Jamaah Tabligh, Islam Jama'ah dan Cukur Jenggot

Jamaah Tabligh, Islam Jama'ah dan Cukur Jenggot
JAMA'AH TABLIGH DAN ISLAM JAMA'AH
SERTA HUKUM MEMAKAI JENGGOT
Penanya:
Ahmad Riyadhi BS,
Jl. S. Cendana No. 100 Singkang Sumatera Selatan

Pertanyaan:
Kelompok Jama„ah Tabligh dan Islam Jama„ah, apakah termasuk sesat? Sampai dimana
pengertian sesat menurut Islam?
2.
Hukum memakai jenggot apakah dalilnya kuat?

1.

Jawaban:
1.

Sesat yang saudara tanyakan mungkin sama pengertiannya dengan kata “adh-dhalalah” yang
terdapat dalam al-Qur‟an. Kata adh-dhalalah dengan segala bentuk perubahan katanya di dalam
al-Qur‟an terdapat lebih kurang pada 191 tempat dengan arti yang bervariasi. Namun dapat

disimpulkan bahwa perbuatan adh-dhalalah itu berpangkal pada sifat munafik yang diterangkan
mulai ayat 8 sampai dengan ayat 20 surat al-Baqarah.
Disebutkan bahwa orang munafik itu adalah orang pendusta (ayat 8, 11, 12, dan 13),
penipu Allah dan orang yang beriman (ayat 9), hatinya berpenyakit (ayat 10), pengkhianat (ayat
14), orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk (ayat 16). Ayat-ayat 17, 18, 19, dan 20
menggambarkan dengan perumpamaan keadaan orang-orang munafik.
Musthafa al-Maraghi dalam kitab Tafsir al-Maraghi menafsirkan adh-dhalalah dengan
semacam perbuatan memahami al-Qur‟an tanpa menggunakan akal karena akal itu telah
dipengaruhi oleh tradisi dan taklid. Dengan dasar tradisi dan taklid itu mereka menukar petunjuk
dengan kesesatan, sehingga terjadilah bid„ah (menyatakan suatu perkataan atau perbuatan
berasal dari al-Qur‟an dan as-Sunnah, padahal tidak terdapat di dalamnya). Nabi Muhammad
saw menerangkan tanda-tanda munafik, sebagaimana dinyatakan oleh hadits:
Artinya: “Diriwayatkan dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah saw berkata: Tandatanda munafik itu tiga macam, apabila berkata dusta, dan apabila berjanji tidak menepati, dan
apabila dipercaya khianat.” [Muttafaq „alaih].
Pada beberapa ayat al-Qur‟an disebutkan bentuk perbuatan munafik itu, yaitu syirik (2:
108 dan lain-lain), kufur (4:116, 136; 5: 12; dan lain-lain), perbuatan merugikan diri sendiri (2:
27; 7: 53; dan lain-lain), suka mengada-ada suatu yang tidak ada (6: 24; 7: 33; 10: 30; 28: 75; 33:
36; dan lain-lain), suka memperturutkan hawa nafsu (5: 77; 6: 57; dan lain-lain), menghalanghalangi orang di jalan Allah (47: 1 dan lain-lain), dan putus asa dari rahmat Allah (15: 56 dan
lain-lain).
Di antara perbuatan munafik yang diancam dengan siksa neraka ialah perbuatan bid„ah,

berdasarkan hadits-hadits:

Artinya: “Diriwayatkan dari Ali, ia berkata: berkata Nabi saw: Jangan kamu berdusta
(dengan mengatakan sesuatu) atas namaku, karena sesungguhnya barangsiapa berdusta atas
namaku tentu akan masuk neraka.” [Muttafaq „alaih].
Artinya: “Diriwayatkan dari al-Muqhirah, ia berkata: Aku mendengar Nabi saw
bersabda: Sesungguhnya berdusta atas namaku tidak sama dengan berdusta atas nama
seseorang. Barangsiapa yang berdusta atas namaku dengan sengaja, hendaknya menyediakan
tempat duduknya dalam neraka.” [Muttafaq „alaih].
Dari keterangan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kelompok Jama„ah Tabligh dan
Islam Jama„ah tersebut dikatakan sesat apabila mereka melakukan bid„ah. Untuk hal ini
diperlukan penelitian terhadap pendapat dan cara-cara ibadah yang mereka lakukan, apakah
masih sesuai dengan perintah Allah dan Rasul-Nya atau telah menyimpang. Jika telah
menyimpang barulah mereka dikatakan sesat.
2.

Tentang memanjangkan jenggot (tidak mencukurnya) dan memendekkan kumis, ada dasarnya,
yaitu hadits:
Artinya: “Diriwayatkan dari Ibnu Umar, dari Nabi saw beliau bersabda: bedakanlah
dirimi dengan orang-orang musyrik dan (untuk itu) panjangkanlah jenggotmu dan pendekkanlah

kumismu.” [HR. al-Bukhari].
Dari hadits di atas dapat difahami bahwa yang diperintahkan Rasulullah saw itu ialah
agar kaum muslimin mempunyai kepribadian, jangan sekali-kali meniru-niru orang musyrik,
orang Yahudi, orang Nashara, dan sebagainya dengan berbagai cara, di antaranya ialah
memanjangkan jenggot dan memendekkan kumis. Perintah Nabi saw di atas senada dengan
hadits:
Artinya: “Diriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwasanya Nabi saw bersabda:
Sesungguhnya orang-orang Yahudi dan Nashara tidak mencat rambutnya, maka bedakanlah
dengan mereka (dengan mencat rambutmu).” [HR. al-Bukhari].
Hadits di atas menyebutkan cara lain untuk membedakan diri dengan orang-orang Yahudi
dan Nashara. Mereka tidak mencat rambut mereka dengan membiarkan uban di kepala mereka
dan salah satu cara untuk membedakan kamu dengan mereka ialah dengan cara mencat atau
menyemir rambutmu.
Menurut Yusuf al-Qardlawi dalam bukunya “al-Halal wal-Haram”, bahwa perintah
untuk membedakan diri dengan orang Yahudi dan Nashrani bukanlah perintah wajib, hukumnya
hanyalah sunat. Tujuannya ialah untuk mendidik dan membina kepribadian kaum muslimin
dengan berbagai cara yang dibolehkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Hal ini bukan berarti kita
harus menjauhi mereka. Kadang-kadang dalam beberapa hal kita perlu meniru mereka seperti
kedisiplinan dan kesungguhan mereka dalam bekerja dan sebagainya.
Dari keterangan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa memanjangkan jenggot dan

mencukur kumis, bukanlah suatu keharusan dalam agama. Seseorang boleh saja melakukannya
seandainya hal itu merupakan salah satu cara untuk menyatakan identitasnya. Kelompok Jama„ah
Tabligh dan Islam Jama„ah itu belum dapat dikategorikan golongan yang sesat, kecuali jika ada

hal-hal lain yang mereka lakukan yang berlawanan dengan rukun Islam dan rukun Iman, yang
tidak terdapat dalam al-Qur‟an dan as-Sunnah. *km)
Tim Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid
Pimpinan Pusat Muhammadiyah
E-mail: tarjih_ppmuh@yahoo.com dan ppmuh_tarjih@yahoo.com
http://tarjihmuhammadiyah.blogspot.com