Respons Fisiologis Juvenil Ikan Gabus Channa Striata Pada Transportasi Sistem Tertutup

RESPONS FISIOLOGIS JUVENIL IKAN GABUS Channa striata
PADA TRANSPORTASI SISTEM TERTUTUP

WAHYU

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul “Respons Fisiologis
Juvenil Ikan Gabus Channa striata pada Transportasi Sistem Tertutup” adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal
atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2015
Wahyu
NIM C151130391

RINGKASAN
WAHYU. Respons Fisiologis Juvenil Ikan Gabus Channa striata pada Transportasi
Sistem Tertutup. Dibimbing oleh EDDY SUPRIYONO, KUKUH NIRMALA dan
ENANG HARRIS.
Ikan gabus Channa striata merupakan ikan komoditas penting yang memiliki
permintaan tinggi di Indonesia. Ikan ini diminati karena banyak dimanfaatkan
sebagai bahan makanan olahan dan dagingnya berkhasiat untuk penyembuhan. Saat
ini kegiatan pembesaran ikan gabus telah banyak dilakukan di daerah Jawa Barat
dan Jawa Tengah, benih ikan gabus yang digunakan umumnya didatangkan dari
daerah Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur. Perbedaan jarak antara lokasi
kegiatan pembesaran dengan lokasi penghasil benih menyebabkan butuhnya
kegiatan transportasi untuk menunjang kegiatan produksi. Namun, kegiatan
transportasi dapat menyebabkan ikan mengalami stres dan berakibat kematian.
Kegiatan transportasi bertujuan menghasilkan jumlah ikan sehat tertinggi
yang ditransportasikan dengan kepadatan ikan yang efisien. Saat ini metode
transportasi benih ikan gabus masih mengacu pada metode yang digunakan untuk

ikan jenis lain atau dilakukan hanya berdasarkan pengalaman penjual benih.
Akibatnya metode yang digunakan para penjual benih menjadi beragam.
Contohnya, jumlah kepadatan ikan yang digunakan untuk transportasi benih
berkisar dari 40 sampai 100 ekor L-1. Kondisi ini menyebabkan rendahnya
keberhasilan transportasi benih ikan gabus. Kegiatan transportasi benih selama 24
jam mengakibatkan kematian lebih dari 15% saat sampai di lokasi tujuan dan
kematian sebesar 60% saat pemeliharaan pascatransportasi. Oleh karena itu
diperlukan penelitian untuk mengevaluasi pengaruh kepadatan ikan saat
transportasi terhadap kerberhasilan transportasi benih ikan gabus dengan
mengamati respons fisiologis sebagai indikator stres. Penelitian ini diharapkan
menghasilkan metode transportasi benih ikan gabus yang lebih baik.
Penelitian dilakukan selama empat bulan terhitung dari bulan November 2014
hingga Februari 2015 di Laboratorium Teknik Produksi dan Manajemen
Akuakultur, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor. Ikan uji yang digunakan adalah benih ikan gabus berbobot
2,5±0,2 g dan panjang 6,8±0,2 cm. Penelitian dilaksanakan melalui dua tahap, yaitu
penelitian pendahuluan dan penelitian utama. Penelitian pendahuluan terdiri dari
pengujian kemampuan puasa ikan dan pengaruh lama pemberokan terhadap ikan.
Pengaruh lama pemberokan ikan diuji terhadap tingkat konsumsi oksigen (TKO),
laju ekskresi total ammonia nitrogen (TAN), dan tingkat kelangsungan hidup

(TKH) ikan yang ditransportasikan. Penelitian utama adalah transportasi sistem
tertutup selama 24 jam dengan empat kepadatan ikan yaitu 30, 45, 60, dan 75 ekor
L-1. Setiap perlakuan memiliki ulangan sebanyak 5 kali berupa kantong transportasi.
Tiga ulangan untuk pengamatan TKH saat transportasi, TKH saat pemeliharaan
pascatransportasi, laju pertumbuhan harian (LPH), dan perubahan parameter
kualitas air selama transportasi. Dua ulangan untuk pengamatan perubahan respons
fisiologis ikan akibat transportasi. Pengamatan respons fisiologis dilakukan pada
saat sebelum transportasi sebagai nilai ikan normal kemudian pada saat
pascatransportasi jam ke-0, 24, 96, dan 168.

Hasil penelitian pendahuluan menunjukkan ikan uji mampu bertahan hidup
selama tujuh hari tanpa diberikan pakan dengan TKH sebesar 98,3%. Pengujian
pengaruh lama pemberokan menunjukkan pemberokan selama 48 jam memiliki
nilai TKO sebesar 0,249 mg g-1 jam-1, laju ekskresi TAN sebesar 0,043 mg L-1, TKH
transportasi sebesar 100%, dan TKH pascatransportasi sebesar 96,7%. Nilai TKH
pascatransportasi tersebut merupakan nilai tertinggi diantara perlakuan lainnya.
Berdasarkan hasil tersebut, pemberokan selama 48 jam digunakan sebagai lama
pemberokan sebelum transportasi pada penelitian utama.
Hasil penelitian utama menunjukkan perlakuan 30 ekor L-1 memberikan hasil
terbaik dengan nilai TKH saat transportasi sebesar 98% dan TKH saat pemeliharaan

pascatransportasi sebesar 90%. Pengamatan respons fisiologis pada jam ke-0
pascatransportasi menunjukkan perlakuan 30 ekor L-1 mengalami stres paling
ringan dengan nilai pH darah sebesar 7,59, total sel darah merah sebesar 2,96 × 106
sel mm-3, total sel darah putih sebesar 1,95 × 106 sel mm-3, kadar hemoglobin
sebesar 10,3 g%, dan nilai hematokrit sebesar 25,81%. Pengamatan LPH pada akhir
masa pemeliharaan pascatransportasi menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang
nyata antar perlakuan. Hasil perhitungan analisis kerugian menunjukkan hanya
kepadatan 30 sampai 45 ekor L-1 yang dapat menghindari kerugian ekonomi akibat
kegiatan transportasi.
Kata kunci: Channa striata, kepadatan, respons fisiologis, stres, transportasi

SUMMARY
WAHYU. Physiological Response of Juvenile Snakeheads Channa striata in
Closed System Transportation. Supervised by EDDY SUPRIYONO, KUKUH
NIRMALA, and ENANG HARRIS.
Snakehead fish Channa striata is an important commodity and its demand is
constantly increasing in Indonesia. Demand for this fish continues to increase
because it is commonly used as an ingredient of processed food and the meat has
good effects on healing processes. Currently, the snakehead grow up activities have
been carried out in the West Java and Central Java. The seed which is used is

generally imported from South Kalimantan and East Kalimantan. The difference
between seed producers location and grow up location is leading to the need for
transportation activities to support the production. However, transport activities
may cause stress in fish and can result in fish mortality.
Fish transportation is aimed to transport the highest number of healthy fish at
efficient transport density. Currently the method of transport for juvenile
snakeheads among sellers varies because they use same methods for different
species and work according to their own experiences. For example the range of
transport density is between 40 to up to 100 fish per liter. This condition results in
a low success of fish transportation which is shown by 15% mortality at arrival and
a delayed mortality of up to 60% after 24 hours transportation. This research is on
the effect of transport density on transportation success by observing physiological
responses that are stress indicators in fish. This research is expected to produce a
good method of transport for juvenile snakeheads.
The research was conducted from November 2014 to February 2015 at
Production Technique and Aquaculture Management Laboratory, Department of
Aquaculture, Faculty of Fisheries and Marine Science, Bogor Agricultural
University. The test fish used weighed 2,5±0,2 g and had a size of 6,8±0,2 cm. The
research was performed in two stages, which are preliminary research and the main
research. Preliminary research consists of fish starving capability and the effect of

different starving times on oxygen consumption rate, total ammonia nitrogen
excretion rate and fish survival rate in transportation. The main research is the 24
hours closed system transportation with four different loading densities, which are
30, 45, 60 and 75 fish L-1. Every treatment has five replicates but different response
variables were observed. In three replicates the survival rate at transportation,
survival rate after transportation rearing period, specific growth rate and changes in
water quality parameters were observed. In the other two replicates physiological
responses were observed. Physiological responses were recorded before
transportation for normal value and at 0, 24, 96, and 168 hours after transportation.
The results of the preliminary research showed that fish can survive after 7
days of starving with 98,3% survival rate. Fish that were starving for 48 hours
showed oxygen consumption rates at 0,249 mg g-1 hour-1, TAN excretion rate was
at 0,043 mg L-1, survival rate after transportation at 100% and survival rate after
transportation rearing period at 96,7%. The survival of the 48 hours starving period
was highest among all starving treatments. Therefore the 48 hours starving time
before transportation is used for the main research.

The results of the main research showed that the lowest transport density of
30 fish L-1 gave the best results with a survival rate of 98% after transportation and
90% after rearing period. Physiological response at 0 hour after transportation also

showed that in the lowest transport density the fish suffered lowest stress with blood
pH value 7,59, total erythrocyte count 2,96 × 106 cell mm-3, total leukocyte count
1,95 × 106 cell mm-3, hemoglobin 10,3 gr%, and hematocrit 25,81%. There was no
significant difference in the growth rate in all densities at the end of the rearing
period. Loss analysis calculation showed that the transport density between 30 to
45 fish L-1 can prevent economic losses because transport activities.
Keywords: Channa striata, density, physiological response, stress, transportation.
.

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

RESPONS FISIOLOGIS JUVENIL IKAN GABUS Channa striata
PADA TRANSPORTASI SISTEM TERTUTUP


WAHYU

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Akuakultur

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Prof. Dr.Ir. Daniel Djokosetiyanto, DEA

Judul Tesis : Respons Fisiologis Juvenil Ikan Gabus Channa striata pada
Transportasi Sistem Tertutup
Nama
: Wahyu

NIM
: C151130391

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr Ir Eddy Supriyono, MSc
Ketua

Dr Ir Kukuh Nirmala, MSc
Anggota

Prof Dr Ir Enang Harris, MS
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Ilmu Akuakultur


Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Widanarni, MSi

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian: 7 Agustus 2015

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan November 2014 hingga
Februari 2015 ini adalah transportasi benih ikan, dengan judul Respons Fisiologis
Juvenil Ikan Gabus Channa striata pada Transportasi Sistem Tertutup.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Eddy Supriyono, MSc
Bapak Dr Ir Kukuh Nirmala, MSc dan Bapak Prof Dr Ir Enang Harris, MS selaku
pembimbing. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Ayah (Alm), Ibu,
dan Keluarga atas segala doa dan motivasinya. Selain itu ucapan terima kasih juga

disampaikan untuk seluruh rekan-rekan yang telah memberi bantuan berupa saran
dan pemikiran.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2015
Wahyu

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

1 PENDAHULUAN
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Hipotesis

1
2
2
2
3

2 METODE
Waktu dan Tempat
Persiapan Penelitian
Rancangan Penelitian
Penelitian Pendahuluan
Penelitian Utama
Prosedur Analisis Data

3
3
3
4
4
5
7

3 HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian Pendahuluan
Penelitian Utama

7
7
8

4 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

21
21
21

DAFTAR PUSTAKA

21

LAMPIRAN

26

RIWAYAT HIDUP

44

DAFTAR TABEL
1.
2.
3.

Parameter uji penelitian
Tingkat kelangsungan hidup benih ikan gabus Channa striata selama
pengujian kemampuan puasa
Pengaruh lama pemberokan terhadap benih ikan gabus Channa striata

6
7
8

DAFTAR GAMBAR
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Tingkat kelangsungan hidup (TKH) benih ikan gabus Channa striata;
(a) transportasi; dan (b) pascatransportasi.
Laju pertumbuhan harian (LPH) benih ikan gabus Channa striata saat
pemeliharaan pascatransportasi.
Parameter kualitas air
Nilai pH darah benih ikan gabus Channa striata
Total sel darah merah benih ikan gabus Channa striata
Total sel darah putih benih ikan gabus Channa striata
Kadar hemoglobin benih ikan gabus Channa striata
Kadar hematokrit benih ikan gabus Channa striata

9
10
11
14
15
17
18
19

DAFTAR LAMPIRAN
1.
2.
3.

Lama waktu pengiriman benih ikan gabus
Prosedur transportasi penelitian
Analisis sidik ragam satu jalur tingkat kelangsungan hidup benih ikan
gabus
4. Analisis sidik ragam satu jalur laju pertumbuhan harian benih ikan
gabus
5. Analisis sidik ragam satu jalur nilai pH darah benih ikan gabus
6. Analisis sidik ragam satu jalur total sel darah merah benih ikan gabus
7. Analisis sidik ragam satu jalur total sel darah putih benih ikan gabus
8. Analisis sidik ragam satu jalur kadar hemoglobin benih ikan gabus
9. Analisis sidik ragam satu jalur nilai hematokrit benih ikan gabus
10. Analisis potensi penurunan kerugian

26
28
29
33
35
36
38
39
41
42

1 PENDAHULUAN
Ikan gabus Channa striata termasuk kelompok ikan Channidae yang tersebar
luas dari wilayah tropis Afrika hingga Asia Tenggara. Ikan ini memiliki bentuk
kepala menyerupai kepala ular sehingga dikenal dengan nama Snakeheads (Berra
2001). Permintaan ikan ini terus meningkat karena banyak dimanfaatkan untuk
bahan makanan olahan seperti ikan asin, ikan asap, kerupuk, dan pempek (Makmur
et al. 2003; Muthmainah 2013). Daging ikan gabus juga berkhasiat untuk
mempercepat proses penyembuhan (Muntaziana et al. 2003). Data hasil tangkapan
perairan umum menunjukkan ikan gabus merupakan hasil tangkapan utama dengan
produksi 34.017 ton dan nilai ekonominya Rp. 567 miliar (KKP 2011a). Kegiatan
budidaya hanya mampu memproduksi sekitar 5.400 ton dengan nilai ekonominya
sekitar Rp. 110 miliar (KKP 2011b). Tingginya permintaan pasar memunculkan
ancaman eksploitasi yang berlebihan. Kegiatan budidaya merupakan solusi untuk
mengatasi dan mencegah hal tersebut.
Produksi ikan dalam kegiatan budidaya dimulai dari kegiatan penebaran
benih, baik dari hasil tangkapan alam maupun hasil pembenihan (Delince et al.
1987). Sumber benih utama pada kegiatan budidaya ikan gabus adalah dari hasil
tangkapan alam (Muslim 2007). Saat ini kegiatan pembesaran ikan gabus telah
banyak dilakukan di daerah Jawa Barat dan Jawa Tengah, benih ikan gabus yang
digunakan umumnya didatangkan dari Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur
yang merupakan daerah penghasil utama ikan gabus. Perbedaan jarak antara lokasi
penghasil benih dengan lokasi pembesaran menyebabkan butuhnya transportasi
benih untuk menunjang kegiatan produksi (Wedemeyer 1996a). Waktu yang
dibutuhkan untuk transportasi benih tersebut berkisar 16-24 jam. Kegiatan
transportasi beresiko menimbulkan stres dan berakibat kematian pada ikan.
Prinsip dari kegiatan transportasi ikan adalah menghasilkan jumlah ikan sehat
tertinggi yang ditransportasikan dengan kepadatan ikan yang efisien. Metode
transportasi benih ikan gabus yang digunakan oleh penjual benih umumnya masih
mengacu pada metode untuk ikan jenis lain atau dilakukan hanya berdasarkan
pengalaman penjual benih. Akibatnya metode yang digunakan di antara penjual
benih menjadi beragam. Contohnya, seperti jumlah kepadatan ikan selama kegiatan
transportasi berkisar dari 40 sampai 100 ekor L-1. Kondisi tersebut menyebabkan
keberhasilan dari transportasi benih ikan gabus yang dilakukan penjual benih
menjadi rendah. Kegiatan transportasi benih ikan gabus selama 24 jam
mengakibatkan kematian lebih dari 15% saat sampai di lokasi tujuan dan kematian
sebesar 60% pada pemeliharaan pascatransportasi.
Penelitian untuk mengevaluasi keberhasilan kegiatan transportasi telah
banyak dilakukan. Contohnya adalah pada kegiatan transportasi ikan nila
Orechromis niloticus (Deriggi et al. 2006; Emmanuel et al. 2013), patin (Arfah &
Supriyono 2002; Supriyono et al. 2011), gurame (Nirmala et al. 2012), koi Cypinus
carpio (Sulmartiwi et al. 2014), mas (Dobsikova et al. 2006; Dobsikova et al. 2009),
silver catfish Rhamdia quelen (Golombieski et al. 2003; Azambuja et al. 2011;
Becker et al. 2013; Zeppenfeld et al. 2014), dan Arapaima gigas (Gomes et al.
2006). Namun, informasi terkait kegiatan transportasi benih ikan gabus masih
sedikit ditemukan dan sangat terbatas.

2
Keberhasilan transportasi ikan ditentukan oleh jumlah kematian yang terjadi
akibat kegiatan transportasi tersebut. Kematian ikan dipicu oleh penurunan kualitas
air dan penanganan transportasi yang buruk (Delince et al. 1987; Hammond 2009).
Kedua hal ini menyebabkan ikan mengalami stres. Stres menyebabkan ikan
mengalami perubahan fisiologis di dalam tubuhnya, yaitu perubahan biokimia
darah. Perubahan biokimia darah yang terjadi seperti perubahan nilai pH darah
(Wood et al. 1977) dan perubahan gambaran darah (Supriyono et al. 2010;
Supriyono et al. 2011; Witeska 2005; Witeska 2013). Kegagalan ikan dalam
beradaptasi dan mengatasi kondisi stres yang dialami dapat menyebabkan
terjadinya kematian. Oleh karena itu, perlu penelitian untuk mengevaluasi pengaruh
kepadatan ikan saat transportasi terhadap keberhasilan transportasi benih ikan
gabus dengan mengamati respons fisiologis sebagai indikator stres. Penelitian ini
diharapkan menghasilkan metode transportasi yang lebih baik.

Perumusan Masalah
Rendahnya keberhasilan kegiatan transportasi benih ikan gabus disebabkan
oleh metode yang digunakan tidak mempertimbangkan kondisi fisiologis dan sifat
dari ikan gabus tersebut. Metode yang digunakan oleh penjual benih umumnya
masih mengacu pada metode untuk ikan jenis lain atau hanya berdasarkan
pengalaman. Oleh karena itu, diperlukan sebuah penelitian terkait kegiatan
transportasi benih ikan gabus. Hal utama yang harus diperhatikan adalah jumlah
kepadatan ikan yang digunakan saat transportasi dilakukan. Penelitian ini
diharapkan menghasilkan metode transportasi yang lebih baik. Metode yang lebih
baik dapat meningkatkan keberhasilan transportasi dan mengurangi jumlah
kematian pada masa pemeliharaan pascatransportasi. Kematian pascatransportasi
merupakan permasalahan transportasi benih ikan gabus yang sering terjadi.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan mengevaluasi pengaruh kepadatan ikan saat
transportasi terhadap keberhasilan transportasi benih ikan gabus Channa striata
dengan mengamati respons fisiologis sebagai indikator stres.

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan metode transportasi sistem
tertutup benih ikan gabus yang lebih baik dari metode yang banyak digunakan oleh
penjual benih. Hasil penelitian ini juga diharapkan menjadi dasar penelitian respons
fisiologis ikan gabus terhadap stres saat transportasi secara khusus dan stres akibat
kegiatan budidaya lainnya secara umum.

3
Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah kepadatan ikan yang
digunakan saat transportasi sistem tertutup berpengaruh terhadap keberhasilan
transportasi benih ikan gabus.

2 METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian dilakukan selama empat bulan terhitung dari bulan November 2014
hingga Februari 2015 yang berlangsung di Laboratorium Teknik Produksi dan
Manajemen Akuakultur, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Persiapan Penelitian
Media Air
Air yang digunakan adalah air tawar. Nilai parameter kualitas air yang
digunakan adalah; suhu air 28±1 °C, kisaran pH 7-8, konsentrasi oksigen terlarut
>5 mg L-1, konsentrasi total ammonia nitrogen (TAN)