... 40

4.10 Pengolahan data dan analisa data ... 40

4.10.1Teknik pengumpulan data ... 40

4.10.2Pengolahan data ... 40

4.10.3Analisa data ... 41

4.10.3.1Analisa Univariat ... 41

4.10.3.2Analisa Bivariat ... 41

4.11 Etik penelitian ... 41

4.11.1Anomity ... 41

4.11.2Kerahasiaan ... 42

BAB V. HASIL PENELITIAN DAN ANALISA DATA 5.1. Karakteristik lansia penderita osteoatritis ... 43

5.1.1. Usia ... 43

5.1.2. Jenis kelamin ... 44

5.1.3. Tingkat pendidikan ... 44

5.2. Deskripsi indeks massa tubuh (IMT) ... 45

5.3. Deskripsi tingkat nyeri penderita osteoartitis ... 46

5.4. Hubungan IMT dengan tingkat nyeri pada lansia penderita osteoarthritis di wilayah kerja puskesmas dinoyo malang ... 48

BAB VI. PEMBAHASAN 6.1 Karakteristik lansia penderita osteoarthritis ... 51

6.2 Indeks massa tubuh ... 51

6.3 Tingkat nyeri pada penderita osteoarthritis ... 53`

6.4 Hubungan indeks massa tubuh dengan tingkat nyeri ... 55


(12)

xi VII. PENUTUP

7.1. Kesimpulan ... 57 7.2. Saran ... 58


(13)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tabel kategori indeks massa tubuh ... 12 Tabel 2.2 Karakteristik nyeri akut dan kronis menurut

International Association for Study of Pain ... 12 Tabel 4.1 Definisi operasional ... 35 Tabel 5.1 Karakteristik Usia Responden Lansia Penderita Osteoarthritis

di Puskesmas Dinoyo Kota Malang Tahun 2014 ... 43 Tabel 5.2 Karakteristik Jenis Kelamin Responden lansia Penderita

Osteoartritis di Puskesmas Dinoyo Kota Malang Tahun 2014... 44 Tabel 5.3 Karakteristik Tingkat Pendidikan Responden Lansia Penderita

Osteoartritis di Puskemas Dinoyo Kota Malang Tahun 2014 ... 44 Tabel 5.4 Perhitungan Indeks Massa Tubuh (IMT) Lansia Penderita

Osteoarthritis di Puskesmas Dinoyo Kota Malang Tahun 2014. ... 45 Tabel 5.5 Tingkat Nyeri Lansia Penderita Osteoartritis di Puskesmas

Dinoyo Kota Malang ... 46 Tabel 5.7 Hasil Analisis KorelasiPearson. ... 49


(14)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Permohonan Studi Pendahuluan Lampiran 2 Surat Ijin Studi Pendahuluan

Lampiran 3 Distribusi Frekuensi

Lampiran 4 Hasil Analisis korelasi Pearson Lampiran 5 Tabel Tingkat Nyeri

Lampiran 6 Tabel Hitung Menggunakan Korelasi Product Momen Lampiran 7 Dokumentasi


(15)

xiv

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1998. Keluarga Berencana dan Hubungannya dengan Kehidupan Sosial, ekonomi dan Budaya, BKKBN, Jakarta

Altman R.D. 1991. Criteria for the Classification of Osteoarthritis. Journal of Rheumatology; 27 (suppl) : 10 – 12.

Bambang, S. 2003. Osteoartritis Selayang Pandang. Dalam Temu Ilmiah Reumatologi. Jakarta : 27 – 31.

Bartlet, 2007. Hughes (P) Clinical Practice Protocols in Oncology Nursing.

Berger, Lutzen,W., Flor, H., Birbaumer, N., Schugens, M. M.. 1992. Symptomspecific psychophysiological responses in chronic pain patients. Psychophysiology, 29(4), 452-460.

Betz C.L, Sowden L.A. (2002). Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta : EGC

BMI-related errors in the measurement of obesity., diakses dari http://www.nature.com/ijo/journal/v32/n1s/abs/ijo200887a.html, di akses tanggal 17 Desember 2013

Body Mass Index: Considerations for Practitioners, diakses dari http://www.cdc.gov/healthyweight/assessing/bmi/adult_bmi/english_bmi_ calculator/bmi_calculator.html, tanggal 17 Desember 2013

Body mass index associated with onset and progression of osteoarthritis of the knee but not of the hip: The Rotterdam Study. http://ard.bmj.com/content/66/2/158.short, diakses tanggal 17 Desember 2013

Brunner & Suddarth. 1996. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Volume 3. Jakarta: Penerbit Buku kedokteran EGC

David, K. 2004. : Towards a critical history of the body, identity and health: corporeal power and school practice. In John Evans, Brian Davies & Jan Wright, eds: Body Knowledge and Control: Studies in the Sociology of Physical

Education and Health, p 52–67. London: Routledge

Depkes RI. 2003. Pedoman pembinaan kesehatan usia lanjut bagi petugas kesehatan. Depkes : Jakarta

Depkes RI. 2003. Pedoman pengelolaan kegiatan kesehatan di kelompk lanjut usia. Depkes : Jakarta

Elle, M.K. 2000. Nursing Intervension and Clinical Skill, 2nd edition, Mosby : USA Felson, D.T. 2006. osteoarthritis of the knee. NEJM 354: 841-8485


(16)

xv

Felson D.T., Osteoarthritis New Insights. Part 1 : The Disease and Its Risk Factors.

Annals Internal Medicine, 2000; 133 : 637 – 639.

Felson dan Cristine. 1997. 2 Understanding the relationship between body weight and osteoarthritis. Baillière's Clinical Rheumatology. Elsevier

Ganong, W. F. 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Ganong. Edisi 22,. Jakarta:EGC

Gordon, N.F. 2002. Radang Sendi (Arthritis) Panduan Latihan Lengkap. Jakarta : PT raja grafindo persada

Grummer-Strawn L.M. 2002. Handbook of pediatric obesity: etiology, pathophysiology, and prevention. Edited by Michael I. Goran, Melinda S. Sother

Handout on Health: Osteoarthritis. Diakses dari http://www.niams.nih.gov/Health_Info/Osteoarthritis/default.asp, diakses tanggal 17 Desember 2013

Haq I., Murphy E., Dacre J. 2003. OsteoarthritisReview. Postgrad Med J, 79 : 377 – 383.

Hidayat A.A. 2003. Riset Keperawaan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta;: salemba Medika

Hidayat A.A. 2004. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Imayati, Putu dan Kambayana, Gede.2013. Laporan Kasus Osteoarthritis.

Bagian/SMF Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar

Joewono, Haryy,I. , Handono,K. , Rawan,B. , Riardi,P. 2006. Chapter 279 : Osteoartritis. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi IV FKUI ; 1195-1202 Kozier,B., Erb,G., Berman,A., Snyder,S.J., 2004. Fundamental Nursing: Concept and

Procedurs. 8th edition. USA : Personal Prentice Hall.

Kozier. Erb. Berman. Snyder. 2011. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses,

dan Praktik. Edisi 7. Volume 1. Jakarta : EGC

Kushariyadi. 2010. Asuhan Keperawatan Klien Lanjut Usia. Jakarta : Salemba medika. Lane, N. E. 2007. Osteoarthritis of the Hip. NEJM 357: 1413-1421

Mandelbaum, W David. 2005. Etiology and Pathophysiology of Osteoarthritis.

orthopedics .1-9

Maharani, Eka Pratiwi. 2007. FAKTOR-FAKTOR RISIKO OSTEOARTRITIS LUTUT (Studi Kasus di Rumah Sakit Dokter Kariadi Semarang). Thesis. Program Studi Magister Epidemiologi Program Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang

Murray C.J.L., Lopez A.D. 1996. The Global Burden of Disease. Geneva : World Health Organization: 1 – 3.

Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta; rineka cipta Notoatmodjo, S.2007. Promosi kesehatan dan ilmu perilaku. Jakarta: rhineka cipta


(17)

xvi

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi penelitian kesehatan . Jakarta: rhineka cipta

Nursalam. 2003. Konsep penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan: pedoman skripsi, thsis, dan instrument penelitian keperawwatan. Jakarta : salemba medika

Poole A.R. 2001. Cartilage in Health and Disease. In : Arthritis and Allied Conditions. Text Book of Rheumatology. 4th Edition. Editor : Koopman W.J. Lippincot Williams & Wilkins. Philadelphia : 226 – 284.

Procedurs. 8th edition. Personal Prentice Hall: USA diakses tangal 4 November 2013

Pudiastuti, dkk. 2003. Fisioterai pada lansia. EGC : Jakarta

Smeltzer & Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah (edisi 8 volume 2). Alih Bahasa Agung Waluyo. Jakarta: EGC

Sugiyono. 2011. Statistika untuk Penelitian. Alfabeta. Bandung

Sumariyono, Nasution,A.R. 2006. Introduksi Reumatologi. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 4. Pusat penerbit Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK UI, Jakarta

Sylvia, Pricey A., Lorraine, Wilson M. 1995. Patofisiologi, Konsep Klinis Prosesproses Penyakit. Edisi 4. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC,1218 - 1222.

Tambayong, J. 1999. Patofisiologi untuk Keperawatan. EGC. Jakarta

Taylor, S. 1993. The structure of fundamental fears. Journal of Behavior Therapy and Experimental Psychiatry, 24, 289–299.

Torrance, C. & Serginson, E. (1997) Surgical Nursing, 12th edn. London: Baillière

Tindall.

Wolf R, Koch T, Schulz S, Klutzny M, Schroder H, Raulf E, Buhling F and Hollt V. 1999. Replacement of threonine 394 by alanine facilitates internalization and resensitization of the rat mu opioid receptor. Mol Pharmacol 55:263–268. Zhang. 2004. Phase Transitions and Backbones of the Asymmetric Traveling

Salesman Problem, Journal of Artificial Intellegence Research, Volume 21, pages 471-497.


(18)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan jaman, pola hidup masyarakat juga ikut mengalami perubahan. Masyarakat sekarang selalu ingin serba cepat dan dipermudah. Orang semakin malas berjalan untuk pergi ke suatu tempat dalam jarak dekat dan lebih memilih memakai kendaraan karena lebih cepat sampai dan tidak melelahkan. Gaya hidup serba cepat juga terja di dalam pola makan dan minum. Konsumsi makanan cepat saji telah lama dicurigai sebagai salah satu penyebab kelebihan berat badan.

Aktivitas fisik yang kurang ditambah dengan kelebihan berat badan berpotensi menimbulkan pembebanan sendi yang semakin besar, khususnya sendi lutut. Kondisi ini diperparah bila terjadi pada lansia, dimana telah terjadi perubahan hormonal yang memicu percepatan proses degenerasi struktur persendian. Degenerasi ini merupakan salah satu manifestasi klinis dari penyakit osteoarthritis (Juwono, 2006).

Osteoartritis adalah suatu penyakit sendi menahun yang ditandai oleh adanya kelainan pada tulang rawan (kartilago) sendi dan tulang di dekatnya. Tulang rawan (kartilago) adalah bagian dari sendi yang melapisi ujung dari tulang, yang memudahkan pergerakan dari sendi. Kelainan pada kartilago dapat menyebabkan tulang bergesekan satu sama lain, yang menyebabkan kekakuan, nyeri dan pembatasan gerakan pada sendi.Osteoarthritis yang juga dikenal sebagai penyakit sendi degeneratif atau osteoarthritis (sekalipun terdapat inflamasi) merupakan


(19)

2

kelainan sendi yang paling sering ditemukan dan kerapkali menimbulkan ketidakmampuan (disabilitas) (Imayati dan Kambayana, 2013).

Gejala klinis utama osteoarthritis sendi lutut adalah nyeri. Keluhan nyeri akan memburuk saat terjadi peningkatan pembebanan sendi, misalnya saat berjalan, naik tangga atau jongkok. Gejala lain meliputi morning stiffness yaitu rasa kaku pada sendi dipagi hari yang semakin membaik bila sendi semakin sering digerakkan. Beberapa penderita osteoarthritis menunjukkan proses inflamasi sendi dan krepitasi. Pada kondisi lanjut biasanya akan terjadi penurunan kekuatan otot dan deformitas sendi (Mandelbaum and David, 2005)

Di Amerika Serikat terdapat 35% orang dewasa tergolong overweight (IMT 25

– 29,9 kg/m2) dan sekitar 2,5% tergolong obesitas (IMT > 30,0 kg/m2). Semakin

meningkatnya prevalensi obesitas pada anak dan dewasa cukup memperihatinkan, mengingat obesitas diketahui meningkatkan hampir semua penyebab kematian. Walaupun di Indonesia belum ada data baku mengenai epidemiologi kegemukan,

namun terkesan terdapat peningkatan jumlah kejadian kegemukan, terutama di kota –

kota besar tadi akibat karena mudahnya akses mendapatkan makanan cepat saji, dan kurangnya aktifitas fisik yang rutin. Di Jakarta, terdapat peningkatan prevalensi obesitas dalam jangka 10 tahun (1982-1992) dari 4,2% dan 4,7% menjadi 10,9% dan

24,1% masing – masing pada laki – laki dan wanita. Penelitian lain menunjukkan

prevalensi kejadian OA di Malang, prevalensi OA di kota yaitu 10.0 %, lebih tinggi bila dibandingkan di pedesaan yaitu 13.5%. Menjadi pertanyaan apakah karena di

kota orang – orang lebih banyak kegemukan oleh karena mudahnya akses

mengkonsumsi makanan yang bergizi tidak seimbang. Sementara, obesitas, trauma dan kebiasaan aktivitas berat merupakan faktor risiko osteoarthritis (Maharani, 2007). Obesitas merupakan faktor risiko terkuat yang dapat dimodifikasi. Selama berjalan,


(20)

3

setengah berat badan bertumpu pada sendi lutut. Peningkatan berat badan akan melipatgandakan bebansendi lutut saat berjalan. Studi di Chingford menunjukkan bahwa untuk setiap peningkatan Indeks Massa Tubuh (IMT) sebesar 2 unit (kira-kira5 kg berat badan), odds rasio untuk menderita OA lutut secararadiografik meningkat sebesar 1,36 poin (Felson, 2000).

Kelebihan berat badan yang mungkin dapat meningkatkan tekanan dalam celah sendi sehingga meningkatkan nyeri. Kelebihan lemak pada individu dengan obesitas, memicu proses fisiologi yang mengakibatkan peradangan dan berhubungan dengan rasa nyeri. Orang gemuk beresiko tinggi terkena osteoarthritis (OA) dan mungkin juga pada peningkatan risiko tangan dan pinggul OA. Selain itu, kelebihan berat badan mempercepat perkembangan penyakit pada OA lutut. Sementara peningkatan stres bersama menyertai obesitas dapat menjelaskan hubungan yang kuat antara obesitas danr isiko OA lutut, tidak selalu menjelaskan mengapa orang obesitas memiliki risiko tinggi penyakit di tangan atau mengapa wanita obesitas berisiko lebih tinggi komparatif penyakit lutut dari obesitas laki-laki. Sayangnya, studi faktor metabolik terkait dengan obesitas belum memberikan penjelasan untuk temuan ini. Ada kekurangan data pada penurunan berat badan sebagai pengobatan untuk OA, tetapi informasi awal menunjukkan itu sangat efektif dalam penyakit lutut dan bahkan sejumlah kecil penurunan berat badan mungkin memiliki efek yang menguntungkan (David T. Felson, 1997).

Selain itu, belum ada intervensi secara terprogram oleh pemerintah terhadap faktor-faktor resiko tersebut. Pemerintah sadang berupaya melakukan intervensi secara terprogram dengan dibentuknya Direktorat Penyakit Tidak Menular Sub Direktorat Penyakit Kronis Degeneratif, yang bertugas menangani masalah-masalah penyakit kronis degenerative terasuk osteoarthritis. Hal tersebut diperkuat dengan


(21)

4

adanya Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 1277 / Menkes / SK / XI / 2006 tentang Struktur Organisasi dan Tatalakasana Departemen Kesehatan RI.

Hasil yang didapatkan dari Dinas Kesehatan Kota Malang tahun 2012, penderita osteoarthritis terbanyak berada pada wilayah kerja puskesmas Kedung Kandang sebanyak 3938 orang lansia. Wilayah Kerja Puskesmas Dinoyo tahun 2012 terdata ada 694 penderita osteoarthritis. Pada studi pendahuluan di Puskesmas Dinoyo Malang didapatkan hasil kunjungan lansia ke posyandu lansia pada bulan September-November 2013 adalah 1013 orang lansia. Laki-laki berjumlah 273 orang lansia dan perempuan berjumlah 740 orang lansia. Dari 1013 lansia yang melakukan pelayanan di posyandu lansia, 74 lansia menderita osteoartritis. Kemungkinan hasil tersebut akan bertambah lebih banyak karena lansia belum terlalu mengerti penyebab dari osteoartritis..

Dari data yang didapat selama 3 bulan pertama di tahun 2012, jumlah penderita osteoarthritis di wilayah kerja puskesmas Dinoyo sebesar 20 lansia pria dan 127 lansia wanita. Hal tersebut terdiri dari 6 lansia pria dan 49 lansia wanita di bulan Januari 2012, 5 lansia pria dan 50 lansia wanita di bulan Februari 2012, serta 9 lansia pria dan 28 lansia wanita di bulan Maret 2012. Hal inilah yang mendorong peneliti untuk meneliti tentang hubungan antara obesitas dengan tingkat nyeri pada penderita osteoarthritis pada lansia.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian iniadalahsebagai berikut :

Apakah ada hubungan antara indeks massa tubuh dengan tingkat nyeri pada penderita osteoarthritis di wilayah kerja puskesmas Dinoyo Malang.


(22)

5

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai penelitian ini adalah :

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara indeks massa tubuh dengan tingkat nyeri pada penderita osteoarthritis di wilayah

kerja Puskesmas Dinoyo.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mendeskripsikan gambaran karakteristik lansia penderita osteoarthritis

meliputi usia, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan, dll.

2. Mendeskripsikan gambaran IMT

3. Mendeskripsikan gambaran tingkat nyeri penderita osteoarthritis

4. Mengetahui hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan tingkat nyeri

pada penderita osteoarthritis di wilayah kerja puskesmas Dinoyo

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

1.1.1 Peneliti

a. Penelitian ini diharapkan dapat mengetahui hubungan antara indeks

massa tubuh dengan tingkat nyeri padapenderita osteoarthritis di Wilayahkerja Puskesmas Dinoyo Malang.

b. Memperoleh gambaran tentang tingkat nyeri dengan perhitungan indeks

massa tubuh (IMT).

1.1.2 Masyarakat

Sebagai bahan informasi kepada masyarakat khususnya lansia penderita osteoarthritis tentang pengaturan berat badan dengan cara melakukan penurunan


(23)

6

berat badan yang berlebih untuk mengurangi beban yang disangga oleh sendi sehingga mengurangi nyeri sendi dan memperbaiki fungsi sendi.

1.1.3 Puskesmas

a. Sebagai bahan informasi dan masukan untuk petugas kesehatan di

Puskesmas Dinoyo Kota Malang, khususnya dalam penanganan masalah kesehatan lansia penderita osteoartritis.

b. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai perawat terutama perawat

gerontik di komunitas untuk mengembangkan ilmu keperawatan dalam hal manajemen terpadu mengenai penatalaksanaan nyeri osteoartritis, salah satunya dengan pengaturan berat badan pada lansia.

1.1.4 Manfaat Profesi Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan dan sumbangan bagi pengembangan teori bidang keperawatan gerontik di komunitas mengenai peran perawat sebagai petugas lapangan dalam pemberian asuhan keperawatan yang baik bagi lansia dengan masalah osteoartritis.

1.5 Batasan Istilah Penelitian

1. IMT (Indeks Massa Tubuh)

Indeks massa tubuh (IMT) adalah nilai yang diambil dari perhitungan antara berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) seseorang. IMT dipercayai dapat menjadi indikator atau mengambarkan kadar adipositas dalam tubuh seseorang. IMT tidak mengukur lemak tubuh secara langsung, tetapi penelitian menunjukkan bahwa IMT berkorelasi dengan pengukuran secara

langsung lemak tubuh seperti underwater weighing dan dual energy x-ray


(24)

7

2. Osteoarthritis

Osteoartritis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif yang berkaitan dengan kerusakan kartilago sendi, dimana terjadi proses degradasi interaktif sendi yang kompleks, terdiri dari proses perbaikan pada kartilago, tulang dan sinovium diikuti komponen sekunder proses inflamasi.

3. Sensasi Nyeri

Secara umum nyeri adalah suatu rasa yang tidak nyaman, baik ringan maupun berat. Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan eksistensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya

(Tamsuri, 2007). Menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri

adalah pengalaman perasaan emosional yang tidak menyenangkan akibat terjadinya kerusakan aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan.

4. Lansia

Menurut WHO adalah mereka yang memiliki usia 45-59 tahun (midle age), Lanjut usia (elderly) 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) 75-90 tahun dan usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun (Suhartini, 2011).

5. Kelebihan berat badan adalah suatu kondisi dimana perbandingan berat

badan dan tinggi badan melebihi standar yang ditentukan. Sedangkan obesitas adalah kondisi kelebihan lemak, baik di seluruh tubuh atau terlokalisasi pada bagian bagian tertentu. Obesitas merupakan peningkatan total lemak tubuh, yaitu apabila ditemukan kelebihan berat badan >20% pada pria dan >25% pada wanita karena lemak (Ganong W.F, 2003).


(25)

8

1.6 KeaslianPenelitian

1. Maharani, Eka Pratiwi. 2007. (Jurnal Indonesia/skripsi Undip program

pendidikan dokter) Menggunakan metode penelitian observasional dengan

rancangan studi kasus control (case control study) dengan judul “ Faktor-Faktor

Risiko Osteoartritis Lutut (Studi kasus di Rumah Sakit Dokter Kariadi

Semarang)”. Jumlah responden sebanyak 130 sampel, dibagi kelompok, yaitu

65 kasus dan 65 kontrol. Tujuan penelitian ini untuk membuktikan bahwa factor predisposisi (demografi, gaya hidup, metabolik) dan faktor presipitasi biomekanik sebagai faktor resiko OA lutut. Hasil penelitian menunjukkan faktor risiko OA lutut adalah obesitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa obesitas berat merupakan faktor resiko kejadian OA lutut, dengan nilai p = 0,046; OR adjusted = 2,51 dan 95% = Cl 1,22 – 5,26 yang berarti bahwa orang yang menderita oesitas berat akan beresiko terserang OA lutut sebesar 2,51 kali lipat dibandingkan orang yang tidak menderita obesitas berat. Hasil penelitian tersebut senada dengan hasil penelitian-penelitian yang telah dilakukan, dimana besar resiko obesitas untuk terserang OA lutut berkisar antara 5 – 12 kali.

2. Wahyuningsih, Nur Aini Sri. 2009. (Jurnal Indonesia/skripsi Uns program

pendidikan dokter) Menggunakan metode penelitian observasional dengan

pendekatan cross sectional dengan judul “ Hubungan Obesitas dengan

Osteoartritis Lutut pada Lnasia di Kelurahan Puncangsawit Kecamatan

Jebres Surakarta”. Jumlah responden sebanyak 60 sampel. Tujuan penelitian

ini untuk mengetahui hubungan obesitas terhadap osteoarthritis lutut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hamper semua lanisa dengan IMT berlebih (obesitas) menderita osteoarthritis lutut. Hasil penelitian menunjukan bahwa hamper semua lansia dengan IMT berlebih (obesitas) menderita osteoarthritis


(26)

9

lutut. Didapatkan X² hitung dengan (9,62) lebih besar dari X² table (5,991)

dengan taraf signifikan α 0,05 dan derajat bebas (db) 2. Dan dari uji Odds ratio

didapatkan hasil responden dengan IMT normal (OR = 1,5) memiliki resiko 1,5 kali lebih besar untuk menerima osteoarthritis lutut dibandingkan dengan responden dengan IMT kurang. Dan responden dengan IMT lebih rendah (OR = 4,9) memiliki resiko 4,9 kali lebih besar untuk menderita osteoarthritis lutut dibandingkan responden dengan IMT normal. Berdasarkan perhitungan statistik, ternyata didapatkan hubungan yang bermakna antara obesitas dengan osteoarthritis lutut pada lansia di Kelurahan Puncangsawit Kecamatan Jebres Surakarta pada penelitian ini.

3. Koentjoro, Sara Listyani. 2010. (Jurnal Indonesia/skripsi Undip program

pendidikan dokter) Menggunakan metode penelitian observasional dengan

pendekatan cross sectional dengan judul “ Hubungan antara Indeks Massa

Tubuh dengan Derajat Osteoartritis Lutut menurut Kellgren dan Lawrance”.

Jumlah responden sebanyak 28 pasien osteoarthritis lutut yang memenuhi kriteria eksklusi dan inklusi di SMF ilmu penyakit dalam (Poli Reumatik) dan instalsi rehabilitasi medic RS.. Tujuan penelitian ini untuk mencari hubungan antara kegemukan sebagai faktor resiko yang diwakili oleh indeks massa tubuh (IMT) dengan derajat osteoarthritis menurut Kellgren dan Lawrance. Hasil penelitian tidak terhadap hubungan yg bermakna antara indeks massa tubuh (IMT) dengan derajat osteoarthritis lutut menurut Kellgren dan Lawrance. Responden yang masuk dalam penelitian ini sebagian besar mempunyai Indeks Masa Tubuh (IMT) > 25,0 yaitu sejumlah 17 orang atau 60,7%. Hal ini sesuai dengann penelitian Kun Salimah yang mengatakan


(27)

10

terkena osteoarthritis lutut 2,083 kali lebih besar dari pada seseorang dengan Body Mass Index > 22.

4. Rasyidi, Faradiana. 2012. (Jurnal Indonesia/skripsi UB program pendidikan

dokter) Menggunakan metode analitik observasional dengan pendekatan

cross sectional dengan judul “ Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Derajat Nyeri pada Penderita Osteoartritis lutut”. Jumlah responden

sebanyak 58 yang diambil secara purposive randomized sampling . Penelitian ini

menggunakan uji korelasi Spearman. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui

hubungan indeks massa tubuh dengan derajat nyeri pada penderita osteoarthritis lutut yang diukur dengan visual analog scale (VAS) dan pain disability indeks (PDI). Dari hasil analisis untuk mengukur IMT dengan VAS

dan PDI, didapatkan p value< 0,05 yang berarti terdapat hubungan yang

bermakna antara IMT dengan derajat nyeri pada penderita OA lutut yang diukur dengan VAS dan PDI. Untuk VAS dengan PDI, dari hasil analisis didapatkan p value < 0,05 juga yang berarti terdapat hubunga yang bermakna antara VAS da PDI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara IMT dengan derajat nyeri pada penderita OA lutut yang diuku dengan VAS dan PDI yang dilihat dari hasil analisis uji korelasi Spearmen dan hasil observasi.


(1)

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai penelitian ini adalah : 1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara indeks massa tubuh dengan tingkat nyeri pada penderita osteoarthritis di wilayah kerja Puskesmas Dinoyo.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mendeskripsikan gambaran karakteristik lansia penderita osteoarthritis meliputi usia, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan, dll.

2. Mendeskripsikan gambaran IMT

3. Mendeskripsikan gambaran tingkat nyeri penderita osteoarthritis

4. Mengetahui hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan tingkat nyeri pada penderita osteoarthritis di wilayah kerja puskesmas Dinoyo

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: 1.1.1 Peneliti

a. Penelitian ini diharapkan dapat mengetahui hubungan antara indeks massa tubuh dengan tingkat nyeri padapenderita osteoarthritis di Wilayahkerja Puskesmas Dinoyo Malang.

b. Memperoleh gambaran tentang tingkat nyeri dengan perhitungan indeks massa tubuh (IMT).

1.1.2 Masyarakat

Sebagai bahan informasi kepada masyarakat khususnya lansia penderita osteoarthritis tentang pengaturan berat badan dengan cara melakukan penurunan


(2)

berat badan yang berlebih untuk mengurangi beban yang disangga oleh sendi sehingga mengurangi nyeri sendi dan memperbaiki fungsi sendi.

1.1.3 Puskesmas

a. Sebagai bahan informasi dan masukan untuk petugas kesehatan di Puskesmas Dinoyo Kota Malang, khususnya dalam penanganan masalah kesehatan lansia penderita osteoartritis.

b. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai perawat terutama perawat gerontik di komunitas untuk mengembangkan ilmu keperawatan dalam hal manajemen terpadu mengenai penatalaksanaan nyeri osteoartritis, salah satunya dengan pengaturan berat badan pada lansia.

1.1.4 Manfaat Profesi Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan dan sumbangan bagi pengembangan teori bidang keperawatan gerontik di komunitas mengenai peran perawat sebagai petugas lapangan dalam pemberian asuhan keperawatan yang baik bagi lansia dengan masalah osteoartritis.

1.5 Batasan Istilah Penelitian

1. IMT (Indeks Massa Tubuh)

Indeks massa tubuh (IMT) adalah nilai yang diambil dari perhitungan antara berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) seseorang. IMT dipercayai dapat menjadi indikator atau mengambarkan kadar adipositas dalam tubuh seseorang. IMT tidak mengukur lemak tubuh secara langsung, tetapi penelitian menunjukkan bahwa IMT berkorelasi dengan pengukuran secara langsung lemak tubuh seperti underwater weighing dan dual energy x-ray


(3)

2. Osteoarthritis

Osteoartritis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif yang berkaitan dengan kerusakan kartilago sendi, dimana terjadi proses degradasi interaktif sendi yang kompleks, terdiri dari proses perbaikan pada kartilago, tulang dan sinovium diikuti komponen sekunder proses inflamasi.

3. Sensasi Nyeri

Secara umum nyeri adalah suatu rasa yang tidak nyaman, baik ringan maupun berat. Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan eksistensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya (Tamsuri, 2007). Menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah pengalaman perasaan emosional yang tidak menyenangkan akibat terjadinya kerusakan aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan.

4. Lansia

Menurut WHO adalah mereka yang memiliki usia 45-59 tahun (midle age), Lanjut usia (elderly) 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) 75-90 tahun dan usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun (Suhartini, 2011).

5. Kelebihan berat badan adalah suatu kondisi dimana perbandingan berat badan dan tinggi badan melebihi standar yang ditentukan. Sedangkan obesitas adalah kondisi kelebihan lemak, baik di seluruh tubuh atau terlokalisasi pada bagian bagian tertentu. Obesitas merupakan peningkatan total lemak tubuh, yaitu apabila ditemukan kelebihan berat badan >20% pada pria dan >25% pada wanita karena lemak (Ganong W.F, 2003).


(4)

1.6 KeaslianPenelitian

1. Maharani, Eka Pratiwi. 2007. (Jurnal Indonesia/skripsi Undip program pendidikan dokter) Menggunakan metode penelitian observasional dengan rancangan studi kasus control (case control study) dengan judul “ Faktor-Faktor Risiko Osteoartritis Lutut (Studi kasus di Rumah Sakit Dokter Kariadi Semarang)”. Jumlah responden sebanyak 130 sampel, dibagi kelompok, yaitu 65 kasus dan 65 kontrol. Tujuan penelitian ini untuk membuktikan bahwa factor predisposisi (demografi, gaya hidup, metabolik) dan faktor presipitasi biomekanik sebagai faktor resiko OA lutut. Hasil penelitian menunjukkan faktor risiko OA lutut adalah obesitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa obesitas berat merupakan faktor resiko kejadian OA lutut, dengan nilai p = 0,046; OR adjusted = 2,51 dan 95% = Cl 1,22 – 5,26 yang berarti bahwa orang yang menderita oesitas berat akan beresiko terserang OA lutut sebesar 2,51 kali lipat dibandingkan orang yang tidak menderita obesitas berat. Hasil penelitian tersebut senada dengan hasil penelitian-penelitian yang telah dilakukan, dimana besar resiko obesitas untuk terserang OA lutut berkisar antara 5 – 12 kali.

2. Wahyuningsih, Nur Aini Sri. 2009. (Jurnal Indonesia/skripsi Uns program pendidikan dokter) Menggunakan metode penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional dengan judul “ Hubungan Obesitas dengan Osteoartritis Lutut pada Lnasia di Kelurahan Puncangsawit Kecamatan Jebres Surakarta”. Jumlah responden sebanyak 60 sampel. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan obesitas terhadap osteoarthritis lutut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hamper semua lanisa dengan IMT berlebih (obesitas) menderita osteoarthritis lutut. Hasil penelitian menunjukan bahwa hamper semua lansia dengan IMT berlebih (obesitas) menderita osteoarthritis


(5)

lutut. Didapatkan X² hitung dengan (9,62) lebih besar dari X² table (5,991) dengan taraf signifikan α 0,05 dan derajat bebas (db) 2. Dan dari uji Odds ratio didapatkan hasil responden dengan IMT normal (OR = 1,5) memiliki resiko 1,5 kali lebih besar untuk menerima osteoarthritis lutut dibandingkan dengan responden dengan IMT kurang. Dan responden dengan IMT lebih rendah (OR = 4,9) memiliki resiko 4,9 kali lebih besar untuk menderita osteoarthritis lutut dibandingkan responden dengan IMT normal. Berdasarkan perhitungan statistik, ternyata didapatkan hubungan yang bermakna antara obesitas dengan osteoarthritis lutut pada lansia di Kelurahan Puncangsawit Kecamatan Jebres Surakarta pada penelitian ini.

3. Koentjoro, Sara Listyani. 2010. (Jurnal Indonesia/skripsi Undip program pendidikan dokter) Menggunakan metode penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional dengan judul “ Hubungan antara Indeks Massa Tubuh dengan Derajat Osteoartritis Lutut menurut Kellgren dan Lawrance”. Jumlah responden sebanyak 28 pasien osteoarthritis lutut yang memenuhi kriteria eksklusi dan inklusi di SMF ilmu penyakit dalam (Poli Reumatik) dan instalsi rehabilitasi medic RS.. Tujuan penelitian ini untuk mencari hubungan antara kegemukan sebagai faktor resiko yang diwakili oleh indeks massa tubuh (IMT) dengan derajat osteoarthritis menurut Kellgren dan Lawrance. Hasil penelitian tidak terhadap hubungan yg bermakna antara indeks massa tubuh (IMT) dengan derajat osteoarthritis lutut menurut Kellgren dan Lawrance. Responden yang masuk dalam penelitian ini sebagian besar mempunyai Indeks Masa Tubuh (IMT) > 25,0 yaitu sejumlah 17 orang atau 60,7%. Hal ini sesuai dengann penelitian Kun Salimah yang mengatakan bahwa seseorang dengan Body Mass Index > 22 (overweight) mempunyai resiko


(6)

terkena osteoarthritis lutut 2,083 kali lebih besar dari pada seseorang dengan Body Mass Index > 22.

4. Rasyidi, Faradiana. 2012. (Jurnal Indonesia/skripsi UB program pendidikan dokter) Menggunakan metode analitik observasional dengan pendekatan cross sectional dengan judul “ Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Derajat Nyeri pada Penderita Osteoartritis lutut”. Jumlah responden sebanyak 58 yang diambil secara purposive randomized sampling . Penelitian ini menggunakan uji korelasi Spearman. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan indeks massa tubuh dengan derajat nyeri pada penderita osteoarthritis lutut yang diukur dengan visual analog scale (VAS) dan pain disability indeks (PDI). Dari hasil analisis untuk mengukur IMT dengan VAS dan PDI, didapatkan p value< 0,05 yang berarti terdapat hubungan yang bermakna antara IMT dengan derajat nyeri pada penderita OA lutut yang diukur dengan VAS dan PDI. Untuk VAS dengan PDI, dari hasil analisis didapatkan p value < 0,05 juga yang berarti terdapat hubunga yang bermakna antara VAS da PDI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara IMT dengan derajat nyeri pada penderita OA lutut yang diuku dengan VAS dan PDI yang dilihat dari hasil analisis uji korelasi


Dokumen yang terkait

Hubungan Indeks Massa Tubuh Dengan Prevalensi Angular Cheilitis Pada Anak Panti Asuhan SOS Childrens Village Dan Panti Asuhan Al-Jamiatul Wasliyah Medan

10 92 44

HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN ACTIVITY DAILY LIVING PADA LANSIA PENDERITA OSTEOARTHRITIS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DINOYO KOTA MALANG

4 26 28

Hubungan Antara Strategi Koping Keluarga Dengan Tingkat Produktifitas Penderita Psikotik di Wilayah Kerja Puskesmas Rampal Celaket Kota Malang

0 5 19

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN OSTEOARTHRITIS LUTUT PADA IBU RUMAH TANGGA Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Osteoarthritis Lutut pada Ibu Rumah Tangga.

0 2 18

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN OSTEOARTHRITIS LUTUT PADA IBU RUMAH TANGGA Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Osteoarthritis Lutut pada Ibu Rumah Tangga.

0 1 18

HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH DENGAN TINGKAT KONTROL ASMA PADA PENDERITA ASMA Hubungan Antara Indeks Massa Tubuh Dengan Tingkat Kontrol Asma Pada Penderita Asma Umur Lebih Dari Atau Sama Dengan 18 Tahun Di BBKPM Surakarta.

0 1 14

HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH DENGAN TINGKAT KONTROL ASMA PADA PENDERITA ASMA Hubungan Antara Indeks Massa Tubuh Dengan Tingkat Kontrol Asma Pada Penderita Asma Umur Lebih Dari Atau Sama Dengan 18 Tahun Di BBKPM Surakarta.

0 2 15

HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH DENGAN TINGKAT KONTROL ASMA Hubungan antara Indeks Massa Tubuh dengan Tingkat Kontrol Asma di RSUD Dr. Moewardi surakarta.

0 0 13

HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN GRADE OSTEOARTRITIS (OA) SENDI Hubungan Antara Indeks Massa Tubuh (IMT) Dengan Grade Osteoartritis (OA) Sendi Lutut Di RSUD Dr. Moewardi.

1 3 14

TAP.COM - HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN DERAJAT KERUSAKAN SENDI ... 525 984 1 SM

1 1 5