Kondisi fisiologis ikan bawal air tawar (C.macropomum) pada transportasi sistem tertutup

 

 

KONDISI FISIOLOGIS IKAN BAWAL AIR TAWAR
(Colossoma macropomum) PADA TRANSPORTASI SISTEM
TERTUTUP

THEOREMA HENRY KUSUMO

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

 

 

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Kondisi
Fisiologis Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum) pada Transportasi
Sistem Tertutup” adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.

Bogor, 13 Juni 2014

Theorema Henry Kusumo
NIM C34080092

 

 


ABSTRAK
THEOREMA HENRY KUSUMO. C34080092. Kondisi fisiologis ikan bawal air
tawar (Colossoma macropomum) pada transportasi sistem tertutup akibat
Pengaruh Getaran dan Non getar. Dibimbing oleh RUDDY SUWANDI  dan
NURJANAH.
Upaya meningkatkan kepadatan ikan dengan mengurangi jumlah media air
selama transportasi telah dilakukan. Upaya tersebut masih belum diikuti dengan
upaya peningkatan ketahanan hidup ikan. Kajian fisiologis ikan juga belum
banyak dilakukan sehingga masih banyak masalah yang dihadapi. Getaran
merupakan salah satu faktor fisik yang berpengaruh terhadap proses fisiologis
ikan. Tujuan penelitian ini untuk menentukan karakteristik fisiologis ikan bawal
selama simulasi transportasi melalui pengamatan perubahan (pH, DO, CO2, TAN ,
glukosa) karena getaran dan daya tahan hidup selama proses transportasi. Hasil
penelitian menujukkan bahwa nilai DO dengan perlakuan getar menurun drastis
dari menit ke-0 (3,79 mg/L) hingga menit ke-30 (2,93 mg/L) sedangkan nongetar
dari menit ke-0 (3,30 mg/L) hingga menit ke-120 (3,16 mg/L) nilainya relatif
stabil. Pada pengujian nilai pH media transportasi menunjukkan bahwa nilai pH
menurun dari menit ke-0 hingga menit ke-30, namun mulai dari menit ke-30
hingga menit ke-120 nilai pH relatif stabil. Peningkatan nilai TAN terjadi pada

menit ke-0 hingga menit ke-120, namun pada menit ke 90 terjadi peningkatan
yang cukup signifikan, diduga peningkatan terjadi akibat akumulasi metabolit
hasil ekskresi selama kegiatan transportasi berlangsung. Kisaran nilai glukosa
darah sebelum dan pasca pengujian 67-154 mg/dL, dimana nilai terendah dan
tertinggi glukosa darah yang dicapai selama pengujian terdapat pada perlakuan
non getaran pada menit ke 120.
Kata kunci: Colossoma macropomum, kondisi fisiologis transportasi bawal
ABSTRACT
During a transportation proses increasing density on fish through reducing
the amount of water has generally been carried out. The efforts have been not
followed by increasing fish survival. Beside that physiological studies of fish so
have been done, there are still many problems. Shocks is one of the physical
factors that affect of fish. This research was purposed to study physiological
characteristics of fish during simulated transportation by observing (pH, DO, CO2,
TAN , glucose) and survival during transportation whit vibration threatment. The
results showed that the vibrating treatment shakes DO value dropped from minute
0 (3.79 mg / L) to 30’s (2.93 mg / L) while non vibrating from minute 0’s (3:30
mg / L) to 120's (3.16 mg / L) relatively stable. Ph showed that value decreased
from minute 0 to 30’s, but from minute 30 to 120’s relatively stable. TAN
increase occurred at minute 0 to 120’s, but in the 90’s minute an increase

significantly, increase suspected result from the accumulation of the metabolite
excretion during transportation activity. Blood glucose value of before and after
test 67-154 mg / dL, which lowest and highest value of blood glucose achieved
during the test found in non-vibration treatment at minute 120.
Key word: cachama transportation, Colossoma macropomum, physiological condition,

 

 

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014 
Hak Cipta Dilindungi Undang‐Undang 
 
Dilarang  mengutip  sebagian  atau  seluruh  karya  tulis  ini  tanpa  mencantumkan  atau 
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, 
penulisan  karya  ilmiah,  penyusunan  laporan,  penulisan  kritik,  atau  tinjauan  suatu 
masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB 
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam 
bentuk apa pun tanpa izin IPB  


 

 
 

 

 

 

KONDISI FISIOLOGIS IKAN BAWAL AIR TAWAR
(Colossoma macropomum) PADA TRANSPORTASI SISTEM
TERTUTUP

THEOREMA HENRY KUSUMO
C34080092

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

 

 

 

 

Judul Skripsi
Nama Mahasiswa
NRP

Program Studi

: Kondisi fisiologis ikan bawal air tawar
(C.macropomum) pada transportasi sistem tertutup
: Theorema Henry Kusumo
: C34080092
: Teknologi Hasil Perairan

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Nurjanah MS
Pembimbing 2

Dr Ir Ruddy Suwandi MS M Phil
Pembimbing 1

Diketetahui oleh
.

Prof Dr Ir Joko Santoso MSi

Ketua Departemen Teknologi Hasil Perairan

Tanggal Lulus : .....................................

 

 

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
anugerahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik dan
lancar. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan Gelar
Sarjana di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Skripsi
hasil penelitian ini berjudul “Kondisi Fisiologis Ikan Bawal Air Tawar
(Colossoma macropomum) pada Transportasi Sistem Tertutup”
Penulisan skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, dukungan, dan bantuan
dari berbagai pihak. Penulis sangat berterima kasih pada:
1. Dr Ir Ruddy Suwandi MS MPhil dan Prof Dr Ir Nurjanah MS sebagai Dosen
Pembimbing yang telah membimbing dan memberikan arahan dengan penuh
kesabaran.

2. Orang tua atas dukungan materil maupun non matereril
3. Kristian Edo Zulfamy, Wina Novila, Rhesa Agung, Afif Zulfikar Ghani,
Trinita Surbakti atas perhatian dan dukungannya.
4. Tiara Septinia atas inspirasi, saran, semangat, dan bantuannya.
5. Teman-teman THP 45 atas kenangan indah yang telah terukir.
6. Kakak-kakak kelas THP 44, 43 atas saran yang sangat membantu.
Penulis menyadari penulisan skrpsi ini masih belum sempurna. Penulis
sangat terbuka atas saran maupun kritik yang membangun. Semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan.
Bogor, 13 Juni 2014

Theorema Henry Kusumo

 

 

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ........................................................................................

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................
PENDAHULUAN ...................................................................................
Latar Belakang ..........................................................................................
Tujuan .......................................................................................................
METODE PENELITIAN .......................................................................
Waktu dan Tempat Pelaksanaan ...............................................................
Bahan dan Alat..........................................................................................
Tahap Penelitian .......................................................................................
Persiapan penelitian ...........................................................................
Penelitian pendahuluan ......................................................................
Penelitian utama.................................................................................
Rancangan Percobaan ...............................................................................
HASIL DAN PEMBAHASAN ...............................................................
Pengujian Oksigen Terlarut (DO) Media selama Transportasi .........................
Respon Tingkah Laku Ikan Bawal (colossoma macropomum) ................
Pengujian Nilai Karbon Dioksida (CO2) Media selama Transportasi ......
Pengujian Nilai pH Media selama Transportasi .......................................
Pengujian Total Amoniak Nitrogen (TAN) media saat Transportasi .......
Kadar Glukosa Darah................................................................................

KESIMPULAN DAN SARAN ...............................................................
Kesimpulan ...............................................................................................
Saran .........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................
LAMPIRAN .................................................................................................

ix
x
xi
1
1
2
2
2
2
3
4
4
6
7
8
9
10
10
12
12
12
15

DAFTAR TABEL

1
2
3
4

Parameter kualitas air, alat, dan cara pengukurannya ..................... 2
Nilai perhitungan SR perlakuan perbedaan ukuran ......................... 7
Grafik pengamatan respon tingkah laku ikan bawal ....................... 7
Hasil pengujian nilai glukosa darah ikan bawal .............................. 11

 

 

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5

Diagram alir tahapan pengujian fisiologis ikan bawal ..................... 5
Grafik nilai DO pada perlakuan perbedaan ukuran ......................... 6
Grafik nilai CO2 pada perlakuan perbedaan ukuran ........................ 8
Grafik nilai pH pada perlakuan perbedaan ukuran .......................... 9
Grafik nilai TAN pada perlakuan perbedaan ukuran ....................... 10
DAFTAR LAMPIRAN

1
2

 

Tabel ANOVA hasil uji terhadap pH, DO, CO2, TAN ................... 16
Gambaran visualisasi respon tingkah laku ikan bawal ................... 17

 

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Transportasi biota hasil perairan berfungsi menghubungkan produsen
produk perikanan dengan konsumen. Permintaan konsumen terhadap komoditas
perikanan dalam bentuk hidup semakin besar dan berkembang karena ikan
hidup memiliki kesegaran yang masih prima. Perdagangan ikan dalam bentuk
hidup selain menguntungkan konsumen juga dapat menguntungkan pedagang
karena harganya bisa mencapai tiga hingga empat kali harga ikan mati
(Suparno et al. 1994). Imanto (2008) menyatakan bahwa transportasi ikan hidup
sangat penting bagi perdagangan ikan karena dapat meningkatkan nilai jual yang
lebih tinggi dan meningkatkan nilai hasil usaha.
Salah satu hasil perairan yang potensial untuk terus diproduksi adalah ikan
bawal air tawar (Colossoma macropomum). Ikan ini mempunyai prospek yang
besar karena permintaan terhadap kebutuhan protein hewani yang tinggi. Ikan
bawal air tawar digolongkan sebagai komoditas ikan konsumsi dan ikan hias.
Kondisi perairan di Indonesia menunjang untuk pembudidayaan ikan bawal air
tawar, karena merupakan daerah tropis. Suhu perairan di habitat asli ikan bawal
air tawar yaitu (27,2 – 29,1)oC (Ghufran 2007), keuntungan lainnya, ikan relatif
lebih tahan terhadap penyakit dan kadar oksigen rendah.
Ikan bawal air tawar merupakan komoditi hasil perairan yang biasa dijual
dalam keadaan hidup. Teknik transportasi ikan hidup yang dapat menjamin ikan
sampai kepada konsumen dalam keadaan tetap hidup sangat dibutuhkan. Teknik
transportasi ikan bawal hidup yang biasa digunakan masyarakat adalah sistem
basah tertutup dengan kantong plastik dan sistem basah terbuka dengan drum
plastik atau wadah blong. Upaya meningkatkan kepadatan ikan dengan
mengurangi jumlah air telah dilakukan. Upaya tersebut masih belum diikuti
dengan upaya peningkatan ketahanan hidup ikan dan kajian fisiologis ikan
sehingga masih banyak masalah yang dihadapi. Getaran merupakan salah satu
faktor fisik yang berpengaruh terhadap proses fisiologis ikan. Rachmawati et al.
(2010) melaporkan bahwa suhu merupakan salah satu sumber stres yang dapat
mempengaruhi perubahan fisiologis tubuh ikan. Ketidaksesuaian suhu tempat ikan
hidup (lingkungan) akan mengakibatkan pertumbuhan ikan lambat dan dapat
berakibat pada kematian ikan.
Kajian ini dilakukan untuk menentukan pengaruh getaran terhadap
fisiologis ikan bawal. Sulmartini et al. (2009) menyatakan bahwa salah satu
kendala dalam transportasi ikan bawal adalah tingginya aktifitas pergerakan yang
menyebabkan metabolisme menjadi tinggi. Perhitungan respon stres (kadar
glukosa darah), serta aktivitas gerak fisik ikan bawal juga perlu dilakukan.
Tujuan
Menentukan karakteristik fisiologis ikan bawal air tawar (C. macropomum)
selama simulasi transportasi melalui pengamatan perubahan (pH, DO, CO2, TAN ,
Glukosa) karena getaran dan daya tahan hidup selama proses transportasi.

2

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Penelitian dilakukan pada bulan September sampai Oktober 2012. Adapun
tempat penelitiannya yaitu di Laboratorium Karakteristik Bahan Baku Hasil
Perairan, Departemen Teknologi Hasil Perairan, dan Laboratorium Lingkungan
Akuakultur, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Bahan dan Alat
Bahan utama yang digunakan pada penelitian ini adalah ikan bawal air
tawar (Colossoma macropomum) ukuran 4 ekor/kg, 5 ekor/kg, 6 ekor/kg yang
diperoleh dari kolam ikan di Ciherang Dramaga-Bogor. Bahan pembantu yang
dipakai adalah air, aquades, es batu, indikator pp, NaOH, NH4Cl, MnSO4,
hipoklorit , dan fenat.
Peralatan yang digunakan adalah timbangan, akuarium berukuran 5 liter,
pengukur waktu, gelas ukur, beaker glass, erlenmeyer, pipet mikro, GlucoDR,
serta peralatan untuk pengukuran kualitas air, yaitu multimeter dan
spektrofotometer.
Tahap Penelitian
Penelitian dilakukan melalui dua tahap, yaitu penelitian pendahuluan dan
penelitian utama. Sebelum penelitian, dilakukan persiapan antara lain:
(a) media air, dan (b) ikan uji.
Persiapan penelitian
a). Media air
Media air yang digunakan diuji kualitasnya, meliputi pengukuran suhu,
kadar oksigen terlarut (DO), CO2, pH, dan amoniak terhadap media air
laboratorium yang diendapkan selama 1 hari.
1)

CO2 (Dye 1958 dalam Franson 1975)

Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengukuran CO2, yang pertama
yaitu air sampel sebanyak 25 mL diambil menggunakan gelas ukur, lalu
dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Setelah itu, air sampel yang tadi ditambahkan
indikator pp sebanyak 3-4 tetes kemudian dilihat dan diamati reaksi yang terjadi,
jika air sampel berubah warna menjadi pink berarti dalam air sampel tersebut
tidak terkandung CO2, namun jika air sampel tidak berubah warna, berarti dalam
air sampel tersebut terkandung CO2, maka langkah berikutnya yang dilakukan
pada air sampel yang tidak berwarna tadi adalah proses titrasi dengan Na2CO3
atau NaOH hingga berubah menjadi warna pink. Langkah terakhir jumlah titran
dicatat dan dihitung dengan rumus:

3

��2 =
2)

���. ������ � � ������ 1
� 44 � 1000
1
���. ������

Pengukuran TAN (Weatherburn 1967 dalam Rand et al. 1975)

Pengukuran amoniak dilakukan pada sampel air laboratorium yang telah
diendapkan selama 1 hari menggunakan metode spektrofotometer. Sampel air
sebanyak 25 mL dipipet dan dimasukkan ke dalam beaker glass 100 mL.
selanjutnya, larutan NH4Cl disiapkan sebanyak 25 mL sebagai larutan standar
amoniak dan larutan akuades sebanyak 25 mL sebagai larutan blanko. Larutan
MnSO4 sebanyak 1 tetes, chlorox 0,5 mL, dan reagen fenat 0,6 mL ditambahkan
ke dalam larutan standar sampai berwarna biru kehijauan, serta ke dalam sampel
air dan blanko, kemudian ketiga larutan tersebut dibiarkan sampai 15 menit.
Larutan blanko diukur pada panjang glombang 630 nm, spetrofotometer diset
pada absorbansi 0,000 kemudian dilakukan pengukuran sampel dan larutan
standar. Nilai pengukuran tersebut kemudian dihitung menggunakan rumus:
TAN (mg/L) =

Cst x As
Ast

Keterangan :
Cst = konsentrasi larutan standar (0,3 ppm)
As = Nilai Absorban sampel
Ast = Nilai absorban standar
3) Penghitungan tingkat konsumsi oksigen ( Pavlovskii 1964 dalam Budiarti
et al. 2005)
��� =

(��� − ��0 ) × �
(�� − �0 ) × �

Keterangan :
TKO = tingkat konsumsi oksigen (mgO2/g/jam)
DO0 = konsentrasi oksigen terlarut pada awal pengamatan (mg/L)
DOt = konsentrasi oksigen terlarut pada waktu t (mg/L)
V
= volume air dalam wadah (L)
W
= biomassa ikan uji (g)
t0
= waktu pada jam ke-0 (awal)
t1
= waktu pada jam ke-1 (akhir)
b) Ikan uji
Ikan bawal berukuran konsumsi yang baru dibeli dalam keadaan hidup
dari kolam dipindahkan pada akuarium untuk dilakukan adaptasi kemudian
dipuasakan selama 1 hari. Pada saat ikan dipindahkan pada akuarium, ikan tidak
boleh diberi pakan, karena ikan berada dalam lingkungan baru sehingga perlu
penyesuaian diri terhadap lingkungan baru.

4

Penelitian pendahuluan
Tujuan penelitian pendahuluan adalah untuk memilih ukuran ikan bawal
ukuran konsumsi (ukuran 4, 5, dan 6) yang memiliki daya tahan terbaik terhadap
perubahan lingkungan. Sebanyak 3 buah akuarium yang berisi air 3 liter masingmasing diberi ikan sebanyak 4 ekor/kg, 5 ekor/kg, dan 6 ekor/kg. Ikan diamati
kondisi fisiologis setiap 30 menit sekali selama dua jam. Penelitian ini
menggunakan prosedur pengambilan sampel dua kali pada setiap ukuranya
sebanyak tiga kali ulangan. Parameter yang diamati diantaranya adalah respon
fisiologis gerak ikan, serta kualitas air yaitu DO, CO2, TAN dan pH. Ukuran ikan
yang terbaik kemudian dipilih untuk dijadikan bahan uji pada penelitian utama.
Penelitian utama
Tujuan penelitian utama adalah untuk mendapatkan informasi mengenai
perubahan kondisi fisiologis ikan bawal dibawah kondisi suhu lingkungan yang
berbeda. Sebanyak 4 buah akuarium berukuran 5 liter diisi air yang telah
diendapkan selama 1 hari masing-masing 3 liter. Kemudian akuarium tersebut
diberi ikan sebanyak 4 ekor (ukuran 4) dengan perlakuan berbeda-beda. Perlakuan
tersebut diantaranya kontrol atau pemberian suhu ruang (27 oC) dengan pemberian
metode getar dan non getar. Perlakuan pemberian getaran ini dilakukan secara
langsung pada awal dimulainya simulasi transportasi. Ikan diamati setiap 30 menit
sekali hingga dua jam. Pengamatan tersebut meliputi respon fisiologis gerak ikan,
pengukuran kualitas air yaitu pengukuran DO, CO2, TAN, dan pH. Pengukuran
glukosa darah diawal dan diakhir juga dilakukan selama simulasi. Rangkaian
prosedur penelitian disajikan pada Gambar 1.
Rancangan Percobaan
Rancangan percobaaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap
(RAL) faktorial dengan satu faktor, yaitu faktor pemberian ukuran (ukuran 4,
ukuran 5, dan ukuran 6. Model matematika RAL factorial adalah sebagai berikut:

Yij = μ + εij
Keterangan :
Yij = Nilai pengamatan pada taraf ke-i dan ulangan ke-j (j=1,2)
μ
= Nilai tengah atau rataan umum pengamatan
εij
= Galat atau sisa pengamatan taraf ke-i dengan ulangan ke-j
Apabila hasil perhitungan menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata,
maka dilakuan uji lanjut Duncan. Pengolahan data statistik ini menggunakan
program SPSS 13.0 for Windows.
Hasil pengujian penelitian utama menjelaskan bahwa ikan bawal dengan ukuran
ukuran 4 mempunyai ketahanan hidup yang lebih tinggi dibandingkan dengan
ukuran 5 dan 6, yaitu sebesar 75%. Hasil pengamatan pada proses pengujian
menunjukan nilai DO pada awal hingga akhir pengamatan menunjukan penurunan
nilai yang cukup signifikan, hal ini dikarenakan ikan adaptasi pada lingkungan
baru sehingga proses respirasi cukup tinggi. Sedangkan untuk respon tingkah laku
ikan mengalami penurunan kondisi fisologis dari awal hingga akhir pengamatan

5

dengan semakin melemahnya gerak ikan dan kekeruhan air semakin meningkat
akibat akumulasi sekresi anal ikan. Nilai CO2 mengalami kenaikan yang cukup
signifikan, dikarenakan kondisi fisiologis ikan semakin tidak stabil dan adanya
akumulatif dari aktivitas respirasi. Untuk pengujian pH dan TAN menunjukan
peningkatan nilai dai awal hingga akhir pengamatan, hal ini dikarenakan adanya
peningkatan aktivitas metabolisme ikan selama proses pengujian. Hasil pengujian
menunjukan bahwa ikan yang memiliki daya tahan cukup baik terhadap stres
perubahan lingkungan adalah ikan bawal ukuran 4 dengan ketahanan hidup (SR)
75% selama proses pengujian berlangsung. Rangkaian prosedur penelitian
disajikan pada Gambar 1.

Ikan Bawal
(C. macropomum) ukuran 4

Pemberokan ikan selama 24
jam
Penimbangan bobot ikan (wo)

Pengukuran glukosa darah ikan

Adanya Getaran

Tanpa Getaran

Pengamatan parameter fisiologis dan pengukuran
kualitas air setiap 30 menit selama 2 jam

Penimbangan bobot ikan (wt)

Pengukuran glukosa
darah ikan

Gambar 1 Diagram alir tahapan pengujian fisiologis ikan bawal

6

HASIL DAN PEMBAHASAN
Oksigen Terlarut (DO) Media selama Transportasi
Nilai perbandingan DO pada perlakuan getaran disajikan pada Gambar 2.
Gambar 2 menujukkan bahwa nilai DO dengan perlakuan getar menurun drastis
dari menit ke-0 hingga menit ke-30, sedangkan nongetar dari menit ke-0 hingga
menit ke-120 nilainya relatif stabil atau tidak menunjukkan penurunan yang
terlalu besar. Hasil uji Kruskal Wallis menunjukkan bahwa pada tingkat
kepercayaan 95 % pemberian perlakuan perbedaan ukuran memberikan pengaruh
yang berbeda nyata terhadap kelarutan oksigen (DO) pada media. Semakin besar
tingkat getaran maka, nilai penurunan oksigen terlarut semakin tinggi.

4.50
3.79

4.00

3.16

3.50

2.71
mG/L

3.00

2.51

3.30

2.50

2.93

1.77

2.65

2.00

2.43

1.50
1.71

1.00
0

30

60
waktu (menit)

90

120

Gambar 2 Grafik perubahan nilai DO pada perlakuan ukuran
getaran;
tidak getar
Burggren & Randall (1978) menjelaskan bahwa kapasitas aerobik yang
tinggi dari spesies ikan yang sangat aktif dapat meningkatkan terjadinya hipoksia,
dan sebaliknya. Penjelasan tersebut mengandung arti bahwa ikan yang lebih aktif
bergerak akan lebih tinggi tingkat konsumsi oksigennya sehingga lebih rentan
mengalami hipoksia. Ikan yang berukuran lebih kecil umumnya bergerak lebih
aktif atau lebih lincah dibandingkan dengan ikan yang berukuran lebih besar,
sehingga kebutuhan oksigennya lebih banyak. Ghufran & Kordi (2007)
menjelaskan pula bahwa jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk pernafasan biota
budidaya tergantung ukuran, suhu dan tingkat aktifitasnya. Gambar 2
menunjukkan bahwa kelarutan oksigen (DO) pada perlakuan getaran menurun
drastis hingga di bawah 3 mg/L pada selang waktu 30 menit sehingga ikan
mengalami hipoksia dan beberapa ikan tidak mampu bertahan di menit-menit
selanjutnya. Ikan pun kemudian merespon DO minimum tersebut dengan cara
melakukan pemompaan air yang lebih cepat ke permukaan air sehingga beberapa
ikan masih bisa bertahan hidup. Odum (1971) menjelaskan bahwa kecepatan
difusi oksigen dari udara dipengaruhi oleh suhu, salinitas, kekeruhan, pergerakan

7

udara, massa air, dan gelombang. Upaya ikan memompa air lebih cepat ke
permukaan akan menyebabkan terbentuknya riak air atau gelombang sehingga
akan mempercepat difusi oksigen pada permukaan air. Berikut adalah Tingkat
ketahanan hidup ikan bawal air tawar yang dilakukan pada saat penelitian
percobaan sehingga dapat di tentukan ukuran yang tepat untuk diuji pada
penelitian utama. Nilai perhitungan SR pada perlakuan perbedaan ukuran
disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Nilai perhitungan SR perlakuan perbedaan ukuran
SR (Survival rate) (%)
Ukuran
(g)
0’
30’
60’
90’
4 (200-250)
100
100
100
100
5 (150-200)
100
100
80
60
6 (125-150)
100
100
70
55

120’
75
60
55

Rata-rata ukuran ikan yang memiliki daya tahan yang cukup baik terhadap
perubahan lingkungan (kepadatan) adalah ikan bawal dengan ukuran 4 yaitu
dengan rata-rata SR 75%. Gomes et al. (2003) menyatakan bahwa tingkat
mortalitas semakin meningkat seiring dengan meningkatnya kepadatan.
Respon tingkah laku ikan bawal (Colossoma macropomum)
Respon tingkah laku merupakan salah satu cara ikan dalam menanggapi
perubahan lingkungan. Respon tersebut dapat berupa aktivitas renang ikan, gerak
tubuh ikan, gerak buka tutup insang, dan gerak sirip ikan. Pengamatan respon
tingkah laku ikan selama simulasi transportasi juga merupakan gambaran
fisiologis ikan selama proses transportasi berlangsung. Hasil pengamatan respon
tingkah laku secara visual ikan bawal selama transportasi disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3 Hasil pengamatan respon tingkah laku ikan bawal selama transportasi
parameter

waktu pengamatan
0’

30’

60’

90’

120’

UL I

UL II

UL I

UL II

UL I

UL II

UL I

UL II

UL I

UL II

Gerak Tubuh

N

N

N

N

N

N

L

L

L

L

Gerak Tutup Insang
terbuka/tertutup

N

N

N

C

C

C

L

L

L

L

Gerak Sirip

L

L

N

N

N

N

C

C

C

C

Gerak Dinding Perut

N

N

N

N

N

TN

TN

TN

TN

TN

Penampakan Umum

J

J

J

J

J

J

K

K

K

K

(kekeruhan air)

1

1

2

2

3

3

3

4

4

5

Lendir

S

S

S

S

S

S

B

B

B

B

Sekresi Anal

S

S

S

S

S

S

S

B

B

B

8

*Keterangan

N=Normal
L=Lambat S=Sedikit
TN=Tidak normal
C=Cepat
B=Banyak
Tingkat Skala Kejernihan= Jernih (1)

K=Keruh
J=Jernih
Keruh (5)

Nilai Karbon Dioksida (CO2) Media selama Transportasi
Karbon dioksida merupakan salah satu gas terlarut dalam air yang
termasuk dalam parameter penentu kualitas air. Keberadaan gas ini dipicu oleh
aktivitas respirasi, suhu, difusi gas dari atmosfer, dan pH media. Gambar 3
menujukkan bahwa nilai CO2 dengan perlakuan getar cenderung meningkat dari
menit ke-0 hingga menit ke-60, pada menit ke-90 terjadi peningkatan yang cukup
signifikan hal ini disebabkan kondisi fisiologis ikan yang sudah tidak stabil,
sedangkan nongetar dari menit ke-0 (0,08 mg/L) hingga menit ke-120 (0,45 mg/L)
cenderung meningkat stabil. Tingginya kadar karbon dioksida dalam air dapat
mengganggu kondisi keseimbangan fisiologis ikan, atau bahkan dapat berakibat
fatal misal kematian pada ikan. Hasil pengujian kadar karbon dioksida dalam
media transportasi ikan bawal disajikan pada Gambar 3.

1.00

0.79

mg/L

0.80
0.46

0.60
0.36

0.46

0.40

0.45

0.13
0.20
0.08

0.25

0.28

0.28

60
waktu (menit)

90

0.00
0

30

120

Gambar 3 Grafik perubahan nilai CO2 pada perlakuan ukuran
getaran;
tidak getar
Sofarini (2009) melaporkan bahwa nilai baku mutu pH air untuk ikan
dapat hidup dengan baik adalah berkisar antara 6 hingga 9. Proses konsumsi
oksigen ini kemudian akan menghasilkan CO2. William & Robert (1992)
melaporkan bahwa konsentrasi CO2 dapat menjadi tinggi sebagai hasil dari
respirasi. Karbondioksida bebas yang dilepaskan selama respirasi akan berekasi
dengan air sehingga menghasilkan asam karbonat (H2CO3) yang dapat
menurunkan pH air. Hasil uji Kruskal Wallis menunjukkan bahwa pada perlakuan
getaran memberikan nilai kenaikan konsentrasi CO2 yang lebih besar di
bandingkan dengan nongetar hal ini diduga pola aktivitas respirasi ikan perlakuan
dengan media getaran lebih tinggi dibandingkan perlakuan nongetar, sehingga
mengakibatkan terjadinya akumulasi karbondioksida yang lebih tinggi dalam
media.
Faktor utama dominasi tingginya aktivitas respirasi ikan perlakuan dengan
getaran diduga karena ukuran ikan juga mempengaruhi aktivitas respirasi ikan,

9

dimana pada perlakuan tersebut ikan berada pada kondisi media yang berguncang.
Budiardi et al. (2005) mengungkapkan bahwa tingkat konsumsi oksigen ikan yang
berukuran lebih kecil relatif lebih tinggi dibandingkan ikan yang berukuran lebih
besar. Pada menit selanjutnya ikan sudah mulai beradaptasi sehingga aktivitas
respirasi ikan menurun, pada menit 90 ikan kembali mengalami kenaikan
konsentrasi CO2 hal ini disebabkan semakin meningkatnya kandungan CO2
didalam media tertutup.
Nilai pH Media selama Transportasi
Derajat keasaman (pH) merupakan salah satu parameter penting yang
menentukan tingkat kelangsungan hidup ikan. Apabila nilai pH media tidak
kondusif, maka akan menimbulkan gangguan kronis pada ikan, antara lain
terhambatnya pertumbuhan, stres berkelanjutan hingga kematian. Hasil pengujian
nilai pH dalam media transportasi ikan bawal disajikan pada Gambar 4.
8.00
7.80
7.60
7.40
7.20
7.00
6.80
6.60
6.40
6.20
6.00

7.74
7.59

0

6.73

6.72

6.72

6.71

6.51

6.54

6.54

6.58

30

60
waktu (menit)

90

120

Gambar 4 Grafik perubahan nilai pH pada perlakuan ukuran
getaran;
tidak getar
Hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai pH media transportasi pada
masing-masing perlakuan menunjukkan bahwa nilai pH menurun dari menit ke-0
hingga menit ke-30, namun mulai dari menit ke-30 hingga menit ke-120 nilai pH
relatif stabil. Hasil uji Kruskal Wallis menunjukkan bahwa perlakuan perbedaan
getaran dan nongetar memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap pH air
p