Musawamah tawar menawar sebagai model Pembiayaan

Rahmat Ilyas 304 Jurnal Bisnis dan Manajemen Islam pembayaranPerubahan jumlah angsuran, kedua: Perubahan jangka waktu, ketiga: Perubahan nisbah dalam pembiayaan mudharabah atau musyarakah. Keempat: Perubahan p royeksi b agi h asil d alam pembiayaan m u d harabah atau musyarakah. Kelima: Pemberian potongan c. Penataan kembali Restructuring Merupakan perubahan persyaratan pembiayaan, meliputi : pertama: Penambahan dana fasilitas pembiayaan bank. Kedua: Konversi akad pembiayaan. Ketiga: Konversi p embiayaan menjadi surat berharga syari’ah b erjangka waktu dan menengah. Keempat: Konversi p embiayaan m enjadi p enyertaan modal semetara pada perusahaan nasabah. Selama akad belum berakhir maka harga jual beli tidak boleh berubah, Apabila terjadi perubahan maka akad tersebut menjadi batal. Dalam prakteknya nasabah yang memesan menunjuk pemasok yang telah diketahuinya menyediakan barang dengan spesiikasi dan harga yang sesuai dengan keinginannya. Atas dasar itulah bank melakukan pembelian secara tunai dari pemasok yang dikehendaki oleh nasabahnya, kemudian menjualnya secara tangguh kepada nasabah yang bersangkutan Ariin, 2006 : 23.

E. Musawamah tawar menawar sebagai model Pembiayaan

Banyak kalangan ahli iqih yang lebih menyukai sistem jual beli dengan tawar menawar daripada jual beli dengan sistem ixed proit. Karena sistem ixed proit itu didasari oleh kejujuran dan sikap amanah, yakni jual beli yang bersikap amanah dan kepolosan, sehingga hal itu membutuhkan perhatian terhadap situasi dan kondisi secermat mungkin. Padahal amatlah sulit menghindari dorongan hawa nafsu untuk melakukan tindakan interpretatif dan manipulatif. Jual beli semacam itu lebih baik dihindari al-Mushlih, 196. Bank-bank syariah umumnya mengadopsi murabahah untuk memberikan pembiayaan jangka Kontrak Pembiayaan Murabahah dan Musawamah 305 BISNIS, Vol. 3, No. 2, Desember 2015 pendek kepada para nasabah guna pembelian barang meskipun mungkin sinasabah tidak memiliki uang untuk membayar. Murabahah sebagaiamana yang digunakan dalam perbankan syariah didasarkan pada dua elemen pokok: harga beli serta biaya yang terkait, dan kesepakatan atas mark-up laba. Ciri dasar kontrak murabahah sebagai jual beli dengan pembayaran tunda adalah sebagai berikut: 1. Sipembeli harus memilki pengetahuan tentang biaya-biaya terkait dan tentang harga asli barang, dan batas laba mark-up harus ditetapkan dalam bentuk presentase dari total harga plus biaya- biayanya. 2. Apa yang dijual adalah barang atau komoditas dan dibayar dengan uang. 3. Apa yang diperjual belikan harus ada dan dimiliki oleh sipenjual dan sipenjual harus mampu menyerahkan barang itu kepada sipembeli. 4. Pembayarannya ditangguhkan. Bank syariah pada umumnya telah menggunakan murabahah sebagai metode pembiayaan mereka yang utama, meliputi kira-kira tujuh lima persen dari total kekayaan mereka. Sejumlah alasan diajukan untuk menjelaskan popularitas murabahah dalam operasi invesatasi perbankan Islam: 1. Murabahah adalah suatu mekanisme investasi jangka pendek dan dibandingkan dengan sistem proit and loss sharing PLS cukup memudahkan; 2. Mark-up dalam murabahah dapat ditetapkan sedemikan rupa sehingga memastikan bahwa bank dapat memperoleh keuntungan yang sebanding dengan keuntungan bank-bank berbasis bunga yang menjadi saingan bank-bank Islam; 3. Murabahah menjauhkan ketidakpastian yang ada pada pendapatan dari bisnis-bisnis dengan proit and loss sharing PLS; 4. Murabahah tidak memungkinkan bank-bank Islam untuk mencampuri manajemen bisnis, karena bank bukanlah mitra sinasabah, sebab hubungan Rahmat Ilyas 306 Jurnal Bisnis dan Manajemen Islam mereka dalam murabahah adalah hubungan antara kreditur dan debitur Muhammad, 2004 : 154. Dalam hal proses pembayaran, murabahah dapat dilakukan secara tunai atau tangguh. Pembayaran tangguh adalah pembayaran yang dilakukan tidak pada saat barang diserahkan kepada sipembeli, tetapi dilakukan dalam bentuk angsuran atau sekaligus pada waktu tertentu. Akad murabahah memperkenankan penawaran harga yang berbeda untuk cara pembayaran yang berbeda sebelum akad murabahah dilakukan. Namun jika akad tersebut telah disepakati hanya ada satu harga harga dalam akad yang digunakan. Perlu diperhatikan bahwa harga yang disepakati dalam murabahah adalah harga jual, sedangkan biaya perolehan harus diberitahukan. jika penjual mendapatkan diskon sebelum akad murabahah, potongan itu merupakan hak pembeli. Adapun diskon yang diterima setelah akad murabahah disepakati sesuai dengan yang diatur dalam akad, dan jika tidak diatur dalam akad maka potongan tersebut adalah hak penjual. Jika diberlakukan diskon, diskon yang terkait dengan pembelian barang meliputi: 1. Diskon dalam bentuk apapun dari pemasok atas pembelian barang 2. Diskon biaya asuransi dari perusahaan asuransi dalam rangka pembelian barang 3. Komisi dalam bentuk apapun yang diterima terkait dengan pembelian barang. Selain itu diskon atas pembelian barang yang diterima setelah akad murabahah disepakati diberlakukan seseuai dengan kesepakatan dalam akad tersebut. Jika akad tidak mengatur, diskon tersebut menjadi hak penjual Suwiknyo, 2010 : 31. Murabahah sebagai suatu mekanisme jual beli dengan pembayaran tunda, dapat terjadi baik pada harga tunai, dengan menghindari segala bentuk mark-up pengganti waktu yang ditundakan untuk pembayaran, ataupun pada harga tunai plus mark-up untuk pengganti waktu penundaan pembayaran. Para fuqaha tidak mempersoalkan keabsahan jual beli dengan pembayaran Kontrak Pembiayaan Murabahah dan Musawamah 307 BISNIS, Vol. 3, No. 2, Desember 2015 tunda jenis yang pertama, yaitu pembayaran tunda dengan harga tunai. Perbedaan pendapat dikalangan ulama terjadi pada harga kredit yang lebih tinggi dalam jual beli dengan pembayaran tunda Muhammad, 2005 : 122. Dalam konteks perbankan Islam sejumlah argumen telah diajukan untuk mendukung keabsahan harga kredit yang lebih tinggi dalam pembayaran tunda diantaranya: 1. Bahwa teks-teks syariah tidak melarangnya 2. Bahwa ada perbedaan antara uang yang tersedia sekarang dengan yang tersedia dimasa yang akan datang seperti yang dikatakan oleh Ali al- Khaif seorang faqih kontemporer yang dikutip oleh Muhammad “kebiasaannya urf uang yang dibayarkan kontan mempunyai nilai yang lebih tinggi daripada uang yang diberikan pada masa yang akan datang” 3. Bahwa kenaikan harga ini bukan sebagai imbalan waktu tunda pembayaran, dan karena nya tidak tidak sama dengan riba pra islam yang diharamkan al-qur’an 4. Bahwa kenaikan harga dikenakan pada saat penjualan, tidak setelah penjualan terjadi 5. Bahwa kenaikan harga disebabkan faktor-faktor yang mempengaruhi pasar, seperti permintaan dan penawaran, dan naik turunnya daya beli uang sebagai akibat inlasi dan delasi Muhammad, 2005 : 121. Penjual pada prinsipnya, bebas untuk menetapkan harga barang-barangnya, jika harga-harga ini terlalu tinggi, pembeli boleh untuk tidak membelinya atau mencari penggantinya, atau penjual lain boleh masuk kepasar untuk menciptakan keseimbangan harga.

F. Kesimpulan