Reproduction Study of Lemuru(Sardinella lemuru Blk.) Based on Sexual Maturity and Fish Length to Predict Spawning Season at East Coast of Siberut Island

KAJIAN REPRODUKSI IKAN LEMURU
(Sardinella lemuru Blk.) BERDASARKAN
PERKEMBANGAN GONAD DAN UKURAN IKAN
DALAM PENENTUAN MUSIM PEMIJAHAN
DI PERAIRAN PANTAI TIMUR PULAU SIBERUT

MUFTI GINANJAR

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2006

KAJIAN REPRODUKSI IKAN LEMURU
(Sardinella lemuru Blk.) BERDASARKAN
PERKEMBANGAN GONAD DAN UKURAN IKAN
DALAM PENENTUAN MUSIM PEMIJAHAN
DI PERAIRAN PANTAI TIMUR PULAU SIBERUT

MUFTI GINANJAR
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains pada
Jurusan Biologi Reproduksi

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2006

ABSTRAK
MUFTI GINANJAR. Kajian Reproduksi Ikan Lemuru (Sardinella Lemuru Blk.)
Berdasarkan Perkembangan Gonad dan Ukuran Ikan dalam Penentuan Musim
Pemijahan di Perairan Pantai Timur Pulau Siberut. Dibimbing oleh TUTY L
YUSUF dan ODANG CARMAN.
Sardinella lemuru memiliki nilai ekonomis dan prospek pengembangan
yang cukup baik. Pengelolaan sumber daya perikanan lemuru perlu untuk segera
dibuat sebagai salah satu antisipasi terhadap meningkatnya interest masyarakat
dalam pengolahan ikan lemuru ini. Untuk mendukung adanya aturan pengelolaan
perikanan lemuru maka diperlukan data reproduksi ikan lemuru di perairan pantai
Pulau Siberut..
Penelitian dilakukan mulai bulan Juni 2004 sampai Mei 2005 di perairan

pantai timur Pulau Siberut. Materi penelitian adalah ikan lemuru yang diambil
setiap bulannya dengan jumlah minimal 50 ekor. Pengambilan data reproduksi
dilakukan dalam dua kelompok pengamatan yaitu pengukuran komposisi ukuran
panjang berdasarkan tingkat kematangan gonad bulanan selama satu tahun dan
kelompok pengamatan analisa hasil preparat histologi gonad.
Hasil penelitian tentang ukuran ikan diketahui bahwa pada ukuran panjang
ikan dibawah 150 mm ikan lemuru belum dewasa secara kelamin. Secara
keseluruhan populasi ikan memiliki rata-rata panjang 168±1.43 mm dengan
ukuran terkecil 120 mm dan ukuran terbesar 214 mm. Pada ikan betina ukuran
panjang rata-rata 172 ± 1.58 mm dan ikan jantan 164 ± 1.20. Nilai GSI tertinggi
pada jantan adalah 3,29 dan nilai GSI terendah adalah 0,20 sedangkan ikan betina
nilai GSI tertinggi adalah 2,70 dan nilai GSI terendah adalah 0,31. Perbandingan
populasi antara jantan dan betina secara keseluruhan adalah 1,12 : 1. Pada ukuran
kelas panjang 120-140 mm perbandingannya 0,81: 1, kelas panjang 140 -170 mm
perbandingannya 1,9 : 1, dan pada ukuran >170 mm perbandingannya 0,5 : 1.
Fekunditas berkisar antara 1.688 – 21.573 butir dengan rata-rata 7.850 telur/betina
dengan diameter telur TKG-4 rataannya berkisar antara 0,28 – 0,36 mm dan
rataan kedua berkisar antara 0,47 - 0,55 mm sedangkan rata-rata ukuran diameter
telur pada keseluruhan gonad adalah 0,46 mm. Pada distribusi diameter telur
TKG-6, rataan yang pertama berkisar antara 0,25 – 0,36 mm dan rataan yang

kedua berkisar antara 0,48 – 0,57 mm dengan rata-rata pada keseluruhan gonad
adalah 0,41 mm. Berdasarkan hasil analisa histologi diketahui bahwa dalam satu
gonad tahapan perkembangan kematangan gonad tidak secara bersamaan.
Persamaan linier untuk mengetahui hubungan antara fekunditas dan panjang ikan
adalah Y = -7.217 + 7.749X dengan nilai koefisien korelasi (r) 0,673.
Pada penelitian ini dapat disimpulkan beberapa hal (1) Pada ikan jantan
ukuran pertama kali memijah adalah pada panjang 153 ± 0.73 mm dan pada ikan
betina pada panjang 163 ± 0.62mm. Ukuran minimal ikan yang dapat untuk
ditangkap adalah pada ukuran 163 mm, (2) Musim pemijahan ikan lemuru di
perairan pantai timur Pulau Siberut terjadi antara bulan Juni hingga September
dengan puncaknya terjadi pada bulan September, (3) Musim pemijahan ikan
lemuru hanya terjadi satu kali dalam setahun dengan periode pemijahan/ovulasi
dapat terjadi beberapa kali dalam rentang waktu musim pemijahan tersebut
(partial spawning).

KAJIAN REPRODUKSI IKAN LEMURU (SARDINELLA LEMURU BLK.)
BERDASARKAN PERKEMBANGAN GONAD DAN UKURAN IKAN
DALAM MENENTUKAN MUSIM PEMIJAHAN DI PERAIRAN PANTAI
TIMUR PULAU SIBERUT
(Reproduction study of lemuru(Sardinella lemuru Blk.) based on sexual

maturity and fish length to predict spawning season
at east coast of Siberut Island)
Mufti Ginanjar1 ,Tuty L Yusuf 2 ,Odang Carman3

ABSTRACT
The aim of this research is to evaluate reproductive pattern of Sardine
(Sardinella lemuru Blk.) in east coast of Siberut Island. The study was focused on
observation of reproductive attributes including sexual maturity, fecundity, body
length and body weight by collecting =50 samples monthly for one year. A total
sampel of 777 fish were caught using gillnet and measured individually before
dissecting to analyze sex and gonadal maturity.
Gonadal Somatic Index (GSI) and egg diameter were analyzed according
Gaughan et al. (2000) to determine body size at first maturity and spawning
season that will be useful as important consideration for management policy of
Sardinella in Siberut Island.
Based on the relationship between sexual maturity and body size, Sardinella
lemuru begin to spawn at 163 mm and 153 mm in length for female and male
respectively. Female Lemuru can produce 1.688 – 21.573 egg for each spawning
time with average fecundity 7.850 egg.
Sexual maturity status that recorded for one year indicated that spawning season

take place between September and October. There is no evidence that lemuru
spawn more than one time a year and distribution of egg diameter showed that
Sardinella lemuru is partial spawner that spawn more than one time during
spawning season.
Key words : Sardinella lemuru, breeding season, fish length, Siberut Island.

PENDAHULUAN
Ikan tamban (Sardinella lemuru Bleeker 1853) atau lebih dikenal dengan
nama lemuru merupakan salah satu ikan pelagis kecil yang me miliki nilai
ekonomis yang cukup menguntungkan. Biasanya hasil tangkapan ikan lemuru
dikonsumsi dalam keadaan segar atau dimanfaatkan sebagai bahan baku olahan
dalam bentuk pengalengan, pengeringan, pemindangan dan tepung ikan. Hasil
olahan dari ikan lemuru yang potensial untuk dikembangkan dan memiliki nilai
ekonomi yang tinggi adalah minyak ikan lemuru.

Masyarakat di Pulau Siberut memanfaatkan ikan lemuru sebagai kebutuhan
pangan secara langsung dalam keadaan segar karena di Siberut belum terdapat
usaha pengolahan ikan. Lemuru sangat berperan penting dalam memenuhi
kebutuhan pangan masyarakat karena ketersediaan protein hewani dari ikan yang
hidup di sungai kurang berperan dan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan

karena memiliki biomassa yang kecil.
Suatu rencana pengelolaan perikanan khususnya lemuru saat ini perlu untuk
segera dibuat di wilayah perairan pantai Siberut. Hal ini berkaitan dengan potensi
dan peluang di masa mendatang dalam pemanfaatan sumber daya perikanan
lemuru menjadi produk yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Adanya
perencanaan pengelolaan sumber daya perikanan lemuru merupakan inti atau
dasar dari lahirnya suatu aturan pengelolaan perikanan yang dapat merupakan
suatu peluang untuk meningkatkan kontrol dan tindakan antisipatif terhadap
kondisi yang akan dan mungkin terjadi (Elmer, 2001). Salah satu upaya penerapan
kebijakan pengelolaan manajemen perikanan adalah dengan melakukan beberapa
aturan yang mengikat para nelayan yang dapat dibakukan dalam bentuk peraturan
daerah. Atur an tersebut misalnya dalam hal pembatasan jumlah armada tangkap,
penggunaan ukuran mata jaring yang digunakan, penggunaan jaring yang selektif
dan pengaturan wilayah penangkapan. Data pendukung hasil penelitian yang
dapat dijadikan acuan dalam menyusun suatu kebijakan manajemen pengelolaan
ikan lemuru adalah dengan mengetahui data biologi reproduksi ikan lemuru dan
ketersediaan (stock) ikan lemuru di suatu perairan.
Berdasarkan hal tersebut maka perlu dilakukan penelitian mengenai
reproduksi ikan lemuru di perairan pantai timur Pulau Siberut sebagai suatu upaya
dalam mendukung adanya kebijakan pengelolaan perikanan di wilayah ini.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari pola reproduksi ikan lemuru
yang hidup di perairan pantai timur Pulau Siberut yang meliputi hubungan antara
ukuran ikan dengan tingkat kematangan gonad dan hubungan antara fekunditas
dengan ukuran ikan yang pada akhirnya akan dapat diketahui terjadinya musim
pemijahan dalam satu tahun. Hasil penelitian ini dapat menjadi acuan untuk
menyusun rencana kebijakan pengelolaan lemuru di Pulau Siberut.
Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah : 1)Tingkat kematangan
gonad ikan lemuru berkorelasi positif dengan musim pemijahan. 2) Dewasa
kelamin ikan lemuru berkorelasi positif dengan ukuran/bobot ikan. 3)Fekunditas
lemuru ditentukan oleh ukuran tubuh ikan

MATERI DAN METODE
Penelitian dilakukan pada bulan Juni 2004 sampai Mei 2005 di perairan
pantai timur Pulau Siberut propinsi Sumatera Barat.
Metode Penelitian
Penelitian dilakukan dalam dua kelompok pengamatan, yaitu pengukuran
komposisi ukuran panjang ikan dengan tingkat kematangan gonad (TKG) bulanan
dalam satu tahun dan mengetahui tahapan gametogenesis ikan lemuru melalui
analisa preparat histologis gonad.


Pengukuran Komposisi Panjang dengan TKG dalam 1 tahun
Pengambilan data dilakukan dengan pengambilan sampel ikan lemuru satu
kali setiap bulannya. Jumlah sampel ikan yang diamati jumlahnya berdasarkan
hasil tangkapan yang didapat pada saat pengambilan sampel dengan jumlah
minimal 50 ekor tanpa membedakan ukuran ikan.
Data reproduksi yang diamati meliputi:
1.
Panjang dan berat, yang diukur adalah fork length (FL) dan berat ikan
diukur dengan neraca analitis.
2.
Nisbah Kelamin dan Perkembangan Gonad, data diperoleh dengan cara
membedah ikan pada bagian perut kemudian dilihat gonadnya apakah testis
atau ovarium. Pengamatan tahap perkembangan gonad secara makroskopis
berdasarkan pada (Gaughan dkk., 2000)
3.
Fekunditas dan diameter telur, pengukuran dilakukan pada gonad yang
memiliki tingkat kematangan gonadnya IV–VI. Sampel diawetkan dalam
larutan Gibson kemudian telur dihitung denggan menggunakan alat hitung.
Untuk pengukuran diameter telur dilakukan dengan mikroskop yang
dilengkapi mikrometer dengan jumlah sampel sebanyak 100 butir. Untuk

menghitung fekunditas dilakukan dengan menggunakan metode gravimetrik
F/f = B/b dimana :
(F) = Fekunditas Total, (f) = jumlah telur dari contoh
(B) = Berat gonad,
4.

(b) = berat gonad contoh.

Gonadal Somatic Indeks (GSI), dilakukan penimbangan berat gonad dan
berat ikan pada seluruh sampel pada ikan jantan dan betina. Nilai GSI
dihitung dengan menggunakan rumus:
GSI = berat gonad x 100 / (Berat total – Berat Gonad)

5.

Hubungan antara panjang dan fekunditas diukur dianalisa secara regresi
mengikuti persamaan : W = aLb dengan menggunakan software SPSS
Ver.13.

Perkemba ngan Gametogenesis melalui analisa histologis

Untuk pengamatan tingkat perkembangan gonad secara mikroskopis
dilakukan dengan membuat preparat histologis gonad. Gonad difiltrasi dengan
larutan Bouin lalu dilakukan pencucian dengan air dan alkohol mulai 80% sampai
100%. Dilakukan penjernihan dengan xylol dan diinfiltrasi dengan parafinu ntuk
embedding. Dilakukan pemotongan dengan mikrotom setebal 6-7 µm lalu
dilakukan pewarnaan dengan hematoksilin dan eosin dan dijernihkan dengan
xylol. Referensi yang digunakan untuk mengamati preparat histologis adalah
menurut Gaughan dkk. (2000).
Analisa Data
Analisa data untuk hasil variable-variabel pengukuran yang menggambarkan
reproduksi ikan lemuru seluruhnya dianalisa secara deskriptif dan analisa
hubungan antara panjang dan fekunditas dilakukan analisis regresi berpangkat.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Perbandingan Komposisi Ukuran Panjang dengan TKG dalam 1 tahun
Lemuru di perairan Selat Mentawai pada ukuran di bawah 140 mm FL
berada pada kondisi reproduksi yang belum matang (TKG 1-2). Lemuru mulai
mengalami kematangan gonad (di atas TKG 1-2) pada ukuran 140 - 150 mm FL,
dan mulai matang gonad pada ukuran 150 mm FL.
100%


TKG9

90%

TKG8

Persentase (%)

80%

TKG7

70%

TKG6

60%

TKG5

50%

TKG4

40%

TKG3

30%

TKG 2

20%

TKG1

10%
0%
120 - 130

130 - 140

140 - 150

150 - 160

160 - 170

170 - 180

180 - 190

190 - 200

>200

Kelas Panjang (mm)

Gambar 1. Histogram tingkat kematangan gonad ikan lemuru dengan ukuran kelas
panjang (mm FL) pada pengamatan 1 tahun.
Berdasarkan pada data komposisi TKG dan ukuran kelas panjang tersebut
di atas maka dapat diperkirakan bahwa pertama kali ikan lemuru di perairan
Siberut mulai memijah adalah pada ukuran panjang antara 140 – 160 mm FL.
Pada ikan jantan mulai matang gonad (TKG 3) pada ukuran 153 mm dan pada
ikan betina pada ukuran 163 mm. Hal yang serupa terjadi juga pada ikan lemuru
di perairan Australia dan Bali (Gaughan dkk., 2000) dan (Whitehead,1985).
Struktur Ukuran Panjang
Pada penghitungan distribusi kelas panjang (Gambar. 2) terlihat bahwa
ukuran kelas panjang antara 170 – 180 mm mendominasi populasi ikan dengan
rata-rata panjang 168 mm. Ukuran terkecil pada kelas panjang 120 – 130 mm
yaitu 120 mm dan ukuran terbesar pada kelas panjang 210 – 220 yaitu 214 mm.
30
n = 777
Frekuensi (%)

25
20
15
10
5
0
120 - 130 130 - 140

140 - 150 150 - 160 160 - 170 170 - 180 180 - 190 190 - 200

200 - 210

210 - 220

Ukuran Kelas Panjang (mm)

Gambar 2. Distribusi sebaran ukuran kelas panjang ikan lemuru (n = jumlah
keseluruhan)

Gonadal Somatic Indeks (GSI)
Variasi nilai GSI tiap bulan dalam satu tahun pengamatan sangat bervariasi
(Gambar 3), peningkatan nilai GSI yang tinggi pada keseluruhan individu tanpa
membedakan kelamin (gabungan) terjadi dimulai pada bulan Juni (1,56) hingga
bulan September (2,86). Nilai GSI terendah terjadi antara bulan Oktober (0,39)
hingga Desember (0,29).
3.5
3

Nilai GSI

2.5
2
1.5
1
0.5

0
Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun

Jul

Ags

Sep

Okt

Nov

Des

Bulan

Gambar 3. Grafik nilai GSI ikan lemuru tiap bulan selama satu tahun. (Gabungan
nilai keseluruhan sampel jantan dan betina).
Hal yang sama juga terjadi pada nilai GSI setelah dilakukan pemisahan
antara jantan dan betina (Gambar 4). Nilai GSI tertinggi pada jantan terjadi pada
bulan September (3,29) dan nilai GSI terendah terjadi pada bulan Desember
(0,20). Pada betina nilai GSI tertinggi juga terjadi pada bulan September (2,70)
dan nilai GSI terendah terjadi antara bulan Desember (0,31).
3.5
3

GSI

2.5
2

Betina
Jantan

1.5
1
0.5

___________________
Periode Pemijahan

0
Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun

Jul

Ags

Sep

Okt

Nov

Des

Bulan

Gambar 4. Grafik perubahan nilai GSI tiap bulan selama 1 tahun
Berdasarkan pada nilai GSI maka dapat diindikasikan bahwa awal
terjadinya proses gametogenesis pada ikan lemuru di Siberut terjadi pada bulan
Juni sampai Agustus dan berakhir pada bulan September hingga Oktober. Dilihat
dari grafik nilai GSI juga dapat diketahui bahwa musim pemijahan ikan lemuru di
Siberut terjadi hanya satu kali dalam satu tahun (Single Spawning) yaitu antara
bulan Juli hingga September dengan puncak musim pemijahan terjadi pada bulan
September.

Perubahan Tingkat Kematangan Gonad Bulanan
Proporsi tingkat kematangan gonad pada tiap individu yang mendekati proses
pemijahan terjadi pada bulan yang sama saat nilai GSI yang tinggi. Dimana
komposis TKG 3-5 (Pre Spawning) yang cukup tinggi bila dibandingkan dengan
komposis TKG 1-2,9 (No Spawning) terjadi pada kisaran bulan Juni hingga
September. Demikian pula sesuai dengan nilai GSI yang rendah, bahwa pada
kisaran bulan Oktober – Januari komposisi TKG 1-2,9 (No Spawning) berada
pada kisaran yang cukup tinggi dibandingkan dengan bulan yang lainnya.

Persentase

100%
90%

Post Spawning

80%
70%
60%

Pre Spawning

No Spawning

50%
40%
30%
20%
10%
0%
Jan Feb Mar Apr

Mei Jun

Jul

Ags Sep Okt Nov Des

Bulan

Gambar 5. Histogram proporsi tingkatan gonad pada individu (>140 mm FL) tiap
bulan. Pembagian tahapan gonad dibagi menjadi no spawning (TKG
1,2-9), pre spawning (TKG 3-5) dan post spawning (TKG 6-8).
Rasio Jenis Kelamin

Persentase (%)

1.2
1
0.8
Jantan

0.6

Betina

0.4
0.2
0
120-140

140-170

>170

Gabungan

Ukuran kelas panjang

.
Gambar 6. Histogram rasio kelamin lemuru pada tiap ukuran kelas panjang
Jumlah lemuru jantan sebanyak 411 ekor dan lemuru betina sebanyak
366. Perbandingan antara keduanya adalah 1,12 jantan : 1 betina. Bila
diklasifikasikan berdasarkan pada ukuran kelas panjang maka pada kelas panjang
120-140 mm perbandingan antara jantan dan betina adalah 0,81: 1. Pada kelas
panjang 140 -170 mm perbandingan antara keduannya adalah 1,9 : 1, sedangkan
pada kelas panjang di atas 170 mm didapatkan perbandingan antara jantan dan
betina adalah 0,5 : 1

100
Betina

90

Persentase (%)

80

Jantan

70
60
50
40
30
20
10
0
Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun

Jul

Ags

Sep

Okt

Nov

Des

Bulan

Gambar 7.

Histogram rasio kelamin ikan lemuru berdasarkan waktu (---- = ratarata rasio betina, ------ = rata-rata rasio jantan)

Bila rasio jenis kelamin diklasifikasikan berdasarkan pada waktu/bulan
(Gambar 7) maka terlihat bahwa rata-rata jumlah jantan (51,7%) lebih banyak
dibandingkan dengan jumlah betina (48,3%). Pada bulan Januari ikan jantan
sangat mendominasi (93%) dibandingkan dengan ikan betina. Pada saat
terjadinya proses pemijahan di bulan September, terlihat bahwa komposisi rasio
betina lebih banyak dibandingkan dengan jantan
Fekunditas dan Diameter Telur
Fekunditas dari seluruh sampel pada TKG 4-6 didapatkan bahwa nilai ratarata jumlah telur setiap 0,1 gram berat sampel telur adalah 449 butir. Fekunditas
total dari ikan lemuru di perairan pantai timur Pulau Siberut berkisar antara 1.688
– 21.573 butir dengan rata-rata fekunditas keseluruhan adalah 7.850 telur/betina.
Jumlah sampel keseluruhan pada ikan yang berada pada TKG-4 adalah 20 ekor,
pada TKG-5
25 ekor dan pada TKG-6 sebanyak 29 ekor. Ikan yang
fekunditasnya paling tinggi adalah ikan yang berukuran 21 cm, berat 120,1 gr
pada TKG-4
dengan jumlah telur 21.573 butir sedangkan ikan yang
fekunditasnya paling rendah adalah ikan yang berukuran 17 cm, berat 67,2 gr
pada TKG-6 dengan jumlah 1.688 butir.
Pada pengukuran diameter telur ikan lemuru, distribusi penyebaran ukuran
diameter telurnya memiliki dua rataan ukuran diameter telur dalam gonad yang
sama. Pada TKG-4 (Gambar 8) rataan ukuran diameter yang pertama berkisar
antara 0,28 – 0,36 mm dan rataan kedua berkisar antara 0,47 - 0,55 mm sedangkan
rata-rata ukuran diameter telur pada keseluruhan gonad TKG 4 adalah 0,46 mm.
Hal yang sama juga terjadi pada distribusi diameter telur TKG-6 (Gambar 9),
rataan yang pertama berkisar antara 0,25 – 0,36 mm dan rataan yang kedua
berkisar antara 0,48 – 0,57 mm dengan rata-rata pada keseluruhan gonad adalah
0,41 mm. Dilihat pola penyebaran diameter telur maka diketahui bahwa tipe
perkembangan telur termasuk tipe yang asinkronous dimana pada dalam satu
gonad berkembang lebih dari satu ukuran telur sehingga pemijahan dan ovulasi
yang dilakukan oleh lemuru terjadi lebih dari satu kali dalam rentang waktu
pemijahan (Murua, 2003)

20
18

Jumlah Telur (butir)

16
14
12
10
8
6
4
2

72

68

65

62

57

54

51

48

45

40

36

33

30

27

23

20

17

0

-2

Diameter Telur (mm) x 10

Gambar 8. Histogram distribusi diameter telur lemuru pada TKG-4. (n =200)

Jumlah Telur (butir)

25
20
15
10
5

58

56

54

52

50

48

44

39

37

35

33

31

29

27

25

23

21

19

0

-2

Diameter telur (mm) x 10

Gambar 9. Histogram distribusi diameter telur lemuru pada TKG 6 (n = 200)

Hubungan Panjang dengan Fekunditas
Berdasarkan hasil analisa data maka di dapatkan maka persamaan linier Y =
-7.217 + 7.749X dengan nilai koefisien korelasi (r) 0,673.

Histologis Gonad

Gambar 10 (Kiri). Histologi ovarium ikan lemuru pada berbagai tahap
kematangan. (A). Tahap 1. Ovari belum berkembang (Ep= Early perinuklear
stage, Lp= Late perinuklear stage). (B). Tahap 2. (Ey=Early yolk stage, Ly= Late
yolk stage). (C) dan (D). Tahap 3 (Pembentukan kuning telur ) dan Tahap 4
(Tahap pematangan akhir dan migrasi inti) (N = Inti sel , Yg=Yolk globules).
Tahap 5 (Post ovulatory folicel) (Tanda panah adalah oosit atresia).
Gambar 11 (Kanan). Histologi testis pada berbagai tahap perkembangan. A).
Tahap 1 (Immature Stage) ( Sc = Spermatosit, Sd= Spermatid, Sz=Sperma, I=
tubulus seminiferus, Tanda panah= Spermatogonium). B). Tahapan
Spermatogenesis C) dan D). Tahap pematangan spermatid (I= tubulus
seminiferus, Sc dan tanda panah=spermatid)

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Pada penelitian ini dapat disimpulkan beberapa hal:
1.
Pada ikan jantan ukuran pertama kali memijah adalah pada panjang 153 mm
dan pada ikan betina pada panjang 163 mm.
2.
Musim pemijahan ikan lemuru di perairan pantai timur Pulau Siberut terjadi
antara bulan Juli hingga September dengan puncaknya terjadi pada bulan
September
3.
Perbandingan populasi antara jantan dan betina secara keseluruhan adalah
1,12 : 1. Pada ukuran kelas panjang 120-140 mm perbandingannya adalah
0,81: 1, kelas panjang 140 -170 mm perbandingannya adalah 1,9 : 1, dan
pada ukuran >170 mm perbandingannya adalah 0,5 : 1.
4.
Tipe pemijahan ikan lemuru termasuk tipe partial spawning.

Saran
1. Untuk mendukung data biologi dan reproduksi agar dapat dimanfaatkan dalam
usaha pengelolaan kebijakan perikanan lemuru maka perlu dilakukan
penelitian lanjutan mengenai dinamika populasi ikan lemuru di Selat
Mentawai.
2. Diperlukan penelitian lanjutan mengenai larva ikan lemuru dan kondisi
lingkungan secara fisik dan biologi untuk mengetahui tempat terjadinya proses
pemijahan terjadi di Selat Mentawai
DAFTAR PUSTAKA
Arukwe, Augustine and Anders Goksøyr. 2003. Egg shell and egg yolk proteins in
fish:hepatic proteins for the next generation: oogenetic,population,and
evolutionary implications of endocrine disruption. Comparative Hepatology
2 : 4.
Billard R. 1992. Reproduction in rainbow trout: sex differentiation, dynamics of
gametogenesis, biology and preservation of gametes. J. Aquaculture. 100:
35-42.
Effendy MI. 1979. Metode Biologi Perikanan. Bogor : Yayasan Dewi Sri
Gaughan DJ, Mitchell RWD. 2000. The biology and stock assessment of the
tropical sardine, Sardinella lemuru, off the mid-west coast of Western
Australia. Australia. Final Report, FRDC Project 95/037: FISHERIES
RESEARCH REPORT NO. 119.
Martosubroto P. 2001. Report on a workshop to refine the draft management plan
for the Bali Strait sardine (lemuru) fishery. Fishcode management. Roma :
FAO.
Merta IGS. 1992. Dinamika Populasi Ikan Lemuru (Sardinella lemuru) di
perairan Selat Bali dan Alternatif Pengelolaannya. Disertasi. IPB. Bogor
Merta IGS, Widana K, Yunizal, and R. Basuki. 1999. Status of the lemuru fishery
in Bali Strait, Its development and prospects. In Fish Code Management.
Rome : FAO. 1-40 p.
Murua H, Saborido F. 2003. Female Reproductin Strategi of Marine Fish Species
of the North Atlantic. J. Northw. Atl. Fish. Sci, Vol. 33: 23-31
Myers RA, Ottensmeyer CA. 2005. Extinction Risk in Marine Species. In Norse,
E.A. and L.B. Crowder, eds. Marine Conservation Biology:The Science of
Maintaining the Sea’sBiodiversity. Washington DC (US A): Island Press.
Nagahama Y. 1983. The Functional Morphology of Teleost Gonads. In W.S.
Hoar, D.J. Randal, E.M. Donaldson (eds) Fish Physiology, Vol.XIA.
Florida: Academic Press.
Swan LD.1997. A Fish Farmer’s Guide to Understanding Water Quality.
Aquaculture Extension. Illinois: Indiana Sea Grant Program.
Whitehead PJP. (1985). FAO Species Catalogue Vol 7. Clupeoid fishes of the
world. Part I. FAO Fisheries Synopsis Rome. 125 (7).
WWF, 1980. Penyelamatan Siberut, sebuah Rancangan Induk Konservasi. A
World Wildlife Fund Report. Bogor. 134 hal

SEMINAR SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

NAMA

: MUFTI GINANJAR

NOMOR POKOK

: B025014011

PROGRAM STUDI

: BIOLOGI REPRODUKSI

JUDUL

: KAJIAN
REPRODUKSI
IKAN
LEMURU
(SARDINELLA LEMURU BLK.) BERDASARKAN
PERKEMBANGAN GONAD DAN UKURAN
IKAN DALAM MENENTUKAN MUSIM
PEMIJAHAN DI PERAIRAN PANTAI TIMUR
PULAU SIBERUT

KOMISI PEMBIMBING : Dr. Drh. Tuty L. Yusuf , M.S
Dr. Odang Carman, M.Sc
KELOMPOK/BID.ILMU : HEWAN
HARI/ TANGGAL

: SENIN/ 6 MARET 2006

WAKTU

: 11.00 – 12.00 WIB

TEMPAT

: FAPERIKAN IPB DARMAGA

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL............................................................................................

x

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................

xi

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................

xii

PENDAHULUAN
Latar Belakang........................................................................................

1

Tujuan Penelitian....................................................................................

4

Kegunaan Penelitian...............................................................................

4

Hipotesis .................................................................................................

4

TINJAUAN PUSTAKA
Ikan Lemuru ...........................................................................................
Karakteristik ikan lemuru...................................................................
Habitat ikan lemuru ...........................................................................
Usaha Penangkapan ikan lemuru.......................................................
Ikan lemuru di Siberut .......................................................................

5
5
7
8
10

Perkembangan Gonad .............................................................................
Perkembangan Testis ........................................................................
Perkembangan Ovarium.....................................................................

12
13
15

Keadaan Umum P. Siberut .....................................................................

19

Parameter Lingkungan............................................................................
Oksigen .............................................................................................
Suhu ..................................................................................................
pH.......................................................................................................

21
21
23
24

MATERI DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian.................................................................

26

Bahan dan Alat ......................................................................................

26

Metode Penelitian...................................................................................
Pengukuran Komposisi Panjang dengan TKG selama 1 tahun ........
Perkembangan Gametogenesis melalui Analisa Histologi ...............

26
26
29

Analisa Data ...........................................................................................

29

HASIL DAN PEMBAHASAN
Komposisi Ukuran Panjang dengan TKG selama 1 tahun ...................

30

Gonadal Somatic Indeks (GSI) ...............................................................

32

Struktur Ukuran Kelas Panjang ..............................................................

34

Perubahan Bulanan Tingkat Kematangan Gonad ..................................

37

Rasio Jenis Kelamin ..............................................................................

38

Fekunditas dan Diameter Telur .............................................................

40

Histologi Gonad .....................................................................................

42

Hubungan Panjang dan Berat ................................................................

44

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan.................................................................................................

45

Saran .......................................................................................................

45

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................

46

LAMPIRAN .....................................................................................................

49

DAFTAR TABEL

Halaman
1

Data morfologi dan morfometri ikan lemuru di P. Siberut ......................

6

2

Beberapa strategi reproduksi pada ikan laut ...........................................

17

3

Parameter kualitas air di perairan P. Siberut............................................

20

DAFTAR GAMBAR

Halaman
1

Sardinella lemuru yang tertangkap di P.Siberut ......................................

5

2

Penyebaran ikan lemuru di dunia.............................................................

7

3

Jenis lain ikan tamban di P. Siberut .........................................................

11

4

Histogram tingkat kematangan gonad ikan lemuru pada tiap ukuran
kelas panj ang pada pengamatan selama 1 tahun .....................................

30

Grafik nilai GSI ikan lemuru tiap bulan selama 1 tahun (Gabungan
nilai keseluruhan sampel jantan dan betina ) ...........................................

33

6

Grafik nilai GSI lemuru jantan dan betina selama 1 tahun .....................

33

7

Distribusi sebaran uk uran kelas panjang ikan lemuru .............................

35

8

Distribusi kelas panjang ikan lemuru berdasarkan waktu/bulan..............

36

9

Histogram proporsi tingkatan kematangan gonad tiap bulan ..................

37

10

Histogram rasio kelamin lemuru pada tiap ukuran kelas panjang .........

39

11

Histogram rasio kelamin ikan lemuru berdasarkan waktu.......................

39

12

Histogram distribusi diameter telur lemuru pada TKG-4 ........................

41

13

Histogram distribusi diameter telur lemuru pada TKG-6 ........................

41

14

Pemotongan melintang testis ikan lemuru pada berbagai tahapan
perkembangan .........................................................................................

43

Pemotongan melintang ovarium ikan lemuru pada berbagai tahap
kematangan .............................................................................................

44

5

15

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1

Ukuran pertama kali ikan lemuru jantan memijah di P.Siberut ..............

50

2

Ukuran pertama kali ikan lemuru betina memijah di P.Siberut ...............

51

3

Nilai Gonadal Somatic Indeks (GSI) bulanan ikan lemuru .....................

52

4

Data parameter pengukuran sampel bulanan ikan lemuru.......................

53

5

Fekunditas ikan lemuru TKG 4-6 selama satu tahun...............................

52

6

Analisa data hubungan fekunditas dengan panjang ikan.........................

54

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Ikan tamban (Sardinella lemuru Bleeker 1853) atau lebih dikenal dengan
nama lemuru merupakan salah satu ikan pelagis kecil yang terdapat di perairan
Indonesia. Ikan ini tersebar mulai dari perairan Laut Cina Selatan, perairan pantai
selatan Jawa Timur dan Bali juga tersebar sampai wilayah Indo-Pasifik, barat
daya Australia dan barat daya Laut Pasifik (Laut Jawa sampai bagian utara
Filipina, Hongkong, Taiwan dan Jepang). Awalnya nama lemuru mewakili
beberapa jenis ikan yaitu Sardinella longiceps, Sardinella aurita, Sardinella
leiogaster dan Sardinella clupeoides, kemudian berdasarkan (Whitehead, 1985)
selanjutnya nama ilmiah untuk lemuru hanya untuk satu spesies yaitu Sardinella
lemuru yang dalam bahasa Inggris lebih dikenal dengan nama Bali Sardinella.
Lemuru termasuk ikan yang memiliki nilai ekonomis yang cukup
menguntungkan. Biasanya hasil tangkapan ikan lemuru dikonsumsi dalam
keadaan segar atau dimanfaatkan sebagai bahan baku olahan dalam bentuk
pengalengan, pengeringan, pemindangan dan tepung ikan yang disesuaikan
dengan kualitas dari ikan hasil tangkapan. Ikan yang memiliki kualitas terbaik
dijadikan produk pengalengan sedangkan ikan yang kualitasnya kurang baik
dijadikan tepung ikan untuk bahan pakan ternak. Salah satu produk dari ikan
lemuru yang potensial untuk dikembangkan dan memiliki nilai ekonomi tinggi di
pasaran internasional adalah minyak ikan lemuru. Minyak ikan memiliki
kandungan Omega-3 (O-3) yang tinggi yang dapat digunakan dalam dunia
pengobatan sebagai pencegahan dari penyakit jantung. Selain itu ikan lemuru juga
digunakan sebagai umpan dalam usaha perikanan long line untuk menangkap ikan
tuna (Merta, 1992).
Masyarakat di Pulau Siberut memanfaatkan ikan lemuru sebagai kebutuhan
pangan secara langsung dalam keadaan segar karena di Siberut belum terdapat
usaha pengolahan ikan. Pusat penjualan ikan ini terdapat di Muara Siberut yang
merupakan kota kecamatan di wilayah Siberut Selatan. Bagi sebagian besar
masyarakat Siberut, lemuru sangat berperan penting dalam memenuhi kebutuhan
pangan terutama bagi mereka yang tinggal di daerah hulu sungai yang jauh dari

2
pantai. Selain dari harganya yang cukup terjangkau dibandingkan dengan jenis
ikan laut lainnya juga disebabkan karena ketersediaan protein hewani dari ikan
yang hidup di sungai

kurang berperan dan tidak cukup untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat karena memiliki biomassa yang kecil (Hartoto dan
Mulyana, 1997).
Suatu rencana pengelolaan perikanan khususnya lemuru saat ini perlu
untuk segera dibuat di wilayah perairan pantai Siberut. Hal ini berkaitan dengan
potensi dan peluang di masa mendatang bila melihat mulai meningkatnya interest
lokal, nasional dan internasional dalam pemanfaatan sumber daya perikanan
lemuru menjadi produk yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi, terutama bila
diolah menjadi produk minyak ikan. Adanya perencanaan pengelolaan sumber
daya perikanan lemuru merupakan inti atau dasar dari lahirnya suatu aturan
pengelolaan perikanan yang dapat merupakan suatu peluang untuk meningkatkan
kontrol dan tindakan antisipatif terhadap kondisi yang akan dan mungkin terjadi
(Elmer, 2001). Proses perencanaan dan pembuatan aturan pengelolaan sumber
daya perikanan lemuru harus melibatkan banyak pihak yang terkait. Hal ini
berkaitan dengan karakteristik sumber daya perikanan yang khas dan berbeda
dengan sumber daya lainnya. Sumber daya perikanan selama masih dalam air
tidak dimiliki oleh siapapun, selalu bergerak dan berpindah dari satu tempat ke
tempat lainnya, memiliki interaksi yang kuat antar spesies dan kondisi perairan
yang tidak statis (Martosubroto, 2001).
Kegiatan penangkapan sumber daya perikanan yang besar-besaran dapat
menyebabkan terjadinya lebih tangkap (overfishing). Ada dua pengertian lebih
tangkap yaitu lebih tangkap pertumbuhan (growth overfishing) dan lebih tangkap
rekruitmen (recruitmen overfishing). Lebih tangkap pertumbuhan terjadi bila ikan
kecil/muda ditangkap sebelum mencapai ukuran yang bisa untuk dilakukan
penangkapan yang dapat menyebabkan berkurangnya induk ikan yang melakukan
pemijahan, sedangkan lebih tangkap rekruitmen terjadi bila ikan dewasa yang
akan memijah tertangkap sehingga menyebabkan tidak cukupnya induk-induk
ikan untuk menghasilkan ikan- ikan yang muda (Froese, 2004). Salah satu bentuk
dari penerapan kebijakan pengelolaan perikanan adalah dengan melakukan
beberapa aturan yang mengikat para nelayan dan pihak yang terkait dalam bentuk

3
peraturan daerah. Aturan tersebut mengatur dalam hal pembatasan jumlah armada
tangkap, penggunaan ukuran mata jaring yang digunakan, penggunaan jaring yang
selektif, pengaturan wilayah dan waktu penangkapan serta penerapan selektivitas
pasar (Effendy, 1979, Myers dan Ottensmeyer, 2005).
Di dalam proses perencanaan pengelo laan perikanan lemuru maka
sebelumnya perlu diketahui beberapa data pendukung yang meliputi data biologi
ikan lemuru, data keadaan sosial masyarakat di sekitar perairan (jumlah nelayan,
jumlah kapal dan usaha pengolahan ikan) serta mekanisme kontrol dan
pengawasan dalam pelaksanaan aturan pengelolaan tersebut. Untuk mengetahui
data biologi ikan lemuru maka sebelumnya perlu untuk dilakukan penelitian dan
pengkajian mengenai ikan lemuru ini. Data penunjang hasil penelitian yang dapat
dijadikan acuan dalam menyusun suatu kebijakan manajemen pengelolaan ikan
lemuru

adalah dengan mengetahui data biologi reproduksi ikan lemuru

dan

ketersediaan (stock) populasi ikan lemuru di suatu perairan. Dari data tersebut
maka dapat diketahui waktu/musim ikan tersebut bereproduksi, rasio antara jantan
dan betina saat melakukan pemijahan, panjang dan berat ikan saat mencapai
tingkat kematangan gonad dan pada ukuran berapa ikan lemuru terkecil yang
boleh ditangkap untuk menjamin pemanfaatan yang lestari.

Data pendukung

lainnya yang berkaitan dengan pola reproduksi ikan lemuru adalah aspek
lingkungan perairan (suhu, oksigen terlarut, pH dan salinitas). Hal ini berkaitan
dengan pola reproduksi ikan lemuru yang dipengaruhi oleh faktor internal
(hormon) dan faktor eksternal (sinyal lingkungan). Pola reproduksi adalah
aktivitas yang berkaitan dengan fungsi perkembangbiakan ikan termasuk proses
pematangan gonad, migrasi dan pembuatan sarang (Nagahama, 1983), dimana
berdasarkan pola reproduksi tersebut proses pemijahan hanya akan terjadi pada
kondisi lingkungan perairan yang baik/sesuai untuk dilakukannya proses
reproduksi.
Berdasarkan hal tersebut maka perlu dilakukan penelitian mengenai
reproduksi ikan lemuru dan analisa faktor lingkungan di perairan pantai timur
Pulau Siberut sebagai suatu upaya dalam mendukung adanya kebijakan
pengelolaan perikanan di wilayah ini.

4
Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk me mpelajari pola reproduksi ikan lemuru
yang hidup di perairan pantai timur Pulau Siberut yang meliputi:
1.

hubungan antara tingkat kematangan gonad dengan waktu pemijahan.

2.

hubungan antara tingkat kematangan gonad dengan ukuran/bobot ikan.

3.

hubungan antara panjang dan berat dengan fekunditas.

4.

waktu pemijahan ikan lemuru dalam 1 tahun.

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian dapat menjadi acuan menyusun rencana kebijakan
pengelolaan lemuru di Pulau Siberut, dengan diketahuinya musim pemijahan,
ukuran pertama kali memijah, dan pola pemijahannya sehingga pemanfaatan
sumber daya perikanan ikan lemuru akan selalu lestari.

Hipotesis
Hal yang dapat dijadikan hipotesis pada penelitian ini antara lain:
1.

Dominasi tingkat kematangan gonad pada populasi ikan lemuru di Pulau
Siberut memiliki korelasi positif dengan musim pemijahan.

2.

Dewasa kelamin ikan lemuru di Pulau Siberut memiliki korelasi positif
dengan ukuran/bobot ikan.

3.

Fekunditas ikan lemuru di Pula u Siberut ditentukan oleh bobot/ukuran ikan.

TINJAUAN PUSTAKA
Ikan lemuru (Sardinella lemuru Bleeker , 1853)
Karakteristik Ikan Lemuru
Menurut Whitehead (1985), sistematika ikan lemuru adalah:
Famili

: Clupeidae

Sub.famili

: Clupeinae

Genus

: Sardinella

Sub.Genus

: Sardinella

Spesies

: Sardinella lemuru

Gambar 1.

Sardinella lemuru yang tertangkap di pantai timur Pulau Siberut

Sebelumnya terdapat perbedaan sistematika dari ikan lemuru terutama pada
lemuru yang terdapat di Selat Bali. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa
lemuru yang tertangkap di selat tersebut adalah Sardinella longiceps dan
penelitian lainnya menyebut nya sebagai Sardinella lemuru. Hal ini terjadi karena
adanya kemiripan antara dua spesies tersebut. Berdasarkan hasil identifikasi FAO
(Whitehead, 1985) maka ditetapkan bahwa lemuru yang terdapat di Selat Bali dan
di wilayah Indonesia termasuk pada Sardinella lemuru Bleeker 1853 (Gaughan
dkk., 2000). Lemuru memiliki nama yang berbeda di tiap negara yaitu Bali
Sardinella (Inggris), Hwang Tseih (Hong Kong), Hwang Sha-tin (Taiwan).
Sardinella lemuru memiliki bentuk badan yang memanjang dengan bentuk
perut yang membundar. Panjang kepala 25-29% dari panjang baku, dengan tinggi
badan sekitar 27-31%, dan panjang baku maksimum 23 cm. Jari-jari sirip
punggung berjumlah 14; jari-jari sirip anal 13-15; jari- jari sirip dada 16; jari- jari
sirip perut 9; tulang saring insang bagian bawah jumlahnya 146-166, dan ruas

6
tulang belakang 47-48. Pada bagian dalam insang ada bintik keemasan yang
berlanjut dengan warna keemasan pada bagian gurat sisinya disertai adanya bintik
hitam di bagian tutup insang.
Di Laut Hindia bagian timur dan Pasifik bagian barat, lemuru mudah
dibedakan dari semua Clupeid lainnya dengan melihat jumlah jari- jari sirip
pectoral, dan sirip pelvicnya. Hal yang membedakan Sardinella lemuru dengan S.
longicep adalah bagian kepala yang lebih pendek (26 sampai 29% dari panjang
standar; S. longicep 29-35%) dan memiliki selaput insang yang lebih sedikit (77
sampai 188 pada ikan ukuran 6,5 sampai 22 cm; pada S. longiceps 150-253 pada
ukuran 8 – 15.5 cm. Badan S. lemuru berwarna keperakan dengan biru gelap pada
bagian belakang (posterior); tidak terdapat bercak gelap pada dasar sirip
punggung dan pinggiran tepi sirip ekor berwarna gelap (Whitehead,1985).
Tabel 1. Data morfologi dan morfometrik ikan lemuru (Sardinella lemuru Blk.)
di perairan pantai timur Pulau Siberut.
Morfologi
- Tipe mulut terminal
- Ekor homocercal
Morphometrik :
- SL : 16,1 cm

- Panjang sirip pelvic : 1,4 cm

- BDP : 3,7 cm

- Sirip dorsal terpanjang : 2,7 cm

- CPL : 1,6 cm

- Panjang kepala : 4,2 cm

- CPD : 1,3 cm

- Lebar kepala : 1,7 cm

- Panjang sebelum sirip dorsal : 8,2 cm

- Panjang snout : 1,4 cm

- Panjang basis sirip dorsal : 2 cm

- Lebar suborbital : 1,1 cm

- Panjang basis sirip ekor : 1,5 cm

- Orbit - sudut preoperculum : 1,3 cm

- Tinggi sirip dorsal : 1 cm

- Diameter mata : 1 cm

- Tinggi sirip ekor : 3,5 cm

- Panjang maxilla : 1,2 cm

- Panjang sirip dada : 2,8 cm

- Lebar bawah kepala : 1,5 cm
Meristik :

D.18, C.24, P.18, L.l 46, diatas L.l 4, dibawah L.l 3, sisik melintang sepanjang
batang ekor 6, baris branchiostegal 3, ? insang I.3, predorsal 16

7
Karakter morfologi dan morfometri ikan Sardinella yang tertangkap di
Pulau Siberut (Tabel 1.) memiliki mulut yang letaknya tepat ada di bagian depan
kepala (terminal) dengan cabang sirip ekor yang sama bentuk dan panjang
(homocercal). Panjang kepala dan lebar badan sekitar 25-30% dari panjang
seluruh tubuhnya. Jumlah linear lateralis adalah 46 yang letaknya ada diantara
sisik keempat dari bagian atas tubuh dan sisik ketiga dari bagian bawah tubuh
ikan. Jumlah jari-jari sirip punggung berjumlah 18, jari-jari sirip perut 24 dan jarijari sirip dada berjumlah 18.

Habitat Ikan Lemuru
Penyebaran ikan lemuru di dunia banyak terdapat di sekitar Asia Tenggara,
Asia Timur dan Australia Bagian Barat. Di wilayah Samudera Hindia bagian
Timur di sekitar daerah Thailand, Jawa Timur dan Bali dan perairan Australia
Barat dan di Samudera Pasifik berdapat di daerah utara Jawa sampai Filipina,
Hongkong, Taiwan sampai Selatan Jepang (Gambar 2.).

Gambar 2.

Penyebaran lemuru di dunia ( warna merah (Sardinella lemuru),
merah muda (Non S. Lemuru).

Ikan lemuru hidup di sekitar perairan pantai sehingga relatif toleran terhadap
salinitas yang rendah (200 /00 ). Ikan lemuru termasuk pada kelompok ikan pelagis
kecil dan biasanya melakukan migrasi dan bergerombol serta memakan
phytoplankton dan zooplankton (copepoda). Pembentukan kelompok/bergerombol
(schooling) yang besar pada ikan lemuru biasanya pada ukuran ikan yang sama
dengan kepadatannya yang tinggi. Ini dilakukan sebagai salah satu strategi ikan

8
lemuru untuk menghindari predator, mencari lingkungan yang sesuai dan karena
adanya ketersediaan/kelimpahan pakan.
Pada siang hari, kelompok ikan ini dekat dasar perairan sementara ketika
malam hari kelompok ikan ini bergerak mendekati permukaan air dengan
kelompok-kelompok yang terpisah. Terkadang saat siang hari ketika cuaca
mendung ikan ini muncul pula berkelompok di dekat permukaan air. Penangkapan
ikan ini biasanya dilakukan pada saat malam hari ketika mendekati permukaan air
dibantu dengan cahaya lampu. Jumlah yang besar banyak terdapat di perairan
pantai terutama di Selat Bali saat terjadi upwelling di waktu tertentu, banyak
ditemukan di perairan teluk dan laguna (Merta dkk., 1999).
Pemijahan lemuru terjadi di perairan pantai ketika salinitas rendah pada
awal musim penghujan walaupun tempat yang pasti terjadinya pemijahan belum
dapat diketahui. Tipe pemijahan ikan lemuru termasuk pada tipe pemijahan ikan
yang tidak menjaga telurnya (non guard parental) dan eksternal spawning dimana
proses pemijahan terjadi di luar tubuh induknya secara berkelompok. Pada tipe
ikan yang melakukan eksternal spawning biasanya memiliki jumlah telur yang
banyak yang berkaitan dengan strategi dalam menjaga kelangsungan hidup
keturunannya.

Usaha Penangkapan Lemuru
Penangkapan ikan lemuru di Indonesia semakin lama semakin meningkat
dari tahun ke tahun. Berdasarkan pada data FAO (www. FAO.org), pada tahun
1983 jumlah penangkapan ikan lemuru hanya mencapai 59.980 ton kemudian
pada tahun 1999 jumlah penangkapan meningkat mencapai 161.470 ton.
Peningkatan usaha penangkapan lemuru meningkat sebanding dengan
peningkatan usaha pengolahan lemuru dan penggunaan alat tangkap yang
digunakan. Sebagai contoh di Selat Bali dimana saat penggunaan dan
berkembangnya alat tangkap purse seine pada tahun 1974 secara jelas
memperlihatkan adanya usaha penangkapan yang sangat cepat dan diikuti oleh
perkembangan usaha pengalengan ikan dan pembuatan tepung ikan sebagai bahan
pakan. Peningkatan usaha penangkapan ikan yang cepat ternyata mempengaruhi
struktur umur dan ukuran populasi ikan lemuru di Selat Bali. Hal ini

9
menyebabkan di Selat Bali status perikanan lemuru dalam keadaan ya ng lebih
tangkap (overfishing) berdasarkan pada beberapa model yang telah dikembangkan
(Merta, 1999).
Overfishing terjadi bila satu spesies ikan tertangkap lebih cepat
dibandingkan ikan tersebut dapat melakukan pertumbuhan dan reproduksi. Ada
beberapa jenis overfishing yaitu growth overfishing, recruit overfishing, economic
overfishing, ecosystem

overfishing

dan malthusian overfishing.

Growth

overfishing adalah suatu keadaan dimana ikan ditangkap sebelum mencapai tahap
perkembangan untuk mencapai dewasa. Biasanya terjadi pada ikan yang berumur
panjang dan lambat dalam mencapai matang gonad sedangkan recruitment
overfishing terjadi bila usaha penangkapan yang dilakukan menurunkan jumlah
ikan dewasa (breeding stock) yang dapat menghasilkan larva dan ikan baru
biasanya terjadi pada ikan pelagis yang berukuran kecil dan mengalami
kematangan gonad lebih cepat seperti ikan sarden dan teri. Jenis overfishing yang
lain adalah yang berkaitan dengan nilai ekonomi dari usaha penangkapan yaitu
economic overfishing, yang dapat terjadi bila biaya yang dikeluarkan pada setiap
unit penangkapan melebihi nilai ekonomi dari jumlah ikan yang didapat. Pada
overfishing ecosystem terjadi berkaitan dengan hubungannya antara satu spesies
ikan dengan spesies lain dalam ekosistem secara keseluruhan. Dimana perubahan
komposisi dari satu populasi jenis ikan tertentu akan menyebabkan berubahnya
komposisi spesies lainnya dalam suatu ekosistem secara keseluruhan, karena
berkaitan dengan pola rantai makanan yang terjadi dalam ekosistem tersebut
sedangkan malthusian overfishing biasa terjadi pada suatu daerah dengan jumlah
nelayan dan usaha penangkapan yang tinggi tetapi tidak ada cukup ikan yang
dapat ditangkap. Hal ini mengakibatkan penangkapan ikan dilakukan dengan cara
yang illegal (bom, penggunaan potas atau listrik). Biasanya terjadi pada daerah
yang populasi penduduknya padat, semakin meningkat populasi manusia maka
usaha penangkapan dilakukan lebih tinggi intensitasnya (Fisheries Component,
2001).
Untuk menanggulangi dan mengurangi dampak terjadinya overfishing maka
ada beberapa langkah yang dapat dilakukan.

Langkah- langkah tersebut adalah

dengan menurunkan aktivitas usaha penangkapan, pembuatan aturan pengelolaan

10
perikanan dan mengkombinasikan antara kebijakan pasar dengan pengelolaan
perikanan yang berkelanjutan. Penurunan aktivitas usaha penangkapan dilakukan
ketika akan melakukan rehabilitasi stok ikan tertentu yang telah mengalami
overfishing di suatu perairan. Tujuannya adalah untuk meningkatkan jumlah ikan
yang dewasa sehingga meningkatkan populasi/stok ikan di suatu perairan dan
mengembalikannya pada kondisi yang normal/seimbang. Pembuatan aturan
pengelolaan usaha perikanan dilakukan dengan tujuan untuk membangun kembali
populasi ikan yang overfishing sekaligus memperbaiki kondis i lingkungan
perairan habitat tempat ikan itu hidup. Aturan yang dapat diterapkan misalnya
dengan melakukan penutupan daerah penangkapan ikan dan selektivitas alat
tangkap. Penggunaan alat tangkap yang selektif adalah dengan menggunakan alat
tangkap yang dapat menangkap ikan pada ukuran yang lebih besar sehingga
meningkatkan nilai keberlanjutan populasi ikan. Selektivitas alat tangkap dapat
dilakukan dengan meningkatkan ukuran mata jaring, dan penerapan alat yang
memungkinkan keluarnya ikan kecil yang tertangkap oleh jaring. Penutupan
daerah penangkapan dilakukan berkaitan dengan dibatasinya usaha penangkapan
di suatu daerah atau wilayah tempat terjadinya pemijahan ikan di suatu daerah. Ini
dilakukan untuk memberikan kesempatan kepada ikan dewasa dalam melakukan
pemijahan dan memberikan kesempatan hidup kepada ikan yang kecil sehingga
rekruitmen terhadap populasi ikan akan bertambah. Hal lain yang dapat dilakukan
untuk mengurangi dampak dari overfishing adalah dengan mengkombinasikan
antara kebijakan pasar dengan pengelolaan perikanan yang berkelanjutan. Dimana
kontrol/penerimaan pasar terhadap usaha perdagangan ikan hanya dilakukan
berdasarkan pada ukuran/jenis ikan tertentu yang sesuai dengan ukuran minimal
ikan yang dapat menjamin populasi ikan pada kondisi yang berkelanjutan
(Wallace dan Fletcher, 1996).

Ikan Lemuru di Siberut
Saat ini potensi perikanan secara umum di perairan pantai Pulau Siberut
masih baik, nelayan masih mudah untuk mendapatkan ikan hanya dengan
menggunakan peralatan tradisional. Masyarakat di Pulau Siberut menyebut ikan
lemuru sebagai ikan tamban. Terdapat tiga jenis tamban yang dikenal oleh

11
masyarakat Siberut yaitu tamban duyung (Gambar 1.), tamban keru dan tamban
bakau (Gambar 3.). Tamban duyung terdapat di perairan pantai yang agak dalam,
tamban bakau terdapat di sekitar hutan bakau di tepi pantai dan tamban keru
ditangkap di sekitar muara sungai. Tamban bakau dan keru ditangkap oleh
nelayan setempat pada sore hari atau pagi hari dengan menggunakan jaring
insang. Ikan tamban duyung memiliki harga yang lebih tinggi dibandingkan
dengan tamban keru dan tamban bakau. Selain karena ukurannya relatif lebih
besar juga rasanya lebih enak,