Karyasiswa Berkeluarga dan Karyasiswa Perempuan

91 menghasilkan uang di bumi AS. Apabila karyasiswa mempunyai pekerja tambahan atau suamiistri dari karyasiswa mempunyai pekerjaan resmi di AS, maka penghitungan pajak harus dilakukan seakurat mungkin dengan bantuan formulir W-2 yang biasa dikeluarkan pihak pemberi kerja. Pelanggaran soal pajak mempunyai implikasi serius bagi kehidupan seseorang di AS. Selain soal pajak, soal pelaksanaan hukum di AS juga harus dipahami oleh karyasiswa secara umum, dengan memanfaatkan jasa konsultan hukum khusus mahasiswa yang disediakan pihak universitas. Pemahaman soal hukum ini berguna apabila karyasiswa kebetulan terlibat dalam soal perkara perdata atau gugatan yang bisa terjadi akibat kecelakaan lalu lintas atau hal-hal lain yang mungkin di luar perkiraan kebanyakan orang Indonesia.

4.1.6 Karyasiswa Berkeluarga dan Karyasiswa Perempuan

Bagi karyasiswa yang sudah berkeluarga, tentu berkeinginan agar selama masa studinya ia ditemani istri atau suami dan anak-anaknya. Meskipun kondisi ini ideal, sebelumnya perlu dipertimbangkan masak-masak kesiapan karyasiswa untuk menanggung hidup keluarganya di AS baik dari segi finansial maupun dari segi waktu. Hampir semua beasiswa dari pemerintah tidak menyediakan tunjangan apa pun bagi keluarga karyasiswa untuk hidup di AS. Segi finansial pertama yang harus diperhitungkan adalah biaya tiket pesawat untuk setiap anggota keluarga yang akan ikut. Dalam jangka panjang, perlu juga diperhitungkan biaya tiket pulang. Berikutnya adalah pengeluaran untuk kehidupan sehari-hari seperti pakaian, makanan, dan keperluan rumah tangga lainnya. Yang juga tidak 92 kalah pentingnya adalah setiap anggota keluarga harus mempunyai asuransi kesehatan, disediakan oleh pihak universitas, dengan biaya yang jauh dari murah. Masalah waktu yang harus diatasi karyasiswa adalah waktu untuk mengurus keluarga di luar waktu kuliah dan belajarnya yang sudah menyita waktu cukup banyak. Masalah finansial dan masalah waktu ini perlu dipertimbangkan masak-masak karyasiswa agar jangan sampai keluarga karyasiswa merasa menderita tinggal di AS atau malah kehadiran keluarga mengganggu kelancaran studi karyasiswa. Menurut peraturan kemigrasian, suami atau istri dari karyasiswa yang pemegang J-1 alias J-2 diizinkan untuk bekerja di perusahaan manapun di AS sejauh motifnya bukan untuk mencari pendapatan utama. Istri atau suami karyasiswa harus terlebih dahulu mengajukan aplikasi status kerja ke kantor imigrasi yang telah ditentukan, dan apabila diterima setelah makan waktu cukup lama, 3 bulan maka akan diterbitkan kartu identifikasi pekerja resmi sedangkan tulisan dalam kartu SSN resmi diubah menjadi “valid for work with INS Immgration Naturalization Services authorization. Kartu tersebut kemudian menjadi dasar status kerja yang sah dan apabila ada pemberhentian kerja, harus sesuai dengan peraturan yang berlaku. Kartu tersebut juga mengimplikasikan bahwa pemegangnya harus dibayar paling sedikit sesuai dengan upah minimum. Mudah tidaknya pemegang J-2 mendapatkan izin kerja berbeda-beda untuk tiap state dan sebaiknya karyasiswa mencari informasi dari orang yang sudah berhasil mendapatkannya. 93 Khusus untuk karyasiswa perempuan, terutama yang tinggal sendiri di AS, harus terus waspada terhadap sekelilingnya karena tingkat perkosaan cukup tinggi. Ketika mendaftar di universitas, setiap mahasiswa perempuan biasanya diberikan peluit sebagai salah satu alat perlindungan dari gangguan atau ancaman. Di beberapa kampus, bahkan tersedia fasilitas “night-ride” pada sekitar tengah malam sehingga mahasiswa perempuan tidak perlu berjalan kaki dari kampus ke tempat tinggal di tengah malam melainkan menumpang tumpangan malam tersebut. Selain harus terus waspada, karyasiswa perempuan juga dituntut untuk mandiri seperti mampu mengendarai mobil sendiri atau berani pergi sendiri ke suatu tempat misalnya untuk keperluan penelitian lapangan. Peka terhadap lingkungan mungkin merupakan istilah yang tepat untuk menggambarkan bagaimana seharusnya seorang perempuan Indonesia bersikap di AS. Secara umum, kaum laki-laki di AS tidak akan berani menjahili atau mengganggu kaum perempuannya karena ketatnya hukum tentang pelecehan seksual sexual harrasment walaupun demikian sebaiknya karyasiswa lebih cermat dalam bergaul. .

4.1.7 Kedatangan Karyasiswa di AS