HAPUS ATAU PERTAHANKAN UJIAN NASIONAL

(1)

HAPUS ATAU PERTAHANKAN UJIAN NASIONAL Karya ini Disusun untuk Mengikuti Lomba Esai Nasional FSLN 2017

HAPUS ATAU PERTAHANKAN UJIAN NASIONAL Karya ini Disusun untuk Mengikuti Lomba Esai Nasional FSLN 2017

“Membangun Generasi Abad 21”

Disusun oleh : Mochamad Alfi Syahrin

Program Studi Teknik Informatika Universitas Darussalam Gontor

Ponorogo 2017

HAPUS ATAU PERTAHANKAN UJIAN NASIONAL Karya ini Disusun untuk Mengikuti Lomba Esai Nasional FSLN 2017


(2)

A.

Latar Belakang

Ujian Nasional merupakan sebuat alat untuk melakukan evaluasi yang dikeluarkan oleh pemerintah yang merupakan bentuk lain dari Ebtanas (Evaluasi Belajar Tahap Akhir) yang sebelumnya akan di hapus. Pelaksanaan Ujian Nasional (UN) dalam beberapa tahun ini menjadi suatu permasalahan yang cukup ramai dibicarakan dan menjadi sebuah kontraversi banyak seminar atau perdebatan masyarakat sekitar. Beberpa kali ini sempat terjadi lontaran rencata atau suatu keinginan dari beberpa pihak untuk menghapuskan atau meniadakan Ujian Nasional tersebut. Mendikbud sendiri pernah menyatakan atas pelontaran akan penghapusan Ujian Nasional, dan pernyataan dari beberapa anggota Dewan yang mengusulkan Ujian Nasional tersebut.

Perlu kita ketahui bahwa atas dasar Ujian Nasional (UN) ini kita dapat menjadikan sebuah sistem evalusi standar pendidikan dasar dan menengah secara Nasional dan persamaan mutu tingkat pendidikan antar daerah yang dilakukan oleh Pusat Penilaian Pendidikan, Depdiknas di Indonesia yang berdasarkan pada suatu Undang-Undang dsar Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 yang didalamnya menyatakan bahwa dalam rangka pengendalian mutu suatu pendidikan secara nasional dapat dilakukan dengan evaluasi sebagai bentuk Akuntabilitas penyelenggaraan pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan didalamnya. Dan lebih lanjutnya dapat dinyatakan bahwa suatu evaluasi dapat dilakukan oleh suatu lembaga yang mandiri secara berkala, menyeluruh, transparan dan sistematik untuk menilai suatu pencapaian standart Nasional Pendidikan dan proses pemantauan evaluasi tersebut harus dilakukan secara berkesinambungan.

Terjadi perdebatan di masyarakat berkenaan dengan kebijakan pemerintah ini, ada yang mendukung UN dengan alasan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia yang memang terperosok jauh dari Negara tetangga dan ada yang menolak dengan beragam argumentasi kerugian yang timbul akibat pelaksanaan UN. Puncaknya ketika pada 14 September 2009 Mahkamah Agung (MA) memutuskan menolak kasasi perkara yang diajukan pemerintah dengan No 2596 K/PDT/2008 (www.kompas.com).


(3)

Ujian Nasional yang selanjutnya disebut UN adalah kegiatan pengukuran dan penilaian kompetensi peserta didik secara nasional pada jenjang pendidikan menengah. Ujian Nasional (UN) merupakan istilah bagi penilaian kompetensi peserta didik secara nasional pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Berbagai polemik yang berkepanjangan mengenai Ujian Nasional di Indonesia tampak baik bagi demokrasi di negeri ini. Tapi satu hal yang jangan terlupa bahwa siswa peserta UN jangan sampai dibuat ragu atau takut tentang kepastian Ujian Nasional sebagai sarana untuk mengukur kemampuan mereka di bangku sekolahnya. Walaupun UN mengundang pro dan kontra tapi hendaknya tetap di jalur yang semestinya, karena bagaimana pun para siswa terutama siswa SMA / MA adalah para calon Agent of Change yang akan berperan untuk membawa perubahan-perubahan konstruktif bagi negeri ini. Oleh karena itu agar keraguan berkurang di kalangan dunia kependidikan, kami dari Tim Ujian Nasional mencoba menyampaikan beberapa hal yang dipandang penting terutama dalam hal dalam kebijakan UN 2011 yang tentunya diharapkan dapat menjadi bekal bagi para siswa agar mereka cukup persiapan dalam menghadapi Ujian Nasional 2011.

Menurut Heintz Eulau dan Kenneth Prewitt dalam buku Charles O. Jones mendefinisikan kebijakan sebagai “keputusan tetap” yang dicirikan oleh konsistensi dan pengulangan (repetiveness) tingkah laku dari mereka yang membuat dan dari mereka yang mematuhi keputusan tersebut (1996). Sehingga sering terdengar di masing-masing daerah di Indonesia memiliki kebijakan yang berbeda berkaitan dengan biaya pendidikan dan peningkatan kesejahteraan praktisi pendidikan.

Proses pemantauan evaluasi tersebut dapat dilakukan secara berturut-turut dan berkesinambungan yang pada akhirnya akan mendapatkan suatu memperbaiki mutu pendidikan. Perbaikan mutu pendidikan ini dimulai dengan penentuan standar yang telah ditentukan. Penentuan standar yang terus meningkat diharapkan akan mendorong sebuah peningkatan mutu pendidikan, yang dimaksud dengan penentuan standar pendidikan adalah penentuan nilai batas (cut off score). Seseorang dapat dikatakan sudah lulus /kompeten bila telah melewati nilai batasan tersebut yang berupa nilai batas antara peserta didik yang sudah menguasai kompetensi tertentu dengan peserta didik yang belum menguasai


(4)

kompetensi tertentu. Bila hal itu terjadi pada ujian nasional atau sekolah maka nilai batas ini berfungsi sebagai pemisah antara peserta didik yang lulus dan tidak lulus maka dari itu disebut batas kelulsan, kegiatan penentuan batas kelulusan dengan standard setting. Adapun manfaat pengaturan standar Ujian Nasional :

- Adanya batasa kelulusan setiap mata pelajaran sesaui dengan tautan kompetensi minimum.

- Adanya standar yang sama untuk setiap mata pelajaran sebagai standar minimum pencapaiana kompetensi.

Selama ini penentuan batasan kelulusan Ujian Nasional ditentukan berdasarkan kesepakatan antara pengambilan keputusan. Batas kelulusan itu ditentukan sama untuk setiap mata pelajaran. Padahal karakteristik mata pelajaran dan kemampuan peserta didik tidaklah sama. Hal ini tidak menjadi suatu pertimbangan para pengambil keputusan pendidikan. Belum tentu dalam satu jenjang pendidikan tertentu pada setiap mata pelajaran memiliki standar yang sama sebagai standar minimum untuk pencapaian kompetensi ada mata pelajaran yang menuntut pencapaian kompetensi minimum yang tinggi, sementara mata pelajaran lain menentukan tidak setinggi yang diharapkan. Keadaan ini menjadi tidak adil bagi peserta didik, karena dituntut melebihi kapasitas kemampuan yang maksimal.

Dapat kita lihat dalam persejarahannya Ujian nasional, sistem ujian Nasional memang tidak pernah lepas dari suatu evaluasi dan penyempurnaan. Sejarah mencatat beberapa kali perubahan sistem uian hingga saat ini kita mengenal sebagai UN.

Pada tahun 1965-1971 sistem ujian akhir ini dilaksanakan ujian negara dan berlaku untuk semua mata pelajaran. Pada periode ini ujian masih belum tersentralisasi sehingga pelaksanaan masih ditetapkan oleh pemerintah pusat. Pada tahun 1972-1979 Ujian Negara dihapuskan dan diganti dengan ujian sekolah, Sistem ini memberikan kewenangan pada setiap sekolah untuk menyelenggarakan ujian akhir masing-masing. Soal dan pemrosesan hasil pun di serahkan kepada pihak sekolah. Pada peran ini pemerintah pusat hanya menyusun dan mengeluarkan pedoman yang bersifat umum.


(5)

Pada tahun 1980-2000 Evaluasi belajar tahap akhir nasional EBTANAS. Sistem ini diterapkan untuk meningkatkan dan mengendalikan mutu pendidikan serta memperoleh indikator atau nilai yang bermakna suapaya dapat menjadikan suatu perbandingan dalam belajar. Dalam penyelenggaraannya ini Ebtanas dirasakan mempunyai banyak kelemahan yang muncul bai dari segi akademis maupun teknis penyelenggaraanya.

Pada tahun 2001-2004 Kelemahan-kelamaha yang muncul dikala Ebtanas, pada periode ini sistem ujian akhir diganti dengan Ujian Akhir Nasional. Dalam Uan ini dapat kita lihat perbedaan yang sangat menonjol antara EBTANAS dengan UAN yang terdapat pada cara penentuan kelulusan peserta didik. Dalam Ebtanas, kelulusan siswa ditentukan oleh kombinasi antara nilai semester I, nilai semester II dan nilai Ebtanas murni.

Pada tahun 2005 – KTSP untuk dapat mendorong tercapainya wajib belajar yang bermutu, suatu pemerintahan menyelengarakan Ujian Nasional untuk tingkat SMP dan SMA atau sederajat. Dan sedangkan untuk tingkatan SD atau sederajat dengan Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional (UASBN) yang diterapkan pada tahun 2008 dan selama ini nama yang digunakan adalah UN.

Kurikulum 2013 pada perancangan penilaian ini hasil dari belajar oleh pemerintah dalam kurikulum 2013 dilakukan dengan melalui Ujian Nasional dan Ujian mutu Tingkat kompetinsi dengan memperhatikan hal hal berikut dibawah ini :

1. Ujian Nasional

a. Salah satu syarat kelulusan perta didik dari satuan pendidikan.

b. Salah satu pertimbangan dalam seleksi masuk ke jenjang pendidikan berikutnya.

c. Pemetaan mutu dan pembinaan dan pemberian bantuan untuk meningkatkan mutu.

d. Dalam rangka standarisasi UN diperlukan acuan kisi-kisi yang bersifat nasional yang dikembangakan oleh pemerintahan, sedangkan soal yang disusun oleh pemerintahan Pusatatau Pemerintahan Daerah dengan kompetisi tertentu yang di tentukan oleh pemerintah.


(6)

e. Sebagai salah satu penentuan keleulusan peserta didik dari satuan pendidikan, dengan kriteria kelulusan UN ditetapkan setiap tahun oleh pemerintah.

f. Dalam rangka penggunaan hasil UN untuk pemetaan mutu program atau satuan pendidikan, pemerintah harus menganalisis dan membuat peta daya serap untuk UN dan menyampaikan hasil nya kepada pihak yang berkepentingan.

2. Ujian Mutu Tingkat Kompetensi

a. Ujian mutu tingkat kompetensi dapat dilakukan sebelum peserta didik menyelesaikan pendidikan pada jenjang tertentu, sehinggga hasilnya dapat dimanfaatkan untuk perbaikan suatu proses pembelajaran.

b. Ujian mutu tingkat kopetensi dilakukan oleh pemerintah pada seluruh satuan pendidikan yang bertujuan untuk pemetaan dan penjaminan mutu pendidikan di satuan pendidikan.

c. Instrumen, pelaksanaan, pelaporan Ujian Mutu Tingkat Kompetensi mampu memberikan hasil yang komprehensif sebagaimana hasil studi dalam skala internasinal


(7)

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Ujian Nasional yang diberlakukan oleh pemerinta yang melalui Departemen Pendidikan tidak lain untuk mencapai tujuan mulia untuk meningkatkan suatu kualitas mutu pendidikan nasional yang terpuruk dari Negara lain terutama di wilayah Asia Tenggara. Meskipun akhirnya terjadi kontroverso di tengah masyarakat dan berakibatkan keluarnya keputusan MA, yang melarang dilaksanakannya UN pada tahun ajaran 2009/2010 bahkan sampai pada tahun ini pun terdapat kontroversi tentang pengadaannya tentang keberadaan Ujian Nasional (UN).

B. Saran

Adapun beberapa hal yang dapat kami sarankan terhadap pemerinta yang perlu dilakukan dalam pelaksanaan UN selanjutnya yaitu :

1. Ujian Nasional tetap dilaksanaan akan tetapi soal Ujian Nasional diselaraskan dengan tingkatan Akreditasi masing-masing sekolah di setiap daerah.

2. Para pendidik dan pemerintah daerah perlu belajar kembali tentang norma-norma kejujuran, sehingga tidak dengan mudahnya menerapkan segala cara dalam mendongkrak nulai Ujian Nasional Peserta didik.

3. Pemerintah pusat dan daerah perlu terus menerus dengan meningkatkannya pengalokasian dana anggaran di bidang pendidikan agar kualitas pendidikan semakin meningkat dan merata dari ap[a yang kita lihat sekarang dalam dunia pendidikan ini.

4. Membentuk kepanitian yang khusus untuk pelaksanaan Ujian Nasional dari tingkat pusat hingga tingkat sekolah-sekolah. Bahkan bukan hanya itu, akan tetapi kepanitian ini untuki bertugas menjadi pengawaas ruang saat berlangsungnya ujian dengan kepengawasan maksimal 3 orang dalam setiap kelas, mengawasi dan mengumpulkan lembar-lembar jawaban, sampai dengan mengawasi dalam proses penilaian dan pengumuman hasil ujian.

5. Merubah tempat peserta didik atau di atur secara teracak seperti dalam 1 kelas terdapat 3 tingkatan kelas dalam satu kelas terdiri dari kelas 1, 2, dan 3 untuk tingkatan Ujian Nasional SMA serta sederajat, dan untuk tingkatan SD terdapat


(8)

3-4 tingkatan angkatan dalam satu kelas sehinga peserta didik tidak dapat melakan hal-hal kecurangan.


(9)

DAFTAR PUSTAKA

Jones, Charles O.. (1996). Pengantar Kebijakan Publik. Ed. 1. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Suharto, Edi. (2005). Analisis Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta.

www.kompas.com.

https://id.wikipedia.org/wiki/Ujian_Nasional#Standar_Nasional_Pendidikan http://www.sarjanaku.com/2010/12/ujian-akhir-nasional-uan.html

http://lppks.kemdikbud.go.id/file/UJIAN_NASIONAL_(UN)_MASIH_PERLUK AH.pdf


(1)

kompetensi tertentu. Bila hal itu terjadi pada ujian nasional atau sekolah maka nilai batas ini berfungsi sebagai pemisah antara peserta didik yang lulus dan tidak lulus maka dari itu disebut batas kelulsan, kegiatan penentuan batas kelulusan dengan standard setting. Adapun manfaat pengaturan standar Ujian Nasional :

- Adanya batasa kelulusan setiap mata pelajaran sesaui dengan tautan kompetensi minimum.

- Adanya standar yang sama untuk setiap mata pelajaran sebagai standar minimum pencapaiana kompetensi.

Selama ini penentuan batasan kelulusan Ujian Nasional ditentukan berdasarkan kesepakatan antara pengambilan keputusan. Batas kelulusan itu ditentukan sama untuk setiap mata pelajaran. Padahal karakteristik mata pelajaran dan kemampuan peserta didik tidaklah sama. Hal ini tidak menjadi suatu pertimbangan para pengambil keputusan pendidikan. Belum tentu dalam satu jenjang pendidikan tertentu pada setiap mata pelajaran memiliki standar yang sama sebagai standar minimum untuk pencapaian kompetensi ada mata pelajaran yang menuntut pencapaian kompetensi minimum yang tinggi, sementara mata pelajaran lain menentukan tidak setinggi yang diharapkan. Keadaan ini menjadi tidak adil bagi peserta didik, karena dituntut melebihi kapasitas kemampuan yang maksimal.

Dapat kita lihat dalam persejarahannya Ujian nasional, sistem ujian Nasional memang tidak pernah lepas dari suatu evaluasi dan penyempurnaan. Sejarah mencatat beberapa kali perubahan sistem uian hingga saat ini kita mengenal sebagai UN.

Pada tahun 1965-1971 sistem ujian akhir ini dilaksanakan ujian negara dan berlaku untuk semua mata pelajaran. Pada periode ini ujian masih belum tersentralisasi sehingga pelaksanaan masih ditetapkan oleh pemerintah pusat. Pada tahun 1972-1979 Ujian Negara dihapuskan dan diganti dengan ujian sekolah, Sistem ini memberikan kewenangan pada setiap sekolah untuk menyelenggarakan ujian akhir masing-masing. Soal dan pemrosesan hasil pun di serahkan kepada pihak sekolah. Pada peran ini pemerintah pusat hanya menyusun dan mengeluarkan pedoman yang bersifat umum.


(2)

Pada tahun 1980-2000 Evaluasi belajar tahap akhir nasional EBTANAS. Sistem ini diterapkan untuk meningkatkan dan mengendalikan mutu pendidikan serta memperoleh indikator atau nilai yang bermakna suapaya dapat menjadikan suatu perbandingan dalam belajar. Dalam penyelenggaraannya ini Ebtanas dirasakan mempunyai banyak kelemahan yang muncul bai dari segi akademis maupun teknis penyelenggaraanya.

Pada tahun 2001-2004 Kelemahan-kelamaha yang muncul dikala Ebtanas, pada periode ini sistem ujian akhir diganti dengan Ujian Akhir Nasional. Dalam Uan ini dapat kita lihat perbedaan yang sangat menonjol antara EBTANAS dengan UAN yang terdapat pada cara penentuan kelulusan peserta didik. Dalam Ebtanas, kelulusan siswa ditentukan oleh kombinasi antara nilai semester I, nilai semester II dan nilai Ebtanas murni.

Pada tahun 2005 – KTSP untuk dapat mendorong tercapainya wajib belajar yang bermutu, suatu pemerintahan menyelengarakan Ujian Nasional untuk tingkat SMP dan SMA atau sederajat. Dan sedangkan untuk tingkatan SD atau sederajat dengan Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional (UASBN) yang diterapkan pada tahun 2008 dan selama ini nama yang digunakan adalah UN.

Kurikulum 2013 pada perancangan penilaian ini hasil dari belajar oleh pemerintah dalam kurikulum 2013 dilakukan dengan melalui Ujian Nasional dan Ujian mutu Tingkat kompetinsi dengan memperhatikan hal hal berikut dibawah ini :

1. Ujian Nasional

a. Salah satu syarat kelulusan perta didik dari satuan pendidikan.

b. Salah satu pertimbangan dalam seleksi masuk ke jenjang pendidikan berikutnya.

c. Pemetaan mutu dan pembinaan dan pemberian bantuan untuk meningkatkan mutu.

d. Dalam rangka standarisasi UN diperlukan acuan kisi-kisi yang bersifat nasional yang dikembangakan oleh pemerintahan, sedangkan soal yang disusun oleh pemerintahan Pusatatau Pemerintahan Daerah dengan kompetisi tertentu yang di tentukan oleh pemerintah.


(3)

e. Sebagai salah satu penentuan keleulusan peserta didik dari satuan pendidikan, dengan kriteria kelulusan UN ditetapkan setiap tahun oleh pemerintah.

f. Dalam rangka penggunaan hasil UN untuk pemetaan mutu program atau satuan pendidikan, pemerintah harus menganalisis dan membuat peta daya serap untuk UN dan menyampaikan hasil nya kepada pihak yang berkepentingan.

2. Ujian Mutu Tingkat Kompetensi

a. Ujian mutu tingkat kompetensi dapat dilakukan sebelum peserta didik menyelesaikan pendidikan pada jenjang tertentu, sehinggga hasilnya dapat dimanfaatkan untuk perbaikan suatu proses pembelajaran.

b. Ujian mutu tingkat kopetensi dilakukan oleh pemerintah pada seluruh satuan pendidikan yang bertujuan untuk pemetaan dan penjaminan mutu pendidikan di satuan pendidikan.

c. Instrumen, pelaksanaan, pelaporan Ujian Mutu Tingkat Kompetensi mampu memberikan hasil yang komprehensif sebagaimana hasil studi dalam skala internasinal


(4)

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Ujian Nasional yang diberlakukan oleh pemerinta yang melalui Departemen Pendidikan tidak lain untuk mencapai tujuan mulia untuk meningkatkan suatu kualitas mutu pendidikan nasional yang terpuruk dari Negara lain terutama di wilayah Asia Tenggara. Meskipun akhirnya terjadi kontroverso di tengah masyarakat dan berakibatkan keluarnya keputusan MA, yang melarang dilaksanakannya UN pada tahun ajaran 2009/2010 bahkan sampai pada tahun ini pun terdapat kontroversi tentang pengadaannya tentang keberadaan Ujian Nasional (UN).

B. Saran

Adapun beberapa hal yang dapat kami sarankan terhadap pemerinta yang perlu dilakukan dalam pelaksanaan UN selanjutnya yaitu :

1. Ujian Nasional tetap dilaksanaan akan tetapi soal Ujian Nasional diselaraskan dengan tingkatan Akreditasi masing-masing sekolah di setiap daerah.

2. Para pendidik dan pemerintah daerah perlu belajar kembali tentang norma-norma kejujuran, sehingga tidak dengan mudahnya menerapkan segala cara dalam mendongkrak nulai Ujian Nasional Peserta didik.

3. Pemerintah pusat dan daerah perlu terus menerus dengan meningkatkannya pengalokasian dana anggaran di bidang pendidikan agar kualitas pendidikan semakin meningkat dan merata dari ap[a yang kita lihat sekarang dalam dunia pendidikan ini.

4. Membentuk kepanitian yang khusus untuk pelaksanaan Ujian Nasional dari tingkat pusat hingga tingkat sekolah-sekolah. Bahkan bukan hanya itu, akan tetapi kepanitian ini untuki bertugas menjadi pengawaas ruang saat berlangsungnya ujian dengan kepengawasan maksimal 3 orang dalam setiap kelas, mengawasi dan mengumpulkan lembar-lembar jawaban, sampai dengan mengawasi dalam proses penilaian dan pengumuman hasil ujian.

5. Merubah tempat peserta didik atau di atur secara teracak seperti dalam 1 kelas terdapat 3 tingkatan kelas dalam satu kelas terdiri dari kelas 1, 2, dan 3 untuk tingkatan Ujian Nasional SMA serta sederajat, dan untuk tingkatan SD terdapat


(5)

3-4 tingkatan angkatan dalam satu kelas sehinga peserta didik tidak dapat melakan hal-hal kecurangan.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Jones, Charles O.. (1996). Pengantar Kebijakan Publik. Ed. 1. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Suharto, Edi. (2005). Analisis Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta. www.kompas.com.

https://id.wikipedia.org/wiki/Ujian_Nasional#Standar_Nasional_Pendidikan http://www.sarjanaku.com/2010/12/ujian-akhir-nasional-uan.html

http://lppks.kemdikbud.go.id/file/UJIAN_NASIONAL_(UN)_MASIH_PERLUK AH.pdf