Sistem Informasi Sumber Daya Hutan Dalam Mendukung Pengelolaan Hutan Lestari Studi Kasus: Perum Perhutani

SISTEM INFORMASI SUMBER DAYA HUTAN DALAM
MENDUKUNG PENGELOLAAN HUTAN LESTARI
Studi Kasus : Perum Perhutani

AHSANA RISKA

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Sistem Informasi Sumber
Daya Hutan dalam Mendukung Pengelolaan Hutan Lestari Studi Kasus: Perum
Perhutani adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2016
Ahsana Riska
NRP E151120171

RINGKASAN
AHSANA RISKA. Sistem Informasi Sumber Daya Hutan dalam Mendukung
Pengelolaan Hutan Lestari Studi Kasus: Perum Perhutani. Dibimbing oleh M.
BUCE SALEH dan HENDRAYANTO.
Data dan informasi merupakan faktor penting dalam proses pengambilan
keputusan. Sistem informasi sumber daya hutan bertujuan untuk menyediakan
informasi yang akurat dan lengkap secara periodik sehingga dapat mendukung
proses pengambilan keputusan yang lebih efektif dan efisien. Pengelolaan hutan
membutuhkan beragam informasi yang terintegrasi dari berbagai aspek organisasi
atau perusahaan. Perum Perhutani merupakan Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) tertua di Indonesia yang diberi kewenangan untuk mengelola hutan,
terutama hutan di Pulau Jawa. Hutan yang dikelola mencakup hutan alam yang
berfungsi lindung dan hutan tanaman untuk produksi kayu, utamanya kayu jati
yang telah ditanam sejak jaman kolonial Belanda. Perum Perhutani sejak lama
telah membangun sistem pengelolaan hutan lestari untuk hutan tanaman dengan

tujuan produksi kayu, termasuk sistem informasinya. Walaupun telah memiliki
Sistem Informasi Sumber Daya Hutan (SISDH), pengelolaan hutan di Perum
Perhutani terus mengalami penurunan kualitas sumber daya hutan. Penelitian ini
mengkaji sistem informasi pengelolaan hutan kaitannya dengan kinerja
pengelolaan sumber daya hutan di Perum Perhutani yaitu: 1) mekanisme dan
variabel pendukung sistem informasi sumber daya hutan dan 2) pengaruh sistem
informasi sumber daya hutan terhadap pengambilan keputusan pengelolaan di
Perum Perhutani, dengan tujuan meningkatkan efektifitas sistem informasi
sumber daya hutan (SISDH) di Perum Perhutani.
Metode yang digunakan adalah kajian pustaka dan wawancara mendalam
dengan informan kunci. Pengamatan sistem informasi difokuskan kepada variabel
sistem informasi yaitu data, prosedur, pengguna dan teknologi. Kriteria lainnya
yang digunakan adalah penilaian terhadap kualitas informasi, kualitas sistem dan
kualitas servis sistem informasi. Penilaian pengaruh produk sistem informasi
terhadap pengambilan keputusan terkait sumber daya hutan di Perum Perhutani
dilakukan dengan mengkaji variabel dominan yang digunakan dalam pengambilan
keputusan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem informasi yang digunakan
Perum Perhutani saat ini belum mampu mendukung pengelolaan hutan lestari.
Sistem informasi ini masih memiliki kekurangan pada variabel data, prosedur,
teknologi dan pengguna. Proses pengambilan keputusan pengelolaan hutan di

Perum Perhutani secara value (nilai) menganut paradigma technocratic tetapi
dalam proses pengambilan keputusan didominasi oleh preferences pengambil
keputusan. Struktur organisasi Perum Perhutani yang bersifat sentralistik
berpengaruh terhadap penggunaan informasi dan pengambilan keputusan di
tingkat tapak. KPH sebagai pengelola di tingkat tapak menjadi penyedia informasi
tetapi tidak memiliki kewenangan menggunakan informasi untuk memutuskan
pengelolaan sumber daya hutan.
Kata kunci: sistem informasi sumberdaya hutan, pengambilan keputusan, SISDH,
Perum Perhutani

SUMMARY
AHSANA RISKA. Forest Resources Information System to Support Sustainable
Forest Management Case Study: Perum Perhutani. Supervised by M. BUCE
SALEH and HENDRAYANTO.
Data and information is a substantial factor on decision making process.
Forest resources information system aims to provide accurate and complete data
periodically to support effective and eficient decision making process. Forest
management needs various integrated informations from various aspect of
organization. Perum Perhutani is the oldest state-owned enterprise for forestry in
Indonesia. They have given authority to manage forest-state area especially in

Java. The forest-state include natural forest for protection and plantation forest for
production, especially teak that have been planted from colonial era. Perum
Perhutani have been developed sustainable forest management include the
information system. Altough they already have forest resources information
system, forest quality in Perum Perhutani decrease time by time. This research
study about forest resources information system in Perum Perhutani related to
forest resources management. They are include: 1) supporting mechanism and
variable of forest resources information system and 2) influence of forest
resources information system on decision making process in Perum Perhutani to
improve effectiveness of forest resources information system in Perum Perhutani.
Research was conducted by reviewing literatures and depth interviewing
with key informants. Study of forest resources information system focused on
variables of information system such data and information, procedures,
technology and user. Another observed criterias are information quality, system
quality and service quality of forest resources information system. Influence of
forest resources information system on decision making process reviewing by
assessed dominant variable used in decision making process. The results showed
that the current forest resources information system could not support sustainabe
forest management in Perum Perhutani. This information system has weakness in
data and information, procedures, technology and user. The decision making

process in Perum Perhutani for forest management is in line with technocratic
paradigm but more technically in decision making process is dominated by the
decision-maker preferences. Centralized organization structure of Perum
Perhutani affect the use of information and decision-making at the site level.
Forest management unit as a manager of forest resources at the site level become
information provider but have no authority to use the information to decide
management of forest resources.
Keywords: forest resources information system, decision making, SISDH, Perum
Perhutani

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB


SISTEM INFORMASI SUMBER DAYA HUTAN DALAM
MENDUKUNG PENGELOLAAN HUTAN LESTARI
Studi Kasus : Perum Perhutani

AHSANA RISKA

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Pengelolaan Hutan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr. Dra. Nining Puspaningsih, MS

Judul Tesis : Sistem Informasi Sumber Daya Hutan dalam Mendukung

Pengelolaan Hutan Lestari : Studi Kasus Perum Perhutani
Nama
: Ahsana Riska
NIM
: E151120171

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr Ir M Buce Saleh, MS
Ketua

Dr Ir Hendrayanto, MAgr
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Ilmu Pengelolaan Hutan


Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Tatang Tiryana S Hut MSc

Dr Ir Dahrul Syah, MSc Agr

Tanggal Ujian: 2 Agustus 2016

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan kelancaran
sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan judul Sistem
Informasi Sumber Daya Hutan dalam Mendukung Pengelolaan Hutan Lestari:
Studi Kasus Perum Perhutani. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November
sampai dengan Juni 2016.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. M. Buce Saleh, MS. dan
Dr. Ir. Hendrayanto, M.Agr. selaku dosen pembimbing yang telah banyak
memberikan arahan dan saran. Kepada Dr. Nining Puspaningsih, MS selaku dosen
penguji pada ujian tesis. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada

narasumber-narasumber dari Perum Perhutani atas kerjasama dan bantuannya.
Terima kasih juga penulis ucapkan kepada keluarga, sahabat, kawan-kawan di
Forci Development dan teman-teman program studi Ilmu Pengelolaan Hutan
angkatan 2012 atas dukungannya.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan
penelitian ini, sehingga saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan.
Semoga penelitian ini dapat bermanfaat.

Bogor, Agustus 2016

Ahsana Riska

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

iv

DAFTAR GAMBAR

iv


1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
Kerangka Pemikiran

1
1
2
3
3
3
4

2 METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Metode Pengumpulan Data

Metode Analisis Data

5
5
5
6

3 HASIL DAN PEMBAHASAN

7

4 KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran

31
31
32

DAFTAR PUSTAKA

32

RIWAYAT HIDUP

36

DAFTAR TABEL
Jenis rencana, penyusun, penilai dan pengesah dokumen rencana di
Perum Perhutani

10

DAFTAR GAMBAR
Kerangka sistem informasi
Sistem perencanaan di Perum Perhutani*
Komponen sistem informasi (Turban et al. 2007)

4
7
12

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang
Data dan informasi merupakan faktor penting dalam proses pengambilan
keputusan. Data menyajikan fakta, sedangkan informasi merupakan hasil analisis
data yang disusun berdasarkan tujuan kepentingannya (Pearlson dan Saunders
2010). Sistem informasi sebagai sistem pengelolaan data dan informasi
berkembang seiring perkembangan teknologi. Informasi digunakan oleh
organisasi dalam aspek perencanaan, pengendalian, pengaturan dan pengambilan
keputusan. Oleh karena itu informasi menjadi sumber daya yang penting bagi
sebuah organisasi (Walsham 2009). Sistem informasi didefinisikan oleh
Buckingham et al. (1987) sebagai sebuah sistem yang mengumpulkan,
menyimpan, memproses dan menampilkan informasi yang terkait dengan
organisasi. Sistem informasi mendukung pengambil keputusan dengan
menyediakan informasi dan alternatif pilihan. Pengambil keputusan memutuskan
sesuai dengan pilihan yang ada atau menurut preferences dan nilai yang dianut
oleh pengambil keputusan.
Informasi dan sistem informasi sumber daya hutan telah sejak lama disadari
kepentingannya bagi pengelolaan hutan berkelanjutan. Dalam dua dekade terakhir
telah banyak dilakukan metode baru untuk pengukuran potensi, optimalisasi
rencana pengelolaan dan pengembangan sistem informasi untuk pengelolaan
hutan (Atrishchencko 2013). Sistem informasi sumber daya hutan bertujuan untuk
menyediakan informasi yang akurat dan lengkap secara periodik sehingga dapat
mendukung proses pengambilan keputusan yang lebih efektif dan efisien.
Pengelolaan hutan membutuhkan beragam informasi yang terintegrasi dari
berbagai aspek organisasi atau perusahaan. Hal ini menjadi tantangan untuk
pengembangan sistem informasi. Kuru (2000) menjelaskan bahwa sistem
informasi yang terintegrasi dalam pengelolaan hutan dapat meningkatkan efisiensi
data, mengurangi pengulangan data dan mengoptimalkan penggunaan informasi.
Sistem informasi yang terintegrasi memiliki beberapa karakteristik yaitu: 1)
prosedur pengolahan data yang efektif, penyimpanan data, pengolahan data dan
penyampaian data kepada pengguna, 2) struktur data yang jelas, efisien dan
transparan yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan organisasi dan prosedur
pengolahan data, 3) struktur data menggunakan format dan istilah umum.
Perum Perhutani merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tertua di
Indonesia yang diberi kewenangan untuk mengelola hutan, terutama hutan di
Pulau Jawa. Hutan yang dikelola mencakup hutan alam yang berfungsi lindung
dan hutan tanaman untuk produksi kayu, terutama kayu jati yang telah ditanam
sejak jaman kolonial Belanda. Perum Perhutani sejak lama telah membangun
sistem pengelolaan hutan lestari terutama untuk hutan tanaman dengan tujuan
produksi kayu, termasuk sistem informasinya.
Perum Perhutani menjalankan manajemen sistem informasi untuk
mengetahui potensi-potensi yang dimiliki dan mengolah informasi tersebut
menjadi kebijakan-kebijakan pengelolaan sumber daya hutan. Namun sistem
informasi yang dijalankan Perum Perhutani belum mampu menjadikan

2
pengelolaan hutannya lebih baik. Data dan informasi sumber daya hutan tanaman
Perum Perhutani menunjukkan ciri hutan yang dikelola tidak lestari, diantaranya
struktur kelas hutan tidak normal. Struktur kelas hutan menunjukkan kelas hutan
yang didominasi kelas hutan muda dan semakin luasnya tanah kosong, yaitu lahan
tidak berhutan sebagai akibat kegagalan membangun tanaman dan
ketidakmampuan menjaga standing stock. Kondisi tersebut mengakibatkan
rendahnya kinerja kelestarian produksi yang berkorelasi langsung dengan tingkat
kelestarian finansial perusahaan (Direktorat PPSDH Perhutani 2010). Sistem
informasi sumber daya hutan Perum Perhutani memiliki kelemahan dari sudut
pandang sistem monitoring sumber daya hutan dan dari sudut pandang kelola
teknis manajemen basis data (UGM 2014).
Sistem informasi dikatakan optimal jika digunakan dalam proses-proses
pengambilan keputusan. Hal tersebut berarti sistem informasi yang terbangun
mampu memenuhi tujuannya, yaitu mendukung proses pengambilan keputusan
(Platisa dan Balaban 2009, De Lone dan McLean 2003, Rondeaux 1991).
Penelitian ini mengkaji sistem informasi pengelolaan hutan kaitannya dengan
kinerja pengelolaan sumber daya hutan di Perum Perhutani yaitu: 1) mekanisme
dan variabel pendukung sistem informasi sumber daya hutan dan 2) pengaruh
sistem informasi sumber daya hutan terhadap pengambilan keputusan pengelolaan
di Perum Perhutani, dengan tujuan meningkatkan efektifitas sistem informasi
sumber daya hutan (SISDH) di Perum Perhutani.
Perumusan Masalah
Keberadaan dan kualitas hutan merupakan unsur utama yang menentukan
keberlanjutan manfaat bagi perusahaan yang komoditasnya merupakan produk
sumber daya hutan seperti Perum Perhutani. Tuntutan peningkatan keuntungan
dari waktu ke waktu terhadap perusahaan hutan berpotensi merusak struktur
tegakan dalam jangka panjang dan menghancurkan hutan tersebut.
Secara teoritis, sumber daya hutan dapat memberikan hasil lestari dan stabil
jika struktur tegakannya normal atau mendekati normal. Evaluasi tegakan melalui
analisis umur rata-rata dan setengah daur menunjukkan 93% Bagian Hutan di
Perum Perhutani memiliki stuktur tegakan hutan tidak normal (IPB, 2015). Saat
ini hampir di semua KPH struktur tegakan jati didominasi oleh tegakan umur
muda, sementara untuk tegakan pinus didominasi oleh tegakan umur tua. Keadaan
ini bukan merupakan keadaan ideal bagi keberlangsungan perusahaan, mengingat
kayu dan getah merupakan produk andalan Perum Perhutani. Selain itu ditemukan
banyak lahan yang tidak termanfaatkan secara optimal. Luas kawasan produksi
jati seluas 1 238 372 ha sementara luas hutan jati yang ada seluas 520 869 ha.
Sehingga ada sekitar 717 503 ha kawasan untuk produksi jati yang tidak
termanfaatkan secara optimal. Demikian pula halnya dengan hutan pinus.
Terdapat 670 891 ha lahan yang belum optimal pemanfaatannya untuk kawasan
produksi pinus dari total 876 774 ha luas kawasan yang dicanangkan untuk kelas
perusahaan pinus.
Sistem informasi memegang peranan penting dalam hal menyediakan data
dan informasi terkait sumber daya hutan. Sistem informasi dan monitoring untuk
sektor kehutanan adalah alat untuk menyusun perencanaan dan kebijakan
pengelolaan yang efektif. Sistem informasi dapat membantu memutuskan

3
intervensi prioritas terhadap pengelolaan hutan dan investasi yang paling efisien.
Informasi yang diperbaharui secara sistematis dan berkala dapat memungkinkan
efektifitas penerapan kebijakan, proses pengambilan keputusan dan arahan
pengelolaan (World Bank, 2008).
Sebuah sistem informasi dikatakan optimal secara sederhana bisa dinilai
dari apakah produk dari sistem tersebut benar digunakan dalam proses-proses
pengambilan keputusan. Penelitian ini mengkaji efektifitas sistem informasi
sumber daya hutan Perum Perhutani terhadap pengelolaan sumber daya hutan
dengan melihat:
1. Bagaimana mekanisme sistem informasi sumber daya hutan dijalankan di
Perum Perhutani.
2. Variabel apa saja yang mendukung berjalannya sistem informasi sumber
daya hutan di Perum Perhutani.
3. Bagaimana pengaruh produk sistem informasi sumber daya hutan terhadap
keputusan pengelolaan sumber daya hutan di Perum Perhutani.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan efektifitas sistem informasi
sumber daya hutan yang mendukung pengelolaan sumber daya hutan secara lestari
dengan :
1. Mengetahui mekanisme sistem informasi sumber daya hutan yang
dijalankan di Perum Perhutani.
2. Mengetahui variabel pendukung berjalannya sistem informasi sumber daya
hutan di Perum Perhutani
3. Mengetahui pengaruh produk sistem informasi sumber daya hutan
terhadap keputusan pengelolaan sumber daya hutan di Perum Perhutani.

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan perbaikan sistem
informasi sumber daya hutan dalam pengelolaan hutan khususnya di Perum
Perhutani.
Ruang Lingkup Penelitian
Pada penelitian ini ruang lingkup kajian meliputi:
1. Tujuan pengelolaan sumber daya hutan dalam hal kelestarian sumber daya
hutan.
2. Wilayah yang menjadi lingkup kajian penelitian ini adalah wilayah Perum
Perhutani dengan representasi wilayah SPH Bogor khususnya KPH Bogor,
Divisi Regional Jawa Barat.

4
Kerangka Pemikiran
Sistem informasi merupakan kombinasi dari teknologi (the “what”),
manusia (the “who”) dan proses (“how”) yang digunakan oleh perusahaan untuk
menghasilkan dan mengelola informasi (Pearlson dan Saunders 2010). Rondeaux
(1991) menyatakan sebuah sistem informasi harus mampu :
- menyediakan informasi untuk mendukung proses pengambilan keputusan dan
perencanaan pada tingkatan manajemen atas (top management)
- menyediakan informasi untuk mendukung setiap tingkatan manajemen dalam
hal perencanaan dan manajemen kontrol
- mampu menyediakan informasi setiap waktu yang diperlukan.
Dalam rangka pemenuhan kebutuhan tersebut sebuah sistem informasi
mutlak memiliki : 1) data sebagai sumber informasi, 2) teknologi sebagai alat atau
instrumen pengolah data menjadi informasi, 3) prosedur pengumpulan data dan
pengolahan informasi serta protokol terkait koordinasi data (sharing data) , 4)
kebijakan (policies) terkait sistem informasi, dan 5) pengguna (Cheung et al.
2014). Gambar 1 berikut menampilkan kerangka sebuah sistem informasi dalam
pengambilan keputusan.

Teknologi

Data
(spasial dan
non-spasial)

Informasi

Pengguna
Informasi
Nilai

Prosedur
Pilihan

Keputusan

Gambar 1 Kerangka sistem informasi
Sistem informasi bekerja dengan mengumpulkan, memproses,
menganalisis dan menyebarkan informasi yang tersedia kepada berbagai macam
tingkat manajemen. Produk sistem informasi tidak untuk mengotomatisasikan
proses pengambilan keputusan dengan pilihan optimal yang disediakan.
Keputusan akhir tetap berada di tangan pengelola (manager) dengan
mempertimbangkan informasi yang telah diperoleh, nilai yang dianut, dan pilihan
(preferences) yang dapat terbangun dari pengalaman dan latar belakang
pengetahuan (Varma et al. 2000 dan Schuck et al. 2007).

5
Secara normatif bisa dikatakan bahwa sistem informasi di Perum
Perhutani sudah memiliki kelima unsur yang disebutkan Cheung et al. (2014).
Tetapi kondisi sumber daya hutan Perum Perhutani yang menunjukkan ciri tidak
lestari menimbulkan pertanyaan apakah sistem informasi sumber daya hutan di
Perum Perhutani efektif dalam mendukung pengelolaan hutan lestari. Untuk
mengkaji hal tersebut penelitian ini akan melihat bagaimana mekanisme sistem
informasi dijalankan di Perum Perhutani dan variabel apa saja yang mendukung
berjalannya sistem informasi tersebut. Efektif tidaknya sistem informasi di Perum
Perhutani dinilai dari digunakan atau tidak produk sistem informasi dalam proses
pengambilan keputusan pengelolaan hutan di Perum Perhutani.

2 METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Objek pengamatan penelitian ini adalah Sistem Informasi Sumber Daya
Hutan (SISDH) di Perum Perhutani. Pengamatan dilakukan pada tiga level
manajemen yaitu KPH (Kesatuan Pemangkuan Hutan) yang direpresentasikan
oleh KPH Bogor, SPH (Seksi Perencanaan Hutan) Bogor sebagai perwakilan dari
Divisi Regional dan Direksi sebagai manajemen pusat. Penelitian ini mengkaji
sistem informasi sumber daya hutan pada konteks kegiatan perencanaan dan
kegiatan pengelolaan hutan. Proses pengumpulan data dan analisis data dilakukan
pada November 2015 hingga Juni 2016.
Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan Dokumen
Dokumen yang dikumpulkan adalah yang terkait dengan Sistem Informasi
Sumber Daya Hutan. Dokumen tersebut berupa Standar Operasional Prosedur
penyusunan dokumen-dokumen perencanaan (prosedur kerja), dokumen
perencanaan, dan studi pustaka yang mendukung dalam analisis data.
Wawacara
Teknik yang digunakan adalah wawancara mendalam (in-depth
interview) dengan penentuan key informant. Wawancara yang dilakukan bersifat
tidak terstruktur dan mendalam sehingga memungkinkan perolehan data dengan
ruang yang lebih kompleks dan dalam (Denzin and Lincoln 2009). Menggali
informasi dari informan kunci artinya narasumber sudah ditentukan terlebih
dahulu (Bungin 2003). Adapun kriteria dari informan kunci antara lain : 1) subjek
sudah cukup lama dan menyatu dengan kegiatan atau medan aktivitas, 2) subjek
masih terlibat secara penuh/aktif pada lingkungan atau kegiatan yang menjadi
perhatian penelitian dan 3) subjek yang memiliki keluangan waktu dan
kesempatan untuk diwawancarai. Dari kriteria informan kunci yang ditetapkan,
diwawancarai 5 (lima) orang informan kunci yaitu Kepala KPH Bogor, Wakil
Kepala SPH Bogor, Staff Biro Perencanaan, Kepala Biro Perencanaan, dan
Kepala Pusat Perencanaan.

6

Metode Analisis Data
Analisis data menggunakan metode triangulasi. Creswell (2012)
menjelaskan bahwa dalam penelitian kualitatif, validasi menggunakan metode
triangulasi dilakukan dengan mengumpulkan data dari berbagai sumber baik
pustaka maupun wawancara. Selanjutnya, data diamati dan seluruh dokumen
dianalisis secara utuh. Bungin (2003), turut mengemukakan bahwa teknis
triangulasi adalah mengutamakan efektivitas proses dan hasil yang diinginkan.
Pengamatan sistem informasi Perum Perhutani dilakukan berdasarkan
komponen sistem informasi yang dikemukakan oleh Cheung et al. (2014) dan
Turban et al. (2007). Komponen dikaji pada tataran perencanaan dan pengelolaan
sumber daya hutan terkait:
1) Data
Data merupakan kumpulan fakta, ketika data berubah melalui proses analisis
menjadi format yang bermakna untuk pengguna jadilah informasi. Hal yang
diamati adalah jenis data yang dikumpulkan dan jenis informasi seperti yang
dihasilkan dari kumpulan data tersebut.
2) Prosedur
Prosedur yang dikaji mulai dari prosedur pengumpulan data, prosedur
perbaharuan (updating) data dan prosedur koordinasi data (sharing data).
Prosedur pengumpulan data adalah proses pengumpulan berbagai data yang
relevan terhadap operasi manajemen organisasi. Prosedur perbaharuan data
adalah mekanisme dan waktu untuk memperbaharui data. Sedangkan
prosedur koordinasi data adalah mekanisme yang dapat menyatukan semua
data dan informasi yang dibutuhkan, yang berasal dari berbagai aspek
perusahaan untuk menjadi informasi yang bisa digunakan dalam manajemen
organisasi.
3) Pengguna
Mengamati pengguna dari produk sistem informasi sumber daya hutan di
Perum Perhutani dan mengkaji penggunaan informasi dalam proses
pengambilan keputusan pengelolaan sumber daya hutan. Pengguna yang
diamati berasal dari berbagai unit manajemen yaitu KPH hingga Direksi.
4) Teknologi
Melihat teknologi yang digunakan dalam sistem informasi sumber daya hutan
dan daya gunanya bagi pengguna (user friendly). Pengamatan utama adalah
melihat perangkat keras (hardware), perangkat lunak (user) dan kepuasan
pengguna terhadap teknologi yang saat ini digunakan dalam sistem informasi
sumber daya hutan (SISDH) Perum Perhutani.
DeLone dan McLean (2003) dan Athanasiadis dan Areopoulou (2013)
mengemukakan bahwa sebuah sistem informasi harus memperhatikan kualitas
informasi (information quality), kualitas sistem (system quality), dan kualitas
pelayanan (service quality). Kriteria-kriteria ini digunakan untuk menilai sistem
informasi sumber daya hutan Perum Perhutani.
Proses pengambilan keputusan dipengaruhi oleh informasi yang dimiliki,
value (nilai) yang dianut, dan preferences pengambil keputusan (Harris 2015;

7
Marchand dan Kettinger 2011). Analisis dalam proses pengambilan keputusan
mengkaji variabel dominan yang digunakan oleh pengambil keputusan terkait
pengelolaan hutan di Perum Perhutani.

3 HASIL DAN PEMBAHASAN
Variabel dan Mekanisme Sistem Informasi Sumber Daya Hutan dalam
Perencanaan dan Pengelolaan Sumber Daya Hutan Perum Perhutani
Sistem perencanaan Perhutani terbagi atas dua lingkup perencanaan.
Perencanaan perusahaan yang dikelola oleh unit manajemen dan perencanaan
sumber daya hutan yang dikelola oleh unit perencanaan (UGM 2014). Sistem
perencanaan perusahaan berfungsi untuk mengendalikan keuntungan finansial
perusahaan yang mengacu pada kebijakan Kementerian Badan Usaha Milik
Negara. Sementara sistem perencanaan sumber daya hutan berfungsi untuk
mengendalikan kelestarian hutan (standing stock) yang tetap mengacu pada
Rencana Kehutanan baik di tingkat nasional maupun provinsi. Kedua sistem
perencanaan tersebut berdiri sendiri dan tidak saling bersub-ordinasi antara satu
dengan yang lain. Lazimnya sebuah organisasi, Perhutani memiliki hirarki
perencanaan mulai dari perencanaan jangka panjang hingga perencanaan
operasional. Gambar 2. menunjukkan hirarki perencanaan di Perum Perhutani.
Hirarki perencanaan tersebut menggambarkan rencana-rencana pengelolaan baik
di subsistem perencanaan sumber daya hutan maupun di subsistem perencanaan
perusahaan.
Sub Sistem Perencanaan Sumber Daya Hutan

Sub Sistem Perencanaan Perusahaan
RUP
(20 tahun)

RPKH
(10 tahun)

RJP
(5 tahun)
RTT
(1 tahun)

RKTP
(1 tahun)
BSR (Biaya
Standar Ratarata)

RKAP
(1 tahun)
RAB
(1 tahun)
RO
(1 tahun)

Gambar 2 Sistem perencanaan di Perum Perhutani*
*

BSR: biaya standar rata-rata; RAB: rencana anggaran biaya; RJP: rencana jangka
panjang; RKAP: rencana kerja anggaran perusaaan; RKTP: rencana kerja teknis
perusahaan; RO: rencana operasional; RPKH: rencana pengaturan kelestarian hutan;
RTT: rencana teknik tahunan

8
Sistem Informasi Sumber Daya Hutan dalam konteks perencanaan dan
pengelolaan sumber daya hutan diamati pada level manajemen mulai dari KPH
(Kesatuan Pemangkuan Hutan), SPH (Seksi Perencanaan Hutan)/Divisi Regional
dan Direksi. Produk sistem informasi berupa database atau informasi digunakan
untuk menyusun perencanaan. RPKH (Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan)
menjadi dasar penyusunan Rencana Jangka Panjang (RJP) perusahaan yang
dijabarkan dalam Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP) setiap tahun.
Sedangkan dalam kelola sumber daya hutan, RPKH diturunkan ke dalam Rencana
Teknik Tahunan (RTT) untuk operasional pengelolaan hutan setiap tahun.
Kumpulan RTT menjadi RKTP (Rencana Kerja Teknis Perusahaan) yang biaya
kegiatannya dianggarkan berdasarkan BSR (Biaya Standar Rata-rata) yang
berlaku.
Sistem informasi sumber daya hutan di Perum Perhutani dipahami sebagai
instrumen dalam rangka menyusun RPKH. Berikut dijelaskan komponen sistem
informasi sumber daya hutan di Perum Perhutani:
a. Data
Dalam sistem informasi sumber daya hutan Perum Perhutani terdapat dua
jenis database yaitu database SISDH-PDE (Sistem Informasi Sumber Daya
Hutan-Pengolahan Data Elektronik) dan database SIG-PDE (Sistem Informasi
Geografis-Pengolahan Data Elektronik). Database SISDH-PDE terdiri atas :
database sumber daya hutan, database pengolahan hutan, database tanah
perusahaan, database agraria, database keamanan hutan, dan database sosial.
Database SIG-PDE disusun untuk mengorganisir data-data spasial. Hal ini
dilakukan untuk memudahkan penyediaan data dalam proses pembuatan peta yang
biasanya dibutuhkan untuk dijadikan sebagai lampiran dalam buku RPKH.
Pada tataran perencanaan, data yang digunakan untuk menyusun rencana
adalah database sumber daya hutan. Dari hasil wawancara dengan narasumber di
tingkat KPH, SPH dan Direksi, terdapat keseragaman pernyataan bahwa sistem
informasi Perum Perhutani hanya fokus pada ketersediaan data fisik potensi
sumber daya hutan. Data lainnya berupa data sosial maupun lingkungan menjadi
pelengkap dalam rencana pengelolaan sumber daya hutan. Kurangnya data atau
informasi sosial dalam sistem informasi sumber daya hutan disebabkan karena
kewenangan kelola sosial berada pada divisi lain. Pembagian kewenangan antara
kelola sumber daya hutan dan kelola sosial tidak didukung dengan mekanisme
koneksi antar kedua divisi tersebut.
Pada tataran pengelolaan, data yang menjadi dasar pengambilan keputusan
adalah database sumber daya hutan. Keputusan pengelolaan didasarkan pada
rencana pengelolaan yang telah dibuat. Jika ada perbedaan, pengusul harus
membuat kajian terlebih dahulu. Kajian ini memerlukan data pendukung lain
seperti data sosial, ekonomi maupun lingkungan.
Dari pengamatan yang dilakukan, database yang terdiri atas SISDH-PDE
dan SIG-PDE berpotensi tidak terkoneksi. Hal ini karena database sumber daya
hutan berada di level KPH dan SPH sementara data spasial merupakan wewenang
Divisi Regional. Sehingga mekanisme updating data harus melalui proses
birokrasi yang memerlukan lebih banyak waktu.
b. Prosedur
Prosedur yang diamati pada penelitian ini adalah prosedur pengumpulan
data dan penyusunan database, pengolahan data dan perbaharuan data.

9
1) Prosedur pengumpulan data dan penyusunan database
Penyusunan database SISDH-PDE dimulai dengan pengumpulan data SDH
dilakukan ditingkat KPH dan SPH. Database yang dikumpulkan oleh penyaji data
dibuat rekapitulasi per anak petak. Data rekapitulasi ini selanjutnya menjadi dasar
penyajian data awal untuk dimasukkan ke sistem komputerisasi database sumber
daya hutan.
Penyusunan database SIG-PDE dimulai dengan pengukuran teristris yang
dilakukan oleh juru ukur dari sub seksi pengukuran dan pergambaran. Peta induk
tersebut yang selanjutnya didigitasi untuk masuk ke dalam sistem komputerisasi
SIG. Hasil digitasi kemudian dihubungkan dengan data sumberdaya hutannya.
Output akhir dari proses penyusunan database ini adalah peta induk digital dengan
skala 1:10.000 dan peta-peta lampiran RPKH.
2) Prosedur pengolahan data
Pengolahan database pada level perencanaan dilakukan untuk menghasilkan
produk rencana-rencana pengelolaan sumber daya hutan. Output yang paling
utama adalah RPKH. Dari RPKH dibuat turunan rencana berupa RTT dari setiap
kegiatan pengelolaan hutan. Kumpulan RTT kemudian menjadi dasar untuk
penyusunan RKAP. Pada level pengelolaan, pengolahan data dilakukan untuk
menghasilkan informasi pendukung keputusan pengelolaan SDH.
Data dan informasi dalam sistem informasi yang digunakan dalam
perencanaan dan pengelolaan SDH selama ini menurut narasumber, hanya sebatas
data fisik potensi sumber daya hutan saja. Data sosial maupun lingkungan menjadi
pelengkap tetapi tidak menjadi variabel yang ikut dipertimbangkan dalam
menyusun rencana pengelolaan hutan. Implikasinya fenomena tanaman gagal dan
jumlah TK (Tanah Kosong) semakin bertambah karena pra kondisi lahan tidak
disiapkan terlebih dahulu.
3) Prosedur perbaharuan (updating) data
Proses updating data potensi SDH dilakukan dalam beberapa kegiatan yaitu
risalah sela atau revisi RPKH setiap 5 (lima) tahun sekali, evaluasi potensi setiap
tahun dan laporan triwulan yang dilakukan oleh KRPH dan diperiksa hasilnya
oleh SPH. Karena data sosial tidak menjadi input, maka updating data sosial tidak
dilakukan padahal perubahan dinamika sosial yang terjadi pada kawasan hutan
sangat cepat.
Dalam tataran perencanaan, proses updating data digunakan dalam
kepentingan penyusunan rencana. Sementara dalam tataran pengelolaan, updating
data digunakan untuk mendukung keputusan pengelolaan dengan menyediakan
informasi terbaru yang dibutuhkan.
Turban et al. (2007) mengemukakan bahwa kemampuan sebuah sistem
informasi untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan membutuhkan
penyatuan data (integration of data) dari berbagai sumber. Prosedur yang tidak
diatur dalam SOP sistem informasi sumber daya hutan Perum Perhutani adalah
prosedur koordinasi informasi atau integrasi informasi antar bidang dalam
organisasi perusahaan. Integrasi informasi dari berbagai sumber data adalah
masalah mendasar dalam penyusunan database, khususnya dengan database yang
sifatnya kompleks seperti pengelolaan sumber daya hutan. Integrasi data
merupakan kombinasi data dari berbagai sumber yang menyediakan pengguna
sebuah informasi utuh untuk diterjemahkan ke dalam informasi yang diperlukan
pada berbagai level pengambilan keputusan (Cali et al. 2004).

10
SISDH digunakan khusus untuk data fisik SDH. Sehingga, perencanaan
maupun pengelolaan SDH terfokus pada potensi fisik SDH. Sistem informasi
yang digunakan saat ini di Perum Perhutani bukan sebuah sistem yang bisa
memberikan sudut pandang holistik dalam menyajikan alternatif pilihan untuk
menyelesaikan masalah atau mencapai tujuan perusahaan.
c. Pengguna
Pengguna sistem informasi informasi dalam perencanaan dan pengelolaan
hutan dapat dilihat pada Tabel 1. Masing-masing pengguna memiliki karakteristik
berbeda sesuai perbedaan kewenangan unit kerja masing-masing.
Tabel 1. Jenis rencana, penyusun, penilai dan pengesah dokumen rencana di
Perum Perhutani
No
1

2

3

Unit
kerja
Direksi

Divisi
Regional

KPH

Jenis rencana

Penyusun

Penilai

Pengesah

Rencana Umum
Perusahaan (RUP)
Rencana Jangka
Panjang (RJP)
Rencana Kelola
Lingkungan (RKL)
Rencana Kerja
Teknis (RKT)
Rencana Kerja
Anggaran
Perusahaan
(RKAP)
Rencana
Operasional (RO)

Direktur Utama

Dewan Direksi dan
Dewan Pengawas
Dewan Direksi dan
Dewan Pengawas
Dewan Direksi dan
Dewan Pengawas
Dewan Direksi dan
Dewan Pengawas
Dewan Direksi dan
Dewan Pengawas

MenL&HK

Tim RKAP

Direktur
Keuangan

RUP

Direktur/Kepala
Badan/Kepala Satuan
Pengawas Intern
(KSPI)
Kepala Divisi Regional

Kepala Badan

RJP
RKL
RKT

Kepala Divisi Regional
Kepala Divisi Regional
Kepala Divisi Regional

Kepala Badan
Kadishut Provinsi
Kadishut Provinsi

RKAP

Kepala Divisi Regional

Kepala Badan

RO

Kepala Biro

Kepala Badan

RPHL/RPKH

Kepala Seksi
Perencanaan Hutan
(KaSPH)
Kepala Kesatuan
Pemangkuan Hutan
(KaKPH)
Kepala Kesatuan
Pemangkuan Hutan

Kepala Biro
Perencanaan

RKT

Kepala Kesatuan
Pemangkuan Hutan

Kepala Seksi
Perencanaan Hutan

RKAP

Kepala Kesatuan
Pemangkuan Hutan

Kepala Biro
Perencanaan

Direktur
Utama
Dirut
Gubernur
Dir.
Keuangan
Dir.
Keuangan
Kepala
Divisi
Regional
Kepala
Divisi
Regional
Kepala
Divisi
Regional
Kepala
Divisi
Regional
Kepala
Divisi
Regional
Kepala
Divisi

RJP

RTT

Direktur Utama
Direktur Utama
Direktur Utama
Direktur Utama

Kepala Biro
Perencanaan
Kepala Seksi
Perencanaan Hutan

Meneg
BUMN
MenL&HK
MenL&HK
Meneg
BUMN

11
No

Unit
kerja

Jenis rencana

Penyusun

Penilai

RO

Kepala Seksi
Pengelolaan Sumber
Daya Hutan

Wakil Kepala KPH

Pengesah
Regional
Kepala
Kesatuan
Pemangkuan
Hutan

Dari tabel 1 dapat dilihat kewenangan dalam memutuskan perencanaan,
paling rendah berada di level Divisi Regional sebagai representasi Direksi. Dari
hasil wawancara, diperoleh informasi bahwa implikasi dari struktur organisasi
yang selama ini berlaku menempatkan KPH sebagai pelaksana rencana-rencana
yang telah diputuskan oleh unit kerja yang lebih tinggi. KPH yang berhubungan
langsung dengan sumber daya hutan hanya memiliki kewenangan untuk
mengusulkan, bukan memutuskan rencana kelola sumber daya hutan. Implikasi
dari struktur organisasi tersebut menempatkan unit kerja di tingkat tapak seperti
KPH hanya menjadi penyedia informasi bukan pengguna informasi karena tidak
memilki kewenangan untuk pengambilan keputusan.
d. Teknologi
Kemampuan menggunakan teknologi informasi diperlukan untuk
menunjang proses manajemen dalam sebuah organisasi (Lin 2007, Haron dan
Hawedi 2015). Teknologi informasi didefinisikan sebagai sumber daya yang
menunjang kebutuhan komunikasi antar bidang dalam organisasi, untuk
kepentingan saat ini dan yang akan datang (Chanopas et al. 2006, Hartono et al.
2010). Teknologi yang digunakan dalam sistem informasi sumber daya hutan
Perhutani disebut SAS. SAS telah dioperasikan sejak tahun 1994 untuk
mengkomputerasikan penghitungan etat produksi dan belum diperbaharui hingga
saat ini. SAS memiliki kekurangan karena yang bisa mengoperasikan hanya
operator yang sudah dilatih khusus. Selain itu, aplikasi ini belum terintegrasi dari
unit kerja paling bawah sampai tingkat Direksi sehingga menimbulkan inefisiensi
dalam akses informasi.
Untuk data spasial, software yang digunakan adalah ArcView. Output data
dari kedua software tersebut harus dikoneksikan secara manual. Disisi lain,
koneksi tersebut terkendala alur birokrasi karena bidang yang mengurusi data
spasial ada di tingkat Divisi Regional. SPH sebagai perencana ditingkat tapak
tidak diberikan sumber daya untuk mengelola data spasial. Sehingga bisa
ditemukan kasus data potensi sumber daya hutan dan data spasial berbeda satu
sama lain.
Haron dan Hawedi (2015) menyatakan bahwa teknologi informasi
berkontribusi terhadap proses pengambilan keputusan yang lebih baik. Kurangnya
kemampuan teknologi informasi di Perum Perhutani menunjukkan kelemahan
dalam proses pengambilan keputusan dalam hal penggunaan sistem informasinya.
Perum Perhutani perlu meningkatkan kapasitas teknologi informasinya.
Pengembangan teknologi informasi tidak hanya terkait mengenai teknologi
sebagai alat tetapi juga penerimaan dan kapasitas pengguna untuk
mengoperasikannya. Beberapa penelitian mengungkapkan berbagai faktor yang
dapat mempengaruhi pengguna saat menggunakan teknologi. Faktor ini termasuk
kognitif sosial (socio-cognitive) antara lain persepsi dan ekspektasi terhadap

12
teknologi, kemampuan diri, keterkaitannya dengan pekerjaan, dan faktor
kelembagaan (Lin 2006).
Dari indikator sistem informasi yang dikemukakan DeLone dan McLean
(2013) dan Athanasiadis dan Areopoulou (2013), sistem informasi yang berjalan
saat ini di Perum Perhutani masih memiliki kekurangan dalam hal kualitas sistem
dan kualitas pelayanan. Sementara kualitas informasi SDH dinilai cukup untuk
digunakan dalam pengelolaan hutan. Turban et al. (2007) mengemukakan bahwa
teknologi informasi sebuah organisasi dapat mengintegrasi semua informasi yang
dibutuhkan oleh organisasi. Teknologi informasi tidak hanya terkait tentang
software atau hardware yang menjadi platform sebuah teknologi informasi tetapi
lebih dari itu mencakup pengembangan sistem, manajemen resiko dan keamanan
data serta manajemen data yang menjadi bagian dalam infrastruktur teknologi
informasi seperti digambarkan pada Gambar 3. Menelaah hal tersebut,
pengamatan terhadap teknologi informasi yang diterapkan dalam sistem informasi
sumber daya hutan di Perum Perhutani masih belum terbangun secara utuh
sebagai sebuah infrastruktur teknologi informasi yang menunjang keberadaan
sistem informasi.

Sistem
Informasi
Organisasi

Pengembangan Sistem
Manajemen keamanan
dan resiko
Manajemen Data

Komponen Teknologi
Informasi

Layanan
Teknologi
Informasi

Komunikasi nirkabel
Telekomunikasi dan jaringan
Perangkat lunak
Perangkat Keras

Gambar 3 Komponen sistem informasi (Turban et al. 2007)
Dalam perkembangan saat ini, Perum Perhutani sedang berproses menuju
perbaikan pengelolaan sumber daya hutan. Langkah yang ditempuh salah satunya
adalah perbaikan sistem informasi. Saat ini, proses pengintegrasian informasi
sosial dan biofisik kawasan ke dalam database potensi sumber daya hutan telah
dilakukan dalam bentuk tipologi tapak. Proses ini merupakan langkah awal untuk
membangun sistem informasi yang utuh sesuai komponen sistem informasi ideal.
Variabel teknis sistem informasi seperti infrsatruktur teknologi informasi
memiliki peran penting dalam membangun sistem informasi yang baik. Disisi lain,
terdapat juga hubungan antara sistem informasi dan organisasi yang saling
melengkapi satu sama lain. Agourram (2009) melakukan penelitian terkait sistem

13
informasi di Jerman. Hasilnya menunjukkan bahwa responden meyakini sebuah
sistem informasi yang baik dapat merubah budaya organisasi. Makna informasi
dan efektivitas informasi secara substansi tentu akan berbeda sesuai budaya
masing-masing. Sistem informasi memiliki nilai yang sesuai nilai tempatnya
dikembangkan. Sama halnya dengan Perum Perhutani, sistem informasi
berhubungan dengan struktur organisasinya dan kemudian menentukan budaya
organisasinya.
Pengaruh Sistem Informasi Sumber Daya Hutan terhadap Keputusan
Pengelolaan Sumber Daya Hutan Perum Perhutani
Sistem informasi bekerja dengan mengumpulkan, memproses,
menganalisis dan menyebarkan informasi yang tersedia kepada berbagai macam
tingkat manajemen. Produk sistem informasi tidak untuk mengotomatiskan proses
pengambilan keputusan. Keputusan akhir tetap berada di tangan pengelola
(manager) dengan mempertimbangkan informasi yang telah diperoleh, nilai yang
dianut, dan pilihan (preferences) yang dapat terbangun dari pengalaman dan latar
belakang pengetahuan. Keputusan terjadi ketika sebuah alternatif dipilih dan
diimplementasikan dalam kebijakan, rencana atau pengaturan pengelolaan dalam
bentuk aturan ataupun insentif. Keputusan organisasi memperhitungkan nilai
(value) dan pilihan (preferences) dari pemangku kepentingan (stakeholders)
(Martinez-Harms et al. 2015).
Proses pengambilan keputusan diamati pada konteks perencanaan dan
pengelolaan SDH. Konteks perencanaan melihat proses yang menghasilkan
dokumen-dokumen perencanaan pengelolaan hutan sementara pada konteks
pengelolaan melihat keputusan-keputusan pengelolaan hutan pada level KPH,
Divisi Regional dan Direksi.
Perencanaan sumber daya hutan yang ada di Perum Perhutani terdiri atas
RPKH dan produk turunannya berupa RTT untuk perencanaan tahunan.
Perencanaan sumber daya hutan yang menggunakan SISDH selama ini hanya
terfokus pada perencanaan fisik seperti kegiatan persemaian, penanaman,
pemeliharaan, hingga pemanenan. Rencana kelola sosial dan kelola lingkungan
tidak terintegrasi dalam rencana pengelolaan sumber daya hutan. Dari sisi
pengambilan keputusan, KPH sebagai unit kerja pengelola tingkat tapak selama
ini diposisikan sebagai pelaksana rencana-rencana yang dibuat oleh unit kerja
pada level atas.
Struktur organisasi dapat dimaknai sebagai mekanisme yang
menghubungkan dan mengkoordinasikan individu-individu dalam sebuah
kerangka peran (roles), kewenangan (authority), dan kekuatan (power). Sturktur
organisasi menggambarkan sebuah alat untuk mengarahkan tingkah laku
(behaviour) individu menuju nilai, norma dan tujuan yang sama (O’Neil et al.
2001, Liao et al. 2011, Kanten et al. 2015). Frederickson (1986) menyatakan
bahwa proses pengambilan keputusan strategis berhubungan dengan struktur
organisasi. Pengambilan keputusan struktur organisasi Perum Perhutani saat ini
bersifat sentralistik. Sentralistik dalam hal ini mengacu kepada seberapa jauh hak
untuk membuat keputusan dan melakukan evaluasi terkonsentrasi. Tingkat
sentralisasi yang tinggi adalah cara yang paling jelas untuk mengkoordinasi
pengambilan keputusan organisasi, tetapi dilain hal menuntut kemampuan

14
kognitif yang tinggi bagi pengambil keputusan. Individu-individu di dalam
organisasi dengan tingkat sentralisasi tinggi, tidak memiliki kapasitas kognitif
yang memadai untuk memahami semua keputusan yang dihadapi oleh organisasi
yang kompleks. Hal ini menujukkan bahwa ada hubungan negatif antara ukuran
organisasi dan tingkat sentralisasinya. Implikasi selanjutnya, akan sejalan dengan
pemikiran (Baligh 2006) bahwa struktur organisasi akan menentukan kinerja
organisasi dan kinerja bersama kondisi lingkungan akan menentukan outcome
organiasasi.
Implikasi dari struktur organisasi tidak hanya dalam tataran kegiatan
perencanaan pengelolaan hutan tetapi juga pada tataran pelaksanaan pengelolaan
sumber daya hutan. Dalam pengambilan keputusan pengelolaan sehari-hari,
seorang Kepala KPH hanya diberi kewenangan untuk mengajukan usulan-usulan
pengelolaan maupun penyelesaian masalah di tingkat tapak kepada Divisi
Regional. Divisi Regional sebagai wakil Direksi berwenang untuk menyetujui dan
memutuskan. Hal ini menimbulkan inefisiensi dalam proses pengambilan
keputusan karena proses birokrasi yang memakan waktu dan biaya. KPH sebagai
unit kerja terkecil yang diberikan tanggung jawab mengelola sumber daya hutan
memiliki informasi yang lebih holistik dan detail terkait potensi maupun
permasalahan wilayahnya. Tetapi sumber daya tersebut tidak bisa digunakan
karena secara struktur KPH tidak memiliki kewenangan untuk membuat
keputusan. KPH hanya menjadi penyedia informasi tetapi tidak dapat
menggunakan sumber daya informasi yang dimilikinya.
Dari bagan kerangka sistem informasi terhadap pengambilan keputusan
pada Gambar 1, proses pengambilan keputusan dipengaruhi oleh informasi, nilai
(value), dan pilihan (preferences) pengambil keputusan. Penelitian ini mencoba
mengungkap variabel dominan yang digunakan oleh pengambil keputusan di
Perum Perhutani terkait pengelolaan sumber daya hutan. Nilai (value) adalah
konsepsi yang mendasari pilihan dan tindakan (Brown 1984). (Harris 2015)
menyatakan pilihan (preferences) adalah pilihan yang menggambarkan nilai
personal seorang pengambil keputusan. Pilihan pengambil keputusan dipengaruhi
oleh tujuan, kemampuan kognitif, dan pengalaman (Warren et al. 2010). Dalam
paradigma pembangunan berkelanjutan dikenal tiga nilai (value) yaitu :
technocratic paradigm, precautionary principle, dan social equity. Technocratic
paradigm dibahas oleh (Drengson 2011) sebagai sebuah konsep pembangunan
yang bersifat antroposentris. Alam menjadi objek eksploitasi dengan
mengedepankan nilai-nilai ekonomi untuk memenuhi kebutuhan manusia. (Beder
2006) membahas tentang precautionary principle dan social equity. Paradigma
precautionary principle (prinsip kehati-hatian) berangkat dari pemahaman bahwa
aktivitas manusia dalam membangun berpotensi mendatangkan bahaya terhadap
manusia maupun lingkungan. Dalam rangka memenuhi kebutuhan populasi
manusia yang semakin berkembang, aktivitas manusia secara signifikan akan
merubah tutupan lahan, iklim, dan siklus biogeokimia, biodiversitas dan jasa
lingkungan (Foley et al. 2011). Oleh karena itu perlu pencegahan untuk
mengantisipasi hal tersebut. Sementara, social equity (keadilan sosial) dimaknai
bahwa setiap individu memiliki akses dan kesempatan yang sama untuk
memanfaatkan sumber daya dan tidak ada individu atau kelompok orang yang
lebih banyak menanggung eksternalitas pembangunan dibanding yang lain.

15
Dari hasil wawancara dengan informan kunci di setiap unit kerja yang
diamati, terdapat kesamaan simpulan bahwa pengambilan keputusan pengelolaan
sumber daya hutan yang selama ini berjalan secara nilai menganut technocratic
paradigm. Hal tersebut ditunjukkan dengan pernyataan-pernyataan kunci seperti
perencanaan yang difokuskan pada eksploitasi sumber daya hutan untuk
memperoleh profit. Mengkaji lebih teknis dari pernyataan para informan kunci,
pengambil keputusan lebih banyak menggunakan preferences (pilihan) dalam
tataran yang lebih teknis. Pengelolaan sumber daya hutan berjalan sesuai dengan
pengalaman-pengalaman atau tindakan-tindakan yang telah dilakukan oleh
pendahulu. Struktur organisasi yang bersifat sentralistik seperti yang dijelaskan
sebelumnya membatasi kreatifitas individu untuk bertindak diluar kebiasaan,
sehingga pilihan rasional yang dimiliki adalah mengikuti pola pengambilan
keputusan yang pernah dilakukan sebelumnya. Hal ini sejalan dengan hasil
penelitan Negulescu dan Doval (2014) bahwa sebagian besar pengambil
keputusan mengambil keputusan berdasarkan pengalaman yang dimiliki. Proses
pengambilan keputusan tidak selalu dilakukan secara ilmiah tetapi berdasarkan
pengalaman dan sejarah. Frohlich dan Oppenheimer (2006) dan Ben-Ner (2013)
menyatakan bahwa pilihan yang berkaitan dengan diri sendiri (self-regarding
preferences) sangat kuat mempengaruhi perilaku (behaviour) dalam sebuah
organisasi. Sistem informasi tidak hanya terkait dengan teknologi tetapi
bagaimana perilaku individu dalam sebuah organisasi memanfaatkan sistem
informasi dalam pencapaian tujuan.
Sistem Informasi Sumber Daya Hutan yang Mendukung Pengelolaan Hutan
Lestari
Pengelolaan hutan lestari telah menjadi konsep ideal pengelolaan hutan
sejak lama. FAO (1994) mendefenisikan pengelolaan hutan lestari sebagai
pengelolaan dan perlindungan sumber daya alam yang berorientasi pada
perubahan teknologi dan kelembagaan, yang memastikan terpenuhinya kebutuhan
manusia secara terus menerus di masa ini dan masa yang akan datang. Sejak
maraknya konsep pengelolaan hutan lestari, berbagai instrumen untuk mendukung
terwujudnya pengelolaan hutan lestari disusun. Kriteria dan indikator pengelolaan
hutan lestari telah dikembangkan oleh berbagai pihak seperti pemerintah, lembaga
non-pemerintah, lembaga penelitian hingga perusahaan. Selain itu disipakan juga
peraturan dan kebijakan yang dapat mendukung berjalannya konsep pengelolaan
hutan lestari. Peraturan dan kebijakan ini dituangkan dalam bentuk inventarisasi,
monitoring, sertifikasi pengelolaan hutan, keterlibatan pemangku kepentingan dan
perencanaan pengelolaan hutan (MacDicken et al. 2015).
Sertifikasi pengelolaan hutan lestari dilakukan oleh pihak independen yang
memastikan standar-standar pengelolaan hutan lestari dijalankan oleh unit
manajemen (CEPI 2006). Di Indonesia, banyak unit manajemen pengelolaan
hutan menggunakan