Policy Implementation Analysis for National Committee of Avian Influenza Control and Pandemic Preparedness (Komnas FBPI) in term of Avian Influenza Coordination Program in Indonesia

ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KOMITE NASIONAL
PENGENDALIAN FLU BURUNG DAN KESIAPSIAGAAN MENGHADAPI
PANDEMI INFLUENZA DALAM PENGOORDINASIAN PROGRAM
PENGENDALIAN FLU BURUNG DI INDONESIA

MIRA FATMAWATI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA
PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Analisis Implementasi
Kebijakan Komite Nasional Pengendalian Flu Burung dan Kesiapsiagaan
Menghadapi Pandemi Influenza dalam Pengoordinasian Program Pengendalian Flu
Burung di Indonesia adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2013

Mira Fatmawati
NIM B251110031 

RINGKASAN
MIRA FATMAWATI. Analisis Implementasi Kebijakan Komite Nasional
Pengendalian Flu Burung dan Kesiapsiagaan Menghadapi Pandemi Influenza
dalam Pengoordinasian Program Pengendalian Flu Burung di Indonesia.
Dibimbing oleh ETIH SUDARNIKA dan KEDI SURADISASTRA.
Komite Nasional Pengendalian Flu Burung dan Kesiapsiagaan Menghadapi
Pandemi Influenza (Komnas FBPI) merupakan organisasi yang dibentuk
berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) 7 Tahun 2006 dengan tugas dan fungsi
melakukan koordinasi program pengendalian flu burung di Indonesia. Komnas
FBPI menghadapi berbagai masalah koordinasi selama masa kerjanya.
Penelitian ini bertujuan mengetahui varibel implementasi kebijakan yang
mempengaruhi fungsi koordinasi dari Komnas FBPI. Komunikasi, sumber daya,

disposisi, dan struktur birokrasi dapat secara simultan berinteraksi sehingga dapat
meningkatan atau menurunkan implementasi kebijakan. Analisis data
menggunakan analisis jalur dan penskoran data dengan alat bantu penelitian
kuisioner terstruktur.
Hasil skor data menunjukkan bahwa variabel komunikasi, struktur birokrasi,
disposisi, dan sumberdaya merupakan variabel yang mempengaruhi kualitas
koordinasi program pengendalian flu burung di Indonesia. Komunikasi dan
struktur birokrasi secara signifikan mempengaruhi kualitas koordinasi yang
dilaksanakan oleh Komnas FBPI. Namun demikian, disposisi, dan sumber daya
tidak secara signifikan mempengaruhi kualitas koordinas. Pengaruh tidak
langsung komunikasi (12.6%) lebih besar dibandingkan dengan pengaruh
langsung (5.9%). Sedangkan pengaruh langsung struktur birokrasi (32.8%) lebih
besar dibandingkan dengan pengaruh birokrasi secara tidak langsung (0.06%).
Komunikasi dan birokrasi merupakan variabel yang berpengaruh terhadap
fungsi koordinasi yang dilaksanakan oleh Komnas FBPI. Komunikasi sebagai
aspek pelayanan kesehatan masyarakat menjadi prioritas dalam program
pengendalian penyakit zoonosa. Keterbukaan program pengendalian penyakit
akan mempermudah koordinasi kegiatan baik di tingkat nasional dan
internasional. Birokrasi yang efektif dan rasional tergantung kepada kemampuan
dan kesungguhan pemerintah dalam menumbuhkan nilai birokratisasi. Kebijakan

pengendalian penyakit zoonosa di negara berkembang sangat diperlukan namun
seringkali implementasinya tidak sesuai dengan target.
Kata kunci: analisis jalur, flu burung, implementasi kebijakan, penyakit zoonosa

SUMMARY
MIRA FATMAWATI. Policy Implementation Analysis for National Committee of
Avian Influenza Control and Pandemic Preparedness (Komnas FBPI) in term of
Avian Influenza Coordination Program in Indonesia. Supervised by ETIH
SUDARNIKA and KEDI SURADISASTRA.

Indonesian National Committee of Avian Influenza Control and Pandemic
Preparedness Plan (Komnas FBPI) was established by Precidential Decree
Number 7, 2006 to enhance coordination among related institutions on avian
influenza control and also pandemic preparedness. Komnas FBPI was facing
some coordination problem during their work tenure.
The aim of this study was to identify variables influencing the policy
implementation of Komnas FBPI. Communication, resources, disposition, and
bureaucratic structure were simultaneously interacting to either support or hinder
the implemplementation of this policy. This study was conducted by path analysis
and data scoring from some respondents who completed the questionnaire.

This study showed that communication, bureaucratic structure, disposition,
and resources are influential variable to coordinate avian influenza control in
Indonesia. Communicaton and bureaucratic structure especially had a significant
influence to coordination quality of Komnas FBPI. However, dispostion and
resources were not significant variables. Indirect impact of communication
(12.6%) was higher than the direct impact of communication (5.9%). While direct
impact of bureaucratic structure (32.7%) was significantly higher than indirect
impact of bureaucratic structure (0.06%).
The study concluded that communication and bureaucratic structure were
two main elements that influencing the coordination system of Komnas FBPI. As a
part of public health, communication was main priority on controlling zoonotic
disease. The transparency of program would smoothen the coordination between
national and international society. In the meantime, bureaucratic structure
needed to more effective and rational and it would depend on willingness of
stakeholder and the value of bureaucratication to make a change. It was also
apparent that policies, rolled out regularly for zoonotic disease control and
eradication in developing nation was important key, although in many cases
failed in achieving the desired results.
Key words:avian influenza, path analysis, policy implementation, zoonotic disease


© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KOMITE NASIONAL
PENGENDALIAN FLU BURUNG DAN KESIAPSIAGAAN MENGHADAPI
PANDEMI INFLUENZA DALAM PENGOORDINASIAN PROGRAM
PENGENDALIAN FLU BURUNG DI INDONESIA

MIRA FATMAWATI

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada

Program Studi Kesehatan Masyarakat Veteriner

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Penguji Luar Komisi

: Prof dr med vet drh I Wayan T Wibawan, MS

Judul Tesis : Analisis Implementasi Kebijakan Komite Nasional Pengendalian
Flu Burung dan Kesiapsiagaan Menghadapi Pandemi Influenza
dalam Pengoordinasian Program Pengendalian Flu Burung di
Indonesia
Nama
: Mira Fatmawati
NIM
: B251110031


Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr Ir Etih Sudarnika, MSi
Ketua

Prof (R) Dr Ir Kedi Suradisastra, MSc
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Kesehatan Masyarakat Veteriner

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr med vet drh Denny Widaya Lukman, MSi

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr


Tanggal Ujian:

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala
karunia-Nya sehingga tesis ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian ini adalah tentang koordinasi program pengendalian flu burung di
Indonesia dengan pembentukan Komite Nasional Pengendalian Flu Burung dan
Kesiapsiagaan Menghadapi Pandemi Influenza (Komnas FBPI). Penelitian ini
dilaksanakan selama 5 bulan sejak bulan Februari sampai Mei 2013.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Etih Sudarnika MSi dan
Bapak Prof (R) Dr Ir Kedi Suradisastra, MSc selaku pembimbing. Ucapan terima
kasih juga penulis sampaikan kepada seluruh staf pengajar Bagian Kesmavet FKH
IPB atas kesempatan yang diberikan kepada saya untuk kembali ke kampus,
menempuh studi S2 di Program Studi Kesehatan Masyarakat Veteriner IPB. Di
samping itu penghargaan penulis disampaikan kepada seluruh responden dalam
penelitian ini. Ucapan terima kasih disampaikan kepada Ibuk, Bapak, Sam
Kendik, Ayu, Arti, dan seluruh keluarga atas dukungan, doa, dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.


Bogor, Agustus 2013
Mira Fatmawati

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI

xiii

DAFTAR TABEL

xiv

DAFTAR GAMBAR

xiv

1 PENDAHULUAN

1


Latar Belakang

1

Manfaat Penelitian

2

Hipotesis

2

2 METODE

3

Rancangan Penelitian dan Responden

3


Kerangka Konsep dan Definisi Operasional

3

Peubah dan Pengukurannya

5

Analisis Data

7

Penskoran Data

7

Analisis Jalur

7

Waktu dan Tempat Penelitian

8

3 HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Skor Data Penelitian

9
9

Hasil Analisis Jalur

15

Pengaruh Variabel Komunikasi

18

Pengaruh Variabel Struktur birokrasi

20

Pengaruh Variabel Disposisi

22

Pengaruh Variabel Sumber daya

23

Koordinasi Pengendalian Flu Burung

23

Tantangan Koordinasi

24

4 SIMPULAN DAN SARAN

27

Simpulan

27

Saran

27

DAFTAR PUSTAKA

28

RIWAYAT HIDUP

31

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

Definisi konsep penelitian
Definisi operasional penelitian
Interval skor jawaban responden
Persamaan regresi dalam analisis jalur
Frekuensi skor jawaban responden untuk variabel komunikasi
Frekuensi skor jawaban responden untuk variabel sumber daya
Frekuensi skor jawaban responden untuk variabel disposisi
Frekuensi skor jawaban responden untuk variabel struktur birokrasi
Frekuensi skor jawaban responden untuk variabel kualitas koordinasi
Koefisien jalur variabel implementasi kebijakan
Pengaruh variabel implementasi kebijakan terhadap kualitas koordinasi
Pengaruh langsung dan tidak langsung variabel komunikasi
Pengaruh langsung dan tidak langsung variabel struktur birokrasi
Pengaruh langsung dan tidak langsung variabel disposisi
Pangaruh langsung dan tidak langsung variabel sumber daya

5
5
7
7
10
11
12
13
14
17
18
18
21
22
23

DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka konseptual penelitian
2 Mekanisme koordinasi dan komando
3 Hasil analisis jalur

4
12
17

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Belajar dari pengalaman Komnas FBPI mengoordinasikan program
pengendalian flu burung di Indonesia, pertanyaan yang kemudian muncul adalah
bagaimana Komnas FBPI mengimplementasikan kebijakan pengendalian flu
burung dan kesiapsiagaan menghadapi pandemi influenza di Indonesia serta
variabel implementasi kebijakan apa saja yang mempengaruhi kapasitas
implementasi (implementation capacity) Komnas FBPI dalam menjalankan tugas
dan fungsinya. Menurut Edwards III dalam DiNitto (1999) implementasi
kebijakan adalah suatu proses dinamis yang melibatkan berbagai faktor yang
saling berinteraksi dan mempengaruhi implementasi kebijakan. Empat faktor yang
berperan penting dalam pencapaian keberhasilan implementasi adalah
komunikasi, sumber daya, disposisi, dan struktur birokrasi. Keempat faktor
tersebut secara langsung dan tidak langsung saling mempengaruhi keberhasilan
implementasi kebijakan.
Flu burung atau Avian Influenza merupakan penyakit zoonosa yang
berpotensi menyebabkan pandemi flu burung oleh virus H5N1. Kasus flu burung
endemis terjadi di 31 provinsi dari 34 provinsi di Indonesia. Sejak flu burung
terjadi di Indonesia pada tahun 2003, hingga saat ini terdapat 193 orang yang
positif terinfeksi oleh virus H5N1, dan 161 orang diantaranya meninggal dunia
dengan case fatality rate (CFR) 83,3% (Kemenkes 2013). Kasus flu burung pada
unggas tercatat sejak tahun 2003, dan sampai dengan Maret 2013 terdapat 9953
kasus (Kementan 2013).
Komite Nasional Pengendalian Flu Burung dan Kesiapsiagaan Menghadapi
Pandemi Influenza (Komnas FBPI) dibentuk melalui Peraturan Presiden (Perpres)
7 Tahun 2006 bertujuan untuk mempercepat pengendalian flu burung dan
meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi pandemi influenza secara komprehensif
dan terpadu (Setneg 2006). Komnas FBPI mempunyai masa tugas selama 4 tahun,
mulai dari tahun 2006 sampai 2010. Selama masa tugasnya tersebut, berbagai
masalah antara lain tumpang tindihnya kegiatan penelitian mengenai flu burung
(Fatmawati dan Putri 2008), pembentukan komite daerah (Komda) yang hanya
terdapat di 12 provinsi dari 34 provinsi yang ada di Indonesia, serta dukungan
keuangan oleh lembaga internasional yang sering kali tidak sejalan dengan
program pengendalian yang dilakukan oleh pemerintah (Herbert 2007).
Penyakit lain yang menjadi tantangan saat ini adalah munculnya penyakit
menular baru (emerging disease) dan penyakit lama yang insidensinya meningkat
kembali (re-emerging disease). Menurut Jones et al. (2008), 60.3% dari penyakit
menular baru adalah penyakit zoonosa dan 71.8% diantaranya berasal dari hewan
liar. Penyakit zoonosa mempunyai dampak signifikan terhadap perekonomian
global dan kesehatan masyarakat.
Sejak berakhirnya masa tugas Komnas FBPI maka dibentuk Komite
Nasional Pengendalian Zoonosis (Komnas Zoonosis) melalui Perpres 30 Tahun
2011. Sebagaimana halnya Komnas FBPI, Komnas Zoonosis bertugas melakukan
koordinasi lintas sektor dalam pengendalian penyakit zoonosa. Masalah dan

2
hambatan dalam koordinasi lintas sektor menjadi tantangan Komnas Zoonosis
(Setneg 2011).
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguraikan variabel implementasi
kebijakan yang mempengaruhi fungsi koordinasi Komnas FBPI dan menguji
hubungan langsung dan tidak langsung setiap variabel yang mempengaruhi
implementasi kebijakan dalam koordinasi program pengendalian flu burung dan
kesiapsiagaan menghadapi pandemi influenza.
Manfaat Penelitian
Manfaat utama penelitian ini adalah memberikan masukan kepada
pemerintah mengenai fungsi koordinasi yang perlu ditingkatkan berdasarkan
pengalaman koordinasi oleh Komnas FBPI dan secara teoritis memberikan
pengetahuan khususnya implementasi kebijakan di sektor kesehatan hewan.
Hipotesis
H0
H1

Adapun hipotesis penelitian ini adalah :
: Struktur birokrasi, disposisi, sumber daya dan komunikasi yang secara
langsung dan tidak langsung tidak berpengaruh terhadap fungsi koordinasi.
: Struktur birokrasi, disposisi, sumber daya, dan komunikasi yang secara
langsung dan tidak langsung berpengaruh terhadap fungsi koordinasi.

3

2 METODE
Rancangan Penelitian dan Responden
Desain penelitian mengunakan metode survei dengan alat bantu penelitian
kuisioner terstuktur. Sebelum penelitian dimulai, dilakukan uji validitas dan uji
reliabilitas kuisioner. Uji validitas kuisioner penelitian adalah korelasi bertingkat
Spearman (Spearman rank test) antara skor setiap pertanyaan dengan skor total
(inter item-total correlation). Uji reliabilitas menggunakan model single trial
administration dengan metode konsistensi internal belah dua (split-half method)
(Idrus 2009).
Total responden dalam penelitian ini 61 orang terdiri atas 18 orang dari
kementerian teknis yang terdapat dalam Perpres 7 Tahun 2006, 17 orang dari
sekretariat Komnas FBPI, 12 orang dari lembaga internasional dan lembaga
swadaya masyarakat (LSM), 14 orang dari pemerintah daerah di 4 kabupaten kota.
Responden penelitian di kementerian teknis dan lembaga internasional serta LSM
yang terlibat dalam program pengendalian flu burung ditentukan dengan
purposive sampling. Penentuan responden yang berasal dari sekretariat Komnas
FBPI ditentukan berdasarkan area sampling. Responden yang berasal dari
kabupaten/kota dengan kasus flu burung pada manusia dan hewan adalah dari
petugas participatory district surveillance and response (PDSR) dan district
surveilance officer (DSO) di Kabupaten Bogor, Kabupaten Tangerang, Kota
Tangerang, dan Kabupaten Karawang.
Kerangka Konsep dan Definisi Operasional
Kerangka konseptual penelitian ini dapat dilihat di Gambar 1. Definisi
operasional dari penelitian ini ditunjukkan pada Tabel 1. Skala yang digunakan
adalah skala Likert yaitu semua opsi jawaban dimulai dengan kategori sangat
mendukung (sangat setuju) hingga kategori sangat tidak mendukung (sangat tidak
setuju). Semua opsi jawaban merupakan pernyataan positif. Skor 5 diberikan
untuk opsi sangat setuju, 4 untuk opsi setuju, 3 untuk netral, 2 tidak setuju, dan 1
sangat tidak setuju. Opsi netral untuk pernyataaan tidak mengetahui jawabannya,
tidak ingin menjawab dan ragu ragu (Idrus 2009).
Karakteristik skala pengukuran variabel yang digunakan untuk analisis jalur
sekurang-kurangnya adalah data berskala interval (Kusnendi 2008). Data
penelitian dalam kuisioner berskala ordinal, oleh karena itu maka dilakukan
tranformasi data berskala ordinal menjadi data berskala interval (Kusnendi 2008).
Teknik transformasi data interval menggunakan method of successive interval
(MSI) (Riduwan dan Kuncoro 2011).

4

Gambar 1 Kerangka konseptual penelitian
Langkah-langkah yang digunakan dalam transformasi data berskala ordinal
ke data berskala interval adalah (1) menentukan frekuensi setiap skor jawaban
yang dipilih oleh responden, (2) menentukan proporsi dengan membagi setiap
frekuensi dengan banyaknya responden, (3) menentukan nilai proporsi kumulatif
dengan menjumlahkan nilai proporsi secara berurutan per kolom skor, (4)
menghitung nilai Z untuk setiap proporsi kumulatif dengan menggunakan tabel
distribusi normal, (5) menentukan densitas untuk setiap nilai yang diperoleh
dengan menggunakan tabel tinggi densitas, (6) menentukan nilai skala (NS)
dengan menggunakan rumus :
NS=

Density at Lower Limit - (Density at Upper Limit)
Area Below Upper Limit - (Area Below Lower Limit)

dan, (7) menentukan nilai transformasi dengan rumus :

Y = NS + [1+|��



|]

5
Peubah dan Pengukurannya
Definisi konsep dari penelitian menjelaskan mengenai definisi setiap
variabel implementasi kebijakan seperti ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 1 Definisi konsep penelitian
No

Varibel

Definisi Konsep

1

Kualitas Koordinasi
(Widodo, 2011;
Herbert, 2007;
Wahab, 2004)

2

Komunikasi
(DiNitto 1999)

3

Sumber daya
(DiNitto 1999)

4

Disposisi
(DiNitto 1999)

5

Struktur birokrasi
(DiNitto 1999)

Kualitas koordinasi merupakan efisiensi dalam
meningkatkan kualitas koordinasi lintas sektor, penguatan
kerjasama dan koordinasi antara seluruh sektor yang
melakukan upaya pengendalian flu burung dan
kesiapsiagaan menghadapi pandemi influenza.
Komunikasi merupakan proses pemindahan suatu informasi,
ide, dan pengertian dari seseorang kepada orang lain melalui
cara lisan, tertulis, maupun cara nonverbal. Agar penerima
pesan mampu mengintepretasikannya sesuai dengan maksud
yang dikendaki. Dimensi komunikasi meliputi transmisi
pesan ke personel yang tepat, kejelasan pesan, konsistensi
pesan, kemampuan pemberi dan penerima pesan untuk
memahami maksud pesan, termasuk cara penyampaian
pesan dan media atau sarana penyampaian pesan.
Sumber daya adalah penyediaan suatu hal pada suatu negara,
organisasi atau individu yang dapat berupa staf, tenaga
kerja, informasi, kewenangan dan fasilitas
Disposisi adalah pernyataan evaluasi seseorang terhadap
suatu keadaan yang terdiri atas komponen kognitif, efektif,
tindakan, serta pandangan kelompok, pergantian personel,
dan insentif
Struktur birokrasi adalah struktur oraganisasi yang
menentukan bagaimana pekerjaan dibagi, dikelompokkan
dan dikoordinasikan secara formal. Struktur birokrasi terdiri
atas dimensi fragmentasi dan prosedur operasional standar
(POS)

Definisi operasional penelitian terdiri atas dimensi setiap varibel, cara
mengukur, dan jenis data yang disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Definisi operasional penelitian
No

Variabel

Dimensi

1

Kualitas
Koordinasi
(Herbert,
2007)

Koordinasi
secara
nasional
Kesesuaian
program
Harmonisasi

Definisi

Cara Mengkukur

Kewenangan Komnas FBPI
dalam mengatur mekanisme
koordinasi lintas sektor.

Wawancara dengan
menggunakan 13
pertanyaan terstruktur.
Seluruh jawaban
ditranformasikan ke
data interval
menggunakan MSI
kemudian dijumlahkan
(1=1; 2=2.074;
3=2.905; 4=3.920;
5=5.208)

Strategi pengendalian flu
burung yang dilakukan
secara terintegrasi di setiap
sektor
Koordinasi yang dilakukan
lintas sektor berjalan secara
harmonis

Jenis
Data
Interval

6
Tabel 2 Definisi operasional penelitian (lanjutan)
No

Variabel

Dimensi

2

Komunikasi
(DiNitto
1999)

Transmisi
Kejelasan

Konsistensi

3

Sumber
daya
(DiNitto
1999)

Staf

Sumber
dana
Fasilitas

Kewenangan
Informasi
4

Disposisi
(DiNitto
1999)

Komitmen

Insentif

5

Struktur
birokrasi
(DiNitto
1999)

FragmenTasi

POS

Definisi

Cara Mengkukur

Penyampaian informasi
kasus flu burung melalui
media komunikasi
Terdapat kesesuaian antara
strategi pengendalian
dengan implementasi
program
Perkembangan kasus flu
burung secara berkala
antara Komnas FBPI dan
instansi terkait
Ketersediaan dan
kemampuan sumber daya
manusia dalam fungsi
koordinasi pengendalian flu
burung
Kemampuan keuangan yang
mendukung program
pengendalian
Sarana dan prasarana
penunjang pelaksanaan
program pengendalian
Keleluasaan pelaksana
dalam melakukan program
pengendalian
Kemudahan memperoleh
informasi kebijakan
koordinasi
Pelaksanaan tugas dan
fungsi sesuai dengan
program pengendalian flu
burung
Tunjangan dan insentif bagi
pelaksana program

Wawancara dengan
menggunakan 9
pertanyaan terstruktur.
Seluruh jawaban
ditranformasikan ke
data interval
menggunakan MSI
kemudian dijumlahkan.
(1=1; 2=2.074;
3=2.905; 4=3.920;
5=5.208)
Wawancara dengan
menggunakan 14
pertanyaan terstruktur.
Seluruh jawaban
ditranformasikan ke
data interval
menggunakan MSI
kemudian dijumlahkan.
(1=1; 2=2.105;
3=2.901; 4=3.960;
5=5.393)

Tekanan di luar unit
birokrasi yang
mempengaruhi Komnas
FBPI
POS dikembangkan
sebagai respon internal
untuk keseragaman dalam
bekerjanya organisasi
yang kompleks.

Jenis
Data
Interval

Interval

Wawancara dengan
Interval
menggunakan 7
pertanyaan terstruktur.
Seluruh jawaban
ditranformasikan ke
data interval
menggunakan MSI
kemudian dijumlahkan.
(1=1; 2 = 2.181;
3=3.088; 4=4.103;
5=5.374)
Wawancara dengan
Interval
menggunakan 7
pertanyaan
terstruktur. Seluruh
jawaban
ditranformasikan ke
data interval
menggunakan MSI
kemudian
dijumlahkan. (1=1;
2=2.162; 3=2.942;
4=4.015; 5=5.450)

7
Analisis Data
Penskoran data
Penskoran data digunakan untuk mengetahui skor setiap variabel penelitian
sehingga diketahui kondisi masing-masing variabel. Penskoran data menggunakan
skala indeks (Riduwan dan Kuncoro 2011). Tabel 3 menunjukkan interval skor
jawaban responden terhadap variabel yang diamati.
Indeks=

5 x alt 1 + 4 x alt 2 + 3 x alt 3 + 2 x alt 4 + 1 x alt 5
N

Keterangan :
Alt 1 = Jumlah responden yang memilih jawaban alternatif 1 (A)
Alt 2 = Jumlah responden yang memilih jawaban alternatif 2 (B)
Alt 3 = Jumlah responden yang memilih jawaban alternatif 3 (C)
Alt 4 = Jumlah responden yang memilih jawaban alternatif 4 (D)
Alt 5 = Jumlah responden yang memilih jawaban alternatif 5 (E)
Tabel 3 Interval skor jawaban responden
Interval

Indeks
256 – 305
208 – 256
159 – 207
110 – 158
61 – 109

Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
Buruk

Analisis Jalur
Analisis jalur digunakan untuk menguji besarnya pengaruh langsung dan
tidak langsung variabel implementasi kebijakan terhadap kualitas koordinasi.
Langkah-langkah yang digunakan untuk mendapatkan besarnya pengaruh variabel
implementasi terhadap kualitas koordinasi adalah sebagai berikut:
1. Menentukan persamaan struktural yang merujuk pada kerangka konseptual
penelitian. Persamaan struktural penelitian menggunakan konsep persamaan
regresi yang dibagi menjadi 4 model. Tabel 4 menunjukkan persamaan
struktur berdasarkan model yang diamati. Variabel bebas atau variabel
eksogen merupakan variabel yang mempengaruhi, sedangkan variabel tidak
bebas atau variabel endogen merupakan variabel yang dipengaruhi (Kusnendi
2008).

Tabel 4 Persamaan regresi dalam analisis jalur
Model
Model 1
(X4)
Model 2
(X3)
Model 3
(X2)
Model Y4
(Y)

Variabel
tidak
bebas

Variabel
bebas

Persamaan Struktur

X4

X1

YX4 = ρx4x1X1 + ρx4*ԑ x4

X3

X1, X4

YX3 = ρx3x1X1 + ρx4x3X2 + ρx3*ԑ x3

X2

X1, X3, X4

YX2 = ρx2x1X1 + ρx2x4X2 + ρx2x3X3 + ρx2*ԑ x2

Y

X1, X2, X3,
X4

Yy = ρyx1X1 + ρyx2X2 + ρyx3X3 + ρyx4X4 + ρy*ԑ y

8
2. Menghitung koefisien jalur dari setiap model yang didasarkan pada koefisien
regresi dengan menggunakan IBM SPSS Statistic Versi 20.
3. Melakukan dekomposisi antar variabel yang mempengarui implementasi
kebijakan
4. Membuat interpretasi hasil berdasarkan analisis data

Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan sejak bulan Februari sampai dengan Juni 2013.
Lokasi penelitian adalah di Provinsi DKI Jakarta, Kabupaten Bogor, Kabupaten
Karawang, Kota Tangerang, dan Kabupaten Tangerang.

9

3 HASIL DAN PEMBAHASAN
Komnas FBPI dibentuk dalam rangka percepatan pengendalian flu burung
dan kesiapsiagaan menghadapi pandemi influenza mempunyai tugas dan fungsi
melakukan koordinasi lintas sektoral. Komnas FBPI beranggotakan 16
kementerian teknis dengan Ketua Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan
Rakyat dan Wakil Ketua Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Menteri
Pertanian dan Menteri Kesehatan. Dalam melaksanakan tugas hariannya, Komnas
FBPI membentuk sekretariat Komnas FBPI dengan Ketua Pelaksana Harian
Deputi Menko Perekonomian bidang Pertanian. Susunan keanggotaan tim
pelaksana harian Komnas FPBI dibentuk berdasarkan SK Menkokesra No
18/Kep/Menko/Kesra/VI/2008.
Komnas FBPI mempunyai masa kerja 4 tahun dari tahun 2006 sampai 2010.
Selama Komnas FBPI bertugas, dokumen yang dipergunakan sebagai pedoman
pelaksanaan tugas dituangkan dalam Rencana Strategi Nasional (Renstranas)
Pengendalian Flu Burung dan Kesiapsiagaan Menghadapi Pandemi Infuenza.
Selanjutnya dalam rangka penguatan dan intensifikasi program pengendalian flu
burung terutama melalui pemerintah daerah dan kementerian teknis, maka
Komnas FBPI menerbitkan Instruksi Presiden (Inpres) 1 Tahun 2007 tentang
Penanganan dan Pengendalian Virus Flu Burung (Avian Influenza). Inpres 1
Tahun 2007 menginstruksikan kepada pemerintah daerah dan kementerian teknis
untuk meningkatkan intensitas dan melakukan langkah-langkah konkret dan
efisien untuk penanganan dan pengendalian virus flu burung.
Belajar dari pengalaman Komnas FBPI dalam pengoordinasikan
pengendalian penyakit flu burung, mengingatkan banyak pihak bahwa
pengendalian penyakit zoonosa tidak lagi sektoral, namun memerlukan kerjasama
antar sektor. Dampak ekonomi dan sosial penyakit flu burung serta kematian
tinggi pada manusia menjadi pelajaran penting mengenai kerjasama yang erat dan
interaksi antara dokter hewan, dokter manusia, dan profesi kesehatan masyarakat
serta profesi lain. Integrasi sektor merupakan strategi untuk memperluas
kolaborasi interdisipliner dan komunikasi pelayanan kesehatan bagi manusia,
hewan, dan lingkungan (Sherman 2010).
Hasil Penskoran Data Penelitian
Deskripsi hasil penskoran data penelitian terhadap variabel implementasi
kebijakan terdiri atas 5 varibel yaitu komunikasi (X1), sumber daya (X2),
disposisi (X3), struktur birokrasi (X4), dan kualitas koordinasi (Y).
Operasionalisasi ke-5 variabel tersebut terdapat dalam kuisioner terstruktur yang
terdiri atas 50 pertanyaan.
Variabel komunikasi mewakili pendapat responden tentang transmisi
keputusan hasil kebijakan kepada personel yang tepat, perintah pelaksanaan
keputusan yang jelas, dan konsisten pesan. Komponen variabel komunikasi terdiri
atas 3 aspek yaitu transmisi, kejelasan, dan konsistensi. Hasil penelitian tentang
tanggapan responden terhadap variabel komunikasi dalam mendukung fungsi
koordinasi oleh Komnas FBPI disajikan dalam Tabel 5.

10
Tabel 5 Frekuensi skor jawaban responden untuk variabel komunikasi
No
1

2
3
4
5

6

7
8

9

Karakteristik
Kemampuan sekretariat
Komnas FBPI menyampaikan
informasi
Fasilitas jaringan komunikasi
Proses penyampaian informasi
Kemampuan menguasai
petunjuk pelaksana teknis
Pemahaman kementerian
teknis tentang batas
kewenangan
Pemahaman kementerian
teknis tentang kewenangan
Komnas FBPI
Koordinasi pelaksaan program
dengan kementerian teknis
Pengawasan dan evaluasi
pelaksanaan program oleh
Komnas FBPI
Konsistensi pelaksanaan
program pengendalian
Total variabel komunikasi

Tidak
Setuju

1
2

3

Kurang
Setuju
9

Netral

Setuju

Total

40

Sangat
setuju
6

6

8
10
3

10
8
24

35
37
25

7
6
7

222
222
215

5

11

36

9

232

9

9

32

11

228

7

21

20

13

222

19

14

22

3

186

10

16

31

4

212

226

218

Total skor variabel komunikasi adalah 218 yang menunjukkan kategori
baik. Responden menilai bahwa transmisi komunikasi yang dilakukan oleh
Komnas FBPI terhadap pelaksana kebijakan telah berjalan dengan baik.
Selanjutnya proses penyampaian informasi pelaksanaan kebijakan pembagian
tugas sudah sesuai dengan kewenangan setiap instansi disamping itu kejelasan
dalam komunikasi yang dilakukan oleh Komnas FBPI dirasakan telah memadai.
Responden menilai bahwa petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis
sebagai bagian dari kejelasan komunikasi dapat diterima oleh pelaksana
kebijakan. Informasi dan komunikasi yang dinilai baik mempermudah pelaksana
dalam mengimplementasikan tugas dan fungsinya sehingga pelaksana kebijakan
dapat terarah sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
Komunikasi pengendalian penyakit zoonosa merupakan perekat yang
memungkinkan setiap sektor secara bersama-sama dapat melakukan fungsinya
dengan baik. Menurut Sproul dalam Purwanto (2003), 69% personel yang bekerja
dalam suatu organisasi menggunakan komunikasi verbal, baik berbicara,
mendengar, menulis, dan mambaca. Proses komunikasi dalam suatu organisasi
memungkinkan orang-orang untuk saling bertukar informasi.
Variabel sumber daya mewakili pendapat responden tentang sejauh mana
performa dan kesediaan sumber daya yang terlibat dalam program pengendalian
flu burung. Data hasil penelitian tentang tanggapan responden terhadap variabel
sumber daya dalam implementasi kebijakan oleh Komnas FBPI disajikan dalam
Tabel 6.

11
Tabel 6 Frekuensi skor jawaban responden untuk variabel sumber daya
No
1
2
3
4
5
6
7

8

9

10

11

12
13

14

Karakteristik
Ketersediaan sumber daya
manusia (SDM)
Kemampuan SDM di
Komnas FBPI
Tingkat pengalaman SDM
di Komnas FBPI
Ketersediaan SDM di
kementerian teknis
Kemampuan SDM di
kementerian teknis
Tingkat pengalaman SDM
di kementerian teknis
Kesediaan dana untuk
mengolah kewenangan
koordinasi
Kesediaan dana untuk
mengolah program
pengendalian flu burung
Kondisi sarana dan
prasarana penunjang
koordinasi
Kondisi sarana dan
prasarana penunjang
koordinasi di kementerian
teknis
Kewenangan dalam
pengembangan program
oleh kementerian teknis
Akses informasi kejadian
kasus
Sikap kementerian teknis
menanggapi info kebijakan
yang diterima
Kemampuan kementerian
teknis dalam melaksanakan
kebijakan program
pengendalian flu burung
Total variabel sumber daya

Tidak
Setuju

Kurang
Setuju
13

Netral

Setuju

Total

33

Sangat
setuju
5

10

2

33

22

4

211

6

16

35

4

220

9

9

41

2

219

4

30

26

1

207

5

12

39

5

227

1

13

11

30

6

210

3

22

10

23

3

184

9

9

39

4

221

1

8

12

35

5

218

3

9

10

30

9

216

2

7

12

28

12

224

2

11

12

35

1

205

1

6

5

44

5

229

213

214

Total skor variabel sumber daya adalah 214 yang menunjukkan kategori
baik. Responden menilai bahwa secara keseluruhan variabel sumber daya
pelaksana kebijakan menunjukkan indikasi yang baik. Sumber daya manusia
sebagai unsur pelaksana kebijakan telah tersedia dan mencukupi. Selanjutnya
responden menilai kompetensi pelaksana cukup memadai sehingga akan cukup
mendukung keberhasilan pelaksanaan kebijakan.
Hasil penilaian responden terhadap ketersediaan dana, sarana, dan prasarana
sebagai bagian dari variabel sumber daya berjalan dengan baik dan mendukung
dalam pelaksanaan implementasi kebijakan oleh Komnas FBPI. Indikator
kewengan yang baik dirasakan memadai bagi pelaksana kebijakan yaitu
kementerian teknis, lembaga internasional, LSM, dan pemerintah daerah.

12
Kewenangan Komnas FBPI kepada pemerintah daerah adalah dengan
pembentukan komda yang akan merumuskan kebijakan, strategi, dan langkahlangkah yang diperlukan dalam rangka pencegahan, pengendalian, dan
penanggulangan flu burung serta kesiapsiagaan menghadapi pandemi influenza di
wilayah administrasi masing-masing sesuai dengan kebijakan, strategi, dan
pedoman serta arahan yang ditetapkan oleh Komnas FBPI. Harapan dari
pembentukan komite daerah adalah memperlancar fungsi komando pengendalian
flu burung seperti ditunjukkan pada Gambar 2.
Tim avian influenza dan
pandemi influenza pusat
(Menko, Menkes, Mentan)

Presiden

Tim avian influenza dan
pandemi influenza
propinsi

Gubernur

Tim avian influenza dan
pandemi influenza
kabupaten/kota

Bupati/Walikota

Gambar 2 Mekanisme koordinasi dan komando : “Dimodifikasi/diadaptasi
dari Bappenas (2005) dengan seizin penerbit Bappenas.”
Variabel disposisi mewakili pendapat responden tentang sejauh mana
pemahaman responden tentang subtansi kebijakan, pemahanan petugas dalam
pelaksanan tujuan kebijakan, dan dukungan insentif yang tersedia bagi pelaksana
serta kesesuaian harapan pelaksana dengan tujuan kebijakan. Penilaian responden
terhadap variabel disposisi terdapat pada Tabel 7.
Tabel 7 Frekuensi skor jawaban responden untuk variabel disposisi
No
1

2

3
4

5

Karakteristik
Kementerian teknis
memahami dengan baik tugas
dan fungsi
Dukungan kementerian teknis
terhadap pelaksanaan
kebijakan
Sikap kementerian teknis
dalam melaksanakan program
Jalinan kerjasama antar staf
Komnas FBPI dengan staf
kementerian teknis
Kesesuaian harapan antara
Komnas FBPI dengan
kementerian teknis

Tidak
Setuju

Kurang
Setuju

Netral

Setuju

Sangat
setuju

Total

7

9

39

6

227

5

13

25

18

239

9

19

29

4

211

1

6

16

30

8

221

1

7

21

31

1

207

13

Tabel 7 Frekuensi skor jawaban responden untuk dimensi disposisi (lanjutan)
No
6
7

Karakteristik
Tunjangan atau insentif bagi
Komnas FBPI
Tunjangan atau insentif bagi
kementerian teknis
Total varibel disposisi

Tidak
Setuju

Kurang
Setuju

Netral

Setuju

Sangat
setuju

Total

2

13

24

20

2

190

1

17

21

19

3

189
212

Responden menilai bahwa pengetahuan pelaksana mengenai substansi
kebijakan menunjukkan indikasi yang baik dengan total skor 212. Responden
menilai dukungan pelaksana teknis terhadap pelaksanaan program pengendalian
flu burung telah berjalan dengan baik. Loyalitas pelaksana terhadap pelaksanaan
kebijakan yang baik menunjukkan dukungan yang tinggi pelaksana kebijakan
terhadap kebijakan yang dilaksanakan oleh Komnas FBPI. Insentif atau tunjangan
teknis yang mendukung pelaksanaan kebijakan dinilai cukup oleh responden. Hal
ini menyebabkan dukungan yang diberikan oleh pelaksana kebijakan belum
optimal.
Transisi pengendalian flu burung yang sektoral menjadi pengendalian flu
burung yang membutuhkan integrasi seluruh sektor memerlukan suatu proses
transformasi yang tidak selalu berlangsung lancar. Hal ini disebabkan karena
perubahan seringkali disertai dengan aneka macam konflik yang muncul. Untuk
mengatasi tantangan terhadap perubahan maka diupayakan agar sektor yang
terlibat dalam perubahan program pengendalian flu burung memahami alasan
konsep pengendalian terpadu. Dorongan bantuan, pelatihan, sumber daya, dan
insentif sebagai imbalan persetujuan menerima perubahan merupakan strategi
untuk menerima perubahan (Winardi 2005).
Variabel struktur birokrasi mewakili pendapat responden tentang sejauh
mana perfoma dan kejelasan struktur birokrasi yang berkaitan dengan tata laksana
pengendalian flu burung di Indonesia. Faktor kelembagaan dan penyiapan POS
pengendalian flu burung menghindarkan terjadinya fragmentasi dukungan
pemangku kebijakan. Adapun hasil penilaian responden terhadap variabel struktur
birokrasi terdapat dalam Tabel 8.
Tabel 8 Frekuensi skor jawaban responden untuk variabel struktur birokrasi
No
1

2

3
4
5

Karakteristik
Tingkat koordinasi antara
kementerian teknis dengan
Komnas FBPI
Kepedulian kementerian
teknis terhadap pelaksanaan
program
Penyusunan POS
Dukungan kementerian
teknis terhadap Renstranas
Pelaksanaan Renstranas di
kementerian teknis

Tidak
Setuju

Kurang
Setuju

Netral

Setuju

Sangat
setuju

1

8

12

36

4

217

1

7

15

31

7

219

1

9

6

37

8

225

5

9

36

11

236

8

6

39

8

230

Total

14
Tabel 8 Frekuensi skor jawaban responden untuk dimensi struktur birokrasi
(lanjutan)
N
o
6

Karakteristik
Pola pelaksanaan program
berdasarkan Renstranas
Dukungan kementerian
teknis terhadap kewenangan
Komnas FBPI dalam
melaksanaan program
pengendalian flu burung
Total variabel struktur birokrasi

7

Tidak
Setuju

1

Kurang
Setuju

Netral

Setuju

Sangat
setuju

Total

11

17

32

1

206

6

17

34

3

215

221

Responden menilai bahwa variabel struktur birokrasi berjalan dengan baik
dengan total skor 221. Indikator POS dalam pelaksanaan kebijakan telah
memadai. Responden menilai bahwa tingkat koordinasi antar instansi terkait
dengan pelaksanaan program pengendalian flu burung sudah berjalan dengan
baik. Sebagai contoh, dalam program pengendalian flu burung pada burung lair,
maka Komnas FBPI telah membuat Rencana Strategis Pengendalian Flu burung
pada Burung Liar di Indonesia. Dalam hal yang sama Komnas FBPI menerbitkan
Pedoman Pasar Sehat dan Rantai Distribusinya.
Responden menilai pemangku kebijakan mempunyai kepedulian yang baik
dalam pelaksanaan kebijakan oleh Komnas FBPI. Selanjutnya responden menilai
bahwa struktur birokrasi yang ada saat ini telah mendukung pelaksanaan
kebijakan pengendalian flu burung yang dilakukan oleh Komnas FBPI.
Kualitas koordinasi oleh Komnas FBPI terdapat pada Tabel 9. Kualitas
koordinasi mewakili pendapat responden mengenai koordinasi pengendalian flu
burung secara nasional, internasional, dan kesesuaian program serta harmonisasi
program pengendalian flu burung.
Tabel 9 Frekuensi skor jawaban responden untuk variabel kualitas koordinasi
No
1
2
3

4
5
6
7

Karakteristik
Komnas FBPI mengatur
mekanisme koordinasi
Koordinasi kementerian
teknis dengan Komnas FBPI
Koordinasi kementerian
teknis dengan sekretariat
Komnas FBPI
Koordinasi Komnas FBPI
dengan LSM dan swasta
Keterlibatan organisasi lain
diluar Komnas FBPI
Koordinasi Komnas FBPI
dengan pemda
Tranparansi dan akses
kejadian kasus

Tidak
Setuju

Kurang
Setuju

Netral

Setuju

Sangat
setuju

Total

1

7

23

13

17

221

1

9

11

34

6

218

1

5

19

27

9

221

3

19

25

14

233

8

10

36

7

225

1

9

12

34

5

216

2

14

17

16

12

205

15
Tabel 9 Frekuensi skor jawaban responden untuk variabel kualitas koordinasi
(lanjutan)
No
8

9
10
11

12

13

Karakteristik

Tidak
Setuju

Program pengendalian flu
1
burung oleh kementerian
teknis sesuai dengan
Renstranas
Dukungan organisasi lain
terhadap Renstranas
2
Program flu burung pemda
sesuai dengan Renstranas
Koordinasi Komnas FBPI
dengan organisasi di luar
Komnas FBPI
Keterlibatan Komnas FBPI
dalam program
pengendalian flu burung
secara internasional
Intensitas komunikasi antara
1
Komnas FBPI dengan
kementerian teknis dan
organisasi lain
Total variabel kualitas koordinasi

Kurang
Setuju

Netral

Setuju

Sangat
setuju

Total

5

12

41

2

221

4

10

33

14

240

13

10

33

3

205

7

16

34

4

218

8

15

31

7

220

4

16

36

4

221

220

Responden menilai bahwa kualitas koordinasi yang dilakukan oleh Komnas
FBPI telah berjalan dengan baik dengan total skor 220. Efisiensi dalam
peningkatkan kualitas koordinasi setiap sektor menurut reponden telah
mendukung program pengendalian flu burung. Setiap variabel dalam
implementasi kebijakan dirasakan memadai bagi Komnas FBPI dan pelaksana
kebijakan yaitu kementerian teknis anggota Komnas FBPI, pemerintah daerah,
dan organisasi di luar Komnas FBPI.
Kategori komunikasi yang baik menunjukkan bahwa transmisi tujuan dan
sasaran kebijakan oleh Komnas FBPI kepada pelaksana teknis telah sesuai. Setiap
personel yang terlibat dalam implementasi kebijakan oleh Komnas FBPI telah
memahami apa yang mesti dilakukan. Kategori sumber daya yang baik
menunjukkan bahwa dalam implementasi kebijakan oleh Komnas FBPI didukung
oleh sumber daya manusia dan anggaran yang sudah memadai. Kategori disposisi
yang baik menggambarkan bahwa pelaksana kebijakan telah memahami maksud
dan sasaran program pengendalian flu burung oleh Komnas FBPI. Responden
menilai bahwa struktur birokrasi saat ini telah mendukung implementasi kebijakan
program pengendalian flu burung dan kesiapsiagaan menghadapi pandemi
influenza.
Hasil Analisis Jalur
Hasil analisis jalur menunjukkan pola hubungan antar variabel implementasi
kebijakan dalam mempengaruhi kualitas koordinasi oleh Komnas FBPI. Di
samping itu, analisis jalur menunjukkan pengaruh langsung dan tidak langsung
seperangkat variabel bebas terhadap variabel tidak bebas.

16
Model persamaan stuktural dalam kerangka konsep penelitian seperti
ditunjukkan pada Tabel 2. Selanjutnya hipotesis dari bentuk substruktur kerangka
konseptual penelitian dari setiap model adalah sebagai berikut:
1. Model ke-1
Komunikasi (X1) mempengaruhi struktur birokrasi (X4)
2. Model ke-2
Komunikasi (X1) dan struktur birokrasi (X4) secara simultan maupun
individual berpengaruh terhadap disposisi (X3)
3. Model ke-3
Komunikasi (X1), struktur birokrasi (X4), dan disposisi (X3) secara
simultan maupun individual berpengaruh terhadap sumber daya (X2)
4. Model ke-4
Komunikasi (X1), struktur birokrasi (X4), disposisi (X3), dan sumber daya
(X2) secara simultan maupun individual berpengaruh terhadap fungsi
koordinasi (Y).
Hasil perhitungan analisis jalur menggunakan IBM SPSS Statistic 20 dari
uji regresi liner setiap model persamaan struktur di dekomposisikan dalam bentuk
persamaan struktur sebagai berikut:
1. Model ke-1
Y1 = ρx4x1X1 + ρx4 ⃰ εx4
Y1 = 0.604X1 + 0.365 ⃰ εx4
2. Model ke-2
Y2 = ρx3x1X1+ρx3x2X2+ρx3 ⃰ εx3
Y2 = 0.699X1 + 0.202X2 + 0.347 ⃰ εx3
3. Model ke-3
Y3 = ρx2x1X1 + ρx2x4X4+ ρx2x3X3 + ρx2 ⃰ εx2
Y3 = 0.212X1 + 0.233X4 + 0.447X3 + 0.361 ⃰ εx2
4. Model ke-4
Y4 = ρyx1X1 + ρyx2X2+ ρyx3X3+ ρyx4X4+ ρy ⃰ εy
Y4 = 0.244X1+-(0.101)X2+ 0.121X3 + 0.572X4 + 0.295 ⃰ εy
Koefisien jalur setiap variabel implementasi kebijakan terhadap kualitas
koordinasi oleh Komnas FBPI seperti ditunjukkan pada Gambar 3.

17

Gambar 3 Hasil analisis jalur.

Pengaruh signifikan, - - Pengaruh tidak signifikan

Koefisien jalur kerangka konseptual penelitian menunjukkan bahwa
komunikasi dan struktur birokrasi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
kualitas koordinasi. Namun demikian sumber daya dan disposisi tidak
menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap kualitas koordinasi.
Rangkuman dekomposisi dari koefisien jalur, pengaruh langsung dan tidak
langsung serta pengaruh variabel implementasi terhadap kualitas koordinasi
disajikan dalam Tabel 10.
Tabel 10 Koefisien jalur variabel implementasi kebijakan
Pengaruh tidak langsung
PengaNo

Variabel

ruh langsung

1
2
3
4

a

2.5×10-1
(5.9%)
Struktur 6.0×10-1a
birokrasi (32.7%)
Disposisi
1.2×10-1
(1.5%)
Sumber- -1.0×10-2
daya
(0%)
Komunikasi

Melalui
struktur
birokrasi
(X4)
1.2×10-1

Total

Melalui
disposisi
(X3)

Melalui
sumber
daya
(X2)

Melalui
X3 dan
X2

Melalui
X4,X3,
X2

Total
pengaruh
tidak
langsung

6.5×10-3

4.5×10-6

0.0×100

0.0×100

18.5%*

6.0×10-4

0.0×100

0.0×100

1.3×10-1b
(12.6%)
6.0×10-4b
(0,06%)
0.0×100b
(0%)
0.0×100b
(0%)

32.8b%
*

. ×

0

1.5b%
0b%

a

Signifikan pada level kepercayaan 95%.; b Jumlah bilangan dalam kolom tidak tepat sama
dengan angka total akibat pembulatan.

Koefisien jalur positif artinya jika terjadi peningkatan variabel implementasi
kebijakan akan diikuti dengan peningkatan variabel yang lain. Sebaliknya
koefisien jalur negatif artinya jika terjadi peningkatan variabel implementasi
kebijakan maka akan menurunkan nilai variabel yang lainnya (Sugiyono 2011).

18
Hasil analisis jalur yang digunakan untuk mengetahui pengaruh setiap
variabel implementasi kebijakan terhadap kualitas koordinasi oleh Komnas FBPI
menunjukkan bahwa total pengaruh variabel implementasi kebijakan oleh
Komnas FBPI terhadap kualitas koordinasi adalah 52.8%, sedangkan 47.2%
dipengaruhi oleh faktor lain di luar implementasi kebijakan. Berdasarkan data
tersebut maka variabel implementasi kebijakan oleh Komnas FBPI terhadap
kualitas koordinasi relevan untuk dikaji. Pengaruh setiap variabel implementasi
kebijakan terhadap kualitas koordinasi yang dilakukan oleh Komnas FBPI
diperoleh dari koefisien jalur sebagaimana terdapat pada Tabel 11.
Tabel 11 Pengaruh variabel implementasi kebijakan terhadap kualitas
koordinasi
No
1
2
3
4
TOTAL

Variabel
Komunikasi
Struktur birokrasi
Disposisi
Sumber daya

Langsung
5.9%
32.7%
1.5%
0.0%

Pengaruh
Tidak langsung
12.6%
0.06%
0.0%
0.0%

Total
18.5%
32.8%
1.5%
0.0%
52.8%

Pengaruh Variabel Komunikasi
Total pengaruh variabel komunikasi terhadap kualitas koordinasi yaitu
18.5%. Pengaruh langsung komunikasi (5.9%) terhadap kualitas koordinasi lebih
kecil dibandingkan dengan pengaruh komunikasi secara tidak langsung (12.6%).
Pengaruh terbesar komunikasi secara tidak langsung adalah melalui stuktur
birokrasi. Pengaruh langsung dan tidak langsung variabel komunikasi ditunjukan
pada Tabel 12.
.
Tabel 12 Pengaruh langsung dan tidak langsung variabel komunikasi
Pengaruh langsung dan tidak langsung

Koefisien
jalur

Pengaruh langsung

2.4×10-1

Pengaruh tidak
langsung

melalui strutur birokrasi (X4)
melalui disposisi (X3)
melalui sumber daya (X2)
melalui X3 dan X2

1.2×10-1
6.5×10-3
4.5×10-6
8.9×10-6

melalui X4,X3, X2
total pengaruh tidak langsung

2.9×10-7
1.3×10-1 a

Proporsional
pengaruh
5.95%

12.6%

Total pengaruh langsung dan tidak langsung
18.5%
a
Jumlah bilangan dalam kolom tidak tepat sama dengan angka total akibat pembulatan.

Komunikasi merupakan syarat utama terciptanya efektivitas suatu
kebijakan. Agar implementasi kebijakan dapat berlangsung efektif, maka setiap
aktor yang terlibat didalamnya harus memahami apa yang mesti dilakukannya
(DiNitto 1999). Efektivitas koordinasi pengendalian flu burung oleh Komnas
FBPI, terjadi melalui proses komunikasi satu sama lain, karena melalui
komunikasi akan tercipta pemahaman tentang apa yang dikerjakan serta cara

19
mengerjakannya. Pengalaman Komnas FBPI mengungkapkan bahwa banyak
waktu yang digunakan untuk meyakinkan sesama penyelenggara negara tentang
bahaya flu burung (Komnas FBPI 2010).
Permasalahan dan hambatan yang dihadapi Indonesia terkait dengan
komunikasi program pengendalian dan penanganan flu burung adalah (1).
kurangnya koordinasi antar sektor dalam perencanaan dan pengendalian flu
burung dan kesiapsiagaan menghadapi pandemi influenza, (2) kurangnya
pemahanan dan kesadaran seluruh lapisan masyarakat terhadap flu burung dan
risikonya, dan (3) adanya distorsi informasi yang diterima oleh masyarakat
(Bappenas 2005). Dalam mengatasi hambatan-hambatan yang terjadi serta sebagai
upaya mempercepat pengendalian flu burung, diperlukan langkah-langkah
komprehensif dan keterpaduan semua pihak terkait yaitu dengan melakukan
komunikasi yang penuh empati. Komunikasi risiko menjadi prioritas dalam
pengendalian flu burung karena potensi penyakit ini yang dapat menyebabkan
pandemi. Prinsip komunikasi risiko adalah mengintegrasikan setiap perencanaan
atau strategi pengendalian sebagai bagian dari upaya pencegahan dan respon
terhadap kewaspadaan pandemi influenza. Komunikasi risiko dilakukan terutama
dalam upaya penanganan krisis atau masalah yang menyangkut kesehatan
merupakan bagian penting dalam pengendalian penyakit (Reynold dan Sandra
2008).
Pengaruh komunikasi secara langsung yang lebih kecil dibandingkan
dengan pengaruh tidak langsung komunikasi terhadap kualitas koordinasi dapat
disebabkan karena konflik yang berlangsung diantara kebanyakan organisasi
merupakan gejala yang sifatnya endemis karena tidak hanya bisa diatasi dengan
komunikasi dan koordinasi. Konflik yang terjadi dapat disembuhkan dengan cara
menyempurnakan kemampuan komunikasi antar pribadi (interpersonal
communication) (Wahab 2004). Salah satu contoh pendekatan komunikasi antara
peternak dan pemerintah adalah melalui participatory epidemiology. Pendekatan
ini melibatkan masyarakat dalam program kesehatan dan kesehatan hewan dan
tidak hanya digunakan untuk flu burung saja, namun untuk penyakit zoonosa
lainnya (Jost et al. 2007). Pada tahun 2008 pemerintah Indonesia
mengimplementasikan program kesehatan hewan melalui PDSR yang didukung
oleh Food and Agriculture Organization (FAO). Sedangkan di sektor kesehatan
dibentuk DSO yang didukung oleh World Health Organization (WHO).
Ancaman akan munculnya pandemi influenza membuat semua pemangku
kebijakan dan masyarakat peduli akan penyakit flu burung. Koordinasi yang
efisien program pengendalian flu burung tidak hanya lintas sektor pemerintah saja
namun melibatkan organisasi profesi, LSM, organisasi internasional, negara
donor, sektor swasta, dan partisipasi masyarakat. Kolaborasi lintas disiplin
keilmuan mendorong komunikasi antara profesi kesehatan masyarakat, dokter
manusia, dan dokter hewan untuk mengembangkan ide dan kerangka kerja
bersama dalam pelayanan kesehatan manusia dan hewan (Schelling et al. 2005).
Kebijakan pengendalian flu burung pada tahun 2007 difokuskan pada
kegiatan komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) (Komnas FBPI 2007). KIE
merupakan bagian terpenting sebagai penghubung dalam implementasi strategi
pengendalian flu burung. Program KIE dalam pelaksanaannya memiliki beberapa
kegiatan pokok yaitu perumusan strategi komunikasi risiko, pembentukan pusat
informasi nasional, pembuatan media KIE (cetak dan elektronik), pembuatan

20
jaringan komunikasi antara semua mitra dan lembaga internasional seperti (WHO,
FAO, dan World Organization for Animal Health (OIE)), komunikasi massa ke
masyarakat, dan komunikasi serta informasi pada kelompok risiko tinggi dan
kelompok strategis (Bappenas 2005).
Hasil studi The United Nation Children’s Fund (UNICEF) tahun 2006
mengungkapkan bahwa 73% reponden menyatakan bahwa penyakit flu burung
tidak akan berjangkit di daerah mereka dan pengetahuan masyarakat tentang flu
burung tinggi namun masyarakat merasa flu burung bukan merupakan ancaman.
Sedangkan hasil survei yang dilaksanakan oleh UNICEF pada tahun 2008
menyatakan bahwa 31% responden memahami akan pandemi AI. Responden
hanya memahami bahwa AI dapat menyebab