Pengaruh Komponen Ukuran Kesehatan Bank Terhadap Jumlah Penyaluran Kredit Pada Bank Perkreditan Rakyat di Indonesia

PENGARUH KOMPONEN UKURAN KESEHATAN BANK
TERHADAP JUMLAH PENYALURAN KREDIT PADA
BANK PERKREDITAN RAKYAT DI INDONESIA

NUR FITRIANI BAHRI

DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Komponen
Ukuran Kesehatan Bank Terhadap Jumlah Penyaluran Kredit Pada Bank
Perkreditan Rakyat di Indonesia adalah benar karya saya dengan arahan dari
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2014

Nur Fitriani Bahri
NIM H24100008

ABSTRAK
NUR FITRIANI BAHRI. Pengaruh Komponen Ukuran Kesehatan Bank Terhadap
Jumlah Penyaluran Kredit Pada Bank Perkreditan Rakyat di Indonesia. Dibimbing
oleh BUDI PURWANTO.
Penelitian ini dilakukan untuk menjelaskan pengaruh komponen ukuran
kesehatan bank terhadap jumlah penyaluran kredit BPR di Indonesia periode
tahun 2009-2013. Jumlah penyaluran kredit digunakan sebagai variabel dependen
atau terikat yang ditunjukkan oleh besarnya jumlah dana kredit yang disalurkan.
Sedangkan komponen ukuran kesehatan bank pada penelitian menggunakan
analisis rasio keuangan CAMEL (CAR, NPL, NPM, ROA, ROE, BOPO, dan
LDR). Kelima parameter tersebut merupakan penyusun indikator variabel
independen dalam penelitian ini. Metode pada penelitian ini adalah metode
analisis kuantitatif dengan menggunakan Uji Regresi Linear Berganda atau

Multiple Linear Regression. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat
korelasi yang erat antara indikator variabel X dengan variabel Y. Dimana CAR,
NPL, NPM, ROA, BOPO, dan LDR memiliki nilai sig lebih kecil dari nilai
probabilitas 0.05 yaitu sebesar 0.000; maka H1 diterima, dan secara simultan
komponen ukuran kesehatan bank berpengaruh signifikan terhadap Jumlah
Penyaluran Kredit.
Kata kunci: kesehatan keuangan, kredit, rasio CAMEL

ABSTRACT
NUR FITRIANI BAHRI. The Influence of The Component of The Health Bank
Measurement Towards The Amount of The Credit Channeling on Bank
Perkreditan Rakyat in Indonesia. Supervised by BUDI PURWANTO.
This research is to explain the influence of the measurement component of
bank health to the amount of the credit channeling BPR in Indonesia in the period
2009-2013. The amount of the credit channeling is used as the dependent variable
or attached which is indicated by the large amount of credit funds disbursed.
Where as the component of the bank health measurement in the research uses the
analysis of financial ratio CAMEL (CAR, NPL, NPM, ROA, ROE, BOPO, and
LDR). These five parameters are the composer of the independent indicator
variable in this research. The method used in this research is quantitative analysis

method using Multiple Linear Regression. The research result shows there is a
correlation between variable X indicator and variable Y. Whereas CAR, NPL,
NPM, ROA, BOPO, and LDR have significance value less than the probability
value 0.05 which is 0.000; so the H1 is accepted, and simultaneously the
measurement component of bank health is influential significance toward the
amount of the credit channeling.
Keywords: financial health, credit, CAMEL ratio

PENGARUH KOMPONEN UKURAN KESEHATAN BANK
TERHADAP JUMLAH PENYALURAN KREDIT PADA
BANK PERKREDITAN RAKYAT DI INDONESIA

NUR FITRIANI BAHRI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Manajemen


DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala nikmat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan.
Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2014
ini ialah komponen ukuran kesehatan bank, dengan judul Pengaruh Komponen
Ukuran Kesehatan Bank Terhadap Jumlah Penyaluran Kredit Pada Bank
Perkreditan Rakyat di Indonesia.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Ir. Budi Purwanto, ME selaku
pembimbing. Di samping itu, ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada
Ayahanda Upti Saidil Bahri dan Ibunda Maemunah atas segala doa dan kasih
sayangnya, seluruh keluarga dan sahabat-sahabat tercintaatas segala bentuk
dukungannya, serta terima kasih kepada teman-teman Manajemen Angkatan 47,
dosen dan staff Departemen Manajemen Institut Pertanian Bogor.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.


Bogor, Agustus 2014
Nur Fitriani Bahri

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
3
Tujuan Penelitian
3
Manfaat Penelitian

3
Ruang Lingkup Penelitian
3
TINJAUAN PUSTAKA
3
Peraturan Gubernur Bank Indonesia Nomor 6/10/2004 tahun 2004
3
Peraturan Bank Indonesia No.13/PBI/2011
4
Kredit
4
Penelitian Terdahulu
5
METODE
5
Kerangka Pemikiran Penelitian
5
Lokasi dan Waktu Penelitian
6
Pengumpulan Data

6
Pengolahan dan Analisis Data
6
HASIL DAN PEMBAHASAN
9
Gambaran Umum Bank Perkreditan Rakyat di Indonesia
9
Komponen Ukuran Kesehatan Bank yang Mempengaruhi Jumlah Penyaluran
Kredit BPR di Indonesia
10
Pengaruh Komponen Ukuran Kesehatan Bank terhadap Jumlah Penyaluran
Kredit BPR di Indonesia
11
Implikasi Manajerial
15
SIMPULAN DAN SARAN
16
Simpulan
16
Saran

17
DAFTAR PUSTAKA
17
LAMPIRAN
19
GLOSARIUM
30
RIWAYAT HIDUP
31

DAFTAR TABEL
1 Nilai rasio komponen ukuran kesehatan BPR di Indonesia tahun 20092013 (satuan dalam %)
2 Hipotesis penelitian
3 Total kredit dan tingkat pertumbuhan BPR di Indonesia tahun 20092013
4 Nilai rasio komponen ukuran kesehatan BPR di Indonesia tahun 20092013 (satuan dalam %)
5 Tingkat signifikansi komponen ukuran kesehatan bank
6 Hasil koefisien determinasi
7 Hasil uji F
8 Hasil uji t


1
9
9
10
10
12
13
13

DAFTAR GAMBAR
1 Analisis trend total kredit dan tingkat pertumbuhan kredit BPR tahun
2009-2013
2 Kerangka pemikiran penelitian
3 Rumus persamaan regresi linear berganda

2
5
11

DAFTAR LAMPIRAN

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

Predikat kesehatan bank untuk komponen ukuran CAR
Predikat kesehatan bank untuk komponen ukuran NPL
Predikat kesehatan bank untuk komponen ukuran NPM
Predikat kesehatan bank untuk komponen ukuran ROA

Predikat kesehatan bank untuk komponen ukuran ROE
Predikat kesehatan bank untuk komponen ukuran BOPO
Predikat kesehatan bank untuk komponen ukuran LDR
Daftar nilai rasio komponen ukuran kesehatan bank setiap bulan dari
tahun 2009 sampai tahun 2013 (satuan dalam %)
Daftar jumlah kredit yang disalurkan setiap bulan dari tahun 2009
sampai tahun 2013
Hasil uji multikolinieritas variabel bebas
Grafik uji normalitas
Hasil statistik uji normalitas
Grafik uji heteroskedastisitas
Hasil statistik uji heteroskedastisitas
Penelitian Terdahulu

19
19
19
19
20
20
20
21
23
25
26
26
27
27
28

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit
dan atau bentuk-bentuk lainnya, dalam rangka meningkatkan taraf hidup
masyarakat banyak. Bank memiliki peran yang sangat penting sebagai sumber
penyedia dana bagi segala aspek kebutuhan finansial. Sehingga bank seringkali
disebut sebagai fungsi intermediasi yang merupakan penyalur dana dari unit-unit
ekonomi yang memiliki kelebihan dan kepala unit-unit yang kekurangan dana
(Siamat 2005).
Berdasarkan Undang-Undang No.7 tahun 1992 tentang Perbankan
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 10 tahun 1998 Bank
terbagi menjadi dua jenis yaitu Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat. Bank
Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan
atau berdasarkan prinsip syariah, yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam
lalu lintas pembayaran. Sedangkan Bank Perkreditan Rakyat merupakan bank
yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip
syariah, tetapi tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Keberadaan Bank Perkreditan Rakyat sangat penting karena bertujuan untuk
memberikan pelayanan bagi kelompok-kelompok masyarakat ekonomi lemah dan
pengusaha kecil di pedesaan ataupun di perkotaan yang memerlukan bantuan
kredit untuk modal kerja. Hal tersebut menjadikan lembaga perkreditan di
Indonesia menjadi alat penggerak bagi kehidupan ekonomi rakyat. Oleh
karenanya BPR menjadi salah satu alat penunjang keberhasilan pembangunan di
bidang ekonomi. Salah satu faktor penting yang harus diperhatikan agar
keberlangsungan BPR tetap terjaga adalah komponen ukuran kesehatan BPR.
Adapun nilai rasio komponen ukuran kesehatan BPR di Indonesia tahun 2009
sampai 2013 dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Nilai rasio komponen ukuran kesehatan BPR di Indonesia tahun 20092013 (satuan dalam %)
INDIKATOR

2009

2010

2011

2012

2013

Ratarata

Keterangan

CAR
NPL
NPM
ROA
ROE
BOPO
LDR

24.17
6.90
4.14
3.09
25.08
81.82
79.61

30.01
6.12
4.28
3.16
26.71
80.97
79.02

28.68
5.22
4.51
3.32
29.46
79.47
78.54

27.55
4.75
4.67
3.46
32.63
77.77
78.63

28.50
4.43
4.50
3.43
32.24
77.57
84.20

27.78
5.48
4.42
3.29
29.22
79.52
80.00

Sangat Sehat
Tidak Sehat
Sangat Sehat
Sangat Sehat
Sangat Sehat
Sangat Sehat
Sehat

Sumber : Statistik Perbankan Indonesia, diolah

Tabel 1 menunjukkan bahwa masih terdapat komponen ukuran kesehatan
bank yang tidak sehat yaitu NPL. Komponen tersebut pastinya akan mengganggu
aktivitas BPR salah satunya adalah pengalokasian dana atau penggunaan dana.
Pengalokasian dana atau penggunaan dana BPR dilakukan melalui penyaluran
kredit. Peran dan kontribusi BPR dalam penyaluran kredit pun menjadi sangat

2
penting dalam sektor pembiayaan. Hal tersebut karena pendapatan bunga dari
penyaluran kredit menjadi pendapatan terbesar BPR itu sendiri, sehingga banyak
BPR berlomba-lomba meningkatkan penyaluran kredit. Namun penyaluran kredit
harus dilakukan secara efektif karena apabila tidak efektif maka
akan
menimbulkan kredit macet yang sangat tinggi. Hal tersebut akan menyebabkan
tingginya biaya operasional bank yang kemudian berpotensi menurunkan laba,
dan dapat mengurangi kemampuan bank untuk meningkatkan modalnya. Secara
tidak langsung juga akan mengancam kesehatan dan keberlangsungan BPR di
masa depan. Adapun trend total kredit dan tingkat pertumbuhan kredit tahun 2009
sampai tahun 2013 dapat dilihat pada Gambar 1.
70,000
60,000
50,000

Jumlah
Penyaluran
Kredit (Miliar Rp)

40,000
30,000

Tingkat
Pertumbuhan
Kredit (%)

20,000
10,000
0,000
2009 2010 2011 2012 2013

Gambar 1 Analisis trend total kredit dan tingkat pertumbuhan
kredit BPR tahun 2009-2013

Gambar 1 menunjukkan bahwa total kredit yang disalurkan BPR dari tahun
ke tahun mengalami peningkatan, begitupun analisis trend total kredit BPR tahun
2009 sampai tahun 2013 yang mengalami peningkatan. Namun, tingkat
pertumbuhan kredit BPR cenderung mengalami penurunan pada tahun 2011
hingga tahun 2013. Tingkat pertumbuhan kredit yang menurun menunjukkan
bahwa peningkatan jumlah kredit yang disalurkan saat ini lebih kecil dari pada
jumlah kredit yang disalurkan sebelumnya. Sehingga perlu diketahui apa sajakah
faktor yang mempengaruhi penyaluran kredit agar BPR bisa menyusun strategi
guna meningkatkan penyaluran kredit.
Berdasarkan uraian tersebut, perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh
komponen ukuran kesehatan bank terhadap pemberian kredit (jumlah penyaluran
kredit) pada BPR di Indonesia. Ukuran kesehatan bank dianalisis menggunakan
rasio keuangan CAMEL (Capital diproksikan dengan CAR, Asset Quality yang
diproksikan dengan NPL, Management yang diproksikan dengan NPM, Earnings
yang diproksikan dengan ROA, ROE, dan BOPO, serta Liquidity yang
diproksikan dengan LDR) terhadap jumlah penyaluran kredit BPR di Indonesia
pada periode 2009 sampai 2013.

3
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di paparkan, maka masalah-masalah
yang relevan dengan penelitian ini adalah:
1. Apa saja komponen ukuran kesehatan bank yang mempengaruhi jumlah
penyaluran kredit BPR di Indonesia?
2. Bagaimana pengaruh komponen ukuran kesehatan bank terhadap jumlah
penyaluran kredit BPR di Indonesia?

Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah dijelaskan maka tujuan dari
penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi komponen ukuran kesehatan bank yang mempengaruhi
jumlah penyaluran kredit BPR di Indonesia.
2. Menganalisis pengaruh komponen ukuran kesehatan bank terhadap jumlah
penyaluran kredit BPR di Indonesia.

Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan bagi BPR dalam mengambil keputusan yang berhubungan dengan
manajemen kesehatan bank dan manajemen penyaluran kredit, sehingga BPR
dapat membuat kebijakan yang tepat untuk menjaga kesehatan bank dan stabilitas
penyaluran kredit yang diberikan. Bagi peneliti lain maupun pembaca dapat
dijadikan bahan informasi atau bahan acuan untuk menyempurnakan penelitian
berikutnya yang berkaitan dengan topik penelitian ini.

Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini mengkaji komponen ukuran kesehatan bank
pada Bank Perkreditan Rakyat di Indonesia. Analisis komponen ukuran kesehatan
bank dilakukan menggunakan analisis rasio keuangan CAMEL. Data keuangan
yang digunakan pada penelitian yaitu data laporan keuangan BPR Indonesia tahun
2009-2013.

TINJAUAN PUSTAKA
Peraturan Gubernur Bank Indonesia Nomor 6/10/2004 tahun 2004
Tingkat kesehatan perbankan adalah hasil penelitian kualitatif atas berbagai
aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu bank melalui
penilaian kuantitatif dan atau penilaian kualitatif terhadap faktor-faktor
permodalan, kualitas asset, manajemen, rentabilitas, dan likuiditas. Penilaian

4
kuantitatif adalah penilaian terhadap posisi, perkembangan, dan proyeksi rasiorasio keuangan bank. Sedangkan penilaian kualitatif berkaitan dengan penilaian
terhadap faktor-faktor yang mendukung hasil penelitian kuantitatif, penerapan
manajemen risiko, dan kepatuhan bank. Faktor-faktor yang digunakan Bank
Indonesia dalam melakukan penilaian tingkat kesehatan bank disebut dengan
CAMEL. CAMEL dapat menggambarkan suatu hubungan atau perbandingan
antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain. Sehingga dengan rasio
CAMEL diperoleh gambaran baik buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu
bank (Siamat 2005).

Peraturan Bank Indonesia No.13/PBI/2011
Kebijakan penilaian tingkat kesehatan bank kembali diperbarui oleh Bank
Indonesia pada tanggal 25 Oktober 2011 dengan mengeluarkan Peraturan Bank
Indonesia No.13/PBI/2011. Peraturan baru ini merupakan penyempurnaan dari
metode CAMELS yang sebelumnya digunakan. Metode baru yang ditetapkan oleh
Bank Indonesia merupakan metode dengan pendekatan risiko yakni Risk-based
Bank Rating. Metode Risk-based Bank Rating atau RBBR merupakan metode
yang terdiri dari empat faktor penilaian yakni Risk Profile, Good Corporate
Governance (GCG), Earning, dan Capital. SE BI No 13/24/DPNP menjelaskan
bahwa “profil risiko merupakan penilaian terhadap risiko inheren dan kualitas
penerapan manajemen risiko yang mencakup 8 jenis risiko yaitu, risiko pasar,
risiko kredit, risiko likuiditas, risiko operasional, risiko hukum, risiko stratejik,
risiko kepatuhan dan risiko reputasi”. Faktor kedua yang menjadi dasar penilaian
adalah Good Corporate Governance (GCG). Penilaian terhadap faktor GCG
mencakup kedalam tiga aspek utama yakni, governance structure, governance
process, dan governance output.

Kredit
Kredit menurut Undang-Undang Perbankan No. 10 tahun 1998 adalah
penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain
yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu
tertentu dengan pemberian bunga. Terdapat tiga tujuan pemberian kredit. Pertama
adalah mencari keuntungan dari bunga yang diterima oleh bank sebagai balas jasa
dan biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah. Kedua, untuk
membantu usaha nasabah yang memerlukan dana. Ketiga, untuk membantu
pemerintah dalam berbagai bidang, sebab semakin banyak kredit yang disalurkan
maka akan semakin baik dalam rangka peningkatan pembangunan dalam berbagai
sektor, terutama sektor rill (Kasmir 2013).

5
Penelitian Terdahulu
Berdasarkan penelitian yang dilakukan tentang pengaruh komponen
kesehatan bank terhadap jumlah penyaluran kredit dengan menggunakan rasio
keuangan CAMEL dan analisis regresi linear berganda sebagai alat analisis,
peneliti menyusun tabel yang memperlihatkan deskripsi hasil penelitian
sebelumnya. Tabel teersebut dapat dilihat pada lampiran 15.

METODE
Kerangka Pemikiran Penelitian
Penilaian komponen ukuran kesehatan bank pada dasarnya dilakukan
dengan pendekatan kualitatif atas berbagai faktor yang berpengaruh terhadap
kondisi dan perkembangan suatu bank. Pendekatan tersebut dilakukan dengan
menilai faktor-faktor permodalan, kualitas aktiva produktif, manajemen,
rentabilitas, dan likuiditas.
Bank Perkreditan Rakyat

Komponen Ukuran
Kesehatan Bank
Rasio CAMEL

Capital

Asset Quality

Management

CAR

NPL

NPM

Earnings

ROA

ROE

Liquidity

BOPO

LDR

Jumlah Penyaluran Kredit
Multiple Linear Regression

Pengaruh Komponen Ukuran Kesehatan Bank Terhadap
Jumlah Penyaluran Kredit

Gambar 2 Kerangka pemikiran penelitian
Penelitian ini menggunakan dua alat analisis. Analisis pertama dengan
menggunakan perhitungan rasio keuangan CAMEL (Capital, Assets Quality,

6
Management, Earnings, dan Liquidity) yang berkaitan dengan komponen ukuran
kesehatan bank. Rasio CAMEL biasanya diproksikan menjadi capital adequacy
ratio (CAR), non performing loan (NPL), net profit margin (NPM), loan to
deposit ratio (LDR), return on assets (ROA), return on equity (ROE), biaya
operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) (Surat Edaran Bank
Indonesia Nomor 3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001). Alat analisis kedua
adalah menggunakan Uji Regresi Linear Berganda atau Multiple Linear
Regression. Kerangka pemikiran penelitian mengenai pengaruh komponen ukuran
kesehatan bank terhadap jumlah penyaluran kredit pada Bank Perkreditan Rakyat
di Indonesia dapat dilihat pada Gambar 2.

Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada Bank Perkreditan Rakyat di Indonesia yang
terdapat di situs resmi Bank Indonesia selama kurun waktu tahun 2009 sampai
dengan tahun 2013. Waktu penelitian selama tiga bulan yang dimulai pada bulan
Februari 2014 hingga Mei 2014.

Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan adalah data sekunder. Data sekunder didapat dari
studi literatur berupa laporan keuangan BPR yang di publikasikan oleh Bank
Indonesia selama periode 2009-2013. Studi literatur pendukung lainnya didapat
dari berbagai sumber seperti buku, internet, jurnal, maupun skripsi-skripsi
terdahulu. Metode yang digunakan dalam memperoleh data yaitu dengan studi
pustaka pengumpulan data sekunder.

Pengolahan dan Analisis Data
CAMEL merupakan kepanjangan dari Capital (C), Asset Quality (A),
Management (M), Earning (E), dan Liquidity (L). Analisis CAMEL diatur dalam
Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 perihal sistem penilaian Tingkat
Kesehatan Bank Umum dan Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/1/PBI/2007
Tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip
Syariah. Penilaian komponen kesehatan bank berdasarkan ketentuan Bank
Indonesia mencakup penilaian terhadap rasio rasio keuangan CAMEL yang terdiri
dari,
1. Permodalan (Capital)
Siamat (2005) menyatakan bahwa permodalan merupakan penilaian
pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor permodalan dilakukan melalui
penilaian terhadap kecukupan pemenuhan Kewajiban Penyediaan Modal
Minimum (KPMM) terhadap ketentuan yang berlaku atau Capital Adequacy Ratio
(CAR) dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut:

7
CAR =

x 100%.............(1)

2. Kualitas Aset (Asset Quality)
Menurut Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 3/30/DPNP tanggal 14
Desember 2001, Kualitas aktiva produktif adalah semua aktiva dalam rupiah
atau valas yang dimiliki oleh bank dengan maksud untuk memperoleh
penghasilan sesuai dengan fungsinya, yaitu pemberian kredit, kepemilikan
surat-surat berharga, dan penempatan dana kepada bank lain baik dari dalam
maupun luar negeri terkecuali penanaman dana dalam bentuk giro atau
penyertaan. Asset Quality dihitung menggunakan pendekatan NPL (Non
Performing Loan) yaitu rasio yang menghitung tingkat kredit bermasalah
dibandingkan dengan total kredit yang telah diberikan kepda pihak ketiga
namun tidak termasuk kredit yang diberikan ke bank lain. Secara umum NPL
dirumuskan sebagai berikut:
NPL =

x 100%.......................(2)

3. Manajemen (Management)
Penelitian Payamta & Machfoedz dalam Widiharto (2008) menggambarkan
tingkat kesehatan bank dari aspek manajemen dengan rasio Net Profit Margin
(NPM), alasannya karena kemampuan manajemen perbankan dalam
mengendalikan operasinya ke dalam maupun keluar. Pengendalian operasi
yang baik memiliki sistem dan prosedur yang jelas didukung dengan sumber
daya manusia yang handal, kepemimpinan manajemen professional serta
ketersedian teknologi informasi. Net Profit Margin dalam penelitian ini
dihitung dengan membagi Net Income atau laba bersih dengan Operating
Income atau laba usaha. Semakin tinggi net profit margin, semakin baik
operasi suatu perusahaan. Net Profit Margin (NPM) dihitung sebagai berikut:
NPM =

x 100%...............................(3)

4. Profitabilitas (Earnings)
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001
menjelaskan bahwa aspek Earnings dilakukan untuk melihat kemampuan
bank dalam meningkatkan laba dan efisien usaha yang dicapai. Bank yang
sehat adalah bank yang diukur secara rentabilitasnya terus meningkat. Pada
aspek profitabilitas dihitung dengan 3 pendekatan, yaitu Return on Assets
(ROA), Return on Equity (ROE), dan Biaya Operasional dibandingkan dengan
Pendapatan Operasional (BOPO).
Return on Assets (ROA) digunakan untuk mengetahui tingkat laba sebelum
pajak dalam 12 bulan terakhir dibandingkan dengan rata-rata volume usaha
dalam periode yang sama. Sehingga dapat diketahui ukuran kemampuan bank
dalam menggunakan aset yang dimilikinya dalam menghasilkan laba kotor.
ROA dirumuskan sebagai berikut:

8
ROA =

x 100%.......................................(4)

Return on Equity (ROE) digunakan untuk mengindikasikan kemampuan bank
dalam menghasilkan laba berdasarkan ketentuan Kewajiban Penyediaan
Modal Minimum yang berlaku. ROE dihitung sebagai berikut:
ROE =

x 100%...........................................(5)

Biaya Operasional dibandingkan dengan Pendapatan Operasional (BOPO)
digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi kemampuan bank dalam
melakukan kegiatan operasinya. Semakin tingga rasio menunjukkan semakin
tidak efisien biaya operasional bank. BOPO diketahui oleh tingkat
perbandingan antara biaya operasional yang ditanggung bank terhadap
pendapatan operasional yang mampu dihasilkan. Rumus BOPO yaitu:
BOPO =

x 100%...................(6)

5. Likuiditas (Liquidity)
Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia Nomer 3/30/DPNP tanggal 14
Desember 2001 penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor likuiditas
bank dilakukan atas kemampuan bank dalam membayar semua hutanghutangnya terutama simpanan tabungan, giro, dan deposito pada saat ditagih
serta dapat memenuhi semua permohonan kredit yang layak untuk disetujui.
Penilaian menggunakan komponen Loan to Deposit Ratio (LDR). LDR
menunjukkan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali
penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang
diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Rumus untuk menghitung LDR:
LDR =

x 100%....................................(7)

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan metode Multiple
Linear Regression karena peneliti ingin menguji pengaruh beberapa indikator
variabel independen terhadap satu variabel dependen. Pengaruh komponen ukuran
kesehatan bank terhadap jumlah penyaluran kredit dapat diketahui dengan
menggunakan analisis rasio CAMEL (CAR, NPL, NPM, ROA, ROE, dan BOPO,
serta LDR) sebagai indikator variabel independen dan jumlah penyaluran kredit
sebagai indikator variabel dependennya. Pengaruh langsung variabel independen
terhadap variabel dependen ditelusuri dengan analisis regresi linear berganda
dengan menggunakan SPSS 16. Hipotesis yang dihasilkan pada penelitian
mengenai pengaruh komponen ukuran kesehatan bank terhadap jumlah
penyaluran kredit pada Bank Perkreditan Rakyat di Indonesia dapat dilihat pada
Tabel 2.

9
Tabel 2 Hipotesis penelitian
Hipotesis
H01 : Tidak terdapat pengaruh CAR terhadap jumlah penyaluran kredit
H11 : Terdapat pengaruh CAR terhadap jumlah penyaluran kredit
H02 : Tidak terdapat pengaruh NPL terhadap jumlah penyaluran kredit
H12 : Terdapat pengaruh NPL terhadap jumlah penyaluran kredit
H03 : Tidak terdapat pengaruh NPM terhadap jumlah penyaluran kredit
H13 : Terdapat pengaruh NPM terhadap jumlah penyaluran kredit t
H04 : Tidak terdapat pengaruh ROA terhadap jumlah penyaluran kredit
H14 : Terdapat pengaruh ROA terhadap jumlah penyaluran kredit
H05 : Tidak terdapat pengaruh ROE terhadap jumlah penyaluran kredit
H15 : Terdapat pengaruh ROE terhadap jumlah penyaluran kredit
H06 : Tidak terdapat pengaruh BOPO terhadap jumlah penyaluran kredit
H16 : Terdapat pengaruh BOPO terhadap jumlah penyaluran kredit
H07 : Tidak terdapat pengaruh LDR terhadap jumlah penyaluran kredit
H17 : Terdapat pengaruh LDR terhadap jumlah penyaluran kredit

HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Bank Perkreditan Rakyat di Indonesia
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) merupakan lembaga perkreditan di
Indonesia yang berfungsi sebagai alat penggerak bagi kehidupan ekonomi rakyat.
Pada tahun 2009, total kredit yang disalurkan BPR sebesar 28.001 (x109 Rp),
2010 sebesar 33.844(x109 Rp), 2011 sebesar 41.100(x109 Rp), 2012 sebesar
49.818(x109 Rp), hingga 2013 total kredit sebesar 41.100(x109 Rp). Data
menunjukkan bahwa setiap tahun total kredit yang disalurkan BPR cenderung
meningkat. Namun, pertumbuhan kredit BPR menunjukkan hasil yang bertolak
belakang karena nilainya cenderung turun dari 21.44% (2011) menjadi 21.21%
(2012), 21.21% menjadi 18.78% (2013). Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3 Total kredit dan tingkat Pertumbuhan BPR di Indonesia tahun 20092013
INDIKATOR

2009

2010

2011

2012

2013

Total Kredit BPR
(x109 Rp)
Pertumbuhan
Kredit (%)

28.001

33.844

41.100

49.818

59.176

20.87

21.44

21.21

18.78

Sumber : Statistik Perbankan Indonesia, diolah

10
Terlihat data pada tabel 4 menunjukkan bahwa komponen NPL berada pada
kategori tidak sehat yaitu sebesar 5.48% yang menandakan bahwa nilai tersebut
berada diatas nilai maksimum kategori sehat komponen NPL yaitu sebesar 5%.
Namun lima komponen ukuran kesehatan bank lainnya berada dalam angka dalam
kategori cenderung sangat sehat, nilai rata-rata CAR, NPM, ROA, ROE, dan
BOPO berturut-turut sebesar 27.78%; 4.42%; 3.29%; 29.22%; dan 79.52%.
Sedangkan LDR masuk dalam kategori sehat dengan nilai rata-rata rasio sebesar
80%.
Tabel 4 Nilai rasio komponen ukuran kesehatan BPR di Indonesia tahun 20092013 (satuan dalam %)
INDIKATOR

2009

2010

2011

2012

2013

Ratarata

Keterangan

CAR
NPL
NPM
ROA
ROE
BOPO
LDR

24.17
6.90
4.14
3.09
25.08
81.82
79.61

30.01
6.12
4.28
3.16
26.71
80.97
79.02

28.68
5.22
4.51
3.32
29.46
79.47
78.54

27.55
4.75
4.67
3.46
32.63
77.77
78.63

28.50
4.43
4.50
3.43
32.24
77.57
84.20

27.78
5.48
4.42
3.29
29.22
79.52
80.00

Sangat Sehat
Tidak Sehat
Sangat Sehat
Sangat Sehat
Sangat Sehat
Sangat Sehat
Sehat

Sumber : Statistik Perbankan Indonesia, diolah

Komponen Ukuran Kesehatan Bank yang Mempengaruhi Jumlah
Penyaluran Kredit BPR di Indonesia
Berdasarkan hasil uji regresi linear berganda dapat diketahui nilai
signifikansi komponen CAR, NPL, NPM, ROA, BOPO, dan LDR memiliki nilai
yang sama yaitu sebesar 0.000. Hal tersebut menunjukkan bahwa nilai signifikansi
lebih kecil dari nilai probabilitas yaitu 0.005, sehingga dapat disimpulkan bahwa
hipotesis null ditolak, artinya komponen CAR, NPL, NPM, ROA, BOPO, dan
LDR memiliki pengaruh terhadap jumlah penyaluran kredit. Namun nilai
signifikansi komponen ROE sebesar 0.204 yang menunjukkan bahwa nilai
signifikansi lebih besar dari nilai probabilitas yaitu 0.005, sehingga dapat
disimpulkan bahwa hipotesis null diterima, artinya komponen ROE tidak
memiliki pengaruh terhadap jumlah penyaluran kredit. Data dapat dilihat pada
tabel 5.
Tabel 5 Tingkat signifikansi komponen ukuran kesehatan bank
No Komponen
Signifikansi Hipotesis Null Kesimpulan Hipotesis
1
CAR
0.000
Ditolak
Terdapat pengaruh
2
NPL
0.000
Ditolak
Terdapat pengaruh
3
NPM
0.000
Ditolak
Terdapat pengaruh
4
ROA
0.000
Ditolak
Terdapat pengaruh
5
ROE
0.204
Diterima
Tidak ada pengaruh
6
BOPO
0.000
Ditolak
Terdapat pengaruh
7
LDR
0.000
Ditolak
Terdapat pengaruh
Sumber : Output SPSS, diolah

11
Pengaruh Komponen Ukuran Kesehatan Bank terhadap Jumlah Penyaluran
Kredit BPR di Indonesia
Uji Asumsi Klasik
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji
asumsi klasik yang terdiri dari: uji normalitas, uji heteroskedastisitas, dan uji
multikolinearitas. Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel pengganggu atau residual mempunyai distribusi normal. Hasil uji
normalitas dapat dilihat pada lampiran 11 dan 12. Hasil grafik menunjukkan
bahwa model regresi layak dipakai karena telah memenuhi asumsi normalitas dan
hasil statistik menunjukkan nilai Kolmogorov-Smirnov sebesar 0.392 dengan
tingkat signifikansi jauh di atas 0.05, yaitu 0.998. Dengan kata lain bahwa nilai
KS tidak signifikan, sehingga residual terdistribusi secara normal.
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam model
regresi terdapat ketidaksamaan varians dari residual satu ke pengamatan lain.
Hasil uji heteroskedastisitas dapat dilihat pada lampiran 13 dan 14. Pada grafik
scatterplots titik-titik menyebar secara acak baik di atas maupun di bawah angka 0
pada sumbu Y. Hal ini dapat dikatakan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas
pada model regresi. Untuk menjamin keakuratan hasil dapat dilakukan uji statistik,
yaitu dengan uji glejser yang menunjukkan variabel CAR, NPL, NPM, ROA,
ROE, BOPO, dan LDR memiliki nilai signifikansi 0.775; 0.060; 0.249; 0.014;
0.003; 0.224; dan 0.515 yang semuanya berada di atas 0.001, dapat disimpulkan
tidak terdapat heteroskedastisitas dalam model.
Uji multikolinearitas dapat dilihat melalui tabel matriks korelasi dari
variabel bebas pada lampiran 10, jika koefisien korelasi lebih dari 0.80 maka
terdapat multikolinearitas (Gujarati, 2006). Pada tabel matriks korelasi seluruh
variabel independen memiliki nilai korelasi dibawah 0.80, maka tidak ada indikasi
terjadi multikolinearitas antar variabel independen. Berdasarkan tabel nilai
korelasi tertinggi sebesar 0.773, menunjukkan nilai korelasi masih berada angka
wajar (dibawah 0.80).

Analisis Regresi Linear Berganda
Analisis regresi linear berganda ini digunakan untuk mengetahui ada
tidaknya pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat. Pengaruh variabel
bebas (independen variable) pada penelitian ini yaitu Capital Adequacy Ratio(X1),
Non Performing Loan (X2), Net Profit Margin (X3), Return on Assets (X4),
Return on Equity (X5), Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional
(X6),dan Loan to Deposit Ratio (X7) terhadap variabel terikat (dependen
variable) yaitu Jumlah Penyaluran Kredit (Y). Rumus persamaan regresi linear
berganda dapat dilihat pada gambar 3.

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 + e
Gambar 3 Rumus persamaan regresi linear berganda

12
Keterangan :
Y
a
b1,b2,…,b7
X1
X2
X3
X4
X5
X6
X7
e

= Ln Jumlah Penyaluran Kredit (satuan)
= Konstanta (satuan)
= Koefesien determinasi (satuan)
= Capital Adequacy Ratio / CAR (satuan dalam %)
= Non Performing Loan / NPL (satuan dalam %)
= Net Profit Margin / NPM (satuan dalam %)
= Returm on Assets / ROA (satuan dalam %)
= Return on Equity / ROE (satuan dalam %)
= Biaya Operasional tehadap Pendapatan Operasional / BOPO
(satuan dalam %)
= Loan to Deposit Ratio / LDR (satuan dalam %)
= Error (tingkat kesalahan pengganggu)

Koefisien determinasi (R2)
Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar
perubahan atau variasi dari variabel dependen yang bisa menjelaskan kebaikan
dari model regresi dalam memprediksi variabel dependen. Semakin tinggi nilai
koefisien determinasi maka semakin baik kemampuan variabel independen dalam
menjelaskan perilaku variabel dependen (Santosa&Ashari, 2005:144). Nilai
koefisien determinasi berada antara 0 dan 1, jika hasil lebih mendekati angka 0
maka kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi
variabel amat terbatas. Tetapi jika hasil mendekati angka 1 maka variabel-variabel
independen memberikan hampir seluruh informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variasi variabel dependen. Pada tabel 6 dapat dilihat hasil nilai
koefisien determinasi menunjukkan bahwa CAR, NPL, NPM, ROA, ROE, BOPO,
dan LDR berpengaruh sebesar 97.70% terhadap Jumlah Penyaluran Kredit,
sedangkan 2.30% dipengaruhi variabel lain yang tidak diteliti.
Tabel 6 Hasil koefisien determinasi

Model
1

R

R Square
.988

a

Adjusted R

Std. Error of the

Square

Estimate

.977

.974

Durbin-Watson

.04400

2.096

a. Predictors: (Constant), Loan to Deposit Ratio, Return on Assets, Capital Adequacy Ratio,
Net Profit Margin, Non Performing Loan, Biaya Operasional terhadap Pendapatan
Operasional, Return on Equity
b. Dependent Variable: Jumlah Penyaluran Kredit

Uji F
Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen
secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Derajat
kepercayaan yang digunakan adalah 0,05. Apabila nilai F hasil perhitungan lebih
besar daripada nilai F menurut tabel maka hipotesis alternatif yang menyatakan
bahwa semua variabel independen secara simultan berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen. Hasil uji F dapat dilihat pada tabel 7.

13
Tabel 7 Hasil uji F
b

ANOVA
Model
1

Sum of Squares

Regression
Residual
Total

df

Mean Square

4.281

7

.612

.101

52

.002

4.382

59

F

Sig.

315.977

.000

a

a. Predictors: (Constant), Loan to Deposit Ratio, Return on Assets, Capital Adequacy Ratio, Net
Profit Margin, Non Performing Loan, Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional,
Return on Equity
b. Dependent Variable: Jumlah Penyaluran Kredit

Hasil yang terlihat pada tabel di atas diperoleh nilai Sig (0.000) 5%
Tidak Sehat
Sumber : SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004

Lampiran 3 Predikat kesehatan bank untuk komponen ukuran NPM
No.
Rasio NPM
Predikat
1.
NPM > 3%
Sangat Sehat
2.
2% < NPM ≤ 3%
Sehat
3.
1.5% < NPM ≤