Ancaman Perubahan Iklim Terhadap Indigen

ESSAY

Ancaman Perubahan Iklim Terhadap Indigenous People di Pasifik Selatan

Sebuah pepat ah di Pasifik Selatan berbunyi Land is a l ife, w ithout land t here is no life (Kaw ,
2008 hal.2) , dari pepatah t ersebut dapat dimaknai bahw a kehidupan masyarakat Pasifik Selatan
sangat erat kaitannya dengan tanah m ereka. Salah sat u cerminan dari pepat ah t ersebut adalah pada
penduduk Bouganville, di mana tanah lekat dengan harga diri mereka dan kehilangan tanah
bukanlah sebuah pilihan. Kehidupan masyarakat di Pasifik Selatan banyak diw arnai oleh isu konflik
etnis yang erat kaitannya dengan tanah t erutama t ent ang kepemilikan tanah dan migrasi dari etnisetnis lain tetapi t ernyata bukan hanya isu t ersebut yang menjadi permasalahan d Pasifik Selatan.

Permasalahan yang disebabkan oleh alam yang biasa dihadapi oleh penduduk di wilayah ini adalah
bencana gunung meletus dan badai namun tidak hanya itu saja, ternyata wilayah ini juga dihadapkan
kepada permasalahan lain yaitu perubahan iklim (Campbell, 2010 hal.26).

Dampak dari perubahan iklim merupakan sesuat u yang nyata dan m empengaruhi semua
orang dan komunitas di planet ini. Isu ini menimbulkan ancaman kerusakan lingkungan. M enurut Dr.
Eric L. Kaw perubahan iklim dapat mengancam kerusakan tanah, perairan, hutan di t empat mereka
tinggal dan mencari penghidupan (Kaw , 2008 hal.2). Dampak dari perubahan iklim yang terjadi dan
dirasakan oleh penduduk di Pasifik Selatan akan datang m enerpa meskipun mereka tidak m emiliki
ket erlibatan langsung dengan penyebab t erjadinya isu ini. Penduduk yang ada di Pasifik baik

pendatang maupun indigenous akan terkena dampak dari Perubahan Iklim.

Ada sebanyak 16 negara yang t erletak di Pasifik Selatan t ermasuk Australia dan Selandia
Baru. Selain Australia mayoritas Negara-negara t ersebut adalah Negara kepulauan di mana t erdapat
sekitar 9,5 juta jiw a yang hidup di Pasifik Selatan pada t ahun 2008. Indigenous people di Pasifik

Selat an pada umumnya t erbagi di w ilayah menjadi tiga besar kelompok kultur yaitu M elanesia,
Polynesia m eliput i Samoa, Tonga, Cook Islands, Tokelau, Tuvalu and Niue dan M icronesia yang
meliputi Kiribati, M arshall Islands, Palau and the Federated Stat es of M icronesia (Kaw , 2008 hal.2-3).

Indigenous people di Pasifik Selat an menggunakan penget ahuan dan praktek tradisional

mereka dalam bertahan hidup, mereka sangat bergantung pada tanah dan laut untuk m emenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari.

Pada dasarnya, banyak Negara-negara di Pasifik Selatan yang t elah mengambil kebijakan
untuk m elindungi dan m empertahankan pengetahuan, teknologi dan prakt ek tradisional dari
indigenous people, namun mereka belum sepenuhnya terlindungi dari ancaman perubahan iklim.

Salah satu upaya perlindungan terhadap indigenous people tertuang dalam konstitusi seperti

pada Vanuat u Constitution section 49 dan 74, Samoa Constitution section 100 dan 111 atau pada
Solomon Islands Constitution section 76 yang m engadopsi tradisi, kult ur serta adat istiadat
indigemous people sebagai acuan pada prinsip dan ket entuan hukum di Negara-negara t ersebut

(Kw a, 2008 hal.4). Dengan adanya konstitusi tersebut, pem erintah di Pasifik selatan t elah meletakan
dasar perlindungan kepada indigenous people.

Dampak Perubahan Iklim Di Pasifik Selatan

Perubahan iklim akan menjadi rintangan bagi laju pembangunan t erutama di Negara-negara
berkembang termasuk di Pasifik Selatan. Dampak yang ditimbulkan akan sangat mempengaruhi
produksi pert anian, keamanan pangan, sumber air bersih, level kenaikan air laut, keseimbangan
ekosistem dan keanekaragaman hayati (Kw a, 2008 hal.6). Perubahan cuaca yang terjadi akan
mempengaruhi hasil produksi pertanian dan hasil produksi pertanian jelas berpengaruh pada
keamanan pangan. Kenaikan level air laut akan berpengaruh pada komunitas pesisir dan kepulauan
dan dapat menyebabkan kelangkaan air bersih dan tanah. Keanekaragaman hayati yang t erancam
rusak oleh adanya perubahan iklim akan mempengaruhi hilangnya sumber makanan dan sumber

obat yang biasa digunakan dalam kehidupan t radisional mereka. Dampak dari perubahan iklim di
Pasifik Selatan tidak hanya berpengaruh pada kondisi lingkungan t etapi juga pada kondisi sosiokultural di mana pada titik ini ilmu-ilmu social bisa am bil bagian dalam m enganalisis dampak-dampak

yang ditimbulkan tersebut (Gillespie, 2003 hal.7).

Salah satu dampak yang dirasakan oleh penduduk di Pasifik Selatan adalah tenggelamnya
beberapa pulau di wilayah ini. Di Kiribati, dua pulau tidak berpenghuni yaitu Tebua dan Abanuea
tenggelam pada tahun 1999 (Kw a, 2008 hal.7). Beberapa pulau lainnya juga terancam tenggelam
dan m enyebabkan adanya relokasi penduduk yang hidup di pulau-pulau t ersebut ke daerah yang
lebih tinggi. Jika hal ini t erus terjadi maka kemungkinan adanya migrasi dari wilayah-w ilayah di
Pasifik Selatan sangat besar. M ereka yang bermigrasi dihadapkan pada adat dan kebiasaan
masyarakat set empat yang mungkin saja berbeda sat u sama lain dan tidak menutup kemungkinan
akan mengakibatkan permasalahan baru seperti konflik etnis.

Penduduk di w ilayah ini pada akhirnya tidak hanya akan kehilangan tanah mereka, SDA yang
ada dan gaya hidup tradisional mereka tetapi bahkan juga bisa kehilangan Negara mereka (Kw a,
2008 hal.7). Jika terjadi hal yang demikian, status m ereka sebagai Negara Bangsa juga akan hilang.
Hilangnya tanah mereka berarti juga hilangnya ident it as social-kult ural.

Oleh karena itu pem erintah Negara-negara di Pasifik Selatan perlu mencari solusi baik
politik, ekonomi dan hukum terkait masalah perubahan iklim yang mengancam indigenous people
melihat hubungan erat antara mereka dengan lingkungan di Pasifik Selatan.


Respon Terhadap Isu Perubahan Iklim di Pasifik Selatan

Tantangan utama bagi pem erintah di Pasifik Selatan adalah melindungi indigemous people
dari dampak yang ditimbulkan oleh perubahan iklim meskipun konstitusi t elah m elindungi hak-hak

dari indigenous people dan adat istiadat mereka namun masih belum m enjamin keamanan mereka
dari dampak perubahan lingkungan tempat m ereka hidup.

Salah sat u hal yang juga menjadi rintangan dalam isu perubahan iklim di Pasifik Selatan
adalah ketidaktahuan indigenous people t erhadap permasalahan yang sedang m ereka hadapi. Pada
tahun 1997 dan 2000 ada dua program yang dijalankan di Pasifik Selatan yaitu Pacific Islands Climat e
Change Assistance Program dan Pacific Islands Framew ork on Climat e Change, Climate Variability
and Sea Level Rise (Kw a, 2008 hal.9), kedua program t ersebut bertujuan untuk m emberikan

pemahaman kepada penduduk Pasifik Selatan t erhadap adanya perubahan iklim dan kenaikan level
air laut.

Di Vanuatu, Environment al M anagement and Conservation Act tahun 2002 diadopsi sebagai
salah satu tujuan utama dalam m elindungi, mem prom osikan dan memperkuat nilai-nilai dan prinsipprinsip tradisional yang berhubungan dengan konservasi alam (Kw a, 2008 hal.4). UNDP juga ikut
serta dalam upaya m elindungi penduduk Pasifik Selat an t erkait dengan isu perubahan iklim dengan

mengajukan 4 proposal (Kw a, 2008 hal.6), dua dari empat rangkaian tindakan yang diajukan adalah
adopsi kebijakan sustainable carbon budgeting dan adaptasi framew ork Kyoto 2012 t entang
perubahan iklim. Kedua tindakan t ersebut juga masih t ergantung pada itikad baik para pemimpin
politik dan masyarakat global. Negara-negara di Pasifik Selatan masih menitikberatkan kegiatan
antisipasi perubahan iklim di masing-masing w ilayahnya, yang mereka danai sendiri dan mereka
masih cenderung pasif dalam merespon isu perubahan iklim (Campbell, 2010 hal.112).

Isu perubahan iklim di w ilayah ini m endorong Australia untuk m enjadi salah sat u donor
dalam upaya m enangani dan mengantisipasi dampak yang ditimbulkan. Australia sebagai salah sat u
kekuat an besar di w ilayah Pasifik Selatan m erespon dengan m engambil pendekatan pada isu
perubahan iklim dengan m emberikan dana bantuan dan mendesain st rat egi-strat egi yang diperlukan
untuk m enghadapi isu t ersebut . Salah satu proyek yang didanai adalah Reduced Emissions from
Deforest ation and Degradation atau REDD (Kw a, 2008 hal.10).

Kesimpulan

Perubahan iklim memberikan dampak negatif kepada Indigenous people di Pasifik Selatan.
Ancaman utama yang sedang dihadapi adalah kenaikan level air laut yang dapat m enenggelamkan
Negara-negara kepulauan di w ilayah tersebut. Dampaknya tidak hanya berpengaruh pada kondisi
lingkungan saja t etapi juga berpengaruh pada kondisi social dan kultural dari indigenous people di

Pasifik Selatan.

M eskipun langkah-langkah penanganan pada level domest ik dan regional ditingkatkan tetapi
bila Negara-negara lain di luar regional ini tetap menghasilkan emisi karbon tetap saja Pasifik Selatan
akan terkena dampak perubahan iklim karena meskipun berbeda w ilayah administratif pada
dasarnya masyarakat global berbagi satu planet yang sama sehingga w hat happened here, mat t ers
over there.

Daftar Pust aka

Barnet t, Jon and Cam pbell , John. Climate Change and Sm all Island St ates Pow er, Know ledge and t he
Sout h Pacific Eart hscan Climate . Earthscan. 2010

Gero, A., M éheux, K. and Dominey-How es. Disaster risk reduction and change adaptation in the
Pacific : The challenge of integrat ion . UNSW and the Australian Tsunami Research Centre-

Natural Hazards Research Laboratory. 2010
Gillespie, Alexander and Burns, William C.G. Advances in Global Change Research Climat e Change i n
the South Pacific Impacts and Responses in Australia, New Zealand, and Small Island States.


New York : Kluw er Academic Publishers. 2003
Kw a, Eric L. Climate Change and Indigenous Peopl e in the Sout h Pacific . IUCN Academ y of
Environmental Law Conference on “ Climat e Law in Developing Countries post -2012: Nort h
and South Perspectives” . , Ot taw a : Faculty of Law . 2008