Motif dan strategi manipulasi penutur serta respons petutur dalam skrip film Shelock Holmes : (sebuah kajan pragmatik)

RIWAYAT HIDUP

A. Identitas Diri
1. Nama

: Rachman Galih Anugrah

2. Tempat, Tanggal lahir

: Subang, 6 April 1988

3. NIM

: 63705017

4. Jurusan

: Sastra Inggris

5. Jenis Kelamin


: Laki-laki

6. Kewarganegaraan

: Indonesia

7. Agama

: Islam

8. Telepon

:-

9. Alamat

: Blok tugu barat Rt16/05 Kalijati Subang

10. E-mail


: jack88stalker@gmail.com

11. Berat Badan

: 53 kg

12. Tinggi Badan

: 176 cm

13. Status

: Lajang

14. Orang tua
a. Ayah

: H. Husen

Pekerjaan


: Wiraswasta

Alamat

: Blok tugu barat Rt16/05 Kalijati Subang

b. Ibu

: Oyoh

Pekerjaan

: PNS

Alamat

: Blok tugu barat Rt16/05 Kalijati Subang
109


B. Latar Belakang Pendidikan
No

Year

Institusi

1

1992-1993

TK Melati

2

1993-1999

SDN Angkasa I

3


1999-2002

SLTPN I Kalijati

4

2002-2005

SMAN 2 Subang

5

2005-sekarang

UNIKOM

C. Pengalaman Organisasi
No


Year

Institusi

1

1999-2001

OSIS SLTPN I Kalijati

2

2003

IRMA SMAN 2 Subang

3

2006


HIMA Sastra Inggris

4

2007-2009

Senat Mahasiswa UNIKOM

110

MOTIF DAN STRATEGI MANIPULASI PENUTUR SERTA RESPONS
PETUTUR DALAM SKRIP FILM SHERLOCK HOLMES
(Sebuah kajian pragmatik)

SKRIPSI
Diajukan untuk menempuh Ujian Sarjana
Pada Program studi Sastra Inggris Fakultas Sastra
Universitas Komputer Indonesia

RACHMAN GALIH ANUGRAH

63705017

PROGRAM STUDI SASTRA INGGRIS
FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
2013

KATA PENGANTAR

Penelitian berjudul “Motif dan Strategi Manipulasi Penutur serta
Respons Petutur dalam Skrip Film Sherlock Holmes” dilakukan demi
memenuhi persyaratan Sarjana Sastra Universitas Komputer Indonesia. Penulis
berharap penelitian ini dapat sangat berguna dalam membantu calon peneliti
dalam hal analisis kajian pragmatik. Penulis sangat berterimakasih kepada orangorang dibawah ini karena telah banyak membantu dalam penyelesaian penelitian
ini.
1. Prof. Dr. H. Moh. Tadjuddin, M.A., selaku dekan Fakultas Sastra.
2. Dr. Juanda selaku dosen wali dan Ketua Prodi Sastra Inggris. Terima kasih
Bapak luar biasa,
3. Retno Purwani, S.S., M.Hum, sebagai pembimbing I terima kasih atas

segala bentuk nasihat dan dukungannya. You are the best,
4. Tatan Tawami, S.S., M.Hum, sebagai pembimbing II terima kasih atas
segala bantuannya, saya belajar banyak hal dari bapak. Thanks a lot,
5. Segenap staf dan dosen Sastra Inggris. Terima kasih banyak.

Bandung, 20 Februari 2013

Rachman Galih Anugrah

ix

DAFTAR ISI

ABSTRAK

vii

ABSTRACT

viii


KATA PENGANTAR

ix

DAFTAR ISI

x

DAFTAR GAMBAR

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

xiv

BAB I PENDAHULUAN

1


1.1 Latar Belakang Penelitian

1

1.2 Rumusan Masalah

2

1.3 Tujuan Penelitian

3

1.4 Manfaat Penelitian

3

1.5 Kerangka Teori

3

BAB II KAJIAN TEORI

6

2.1 Pengantar

6

2.2 Pragmatik

7

2.2.1 Tindak Tutur

8

2.2.2 Partisipan

11

x

2.2.3 Konteks dan Speech Events

11

2.3 Manipulasi dan Strategi Manipulasi

13

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

19

3.1 Objek Penelitian

19

3.2 Metode Penelitian

19

3.3 Pengumpulan Data

20

3.3.1 Teknik Pengumpulan Data

20

3.3.2 Teknik Analisis Data

21

BAB IV PEMBAHASAN

25

4.1 Denial

26

4.2 Selective Inattention

29

4.3 Rationalization

34

4.4 Diversion

39

4.5 Lying

42

4.6 Covert Intimidation

48

4.7 Guilt Tripping

53

4.8 Shaming

56

4.9 Playing the Victim Role

60

4.10 Playing servant role

67

xi

4.11 Seduction

73

4.12 Blaming others

77

4.13 Minimization

81

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

85

5.1 Simpulan

85

5.2 Saran

86

DAFTAR PUSTAKA

87

SYNOPSIS

89

LAMPIRAN

90

RIWAYAT HIDUP

111

xii

DAFTAR PUSTAKA

Agni, Kikik. 2005. The Motives and tactics of manipulation done by the luthors in
the Episode of "Prodigal" of smallville, as seen from the locution,
illocution, and perlocution. Surabaya: Skripsi Fakultas Sastra Petra.
Creswell, J.W. 2009. Research Design Qualitative, Quantitative, and Mixed
Methods Approaches Third Edition. SAGE Publication, Inc. United States
of America.
Fairclough, N. 1996. Language and Power. Longman Group UK limited.
Leech, G. 1983. Principles of Pragmatics. Longman Group UK Limited.
Levinson, S. C. Pragmatics. 1983. Cambridge University Press.
Mey, J. L. 2009. Concise Encyclopedia of Pragmatics 2nd Edtion. Elsevier Ltd.,
The Boulevard, Langford Lane, Kidlington, Oxford, OX5 1GB, UK.
Mey, J. L. 2001. Pragmatics An Introduction. Blackwell Publishing.
Schiffrin, D. 1994. Approaches to Discourse. Cambridge, MA: Blackwell
Publishers.
Simon, G.K. 2000. In Sheep Clothing. Christopher, A.J & Co. Little Rock, AR
72205, United States of America.
Thomas, J. 1995. Meaning in Interaction. Longman Group Limited, Longman
House, Burnt Mill, Harlow, Essex CM20 2JE, England.

87

Yule, G. 1996. Pragmatics. Oxford University Press.
http://www.imsdb.com/scripts/Sherlock-Holmes.html. 1 Oktober 2012/18:00

88

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian
Bahasa adalah satu hal vital dalam kehidupan sosial manusia dan
merupakan alat yang digunakan untuk berpertuturan satu dengan yang lainnya.
Namun bahasa tidak mempunyai fungsi sedangkal itu. Bahasa dapat menjadi satu
hal yang membingungkan sekaligus menarik untuk digali dalam kondisi tertentu.
Salah satu contohnya adalah bahasa dapat digunakan sebagai alat untuk
mengarahkan atau mengendalikan seseorang dengan cara mempengaruhi pikiran;
hal itu disebut manipulasi.
Manipulasi adalah sebuah bentuk penggunaan performa bahasa. Hal
tersebut merupakan sebuah tindakan yang membuat seseorang mengikuti
keinginan si penutur. Selain itu, menurut Fairclough (1996: 8), penggunaan
bahasa melalui starategi tertentu dengan tujuan untuk mempengaruhi seseorang
dapat dianggap sebagai manipulasi. Manipulasi yang dilakukan penutur cenderung
merupakan sebuah ujaran. Dan, ujaran tersebut mempunyai maksud terselubung
(illocutionary force). Selanjutnya, Dalam kajian linguistik pengunaan manipulasi
linguistic biasanya berupa ujaran tidak langsung. Ujaran tersebut memberikan
efek perlokusi kepada si petutur dalam proses pertuturan. Sebagai contoh, dalam
dunia kerja manipulasi dapat digunakan agar proses wawancara dapat berjalan
dengan lancar. Manipulasi dapat digunakan sebagai senjata untuk membuat si
pewawancara percaya bahwa ia adalah orang yang tepat untuk lowongan
pekerjaan tersebut.

1

Mengetahui bahwa sebuah ujaran dapat menjadi sebuah manipulasi,
penulis tertarik untuk terjun lebih dalam untuk mengungkap misteri dibalik
sebuah manipulasi. Hal tersebut penulis gali dengan menggunakan pendekatan
speech acts dengan pragmatik sebagai payung besar dalam penelitian ini.
Mengapa pragmatik? hal itu dikarenakan pragmatik merupakan ilmu yang
menggali tentang apa yang dikatakan si pembicara dan apa yang didengar oleh si
pendengar (Yule, 1996:3). Selain itu, menurut Makyun Subuki (2006:1)
Pragmatik merupakan satu-satunya tataran yang turut memperhitungkan manusia
sebagai pengguna bahasa.
Adapun penelitian serupa telah dilakukan oleh Kikik Agni (Petra: 2005)
dengan judul “The Motives and tactics of manipulation done by the luthors in the
Episode of "Prodigal" of smallville, as seen from the locution, illocution, and
perlocution” yang mengulas motif dan taktik melalui pendekatan Discourse
Analysis. Sedangkan, penulis memilih menggunakan pendekatan pragmatik
dengan menitik beratkan kepada 3 hal; strategi, motif dan respons dari manipulasi.
Penulis memilih sebuah skrip film untuk dijadikan sumber data penelitian. Film
tersebut yaitu Sherlock Holmes (2009). Oleh karena itu, penulis memberi judul
penelitian ini “Motif dan Strategi Manipulasi Penutur serta Respons Petutur
dalam Skrip Film Sherlock Holmes”.

1.2 Rumusan masalah
Terdapat 3 rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu:
1. Strategi apa yang digunakan penutur dalam memanipulasi petutur pada
skrip film Sherlock Holmes?

2

2. Motif apa yang melatarbelakangi strategi tersebut?
3. Respons apa yang diberikan petutur terhadap manipulasi yang terjadi?

1.3 Tujuan Penelitian
Terdapat 3 tujuan dalam penelitian ini, yaitu:
1. Mengidentifikasi strategi yang dipakai penutur dalam memanipulasi
petutur dalam skrip film Sherlock Holmes.
2. Mengidentifikasi motif yang melatarbelakangi strategi tersebut.
3. Mengidentifikasi respons dari manipulasi yang terjadi.

1.4 Manfaat Penelitian
Penulis melakukan penelitian ini dengan pendekatan pragmatik untuk
mengindentifikasi strategi, motif dan respons dari manipulasi linguistik yang
terjadi. Oleh karena itu, penelitian ini diharapkan memiliki kontribusi dalam
perkembangan kajian analisis pragmatik perlokusi. Selain itu, penulis berharap
bahwa penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan pembaca dalam hal analisis
pragmatik. Untuk kemudian dapat diterapkan dalam penelitian pragmatik
selanjutnya.

1.5 Kerangka Teori
Dalam kajian linguistik, manipulasi merupakan sebuah ujaran. Oleh
karena itu, ketika seseorang membicarakan ujaran dengan kata lain ia sedang
membicarakan pragmatik. Menurut Levinson (1983: 283), dalam sebuah ujaran
terkandung 3 aspek penting yang mempengaruhi sebuah ujaran. Ketiga hal

3

tersebut yaitu lokusi, ilokusi dan perlokusi. Dalam kaitannya dengan manipulasi,
ketiga hal tersebut tidak dapat terpisahkan. Sebagai contoh ketika seseorang
berujar “it’s so hot here”. Ujaran tersebut tidak semata-mata bermakna bahwa ia
sedang kepanasan namun dapat pula memberikan indikasi motif bahwa ia
meminta tolong agar ia diberi udara segar dengan menyalakan kipas angin atau air
conditioner; dengan kata lain ia sedang mencoba memanipulasi agar seseorang
menyalakan kipas angin atu AC. Selain itu, manipulasi sebaiknya tidak dilakukan
begitu saja. Manipulasi akan jauh lebih efektif jika dilakukan dengan
menggunakan strategi tertentu dengan tujuan agar manipulasi tersebut berjalan
dengan lancar. Menurut George K. Simon (2000: 80-92), terdapat 13 strategi yang
digunakan oleh seseorang. Strategi tersebut adalah denial, selective inattention,
rationalization, diversion, lying, covert intimidation, guilt tripping, shaming,
playing the victim role, playing the servant roles, seduction, blaming others,
minimization.
Dengan tujuan agar penelitian ini dapat lebih dimengerti, dibawah ini
adalah kerangka pemikiran dalam penelitian ini:

4

Linguistik

Pragmatik

Tindak Tutur

Lokusi

Ilokusi

Perlokusi

Motif

Respons

Manipulasi

Strategi

Skema manipulasi linguistik

5

BAB II
KAJIAN TEORI

Bab ini mengulas kerangka pemikiran yang digunakan dalam penelitian
motif dan strategi manipulasi penutur serta respons petutur terhadap manipulasi
yang disampaikan.

2.1 Pengantar
Setiap orang memiliki caranya sendiri dalam mengungkapkan maksudnya.
Biasanya, orang akan menggunakan sebuah pertuturan dalam menyampaikan
suatu maksud. Hal tersebut dimaksudkan untuk mengkomunikasikan ide penutur
kepada petutur. Namun, ide tersebut terkadang tidak dapat ditangkap oleh petutur.
Oleh karena itu, beberapa orang mungkin akan memanfaatkan kekurangan
tersebut untuk mencoba meraih suatu tujuan tertentu. Hal tersebut dapat disebut
sebuah pemanipulasian.
Manipulasi merupakan sebuah strategi linguistik yang berupa linguistik
performance. Sehubungan dengan penelitian ini, manipulasi merupakan sebuah
hal yang dapat digali dan diinterpretasikan maknanya. Manipulasi dapat dikaji
melalui pendekatan pragmatik karena pragmatik merupakan ilmu yang kerap
mengkaji pertuturan. Adapun teori yang digunakan untuk menggali hal tersebut
adalah teori speech acts dari George Yule (1996). Penulis menggunakan teori
speech acts untuk membantu menganalisis data melalui lokusi, ilokusi dan
perlokusi sebuah ujaran manipulatif. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan

6

lokusi untuk menemukan strategi manipulasi, ilokusi untuk mengidentifikasi
motif manipulasi dan perlokusi untuk memperlihatkan respons manipulasi. Selain
itu, Levinson (1983), memberi penulis kontribusi positif dalam teori pragmatik
lainnya. Levinson memberi sebuah pemahaman dalam teori konteks dan speech
events. Kedua teori tersebut sangat membantu penulis dalam menganalisis setiap
data pada penelitian ini.
Selanjutnya, sebagai teori pendukung, penulis menggunakan teori strategi
manipulasi George K. Simon (2000) untuk mengklasifikasikan data dalam
penelitian ini.
Dalam paragraf-paragraf selanjutnya, penulis akan mencoba menjabarkan
bagaimana teori-teori di atas mempunyai relevansi dan peranan penting dalam
penelitian ini.

2.2 Pragmatik
Seperti yang telah disebutkan di atas, penelitian ini adalah penelitian
dengan menggunakan pendekatan pragmatik sebagai payung besarnya. Hal
tersebut disebabkan oleh pragmatik yang notabene merupakan cabang ilmu dari
linguistik yang dapat membahas niat dan maksud dari ujaran seseorang. Merujuk
pada Yule (1996: 3), pragmatik merupakan ilmu yang mengkaji makna si
pembicara, makna menurut konteks, makna yang dikomunikasikan oleh si
pembicara dan bentuk ekspresi menurut jarak sosial yang membatasi partisipan
dalam satu percakapan. Dengan kata lain, pragmatik adalah ilmu yang mengkaji
apa yang dibicarakan oleh si pembicara dan apa yang didengar oleh si pendengar

7

yang mempunyai beberapa batasan. Batasan tersebut adalah pengalaman
partisipan (pembicara dan pendengar) juga pengetahuan sosial partisipan.
Selanjutnya, pendekatan pragmatik sangat dibutuhkan dalam penelitian ini
karena mencakup interpretasi bagaimana maksud seseorang dalam suatu konteks
dan bagaimana konteks tersebut mempengaruhi apa yang dikatakan dan apa yang
akan dikatakan. Pendekatan ini juga menggali bagaimana si pendengar
menyimpulkan apa yang didengarnya dari si pendengar katakan. Menurut
Schiffrin (1994: 190), pragmatik mencakup 3 konsep yaitu makna, konteks dan
pertuturan.
Sedangkan, menurut Thomas (1995: 2), pragmatik mempunyai dua
kecenderungan. Pertama, pragmatik menghubungkan sudut pandang sosial dengan
makna pembicara. Kedua, pragmatik menghubungkan sudut pandang kognitif
dengan interpretasi ujaran. Thomas (1995: 22) menambahkan bahwa pragmatik
merupakan ilmu yang mengkaji makna dari sebuah interaksi. Sehubungan dengan
hal tersebut, ia menyimpulkan bahwa pembuatan sebuah makna merupakan
sebuah proses dinamis yang melibatkan negosiasi antara si penutur dan si petutur,
konteks dalam sebuah ujaran dan makna dari sebuah ujaran. Simpulannya,
pragmatik merupakan bagaimana bahasa digunakan dalam sebuah pertuturan
(Leech: 1983).

2.2.1 Tindak Tutur
Sebagaimana telah disebutkan di atas, dalam pertuturan seseorang tidak
dapat lepas dari sebuah ujaran. Hal tersebut merupakan sebuah alat dalam sebuah

8

pertuturan dimana ujaran tersebut menyimpan makna dan maksud dari si
pembicara. Dalam kajian linguistik, ujaran disebut tindak tutur. Hal tersebut tidak
dapat dipisahkan dalam kajian pragmatik.
Fairclough (1996: 155) menyatakan,“speech acts are central aspect of
pragmatics, which is concerned with the meanings....” Adapun definisi tindak
tutur menurut Yule (1996: 47) adalah tindakan yang dilakukan melalui ucapan, di
antaranya permintaan maaf, keluhan, undangan, perintah, janji ataupun
permintaan. Dengan demikian, Fairclough memfokuskan makna dari pertuturan
sedangkan Yule memandang fungsi dari pertuturan. Sebagai contoh,

X
Y

: I’m so sorry
: Go to hell!!

Tuturan X, merupakan sebuah tuturan yang mengekspresikan bahwa X
menyesal atas apa yang terjadi; X minta maaf terhadap Y. X menggunakan tuturan
tersebut sebagai ungkapan permintaan maafnya untuk apa yang telah
dilakukannya kepada Y. Sementara itu, pertuturan Y, mengindikasikan bahwa Y
tidak memaafkan atas apa yang dilakukan X terhadapnya; Y tidak perduli dengan
permintaan maaf yang disampaikan. Y menggunakan tuturan tersebut sebagai
bentuk keluhannya terhadap X.
Selanjutnya, Yule (1996: 48) menyatakan bahwa dalam sebuah tindak
tutur terkandung 3 aspek penting yang membangun sebuah ujaran. Ketiga hal
tersebut yaitu lokusi, ilokusi dan perlokusi. Yule (1996: 48) menyatakan bahwa
lokusi merupakan sebuah dasar ujaran. lokusi membuat atau menciptakan sebuah

9

ekspresi lingusitik. Selanjutnya, dalam sebuah ekspresi linguistik, seseorang
biasanya membawa maksud atau niat tersendiri yang dalam penelitian ini dinamai
motif; hal tersebut dinamakan ilokusi. Dengan kata lain, ilokusi merupakan
sebuah maksud tersembunyi yang dibawa oleh penutur. Namun, maksud penutur
tersebut tidak selamanya diketahui oleh lawan bicaranya. Petutur akan
menciptakan sebuah respons dari ujaran penutur bergantung dari keadaan yang
sedang terjadi (speech events) dan pemaknaan yang dia peroleh; respons tersebut
dinamakan perlokusi. Respons tersebut dapat dikategorikan menjadi 2 kategori;
verbal perlokusi dan non verbal perlokusi.
Untuk lebih memperjelas, Verbal perlokusi adalah sebuah respons yang
berupa ujaran. Sedangkan, non verbal perlokusi merupakan respons yang berupa
tindakan. Sebagai contoh, seseorang kepanasan ketika berada dalam sebuah
ruangan. Ia berujar “it’s hot in here” (lokusi), ujaran tersebut mempunyai makna
“I want some fresh air and I want you to help me out of this” (ilokusi), dan
sebagai perlokusi-nya seseorang mungkin akan membukakan jendela untuknya
(non verbal perlokusi) atau mungkin dapat berupa ujaran seperti “just go outside
then” (verbal perlokusi).
Simpulannya, tindak tutur melibatkan pertuturan yang terdiri dari lokusi,
ilokusi, dan perlokusi. Pertuturan ini dilakukan oleh partisipan sebuah tuturan.

10

2.2.2 Partisipan
Dalam mengkomunikasikan sebuah tuturan, partisipan merupakan salah
satu aspek penting untuk mendukung terjadinya sebuah interaksi. Partisipan di
dalam tindak tutur adalah penutur dan petutur.
Menurut Hymes dalam Mey (2009: 95), “participants are who is involved,
as either speaker/listener, audience.”

Sementara itu, Leech (1983: 13)

mendefinisikan penutur sebagai seseorang yang mengirimkan sebuah makna dan
petutur sebagai seseorang yang menerima pesan dari penutur. Tanpa ada keduanya,
interaksi pertuturan tidak akan pernah terjadi. Oleh karena itu, Mey (2001: 119)
menambahkan bahwa penutur dan petutur merupakan aktor penting dalam sebuah
kejadian tindak tutur. Sebagai contoh:

X: Does your dog bite?
Y: No. (X reaches down to pet the dog. The dog bites X’s hand.)
X: Ouch! Hey! You said your dog doesn’t bite.
Y: He doesn’t. But that’s not my dog. (Yule: 36)
Pertuturan di atas menunjukan 2 partisipan yaitu X dan Y. X berperan
sebagai penutur dan Y berperan sebagai petutur. Tanpa kedua partisipan tersebut,
pertuturan di atas tidak akan pernah dapat berjalan.

2.2.3 Konteks dan Speech Events
Seperti yang telah disebutkan di atas, konteks tidak dapat lepas dari ujaran
partisipan di dalam sebuah pertuturan. Menurut Thomas (1996: 156) dalam
melakukan pengkajian pragmatik, konteks sangatlah diperlukan. Yule (1996: 42)
menambahkan bahwa seringkali pertuturan yang terjadi berada di dalam konteks

11

yang spesifik. Selain itu, Thomas (1996: 5) menyatakan bahwa ketika seseorang
tengah berada dalam sebuah pertuturan, secara instingtif mereka mencari sebuah
konteks.
Selanjutnya, menurut Mey (2001: 39), konteks dapat didefinisikan sebagai
konsep yang dinamis. Dalam hal ini, konteks adalah sesuatu yang dimengerti dan
mengubah keadaan secara berkelanjutan juga menentukan apa yang seseorang
dapat katakan dan tidak dapat dikatakan. Menurut Yule (1996: 21), konteks sangat
membantu memahami dalam bagaimana ekspresi atau makna yang terjadi.
Levinson (1983: 5) menambahkan bahwa “context is understood to cover the
identities of participants, the temporal and spatial boundaries of the speech event,
and the beliefs, knowledge and intentions of the participants in that speech
event.”
Selain konteks, seperti yang telah disebutkan di atas terdapat satu aspek
yang harus diperhatikan yakni speech events. Speech events merupakan sebuah
kondisi di dalam proses pertuturan dimana partisipan berinteraksi melalui bahasa
untuk mendapatkan tujuan tertentu (Yule: 57). Selanjutnya, teori ini sangat
membantu dalam menganalisis bagaimana suatu ujaran tidak berfungsi hanya
untuk diujarkan namun juga dapat dikomunikasikan; dalam hal ini manipulasi
linguistik. Sebagai contoh:
a. The heart-attack musn’t be moved.
b. Your ten-thirty just cancelled.
c. A couple of rooms have complained about the heat.

12

Dapat diketahui bahwa konteks dan speech events untuk tuturan a di atas
yaitu rumah sakit sedangkan tuturan b klinik dokter gigi dan tuturan c resepsionis
hotel.

2.3 Manipulasi dan Strategi Manipulasi
Manipulasi adalah sebuah bentuk penggunaan performa bahasa. Hal
tersebut merupakan sebuah tindakan yang membuat seseorang mengikuti
keinginan si penutur. Selain itu, menurut Fairclough (1996: 8), penggunaan
bahasa melalui strategi tertentu dengan tujuan untuk mempengaruhi seseorang
dapat dianggap sebagai manipulasi. Manipulasi yang dilakukan penutur cenderung
merupakan sebuah ujaran/pertuturan (lokusi). Ujaran tersebut mempunyai maksud
terselubung (ilokusi force/motif) yang kemudian ditanggapi petutur baik berupa
verbal perlokusi maupun non-verbal perlokusi.
Dalam upaya memanipulasi, penutur mempengaruhi pikiran petutur.
Penutur berupaya agar petutur merespons seperti apa yang dikehendakinya. Oleh
karena itu, penutur menggunakan strategi manipulasi guna mencapai maksudnya.
Berbicara mengenai strategi manipulasi, George K. Simon dalam In Sheep
Clothing (2000) menyebutkan bahwa ada 13 strategi yang lazim digunakan
penutur dalam mempengaruhi pikiran petutur atau lawan bicaranya. Strategi
tersebut adalah:

13

1. Denial
“refuse to admit that they’ve done something harmful or hurtful
when they clearly have (Simon: 80)”
Strategi ini adalah menolak, menyangkal dan tidak mengakui
bahwa apa yang dilakukannya tidak merugikan orang lain meskipun
sudah jelas bahwa tindakannya atau prilakunya merugikan orang lain.

2. Selective inattention
“.. is when the aggressor plays dumb or act obvilious. When
engaging in this tactic, aggressor ignores the warning, pleas, or
wishes of others and in general refuse to pay attention (Simon:
82)”

Strategi ini adalah strategi dengan berpura-pura bodoh. Selain itu,
pemanipulasi tidak memperhatikan apapun yang dikatakan oleh lawan
bicara.

3. Rationalization
“.. is the excuse an aggressor tries to offer for enganging in an
inappropriate or harmful behavior (Simon: 83).

14

Jenis strategi manipulasi ini merupakan strategi dengan membuat
penjelasan secara logika dan masuk akal dalam melakukan hal yang tidak
pantas dilakukan.

4. Diversion
“.. they are expert at knowing how to change the subject, dodge
the issue or in some way throw us a curve. They use distraction
and diversion technique (Simon: 84)”

Diversion merupakan strategi manipulasi dengan mencoba
mengganti topik pembicaraan untuk mengecoh pikiran lawan bicara.

5. Lying
“ .. when person is lying (Simon: 85)”

Strategi manipulasi Lying adalah strategi dengan menggunakan
sebuah kebohongan untuk memanipulasi lawan bicaranya.

6. Covert intimidation
“.. threaten their victim to keep them anxious (Simon: 86)”

15

Strategi

Covert

Intimidation

merupakan

strategi

dengan

menggunakan kata-kata yang memperlihatkan ancaman secara tidak
langsung.

7. Guilt tripping
“manipulators are often skilled at using what they know to be
the greater conscientiousness of their victims as a means of
keeping them in a self-doubting, anxious and submissive
position (Simon: 87)”

Strategi Guilt Tripping merupakan strategi manipulasi dengan
membuat seseorang menjadi ragu dan bimbang.

8. Shaming
“.. using subtle sarcasm and put-downs as a means of
increasing fear and self-doubt in other (Simon: 88)”

Strategi ini adalah strategi yang menggunakan kata-kata sarkasme
untuk memanipulasi lawan bicaranya.

9. Playing the victim role
“.. involves portraying oneself as an innocent victim of
circumstance or someone else’s behavior in order to gain

16

sympathy, evoke compassion and thereby get something from
another (Simon: 89)”

Strategi Playing the victim role merupakan strategi dengan
berpura-pura menjadi korban untuk memanipulasi lawannya agar
bersimpati kepadanya.

10. Playing the servant roles
“.. to cloak their self-serving agendas in the guise of service to a
more noble cause. By pretending to be working hard on
someone else’s behalf, covert-aggressive conceal their own
ambition (Simon: 90)”

Strategi Playing servant role merupakan strategi dengan berpurapura bekerja keras untuk kepentingan orang lain.

11. Seduction
“.. are adept at charming, praising, flattering or overtly
supporting other in order to get them to lower their defenses and
surrender their trust and loyalty (Simon: 91)”

Seduction merupakan strategi manipulasi dengan menggunakan
sikap yang baik baik berupa rayuan ataupun pujian.

17

12. Blaming others
“.. looking for a way to shift the blame for their aggressive
behavior lakukan (Simon: 91)”

Strategi Blaming others merupakan strategi manipulasi dengan
cara mancari kambing hitam atas segala yang telah seseorang.

13. Minimization
“… is unique kind of denial coupled with rationalization. when
using this maneuver, the aggressor attempting to assert their
abusive behavior is not really as harmful or irresponsible as
someone else may be claiming (Simon: 92)”

Minimization merupakan sebuah strategi manipulasi dengan cara
membela diri bahwa semua tindakan yang dilakukan sama sekali tidak
berbahaya.

18

BAB III
OBJEK DAN METODE PENELITIAN

Bab ini memaparkan tentang objek penelitian dan metode apa yang
digunakan dalam penelitian.

3.1 Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah perlokusi yang menitikberatkan kepada
strategi, motif dan respons manipulasi yang dilakukan oleh partisipan dalam skrip
film Sherlock Holmes (2009).
Skrip tersebut dipilih sebagai sumber data dikarenakan penulis
menemukan banyak data mengenai percakapan dan komunikasi yang bersifat
manipulatif. Dalam percakapan tersebut ditemukan banyak ujaran-ujaran yang
mempunyai daya manipulasi terhadap lawan bicara.

3.2 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
kualitatif deskripsi analisis. Menurut Creswell (2009: 173), “qualitative
procedures rely on text.” Teks merupakan hal yang sangat penting dalam metode
ini karena teks dalam dokumen merupakan sumber data (Creswell: 175). Selain
itu, metode kualitatif menggunakan pendekatan induktif dalam menganalisis data.
Dalam metode ini peneliti membangun pola, kategori dan tema (Creswell: 175).
Selanjutnya, penelitian kualitatif menggunakan sudut pandang studi masing-

19

masing yang meliputi budaya, etnografis, sejarah dan pengalaman dalam konteks
tertentu (Creswell: 175). Selanjutnya, analisis penelitian kualitatif bergantung
pada pemahaman akan apa yang dilihat, didengar dan dimengerti oleh peneliti
(Creswell: 176).
Data-data dianilisis bedasarkan ujaran yang menitikberatkan kepada
perlokusi. Setelah itu, data-data tersebut dianalisis berdasarkan klasifikasi strategi
manipulasi yang telah penulis jabarkan pada bab II. Metode ini digunakan penulis
untuk menganalisis strategi manipulasi apa saja yang digunakan, apakah motif
dibalik manipulasi dan respons seperti apakah yang tercipta akibat manipulasi
tersebut.

3.3 Pengumpulan Data
3.3.1 Teknik Pengumpulan Data
Penulis melakukan studi pustaka dalam proses pengumpulan data. Dalam
pelaksanaannya, penulis menggunakan beberapa langkah sebagai berikut:

1. Mengunduh skrip film Sherlock Holmes dari www.IMSDb.com pada
tanggal 1 Oktober 2012 pukul 18.00 WIB.
2. Penulis mengobservasi berapa banyak kasus manipulasi yang terdapat
dalam skrip film Sherlock Holmes (2009). Indikasi kasus manipulasi
dapat terlihat dalam ujaran yang bersifat tuturan tidak langsung.
3. Penulis kemudian mengklasifikasikannya berdasarkan 13 strategi
manipulasi menurut George K. Simon (2000).

20

4. Penulis menganalisis data mana sajakah yang representatif dalam
penelitian

ini.

Strategi

manipulasi

penutur

digunakan

untuk

menentukan data yang representatif dalam proses analisis.
5. Setelah menemukan data yang mewakili penelitian ini, penulis
menggunakan

konteks

dan

speech

event

dalam

membantu

menganalisis data.

3.3.2 Teknik Analisis Data
Pada sub-bab ini, penulis mendeskripsikan teknik analisis data yang
digunakan penulis yaitu teknik deskriptif. Penulis melakukan studi pustaka dalam
proses penganalisisan data. Dalam pelaksanaannya, penulis menggunakan
beberapa langkah sebagai berikut:

1. Pertama-tama, penulis menganalisis strategi apakah yang digunakan
petutur dalam upayanya memanipulasi lawan bicaranya.
2. Setelah mengidentifikasi strategi, penulis menganalisis motif dibalik
upaya

manipulasi

penutur

berdasarkan

penggambaran

strategi

manipulasi serta dengan memaparkan konteks atau speech event.
3. Pada akhirnya, penulis menganalisis respons apa yang terlihat dalam
proses upaya manipulasi pada data penelitian ini.

Berikut ini adalah ilustrasi data yang dianalisis berdasarkan teknik
pengumpulan dan analisis data:

21

1.

Selective inattention
Strategi ini adalah strategi dengan berpura-pura tidak tahu atau berpura-

pura tidak mendengar apapun yang dikatakan oleh lawan bicara.
Data:
Konteks :

Setelah insiden perkelahian di sebuah bangunan dan berakhir
dalam penjara, Watson yang kesal dengan tingkah laku Holmes
yang seakan-akan ingin merusak hidupnya. Melihat Watson yang
kesal, Holmes berpikir bahwa Watson saat ini sedang dalam
keadaan sensitif dan cepat marah. Oleh Karena itu, Holmes
menyarankan Watson agar beristirahat sejenak untuk menenangkan
pikirannya di sebuah pedesaan kampung halaman Holmes. Watson
setuju dengan ide tersebut. Namun, Watson tidak menginginkan
Holmes ikut serta.

Partisipan :

Watson dan Holmes

Lokasi :

Penjara London– Pagi hari

Data:

Watson now turns away, completely irritated at Holmes' lack of

(SH: 68)

understanding.
HOLMES: What you need is a rest. You and I could go out to the
countryside. My brother Mycroft has a small estate
near Chichester. It has marvelous grounds and a
beautiful folly. We could throw a lamb on the spit.
Watson shakes his head in disbelief.
WATSON: If I were going to the country, I would be going with
my future wife -HOLMES: Certainly. We should have her along. Let's get
Gladstone out of the house as well.
WATSON: No, Holmes. Not you. Me and her. You're not --

22

HOLMES: Invited? Now you're not making any sense, Watson.
Why would I not be invited to my own brother's
country home?
WATSON: You're not human. You don't get it, do you? You are
this... (touches his own head)... without this.

Analisis
Ujaran “Certainly. We should have her along. Let's get Gladstone out of
the house as well” memperlihatkan daya dan upaya Holmes untuk memanipulasi
Watson dengan menggunakan strategi Selective inattention. Ujaran tersebut
merupakan sebuah respons dari ujaran Watson “If I were going to the country, I
would be going with my future wife”. Upaya manipulasi tersebut berawal dari
terlihatnya Watson yang kesal. Holmes berpikir bahwa Watson sedang dalam
kondisi lelah, oleh karena itu Watson menjadi cepat marah. Selanjutnya, Holmes
menganjurkan Watson agar beristirahat sejenak untuk menenangkan pikiran di
pedesaan kampung halaman Holmes. Anjuran istirahat Holmes tersebut dapat
terlihat dalam ujaran “What you need is a rest. You and I could go out to the
countryside. My brother Mycroft has a small estate near Chichester. It has
marvelous grounds and a beautiful folly. We could throw a lamb on the spit”.
Merasa ia kesal bukan di karenakan hal tersebut, Watson pun menggelengkan
kepalanya karena tidak percaya teman baiknya Holmes begitu tidak peka terhadap
apapun yang ada di sekitarnya. Selain itu, Watson berujar bahwa jika ia memang
akan berlibur, ia tidak akan berlibur bersama Holmes namun ia akan berangkat
bersama kekasihnya Mary seperti yang tergambar dalam ujaran “If I were going
to the country, I would be going with my future wife”. Mendengar ujaran
23

tersebut, Holmes merespons dengan mengeluarkan ujaran manipulasi melalui
strategi selective inattention. Holmes berujar bahwa ia setuju dengan apa yang
telah Watson katakan tentang Watson akan pergi dengan kekasihnya. Selain itu,
Holmes berujar bahwa ia dan Watson seharusnya mengajak Mary dan Glastone
liburan bersama seperti yang tergambar dalam ujaran “Certainly. We should have
her along. Let's get Gladstone out of the house as well.”.
Merujuk pada penggambaran di atas, motif dibalik upaya manipulasi
Holmes tersebut memperlihatkan keinginannya untuk ikut serta bersama Watson
untuk berlibur. Holmes pada saat itu sudah dalam pola pikir ia sudah pasti ikut
serta dalam liburan Watson nanti. Hal tersebut terindikasi dalam kata “We” dalam
ujaran “Certainly. We should have her along. Let's get Gladstone out of the
house as well.”. Holmes seakan-akan sudah diajak oleh Watson untuk ikut serta
dalam liburannya. Hal tersebut tercermin dari respons yang terujar oleh Watson
bahwa ia sama sekali tidak mengajak Holmes yang terlihat dalam ujaran “No,
Holmes. Not you. Me and her. You're not”.
Merujuk pada ujaran Watson tersebut, upaya manipulasi yang dilakukan
oleh Holmes memperlihatkan sebuah respons yang berupa perlokusi verbal. Hal
tersebut dikarenakan setelah terjadinya upaya manipulasi yang dilakukan Holmes,
Watson mengeluarkan sebuah ujaran bukan sebuah tindakan. Watson berujar
bahwa ia tidak mengajak Holmes, hanya Watson dan kekasihnya Mary yang akan
pergi liburan.

24

BAB IV
PEMBAHASAN

Bab ini mengulas tentang strategi, motif dan respons manipulasi yang
dilakukan oleh pelaku-pelaku dalam film Sherlock Holmes. Ujaran yang
dilontarkan penutur, dianalisis berdasarkan strategi yang diterapkan untuk
melancarkan manipulasinya. Selanjutnya, motif penutur diidentifikasi berdasarkan
konteks (speech events) yang ada dan kemudian diidentifikasi respons petutur atas
motif penutur melalui ujaran manipulatifnya tersebut.
Analisis data memperlihatkan bahwa manipulasi dilakukan melalui
strategi-strategi tertentu berdasarkan konteks yang ada. Dari 110 data manipulasi,
1 data manipulasi dilakukan dengan menggunakan strategi denial, 14 data
selective inattention, 32 data rationalization, 9 data diversion, 5 data lying, 13
data covert intimidation, 1 data guilt tripping, 8 data shaming, 4 data Playing
Victim Role, 4 data playing the servant roles, 9 data seduction, 4 data blaming
others, dan 3 data minimization.
Analisis data juga

memperlihatkan bahwa motif penutur dapat

diklasifikasikan ke dalam 2 kelompok besar, yakni motif melancarkan
kepentingan pribadi, dan motif membantu orang lain dengan jalan mengingatkan.
Sementara itu, respons petutur diidentifikasi sebagai respons menerima dan
menolak motif penutur, baik melalui verbal perlokusi ataupun non-verbal
perlokusi ataupun keduanya.

25

Penulis menandai beberapa ujaran dalam data dengan tujuan tertentu.
Tanda –tanda tersebut adalah cetak tebal, garis bawah, cetak tebal dan garis
bawah. Ujaran cetak tebal adalah ujaran manipulatif. Selanjutnya, ujaran bergaris
bawah adalah ujaran yang menjadi penyebab manipulasi. Sedangkan, ujaran
bercetak tebal dan bergaris bawah adalah respons yang tercipta setelah upaya
manipulasi.
Berikut ini adalah analisis data yang mewakili fenomena tersebut di atas.

4.1 Denial
Strategi ini adalah menolak, menyangkal dan tidak mengakui bahwa apa
yang dilakukannya tidak merugikan orang lain meskipun sudah jelas bahwa
tindakannya atau prilakunya merugikan orang lain.
Data 1:
Konteks:

Setelah insiden perkelahian disebuah bangunan dan berakhir dalam
penjara, Watson yang kesal dengan tingkah laku Holmes yang
dalam pandangannya seakan-akan ingin merusak hidupnya; pada
akhirnya mencapai batas kesabarannya. Watson mengeluarkan
sebuah pertanyaan yang mengekspresikan kekesalannya. Selain itu,
Watson berharap Holmes mengerti bahwa tingkah lakunya itu
sangatlah merugikan orang lain. Watson pun bertanya kepada
Holmes sambil membuka buku hariannya. Namun, Holmes yang
merasa tidak bersalah menolak disalahkan; Holmes membela diri.

Partisipan:

Watson dan Holmes

Lokasi:

Penjara London – Pagi hari

26

Watson shakes the notebook in Holmes' face.

Data:
(SH: 66-67)

WATSON: I’ve used the time to review my notes on our exploits of
the last seven months... and I've come to the conclusion
that I must be suffering from to some profound
psychological aberration.
WATSON: (Cont’d) Why else would I continually allow myself to
be led into situations where you're deliberately
withholding your intentions from me?
HOLMES: You've never complained about my methods before.
WATSON: I'm not complaining... I never complain... I never
complain about your violin playing at three in the
morning, your mess, your lack of hygiene, you’re
stealing my clothes, your setting our home on fire!

Analisis
Ujaran “You've never complained about my methods before”
memperlihatkan adanya daya dan upaya manipulasi linguistik Holmes dengan
menggunakan strategi Denial. Ujaran tersebut merupakan respons dari ujaran
Watson “I’ve used the time to review my notes on our exploits of the last seven
months... and I've come to the conclusion that I must be suffering from to some
profound psychological aberration. (Cont’d) Why else would I continually allow
myself to be led into situations where you're deliberately withholding your
intentions from me?”. Ujaran Watson tersebut memperlihatkan kekesalannya atas
tingkah laku Holmes yang merasa tidak bersalah atas apa yang telah menimpa
Watson saat ini. Selain itu, Watson pun memaparkan catatannya tentang semua
tindakan Holmes yang membuat Watson menderita secara psikologi. Holmes yang

27

merasa tidak mau menerima tuduhan Watson begitu saja, merespons ujaran
Watson dengan menggunakan ujaran manipulatif melalui strategi denial seperti
yang terlihat dalam ujaran “You've never complained about my methods before.”
Merujuk pada ujaran tersebut, manipulasi linguistik Holmes itu
memperlihatkan motif membela diri atas segala tingkah lakunya seperti yang
dituduhkan Watson kepadanya; karena Holmes merasa tidak bersalah dan perlu
baginya untuk membela diri. Holmes berdalih bahwa selama ini ia tidak pernah
menerima keluhan apapun dari Watson. Melalui ujaran tersebut, Holmes berupaya
mempengaruhi pikiran Watson dengan mengarahkannya ke sebuah pemahaman
bahwa tindakan Holmes selama ini tidak lah salah karena tidak merugikan Watson.
Di lain pihak, sikap protes Watson memperlihatkan akumulasi kekesalannya
terhadap Holmes; Watson tidak mengira ia dapat masuk penjara akibat ulah
Holmes. Namun, manipulasi yang dilakukan Holmes itu ternyata tidak
membuahkan hasil. Alih-alih Watson berpikir Holmes tidak bersalah, Watson
malah tampak semakin gusar. Pada akhirnya, Watson menyebutkan hal-hal kecil
yang tidak pernah ia permasalahkan seperti yang terlihat dalam ujaran “I'm not
complaining... I never complain... I never complain about your violin playing at
three in the morning, your mess, your lack of hygiene, you’re stealing my
clothes, your setting our home on fire!”
Berdasarkan penjabaran sebelumnya, daya dan upaya ujaran manipulatif
Holmes yang tidak membuahkan hasil memperlihatkan sebuah respons yang
berupa verbal perlokusi. Watson yang berperan sebagai petutur mengeluarkan
efek perlokusi yang berupa ujaran bukan tindakan. Watson berujar mengenai hal-

28

hal kecil yang sebelumnya tidak ia permasalahkan seperti Holmes yang
mengganggu ketenangan seseorang pada malam hari, ketidakteraturannya,
ketidakhigienisannya, dan lain-lain.

4.2 Selective Inattention
Strategi ini adalah strategi dengan berpura-pura tidak tahu atau berpurapura tidak mendengar apapun yang dikatakan oleh lawan bicara.
Data 2:
Konteks:

Holmes kembali membuat masalah. Kali ini, Watson dibuat kesal
oleh ulah Holmes yang mengungkap rahasia status janda Mary
kekasih Watson. Kekesalan Watson tersebut masih terus
diperlihatkan pada saat ia menemani Holmes dalam kereta kuda
menuju ke kantor polisi. Untuk mencairkan suasana, Holmes
berusaha membuka obrolan dan mengajak Watson ke acara opera.
Namun ajakan Holmes tersebut malah berbuah respons sebuah
tinjuan oleh Watson tepat di wajah Holmes.

Partisipan:

Watson dan Holmes

Lokasi:

London, di dalam kereta kuda, petang hari.

Data:

HOLMES: Oh, I have your cut from last night, by the way. You

(SH: 30)

weren't there so I laid your customary bet -(Silence. Holmes takes off his shirt.)
HOLMES: You're right... I'll keep it with your check book, locked
safely away in my drawer.
(Silence. Holmes pulls on the clean shirt.)
HOLMES: The opera house is featuring Don Giovanni and I could
easily procure two tickets if you had some cultural
inclination this evening.

29

(Silence.)
HOLMES: You have the grand gift of silence, Watson. It makes you
quite invaluable as a companion.
(Watson punches him square in the face.)
WATSON: And your grand gift is the uncanny ability to demoralize
people. I was aware she'd been engaged. She told me.
(Holmes rubs his jaw.)
HOLMES: So that's a `no' to the opera inattention then?
(Watson's steaming. Holmes puts on his vest.)

Analisis
Ujaran “So that's a `no' to the opera inattention then?”, memperlihatkan
adanya daya dan upaya manipulasi linguistik Holmes dengan menggunakan
strategi Selective Inattention. Upaya manipulasi tersebut merupakan sebuah
respons dari tinjuan dan ujaran Watson “And your grand gift is the uncanny
ability to demoralize people. I was aware she'd been engaged. She told me.”.
Namun tinjuan dan ujaran Watson tersebut bukan berarti tanpa alasan. Watson
meninju Holmes karena kesal atas tingkah laku Holmes yang membuat Watson
naik darah dan geram di karenakan pertuturan Holmes yang bersifat ironi dengan
mengatakan bahwa Watson begitu tidak berguna sebagai teman karena selalu
diam membisu ketika ia sedang diajak berbincang-bincang. Watson pun
merespons ujaran ironi Holmes dengan ujaran ironi kembali. Watson berujar
bahwa Holmes begitu hebat dalam merendahkan seseorang; dalam hal ini Holmes
merendahkan kekasih Watson, Mary. Watson pun menambahkan bahwa ia telah
mengetahui bahwa kekasihnya Mary telah bertunangan sebelum ia menjalin
30

hubungan dengan Watson. Mendengar ujaran tersebut, Holmes berupaya
memanipulasi Watson dengan menggunakan strategi selective inattention.
Upaya manipulasi yang dilakukan Holmes tersebut memiliki motif tidak
mau menanggapi pertuturan Watson sebelumnya dengan harapan Watson
menyudahi kebisuannya. Holmes tidak mau menanggapi pertuturan Watson
mengenai Holmes yang begitu pandai merendahkan seseorang seperti yang
terlihat dalam ujaran “And your grand gift is the uncanny ability to demoralize
people. I was aware she'd been engaged. She told me.”. Oleh karena itu, Holmes
berpura-pura tidak tahu dan tidak mendengar apa yang dikatakan oleh Watson.
Selain itu, Holmes terlihat memaknai tinju Watson sebagai ketidakinginannya
untuk pergi ke opera dan mengabaikan ujaran Watson.
Selanjutnya, upaya manipulasi Holmes tersebut terlihat tidak membuahkan
hasil. Merujuk pada motif di atas, Watson merespons ujaran manipulatif Holmes
tersebut dengan kemarahan dalam bisu. Watson terlihat tetap dalam kondisi marah
dan kesal terhadap Holmes seperti yang terlihat pada konteks “Watson's steaming.
Holmes puts on his vest.”. Berdasarkan penggambaran tersebut, sebagai petutur
Watson memperlihatkan efek perlokusi berupa non verbal perlokusi. “Steaming”
pada konteks di atas memperlihatkan sebuah tindakan bukan sebuah sebuah ujaran.
Watson mengeluarkan sebuah tindakan yaitu menunjukan wajah marahnya kepada
Holmes.

Data 3:
Konteks:

Watson memasuki ruangan tepat di bawah atap sebuah pub dengan

31

tujuan untuk menemui Holmes untuk menyampaikan sebuah
informasi tentang Lord Blackwood. Di sana ia melihat Holmes
yang sedang asik sendiri bermain biola dengan kondisi mata yang
terlihat kurang tidur. Di sana pula, Watson melihat cairan obat
untuk operasi mata yang tutupnya sudah terbuka, Watson langsung
berpikir bahwa cairan tersebut telah diminum oleh Holmes.
Kemudian, Watson membeberkan dampak buruk jika seseorang
meminum cairan tersebut. Namun, Holmes sama sekali tidak
merespons ujaran Watson.
Partisipan:

Watson dan Holmes

Lokasi:

Di sebuah ruangan bawah atap Pub Punch Bowl – malam hari

Data:

WATSON: You know this is for eye surgery?

(SH: 28-29)

HOLMES: I find that it lifts my spirits.
WATSON: It's a pathological amorbic process, it increases tissue
change and weakness. And you know what a black
reaction comes on you afterwards.

No answer. More scales. Watson approaches sees Holmes has
bloodshot eyes from lack of sleep. The beer stein is full of FLIES
all buzzing about.

HOLMES: Look at this. If you play a chromatic scale, they move
clockwise. As soon as you switch to a pentatonic scale Holmes plays a different scale, the flies all stop moving, stick to the
glass.

WATSON: (faking interest) Really? What about when you -- oops

Watson picks up the glass, lets loose the flies. Holmes looks up;

32

Watson's already moving for the door, pissed.

Analisis
Ujaran “Look at this. If you play a chromatic scale, they move clockwise.
As soon as you switch to a pentatonic scale” memperlihatkan daya dan upaya
manipulasi Holmes yang menggunakan strategi Selective Inattention.
Motif terjadinya manipulasi yang menggunakan strategi Selective
Inattention ini adalah upaya Holmes mengalihkan topik pembicaraan yang pada
awalnya mengenai cairan yang diperuntukan bagi pasien operasi mata menjadi
topik mengenai bagaimana Holmes dapat mengendalikan pergerakan serangga.
Upaya manipulasi linguistik yang dilakukan Holmes tersebut merupakan sebuah
respons dari ujaran Watson “It's a pathological amorbic process, it increases
tissue change and weakness. And you know what a black reaction comes on you
afterwards.”. Ujaran tersebut memperlihatkan sebuah perhatian Watson terhadap
Holmes yang tidak peduli akan kesehatannya. Namun, setelah mendengar ujaran
tersebut, Holmes seakan acuh tak acuh kemudian mencoba memanipulasi Watson
dengan strategi selective inattention. Holmes berpura-pura tidak mendengar ujaran
Watson dan malah berusaha mengalihkan pembicaraan. Hal tersebut terlihat dari
percakapan yang pada awalnya membicarakan dampak cairan operasi mata seperti
terlihat pada ujaran “It's a pathological amorbic process, it increases tissue
change and weakness. And you know what a black reaction comes on you
afterwards.” Menjadi pembicaraan tentang permainan biola yang menarik
perhatian serangga seperti yang terlihat pada ujaran “Look at this. If you play a

33

chromatic scale, they move clockwise. As soon as you switch to a pentatonic
scale”.
Namun, manipulasi yang bertujuan untuk mengalihkan topik pembicaraan
tersebut terlihat tidak membuahkan hasil. Merespons ujaran Holmes yang
manipulatif, Watson berpura-pura tertarik dan malah melakukan sesuatu agar
serangga-serangga yang telah Holmes tangkap lepas dari tempatnya. Watson
melakukan hal tersebut Karena ia menyadari upaya Holmes yang manipulatif.
Indikasi Watson tidak terkena upaya manipulasi linguistik Holmes dapat terlihat
pada konteks dan ujaran “(faking interest) Really? What about when you –
oops”. Selain itu, tindakan yang memperlihatkan Watson mencoba mengeluarkan
serangga-serangga dapat terlihat pada konteks “Watson picks up the glass, lets
loose the flies”. Selanjutnya, berdasarkan penuturan diatas, sebagai petutur
Watson memperlihatkan respons yang berupa verbal dan non verbal perlokusi.

4.3 Rationalization
Jenis strategi manipulasi ini merupakan strategi dengan membuat
penjelasan secara logika dan masuk akal.
Data 4:
Konteks:

Holmes

dan

Watson

tengah

membereskan

TKP

setelah

menggagalkan percobaan pembunuhan oleh Lord Blackwood.
Ketika sedang sibuk-sibuknya mengurus TKP, orang yang
ditunggu-tunggu akhirnya datang yaitu inspektur Lestrade dan
anak buahnya dari kepolisian London. Pada saat itu, Lestrade kaget
bukan main sekaligus kesal karena pelaku pembunuhan berantai
yang terjadi di London belakangan ini adalah Lord Blackwood.

34

Selain itu, Lestrade terlihat geram karena Holmes menyelesaikan
kasus ini tanpa menunggu kedatangannya.
Partisipan :

Holmes dan Lestrade

Lokasi :

Balkon gereja Crypt, malam hari

Data:

LESTRADE: You should've waited for my help.

(SH: 9)

HOLMES: If I had, you'd be cleaning up a corpse and chasing a
rumor. Besides, the girl's parents hired me, not the
Yard. (a wry smile) I can't imagine why they thought
you'd need any assistance.
Lestrade turns, frustrated. He watches his men yank Blackwood
out of his double circle, put chains on him, while others carry the
girl away on a stretcher. She's still mouthing the incantation.

Analisis
Ujaran “If I had, you'd be cleaning up a corpse and chasing a rumor.
Besides, the girl's parents hired me, not the Yard” memperlihatkan manipulasi
yang dilakukan Holmes terhadap Lestrade dengan menggunakan strategi
Rationalization. Manipulasi tersebut merupakan sebuah respons dari ujaran
Lestrade “You should've waited for my help”. Lestrade yang terlambat tiba di
TKP terlihat kesal karena Holmes bekerja sendiri menyelesaikan kasus
pembunuhan berantai yang sedang terjadi di London. Kekesalan tersebut
diperlihatkan dengan ujaran “You should've waited for my help”. Ujaran ini tidak
hanya mengindikasikan kekesalan Lestrade namun pada saat yang sama juga
memberitahukan Holmes bahwa ada prosedur yang sebaiknya dia penuhi. Namun,
Holmes merespons ujaran tersebut dengan sebuah manipulasi Rationalization.
Holmes mengatakan pada Lestrade bahwa jika ia menunggu kedatangannya,

35

Lestrade hanya akan menemukan sesosok tubuh yang sudah tidak bernyawa
seperti yang terlihat pada “you'd be cleaning up a corpse”, selain itu Lestrade
hanya akan terus menerus mengejar rumor yang tercermin dari “and chasing a
rumor”. Holmes pun menambahkan bahwa yang menyewanya bukan pihak
kepolisian namun orangtua korban seperti terlihat pada ujaran “Besides, the girl's
parents hired me, not the Yard”.
Selanjutnya, Motif dibalik manipulasi tersebut memperlihatkan upaya
Holmes membuat Lestrade berpikir untuk melupakan prosedur yang telah
ditetapkan oleh setiap penyidik. Selain itu, Holmes berupaya membawa Lestrade
kepada pemahaman bahwa apa yang telah dilakukan oleh Holmes a