PENUTUP KOORDINASI KEPOLISIAN DAN KEJAKSAAN DALAM PENYELESAIAN PERKARA PIDANA PADA TAHAP PRAPENUNTUTAN (Studi di Wilayah Hukum Pengadilan Sleman).
77
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas maka penulis dapat menarik
suatu kesimpulan bahwa koordinasi antara kepolisian dan kejaksaan
pada tahap prapenuntutan belum terlaksana semaksimal mungkin. Dan
masih adanya sifat keegoisan dan merasa paling benar dalam tahap
prapenuntutan tersebut oleh kedua lembaga. Padahal keharmonisan
dan kerjasama antar lembaga polisi dan jaksa sangat penting dalam
mengatasi permasalahan penanganan perkara pidana pada tahap
prapenuntutan itu sendiri.
Kedua lembaga tersebut belum menjalankan kewajibannya
secara semaksimal mungkin, sebagai mana diatur juga di dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Acara Pidana dan Peraturan Jaksa Agung
Republik Indonesia Nomor: PER – 036/A/JA/09/2011 Tentang Standar
Operasional Prosedur (SOP) Penanganan Perkara Tindak Pidana
Umum, telah memuat Proses-proses prapenuntutan.
b. Saran
Berdasarkan kesimpulan tersebut penulis ingin menyampaikan
beberapa saran yang ditujuhkan kepada kejaksaan dan kepolisian anatar
alain :
a) Supaya Lembaga Kepolisian dan Kejaksaan meningkatkan kualitas
kinerjanya serta koordinasinya dalam menangani setiap perkara
78
pidana yang ada, khususnya pada tahap prapenuntutan dan supaya
kedua lembaga saling menjalin hubungan yang sinkron.
b) Diharapkan Lembaga Kejaksaan dan Kepolisian dapat menjalankan
kewajbannya dalam tahap prapenuntutan sebagaimana telah diatur di
dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana serta Peraturan
Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor: PER – 036/A/JA/09/2011
Tentang Standar Operasional Prosedur (SOP) Penanganan Perkara
Tindak Pidana Umum.
c) Supaya lembaga kepolisian dan kejaksaan saling bekerjasama tanpa
ada rasa keegoisan serta merasa paling benar dalam tahap
prapenuntutan tersebut. Sehingga penanganan perkara pidana pada
tahap prapenuntutan tidak memakan waktu yang cukup lama, dengan
boleak-baliknya berkas perkara dari kejaksaan ke kepolisian atau
sebaliknya.
79
DAFTAR PUSTAKA
Andi Hamzah. 1987. Pengantar Hukum Acara Pidana Indonesia. Jakarta. Ghalia
Indonesia.
_________ . 2001. Analisis Dan Evaluasi Hukum tentang wewenang Kepolisian
Dan Kejaksaan Di Bidang Penyidikan. Jakarta. Departemen Kehakiman
Dan Hak Asasi Manusia.
Bambang Poernomo. 1988. Hukum Pidana Dasar Aturan Umum Hukum Pidana
Kodifikas., Ghalia Indonesia, Yogyakarta
Hamrat Hemid, Harum M. Husein Husein. 1992. Pembahasan Permasalahan
KUHAP Bidang Penyidikan Dalam Bentuk Tanya-Jawab. Sinar Grafika,
Jakarta.
Harum M. Husein. 1991. Penyidikan Dan Penuntutuan Dalam Proses Pidana .
Rineka Gita, Jakarta.
Leden Marpung .2010. Proses Penanganan Perkara Pidana (Di Kejaksaan &
Pengadilan Negari Upaya Hukum & Eksek Marpaung usi), Sinar Grafika,
Jakarta.
_________ . 1992, Proses Penanganan Perkara Pidana Penyidikan dan
Penyelidikan), Sinar Grafika, Jakarta.
_________ . 1992, “Asas-Teori-Prakteik Hukum Pidana ”, Sinar Grafika, Jakarta.
Marwan Effendy. 2005, Kejaksaan RI Posisi Dan Fungsinya Dari Perspektif
Hukum, PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Muhammad Taufik Makarao dan Suhashril.2004.Hukum Acara Pidana Dalam
Teori Dan Praktek, Ghalia Indonesia, Bogor.
Mukti Fajar dan Yulianto Achmad.2012.Dualisme Penelitian Hukum Normatif&
Empiris, Pustaka Pelajar, Yogyakarta:
S.Tanusubroto, 1983, Peranan Pra Peradialan dalam Hukum Acara Pidana ,
Cetakan I, Penertbit Alumni , Bandung .
Suharso dan Ana Retnoningsih.2011. Kamus Besar Bahasa Indonesia.Semarang.
Widaya Karya
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 Tentang KejaksaanRepublik Indonesia
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia
80
Undang-Undang Nomor 8 tahun 1981 Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Pidana
Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaaan Kehakiman
Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 Tentang Pelaksanaan Kitab UndangUndang Hukum Acara Pidana.
Peraturan Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor: PER – 036/A/JA/09/2011
Tentang Standar Operasional Prosedur (SOP) Penanganan Perkara Tindak
Pidana Umum
WEBSITE
http://www.academia.edu/2479524/Ubi_Societas_Ibi_Ius. , Eka Sjarief, Ubi
Societas, Ibi Ius, 5 September 2014
http://umarikmawaru.blogspot.com/2012/07/proses-pra-penuntutan-dalampersidangan.html, Umar Kusuma, Proses prapenuntutan dalam
persidangan, 17 September 2014.
http://kuliahitukeren.blogspot.com, Aidia MJ, Proses Prapenuntutuan Dalam
Persidangan, 14 September 2014
http://agustinmahardika.blogspot.com/2012/11/penuntutan-dalam-hukum-acarapidana.html, Dewi Thermis, Penuntutan Dalam Hukum Acara Pidana, 18
September 2014.
http://pospolisi.wordpress.com, Kepolisian, Tugas dan wewenang Polisi Republik
Indonesia , 19 Juli 2014.
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl624, Shanti Rachmadsyah, SP3
(Surat Perintah Penghentian Penyidikan), 20 September 2014.
http://www.library.ohiou.edu/indopubs/2001/09/05/0028. Topo Santoso, Polisi
Dan Jaksa Dalam Sistem Peradilan Pidana Di Indonesia , 2 Oktober 2014.
81
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas maka penulis dapat menarik
suatu kesimpulan bahwa koordinasi antara kepolisian dan kejaksaan
pada tahap prapenuntutan belum terlaksana semaksimal mungkin. Dan
masih adanya sifat keegoisan dan merasa paling benar dalam tahap
prapenuntutan tersebut oleh kedua lembaga. Padahal keharmonisan
dan kerjasama antar lembaga polisi dan jaksa sangat penting dalam
mengatasi permasalahan penanganan perkara pidana pada tahap
prapenuntutan itu sendiri.
Kedua lembaga tersebut belum menjalankan kewajibannya
secara semaksimal mungkin, sebagai mana diatur juga di dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Acara Pidana dan Peraturan Jaksa Agung
Republik Indonesia Nomor: PER – 036/A/JA/09/2011 Tentang Standar
Operasional Prosedur (SOP) Penanganan Perkara Tindak Pidana
Umum, telah memuat Proses-proses prapenuntutan.
b. Saran
Berdasarkan kesimpulan tersebut penulis ingin menyampaikan
beberapa saran yang ditujuhkan kepada kejaksaan dan kepolisian anatar
alain :
a) Supaya Lembaga Kepolisian dan Kejaksaan meningkatkan kualitas
kinerjanya serta koordinasinya dalam menangani setiap perkara
78
pidana yang ada, khususnya pada tahap prapenuntutan dan supaya
kedua lembaga saling menjalin hubungan yang sinkron.
b) Diharapkan Lembaga Kejaksaan dan Kepolisian dapat menjalankan
kewajbannya dalam tahap prapenuntutan sebagaimana telah diatur di
dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana serta Peraturan
Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor: PER – 036/A/JA/09/2011
Tentang Standar Operasional Prosedur (SOP) Penanganan Perkara
Tindak Pidana Umum.
c) Supaya lembaga kepolisian dan kejaksaan saling bekerjasama tanpa
ada rasa keegoisan serta merasa paling benar dalam tahap
prapenuntutan tersebut. Sehingga penanganan perkara pidana pada
tahap prapenuntutan tidak memakan waktu yang cukup lama, dengan
boleak-baliknya berkas perkara dari kejaksaan ke kepolisian atau
sebaliknya.
79
DAFTAR PUSTAKA
Andi Hamzah. 1987. Pengantar Hukum Acara Pidana Indonesia. Jakarta. Ghalia
Indonesia.
_________ . 2001. Analisis Dan Evaluasi Hukum tentang wewenang Kepolisian
Dan Kejaksaan Di Bidang Penyidikan. Jakarta. Departemen Kehakiman
Dan Hak Asasi Manusia.
Bambang Poernomo. 1988. Hukum Pidana Dasar Aturan Umum Hukum Pidana
Kodifikas., Ghalia Indonesia, Yogyakarta
Hamrat Hemid, Harum M. Husein Husein. 1992. Pembahasan Permasalahan
KUHAP Bidang Penyidikan Dalam Bentuk Tanya-Jawab. Sinar Grafika,
Jakarta.
Harum M. Husein. 1991. Penyidikan Dan Penuntutuan Dalam Proses Pidana .
Rineka Gita, Jakarta.
Leden Marpung .2010. Proses Penanganan Perkara Pidana (Di Kejaksaan &
Pengadilan Negari Upaya Hukum & Eksek Marpaung usi), Sinar Grafika,
Jakarta.
_________ . 1992, Proses Penanganan Perkara Pidana Penyidikan dan
Penyelidikan), Sinar Grafika, Jakarta.
_________ . 1992, “Asas-Teori-Prakteik Hukum Pidana ”, Sinar Grafika, Jakarta.
Marwan Effendy. 2005, Kejaksaan RI Posisi Dan Fungsinya Dari Perspektif
Hukum, PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Muhammad Taufik Makarao dan Suhashril.2004.Hukum Acara Pidana Dalam
Teori Dan Praktek, Ghalia Indonesia, Bogor.
Mukti Fajar dan Yulianto Achmad.2012.Dualisme Penelitian Hukum Normatif&
Empiris, Pustaka Pelajar, Yogyakarta:
S.Tanusubroto, 1983, Peranan Pra Peradialan dalam Hukum Acara Pidana ,
Cetakan I, Penertbit Alumni , Bandung .
Suharso dan Ana Retnoningsih.2011. Kamus Besar Bahasa Indonesia.Semarang.
Widaya Karya
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 Tentang KejaksaanRepublik Indonesia
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia
80
Undang-Undang Nomor 8 tahun 1981 Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Pidana
Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaaan Kehakiman
Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 Tentang Pelaksanaan Kitab UndangUndang Hukum Acara Pidana.
Peraturan Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor: PER – 036/A/JA/09/2011
Tentang Standar Operasional Prosedur (SOP) Penanganan Perkara Tindak
Pidana Umum
WEBSITE
http://www.academia.edu/2479524/Ubi_Societas_Ibi_Ius. , Eka Sjarief, Ubi
Societas, Ibi Ius, 5 September 2014
http://umarikmawaru.blogspot.com/2012/07/proses-pra-penuntutan-dalampersidangan.html, Umar Kusuma, Proses prapenuntutan dalam
persidangan, 17 September 2014.
http://kuliahitukeren.blogspot.com, Aidia MJ, Proses Prapenuntutuan Dalam
Persidangan, 14 September 2014
http://agustinmahardika.blogspot.com/2012/11/penuntutan-dalam-hukum-acarapidana.html, Dewi Thermis, Penuntutan Dalam Hukum Acara Pidana, 18
September 2014.
http://pospolisi.wordpress.com, Kepolisian, Tugas dan wewenang Polisi Republik
Indonesia , 19 Juli 2014.
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl624, Shanti Rachmadsyah, SP3
(Surat Perintah Penghentian Penyidikan), 20 September 2014.
http://www.library.ohiou.edu/indopubs/2001/09/05/0028. Topo Santoso, Polisi
Dan Jaksa Dalam Sistem Peradilan Pidana Di Indonesia , 2 Oktober 2014.
81