Dampak Perubahan Iklim Terhadap Manusia

Dampak Perubahan Iklim Terhadap
Manusia
Email Artikel ini ke Teman Anda

Sebuah artikel menarik yang terbit di Sunday Times, 11 Maret
2007, mengulas buku Six Degrees: Our Future on A Hotter
Planet, tulisan ilmiah jurnalis Mark Lynas yang diterbitkan oleh
HarperCollins, dan menyabet penghargaan bergengsi Royal
Society Science Books Prize.1 Dalam buku itu, Mark Lynas,
memaparkan apa yang akan terjadi setiap suhu udara naik 1ºC
hingga 6ºC. Badan Perubahan Iklim PBB, Intergovernmental
Panel on Climate Change (IPCC), telah memperingatkan bahwa
bila emisi gas rumah kaca dibiarkan terus bertambah seperti
tingkat sekarang ini, maka suhu permukaan Bumi pada akhir
abad 21 akan naik dari 1,1ºC menjadi 6,4ºC. 2
Sinyal Merah
Apa yang akan terjadi setiap suhu permukaan Bumi naik 1ºC?
Berikut hasil investigasi ilmiah Mark Lynas.3

Suhu Udara Naik 1ºC
Laut yang mulai kehilangan lapisan es di atasnya akan menyerap

panas lebih banyak dan mempercepat pemanasan global; air
tawar lenyap dari sepertiga permukaan Bumi; daerah dataran
rendah di pesisir pantai akan diterjang banjir.
Suhu Udara Naik 2ºC
Eropa menerima paparan panas yang tinggi; hutan-hutan rusak
karena

terbakar;

tanaman-tanaman

yang

stres,

bukannya

menyerap karbon, mulai melepaskan karbon yang pernah
diserapnya ke atmosfer; sepertiga spesies di dunia terancam
punah.

Suhu Udara Naik 3ºC
Karbon yang dilepaskan oleh tanaman dan tanah di Bumi
mempercepat pemanasan global; matinya hutan hujan Amazon;
angin topan dahsyat menghantam kota-kota pinggir laut;
kelaparan di Afrika.
Suhu Udara Naik 4ºC
Mencairnya lapisan es yang tak terkendali mengakibatkan
pemanasan global tak dapat dihentikan; sebagian besar wilayah
Inggris tidak dapat dihuni lagi karena terbenam banjir; wilayah
Mediterania ditinggalkan penduduknya.
Suhu Udara Naik 5ºC
Gas

metana

yang

keluar

dari


dasar

laut

mempercepat

pemanasan global; es di Kutub Utara dan Kutub Selatan habis;
manusia berpindah-pindah tempat untuk mencari makanan dan
mencoba, meskipun sia-sia, hidup seperti hewan di alam liar.

Suhu Udara Naik 6ºC
Kehidupan di Bumi berakhir akibat badai besar, banjir bandang,
bola api hidrogen sulfida dan metana berputar-putar cepat
melintas di seluruh dunia dengan kekuatan bom atom; hanya
jamur yang dapat bertahan hidup.
Bagaimanakah dengan dampak pemanasan global menurut
badan iklim PBB? Rata-rata suhu udara global menurut laporan
IPCC telah meningkat sebesar 0,6ºC dari tahun 1850 hingga
tahun 2000. Dalam laporan “Climate Change Report 2007”, IPCC

mengetengahkan berbagai dampak pemanasan global berdasar
tingkat kenaikan suhu dan akan semakin parah dengan
bertambahnya suhu udara. Berikut ini ulasannya: 2
Persediaan Pangan Terancam
Kenaikan suhu udara 1-2ºC akan menyebabkan produktivitas
sereal merosot di belahan Bumi bagian selatan. Kenaikan suhu
udara di atas 4ºC akan menurunkan produksi pangan di seluruh
dunia.
Kesehatan Memburuk
Kenaikan suhu udara di atas 1ºC akan mengancam kondisi
kesehatan sebagai akibat kekurangan gizi, penyakit diare,
penyakit karena infeksi, kekeringan, panas tinggi, dan sebabsebab lain.
Persediaan Air Menipis
Kenaikan suhu hingga 1ºC akan mengurangi persediaan air dan
meningkatkan kekeringan di beberapa wilayah ekuator. Kenaikan
suhu di atas 1ºC akan menimbulkan banjir, kekeringan, erosi, dan

kualitas air yang semakin menurun. Naiknya air laut akan
memperluas


pengasinan

air

tanah

sehingga

menurunkan

persediaan air tawar bagi daerah-daerah di pesisir pantai.
Ratusan juta orang akan menghadapi kekurangan air.
Perpindahan Penduduk dan Konflik
Stres

yang

disebabkan

oleh


meningkatnya

kekeringan,

kekurangan air, dan banjir di daerah aliran sungai maupun di
pesisir pantai akan memaksa penduduk mencari tempat tinggal
baru, baik itu di dalam negaranya sendiri maupun memasuki
negara lain. Hal ini dapat memicu konflik dan ketegangan antara
penduduk lama maupun baru.
Kepunahan Spesies Daratan
Kenaikan suhu hingga 1ºC akan merusak banyak ekosistem,
seperti yang sudah mulai terlihat sekarang. Kenaikan suhu di
atas 1ºC akan menyebabkan 20-30% spesies terancam punah.
Kenaikan suhu di atas 4ºC akan menyebabkan kepunahan
hampir

semua

spesies


di

seluruh

dunia.

Rusaknya Ekosistem Laut
Kenaikan suhu hingga 1ºC akan meningkatkan pemutihan
karang. Kenaikan suhu dari 1-2ºC akan menyebabkan sebagian
besar karang mengalami pemutihan. Kenaikan suhu di atas 2ºC
akan menyebabkan matinya terumbu karang secara besarbesaran.
Rusaknya Ekosistem Air Tawar
Beberapa danau telah menunjukkan penyusutan jumlah ikan
dengan kenaikan suhu yang mulai berjalan mendekati 1ºC seperti
sekarang ini. Sejumlah spesies yang biasa dijumpai di daerah

hangat berpindah menuju daerah kutub. Kenaikan suhu dari 2ºC
hingga 3ºC menyebabkan siklus hidrologis bertambah besar,
lebih banyak kekeringan, dan juga banjir. Sementara itu,

kepunahan banyak spesies air tawar, perubahan struktur danau
secara besar-besaran, meningkatnya pengasaman danau dapat
terjadi pada kenaikan suhu di atas 4ºC.
Pengasaman Laut
Pengasaman laut sudah mulai terjadi, dan akan semakin
bertambah dengan naiknya konsentrasi CO2 di atmosfer.
Pelepasan Metana dan Karbondioksida
Suhu yang semakin memanas akan menyebabkan pelepasan
metana dan karbondioksida dari lapisan es kutub, tanah gambut,
tanah rawa, dan laut.
Mencairnya Lapisan Es Greenland
Sekarang ini lapisan es di Kutub Utara sudah mulai mencair.
Kenaikan suhu di atas 1ºC hingga 4ºC akan mencairkan
sebagian besar es dan air laut akan naik setinggi 2-7 meter
selama berabad-abad hingga ribuan tahun. Kenaikan suhu di
atas 4ºC akan menyebabkan es mencair hampir seluruhnya.
Mencairnya Lapisan Es Antartika Barat
Hilangnya beting es di beberapa tempat pada kenaikan suhu
hingga 1ºC sudah terlihat. Kenaikan suhu di atas 2ºC akan
menyebabkan sebagian wilayah es Antartika Barat mencair dan

air laut akan naik setinggi 1,5-5 meter selama berabad-abad
hingga ribuan tahun.
Angin Topan

Angin topan kategori 4-5 akan meningkat dengan kenaikan suhu
hingga 2ºC dan dampaknya akan semakin berat dengan naiknya
air laut. Kenaikan suhu di atas 2ºC semakin meningkatkan
intensitas angin topan dan banyak jiwa terancam.

Banjir Bandang
Banjir bandang di banyak tempat akan makin sering terjadi akibat
meningkatnya intensitas hujan. Banjir juga akan semakin sering
terjadi di daerah dataran rendah.
Gelombang Panas
Stres panas dan gelombang panas semakin meningkat dengan
naiknya suhu hingga 2ºC. Di atas suhu 2ºC, frekuensi gelombang
panas akan meningkat dengan cepat dan mengakibatkan
kematian,

gagal


panen,

matinya

tunas

baru

pepohonan,

kebakaran hutan, dan kerusakan ekosistem.
Kekeringan
Kenaikan suhu udara hingga 2ºC menyebabkan kekeringan
semakin sering dijumpai. Diperkirakan frekuensi dan intensitas
kekeringan di wilayah ekuator semakin meningkat. Sementara itu,
kenaikan suhu udara di atas 2ºC, akan menyebabkan kekeringan
ekstrim meningkat dari 1% menjadi 30%.
Kebakaran
Meningkatnya frekuensi dan intensitas kebakaran di banyak

tempat, khususnya di tempat-tempat dimana kekeringan terjadi,
pada suhu yang naik hingga 2ºC. Kenaikan suhu di atas 2ºC
semakin menambah besar frekuensi dan intensitas kebakaran,
khususnya di hutan-hutan dan tanah gambut di belahan bumi

bagian utara setelah mencairnya lapisan es.

IPCC juga memproyeksikan berbagai
dampak pemanasan global yang akan
dialami oleh penduduk di beberapa
benua sebagai berikut:
Afrika
Naiknya suhu udara hingga 1ºC akan menyebabkan puluhan juta
orang menderita kekurangan air dan terancam oleh penyebaran
penyakit malaria. Di atas 2ºC, ratusan juta orang lagi di Afrika
akan menderita kekurangan air, risiko terkena malaria semakin
bertambah di dataran tinggi, merosotnya hasil panen, dan
rusaknya banyak ekosistem.
Asia
Dengan suhu yang semakin meningkat, sekitar 1 miliar penduduk
akan

menderita

akibat

menyusutnya

produksi

pertanian,

berkurangnya persediaan air, dan meningkatnya peristiwa cuaca
yang ekstrim (badai, banjir, dan kekeringan).
Amerika Latin
Dengan kenaikan suhu hingga 1ºC, puluhan juta penduduk
Amerika Latin menderita kekurangan air; beberapa spesies
endemik terancam oleh alih fungsi lahan dan perubahan iklim.
Kenaikan suhu di atas 1ºC menyebabkan lebih dari ratusan juta
orang kekurangan air; daerah dataran rendah di pinggir pantai,
yang berpenduduk padat, terancam oleh naiknya air laut dan
semakin intensnya badai di pesisir pantai; keragamanan hayati

lenyap secara besar-besaran khususnya di Amazon.
Ada beberapa dampak pemanasan global lain yang belum
dipaparkan di atas, akan tetapi, bencana ini semakin sering kita
temui di berbagai tempat di seluruh dunia.
Gempa Bumi, Gunung Meletus, Tsunami, dan Tanah
Longsor
Seorang ahli geologi, Bill McGuire dari Hazard Research
Center di University College London, menuturkan bahwa
gempa bumi, letusan gunung berapi, tsunami, dan tanah
longsor, adalah malapetaka lain yang timbul akibat
perubahan iklim.4 Menurut beliau, ada dua penyebabnya.
Pertama, gangguan keseimbangan kerak Bumi. Lapisan es
di kutub yang memiliki berat menekan kerak Bumi yang
berada di bawahnya. Karena es mencair, kerak di
bawahnya

berusaha

mencari

keseimbangan

baru.

Pergeseran keseimbangan ini dapat memicu aktivitas
magma di dalam kerak Bumi maupun aktivitas gempa
bumi. “Pada akhir Zaman Es, tercatat adanya peningkatan
besar-besaran

aktivitas

seismik

bersamaan

dengan

penyusutan lapisan es di Skandinavia maupun tempattempat lain seperti itu dan memicu tanah longsor di bahwa
laut yang pada akhirnya memicu tsunami,” ungkap
McGuire. Penyebab kedua, tekanan air laut. Suhu laut
yang bertambah panas mengakibatkan air laut memuai.
“Memuainya air laut ditambah es yang mencair ke dalam
laut menekan kerak Bumi di bawahnya. Hal ini dapat
menekan magma apapun yang ada di sekitarnya keluar
dari gunung berapi sehingga memicu letusan,” urai
McGuire. Mekanisme ini dipercaya menjadi penyebab

letusan periodik Gunung Pavlof di Alaska yang meletus
setiap musim dingin ketika permukaan air laut lebih tinggi.
McGuire sendiri melakukan penelitian yang dimuat pada
jurnal Nature pada tahun 1997 mengenai kaitan antara
naiknya permukaan air laut dengan aktivitas letusan
gunung berapi di Mediterania selama 80.000 tahun terakhir,
dan menemukan bahwa ketika air laut naik secara tiba-tiba,
makin banyak letusan gunung berapi yang terjadi, dengan
peningkatan drastis sebesar 300%!
Penelitian McGuire ini memperkuat hasil penelitian Dr.
Thomas J. Chalko, M.Sc., Ph.D, kepala bagian geofisika
dari Scientific E Research P/L, Melbourne, Australia, yang
mengemukakan bahwa pemanasan global menyebabkan
ketidakseimbangan

termal

interior

Bumi.

Akibatnya,

gunung-gunung berapi menjadi aktif dan meletus lebih
kuat. Aktivitas gempa bumi di seluruh dunia sekarang lima
kali lebih banyak daripada 20 tahun yang lalu. Penelitian
membuktikan sifat merusak gempa

bumi

meningkat

dengan pesat dan beliau menyatakan bahwa tren ini akan
terus berlanjut, kecuali masalah pemanasan global diatasi
secara menyeluruh.5
Saya ingin menambahkan pembahasan mengenai dampak
pemanasan global ini menurut laporan “Stern Review on
the Economics of Climate Change” 6 sebagai bahan
perbandingan Anda karena laporan ini merupakan laporan
terbesar dan paling banyak diketahui serta didiskusikan di
seluruh dunia. Laporan setebal 700 halaman ini disusun
oleh

Sir

Nicholas

Stern,

Kepala

Badan

Ekonomi

Pemerintah Inggris, dan menjabarkan berbagai dampak

pemanasan global menurut kenaikan suhu udara setiap 1
derajatnya. Berikut ini sedikit ulasannya.
Suhu Udara Naik 1 ºC


Beberapa

gletser

kecil

di

Andes

menghilang

seluruhnya dan mengancam persediaan air bagi 50
juta orang.


Kenaikan moderat hasil panen sereal di wilayah
beriklim sedang.



Setidaknya

300.000

orang

setiap

tahunnya

meninggal karena penyakit akibat perubahan iklim
(terutama diare, malaria, dan kekurangan gizi), akan
tetapi ada pengurangan angka kematian pada saat
musim dingin di wilayah yang lebih tinggi (Eropa
Utara, AS).


Lapisan es di belahan bumi utara mencair dan
menyebabkan kerusakan jalan-jalan dan bangunanbangunan di sebagian Kanada dan Rusia.



Setidaknya 10% spesies darat akan punah, 80%
terumbu karang rusak, termasuk Terumbu Karang
Great Barrier terbesar di dunia yang terletak di timur
laut Australia.



Arus Teluk melemah.

Suhu Udara Naik 2 ºC


Air menyusut sebesar 20–30% di beberapa wilayah

yang rentan, seperti Afrika bagian Selatan dan
Mediterania.


Hasil panen merosot tajam di wilayah-wilayah tropis
(5-10% di Afrika).



40-60 juta lebih orang menderita malaria di Afrika.



Sekitar 10 juta orang lebih menderita banjir setiap
tahunnya.



15-40% spesies terancam punah; spesies Kutub
Utara,

misal

beruang

kutub

dan

karibau,

kemungkinan besar bisa punah.


Lapisan es Greenland mulai mencair tak terkendali.

Suhu Udara Naik 3 ºC


Di Eropa Selatan, kekeringan hebat terjadi sekali
setiap 10 tahun; 1-4 miliar orang lebih menderita
kekurangan air, sementara 1-5 miliar orang di
tempat lain menderita banjir.



150-550 juta orang kelaparan



1-3 juta orang lebih mati karena kekurangan gizi;
penyakit seperti malaria tersebar luas ke wilayahwilayah baru.



1-170 juta lebih orang di pesisir pantai menderita
banjir.



20-50% spesies terancam punah, termasuk di sini,
25-60% mamalia, 30-40% burung, dan 15-70%
kupu-kupu di Afrika Selatan; hancurnya Hutan
Amazon.



Bencana akibat cuaca yang berubah semakin
meningkat, runtuhnya Lapisan Es Antartika Barat.

Suhu Udara Naik 4 ºC


Persediaan air menyusut 30-50% di Afrika bagian
Selatan dan Mediterania.



Suhu udara yang bertambah panas menyebabkan
lenyapnya

gletser-gletser

Himalaya

dan

mempengaruhi jutaan orang di China dan India.


Panen merosot 15-35% di Afrika dan di seluruh
lumbung

produksi

pangan

dunia (misalnya

di

sebagian Australia).


80 juta orang lebih menderita malaria di Afrika.



7-300 juta orang lebih di pesisir pantai menderita
banjir setiap tahunnya.



Lenyapnya separuh wilayah tundra di Kutub Utara;
hutan hujan Amazon mati; menyusutnya lapisan es
menyebabkan naiknya air laut setinggi 7 meter.

Suhu Udara Naik Di Atas 5 ºC
Bukti terbaru menunjukkan bahwa rata-rata suhu Bumi akan naik
lebih dari 5 atau 6ºC bila emisi gas rumah kaca terus bertambah

dan menimbulkan bahaya besar pelepasan karbon dioksida dari
permukaan tanah dan pelepasan metana dari lapisan es di Kutub
Utara maupun dari dasar laut. Kenaikan suhu udara global ini
akan setara dengan pemanasan global yang pernah terjadi pada
Zaman Es terakhir dan, bila suhu Bumi sampai memanas 6ºC,
dampaknya di luar perkiraan manusia. Kiamatkah? Silakan Anda
sendiri yang menjawabnya.
Ancaman Punahnya Kehidupan di Bumi
Salah satu dampak pemanasan global adalah mencairnya
lapisan es di Kutub Utara. Berdasarkan data dari citra satelit
terbaru, ilmuwan iklim NASA, Jay Zwally berkata bahwa lapisan
es di Kutub Utara kemungkinan besar lenyap pada akhir musim
panas 2012, lebih cepat dari perkiraan sebelumnya. 7 IPCC telah
memperingatkan bahwa mencairnya lapisan es di Kutub Utara ini
memicu laju pemanasan global yang semakin cepat. 8 Kenapa
bisa begitu? Hal ini disebabkan lapisan es putih di Kutub Utara
berfungsi seperti cermin, ia memantulkan 80% panas matahari
kembali ke angkasa. Bila tidak ada lapisan es ini, maka panas
matahari akan langsung diserap oleh lautan. Laut yang panas
akan mengakibatkan pencairan es yang lebih banyak lagi. Tetapi,
bahaya tidak berhenti di situ saja.
Tahukah Anda, di bawah lapisan es Kutub Utara tersimpan
karbon dan metana dalam jumlah besar? Bila es mencair, maka
kedua gas rumah kaca ini akan dilepaskan ke atmosfer.
Jumlahnya

tidak

main-main!

Lapisan

es

Kutub

Utara

mengandung 2 kali lipat jumlah karbon yang ada di atmosfer.
Penelitian dua puluh lebih ilmuwan lingkungan yang dikepalai
oleh Profesor Ted Schuur dari University of Florida yang dimuat
dalam jurnal Bioscience edisi September 2008 menunjukkan

bahwa 1.672 miliar metrik ton karbon terkurung di bawah lapisan
es dan jumlah ini dua kali lipat dari 780 miliar ton karbon yang
ada di atmosfer saat ini.9
Ancaman serius juga berasal dari endapan hidrat metana yang
tersimpan di dasar laut. Endapan ini terdapat di seluruh pinggir
benua dan terlepas bila laut menjadi panas. Dengan hilangnya
lapisan es yang mengakibatkan 90% panas matahari langsung
masuk ke dalam lautan, endapan metana ini bisa terlepas dari
dasar laut.
Belum lama ini di bulan September 2008 para ilmuwan Arktik
menemukan bukti nyata bahwa jutaan ton metana ini mulai
terlepas dari dasar laut Arktik.14 Mereka menemukan sejumlah
area yang berbuih di lautan karena gas metana meruap dari
dasar laut. Tak berapa lama kemudian ditemukan kembali ratusan
gelembung metana yang meruap dari dasar laut di daerah
Svalbard di Arktik.15
Catatan sejarah menunjukkan bahwa metana yang terlepas
dalam jumlah besar dari dasar laut memanaskan Bumi hingga
7ºC 55 juta tahun yang lalu dan menyebabkan kepunahan masal
serta terganggunya iklim Bumi selama 100.000 tahun, menurut
ketua peneliti Gavin Schmidt dari NASA.10 Jauh sebelum itu,
kehidupan di Bumi pun pernah punah akibat ledakan gas metana
dari dasar laut 251 juta tahun lalu. 11 Menurut Dr. Gregory Ryskin,
asosiat profesor teknik kimia dari Northwestern University, gas
metana yang terlepas secara tiba-tiba dari dasar lautan menjadi
penyebab utama kepunahan sebagian besar kehidupan laut dan
spesies darat pada akhir era Permian, jauh sebelum dinosaurus
ada. Dr. Ryskin menghitung 10.000 gigaton gas metana (1

Gigaton = 1 miliar ton) terkumpul dalam air di dasar lautan dalam
tekanan tinggi. Ledakan gas metana memiliki daya ledak 10.000
kali lebih kuat daripada ledakan seluruh senjata nuklir di dunia.
Banjir lautan api raksasa dari laut itulah yang menyebabkan
kepunahan masal saat itu, kira-kira 95% spesies laut dan 70%
spesies daratan. Selanjutnya, beliau menyebutkan, bila itu
pernah terjadi, itu bisa terjadi lagi.
Seberapa

cepatkah

itu

bisa

terjadi?

Sebuah

penelitian

menunjukkan bahwa perubahan iklim dramatis hanya dalam
waktu 1 tahun pernah terjadi dalam sejarah Bumi. 12 Tiga belas
ribu tahun yang lalu, Eropa tidak jauh berbeda dengan kondisi
sekarang, hanya saja lebih hangat dan banyak ditutupi oleh
hutan. Namun, tiba-tiba saja, terjadi perubahan. Arus Teluk
hangat yang membawa panas dari ekuator ke kutub berhenti
mengalir. Suhu udara turun drastis 3 hingga 4 derajat Celcius,
dan bertahan seperti itu selama seribu tahun. Para ilmuwan yang
dikepalai oleh Achim Brauer dari German Research Center for
Geoscience

di

Postdam,

Jerman,

menyebutkan

periode

perubahan iklim drastis itu yang bernama Younger Dryas terjadi
hanya dalam waktu satu tahun, kurang lebih 12.679 tahun lalu,
berdasar atas penelitian pada lapisan sedimen yang terjaga baik
di sebuah danau terpencil di Jerman. Penelitian menunjukkan air
dingin yang mengalir dari gletser yang mencair memperlemah
aliran Arus Teluk yang hangat. Akibatnya berakhirlah angin
hangat yang sebelumnya bertiup melintasi Eropa. Tanpa angin
yang hangat ini, suhu udara dengan cepat turun 3 hingga 4
derajat Celcius, dan membekukan benua yang sebelumnya
ditutupi hutan selama ribuan tahun berikutnya. Daniel Sigman
dari Princeton University menyebutkan bahwa ”Periode Younger
Dryas terus mengejutkan kami karena memberikan pesan betapa

cepatnya perubahan iklim bisa terjadi.”
PBB sendiri juga telah menyebutkan bahwa mencairnya lapisan
es

merupakan

“kartu

liar”

yang

secara

dramatis

bisa

memperparah pemanasan global dengan melepaskan gas rumah
kaca secara besar-besaran.13 Dalam laporan UNEP Year Book
2008, disebutkan bahwa, “…Kita mungkin akan mencapai
ambang batas yang sulit untuk diprediksikan secara tepat, tetapi
melewati ambang batas itu bisa membawa akibat serius secara
global. Metana yang terlepas secara besar-besaran ke dalam
atmosfer, yang berasal dari lapisan es yang mencair dan
endapan methana hidrat di laut, akan membawa perubahan tak
terduga dalam pola iklim yang mungkin tidak dapat diubah. Kita
tidak boleh melewati ambang batas ini. Pemanasan global yang
disebabkan oleh aktivitas manusia harus diatasi untuk membantu
kita menghindari akibat semacam ini sepenuhnya.” (t.a)
Sumber Acuan:
1. Timesonline
2. IPCC
3. Timesonline
4. Livescience
5. Yahoo
6. Stern Report
7. National Geographic
8. Bloomberg
9. Ekathimerini
10. Commondreams; NASA
11. Science Daily
12. Discovery
13. Foxnews
14. Independent
15. Independent

Email Artikel ini ke Teman Anda

Download Buku - Gratis

www.SupremeMasterTV.com/ina