Pengembangan Buku Siswa Kinematika Bermuatan Nilai Karakter dengan Pendekatan Saintifik untuk Siswa SMA

(1)

ABSTRAK

PENGEMBANGAN BUKU SISWA KINEMATIKA BERMUATAN NILAI KARAKTER DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK

UNTUK SISWA SMA Oleh

Heru Sapto Nugroho

Menyediakan media pembelajaran merupakan salah satu upaya dalam mencapai tujuan pembelajaran. Buku siswa yang berlandaskan pendekatan saintifik diharapkan dapat membentuk karakter siswa. Telah dilakukan penelitian untuk mengembangkan buku siswa bermuatan nilai karakter dengan pendekatan saintifik pada materi kinematika untuk siswa SMA dengan tujuan mengetahui

kemenarikan, kemudahan dan kemanfaatan buku siswa bermuatan nilai karakter dengan pendekatan saintifik serta mengetahui keefektifan buku siswa. Tahapan prosedur pengembangan meliputi: analisis kebutuhan, identifikasi sumber daya, identifikasi produk, pengembangan produk, validasi produk melalui uji internal, revisi produk 1, uji eksternal produk, revisi produk 2, dan produksi masal. Validasi produk dilakukan oleh ahli desain dan ahli isi/materi dengan diperoleh skor 3,00 pada uji ahli materi dan skor 2,92 pada uji ahli desain. Sedangkan uji satu lawan satu dilakukan terhadap 2 orang siswa dan uji eksternal kelompok kecil dilakukan terhadap 27 siswa kelas X MIA 2 SMA Fransiskus Bandar Lampung. Hasil uji internal diperoleh bahwa buku siswa yang dikembangkan dinyatakan layak digunakan sebagai media pembelajaran. Hasil uji eksternal menunjukkan buku siswa efektif digunakan sebagai media pembelajaran yaitu mencapai 81,5 %


(2)

Heru Sapto Nugroho siswa tuntas KKM, selain itu buku siswa yang diuji menunjukkan kualitas

kemenarikan dengan skor 3,58 berkategorikan sangat baik, kualitas kemudahan dengan skor 3,44 berkategorikan sangat baik, dan kualitas kemanfaatan dengan skor 3,41 berkategorikan sangat baik.

Kata kunci: buku siswa, buku siswa berkarakter, nilai karakter, pendekatan saintifik.


(3)

PENGEMBANGAN BUKU SISWA KINEMATIKA BERMUATAN NILAI KARAKTER DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK

UNTUK SISWA SMA

Oleh

HERU SAPTO NUGROHO

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Fisika

Jurusan Pendidikan Matematika Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(4)

(5)

(6)

(7)

iv

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjung Karang, Kota Bandar Lampung, pada 14 Oktober 1992, anak ketujuh dari tujuh bersaudara pasangan Bapak Gregorius Semiyono dan Ibu Christina Subariyah. Penulis mengawali pendidikan formal di SD Negeri 2 Campang Raya Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2004, kemudian melanjutkan di SMP Kartika Jaya II-2 yang diselesaikan pada tahun 2007, dan melanjutkan pendidikan di SMA Fransiskus Kedaton yang diselesaikan pada tahun 2010. Pada tahun yang sama, penulis diterima di Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

Selama menempuh pendidikan di Pendidikan Fisika, penulis pernah menjadi asisten mata kuliah Program Komputer (Prokom) pada tahun 2012/2013.

Pada tahun 2013, penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Bhakti Mulya desa Tugu Ratu dan Kuliah Kerja Nyata-Kependidikan terintegrasi (KKN-KT) di Pekon Tugu Ratu Kecamatan Suoh.


(8)

MOTTO

We all shine on like the Sun, the Moon and the stars.” (John Lennon)


(9)

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang selalu memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya. Dengan kerendahan hati, kupersembahkan lembaran-lembaran karyaku ini sebagai tanda bakti dan kasih cintaku yang tulus dan mendalam kepada:

1. Kedua orang tuaku, Bapakku Gregorius Semiyono dan Ibuku Christina Subariyah yang selalu berjuang untuk mewujudkan mimpiku. Terimakasih atas kerja keras yang selama ini telah kalian lakukan dan doa yang selalu kalian haturkan. Semoga Allah selalu memberi kesempatan untukku agar selalu dapat membanggakan kalian.

2. Mas Toyo, Mba Ning, Mba Esti, Mba Tina, Mba Sari dan Mas Okta yang selalu memperhatikan, membimbing dan menemani ku untuk mencapai keberhasilan.

3. Mba Eni, Mas Sugi dan Mas Rio yang telah memberikan dukungan kepadaku.

4. Teman-teman terdekat yang telah memberikan motivasi dan semangat untuk mencapai keberhasilan.


(10)

x

SANWACANA

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengembangan Buku Siswa Kinematika Bermuatan Nilai Karakter dengan Pendekatan Saintifik untuk Siswa SMA”. Penulis menyadari bahwa terdapat banyak bantuan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA. 3. Bapak Drs. Eko Suyanto, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Fisika.

4. Bapak Drs. I Dewa Putu Nyeneng, M.Sc., selaku Pembimbing Akademik dan Pembimbing I, atas kesabarannya dalam memberikan bimbingan kepada penulis selama menyelesaikan skripsi.

5. Bapak Ismu Wahyudi, S.Pd., M.PFis., selaku Pembimbing II yang selalu memberikan masukan dan arahan kepada penulis.

6. Bapak Dr. Undang Rosidin, M.Pd., selaku Pembahas atas kesediaannya memberikan saran dan kritik kepada penulis dalam proses penyusunan skripsi.


(11)

xi

7. Pak Fery, Pak Nengah, Pak Agus, Pak Abe, Bu Vi, Pak Wayan, Pak Antomi dan Pak Doni yang telah memberikan ilmu kepada penulis.

8. Suster Pauli selaku Kepala Sekolah SMA Fransiskus Kedaton beserta jajaran yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian di sekolah.

9. Bapak Abi Kundadi, B.Sc., selaku guru mitra dan murid-murid kelas X dan XI MIA SMA Fransiskus Kedaton atas bantuan dan kerjasamanya selama

penelitian berlangsung.

10.Bapak Wayan Suana, S.Pd., M.Si., dan Bapak Antomi Saregar, M.Pd., M.Si selaku evaluator uji ahli, terimakasih atas waktu dan masukannya.

11.Sahabat perjuangan Pendidikan Fisika 2010 B: Sandi, Andrian, Trian,

Satawag, Tofan, Mirza, Risky, Didi, Andi, Dodo, Vandan, Dewi, Mei, Novel, Rosita, Sheila, Ratri, Liza, Rika, Kadek Ceria, April, Galih, Cory, Ismi, Beti,

Gusri, Nani, Novita, Mu’, Yunita dan Inayah, terimakasih telah membagi ilmu dan semangat kepada penulis.

12.Teman-teman Program Studi Pendidikan Fisika A 2010, terima kasih atas dukungannya.

13.Sahabat penulis di Tanjung Baru: Chemonk, Andi, Sigit, Aan, Arbeng dan Dimas.

14.Fenny, Rinja, Ratna, Mba Eka, Tama, Irsan, Sani, Bobby, Anggun dan Dwi, 15.Kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini.


(12)

xii

Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan rahmat dan karunia kepada kita semua, serta berkenan membalas semua budi yang diberikan kepada penulis dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua, Amin.

Bandar Lampung, April 2015 Penulis,


(13)

xiii

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah... 3

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Buku Siswa ... 6

B. Desain Buku Siswa ... 9

C. Nilai Karakter ... 9

D. Pendekatan Saintifik ... 13

E. Kinematika dengan Analisis Vektor ... 20

1. Gerak Lurus ... 20

2. Gerak Parabola ... 24


(14)

xiv III. METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian ... 32

B. Subjek Penelitian ... 32

C. Prosedur Pengembangan ... 33

1. Tahap Analisis Kebutuhan ... 34

2. Tahap Identifikasi Sumber Daya ... 35

3. Tahap Identifikasi Spesifikasi Produk ... 35

4. Tahap Pengembangan Produk ... 35

5. Tahap Uji Internal ... 36

6. Tahap Uji Eksternal ... 37

7. Tahap Produksi ... 38

D. Metode Pengumpulan Data ... 38

E. Metode Analisis Data ... 40

IV. HASIL PENGEMBANGAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengembangan ... 43

1. Hasil Analisis Kebutuhan ... 43

2. Hasil Identifikasi Sumber Daya ... 43

3. Hasil Identifikasi Produk ... 44

4. Hasil Pengembangan Produk ... 46

5. Hasil Uji Internal ... 46

6. Hasil Uji Eksternal ... 50

a. Hasil uji satu lawan satu ... 50

b. Hasil uji kelompok kecil ... 51

7. Produksi ... 57

B. Pembahasan ... 57

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 65

B. Saran ... 66


(15)

xv LAMPIRAN

A. Daftar Pertanyaan Wawancara ... 70

B. Observasi Sarana dan Prasana ... 71

C. Angket Analisis Kebutuhan Guru ... 72

D. Angket Analisis Kebutuhan Siswa ... 75

E. Hasil Analisis Angket Kebutuhan Siswa ... 77

F. Instrumen Uji Ahli Materi ... 78

G. Instrumen Uji Ahli Desain ... 82

H. Kisi-kisi Uji Kemenarikan, Kemudahan dan Kemanfaatan ... 86

I. Instrumen Uji Kemenarikan, Kemudahan dan Kemanfaatan ... 89

J. Kisi-kisi Instrumen Uji Satu Lawan Satu ... 93

K. Instrumen Uji Coba Produk ... 96

L. Hasil Uji Coba Produk pada Uji Satu Lawan Satu ... 99

M. Silabus ... 101

N. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 112

O. Hasil Uji Ahli Materi ... 123

P. Hasil Uji Ahli Desain ... 127

Q. Hasil Uji Eksternal Kelompok Kecil ... 131

R. Hasil Uji Efektifitas pada Kelompok Kecil ... 135

S. Rangkuman Hasil Penilaian Sikap ... 136


(16)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Keterampilan Proses Dasar dan Terpadu ... 18

2.2 Jenis-jenis Indikator Keterampilan Proses ... 18

3.1 Skor Penilaian terhadap Pilihan Jawaban ... 41

3.2 Konversi Skor Penilaian Menjadi Pernyataan Nilai Kualitas ... 42

4.1 Hasil Uji Internal ... 47

4.2 Komentar dan Saran Perbaikan Uji Ahli Desain ... 47

4.3 Komentar dan Saran Perbaikan Uji Ahli Materi ... 48

4.4 Skor Uji Coba Produk pada Uji Satu Lawan Satu ... 50

4.5 Data Hasil Evaluasi Tes ( Kompetensi Pengetahuan) ... 53

4.6 Respon dan Penilaian Siswa terhadap Penggunaan Produk Buku Siswa pada Uji Kelompok Kecil ... 56


(17)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Langkah-langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Ilmiah ... 16

2.2 Pendekatan Ilmiah dalam Pembelajaran ... 17

2.3 Vektor posisi �⃗ di dalam suatu ruang pada sumbu kartesian ... 20

2.4 Mobil berhenti ketika lampu merah ... 22

2.5 Lintasan peluru yang ditembakkan pada kecepatan awal �0 dengan sudut elevasi � ... 24

2.6 Perpaduan gerak pada sumbu (horizontal) dan sumbu (vertikal) ... 27

3.1 Model Pengembangan Media Instruksional ... 33

3.2 One-Shot Case Study ... 39

4.1 Format buku siswa yang dikembangkan ... 45

4.2 Grafik skor penilaian sikap rasa ingin tahu X MIA 2 pada uji kelompok kecil ... 54

4.3 Grafik skor penilaian sikap komunikatif X MIA 2 pada uji kelompok kecil... 54

4.4 Grafik skor penilaian sikap berpikir kreatif X MIA 2 pada uji kelompok kecil... 55

4.5 Perbandingan skor penilaian sikap rasa ingin tahu, komunikatif dan berpikir kreatif pada uji eksternal ... 56


(18)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam proses belajar mengajar di sekolah terdapat hubungan yang erat antara siswa, guru, kurikulum, sarana dan prasarana. Siswa mempunyai kewajiban untuk belajar yang merupakan tugas utama seorang pelajar. Guru sebagai pendidik harus menyediakan media pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga siswa dengan tanggap menerima semua materi.

Ketersediaan sarana dan prasarana di sekolah juga sangat berperan aktif dalam menunjang semua proses pembelajaran.

Dalam Undang-Undang Sisdiknas nomor 20 tahun 2003 pasal 29 ayat 2 menyebutkan bahwa pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil

pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan. Dalam konteks sistem pendidikan nasional tersebut, seorang pendidik harus memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Agar bisa mewujudkan tujuan

pendidikan nasional tersebut seorang pendidik dianggap mampu menjadi pendidik apabila bisa menjalankan tugasnya dengan baik dan profesional, dan dituntut dengan melaksanakan empat kompetensi sebagai pendidik, sebagian yaitu kompetensi profesional dan kompetensi sosial. Untuk memenuhi kompetensi


(19)

2 sosial guru diharapkan dapat memahami karakter-karakter yang dimiliki oleh siswa-siswa di kelas, berinterkasi secara baik dengan siswa dalam memecahkan berbagai permasalahan yang terjadi selama proses pembelajaran. Sedangkan untuk memenuhi kompetensi profesional, seorang guru harus dapat merencanakan proses pembelajaran termasuk menyediakan media pembelajaran yang menarik dan kreatif. Pendekatan saintifik yang berlandaskan pada metode ilmiah

diharapkan mampu memberi peningkatan segi keprofesionalan seorang guru dalam proses pembelajaran. Dengan melalui pendekatan ilmiah diharapkan guru mampu membentuk karakter siswa yang disiplin, bertanggung jawab dan kreatif. Menurut Suyatna (2013: 1), pembelajaran yang menerapkan scientific approach mengandung aktivitas siswa berupa mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyaji, menalar, dan mencipta. Tujuh aktivitas tersebut merupakan aktivitas dalam mengembangkan keterampilan berpikir untuk mengembangkan rasa ingin tahu siswa.

Berdasarkan hasil observasi langsung di kelas XI IPA 1 SMA Fransiskus, guru cenderung menggunakan metode ceramah dalam kegiatan mengajar, media yang digunakan guru dalam mengajar tidak variatif siswa hanya terbatas menggunakan LKS saja, dan belum ada buku siswa yang bermuatan nilai karakter dengan pendekatan saintifik yang digunakan oleh siswa, hanya buku yang digunakan berisi materi-materi pembelajaran saja dengan penerbit Erlangga. Sarana dan prasarana yang berfungsi untuk menunjang kegiatan di sekolah sudah ada seperti laboratorium fisika dan perpustakaan. Sebagian siswa mengatakan bahwa

pelajaran fisika merupakan pelajaran yang sulit dimengerti karena terdapat rumus rumus yang banyak dan juga gambar-gambar, seperti pada materi kinematika.


(20)

3 Wawancara yang dilakukan, ditemukan suatu fenomena dimana siswa terutama kelas XI IPA kurang menghargai keberadaaan perpustakaan di sekolah, siswa sangat jarang memanfaatkan perpustakaan untuk membaca atau menggali ilmu di sana.

Berdasarkan angket analisis kebutuhan siswa kelas XI IPA1 SMA Fransiskus mengenai kebutuhan siswa terhadap buku siswa diperoleh rentang skor rata-rata dalam persentase “ya” adalah 77,86% maka perlu dikembangkan buku siswa. Dengan adanya permasalahan tersebut, penulis mencoba memberikan alternatif dengan mengembangkan sebuah buku siswa dengan pendekatan saintifik yang bermuatan nilai karakter pada materi kinematika dengan analisis vektor. Dengan dikembangkannya buku siswa ini diharapkan dapat memberikan solusi bagi pemecahan masalah yang ada, karena pemilihan pengembangan buku siswa itu sendiri didasarkan pada manfaat dan karakteristik buku siswa.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Diperlukan buku siswa bermuatan nilai karakter dengan pendekatan saintifik untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa pada materi kinematika dengan analisis vektor untuk siswa kelas XI IPA SMA Fransiskus.

2. Bagaimana kemenarikan, kemudahan dan kemanfaatan buku siswa bermuatan nilai karakter dengan pendekatan saintifik dalam pembelajaran.

3. Bagaimana keefektifan buku siswa bermuatan nilai karakter dengan pendekatan saintifik dalam pembelajaran.


(21)

4 C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang dikemukakan maka tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. Mengembangkan buku siswa bermuatan nilai karakter dengan pendekatan saintifik untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa pada materi kinematika dengan analisis vektor untuk siswa kelas XI IPA SMA Fransiskus.

2. Mengetahui buku siswa yang dikemas dalam kemenarikan, kemudahan dan kemanfaatan.

3. Mengetahui keefektifan buku siswa bermuatan nilai karakter dengan pendekatan saintifik dalam pembelajaran.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Menyediakan sumber belajar alternatif bagi guru dan siswa pada materi kinematika.

2. Sebagai sumber belajar yang variatif, menarik dan efektif.

3. Bahan tambahan guru dalam menuntaskan tujuan pembelajaran pada materi kinematika.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah:

1. Pengembangan dalam penelitian ini merupakan pembuatan buku siswa pembelajaran fisika dengan pendekatan saintifik.


(22)

5 2. Buku siswa dalam penelitian ini merupakan sarana pembelajaran yang berisi

materi pembelajaran yang dikemas secara kreatif dan dibuat menarik dengan memasukkan pendekatan saintifik.

3. Pendekatan saintifik dalam buku siswa mengandung aktivitas siswa berupa mengamati, menanya, menalar, mencoba dan membuat jejaring.

4. Pengembangan buku siswa dalam penelitian ini bermuatan nilai karakter berbasis potensi diri yaitu komunikatif, rasa ingin tahu dan bertindak secara efektif dan kreatif.

5. Pengembangan penelitian ini dibatasi pada materi kinematika dengan analisis vektor pada tingkat SMA/MA jenjang XI yang didasarkan pada kurikulum 2013.

6. Uji coba internal terhadap produk pengembangan terdiri dari uji ahli desain dan uji isi materi pembelajaran dengan dilibatkan dosen P. MIPA Universitas Lampung.

7. Uji coba eksternal produk pengembangan dilakukan di kelas X MIA II SMA Fransiskus Bandar Lampung dengan dilibatkan siswa dan guru mata pelajaran fisika. Uji terdiri dari uji satu lawan satu dan uji kelompok kecil.


(23)

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Buku Siswa

Buku siwa merupakan salah satu komponen yang digunakan dalam proses

pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Melalui buku siswa, siswa dapat lebih memahami materi yang telah disampaikan oleh guru. Sehingga buku siswa dapat digunakan siswa sebagai sarana penunjang untuk kelancaran kegiatan belajarnya di kelas maupun di rumah. Menurut Arsyad (2005: 78) buku siswa adalah suatu buku yang berisi materi pelajaran berupa konsep-konsep atau pengertian-pengertian yang akan dikonstruksi siswa melalui masalah-masalah yang ada di dalamnya yang disusun berdasarkan pendekatan.

Menurut Trianto (2007: 112)

Buku siswa merupakan buku panduan bagi siswa dalam kegiatan pembelajaran yang memuat materi pelajaran, kegiatan penyelidikan

berdasarkan konsep, kegiatan sains, informasi, dan contoh-contoh penerapan sains dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa buku siswa adalah buku yang berisikan materi yang dapat memudahkan siswa dalam proses pembelajaran di kelas maupun dirumah. Buku siswa dapat dijadikan siswa sebagai pedoman untuk memperoleh dan memahami serta menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh untuk menyelesaikan masalah yang terjadi sehari-hari di


(24)

7 evaluasi untuk mengukur sejauh mana tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah diajarkan.

Indikator validasi buku siswa menurut Uswatun dalam Nahel (2012: 1) meliputi: 1. Komponen kelayakan isi, yaitu: (1) cangkupan materi, meliputi: keluasan

materi dan kedalaman materi; (2) Akurasi materi, meliputi: akurasi fakta, akurasi konsep, akurasi prosedur/metode, akurasi teori; (3) Kemutakhiran, meliputi: kesesuaian dengan perkembangan ilmu, keterkinian fitur (contoh-contoh), kutipan termassa (up to date), satuan yang digunakan adalah satuan Sistem Internasional; (4) Merangsang keingintahuan, meliputi: menumbuhkan rasa ingin tahu, memberi tantangan untuk belajar lebih jauh;

(5) Mengembangkan kecakapan hidup, meliputi: mengembangkan kecakapan hidup, sosial dan akademik.

2. Komponen bahasa, yaitu: (1) Sesuai dengan perkembangan siswa, meliputi: kesesuaian dengan tingkat perkembangan berpikir dan sosial emosional siswa; (2) Komunikatif, meliputi: keterpahaman siswa terhadap pesan, kesesuaian ilustrasi dengan substansi pesan, dialogis dan interaktif, kemampuan

memotivasi siswa untuk merespon pesan, dorongan berpikir kritis pada siswa; (3) Koherensi dan keruntutan alur pikir, meliputi: (a) ketertautan antar bab, antara bab dan sub-sub, antara sub-sub dalam bab dan antara alinea dalam sub bab; (b) keutuhan makna dalam bab, dalam sub-bab dan makan dalam satu alinea; (4) Kesesuaian dengan kaidah bahasa Indonesia yang benar, meliputi: ketepatan tata bahasa, ketepatan ejaan; (5) Penggunaan istilah dan

simbol/lambang, meliputi: konsistensi penggunaan istilah, konsistensi penggunaan simbol.


(25)

8 3. Komponen penyajian, yaitu: (1) Teknik penyajian, meliputi: konsistensi

sistematika sajian dalam bab, kelogisan penyajian, keruntutan konsep, hubungan antara fakta antara konsep dan antara prinsip serta antara teori, keseimbangan antar bab dan keseimbangan substansi antar sub-sub dalam bab, kesesuaian/ketepatan ilustrasi dengan materi dalam bab, identifikasi tabel, gambar dan lampiran; (2) Penyajian pembelajaran, meliputi: berpusat pada siswa, keterlibatan siswa, keterjalinan komunikasi interaktif, kesesuaian dan karakteristik mata pelajaran, kemampuan merangsang kedalaman berpikir siswa, kemampuan memunculkan umpan balik untuk evaluasi.

Buku siswa yang telah ada hanya berisikan materi-materi pembelajaran, namun buku siswa tersebut masih belum secara memadai mengintegrasi pendidikan karakter di dalamnya. Apabila guru hanya sekedar mengikuti pembelajaran yang berpatokan pada kegiatan pembelajaran pada buku-buku tersebut, pendidikan karakter secara memadai belum berjalan.

Kurikulum 2013 dirancang untuk memperkuat kompetensi siswa dari sisi pengetahuan, keterampilan dan sikap secara utuh. Proses pencapaiannya melalui pembelajaran sejumlah mata pelajaran yang dirangkai sebagai suatu kesatuan yang saling mendukung pencapaian kompetensi tersebut. Buku siswa IPA berdasarkan kurikulum 2013, disusun mengacu pada pembelajaran IPA secara terpadu dan utuh, sehingga setiap pengetahuan yang diajarkan, pembelajarannya harus dilanjutkan sampai membuat siswa terampil dalam menyajikan pengetahuan yang dikuasainya secara konkret dan abstrak, dan bersikap sebagai makhluk yang


(26)

9 mensyukuri anugerah alam semesta yang dikaruniakan kepadanya melalui

pemanfaatan yang bertanggung jawab.

B. Desain Buku Siswa

Pembelajaran dalam kurikulum 2013 lebih diarahkan kepada penanaman karakter kepada siswa. Pemerintah telah mempersiapkan perangkat pembelajaran, salah satunya adalah buku pelajaran. Pemerintah membuat buku pelajaran kurikulum 2013 dua jenis, yaitu buku guru dan siswa. Dengan mengacu kepada buku siswa milik pemerintah, pengembang ingin mengembangkan suatu produk yaitu buku siswa sesuai dengan kurikulum 2013 dengan menitikberatkan fokus karakter. Materi yang dipilih dalam buku siswa akan ditampilkan muatan nilai-nilai karakter.

C. Nilai Karakter

Karakter adalah perilaku atau sifat dari sesorang yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitanya yang membedakan sesorang dari yang lainnya. Karakter identik dengan kepribadian atau akhlak. Kepribadian merupakan ciri,

karakteristik, atau sifat khas diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan, misalnya keluarga pada masa kecil dan bawaan sejak lahir (Koesoema, 2007: 80). Karakter identik dengan akhlak, sehingga karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang universal yang meliputi seluruh aktivitas manusia, baik dalam rangka berhubungan dengan Tuhan, dengan diri sendiri, dengan sesama manusia, maupun dengan lingkungan, yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan


(27)

10

Karakter dikembangkan melalui tahap pengetahuan (knowing), pelaksanaan (acting), dan kebiasaan (habit). Karakter tidak terbatas pada pengetahuan saja. Pengembangan karakter dalam suatu sistem pendidikan adalah keterkaitan antara komponen-komponen karakter yang mengandung nilai-nilai perilaku, yang dapat dilakukan atau bertindak secara bertahap dan saling berhubungan antara

pengetahuan nilai-nilai perilaku dengan sikap atau emosi untuk melaksanakanya, baik terhadap Tuhan, dirinya,sesama lingkungan.

Khan (2010: 2) menjelaskan terdapat empat jenis karakter yang selama ini dilaksanakan dalam proses pendidikan, yaitu sebagai berikut:

(1) Pendidikan karakter berbasis nilai budaya, antara yang merupakan kebenaran wahyu Tuhan (konservasi moral); (2) Pendidikan karakter berbasis budaya, antara lain yang berupa budi pekerti, pancasila, apresasi sastra, keteladanan tokoh-tokoh sejarah dan para pemimpin bangsa (konservasi lingkungan); (3) Pendidikan karakter berbasis lingkungan (konservasi lingkungan); (4) Pendidikan karakter berbasis potensi diri, yaitu sikap pribadi, hasil proses kesadaran pemberdayaan potensi dari yang darahkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan (konservasi humanis) Dari konsep karakter ini muncul konsep pendidikan karakter (character education). Pendidikan karakter bangsa adalah upaya sadar untuk memperbaiki, meningkatkan dan membentuk watak dan perilaku yang mencangkup adat istiadat, nilai-nilai potensi, kemampuan, bakat, dan pikiran suatu bangsa. Pendidikan karakter yang dikembangkan melalui sekolah harus dapat untuk membawa peserta didik memiliki nilai-nilai karakter mulia seperti hormat dan peduli pada orang lain, tanggung jawab, jujur, dan disiplin. Di sisi lain pendidikan karakter juga harus mampu menjauhkan peserta didik dari sikap dan perilaku yang tercela dan dilarang.


(28)

11 Pusat Kurikulum Kemdiknas ( 2009: 9-10) dalam rangka lebih memperkuat pelaksanaan pendidikan karakter pada satuan pendidikan telah teridentifikasi 18 nilai yang bersumber dari agama, Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional, yaitu : (1) nilai religius; (2) jujur; (3) toleransi; (4) disiplin; (5) kerja keras; (6) kreatif; (7) mandiri; (8) demokratis; (9) rasa ingin tahu; (10) semangat kebangsaan; (11) cinta tanah air; (12) menghargai prestasi; (13) komunikatif; (14) cinta damai; (15) gemar membaca; (16) peduli lingkungan; (17) peduli sosial; (18) tanggung jawab. Meskipun telah dirumuskan 18 nilai pembentuk karakter bangsa, namun satuan pendidikan dapat menentukan prioritas pengembangannya untuk melanjutkan nilai-nilai prakondisi yang telah dikembangkan. Pemilihan nilai-nilai tersebut beranjak dari kepentingan dan kondisi satuan pendidikan masing-masing, yang dilakukan melalui analisis konteks, sehingga implementasinya dimungkinkan terdapat perbedaaan jenis nilai karakter yang dikembangkan antara satu sekolah dan atau daerah yang satu dengan yang lainnya.

Menurut Aqib (2011: 50), pengertian pendidikan karakter secara terintegrasi di dalam proses pembelajaran adalah pengenalan nilai-nilai, fasilitasi diperolehnya kesadaran akan pentingnya nilai-nilai, dan penginternalisasian nilai-nilai ke dalam tingkah laku peserta didik sehari-hari melalui proses pembelajaran, baik yang berlangsung di dalam maupun luar kelas pada semua mata pelajaran. Pada

dasarnya kegiatan pembelajaran, selain untuk menjadikan peserta didik menguasai kompetensi (materi) yang ditargetkan, juga dirancang dan dilakukan untuk

menjadikan peserta didik mengenal, menyadari/peduli, dan menginternalisasi nilai-nilai dan mengamalkannya dalam kehidupan sehingga tercermin perilaku


(29)

12 yang bernilai baik. Dalam struktur kurikulum sekolah, pada dasarnya setiap mata pelajaran memuat mater-materi yang berkaitan dengan karakter.

Yang tidak kalah penting, harus ada upaya serius untuk menumbuhkan nilai karakter melalui dunia pendidikan. Institusi pendidikan, harus menjadi benteng yang tangguh untuk menginternalisasi dan menanamkan nilai nilai karakter kepada anak-anak bangsa yang kini tengah gencar menuntut ilmu. Nilai-nilai tersebut disemaikan ke dalam dunia pendidikan melalui proses pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Tidak harus menjadi mata pelajaran tersendiri, tetapi disajikan lintas mata pelajaran melalui pokok-pokok bahasan yang relevan.

Penelitian ini menggunakan beberapa sikap atau perilaku ilmiah sebagai salah satu indikatornya, yaitu sebagai berikut:

1. Rasa ingin tahu, menurut Kemendiknas (2010: 10) rasa ingin tahu adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar. Rasa ingin tahu siswa dikembangkan dengan cara menghadapkan siswa pada

permasalahan kehidupan sehari-hari yang memacunya untuk berpikir dan kemudian memunculkan pertanyaan dan berusaha untuk mencari solusinya. 2. Komunikatif merupakan salah satu karakter yang telah ada dalam diri siswa sejak lahir namun sangat perlu untuk dikembangkan. Menurut Kemendiknas (2010: 9) komunikatif adalah tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul dan bekerjasama dengan orang lain. Siswa dengan


(30)

13 materi pembelajaran dikelas maupun informasi yang diperolehnya dari

lingkungan sekitarnya. Untuk itu karakter komunikatif perlu dikembangkan pada diri siswa agar siswa dapat berkomunikasi dengan baik.

D. Pendekatan Saintifik

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan saintifik dalam pengembangan buku siswa. Suyatna (2013: 1) mengungkapkan bahwa:

“Pendekatan ilmiah berarti konsep dasar yang menginspirasi atau melatar belakangi perumusan metode mengajar dengan menerapkan karakteristik ilmiah. Penerapan pendekatan ilmiah dalam pembelajaran tidak hanya fokus pada bagaimana mengembangan kompetensi siswa dalam melakukan

observasi atau eksperimen, namun bagaimana mengembangkan pengetahuan dan keterampilan berpikir sehingga dapat mendukung aktivitas kreatif dalam

berinovasi dan berkarya.”

“Pembelajaran yang menerapkan scientific approach mengandung aktivitas siswa berupa mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyaji, menalar, dan mencipta. Tujuh aktivitas tersebut merupakan aktivitas dalam

mengembangkan keterampilan berpikir untuk mengembangkan rasa ingin

tahu siswa.”

Selain itu, di dalam Kemendikbud (2013: 192) juga dijelaskan bahwa

“Proses pembelajaran scientific approach harus terhindar dari sifat-sifat atau nilai-nilai non-ilmiah yang meliputi intuisi, akal sehat, prasangka, penemuan melalui coba-coba, dan asal berpikir kritis”

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, maka pembelajaran dengan menerapkan scientific approach atau pendekatan ilmiah dapat diartikan sebagai konsep dasar dalam melatarbelakangi semua proses pembelajaran dengan menerapkan metode ilmiah yang dapat mengembangkan kompetensi, pengetahuan, dan keterampilan berpikir serta menghindari sifat dan nilai non-ilmiah sehingga dapat mendukung aktivitas kreatif dalam berinovasi dan berkarya.

Kemendikbud (2013: 213-214) mengungkapkan bahwa komponen-komponen penting dalam mengajar menggunakan pendekatan ilmiah yaitu:


(31)

14 1) Menyajikan pembelajaran yang dapat meningkatkan rasa keingintahuan (foster a sense of wonder); 2) Meningkatkan keterampilan mengamati (encourage observation); 3) Melakukan analisis (Push of analysis); dan 4) Berkomunikasi (require communication)

Berdasarkan ungkapan di atas, maka dapat dijelaskan bahwa dalam penggunaan pendekatan ilmiah perlu diperhatikan adalah semua pengetahuan dan pemahaman dimulai dari rasa ingin tahu dari peserta didik, yang kemudian dapat difasilitasi dalam kegiatan tanya jawab baik mulai dari kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup. Selain tanya jawab, dapat juga dengan melalui memberikan suatu masalah, fakta-fakta atau kejadian alam yang ada di sekitar peserta didik.

Selanjutnya, pembiasaan kegiatan mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik, sehingga proses pembelajaran memiliki

kebermaknaan yang tinggi. Untuk meningkatkan keterampilan mengamati, maka didalam pembelajaran sebaiknya dimunculkan kegiatan yang memungkinkan siswa mengunakan berbagai panca indranya untuk mencatat hasil pengamatan. Sedangkan menganalisis dapat berupa analisis kuantitatif dan kualitatif, dan pada pendekatan ini, guru memfasilitasi peserta didik untuk mengkomunikasikan hasil dari yang telah mereka pelajari.

a. Kriteria Scientific Approach

Proses pembelajaran disebut ilmiah jika memenuhi beberapa kriteria yang dalam Kemendikbud (2013: 191-192) diuraikan seperti berikut:

1) Substansi atau materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata; 2) Penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi edukatif guru-peserta didik terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis; 3) Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara kritis, analitis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan


(32)

15 mengaplikasikan substansi atau materi pembelajaran; 4) Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu dengan yang lain dari substansi atau materi pembelajaran; 5) Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon substansi atau materi pembelajaran; 6) Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat

dipertanggung –jawabkan; dan 7) Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana, jelas, dan menarik sistem penyajiannya.

Dari pernyataan di atas, maka dalam melaksanakan pendekatan ilmiah harus dilaksanakan dengan dipandu nilai-nilai, prinsip-prinsip, atau kriteria ilmiah yang menonjol melalui pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran dan terhindar dari sifat-sifat non-ilmiah yang sering dilakukan siswa pada umumnya.

Materi pembelajaran fisika sangat sesuai dengan poin-poin yang telah disebutkan di atas, yaitu berbasis pada konsep, teori, dan fakta; fisika juga menuntut siswa untuk mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif. Sehingga dalam melakukan

pembelajaran harus menggunakan pendekatan ilmiah. b. Langkah-langkah Pembelajaran dengan Scientific Approach

Langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan Scientific Approach dapat dilihat pada Gambar 2.1.


(33)

16

Gambar 2.1 Langkah-langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Ilmiah Berdasarkan Gambar 2.1 di atas, maka dapat dijelaskan bahwa dalam proses pembelajaran harus menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Dalam ranah sikap, siswa akan tahu tentang “mengapa” suatu materi itu diajarkan; dalam ranah keterampilan, siswa akan tahu tentang

“bagaimana” suatu masalah dapat dipecahkan; dan pada ranah pengetahuan maka siswa akan tahu tentang “apa” maksud dari materi atau masalah

pembelajaran yang disajikan oleh guru. Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

Dalam Kemendikbud (2013: 194) juga dipaparkan langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan scientific approach seperti pada Gambar 2.2.

Sikap (Tahu Mengapa)

Keterampilan (Tahu Bagaimana)

Pengetahuan (Tahu apa) Produktif,

kreatif, inovatif

Hasil belajar melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan


(34)

17

Gambar 2.2 Pendekatan Ilmiah dalam Pembelajaran Sumber: Kemendikbud (2013)

Berdasarkan Gambar 2.2, dapat dijelaskan dalam melakukan pembelajaran semua mata pelajaran meliputi menggali informasi melalui pengamatan, bertanya, menalar, percobaan, kemudian mengolah data atau informasi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan membentuk jejaring.

Untuk materi, situasi dan keadaan tertentu, sangat tidak mungkin pendekatan ilmiah tepat untuk dilakukan sesuai dengan prosedur-prosedur di atas. Oleh karena itu, kondisi yang seperti itu harus tetap menerapkan nilai-nilai ilmiah dan menghindari nilai non-ilmiah, dan pembelajaran yang tepat itu disajikan dalam bentuk “1) mengamati; 2) menanya; 3) menalar; 4) analogi dalam pembelajaran; 5) hubungan antar fenomena; dan 6) mencoba”.

Tidak semua materi pembelajaran bisa dieksperimenkan, misalnya tentang tata surya. Materi pembelajaran tersebut sangat tidak mungkin untuk dieksperimenkan. Oleh karena itu, siswa cukup dengan melakukan

pengamatan dengan membaca dari beberapa referensi, kemudian menanyakan

Observing

(Mengamati)

Questioning

(Menanya)

Associating

(Menalar)

Experimenting

(Mencoba)

Networking

(Membuat Jejaring)


(35)

18 sesuatu yang belum diketahui, yang diikuti dengan kegiatan menalar masalah tersebut, menganalogikan, kemudian menghubung-hubungkan antara

peristiwa yang satu dan peristiwa yang lainnya.

c. Implementasi Scientific Approach

Aspek-aspek dalam pendekatan ilmiah terintegrasi pada metode ilmiah dan pendekatan keterampilan proses yang dapat diterapkan dalam pembelajaran IPA. Keterampilan yang dilatihkan ini dikenal dengan keterampilan proses IPA. American Association for the Advancement of Science (1970) dalam Kemendikbud (2013: 215), mengklasifikasikan menjadi keterampilan proses dasar dan keterampilan proses terpadu. Klasifikasi keterampilan proses tersebut tertera pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Keterampilan Proses Dasar dan Terpadu

Keterampilan Proses Dasar Keterampilan Proses Terpadu

- Pengamatan - Pengontrolan variabel

- Pengukuran - Interpretasi data

- Menyimpulkan - Perumusan hipotesis

- Meramalkan - Pendefinisian variable secara operasional - Menggolongkan

- Merancang eksperimen - Mengkomunikasikan

Melalui pengalaman langsung seseorang dapat lebih menghayati proses atau kegiatan yang sedang dilakukan. Pada Tabel 2.2 berikut ini disajikan jenis-jenis indikator keterampilan proses beserta sub indikatornya.

Tabel 2.2 Jenis-jenis Indikator Keterampilan Proses beserta Sub Indikatornya No Indikator Sub Indikator Keterampilan Proses Sains

1 Mengamati - Menggunakan sebanyak mungkin alat indera

- Mengumpulkan/ menggunakan fakta yang relevan 2 Mengelompokkan/

Klasifikasi

- Mencatat setiap pengamatan secara terpisah; - Mencari perbedaan, persamaan;


(36)

19 Lanjutan Tabel 2.2

No Indikator Sub Indikator Keterampilan Proses Sains - Membandingkan ;

- Mencari dasar pengelompokkan atau penggolongan 3 Menafsirkan - Menghubungkan hasil-hasil pengamatan ;

- Menemukan pola dalam suatu seri pengamatan; - Menyimpulkan

4 Meramalkan - Menggunakan pola-pola hasil pengamatan; - Mengungkapkan apa yang mungkin terjadi pada

keadaan sebelum diamati 5 Mengajukan

pertanyaan

- Bertanya apa, mengapa, dan bagaimana; - Bertanya untuk meminta penjelasan;

- Mengajukan pertanyaan yang berlatar belakang hipotesis.

6 Merumuskan hipotesis

- Mengetahui bahwa ada lebih dari satu kemungkinan penjelasan dari suatu kejadian.

- Menyadari bahwa suatu penjelasan perlu diuji

kebenarannya dengan memperoleh bukti lebih banyak atau melakukan cara pemecahan masalah.

7 Merencanakan percobaan

- Menentukan alat/ bahan/ sumber yang akan digunakan

- Mentukan variabel/ faktor penentu;

- Menetukan apa yang akan diukur, diamati, dicatat; - Menentukan apa yang akan dilaksanakan berupa

langkah kerja. 8 Menggunakan

alat/bahan

- Memakai alat/ bahan

- Mengetahui alasan mengapa menggunakan alat/ bahan ;

- Mengetahui bagaimana menggunakan alat/ bahan. 9 Menerapkan

konsep

- Menggunakan konsep yang telah dipelajari dalam situasi baru

- Menggunakan konsep pada pengalaman baru untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi

10 Berkomunikasi - Mengubah bentuk penyajian

- Menggambarkan data empiris hasil percobaan atau pengamatan dengan grafik atau tabel atau diagram; - Menyusun dan menyampaikan laporan secara

sistematis;

- Menjelaskan hasil percobaan atau penelitian; - Membaca grafik atau tabel atau diagram; - Mendiskusikan hasil kegiatan mengenai suatu

masalah atau suatu peristiwa.

Berdasarkan Tabel 2.2, maka dapat dijelaskan bahwa pendekatan ilmiah lebih menekankan pada keterampilan proses sains, dengan hal itu siswa lebih banyak belajar dengan melakukan aktivitas sendiri.


(37)

20 E. Kinematika dengan Analisis Vektor

1. Gerak Lurus

Perubahan posisi memunculkan perpindahan. Posisi dan perpindahan

keduanya merupakan besaran vektor. Sangat penting kalian ingat bahwa fisika membedakan pengertian perpindahan dan jarak. Misalkan kalian pergi kepasar untuk belanja. Satu jam berikutnya kalian kembali lagi ke rumah. Menurut pengertian perpindahan, selama satu jam tersebut, kalian mengalami perpindahan nol. Sedangkan jarak yang kalian alami adalah total panjang lintasan saat kalian bergerak bolak balik dari rumah ke pasar.

Jadi posisi kalian pada saat di suatu ruang tersebut yaitu:

... (1) Pada setiap sumbu tersebut, terdapat vektor satuan yang besarnya satu dan memiliki arah yang sama dengan arah sumbunya.

Jika posisi awal kalian pada saat belum mengalami perpindahan disebut ⃗⃗⃗ , setelah itu kalian bergerak ke sisi lain yaitu ⃗⃗⃗ , maka perpindahan kalian adalah:

... (2) y

z

x

Gambar 2.3 Vektor posisi di dalam suatu ruang pada sumbu kartesian

= ̂ + ̂ + �̂


(38)

21

... (3)

a. Kecepatan rata-rata dan kecepatan sesaat

Pernahkah kalian perhatikan speedometer pada saat kalian mengendari kendaraan ketika pergi ke suatu tempat atau ke sekolah? Apa maksud dari angka-angka yang tiap kali berubah sepanjang kalian menempuh perjalanan tersebut? Mengapa jarum penunjuk bergerak naik?

Kecepatan rata-rata dari sebuah benda yang bergerak sama dengan

perpindahan suatu benda dibagi dengan interval waktu yang digunakan selama perpindahan tersebut.

... (4)

Keterangan:

�̅ = kecepatan rata-rata (m/s)

∆ = perpindahan benda (m)

∆ = selang waktu (sekon)

Jika kita masukan persamaan 2 ke dalam persamaan 4, maka akan didapatkan:

... (5)

∆ = − ̂ + ( − ) ̂ + − �̂

� = ∆


(39)

22 Perhatikan Gambar 2.4, sebuah

mobil yang berhenti ketika lampu merah sedang menyala. Ketika lampu berganti menjadi hijau, mobil tersebut mulai melaju sampai 60 km/jam, berjalan dengan kecepatan tersebut untuk beberapa saat, kemudian

melambat sampai 20 km/jam ketika menghadapi kemacetan.

Dan akhirnya melaju kembali dengan kecepatan 60 km/jam. Artinya, nilai kecepatan mobil tersebut berubah pada saat-saat tertentu. Ini yang dimaksud dengan konsep kecepatan sesaat. Jadi kecepatan sesaat dapat kita definisikan sebagai kecepatan rata-rata selama selang waktu ∆ yang sangat kecil, mendekati nol. Maka secara matematis, kecepatan sesaat dapat kita tulis:

... (6)

Selanjutnya persamaan 6 dapat kita tuliskan sebagai:

... (7)

b. Percepatan rata-rata dan percepatan sesaat

Pada percepatan dikenal juga istilah percepatan rata-rata dan percepatan sesaat. Oleh karena kecepatan termasuk besaran vektor, maka percepatan juga merupakan besaran vektor, yang memiliki besar nilai dan arahnya.

Gambar 2.4 Mobil berhenti ketika lampu merah

http://goo.gl/74j2kA

�⃗⃗ = lim∆�→


(40)

23 Sepanjang perjalanan menuju ke sekolah, Andi selalu memperhatikan

speedometer yang bekerja pada bus. Ketika bus sedang melaju kencang Andi melihat jarum menunjuk pada angka 50 km/jam, dan terus bergerak naik menjadi 70 km/jam. Artinya, pada interval atau selang waktu tertentu, bus mengalami perubahan kecepatan (∆� .

Perubahan kecepatan terhadap suatu interval waktu (∆ ) kita definisikan sebagai percepatan rata-rata. Arah percepatan rata-rata searah dengan arah perubahan kecepatan.

... (8) Keterangan:

= Percepatan rata-rata (�/

∆� = Perubahan kecepatan (�/ )

∆ = Selang waktu (s)

Percepatan sesaat merupakan turunan kedua dari fungsi posisi. Percepatan sesaat memiliki arah yang sama dengan perubahan kecepatan ∆� . Kita tuliskan persamaanya sebagai berikut:

... (9)

... (10) Persamaan 10 dapat kita tulis sebagai:

... (11)

=� − � =∆�

�⃗⃗ =�� � =� �

�⃗⃗ =� � = ̂ +� ̂ +�� �̂


(41)

24 2. Gerak Parabola

Gerak parabola adalah perpaduan antara dua gerak yang arahnya saling tegak lurus, yaitu gerak arah horizontal dengan kecepatan konstan dan gerak arah vertikal yang mempunyai kecepatan konstan yaitu percepatan gravitasi. Walaupun sebenarnya sebuah benda yang melambung di udara mengalami gaya gesek udara, namun gaya gesek tersebut diabaikan. Gerak parabola salah satu contohnya ada gerak proyektil. Sebuah proyektil bisa berupa sebuah bola golf, baseball, batu kecil atau pasir yang

ditendang/dilempar tetapi bukan sebuah pesawat terbang atau seekor burung yang sedang terbang.

Jika kita memperhatikan Gambar 2.5, arah horizontal gerak benda tidak mempunyai percepatan, lihat arah dan besar kecepatan adalah konstan, maka komponen kecepatan � tidak mengalami perubahan dari keadaan awal sampai akhir gerak, yaitu sebesar � .

� � �

� �

Gambar 2.5 Lintasan peluru yang ditembakkan pada kecepatan awal


(42)

25 Untuk sembarang waktu gerak benda arah horizontal mengalami

perpindahan − dari posisi awal , berlaku persamaan gerak lurus

beraturan, maka persamaan geraknya dapat dituliskan sebagai − = � . Karena � = � cos �, maka persamaan gerak arah horizontal dan kecepatan sesaatnya adalah − = � cos �

... (12) Sedangkan komponen gerak arah vertikal dari gerak proyektil merupakan gerak jatuh bebas (perhatikan Gambar 2.5). Gerak ini hanya dipengaruhi oleh percepatan gravitasi � , yang besarnya konstan untuk jangkauan jarak tertentu. Dengan demikian, arah gerak vertikal adalah gerak lurus berubah beraturan dengan percepatan diganti dengan nilai gravitasi (−�) ( tanda – menunjukkan arah percepatan ke bawah (ke pusat bumi). Dapat dituliskan sebagai:

− = � − � − = � sin � − �

... (13) Di mana adalah posisi awal pada saat =

Persamaan menunjukkan bahwa gerak arah vertikal sama dengan gerak benda yang ditembakkan vertikal ke atas dengan kecepatan awal � = � sin �. Pada saat proyektil mencapai titik teringgi, kecepatan sesaat arah vertikal nol. Kondisi ini dapat dijelaskan bahwa titik tertinggi merupakan titik balik yaitu

� = � = � cos �


(43)

26 gerak proyektil membalik arah dan besarnya kecepatan menjadi semakin besar pada saat proyektil bergerak semakin ke bawah. Pada arah sumbu Y (vertikal),

� akan dipengaruhi percepatan gravitasi yang arahnya ke bawah dan besarnya g = 10 m/s2. Sehingga pada arah ini terjadi gerak lurus berubah

beraturan (GLBB) diperlambat. Dari penjelasan di atas kalian tentu sudah bisa menyimpulkan bahwa gerak parabola terjadi karena perpaduan gerak GLB dan GLBB yang saling tegak lurus. Perpaduan tersebut dapat digambarkan seperti ilustrasi dibawah ini!

� � � � � � � � y � � bergerak Kecepatan vertikal x Gerak vertikal Gerak horizontal

bergerak Gerak parabola � Kecepatan menurun Kecepatan konstan x y y y x x

Gerak parabola merupakan perpaduan gerak secara vertikal dan horizontal.


(44)

27

Gambar 2.6 Perpaduan gerak pada sumbu (horizontal) dan sumbu (vertikal) Persamaan lintasan dari dari gerak proyektil adalah persamaan yang

menunjukkan hubungan antara simpangan horizontal dengan simpangan

� � � � = y Berhenti pada ketinggian maksimum Kecepatan konstan � = � � Kecepatan meningkat Kecepatan konstan � � � � � � Kecepatan konstan � y

x x

y

y

y

y


(45)

28 vertikal dapat diturunkan dengan cara mengeiliminasi dari persamaan 12 dan persamaan 13 dengan kondisi awal = = , maka:

= � − � = � sin � − �

= � cos � = � cos�

... (14)

Persamaan di atas menunjukkan bentuk lintasan gerak proyektil berbentuk parabola, di mana nilai �, � dan � adalah konstan, sehingga secara umum dapat ditulis dalam bentuk persamaan, = + dimana a dan b adalah konstan.

Kecepatan sesaat proyektil pada saat dapat dituliskan sebagai:

... (15) Sedangkan besar kelajuan proyektil pada setiap saat adalah besarnya

kecepatan sesaat yaitu:

� = √� + � = √ � cos � + � sin � − �

Arah kecepatan sesaat ditentukan oleh tan � =�

� dimana � adalah sudut

antara vektor kecepatan � dengan arah mendatar dan kecepatan sesaat peluru besarnya sama dengan slope garis singgung pada titik tertentu pada saat . Jarak mendatar jangkauan R yang ditempuh oleh proyektil pada saat proyektil jatuh kembali ke tanah dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan

� = � ̂ + � ̂ = � cos � ̂ + � sin � − � ̂ = tan � − � cos �


(46)

29 dimana − = � yang diperoleh dengan menggunakan harga dari

persamaan di mana − = sehingga:

� = � cos � dan, = � sin � − �

Mengeleminasi nilai dari kedua persamaan didapatkan:

... (16) Dari persamaan di atas dapat ditunjukkan bahwa jarak jangkauan terjauh proyektil tercapai jika sudut � = 4 °. Jarak teringgi yang dapat dicapai proyektil dapat ditentukan dari kondisi bahwa di titik tertinggi kecepatan sesaat arah vertikal nol, maka: � = � sin � − � = , sehingga diperoleh

= �0sin �

� , yaitu waktu yang diperlukan oleh peluru untuk bergerak dari

tempat yang ditembakkan sampai titik tertinggi. Dari kondisi ini diperoleh

bahwa jarak tertinggi yang dicapai peluru adalah �� =�02sin2�

� .

3. Gerak Melingkar

Benda mengalami gerak melingkar beraturan jika benda tersebut melakukan gerak dengan lintasan berbentuk lingkaran dan kelajuan konstan. Walaupun kelajuannya konstan namun benda dipercepat karena arah kecepatan selalu berubah, yang merupakan garis singgung pada titik-titik di sepanjang

lingkaran. Walaupun yang mengalami perubahan hanya arah kecepatan, namun benda tersebut tetap mengalami percepatan.

� =�� sin �

� �


(47)

30 Kondisi ini adalah hal menarik pada gerak melingkar beraturan. Pada gambar di atas ditunjukkan bahwa vektor kecepatan sesaat selalu merupakan garis singgung pada sebuah titik di lingkaran dan percepatannya selalu tegak lurus pada vektor kecepatan sesaatnya. Kedua vektor mempunyai besaran yang konstan dan mempunyai arah yang berubah-ubah.

Percepatan selalu terarah ke pusat secara radial, maka disebut percepatan sentripental. Untuk menentukan besar dan arah percepatan pada gerak melingkar beraturan, kita perhatikan gambar. Sebuah benda bermassa � melakukan gerak melingkar dengan jari-jari dan dengan kelajuan konstan. Pada sistem koordinat kartesian maka posisi benda yang berada di titik P bisa diuarikan ke sumbu dan sumbu .

Komponen skalar kecepatannya adalah:

... (17)

Bahwa sin � = �⁄ dan cos � = �⁄ , sehingga persamaan dapat dituliskan kembali menjadi

... (18) Bila persamaan 18 dideferensialkan terhadap fungsi waktu maka didapatkan

... (19)

Persamaan 19 dapat ditulis kembali dalam bentuk persamaan

... (20)

� = −� � ̂ + � � ̂

��

� = = −� � �

� ̂ + � � �

� ̂ � = � ̂ + � ̂ = −� sin � ̂ + � cos � ̂

��

� = = − �


(48)

31 Dimana

� =

� �

��

,

� =

� �

��

Substitusi persamaan 17 ke persamaan 20 dan didapatkan :

= −� cos � ̂ + −� sin � ̂

Dari persamaan didapatkan besarnya percepatan sentripetal sebagai:

= √ + = √ −� cos � + −� sin � =� √cos� + sin�

... (21)

Untuk mengetahui arah percepatan , berdasarkan gambar didapatkan

... (22) Persamaan menunjukkan bahwa ∅ = � yang berarti percepatan sentripetal searrah dengan dan selalu menuju pusat lingkaran.

tan ∅ = −

�2

� sin �

−�2 cos � = tan � =�


(49)

32

III. METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian dan pengembangan

(Research and Development). Research and Development adalah penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji kefektifan produk tersebut (Sugiyono, 2009: 407). Penelitian pengembangan ini merupakan pembuatan buku siswa kinematika dengan analisis vektor yang bermuatan nilai karakter dengan pendekatan saintifik.

B. Subjek Penelitian

Subjek uji coba produk penelitian dan pengembangan yaitu ahli desain, ahli isi/materi pembelajaran, uji satu lawan satu (one for one) dan uji kelompok kecil sebagai berikut.

1. Uji ahli desain yaitu seorang yang ahli dalam bidang teknologi pendidikan dalam mengevaluasi desain buku siswa.

2. Uji ahli bidang isi/materi dilakukan oleh ahli bidang isi/materi yaitu seorang yang berlatar belakang ilmu fisika.

3. Uji satu lawan satu yaitu diambil sampel penelitian 3 orang siswa yang dapat mewakili populasi target.

4. Uji kelompok kecil yaitu diambil sampel penelitian satu kelas siswa SMA kelas X dimana sampel diambil dari 27 anggota populasi.


(50)

33 C. Prosedur Pengembangan

Prosedur pengembangan ini mengacu pada model pengembangan media instruksional yang diadaptasi dari Suyanto (2009: 322), yang memuat langkah-langkah pokok penelitian pengembangan yang bertujuan untuk menghasilkan suatu produk. Model pengembangan tersebut meliputi tujuh prosedur

pengembangan produk dan uji produk, yaitu:

Gambar 3.1 Model pengembangan buku siswa diadaptasi dari prosedur pengembangan produk dan uji produk menurut Suyanto (2009: 322).

1. Analisis Kebutuhan

Tahap ini dilakukan dengan teknik wawancara dan observasi langsung yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi bahwa diperlukan pengembangan

Tahap II:

Identifikasi Sumber Daya

Tahap III:

Identifikasi Spesifikasi Produk

Tahap IV:

Pengembangan Produk (Prototipe I)

Tahap I:

Analisis Kebutuhan program Pengembangan

Tahap VII:

Produksi (Prototipe IV)

Tahap VI: Uji Eksternal

Uji Kemanfaatan Produk (Prototipe III)

TahapV: Uji Internal

Uji Kelayakan Produk (Prototipe II)


(51)

34 media berupa buku siswa dengan pendekatan saintifik. Wawancara ditujukan terhadap guru mata pelajaran fisika kelas XI di SMA Fransiskus. Beberapa pertanyaan yang diajukan bertujuan untuk mengetahui metode yang

diterapkan dalam pembelajaran, jenis media apa yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran, sumber buku pegangan siswa yang digunakan dalam pembelajaran, kendala-kendala siswa dalam penguasaan materi fisika dan untuk mengetahui pentingnya penggunaan buku siswa yang akan

dikembangkan untuk kegiatan pembelajaran.

Dalam kegiatan pembelajaran di SMA Fransiskus penggunaan sumber belajar masih didominasi oleh buku atau lks, tetapi terkadang guru menggunakan slide atau proyektor, serta metode yang diterapkan masih didominasi oleh metode ceramah. Belum terdapat buku siswa pembelajaran sebagai media penunjang dalam kegiatan pembelajaran, hanya penggunaan lks yang disusun oleh guru.

Setelah wawancara dilakukan observasi untuk mengetahui kelengkapan sarana dan prasarana yang dimiliki oleh sekolah sebagai sumber belajar bagi guru maupun siswa yang mendukung kegiatan pembelajaran. Observasi seperti ketersediaan buku fisika di perpustakaan, ketersediaan alat-alat praktikum di laboratorium fisika dan pemanfaatan sumber belajar. Berdasarkan hasil observasi langsung di SMA Fransiskus diketahui bahwa sarana dan prasarana penunjang kegiatan pembelajaran seperti perpustakaan dan laboratorium sudah ada, namun ketersediaan buku fisika di perpustakaan terbatas. Hasil


(52)

35 wawancara dan observasi ini yang menjadi acuan penulisan latar belakang masalah penelitian pengembangan ini.

2. Identifikasi Sumber Daya

Identifikasi sumber daya untuk memenuhi kebutuhan dilakukan dengan menginventarisir segala sumber daya yang dimiliki, baik sumber daya guru maupun sumber daya sekolah seperti perpustakaan, laboratorium, ketersediaan media dan sumber belajar lainnya yang mendukung kegiatan pembelajaran. Hasil identifikasi tersebut selanjutnya digunakan untuk menentukan

spesifikasi produk yang akan dikembangkan.

3. Identifikasi Spesifikasi Produk

Identifikasi spesifikasi produk dilakukan untuk mengetahui ketersediaan sumber daya yang mendukung pengembangan produk hasil analisis kebutuhan dan identifikasi sumber daya yang dimiliki oleh sekolah. Pada tahap ini

dilakukan langkah-langkah sebagai berikut.

a. Menentukan materi pokok pembelajaran yang akan dikembangkan; b. Mengidentifikasi kurikulum untuk mendapatkan identifikasi materi

pelajaran dan indikator ketercapaian dalam pembelajaran; c. Menentukan format pengembangan buku siswa saintifik.

4. Pengembangan Produk

Tahap pengembangan produk ini dilakukan pembuatan buku siswa dengan pendekatan saintifik materi kinematika dengan analisis vektor yang bermuatan nilai karakter. Spesifikasi produk yang akan dikembangkan adalah buku siswa pembelajaran dengan materi kinematika dengan analisis vektor yang


(53)

36 bermuatan nilai karakter dengan pendekatan saintifik tersusun secara

sistematis.

5. Uji Internal

Dalam penelitian pengembangan, sebuah desain media pembelajaran

memerlukan kegiatan uji coba secara bertahap dan berkesinambungan. Pada tahap pengembangan ini dilakukan uji internal atau uji kelayakan produk. Uji internal yang dikenakan pada produk terdiri dari uji ahli desain dan uji ahli isi/materi pembelajaran. Produk yang telah dibuat diberi nama prototipe I, kemudian dilakukan uji kelayakan produk dengan berpedoman pada instrumen uji yang telah dibuat. Uji kelayakan produk ini meliputi:

a. Menyusun instrumen uji kelayakan produk berdasarkan indikator penilaian yang telah ditentukan.

b. Melaksanakan uji kelayakan produk yang dilakukan oleh ahli desain dan ahli isi/materi pembelajaran.

c. Melakukan analisis terhadap hasil uji kelayakan produk dan melakukan perbaikan.

d. Mengkonsultasikan hasil yang telah diperbaiki kepada ahli desain dan ahli isi/materi pembelajaran.

Dalam melaksanakan uji kelayakan peneliti melibatkan dua orang ahli, dimana untuk uji ahli desain yang merupakan seorang master dalam bidang teknologi pendidikan dalam mengevaluasi desain media pembelajaran yaitu salah seorang dosen P. MIPA Universitas Lampung, sedangkan ahli bidang

isi/materi dilakukan oleh ahli bidang isi/materi untuk mengevaluasi isi/materi kinematika dengan analisis vektor untuk SMA/MA yaitu seorang dosen


(54)

37 P. MIPA Universitas Lampung yang ahli dalam bidang fisika. Setelah

dilakukan uji internal produk, maka prototipe I akan mendapat saran-saran perbaikan dari ahli desain dan ahli isi/materi. Selanjutnya produk hasil perbaikan dan konsultasi kemudian disebut prototipe II.

6. Uji Eksternal

Setelah dilakukan uji internal atau uji kelayakan produk dan diperoleh hasil berupa prototipe II, langkah selanjutnya dilakukan uji eksternal yang diberikan kepada siswa untuk digunakan sebagai sumber sekaligus media pembelajaran. Uji eksternal merupakan uji coba kemanfaatan produk. Hal yang diujikan yaitu: kemenarikan, kemudahan menggunakan produk oleh pengguna, dan keefektifan dalam mencapai tujuan pembelajaran yang sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang harus terpenuhi.

Uji ini dilakukan melalui dua tahap yaitu: uji satu lawan satu dan uji kelompok kecil. Tahap uji satu lawan satu ini bertujuan untuk melihat

kesesuaian media dalam pembelajaran sebelum tahap uji coba media pada uji kelompok kecil. Uji satu lawan satu dilakukan dengan cara dipilih dua orang siswa secara acak. Pada tahap ini, siswa menggunakan buku siswa secara individu (mandiri) lalu diberikan angket untuk menyatakan apakah buku siswa sudah menarik, mudah digunakan dan membantu siswa dalam pembelajaran

dengan pilihan jawaban “ya” dan “tidak”, media akan diperbaiki pada pilihan


(55)

38 Pada uji kelompok kecil dikenakan kepada satu kelas sampel pada siswa yang belum pernah mendapatkan materi kinematika dengan analisis vektor. Uji kelompok kecil dilakukan untuk mengetahui tingkat kemenarikan, kemudahan dan kemanfaatan dalam menggunakan media dan keefektifan media. Siswa melakukan pembelajaran dengan menggunakan buku siswa dan setelah

pembelajaran siswa diberikan post test untuk mengetahui tingkat kemenarikan dan kemudahan serta kemanfaatan buku siswa.

7. Produksi

Setelah dilakukan perbaikan dari uji eksternal maka dihasilkan prototipe III kemudian dilakukan tahap selanjutnya yaitu produksi. Tahap ini merupakan tahap akhir dari penelitian pengembangan.

D. Metode Pengumpulan Data

Penelitian pengembangan ini digunakan empat macam metode pengumpulan data. Keempat metode tersebut yaitu:

1. Metode Wawancara

Metode wawancara digunakan untuk mengetahui dan menganalisis kebutuhan media pembelajaran.

2. Metode Observasi

Metode observasi dilakukan untuk mengetahui kelengkapan sarana dan prasarana di sekolah yang menunjang proses pembelajaran.

3. Metode Angket

Metode angket digunakan untuk mengukur indikator program yang


(56)

39

X O

Instrumen meliputi angket uji ahli dan angket respon pengguna. Instrumen angket uji ahli digunakan untuk menilai dan mengumpulkan data kelayakan produk sebagai media pembelajaran. Sedangkan instrumen angket respon pengguna digunakan untuk mengumpulkan data tingkat kemenarikan, kemudahan dan kemanfaatan produk.

4. Metode Tes Khusus

Metode tes khusus digunakan untuk mengetahui tingkat keefektifan produk yang dihasilkan sebagai media pembelajaran. Tahap ini produk digunakan sebagai sumber belajar, pengguna (siswa) diambil sampel penelitian satu kelas siswa, dimana sampel diambil menggunakan teknik sampling jenuh yaitu semua anggota populasi digunakan sebagai sampel.

Untuk memenuhi kebutuhan berdasarkan analisis kebutuhan dan

menggunakan desain penelitian One-Shot Case Study. Gambar desain yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 3.2.

Gambar 3.2 One-Shot Case Study

Keterangan: X = Treatment, penggunaan buku siswa pembelajaran O = Hasil belajar siswa

Tes khusus ini dilakukan oleh satu kelas sampel siswa kelas X MIA SMA Fransiskus, siswa menggunakan buku siswa sebagai media pembelajaran, selanjutnya siswa tersebut diberi soal post-test. Hasil post-test dianalisis ketercapaian tujuan pembelajaran sesuai dengan nilai KKM yang harus terpenuhi.


(57)

40 E. Metode Analisis Data

Setelah diperoleh data, langkah selanjutnya adalah menganalisis data tersebut. Data hasil wawancara dengan guru mata pelajaran fisika dan data hasil observasi langsung dijadikan sebagai latar belakang dilakukannya penelitian ini. Data kesesuaian desain dan materi pembelajaran pada produk diperoleh dari ahli desain dan ahli materi melalui uji/validasi ahli, yang selanjutnya data kesesuaian yang diperoleh tersebut digunakan untuk mengetahui tingkat kelayakan produk yang dihasilkan untuk digunakan sebagai media pembelajaran. Data kemenarikan, kemudahan penggunaan, dan kemanfaatan produk diperoleh melalui hasil uji kemanfaatan kepada pengguna secara langsung. Data hasil belajar yang diperoleh melalui tes setelah penggunaan produk digunakan untuk menentukan tingkat efektivitas produk sebagai media pembelajaran.

Analisis data berdasarkan instrumen uji ahli dan uji kelompok kecil dilakukan untuk menilai sesuai atau tidaknya produk yang dihasilkan sebagai sumber belajar dan media pembelajaran. Instrumen uji ahli oleh ahli desain dan ahli isi/materi

pembelajaran, memiliki 2 pilihan jawaban sesuai konten pertanyaan, yaitu: “ya” dan “tidak”. Revisi dilakukan pada konten pertanyaan yang diberi pilihan jawaban “tidak”, atau para ahli memberikan masukkan khusus terhadap media prototype yang sudah dibuat.

Analisis data berdasarkan instrumen uji satu lawan satu dilakukan untuk

mengetahui respon dari siswa terhadap buku siswa yang sudah dibuat. Instrumen uji satu lawan satu memiliki 2 pilihan jawaban sesuai konten pertanyaan, yaitu:


(58)

41

jawaban “tidak”. Data kemenarikan, kemudahan, kemanfaatan, dan keefektifan buku siswa sebagai sumber belajar diperoleh dari uji kelompok kecil kepada siswa sebagai pengguna. Angket respon terhadap pengguna produk memiliki 4 pilihan

jawaban sesuai konten pertanyaan, yaitu: “sangat menarik”, “menarik”, “kurang menarik” dan “tidak menarik” atau “sangat baik”, “baik”, “kurang baik” dan “tidak baik”.

Masing-masing pilihan jawaban memiliki skor berbeda yang mengartikan tingkat kesesuaian produk bagi pengguna. Penilaian instrumen total dilakukan dari jumlah skor yang diperoleh kemudian dibagi dengan jumlah total skor, selanjutnya

hasilnya dikalikan dengan banyaknya pilihan jawaban. Skor penilaian dari tiap pilihan jawaban ini dapat dilihat dalam Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Skor Penilaian terhadap Pilihan Jawaban

Pilihan Jawaban Pilihan Jawaban Skor

Sangat menarik Sangat baik 4

Menarik Baik 3

Kurang menarik Kurang baik 2

Tidak menarik Tidak baik 1

Instrumen yang digunakan memiliki 4 pilihan jawaban, sehingga skor penilaian total dapat dicari dengan menggunakan rumus:

Skor penilaian =jumlah nilai total skor tertinggi X 4 Jumlah skor pada instrumen

Hasil dari skor penilaian tersebut kemudian dicari rata-ratanya dari sejumlah sampel uji coba dan dikonversikan ke pernyataan penilaian untuk menentukan


(59)

42 kualitas dan tingkat kemanfaatan produk yang dihasilkan berdasarkan pendapat pengguna. Pengkonversian skor dapat dilihat dalam Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Konversi Skor Penilaian Menjadi Pernyataan Nilai Kualitas dalam Suyanto (2009:20)

Skor Penilaian Rerata Skor Klasifikasi

4 3,26 - 4,00 Sangat Baik

3 2,51 – 3,25 Baik

2 1,76 – 2,50 Kurang Baik

1 1,01 – 1,75 Tidak Baik

Data hasil post-test digunakan untuk mengukur tingkat keefektifan buku siswa, sebagai pembanding digunakan nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada mata pelajaran fisika di SMA Fransiskus. Apabila 75% nilai siswa yang

diberlakukan uji coba telah mencapai KKM, dapat disimpulkan produk pengembangan layak dan efektif digunakan.


(60)

65

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pengembangan, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Dihasilkan buku siswa materi kinematika dengan pendekatan saintifik dan bermuatan nilai karakter yang telah divalidasi ahli, yaitu ahli materi dan ahli desain untuk meningkatkan pemahaman konsep dan perilaku ilmiah siswa.

2. Dihasilkan buku siswa materi kinematika dengan pendekatan saintifik dan bermuatan nilai karakter dengan skor kemenarikan sebesar 3,58 dengan pernyataan kualitatif sangat baik, skor kemudahan sebesar 3,44 dan skor kemanfaatan sebesar 3,41 sebagai media pembelajaran.

3. Buku siswa yang dikembangkan dinyatakan sudah efektif dengan

pencapaian hasil uji keefektifan, yaitu sebesar 81,5% siswa tuntas belajar yang didasarkan pada KKM sebagai penilaian acuan kriteria sebagai ketuntasan belajar siswa.


(61)

66 B. Saran

Berdasarkan simpulan, maka dapat diajukan saran sebagai berikut:

1. Produk hasil pengembangan buku siswa belum diujikan pada kelompok yang lebih besar, sehingga kepercayaannya baru berlaku untuk ruang lingkup kecil yaitu sekolah tempat penelitian. Saran dari penelitian pengembangan ini, hendaknya dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui tingkat keefektifan buku siswa dalam lingkup yang lebih luas.

2. Pengembangan karakter sikap yang muncul pada materi kinematika pada buku siswa dapat ditambahkan sesuai dengan acuan kompetensi dasar. Sehingga selanjutnya produk buku siswa yang dihasilkan tidak hanya bermuatan nilai karakter rasa ingin tahu, komunikatif dan berpikir kreatif. 3. Pada saat menyajikan suatu fenomena pada pembelajaran yang

melibatkan pendekatan saintifik, hendaknya menyajikan fenomena yang erat kaitan dengan materi yang dibahaskan. Karena hal tersebut akan mengarahkan arah berpikir siswa.

4. Pada proses bertanya pun hendaknya siswa dibimbing dalam menemukan pertanyaan dan menemukan jawabanya, terlebih dahulu sebaiknya

menggunakan uji miskonsepsi pada sajian buku siswa agar peneliti selanjutnya bisa tahu bagaimana perkembangan berpikir siswa.


(62)

DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Zainal, dan Sujak. 2011. Panduan dan Aplikasi Pendidikan Karakter. Bandung: Yrama Widya.

Arsyad, Azhar. 2005. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Materi Pelatihan Guru

Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan.

Kementerian Pendidikan Nasional. 2010. Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa: Pedoman Sekolah. Jakarta: Badan Penelitian dan

Pengembangan Pusat Kurikulum.

Khan, Yahya. 2010. Pendidikan Karakter Berbasis Potensi Diri. Yogyakarta: Pelangi Publising.

Koesoema A, Doni. 2007. Pendidikan Karakter, Strategi Mendidik Anak Zaman Global. Jakarta: Grasindo.

Maulita, Sheila. 2014. Pengembangan Buku Siswa dalam Pembelajaran Sains Bermuatan Nilai Ketuhanan dan Kecintaan Terhadap Lingkungan Materi Kalor dan Perpindahannya. Skripsi. Bandar Lampung: FKIP Universitas Lampung.

Nahel, Bintu. 2012. Pengertian Buku Siswa. (Online), tersedia di: http:

//id.shvoong .com/social-sciences/education/2251813-pengertian-buku-siswa/ diakses pada tanggal 10 Maret 2014.

Pusat Kurikulum Kemdiknas. 2009. Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa: Pedoman Sekolah. Jakarta: Pusat Kurikulum Balitbang Kemdiknas.

Putri, M. Atiko. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual dengan Pendekatan Snowball Throwing untuk Mengembangkan Karakter Komunikatif dan Rasa Ingin Tahu SMP. Skripsi. Semarang: FMIPA UNNES.


(63)

Samani, Muchlas dan Hariyanto. 2012. Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sanjaya, Wina. 2012. Media Komunikasi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sukiman. 2012. Pengembangan Media Pembelajaran. Yogyakarta: Pedagogia. Suyanto, Eko dan Sartinem. 2009. Pengembangan Contoh Lembar Kerja Fisika

Siswa dengan Latar Penuntasan Bekal Awal Ajar Tugas Studi Pustaka dan Keterampilan Proses untuk SMA Negeri 3 Bandar Lamung. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan 2009. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Suyatna, Agus. 2013. Desain Pembelajaran Fisika dengan Scientific Approach Menggunakan Kurikulum 2013. (Materi Seminar). Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Surabaya: Prestasi Pustaka.


(1)

41 jawaban “tidak”. Data kemenarikan, kemudahan, kemanfaatan, dan keefektifan buku siswa sebagai sumber belajar diperoleh dari uji kelompok kecil kepada siswa sebagai pengguna. Angket respon terhadap pengguna produk memiliki 4 pilihan jawaban sesuai konten pertanyaan, yaitu: “sangat menarik”, “menarik”, “kurang menarik” dan “tidak menarik” atau “sangat baik”, “baik”, “kurang baik” dan “tidak baik”.

Masing-masing pilihan jawaban memiliki skor berbeda yang mengartikan tingkat kesesuaian produk bagi pengguna. Penilaian instrumen total dilakukan dari jumlah skor yang diperoleh kemudian dibagi dengan jumlah total skor, selanjutnya

hasilnya dikalikan dengan banyaknya pilihan jawaban. Skor penilaian dari tiap pilihan jawaban ini dapat dilihat dalam Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Skor Penilaian terhadap Pilihan Jawaban

Pilihan Jawaban Pilihan Jawaban Skor

Sangat menarik Sangat baik 4

Menarik Baik 3

Kurang menarik Kurang baik 2

Tidak menarik Tidak baik 1

Instrumen yang digunakan memiliki 4 pilihan jawaban, sehingga skor penilaian total dapat dicari dengan menggunakan rumus:

Skor penilaian =jumlah nilai total skor tertinggi X 4 Jumlah skor pada instrumen Hasil dari skor penilaian tersebut kemudian dicari rata-ratanya dari sejumlah sampel uji coba dan dikonversikan ke pernyataan penilaian untuk menentukan


(2)

42 kualitas dan tingkat kemanfaatan produk yang dihasilkan berdasarkan pendapat pengguna. Pengkonversian skor dapat dilihat dalam Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Konversi Skor Penilaian Menjadi Pernyataan Nilai Kualitas dalam Suyanto (2009:20)

Skor Penilaian Rerata Skor Klasifikasi

4 3,26 - 4,00 Sangat Baik

3 2,51 – 3,25 Baik

2 1,76 – 2,50 Kurang Baik

1 1,01 – 1,75 Tidak Baik

Data hasil post-test digunakan untuk mengukur tingkat keefektifan buku siswa, sebagai pembanding digunakan nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada mata pelajaran fisika di SMA Fransiskus. Apabila 75% nilai siswa yang

diberlakukan uji coba telah mencapai KKM, dapat disimpulkan produk pengembangan layak dan efektif digunakan.


(3)

65

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pengembangan, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Dihasilkan buku siswa materi kinematika dengan pendekatan saintifik dan bermuatan nilai karakter yang telah divalidasi ahli, yaitu ahli materi dan ahli desain untuk meningkatkan pemahaman konsep dan perilaku ilmiah siswa.

2. Dihasilkan buku siswa materi kinematika dengan pendekatan saintifik dan bermuatan nilai karakter dengan skor kemenarikan sebesar 3,58 dengan pernyataan kualitatif sangat baik, skor kemudahan sebesar 3,44 dan skor kemanfaatan sebesar 3,41 sebagai media pembelajaran.

3. Buku siswa yang dikembangkan dinyatakan sudah efektif dengan

pencapaian hasil uji keefektifan, yaitu sebesar 81,5% siswa tuntas belajar yang didasarkan pada KKM sebagai penilaian acuan kriteria sebagai ketuntasan belajar siswa.


(4)

66 B. Saran

Berdasarkan simpulan, maka dapat diajukan saran sebagai berikut:

1. Produk hasil pengembangan buku siswa belum diujikan pada kelompok yang lebih besar, sehingga kepercayaannya baru berlaku untuk ruang lingkup kecil yaitu sekolah tempat penelitian. Saran dari penelitian pengembangan ini, hendaknya dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui tingkat keefektifan buku siswa dalam lingkup yang lebih luas.

2. Pengembangan karakter sikap yang muncul pada materi kinematika pada buku siswa dapat ditambahkan sesuai dengan acuan kompetensi dasar. Sehingga selanjutnya produk buku siswa yang dihasilkan tidak hanya bermuatan nilai karakter rasa ingin tahu, komunikatif dan berpikir kreatif. 3. Pada saat menyajikan suatu fenomena pada pembelajaran yang

melibatkan pendekatan saintifik, hendaknya menyajikan fenomena yang erat kaitan dengan materi yang dibahaskan. Karena hal tersebut akan mengarahkan arah berpikir siswa.

4. Pada proses bertanya pun hendaknya siswa dibimbing dalam menemukan pertanyaan dan menemukan jawabanya, terlebih dahulu sebaiknya

menggunakan uji miskonsepsi pada sajian buku siswa agar peneliti selanjutnya bisa tahu bagaimana perkembangan berpikir siswa.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Zainal, dan Sujak. 2011. Panduan dan Aplikasi Pendidikan Karakter. Bandung: Yrama Widya.

Arsyad, Azhar. 2005. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Materi Pelatihan Guru

Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Badan Pengembangan Sumber

Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan.

Kementerian Pendidikan Nasional. 2010. Pengembangan Pendidikan Budaya dan

Karakter Bangsa: Pedoman Sekolah. Jakarta: Badan Penelitian dan

Pengembangan Pusat Kurikulum.

Khan, Yahya. 2010. Pendidikan Karakter Berbasis Potensi Diri. Yogyakarta: Pelangi Publising.

Koesoema A, Doni. 2007. Pendidikan Karakter, Strategi Mendidik Anak Zaman

Global. Jakarta: Grasindo.

Maulita, Sheila. 2014. Pengembangan Buku Siswa dalam Pembelajaran Sains Bermuatan Nilai Ketuhanan dan Kecintaan Terhadap Lingkungan Materi Kalor dan Perpindahannya. Skripsi. Bandar Lampung: FKIP Universitas Lampung.

Nahel, Bintu. 2012. Pengertian Buku Siswa. (Online), tersedia di: http:

//id.shvoong .com/social-sciences/education/2251813-pengertian-buku-siswa/ diakses pada tanggal 10 Maret 2014.

Pusat Kurikulum Kemdiknas. 2009. Pengembangan Pendidikan Budaya dan

Karakter Bangsa: Pedoman Sekolah. Jakarta: Pusat Kurikulum Balitbang

Kemdiknas.

Putri, M. Atiko. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual dengan Pendekatan Snowball Throwing untuk Mengembangkan Karakter Komunikatif dan Rasa Ingin Tahu SMP. Skripsi. Semarang: FMIPA UNNES.


(6)

Samani, Muchlas dan Hariyanto. 2012. Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sanjaya, Wina. 2012. Media Komunikasi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sukiman. 2012. Pengembangan Media Pembelajaran. Yogyakarta: Pedagogia. Suyanto, Eko dan Sartinem. 2009. Pengembangan Contoh Lembar Kerja Fisika

Siswa dengan Latar Penuntasan Bekal Awal Ajar Tugas Studi Pustaka dan Keterampilan Proses untuk SMA Negeri 3 Bandar Lamung. Prosiding

Seminar Nasional Pendidikan 2009. Bandar Lampung: Universitas

Lampung.

Suyatna, Agus. 2013. Desain Pembelajaran Fisika dengan Scientific Approach

Menggunakan Kurikulum 2013. (Materi Seminar). Bandar Lampung:

Universitas Lampung.

Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Surabaya: Prestasi Pustaka.