Keynote: Meningkatkan Kualitas Hidup Pasca Stroke Melalui Aktivasi Otak

MENINGKATKAN KUALITAS HIDUP PASCA STROKE
MELALUI AKTIVASI OTAK

Umi Budi Rahayu, SSt. FT., M Kes*
Disampaikan pada Seminar Nasional: Peran Ilmu Kesehatan dalam Meningkatkan
Kualitas Hidup, 19 Juni 2013 di Auditorium M. Djasman Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
* Dosen PS Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta

1. Kejadian Stroke
Stroke adalah salah satu penyakit kardiovaskuler yang mempengaruhi arteri
penting yang menuju ke otak, terjadi ketika pembuluh darah yang mengangkut oksigen
dan nutrisi menuju ke otak terblokir oleh bekuan maupun pecahan sehingga otak tidak
mendapat darah yang dibutuhkan, sehingga sel-sel otak mengalami kematian. Akibat
lanjut dari kematian jaringan otak ini dapat menyebabkan hilangnya fungsi kendali
sebuah jaringan.
Jumlah penderita stroke di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun, bahkan
penyakit ini sudah menjadi pembunuh nomor 3 di Indonesia setelah penyakit infeksi dan
jantung koroner. Sekitar 28,5 % penderita penyakit stroke di Indonesia meninggal dunia.
Sedangkan di Eropa, stroke merupakan penyakit berbahaya kedua setelah penyakit

jantung koroner. Di antara 100 pasien rumah sakit, sedikitnya 2 orang merupakan
penderita stroke. Stroke juga menjadi masalah kesehatan primer di AS dan dunia.
Meskipun upaya pencegahan telah diupayakan namun angka kematian stroke masih
tinggi dengan laju mortalitas 18% sampai 31% untuk serangan stroke pertama dan 62%
untuk stroke selanjutnya. Namun demikian, stroke dapat diperkirakan dan dapat dicegah
pada hampir 85% orang. Pada kenyataannya sekitar 1/3 pasien stroke sekarang dapat
pulih jika pasien selalu mendapat terapi darurat dan rehabilitasi dini yang memadai
(Feigin, 2007).

1

2. Problematika Stroke
Penyakit stroke terkait dengan kerusakan sel-sel saraf di otak. Hal yang menjadi
problematika pada pasien stroke adalah tanda dan gejala yang dijumpai pasca stroke.
Problematika pasca stroke ini umumya adalah kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh
(hemiparese/hemiplegia), lumpuh pada salah satu sisi wajah, tonus otot lemah atau kaku,
menurun/hilangnya rasa, gangguan lapang pandang, gangguan bahasa, gangguan persepsi
dan gangguan status mental, termasuk gangguan kognitif dan fungsi memori. Sebagian
besar pasien pasca stroke akan mengalami tanda-tanda ini sebagai gelaja sisa pasca
stroke. Hal ini terjadi karena fungsi otak yang tidak membaik sepenuhnya. Screening

menunjukkan bahwa banyak pasien pasca stroke akan mengalami kerusakan hampir dua
kali lipat termasuk juga pelemahan kognitif ringan yang menyertakan kehilangan fungsi
memori.
Terakumulasinya berbagai gejala sisa pasca stroke, baik fisik maupun psikis ini
akan mengakibatkan problematika yang lebih luas. Problematika ini antara lain
problematika ketidakmampuan fungsi dasar, ketidakmampuan dalam beraktifitas seharihari, ketidakmampuan bersosialisasi, kemunduran fungsi kognitif sampai dengan
problematika psikologis. Demikian pula akibat lanjut problematika pasca stroke adalah
ketidakmandirian pasien. Ketidakmandirian pasien inilah yangakan menjadikan kualitas
hidup pasien pasca stroke rendah.
3. Aktivasi otak
Otak disusun oleh neuron dan neuroglia. Neuron merupakan sel saraf utama
sedangkan neuroglia adalah sel-sel pendukung neuron. Potter dalam Liza (2007),
mengungkapkan bahwa walaupun kelihatan simetris secara struktur, tetapi otak kanan
dengan otak kiri mempunyai fungsi yang berbeda. Otak kiri bertanggung jawab terhadap
proses berfikir logis, berdasar realitas, mampu melakukan penafsiran secara abstrak, dan
simbolis, cara berfikirnya sesuai untuk tugas-tugas verbal, menulis, membaca,
menempatkan detail, dan fakta. Cara berfikir otak kanan lebih bersifat acak, tidak teratur,
intuitif, holistik, bersifat non verbal, kearah perasaan dan emosi, kesadaran yang

2


berkenaan dengan perasaan, pengenalan bentuk, pola, musik, kepekaan warna, kreatifitas,
dan visualisasi. Sedangkan Dennison (2002), membagi otak ke dalam 3 dimensi, yakni
dimensi lateralis (otak kanan dan kiri), dimensi pemfokusan (otak depan dan belakang),
dimensi pemusatan (otak atas dan bawah). Gerakan untuk latihan aktivasi otak harus
bervariasi sesuai dengan ketiga dimensi ini. Semakin harmonis kerjasama otak semakin
baik pula kinerjanya (Susanto, Edi P., 2010).
Aktivasi otak sangat memungkinkan untuk dilakukan, karena otak mempunyai
sifat yang sangat istimewa yaitu otak merupakan organ yang mudah beradaptasi
meskipun neuron-neuron di otak telah mati tidak mengalami regenerasi. Kemampuan
neuroplastisitas dan neurogenesis pada otak memungkinkan bagian-bagian tertentu otak
dapat mengambil alih fungsi dari bagian-bagian yang rusak. Sehingga bagian-bagian otak
seperti belajar kemampuan baru. Ini merupakan mekanisme paling penting yang berperan
dalam pemulihan stroke (Feigin, 2006; Selzer et al.,2006; Teasell et al., 2005; Johansson,
2000).
Berbagai macam aktivasi otak yang marak dilakukan, yaitu sebagai salah satu
upaya untuk mengaktifkan otak sehingga sesuai dengan apa yang dikehendaki. Aktivasi
otak bisa dilakukan dengan berbagai stimulus. Berbagai stimulus yang bisa dilakukan
antara lain adalah dengan latihan relaksasi, latihan-latihan dengan gerakan-gerakan
khusus seperti pemberian stimulus dan latihan-latihan menggunakan Metode Bobath,

Metode PNF, Metode Brunnstrom’s maupuan metode yang lainnya, latihan-latihan
khusus untuk harmonisasi otak maupun memory brain exercise sebagai suatu bentuk
latihan untuk mengaktivasi memori otak.
Beberapa hasil penelitian melaporkan bahwa manfaat latihan relaksasi progresif
mampu menurunkan kecemasan, mengatasi insomnia, meredakan nyeri, mengontrol
tekanan darah tinggi, mengurangi depresi, hingga mengurangi kelelahan (Pratiwi et al.,
2008). Teknik relaksasi akan menstimulasi hormon yang mempengaruhi rasa nyaman
seseorang, contohnya hormon neuropeptides, hormon ini akan diproduksi ketika
seseorang mengalami relaksasi yang mendalam. Teknik relaksasi akan merangsang
system theta dalam tubuh, yaitu suatu hormon relaksasi yang mempunyai manfaat
substansiil untuk kesehatan fisik dan emosi. Hormon spesifik yang meliputi sistem ini

3

adalah

hormon

endogen,


benzodiazepines,

anandamide,

melatonin,

dan

NN

dimethyltriptamin.
Latihan-latihan harmonisasi otak juga dapat diterapkan untuk menstimulasi sel-sel
saraf di otak sehingga ada keharmonisan kerja antara otak kanan, otak kiri, serta otak
tengah atau ada keseimbangan di setiap bagian otak. Latihan ini akan memberikan efek
neurogenesis, akan tumbuh sel-sel otak baru setiap harinya, yang selanjutnya sel-sel otak
akan melakukan regenerasi, selain itu juga terjadi neuroplastisitas, yaitu kapasitas neuron
untuk membentuk sambungan baru ketika disajikan dengan pengalaman belajar yang
baru (Selzer et al., 2006). Prinsip latihan harmonisasi otak ini adalah melakukan gerakangerakan menyilang melewati bagian tengah otak yang disebut corpus callosum. Dengan
melakukan gerakan-gerakan menyilang secara teratur untuk beberapa waktu, akan terjadi
harmonisasi antara otak kiri dan otak kanan. Latihan otak dilakukan melalui tiga dimensi,

yakni lateralitas komunikasi, pemfokusan pemahaman, dan pemusatan pengaturan.
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa latihan harmonisasi otak mampu
meningkatkan kemampuan gerak dasar dan fungsional serta mampu meningkatkan
koordinasi gerak pada pasca stroke, demikian pula dalam mengatasi gangguan fungsi
kognitif, khususnya fungsi memori. Kemampuan fungsi memorinya akan semakin bagus
dengan adanya aktivasi otak ini, khususnya dengan pemberian memory brain exercise
(Rahayu, 2012). Manfaat yang bisa diperoleh dengan melakukan aktivasi otak dengan
gerakan-gerakan ringan ini mampu memberikan rangsangan atau stimulus pada otak.
Gerakan yang menghasilkan stimulus itulah yang dapat meningkatkan kemampuan
kognitif, khususnya memori, menyelaraskan kemampuan beraktivitas dan berfikir pada
saat yang bersamaan, meningkatkan keseimbangan atau harmonisasi antara kontrol
emosi dan logika. Khususnya untuk meningkatkan kemampuan fungsi memori, stimulasi
otak yang dilakukan berulang-ulang mampu mempengaruhi kemampuan memori karena
adanya proses neuroplasticity yang terjadi di hipokampus. Bangkitan yang simultan
antara sel pra dan pascasinaptik diperlukan untuk Long Term Potentiation (LTP) yang
dapat mengaktifkan beberapa serabut aferen secara bersama-sama, dihasilkan di lintasan
Schaffer’s axon collateral yang memakai glutamat sebagai transmiternya dengan
mengikat reseptor NMDA. Aktifasi NMDA ini akan mampengaruhi influx Ca2+, yang
merupakan isyarat untuk induksi LTP terkait dengan fungsi memori (Kandell, 1995).


4

4. Regenerasi dan Rehabilitasi stroke

Regenerasi saraf seperti yang diungkapkan oleh Feigin, 2006 bahwa mekanisme
yang berperan dalam pemulihan stroke adalah peristiwa yang istimewa pada otak bahwa
otak merupakan organ yang mudah beradaptasi meskipun neuron-neuron di otak telah
mati. Kemampuan neuroplastisitas dan neurogenesis pada otak memungkinkan bagianbagian tertentu di otak dapat mengambil alih fungsi dari bagian-bagian yang rusak,
sehingga otak seperti belajar kemampuan baru.
Diawali dengan proses neurochemical yang terjadi di setiap sinapsis. Mekanisme
neurochemical ini mempunyai efek stimulasi pembentukan zat-zat yang penting untuk
pertumbuhan

sel

saraf,

selanjutnya

akan


mempengaruhi

penerimaan

saraf

(neuroreceptive) dan perubahan struktur neuron saraf dan organisasi otak (reorganisasi).
Proses selanjutnya adalah perubahan struktural dan fungsional jaringan saraf. Perubahan
struktural terkait dengan perubahan kimia saraf (neurochemical) berupa peningkatan
neurotransmiter yang akan membawa pengaruh pada meningkatnya kelistrikan antar
neuron dan penerimaan saraf (neuroreceptive) dan plastisitas. Perubahan fungsional
terkait dengan perubahan sel-sel saraf/neuron berupa pengaktifan sinaps serta proses
sprouting (Arthur, 2009). Reorganisasi sistem saraf di otak dengan adanya plastisitas
neuronal dan peningkatan jumlah neuron pasca stroke (James, 2009) juga terjadi dalam
beberapa bentuk antara lain diaschis (neural shock) yaitu pemulihan dini yang berangsur
membaik, unmasking (penggantian fungsi oleh akson dan sinaps yang tidak aktif) yaitu
denervation supersensitifity (pengambilalihan fungsi serabut saraf yang rusak) dan silent
synapsis recruitment (pengoptimalan sinapsis yang tersembunyi fungsinya untuk
menggantikan sinapsis utama yang rusak) serta sprouting (respon neuron pada daerah

yang tidak mengalami cidera) yaitu axonal regeneration (regenerasi pada serabut saraf
yang dimulai dari proximal menuju ke distal) dan collateral sprouting (pertunasan dari
sel yang utuh atau tidak rusak yang berdekatan dengan jaringan saraf yang rusak) (Irfan,
2010; Steward. O, 2006; Kaas. JH, 2006).

5

Daftar Pustaka

Arthur, Guyton, MD. 1996. Buku Ajar Fisiologi Kesehatan. Philadelphia: W.B.Saunders
Company.
Dennison. 2004. Braingym untuk Bisnis. Interaksara Batam Center. Batam.
Feigin. V. 2006. Stroke. PT Buana Ilmu Populer. Jakarta.
Irfan muhammad. 2010. Fisioterapi bagi Insan Stroke. Graha Ilmu. Jakarta.
James TEO. Teong Han. 2009. Motor learning and neuroplasticity in humans. London.
Institute of Neurology University College London.
Johansson. B. 2000. Brain Plasticity and Stroke Rahabilitation. Journal Stroke.
Wallenberg Neuroscience Center.
Kaas. JH. 2006. Neural Repair and Rehabilitation: Plasticity of Mature and Developing
Somatosensory System. Cambridge University Press.

Kandell, E. 1995. Cellular Mechanisms of Learning and Memory. Essentials of Neural
Science and Behavior. eds Kandel. E. Schwartz J.H., Jessell. T.M. Appleton &
Lange. Stamford. Connecticut USA.
Pratiwi, A Purnomo, S.W. Maliya, A. 2008. Poster Presentation International Confrence
On Health and The Chongis World to be held on November 10-13. Bangkok.
Thailand.
Rahayu, Umi B. 2012. Pengaruh Aktivasi Otak untuk meningkatkan kemampuan Memori
Pasca Stroke. LPPM. Surakarta.
Selzer, ME. 2006. Neural Repair and Rehabilitation: Neural Repair and Rehabilitation.
Cambridge University Press.
Steward, O. 2006. Neural Repair and Rehabilitation: Anatomical and Biochemical
Plasticity of Neurons, regenerative growth of Axons, Sprouting, Pruning, and
Denervation Supersensitivity. Cambridge University Press.
Susanto, Edi. 2010. Official Buzan Licensed Instructor Maping. BLI.
Teasell, Bayona, Jamie Bitensky. 2005. Plasticity and Reorganization of the Brain Post
Stroke. Journal Stroke Rahabilitation.. Thomas Land Publishers, Inc.

6