Pendahuluan T1 232007180 Full text

2

1. Pendahuluan

Fenomena yang terjadi dalam perkembangan audit internal di pemerintahan dewasa ini melaju cukup pesat yang menuntut auditor untuk lebih responsif terhadap kebutuhan manajemen. Audit internal yang dilakukan oleh Inspektorat Wilayah ini akan dilaporkan kepada Walikota, Bupati atau Gubernur. Audit Internal penting dan dibutuhkan terutama untuk mengawasi segala kegiatan aparatur pemerintahan serta berguna untuk memonitoring mekanisme pelaksanaan kegiatan untuk mencapai tujuan dengan tepat pada sasaran serta dengan hasil yang efektif, dan efisien. Di mana Inspektorat Wilayah dituntut memberi penilaian yang objektif dan tidak memihak independent serta bekerja secara profesional dalam melakukan kegiatan pengawasan di suatu daerah, kota atau kabupaten. Hal ini tersirat pada Permendagri No.44 Tahun 2008 tentang Kebijakan Pengawasan atas Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Tahun 2009. Lingkup pemeriksaan yang dilakukan Inspektorat Wilayah pada umumya adalah PEMTAK Pemeriksaan Serentak. Konsekuensi yang didapat dalam pelaksanaan otonomi Daerah berdasarkan pada undang-undang No.22 Tahun 1999 yang telah diganti dengan undang-undang No.32 Tahun 2004 tentang pemerintah daerah, selaras dengan hak serta kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam penyelenggaraan suatu sistem. Dalam konteks penyelenggaraan otonomi Daerah, Inspektorat Wilayah merupakan instrumen pengawas yang dimiliki baik oleh provinsi, kabupaten atau kota dalam melaksanakan pemeriksaan intern . Auditor internal pengawas Intern akan menyelidiki, mengukur dan menilai keefektivitasan kinerja yang telah dilakukan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah SKPD. Sesuai dengan kebijakan di bidang pengawasan penyelenggaraan Pemerintah Daerah yang tertuang dalam Permendagri No.23 Tahun 2007 tentang pedoman tata cara pengawasan atas penyelenggaraan daerah untuk menciptakan pemerintahan yang baik, diperlukan adanya suatu badan pengawas dari pemerintah untuk membantu dalam melakukan pengawasan secara intern dalam mewujudkan good and clean govermance . 3 Dalam melakukan pengawasan, Inspektorat Wilayah menggunakan Sistem Pengendalian Internal Pemerintahan SPIP sebagai standar acuan dalam melakukan pengawasan di sektor publik yaitu dengan berpedoman pada PP No.60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Internal Pemerintahan SPIP yang menyatakan bahwa SPIP merupakan upaya menciptakan pemerintahan yang baik dan benar, di mana pemerintah mengharapkan kepada seluruh instansi pusat, daerah, kementrian, maupun lembaga supaya di tahun yang akan datang, mendapatkan predikat Wajar Tanpa Pengecualian WTP atas segala bentuk pelaporan, dan diharapkan semua instansi dapat membuat laporan yang didasarkan pada SPIP. SPIP bertujuan memberikan keyakinan yang memadai bagi tercapainya efektivitas dan efisiensi dalam pencapaian tujuan penyelengaraan pemerintahan negara, kendala pelaporan keuangan, pengamatan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Di dalam SPIP terdapat 5 unsur diantaranya: lingkungan pengendalian, penilaian resiko, kegiatan pengendalian, informasi dan komunikasi serta pemantauan pengendalian intern. Dalam penelitian ini mengambil unsur dari lingkungan pengendalian, karena dari ke 5 unsur tersebut lingkungan pengendalian dinilai sangat mempengaruhi kinerja dari pengawas inspektorat dalam kaitannya sebagai auditor internal. Dibentuknya Pengawas Daerah Inspektorat Wilayah bertujuan untuk mewujudkan good and clean govermance , akan tetapi pada kenyataannya belum sepenuhnya berjalan sesuai dengan yang diharapkan oleh pemerintah dan masyarakat. Masih terdapat masalah yang ditemukan seperti kecurangan, korupsi yang terjadi di Satuan Kerja Perangkat Daerah SKPD dan belum maksimalnya kinerja para pengawas yang dapat menimbulkan kerugian material yang cukup besar. Seperti kasus yang melibatkan nama pejabat daerah di Salatiga, Jawa Tengah. Di mana kinerja dari pengawas mulai dipertanyakan terkait kasus korupsi di gedung perpustakaan SMAN 3 Salatiga yang melibatkan mantan pejabat Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga DISDIKPORA dan Ika Petra Dinas Pekerjaan Umum DPU yang telah ditetapkan sebagai tersangka. Dengan terungkapnya kasus yang melibatkan kinerja Inspektorat dalam melakukan pengawasan di 4 lingkungan SKPD Kota Salatiga dinilai kurang efektif dalam melakukan pengawasan. Mengacu dari penelitian sebelumnya tentang Effectiveness Internal Audit in the Malaysian Sector Public yang diteliti oleh mahasiswa-mahasiswi Malaysia, dari hasil penelitian tersebut ditemukan beberapa masalah yang dihadapi oleh para auditor internal di pemerintah Malaysia yaitu, terjadi kekurangan auditor, kurangnya dukungan pemerintah pusat, kurangnya pengetahuan dari auditor dalam melakukan pengawasan di pemerintahan Malaysia yang berdampak atas kinerja para auditor yang dipandang kurang efektif. Halimah Nasibah Ahmad, Radiah Othman, Rohanah Othman, Kamaruzaman Jusooff, 2009. Dilihat dari kasus kinerja pengawas internal Inspektorat Wilayah Kota Salatiga di Indonesia serta penelitian auditor internal di pemerintahan Malaysia, terdapat kemiripan suatu permasalahan yang terjadi yaitu tentang kinerja pengawas yang dinilai kurang efektif. Maka dari aspek inilah penelitian di Malaysia dapat dilanjutkan untuk konteks pengawasan di Indonesia, yang khususnya akan di lakukan di Inspektorat Wilayah Kota Salatiga. Pengawas Inspektorat Wilayah Kota Salatiga adalah perangkat yang ditunjuk untuk menjamin agar suatu Pemerintahan dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan rencana serta aturan undang-undang yang telah ditetapkan Pemkot Salatiga melalui Inspektorat Wilayah menurut Perda No. 11 tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Daerah, Kantor Pelayanan Terpadu dan Satuan Polisi Pamong Praja Kota Salatiga. Sebagai lembaga pengawas yang bertanggung jawab kepada Walikota, maka Inspektorat memiliki tugas pokok melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan urusan pemerintah daerah. Inspektorat Kota Salatiga berperan dalam mewujudkan good local govermance melalui pengawasan internal bagi perangkat daerah, yaitu mendorong pencapaian visi misi melalui asistensi dan supervisi serta mendorong perbaikan efektivitas pengendalian melalui audit review . Bagi Kepala Daerah Inspektorat Kota Salatiga berperan sebagai perpanjangan tangan dalam pengendalian internal, sebagai mata dan telinga dalam early warning system dan sebagai agen 5 Pemerintah Daerah dalam mendorong kepatuhan terhadap peraturan perundang- undangan. Rumusan Masalah 1. Bagaimana persepsi pengawas inspektorat kota terhadap kinerja pengawas di SKPD Kota Salatiga? 2. Apa saja permasalahan yang dihadapi oleh pengawas Inspektorat Kota sebagai auditor internal di SKPD Kota Salatiga?

2. Telaah Teoritis Kinerja