Deiksis persona orang kedua dalam novel The Whipping Boy karya SID Fleichman : (sebuah kajian pragmatik)

  52

  Daftar Riwayat Hidup A. Data Pribadi

  Nama : Andreas Tobing Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 18 September 1984 Alamat : Jln. Tubagus Ismail no 5 No. Telepon : 085315522221 Jenis Kelamin : Laki-Laki Kewarganegaraan : Indonesia Agama : Kristen Protestan Hobi : Memancing, Sepak bola, Renang B.

   Pendidikan Formal No Year Institution

  1 1990 - 1996 SD Immanuel Medan 2 1996 - 1999 SMP Immanuel Medan 3 1999 - 2002 SMA negeri 1 Medan

  4 2007 - Now Universitas Komputer Indonesia C.

   Pendidikan Non-formal No Year Seminar/Achievement

  1 2010 Seminar Fun with office 2010 (Certified) 2 2011 Seminar Semiotic in literature and media (Certified) 3 2012

  Seminar Building Confidence in Delivering Public Speech (Certified) 4 2012 Hari sastra UNIKOM (Certified)

  5 2013 Seminar Lego Ergo Scio (Certified) 6 2013 Seminar Training dan Motivasi (Certified)

  53 8 2013

  Copywriting seminar “Go Viral” (Certified) 9 2013 Seminar Life School Public Speaking, Writing (Certified) Seminar Kritik sastra Feminis dan Poskolonial dalam 10 2012 bingkai Keislaman dan Keindonesiaan (Certified) 11 2012 Seminar Prestasi untuk Negeri (Certified) Seminar Life School Public Speaking, Writing 12 2013 (Certified) Seminar American Culture in Transnational Context 13 2013 (Certified) 14 2013 Hari Sastra UNIKOM (Certified)

  

DEIKSIS PERSONA ORANG KEDUA

DALAM NOVEL THE WHIPPING BOY

KARYA SID FLEICHMAN

(Sebuah Kajian Pragmatik)

SECOND PERSON DEIXIS

  

IN THE NOVEL THE WHIPPING BOY

BY SID FLEICHMAN

(A Study of Pragmatics)

  

SKRIPSI

diajukan untuk menempuh Ujian Sarjana pada Program Studi Sastra Inggris

Fakultas Sastra Universitas Komputer Indonesia

  

ANDREAS TOBING

NIM. 63707016

PROGRAM STUDI SASTRA INGGRIS

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

KATA PENGANTAR

  Skripsi ini bertujuan untuk mendapatkan gelar sarjana dan saya berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca ataupun bagi mereka-mereka yang ingin melanjutkan penelitian ini. Maka dari itu, saya ingin mengucapkan rasa terima kasih terhadap orang-orang yang banyak membantu saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

  1. Prof. Dr. H. Moh. Tadjuddin, M.A. sebagai dekan Fakultas Sastra.

  2. Dr. Juanda, sebagai Ketua Program Studi Sastra Inggris. Terima kasih atas kebaikan bapak selama ini.

  3. Dr. Juanda sebagai wali dosen dan juga sebagai pembimbing I, terima kasih atas bantuan, dukungan dan kepercayaan yang telah diberikan beliau.

  4. Dr. Ahmad Yani, M.A. sebagai pembimbing II saya, terima kasih pak atas bantuan bapak sehingga saya bisa menyelesaikan skripsi ini.

  Terima kasih buat kesabaran dan waktu luang yang bapak berikan.

  5. Terima kasih untuk semua dosen-dosen, mahasiswa/mahasiswi, staff- staff Sastra Inggris atas bantuan kalian semua.

  6. Terima kasih untuk keluarga dan saudara, khususnya kepada ibu saya, Sondang Siahaan atas segala doa dan dukungan yang telah diberikan .

  7. Untuk teman-teman angkatan 2007 dan 2010 terima kasih untuk dukungan semangat. Serta kepada pihak-pihak lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Semoga TUHAN membalas kebaikan kalian.

  Bandung, 29 Januari 2014 Andreas Tobing

  

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PENGESAHAN REVISI LEMBAR BUKTI KEPEMILIKAN HALAMAN PERSEMBAHAN ABSTRAK vii

  

ABSTRACT viii

KATA PENGANTAR

   ix DAFTAR ISI xi DAFTAR GAMBAR xiv DAFTAR LAMPIRAN xv

BAB I: PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

  1 1.2. Rumusan Masalah 2 1.3. Tujuan Penelitian 3 1.4. Manfaat Penelitian 3 1.5. Kerangka Pemikiran

  3 BAB II: Kajian Teori

  2.1. Pragmatik

  6

  2.2. Deiksis

  6

  2.2.1. Kategori Deiksis

  8

  2.2.2. Penjelasan tentang kategori deiksis

  8

  2.2.3. Penjelasan cara penggunaan gestural dan simbolic

  10

  2.2.4. Penjelasan bentuk asymmetric dan symmetric

  10

  2.3. Konteks Wacana

  14 BAB III: OBJEK DAN METODE PENELITIAN

  3.1. Objek Penelitian

  15

  3.2. Metode Penelitian

  15

  3.3.1. Teknik Pengumpulan Data

  16

  3.3.2. Analisis Data

  16 BAB IV: PEMBAHASAN

  4.1. Cara penggunaan ekspresis deiksis persona orang kedua

  18

  4.1.1. Penggunaan secara Gestural

  18

  4.1.2. Penggunaan secara Simbolik

  25

  4.2. Hubungan sosial yang terjadi antara partisipan

  27

  4.2.1. Hubungan sosial secara Asymmetric

  27

  4.2.2. Hubungan sosial secara Symmetric

  33 BAB V: SIMPULAN DAN SARAN

  5.1. Simpulan

  39

  5.2. Saran

  40 DAFTAR PUSTAKA

  42 SINOPSIS

  43 LAMPIRAN

  46 DAFTAR RIWAYAT HIDUP

  52

  

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran

  5 Gambar 2.1 Tabel Penggunaan T/V- form

  14

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1 Kumpulan Data

  45 Lampiran 2 Klasifikasi Data

  47

DAFTAR PUSTAKA

  Brown, P and S. Levinson. 1987. Politeness. Cambridge: Cambridge University Press

  Brown, and Gilman. 1972 The Pronouns of Power and Solidarity dalam Giglioli

  Pier Paolo (ed.). Language and Social Context. England: Penguin Books.

  Levinson, S.C. 1979 Pragmatics and social deixis, in C. Chiarello (ed.)

  

Proceedings of the Fifth Annual Meeting of the Berkeley Linguistic

Society. Berkeley, CA: Berkeley Linguistics Society.

  Kothari, C.R. 2008. Research Methodology: Methods and Techniques. India: New Age International Leech, G. 1983. Principles of Pragmatics. London: Longman Group Ltd.

  Levinson, Stephen C. 1983. Pragmatics. Cambridge: Cambridge University Press. Levinson, S. C. 2004.Deixis. In L. Horn (Ed.), The handbook of pragmatics (pp.

  97-121). Oxford: Blackwell.

  Yule, George. 1996. Pragmatics. New York: Oxford University Press.

  Cutting, Joan. 2002. Pragmatics and Discourse. London and New York: Routledge. Grundy, P. 2000. Doing Pragmatics. Arnold. London.

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

  Dalam wacana sebuah novel terdapat penggunaan ekspresi deiksis persona orang kedua dalam menyampaikan ujaran-ujaran yang menyebutkan nama tokoh, seringkali pengarang menggunakan ekspresi deiksis persona orang kedua seperti

  

you, your, yourself. Hal ini bertujuan untuk menghindari kesan monoton dalam

  penyebutan nama tokoh tersebut serta memperjelas peran dari tokoh tersebut dalam sebuah ujaran.

  Penggunaan ekspresi deiksis orang kedua tersebut ternyata juga dapat menunjukkan status sosial dari masing-masing tokoh dalam suatu ujaran.

  Penafsiran makna dari penggunaan tersebut juga harus melihat dari situasi kontekstual dalam sebuah ujaran seperti: kepada siapa ujaran tersebut ditujukan serta harus mempertimbangkan aspek status sosial antara partisipan pada saat ujaran tersebut disampaikan, karena setiap tokoh mempunyai latar belakang status sosial yang berbeda didalam lingkungan sosial masyarakat sehingga akan terjadi perbedaan makna dalam penggunaan deiksis persona orang kedua tersebut.

  Atas alasan tersebut penulis memilih untuk melakukan penelitian terhadap penggunaan deiksis persona orang kedua untuk dapat mengetahui tentang makna dan pesan yang unik yang terdapat dalam penggunaan ekspresi deiksis orang kedua tersebut terutama dalam kaitannya dengan status sosial antara tokoh-tokoh

  Penelitian tentang deiksis persona pernah diteliti baik dalam skiripsi maupun dalam makalah. Antara lain Sitepu (1998) dengan judul

  “Bromcorah

karya Mochtar Lubis, tetapi dibatasi hanya penggunaan dia dan mereka.

  Simanjuntak (2011) dengan judul “Deiksis Persona Dalam Novel Lasker Pelangi

  Karya Andrea Hinata ” di Universitas Sumatera Utara, dia menyimpulkan bahwa deiksis persona yang terdapat dalam novel tersebut dibagi dalam tiga bentuk, yaitu, deiksis persona pronominal pertama, deiksis persona pronominal kedua, deikis personal pronominal ketiga. Dia juga meneliti tentang ketidakjelasan rujukan pada ketiga bentuk deiksis persona tersebut. Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya karena penelitian ini berfokus pada cara penggunaan ekspresi deiksis persona orang kedua serta mengkaji hubungan status sosial yang terjadi antara partisipan dalam sebuah ujaran yang ditimbulkan oleh penggunaan ekspresi deiksis persona orang kedua. Dengan demikian, penulis menetapkan judul “Deiksis Persona Orang Kedua dalam novel The Whipping Boy karya Sid

  Fleichman”.

1.2 Rumusan Masalah

  Berdasarkan deskripsi di atas, penelitian ini berfokus pada pertanyaan berikut:

  1. Dengan cara apa penggunaan deiksis persona orang kedua dalam novel

  The Whipping Boy?

  2. Hubungan sosial apakah yang terjadi antara partisipan dalam sebuah konteks ujaran dilihat dari penggunaan deiksis persona orang kedua dalam novel The Whipping Boy?

  1.3 Tujuan Penelitian

  Terdapat dua tujuan utama dalam menjawab pertanyaan yang muncul dalam rumusan masalah di atas. Di antaranya adalah sebagai berikut:

  1. Menjelaskan cara penggunaan deiksis persona orang kedua dalam novel

  The Whipping Boy?

  2. Menjelaskan hubungan sosial yang terjadi antara partisipan dalam sebuah konteks ujaran dilihat dari penggunaan deiksis persona orang kedua dalam novel The Whipping Boy.

  1.4 Manfaat Penelitian

  Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan secara detil serta menentukan cara penggunaan ekspresi deiksis persona orang kedua. Penulis mengambiltopik di atas agar pembaca dapatmengetahui carapenggunaan ekspresi deiksis persona orang kedua dalam wacana tertulis. Pembaca juga dapat memahami hubungan status sosial yang terjadi antara partisipan dalam sebuah ujaran yang ditunjukkan oleh penggunaan ekspresi deiksis persona orang kedua tersebut. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap penelitian selanjutnya yang akan membahas ekspresi deiksis persona.

1.5 Kerangka Pemikiran

  Dalam penelitian ini penulis menggunakan teori pragmatic untuk menganalisis makna dari suatu ujaran dengan melihat pada konteks yang ada pada kalimat tersebut. Kajian dalam pragmatic meliputi kajian tentang deiksis, praanggapan, implikatur, tindak bahasa, dan aspek-aspek struktur wacana.

  Teori deiksis yang digunakan penulis untuk meneliti elemen deiksis yang terdapat di dalam novel The Whipping Boy adalah teori Levinson. Dia menjelaskan hubungan deiksis dan pengaruhnya dengan konteks. Menurut Levinson (1983: 54):

  “Deixis essentially concerns with the way in which

  

language encode or grammatically feature of the context

of utterance or speech event and this also concerns with

ways in which the interpretation of utterance depends on

the analysis of that context of utterance”

  Dari penjelasan di atas simpulannya adalah ekspresi deiksis berhubungan dengan pengunaan rujukan didalam sebuah konteks ujaran dan penafsiran makna ekspresi deiksis tersebut harus melalui analisis situasi dari konteks ujaran tersebut.

  Menurut Levinson terdapat lima kategori deiksis yaitu deiksis persona, deiksis waktu, deiksis tempat, deiksis wacana dan deiksis sosial. Penelitiakan berfokus untuk menganalisis penggunaan ekpresi deiksis persona orang kedua dan menjelaskan hubungan sosial apakah yang terjadi antara partisipan dalam sebuah konteks ujaran dilihat dari penggunaan deiksis persona tersebut.

  Kerangka Pemikiran, sebagai berikut:

  Data dari novel The Whipping Boy Teori Pragmatik Teori Deiksis

  Levinson Hubungan status Bentuk penggunaan sosial yang terjadi ekspresi deiksis orang antara partisipan kedua

Gestural Symbolic Asymmetric Symmetric

Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran

BAB II KAJIAN TEORI

  2.1 Pragmatik

  Pragmatik merupakan bidang ilmu yang mempelajari tentang makna yang terdapat dalam sebuah ujaran yang disampaikan oleh penutur kepada orang yang diajak berkomunikasi. Untuk dapat memahami makna dari ujaran tersebut harus memahami konteksnya. Seperti menurut Levinson (1983:9):

  “Pragmatics is the

study of those relations between language and context that are grammaticalized,

or encoded in the structure of langua

nge”

  Pernyataan di atas menjelaskan bahwa pragmatik adalah ilmu yang mempelajari pemakaian bahasa serta makna yang ingin disampaikan pembicara dengan melihat kepada konteks situasi pada saat tuturan tersebut berlangsung

  2.2 Deiksis

  Deiksis merupakan salah satu bidang kajian pragmatik yang membahas tentang rujukan dalam konteks ujaran yang ada dalam sebuah bahasa. Kata deiksis tersebut diambil dari bahasa Yunani yaitu (Deitikos) yang berarti menunjuk atau mengindikasikan.

  Seperti menurut Levinson (1983: 54):

  “Deixis essentially concerns with the way in which language encode or grammatically feature of the context of utterance or speech event and this also concerns with ways Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa setiap bentuk bahasa yang memiliki fungsi menunjuk atau merujuk termasuk dalam ekspresi deiksis.Di mana harus memperhatikan setiap aspek yang ada dalam suatu konteks ujaran untuk dapat memahami maknanya.

  Dalam menentukan tujuan dari suatu rujukan dalam penggunaan ekpresi deiksis harus mengetahui titik awal atau pembicara dari rujukan tersebut. Di mana bentukan dari deiksis itu berdasarkan susunan egocentric. Seperti menurut Levinson (1983: 65):

  “Further, it is generally (but not invariably) true that deixis is organized in an egocentric way.

  Pernyataan di atas menjelaskan bahwa memahami makna rujukan deiksis di dalam suatu konteks ujaran harus melihat dari sudut pandang pembicara.

  Seperti dalam penjelasan berikut ini: 1. Pembicara adalah pusatnya.

  2. Rujukan waktunya adalah waktu pembicara melakukan ujaran

  3. Rujukan tempatnya adalah tempat pembicara sewaktu melakukan ujaran

  4. Rujukan wacananya adalah wacana yang berasal dari pembicara sewaktu melakukan ujaran

  5. Rujukan kedudukan sosialnya adalah status sosial pembicara terhadap orang yang dirujuk sewaktu melakukan ujaran.

2.2.1 Kategori Deiksis

  Menurut Levinson deiksis mempunyai lima kategori yaitu:

  a. Deiksis Persona

  b. Deiksis Tempat

  c. Deiksis Waktu

  d. DeiksisWacana

  e. Deiksis Sosial Berhubungan dengan tujuan dari penelitian maka penulis akan membatasi pemaparan hanya kepada kategori deiksis yang digunakan dalam penelitian.

2.2.2 Penjelasan tentang kategori deiksis

  a. Deiksis persona orang kedua Menurut Levinson (1983: 62) deiksis persona orang kedua menunjuk peran dari partisipan dalam peristiwa percakapan sebagai pendengar atau orang yang dirujuk oleh pembicara dalam sebuah konteks ujaran. Penggunaan deiksis persona orang kedua ini terdiri atas penggunaan: You, Yourself, Yourselves, Your, dan Yours.

  b. Deiksis sosial Menurut Levinson (1983: 63) deiksis sosial berhubungan dengan hubungan atau perbedaan-perbedaan sosial antara partisipan, statusnya dan hubungannya dengan topik wacana.

  Levinson (1983: 90) menyatakan bahwa deiksis sosial dapat dibagi menjadi dua yaitu: absolute dan relational.

  Penjabaran dari kedua bagian tersebut adalah seperti dibawah ini:

  a. Relational: i. Penutur dan acuan (honorifiks acuan) ii. Penutur dan petutur (Honorifiks petutur) iii. Penutur dan pendengar/penonton yang bukan petutur

  (honorifiks pendengar) iv. Penutur dan latar (tingkat formalitas bahasa) b. Absolute: i. authorized speaker (penggunaan kata yang hanya secara mutlak bagi penutur atau petutur saja) ii. authorized recipients (penggunaan titel kehormatan)

  Deiksis sosial berkaitan dengan penggunaan honorifiks untuk merujuk kepada lawan bicara. Seperti menurut Levinson (1983: 90)

  “Furthermore,

honorifics concerns about the relative rank or respect between speaker, referent,

and also bystander”.

  Dari ujaran tersebut simpulannya bahwa pengunaan honorifiks berkaitan dengan status sosial antara partisipan dalam suatu konteks ujaran. Selain penggunaan honorifiks ada juga bentuk lain yang mempunyai fungsi menunjukkan status sosial antara partisipan dalam sebuah ujaran. Seperti menurut

  

also regularly encoded in choices between pronouns, summons forms or vocative,

and titles of address in familiar languange .

  Pernyataan di atas menjelaskan bahwa selain penggunaan honorifiks, status sosial antara partisipan dalam sebuah ujaran juga dapat dilihat dari kata ganti orang, kata untuk memanggil, istilah pronominal keturunan dan kehormatan.

2.2.3 Penjelasan cara penggunaan Gestural dan Simbolic

  Menurut pengunaannya, ekspresi deiksis ini dapat dibagi menjadi dua hal yaitu penggunaan gestural dan symbolic. Dengan pengertian seperti dibawah ini:

  a.

   Gestural

  Penggunaan deiksis secara gestural yaitu penggunaan ekspresi deiksis yang memerlukan informasi indikasi gerakan atau audio visual yang dapat membantu memahami makna penggunaan ekspresi deiksis tersebut. Mengutip pernyataan Levinson (1983: 65):

  “Terms used in a gestural deitic way can only be interpreted with reference to an audio-visual-tactile, and in general a physical, monitoring of the speech event. Instance would be demonstrative prounouns used with a selection gesture or second or third person pronouns used with some physical indication of the referent (e.g direction of gaze)

  Dari ujaran tersebut maka simpulannya bahwa untuk dapat memahami makna dari penggunaan suatu rujukan penggunaan ekspresi deiksis tersebut dibutuhkan pengamatan atau pemantauan aspek indikasi fisikal dalam suatu konteks ujaran, di mana indikasi fisikal ini dapat berupa gerakan-gerakan tubuh

  Fungsi dari gesture dalam deiksis adalah untuk mempertegas rujukan dari suatu ujaran. Mengutip pernyataan Levinson (2004: 11):

  “It also brings us back

to gesture and its central role in deixis, for gesture is of course one way to direct

the addressee’s attention, in this case by funneling visual attention.”

  Simpulan dari ujaran tersebut adalah penggunaan gesture berfungsi untuk mengarahkan perhatian dari lawan bicara dengan memberikan gerakan visual untuk menunjuk kepada rujukan dari pembicara sehingga dapat membantu memahami kemana rujukan itu ditujukan.

  b.

   Symbolic

  Penggunaan deiksis secara symbolic yaitu penggunaan yang penafsirannya dilakukan dengan menganalisis aspek situasi yang terdapat di dalam suatu konteks ujaran. Mengutip pernyataan Levinson (1983: 65):

  “In contrast, symbolic usages

of deitic terms require for their interpretation only knowledge of the basic spatio-

temporal parameters of the speech event and to know the set of potential

addressees in the situation

  .

  Simpulan dari ujaran tersebut adalah untuk memahami maksud rujukan ekspresi tersebut dapat dilakukan dengan informasi tentang faktor tempat dan waktu ataupun melihat rujukan lawan bicara agar dapat memahami maksud ujaran tersebut.

2.2.4 Penjelasan bentuk asymmetric dan symmetric

  Deiksis sosial juga berkaitan dengan penggunaan bentuk T/V yang suatu konteks ujaran, rujukan ini membawa pengaruh terhadap formal atau informalnya suatu ujaran melihat dari status sosial pembicara terhadap lawan bicaranya. Konsep ini pertama kali diperkenalkan oleh Brown dan Gilman (1972: 257)

  “very gradually, a distinction developed which is sometimes called the T of intimacy and the V of formality

  Penggunaan T/V form ini dapat dikategorikan dalam dua bentuk yaitu

  power dan solidarity, penjabarannya sebagai berikut

  a. Power (asymmetric) Bentuk V-form digunakan apabila pembicara lebih rendah status sosialnya dari penerima tuturan atau apabila pembicara tidak familiar dengan penerima tuturan dan dia akan mendapat balasan dalam bentuk T-form. Tingkat formalitas bahasa juga sangat tinggi serta adanya penggunaan gelar dalam merujuk kepada lawan bicara untuk menunjukan hormat dan kesopanan. Seperti menurut Brown dan Gilman (1972: 257-258):

  “The use of V in the singular developed as a form of

address to a person of superior power, the V form is linked with difference

between person”

  Dari pernyataan di atas simpulannya adalah penggunaan bentuk V-form untuk merujuk kepada orang yang status sosialnya lebih tinggi (asymmetric) karena beberapa faktor antara lain adalah: umur atau jabatan dari pembicara dalam ruang lingkup sosial kemasyarakatan.

  b.

   Solidarity (symmetric)

  Bentuk T-form digunakan apabila pembicara mempunyai status lebih mempunyai kedudukan sosial yang setara atau familiar. Tingkat formalitas bahasa yang digunakan juga rendah.

  Seperti menurut Brown dan Gilman (1972: 255-256):

  “One person may said to have power over another in the degree that he is able to control the behavior of the other. Power is a relationship between at least two person, and it is nonreciprocal in the sense that both cannot have power in the same area of behaviour

  Dari ujaran tersebut simpulannya adalah penggunaan bentuk T-form ini bertujuan untuk merujuk kepada orang yang status sosialnya lebih rendah atau orang yang familiar (symmetric).

  Penggunaan T/V-form ini juga dapat dikaitkan dengan penggunaan deiksis persona orang kedua karena seperti menurut Levinson ( 1983: 99) “Thus the

  

familir tu/vous type of distinction in singular prounouns of address is really a

referent honorific system, where the referent happens to be the addressee”.

  Berikut ini adalah tabel dari penjelasan di atas tentang penggunaan T/V-

  

form yang berhubungan dengan power dan solidarity antara partisipan dari sebuah

konteks ujaran.

  

Superiors

  V V

  Equal and solidary Equal and not solidary

T V

Inferiors

  T T

Gambar 2.1 Penggunaan T/V-form menurut Brown dan Gilman (1977:289)

2.3 Konteks Wacana

  Konteks merupakan bagian dari sebuah wacana yang berfungsi sebagai informasi yang menyertai sebuah wacana dan dapat menjadi acuan untuk dapat memahami wacana tersebut.

  Seperti menurut Levinson (1983: x):

  “context (in this book) includes only some of the basic parameters of the context of utterance, including participants, identity, role and location, assumptions about what participants know or take for granted, the place of an utterance within a sequence of turns at talking, and so on .”

  Dari pernyataan di atas simpulannya bahwa konteks yang melekat pada sebuah wacana merupakan gambaran dari sebuah teks wacana yang menunjukkan informasi tentang identitas partisipan, peran dari partisipan, tempat atau latar, serta pengetahuan yang diketahui oleh partisipan untuk dapat menciptakan suatu

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

  3.1 Objek penelitian

  Objek penelitian ini adalah deiksis persona orang kedua yang berasal dari novel yang berjudul The Whipping Boy yang ditulis oleh Sid Fleichman.

  Penelitian ini menjelaskan penggunaan deiksis persona orang kedua dalam bentuk ujaran yang tertulis di dalam cerita, serta mendeskripsikan bentuk penggunaan deiksis persona orang kedua. Penulis juga akan menganalisis tentang penggunaan deiksis persona orang kedua yang berkaitan dengan status sosial antara partisipan dalam pembicaraan. Penggunaan deiksis persona tersebut dibahas dengan teori deiksis.

  3.2 Metode penelitian

  Pada proposal ini data yang digunakan dalam penelitian adalah data tulisan dalam bentuk ujaran sehingga penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif untuk mendeskripsikan hasil darianalisis. Menurut Kothari (2008: 3) menyatakan bahwa:

  

“Descriptive research is description of the state of affairs as it

exists at present. While analytical research is using facts or

information already available, and analysis these to make a

critical evaluation of the material. Thus, it can be concluded that

analytic descriptive is conducted by describing and analyzing the

facts of the research data.”

  Metode ini digunakan penulis dengan tujuan untuk menuturkan dan dan dianalisis dengan seksama dan terperinci menggunakan teori deiksis Levinson. Deiksis terbagi dalam beberapa bentuk yaitu: deiksis persona, deiksis waktu, deiksis tempat, deiksis wacana dan deiksis sosial. Penulis akan berfokus pada pengunaan ekspresi deiksis persona orang kedua dan menggunakan deiksis sosial untuk menentukan hubungan status sosial diantara partisipan dalam percakapan.

3.2.1 Teknik pengumpulan data

  Sumber data yang penulis dapatkan adalah dari novel yang berjudul The

  Whipping Boy. Ada beberapa langkah yang dilakukan penulis untuk

  mengumpulkan data yaitu:

  1. Penulis membaca dan mempelajari novel The Whipping Boy untuk mencari data yang berhubungan dengan deiksis orang kedua.

  2. Penulis kemudian mengklasifikasikan data yang berhubungan dengan bentuk penggunaan deiksis persona orang kedua.

  3. Penulis kemudian akan menganalisis deiksis persona orang kedua yang menunjukkan hubungan sosial antara partisipan dalam novel The Whipping Boy.

3.2.2 Teknik Analisis Data

  Penulis akan memilih sumber data dari ujaran yang memuat deiksis persona orang kedua dan kemudian menganalisis bentuk penggunaan deiksis persona tersebut. Kemudian penulis akan menganalisis tentang hubungan status sosial antara partisipan dalam ujaran menggunakan deiksis sosial dengan melihat dari formal atau tidak ujarannya atau adanya penggunaan gelar nama.

  Contoh analisis:

  The tutor's cheeks, swelling with anger, almost unhorsed the small spectacles saddling his nose. "It would be easier to educate a boiled cabbage! You must prepare to be punished, Your Lordship!" (SF: 3)

  Data di atas memaparkan tentang pipi Master Peckwitt yang membesar menahan kemarahan dan hampir saja menjatuhkan kacamata yang terdapat di hidungnya. Kemudian Master Peckwitt melakukan ujaran bahwa lebih mudah untuk mendidik sebuah sayuran rebus dan menyuruh Prince (Pangeran) bersiap menerima hukuman.

  Penggunaan gelar pronominal Your Lordship merupakan penggunaan royal

  

honorifics atau gelar bangsawan yang fungsinya untuk menunjukan rasa hormat

dalam merujuk kepada lawan bicara yang berasal dari keluarga kerajaan.

  Dari penggunaan deiksis persona orang kedua disertai dengan adanya pemakaian gelar kehormatan Your Lordship pada data di atas dapat dideskripsikan bahwa penggunaan deiksis tersebut merujuk pada perbedaan status sosial antara pembicara dan lawan bicara dalam suatu ujaran atau asymmetric. Perbedaan status ini terjadi karena Master Peckwit yang posisinya sebagai guru dari Pangeran berasal dari kalangan rakyat biasa sedangkan Prince walaupun hanya sebagai seorang murid akan tetapi berasal dari kalangan keluarga kerajaan. Sehingga

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini penulis menganalisis data yang mewakili objek penelitian

  dalam novel The Whipping Boy. Penulis akan membahas data dalam bentuk ujaran yang tertulis di dalam novel tersebut sesuai dengan rumusan masalah. Penulis hanya menganalisis tujuh belas data yang mewakili dan membagi empat bagian analisis, di mana keempat bentuk analisis tersebut adalah analisis bentuk pemakaian ekspresi deiksis persona orang kedua yaitu pemakaian secara gestural dan pemakaian secara simbolik kemudian analisis ekspresi deiksis persona orang kedua yang menunjukkan hubungan sosial yang terjadi antara pembicara dan lawan bicara secara symmetric dan asymmetric

4.1 Bentuk penggunaan ekspresi deiksis persona orang kedua

4.1.1 Penggunaan secara gestural Data 1

  “In the main hall, the King said, "Twenty whacks!“ Defiantly biting back every yelp and cry, The Whipping Boy received the twenty whacks. Then the King turned to the Prince. "And let that be a lesson to you

  !” (SF:1)

  Data di atas memaparkan situasi ketika King (Raja) yang sedang berada di hall utama memberi perintah untuk mencambuk The Whipping Boy (Jemmy) sebanyak dua puluh kali. The Whipping Boy pun hanya bisa menahan sakit karena menerima hukuman cambuk tersebut. King (Raja) kemudian berpaling kepada mengetahui partisipan dalam ujaran ini dapat melihat dari konteks wacana yaitu:

  One night the king was holding a grand feast. Sneaking around behind the lords and ladies, Prince Brat tied their powdered wigs to the backs of their

oak chairs. (SF: 1) yang mengatakan bahwa sang Raja sedang mengadakan pesta

  besar. Bersembunyi diantara tamu undangan Prince Brat atau sang Pangeran mengikat rambut palsu para tamu ke kursi mereka. Sehingga diketahui partisipannya adalah Raja, para tamu undangan, dan Prince.

  Pemahaman terhadap arah rujukan dari penggunaan deiksis persona orang kedua dalam ujaran King (Raja)"And let that be a lesson to you

  !” yang

  mengatakan ini merupakan pelajaran buat kamu, dipertegas dengan adanya indikasi fisikal Then the King turned to the Prince.yang menunjukkan bahwa

  

King (Raja) melakukan gerakan memutar tubuhnnya kepada Prince (Pangeran)

  sehingga membantu menunjukkan arah dari ujarannya yaitu kepada Prince (Pangeran).

  Dari penggunaan deiksis persona orang kedua disertai dengan adanya indikasi fisikal pada data di atas, membantu menentukan arah rujukan dalam suatu ujaran. Sehingga dapat dipahami lebih jelas makna dari ujaran tersebut. Indikasi fisikal berfungsi untuk mempertegas dan membantu mengarahkan untuk menentukan pembicara dalam ujaran tersebut yaitu King (Raja) dan lawan bicaranya yaitu Prince (Pangeran) sehingga dapat dideskripsikan bahwa penggunaan deiksis tersebut adalah secara gestural.

  Data 2 The tutor, Master Peckwit, was a round-faced man with fat cheeks. He pointed his switch at the Prince. "You fiddle- faddled scholar!"(SF: 2)

  Data di atas memaparkan situasi yang terjadi pada saat Master Peckwitt yang berwajah bulat dengan pipi yang besar mengarahkan tongkat yang dia pegang kepada Prince (Pangeran) sambil melakukan sebuah ujaran yang mengatakan bahwa Prince (Pangeran) adalah murid yang nakal. Untuk dapat mengetahui partisipan dalam ujaran ini dapat melihat dari konteks wacana yaitu:

  Jemmy, who was obliged to be close at hand for the daily lessons,

reckoned that freedom was now close at hand. (SF: 2) yang mengatakan bahwa

  Jemmy harus selalu beradat dekat dengan Pangeran pada saat dia sedang diajar orang Master Peckwitt. Sehingga diketahui partisipannya adalah Master Peckwitt,

  Prince, Jemmy.

  Pemahaman terhadap arah rujukan dari penggunaan deiksis persona orang kedua dalam ujaran Master Peckwitt "You fiddle-faddled scholar!" yang mengatakan dia murid yang tidak becus dipertegas dengan adanya indikasi fisikal “He pointed his switch at the Prince” yang menunjukkan bahwa Master Peckwitt melakukan gerakan mengarahkan tongkatnya kepada Prince (Pangeran) sehingga membantu menunjukkan arah dari ujarannya yaitu kepada Prince (Pangeran).

  Dari penggunaan deiksis persona orang kedua disertai dengan adanya indikasi fisikal pada data di atas, membantu menentukan arah rujukan dalam menentukan pembicara dalam ujaran tersebut yaitu Master Peckwitt dan lawan bicaranya yaitu Prince (Pangeran) sehingga dapat dideskripsikan bahwa penggunaan deiksis tersebut adalah secara gestural.

  Data 3

Raising the lantern, the man held it close enough that Jemmy could

feel the heat of the flame. Billy said with a thunderclap of laughter.

  "Don't you know who I am!" (SF: 6)

  Data di atas memaparkan situasi yang terjadi pada saat Jemmy dan Prince (Pangeran) dalam tawanan Billy dan Cutwater. Billy sedang berbicara kepada mereka berdua kemudian dia mengangkat lenteranya dan mengarahkan kepada

  

Jemmy sambil bertanya apakah kamu tidak tahu siapa saya?. Untuk dapat

  mengetahui partisipan dalam ujaran ini dapat dilihat dari konteks wacana yaitu:

  

Billy pulled Prince Brat from the saddle and threw him into Jemmy (SF: 6) yang

.

  mengatakan bahwa Billy menarik Pangeran dari atas pelana kuda dan mendorongnya kearah Jemmy Sehingga diketahui partisipannya adalah Billy,

  Prince, Jemmy.

  Pemahaman terhadap arah rujukan dari penggunaan deiksis persona orang kedua dalam ujaran Jemmy "Don't you know who I am!" yang mengatakan apakah kamu tidak tahu siapa saya?, dipertegas dengan adanya indikasi fisikal Raising

  

the lantern, the man held it close enough that Jemmy could feel the heat of the

flame. yang menunjukkan bahwa Billy mengarahkan pandangannya kepada

  

Jemmy dengan menaikkan lentera dan mendekatkannya kepada Jemmy sehingga

membantu menunjukkan arah dari ujarannya yaitu kepada Jemmy.

  Dari penggunaan deiksis persona orang kedua disertai dengan adanya indikasi fisikal pada data di atas, membantu menentukan arah rujukan dalam suatu ujaran. Sehingga dapat dipahami lebih jelas makna dari ujaran tersebut. Indikasi fisikal berfungsi untuk mempertegas dan membantu mengarahkan untuk menentukan pembicara dalam ujaran tersebut yaitu Jemmy dan lawan bicaranya yaitu Prince (Pangeran) sehingga dapat dideskripsikan bahwa penggunaan deiksis tersebut adalah secara gestural.

  Data 4

Hold-Your-Nose Billy clapped a leery eye on the rat-catcher's

son."Do you take me for a precious fool! Send your whipping boy!

To blab out where we're hid, eh! The King will come chopping

down every tree if he finds out we're nested in the forest." (SF: 14)

  Data tersebut memaparkan situasi yang terjadi pada saat Billy yang sedang memandang dengan pandangan tajam terhadap rat-catcher's son atau Jemmy yang merupakan anak dari seorang penangkap tikus akan tetapi mereka kira sebagai sebagai Pangeran yang asli dan kemudian berkata apakah kamu berpikir saya adalah orang yang bodoh. Mengirim Pangeran yang mereka anggap sebagai The

  

Whipping Boy kembali ke istana untuk mengarahkan raja menemukan tempat

  persembunyian mereka. Untuk dapat mengetahui partisipan dalam ujaran ini dapat melihat dari konteks wacana yaitu: Prince Brat scoffed under his breath. He mengatakan bahwa Pangeran sama sekali tidak tertarik dengan rencana Jemmy untuk membebaskan dia. Sehingga diketahui partisipannya adalah Billy, Prince,

  Jemmy.

  Pemahaman terhadap arah rujukan dari penggunaan deiksis persona orang kedua dalam ujaran Billy."Do you take me for a precious fool!

  yang mengatakan

  apakah kamu berpikir saya adalah orang yang bodoh., dipertegas dengan adanya indikasi fisikal: “Hold-Your-Nose Billy clapped a leery eye on the rat-catcher's

  son yang menunjukkan bahwa Billy mengarahkan pandangannya kepada Jemmy

  sehingga membantu menunjukkan arah dari ujarannya yaitu kepada Jemmy Dari penggunaan deiksis persona orang kedua disertai dengan adanya indikasi fisikal pada data di atas, membantu menentukan arah rujukan dalam suatu ujaran. Sehingga dapat dipahami lebih jelas makna dari ujaran tersebut. Indikasi fisikal berfungsi untuk mempertegas dan membantu mengarahkan untuk menentukan pembicara dalam ujaran tersebut yaitu Billy dan lawan bicaranya yaitu Jemmy. Sehingga dapat dideskripsikan bahwa penggunaan deiksis tersebut adalah secara gestural.

  Data 5

Hold-Your-Nose Billy fixed Prince Brat with a hairy smile. "Never

let it be sung about that me and Cutwater ain't generous to a fault,

lad. We'll share out with you a bucketful of gold and jewels!" (SF:

  17) Data tersebut memaparkan situasi yang terjadi pada saat Billy sedang berkata. Jangan sampai ada lagu yang mengatakan bahwa aku dan Cutwater adalah orang yang pelit. Kami akan berbagi emas dan permata denganmu. Untuk dapat mengetahui partisipan dalam ujaran ini dapat dilihat dari konteks wacana yaitu : The murderers shuffled back into the hut. Jemmy turned on his companion.

  

and gave the prince an angry hash of eyes.(SF: 17) yang mengatakan bahwa pada

  saat para penjahat masuk kembali kedalam gubuk mereka, Jemmy berputar menghadap Prince dan sedang marah padanya Sehingga diketahui partisipannya adalah Billy, Cutwater, Prince, Jemmy.

  Pemahaman terhadap arah rujukan dari penggunaan deiksis persona orang kedua dalam ujaran BillyWe'll share out with you a bucketful of gold and

  

jewels!" yang mengatakan kami akan berbagi emas dan permata denganmu.,

  dipertegas dengan adanya indikasi fisikal “Hold-Your-Nose Billy fixed Prince Brat with a hairy smile.

  yang menunjukkan bahwa Billy mengarahkan

  pandangannya dan tersenyum kepada Prince Brat sehingga membantu menunjukkan arah dari ujarannya yaitu kepada Prince Brat.

  Dari penggunaan deiksis persona orang kedua disertai dengan adanya indikasi fisikal pada data di atas, membantu menentukan arah rujukan dalam suatu ujaran. Sehingga dapat dipahami lebih jelas makna dari ujaran tersebut. Indikasi fisikal berfungsi untuk mempertegas dan membantu mengarahkan untuk menentukan pembicara dalam ujaran tersebut yaitu Billy dan lawan bicaranya yaitu Prince Brat sehingga dapat dideskripsikan bahwa penggunaan deiksis tersebut adalah secara gestural.

  4.1.2 Penggunaan secara symbolic Data 6

"Dim-witted villains!" shouted the prince. "I command you to turn

us loose. Or Papa will hang you!" (SF: 7)

  Data di atas memaparkan situasi pada saat Pangeran berteriak dan melakukan ujaran yang berkata dasar penjahat-penjahat keras kepala, saya perintahkan kau untuk membebaskan kami atau ayahku akan menggantung mu.

  Pemahaman terhadap arah rujukan dari penggunaan deiksis persona orang kedua pada data di atas harus melihat dari pembicara dan lawan bicara dalam ujaran tersebut. Dalam menentukan pembicara dan lawan bicara dapat dilakukan dengan melihat konteks wacana yang menyertai ujaran tersebut. Karena suatu ujaran selalu terikat dengan konteks wacana. Konteks wacana tersebut adalah:

  

Hold-Your-Nose Billy hung on to the boys' ears. At the horse's side, Cutwater was

holding the lantern close to the saddle. (SF: 7).

  Kalimat tersebut menunjukkan situasi yang terjadi pada saat Jemmy dan

  

Prince (Pangeran) sedang menjadi tawanan kawanan penjahat dan salah seorang

  penjahat tersebut sedang memeriksa isi dari tas bawaan mereka. Sehingga diketahui partisipannya adalah Billy, Cutwater, Prince, Jemmy.

  Dari penggunaan deiksis persona orang kedua tersebut disertai dengan adanya konteks wacana pada data di atas membantu menentukan arah rujukan dengan memahami partisipan dalam ujaran tersebut. Konteks wacana berfungsi menjadi orang kedua dalam ujaran tersebut yaitu kepada Billy dan Cutwater. Dapat dideskripsikan bahwa penggunaan ekspresi deiksis persona tersebut adalah secara

  symbolic terhadap Billy dan Cuttwater.

  Data 7

Certain as eggs is eggs you are the Prince. The genuine, straight-