Alternatif Pendugaan Indikator Kebutuhan Kb Yang Tidak Terpenuhi Menggunakan Data Susenas.

ALTERNATIF PENDUGAAN
INDIKATOR KEBUTUHAN KB YANG TIDAK TERPENUHI
MENGGUNAKAN DATA SUSENAS

DIN NURIKA AGUSTINA

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Alternatif Pendugaan
Indikator Kebutuhan KB yang Tidak Terpenuhi Menggunakan Data Susenas
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, November 2015
Din Nurika Agustina
NIM G152130314

RINGKASAN
DIN NURIKA AGUSTINA. Alternatif Pendugaan Indikator Kebutuhan KB
yang Tidak Terpenuhi Menggunakan Data Susenas. Dibimbing oleh ANANG
KURNIA dan ANIK DJURAIDAH.
Berbagai program pemerintah dicanangkan untuk mewujudkan
kesejahteraan rakyat Indonesia secara merata. Salah satu program tersebut adalah
pengendalian laju pertumbuhan penduduk melalui keluarga berencana (KB).
Indikator kebutuhan KB yang tidak terpenuhi (unmet need for family planning)
untuk penjarangan, pembatasan dan total kelahiran, digunakan oleh pemerintah
Indonesia untuk mengukur pencapaian program KB.
Indikator kebutuhan KB yang tidak terpenuhi selama ini diperoleh dari
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 1987, 1991, 1994,
1997, 2002-2003, 2007 dan 2012 dengan pendugaan pada tingkat provinsi.
Ketersediaan indikator kebutuhan KB yang tidak terpenuhi menurut provinsi
dalam periode lima tahunan tersebut dianggap kurang mencukupi. Dibutuhkan

indikator dalam periode tahunan dengan pendugaan tingkat kabupaten/kota untuk
memonitor pencapaian program KB secara lebih baik. Salah satu alternatif untuk
mengatasi kebutuhan tersebut adalah menggunakan data fertilitas dan KB yang
terdapat pada Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) dengan periode
pelaksanaan survei tahunan dan pendugaan hingga tingkat kabupaten/kota.
Pada penelitian ini dikaji kemungkinan pemanfaatan data Sesenas sebagai
penyedia indikator kebutuhan KB yang tidak terpenuhi pada saat tidak dilakukan
SDKI. Secara rinci kajian meliputi pendugaan indikator kebutuhan KB yang tidak
terpenuhi menggunakan data Susenas 2012, sesuai dengan definisi indikator
tersebut pada SDKI 2012. Kemudian dilakukan evaluasi indikator Susenas dan
SDKI tersebut melalui analisis profil. Kajian efisiensi penduga juga dilakukan
dengan menganalisis bias dan ragam pendugaan berdasarkan metode penarikan
contoh Susenas dibanding SDKI Tahun 2012.
Hasil kajian menujukkan bahwa indikator yang dihasilkan dari SDKI dan
Susenas tahun 2012, menunjukkan kesamaan indikator total kebutuhan KB yang
tidak terpenuhi. Kajian efisiensi sesuai metodologi survey menunjukkan bahwa
pendugaan yang dihasilkan Susenas 2012 relatif lebih efisien dibanding SDKI
2012. Hasil-hasil penelitian terhadap data Susenas 2012 dan SDKI 2012 tersebut
selanjutnya dapat digunakan untuk Susenas dan SDKI pada tahun-tahun lainnya.
Secara umum dapat dikatakan bahwa ada kesamaan pada indikator total

kebutuhan KB yang tidak terpenuhi, hasil analisis Susenas tahun 2012 dengan
indikator tersebut hasil SDKI 2012. Namun demikian data Susenas 2012 memiliki
tingkat presisi yang lebih baik dalam menduga parameter total kebutuhan KB
yang tidak terpenuhi, dibanding SDKI 2012. Jumlah contoh Susenas 2012 yang
lebih besar dibanding SDKI 2012 memberikan jaminan bahwa keunggulan
Susenas, yaitu ketersediaan data tingkat pendugaan kabupaten/kota dalam periode
tahunan dapat diterapkan untuk menyediakan indikator total kebutuhan KB yang
tidak terpenuhi.
Kata Kunci: Analisis Profil, Pendugaan Kebutuhan KB yang Tidak Terpenuhi,
SDKI 2012, Susenas 2012.

SUMMARY
DIN NURIKA AGUSTINA. The Alternative Estimation of Unmet Need for
Family Planning Indicators Using Susenas Data. Supervised by ANANG
KURNIA and ANIK DJURAIDAH.
Various programs launched by the government to equalize the welfare of the
Indonesian people. One of such program is the population growth control through
family planning. Indicators of unmet need for family planning for birth spacing,
limiting and total, used by the Indonesian government to measure the achievement
of family planning programs.

Unmet need for family planning indicators have been obtained from the
Indonesian Demographic and Health Survey (IDHS) conducted in 1987, 1991,
1994, 1997, 2002-2003, 2007 and 2012 with provincial level estimation. The five
year period and provincial level estimation is not sufficient. The availability of
indicators in annual period with regency/city level estimation is necessary for
better monitoring the achievement of family planning programs. One alternative
to fulfillment of those needs is using the fertility and family planning data
contained in the National Socioeconomic Survey (Susenas) with annual survey
period and regency/municipality level estimation.
This research analyze the possibility of the Susenas data use as unmet need
for family planning indicator provider, when IDHS doesn't available. In detail, the
research objectives of this research are estimate unmet need for family planning
indicators use Susenas 2012, in accordance with the definition of these indicators
on the IDHS 2012. Unmet need for family planning indicators, using Susenas
2012 data compared to the IDHS in 2012 is evaluated with profile analysis.
Analysis of estimators efficiency conduct through bias and variance analysis
based on Susenas and IDHS sampling methodology.
Research result showed the similarity of total unmet need for family
planning indicator resulted from Susenas 2012 data and IDHS 2012. Efficiency
assessment based on appropriate survey methodology represent that the Susenas

2012 estimator is relatively more efficient than the IDHS 2012. The research
results of the Susenas 2012 data and IDHS 2012 data will then applied to susenas
and SDKI in other years.
The conclusion from this research is there are similarities of total of unmet
need for family planning indicator, resulted from Susenas 2012 and IDHS 2012.
However the Susenas 2012 data has better efficiency to predict the parameters of
total unmet need for family planning compared to IDHS 2012. Susenas 2012
sample size that greater than IDHS 2012 give assurances that the Susenas
superiority, namely the annual period of data availability and the
regency/municipality level of estimation, can be applied to provide total of unmet
need for family planning indicator.

Keywords: Profile Analysis, Unmet Need for Family Planning Estimation, IDHS
2012, Susenas 2012.

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau

tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

ALTERNATIF PENDUGAAN
INDIKATOR KEBUTUHAN KB YANG TIDAK TERPENUHI
MENGGUNAKAN DATA SUSENAS

DIN NURIKA AGUSTINA

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Statistika Terapan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

2015

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr Ir Aji Hamim Wigena, MSc

Judul Tesis : Alternatif Pendugaan Indikator Kebutuhan KB yang Tidak
Terpenuhi Menggunakan Data Susenas.
Nama
: Din Nurika Agustina.
NIM
: G152130314.

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr Anang Kurnia, SSi MSi
Ketua

Dr Ir Anik Djuraidah, MSi
Anggota


Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Statistika Terapan

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Indahwati, MSi

Dr Ir Dahrul Syah, MSc Agr

Tanggal Ujian:
12 November 2015

Tanggal Lulus:

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga tesis ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih

dalam penelitian ini terkait keluarga berencana, dengan judul Alternatif
Pendugaan Indikator Kebutuhan KB yang Tidak Terpenuhi Menggunakan Data
Susenas.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Anang Kurnia, SSi MSi dan
Ibu Dr Ir Anik Djuraidah, MS selaku pembimbing dan Bapak Dr Ir Aji Hamim
Wigena, MSc yang banyak memberi masukan sebagai penguji luar komisi.
Penghargaan penulis sampaikan kepada teman-teman sejawat di Departemen
Statistika IPB dan Badan Pusat Statistik, yang telah membantu kebutuhan tesis
ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Ibu, Ayah, Suami, Anakanak serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Terima kasih
tak lupa penulis sampaikan kepada semua pihak telah membantu dalam
penyusunan tesis ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan. Penelitian
lanjutan diperlukan untuk mengembangkan tesis ini. Semoga tesis ini bermanfaat.

Bogor, November 2015
Din Nurika Agustina

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN

v
vi
vi
vi

1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan Penelitian

1
1
1

2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Indikator Kebutuhan KB yang Tidak Terpenuhi SDKI 2012
2.2 Review Pengambilan Contoh SDKI 2012
2.3 Review Pengambilan Contoh Susenas 2012

2.4 Analisis Profil

2
2
3
5
7

3 METODE
3.1 Data
3.2 Metode Penelitian

8
8
8

4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Eksplorasi Kebutuhan KB yang Tidak Terpenuhi SDKI dan Susenas
Tahun 2012
4.2 Analisis Profil Kebutuhan KB yang Tidak Terpenuhi Hasil SDKI dan
Susenas Tahun 2012
4.3 Bias dan Efisiensi Indikator Kebutuhan KB yang Tidak Terpenuhi
Berdasarkan Metode Penarikan Contoh SDKI 2012 dan Susenas 2012
4.4 Pendugaan Total Kebutuhan KB yang Tidak Terpenuhi Tahun 2012
di Provinsi Jawa Barat Menurut Kabupaten/Kota

12

5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran

20
20
20

DAFTAR PUSTAKA

21

RIWAYAT HIDUP

25

12
14
15
18

DAFTAR TABEL
Tabel 1. Tabel Perencanaan Percontohan SDKI 2012
5
Tabel 2. Tabel Perencanaan Percontohan Susenas 2012
6
Tabel 3. Kebutuhan KB yang Tidak Terpenuhi untuk Penjarangan Kelahiran,
Pembatasan Kelahiran dan Total, Hasil SDKI dan Susenas Tahun 2012
Menurut Provinsi
12
Tabel 4. Nilai Statistik t, Signifikansi dan Keputusan Uji Kesejajaran
Menurut Profil Indikator
14
Tabel 5. Nilai Statistik t, Signifikansi dan Keputusan Uji Keberhimpitan
Menurut Profil Indikator
15

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Definisi Kebutuhan KB yang Tidak Terpenuhi SDKI 2012
3
Gambar 2. Pendekatan Definisi Kebutuhan KB yang Tidak Terpenuhi,
Menggunakan Susenas 2012
8
Gambar 3. Kebutuhan KB yang Tidak Terpenuhi untuk Penjarangan Kelahiran
Hasil SDKI dan Susenas Tahun 2012 Menurut Provinsi
13
Gambar 4. Kebutuhan KB yang Tidak Terpenuhi untuk Pembatasan Kelahiran
Hasil SDKI dan Susenas Tahun 2012 Menurut Provinsi
13
Gambar 5. Total Kebutuhan KB yang Tidak Terpenuhi Hasil SDKI dan Susenas
Tahun 2012 Menurut Provinsi
13
Gambar 6. Nilai Galat Baku Total Kebutuhan KB yang Tidak Terpenuhi
Hasil SDKI 2012 dan Susenas 2012 Menurut Provinsi
18
Gambar 7. Grafik Total Kebutuhan KB yang Tidak Terpenuhi
di Provinsi Jawa Barat Tahun 2012, Menurut Kabupaten/Kota
19
Gambar 8. Peta Tematik Total Kebutuhan KB yang Tidak Terpenuhi
di Indonesia Menurut Provinsi, Tahun 2011-2013
19

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Alokasi Blok Sensus, Rumah Tangga dan Wanita Usia Subur
(15-49 Tahun) SDKI 2012 Menurut Provinsi dan Tipe Daerah.
22
Lampiran 2. Alokasi Blok Sensus dan Rumah Tangga Susenas 2012, Menurut
Provinsi dan Tipe Daerah.
23
Lampiran 3. Daftar Istilah.
24

1

1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berbagai program pembangunan dicanangkan pemerintah Indonesia untuk
mencapai kemakmuran yang merata bagi seluruh rakyat Indonesia. Data yang
akurat diperlukan pada tahap perencanaan, proses dan alat ukur evaluasi program,
sehingga dibutuhkan data statistik yang diukur dari waktu ke waktu pada wilayahwilayah administratif terkecil.
Salah satu program pemerintah untuk mengendalikan laju pertumbuhan
penduduk adalah program keluarga berencana (KB). Indikator kebutuhan KB
yang tidak terpenuhi (unmet need for family planning) merupakan indikator yang
berkaitan erat dengan suksesnya pelaksanaan program KB. Indikator tersebut
selama ini diperoleh dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI).
SDKI sebagai penyedia indikator kebutuhan KB yang tidak terpenuhi
merupakan survei dengan periode lima tahunan dan pendugaan pada tingkat
provinsi. Ketersediaan data indikator tersebut dalam periode tahunan dan tingkat
pendugaan kabupaten/kota atau di bawahnya akan dapat memberikan dukungan
terhadap perencanaan, proses dan evaluasi program KB secara lebih baik.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaksanakan Survei Sosial Ekonomi Nasional
(Susenas) dengan obyek penelitian rumah tangga. Susenas memiliki periode
tahunan dan pendugaan sampai tingkat kabupaten/kota. Butir-butir pertanyaan
pada Susenas mencakup bidang sosial, ekonomi, pendidikan dan kesejahteraan
sosial serta kesehatan dan perumahan. Di bidang kesehatan, butir-butir pertanyaan
mencakup fertilitas dan keluarga berencana. Dengan demikian terdapat indikasi
bahwa Susenas dapat digunakan sebagai pendekatan konsep indikator kebutuhan
KB yang tidak terpenuhi sebagaimana pada SDKI. Susenas dapat digunakan
untuk menyediakan indikator tersebut pada saat tidak dilakukan SDKI hingga
tingkat pendugaan kabupaten/kota.
Penelitian diperlukan untuk mengetahui sifat penduga Susenas. Penelitian
ini dilakukan meliputi analisis profil dan kajian efisiensi pada data Susenas 2012
dan SDKI 2012. Analisis profil dilakukan untuk menentukan kesamaan indikator
kebutuhan KB yang tidak terpenuhi dari Susenas dengan indikator hasil SDKI.
Kajian efisiensi penduga diperlukan untuk menyatakan rasio efisiensi amatan
penduga dari data Susenas dibanding SDKI.
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah:
1. Melakukan pendugaan indikator kebutuhan KB yang tidak terpenuhi
menggunakan data Susenas 2012, sesuai dengan definisi indikator tersebut
pada SDKI 2012.
2. Melakukan kajian analisis profil pada indikator kebutuhan KB yang tidak
terpenuhi, menggunakan data Susenas dibandingkan hasil SDKI Tahun 2012.
3. Menentukan bias dan efisiensi pendugaan berdasarkan metode penarikan
contoh Susenas dibanding SDKI Tahun 2012.

2

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Indikator Kebutuhan KB yang Tidak Terpenuhi SDKI 2012
Menurut BPS, BKKBN, Kemenkes dan ICF Internasional (2013), wanita
dengan kebutuhan KB yang tidak terpenuhi adalah wanita subur (fecund) yang
tidak menggunakan alat kontrasepsi namun memiliki keinginan untuk menunda
kelahiran berikutnya/melakukan penjarangan kelahiran (spacing) atau tidak ingin
melahirkan anak lagi/melakukan pembatasan kelahiran (limiting). Wanita yang
tidak subur (infecund) tidak dimasukkan dalam penghitungan wanita kebutuhan
KB yang tidak terpenuhhi karena tidak memiliki resiko hamil.
Pada tahun 2012, kriteria yang digunakan pada SDKI untuk
mengidentifikasi wanita dengan kebutuhan KB yang tidak terpenuhi telah direvisi.
Menurut Bradley et al. (2012), perubahan definisi tersebut membuat tingkat
kebutuhan KB yang tidak terpenuhi dapat diperbandingkan antar waktu dan antar
Survei Demografi dan Kesehatan yang diselenggarakan di beberapa negara di
seluruh dunia.
Wanita termasuk dalam kategori kebutuhan penjarangan kelahiran yang
tidak terpenuhi adalah:
1. Memiliki resiko hamil, tidak menggunakan kontrasepsi, juga tidak ingin hamil
dalam jangka waktu 2 tahun, atau tidak yakin apakah ingin hamil atau tidak.
2. Kehamilan yang dialami pada waktu yang tidak diinginkan.
3. Berhenti haid dalam jangka waktu sampai dengan dua tahun setelah mengalami
kelahiran (postpartum amenorrheic), yang mana kelahiran tersebut terjadi
dengan waktu yang tidak diinginkan dan tidak menggunakan kontrasepsi.
Wanita yang termasuk dalam kategori kebutuhan pembatasan kelahiran
yang tidak terpenuhi adalah:
1. Memiliki resiko hamil, tidak menggunakan kontrasepsi, dan tidak ingin
memiliki anak (lagi).
2. Kehamilan yang dialami tidak diinginkan.
3. Berhenti haid dalam jangka waktu sampai dengan dua tahun setelah mengalami
kelahiran, yang mana kelahiran tersebut tidak diinginkan dan tidak
menggunakan kontrasepsi.
Indikator total kebutuhan KB yang tidak terpenuhi merupakan hasil
jumlah dari kedua kategori yang dijelaskan sebelumnya. Dengan kata lain total
kebutuhan KB yang tidak terpenuhi pada suatu wilayah merupakan penjumlahan
dari indikator penjarangan kelahiran dan pembatasan kelahiran .
Penghitungan indikator kebutuhan KB yang tidak terpenuhi untuk
penjarangan kelahiran, pembatasan kelahiran dan total merupakan kombinasi
berbagai peubah. Secara rinci, sesuai tulisan Bradley et al. (2012), penentuan
wanita dengan kebutuhan KB yang tidak terpenuhi SDKI 2012, dihitung dengan
memperhatikan seleksi berbagai peubah sebagaimana ditampilkan pada Gambar 1.

3

W
Wanita
berstatus kawin usia 15-49 tahun
Tidak menggunaka
kan alat/cara KB

Menggunakan alat/cara
ra KB
Sedang hamil atau
ata
postpartum amenor
norheic
(tidak haid lagi sejakk kkelahiran
terakhir, dalam waktu < 2 tahun)
Tidak menging
inginkan
kehamilan saat
at ini
i atau
kelahiran tera
erakhir
Menginginkann ke
kehamilan
saat ini atauu kelahiran
kel
terakhir pada masa
ma yang
akan datang
tang
Menginginkan kehamilan
ke
saat ini atauu kelahiran
kel
terakhir
hir
Tidak ada jawab
aban pada
pertanyaann tentang
ten
keinginan keha
ehamilan
saat ini atau kelahiran
kel
terakhir = missing
mis

Tidak
dak hamil
ha
atau tidak
postpar
partum amenorheic
Menikah lebih dari 5 tahun, tidak
ak punya anak
dalam 5 tahun terakhir, tidak
dak pernah
menggunakan alat/cara KB = tidak
ti
subur
Menjawab tidak bisa hamil pada
da pertanyaan
tentang keinginan punya anak = tidak subur
Menjawab menopouse pada perta
rtanyaan alasan
tidak menggunakan KB = tidak
tida subur
Jawaban periode terakhir mens
enstruasi adl
≥ 6 bulan, bukan postpartum am
amenorheic
(selama 0-59 bulan) = tidak
dak subur
Jawaban pada periode terakhir menstruasi
adl menopouse atau tidak pernah
perna haid
= tidak subur
Jawaban pada periode terakhir
hir m
menstruasi
adl sebelum kehamilan terak
rakhir dan
kehamilan terakhir ≥ 5 tahunn yang lalu
= tidak subur
Wanita subur

Ingin anak
dalam waktu
< 2 tahun

Ingi
ngin anak dalam
waktu
tu ≥ 2 tahun, dalam
jangka
ka w
waktu yang tidak
ditent
entukan, atau tidak
dapat menentukan
m
apakah
mas
asih ingin anak.

Keterangan:
+

Tidak ingin anak lagi

Tida
idak ada jawaban
ten
tentang
keinginan
ana
nak di masa yang
akan datang
= missing

= Kebutuhan
K
KB yang tidak terpenuhi untuk penjar
jarangan kelahiran.
= Kebutuhan
K
KB yang tidak terpenuhi untuk pemba
batasan kelahiran.
= Total
T
Kebutuhan KB yang tidak terpenuhi.

Gambar 1. Defi
efinisi Kebutuhan KB yang Tidak Terpenuhi SDKI
SD 2012
2.2 Review Pengambilan Contoh SDKI 2012
SDKI 2012 dilaksanakan
dila
di seluruh (33) provinsi di Indone
ndonesia dan tersebar
di 1.840 blok sensus
nsus yang meliputi daerah perkotaan (874 blok
bl
sensus) dan
perdesaan (966 blok
ok sensus).
s
Jumlah contoh rumah tangga yangg diharapkan dari

4

pendataan tersebut adalah sebanyak 46.000 rumah tangga dengan 55.200
responden wanita usia subur umur 15-49 tahun. Rincian banyaknya contoh blok
sensus, rumah tangga dan responden wanita usia subur 15-49 tahun hasil alokasi
menurut daerah perkotaan dan perdesaan untuk setiap provinsi terdapat dalam
Lampiran 1.
Kerangka Contoh
Kerangka contoh yang digunakan dalam SDKI 2012 dibedakan menururt
tahapan pemilihan unit percontohan, yaitu kerangka contoh untuk pemilihan unit
primer contoh (primary sampling unit/PSU), kerangka contoh untuk pemilihan
blok sensus dan kerangka contoh untuk pemilihan rumah tangga.
1. Kerangka contoh yang digunakan untuk pemilihan PSU adalah daftar PSU
yang dibentuk berdasarkan kelompok blok sensus yang berdekatan yang
menjadi wilayah tugas koordinator tim Sensus Penduduk 2010 (SP2010).
2. Kerangka contoh yang digunakan untuk pemilihan blok sensus adalah daftar
blok sensus pada PSU terpilih yang dilengkapi dengan informasi jumlah rumah
tangga hasil SP2010.
3. Kerangka contoh untuk pemilihan rumah tangga adalah daftar rumah tangga
biasa hasil pemutakhiran rumah tangga SP2010 pada blok sensus terpilih SDKI
2012. Daftar rumah tangga biasa ini tidak termasuk rumah tangga institusi
(panti asuhan, barak polisi/militer, penjara, dan sebagainya) dalam setiap blok
sensus contoh hasil pencacahan lengkap SP2010 yang telah dimutakhirkan
menjelang pelaksanaan SDKI 2012.
Desain Contoh
Desain contoh yang digunakan pada SDKI 2012 adalah percontohan tiga
tahap berlapis (three stage stratified sampling). Hal tersebut sebagaimana
disampaikan oleh BPS (2011) dalam buku Pedoman BPS Provinsi untuk
pelaksanaan SDKI 2012. Pelapisan dilakukan dengan dasar tipe daerah tempat
tinggal penduduk yaitu perkotaan ( h =1) dan pedesaan ( h =2). Hal ini dilakukan
karena diperkirakan pelapisan tersebut memiliki pengaruh terhadap pola hidup
masyarakat (KB, kesehatan, dan sebagainya) di Indonesia. Berikut penjelasan
tahapan yang dilakukan dalam pengambilan contoh:
Tahap 1: Memilih sejumlah ( nh ) PSU dari kerangka contoh PSU ( N h ) sebagai
master contoh PSU secara peluang proporsional terhadap ukuran
(probability proportional to size (PPS)) dengan ukuran jumlah rumah
tangga hasil listing SP2010 pada PSU ( M hi ).
Tahap 2: Memilih sebuah blok sensus secara PPS dng ukuran jumlah rumah
tangga hasil listing SP2010 ( M hiij )di setiap blok sensus terpilih.
Tahap 3: Memilih 25 rumah tangga biasa di setiap blok sensus terpilih secara
sistematik dari hasil pemutakhiran rumah tangga (Daftar SDKI12-P) .
Pemilihan contoh pada tahap pertama dan tahap kedua dilakukan di BPS RI
selanjutnya pemilihan tahap ketiga dilakukan di BPS Provinsi atau BPS
Kabupaten/Kota setelah hasil pemutakhiran rumah tangga (Daftar SDKI12-P)
selesai dientri. Desain contoh tersebut dapat diringkas sebagaimana Tabel 1.

5

Tahap

Tabel 1. Tabel Perencanaan Percontohan SDKI 2012
Metode
Fraksi
Unit Populasi Contoh
Penarikan
Peluang
Percontohan
Contoh

1

PSU

Nh

nh

PPS,
Ukuran: M hi

M hi
Mh

2

Blok
Sensus

Khi

1

PPS,
Ukuran: M hij

M hij

3

Rumah
tangga

M hij

25

Sistematik

*

M hi
1
*
M hij

f1 =

nh M hi
Mh

f3 =

M hij

M hi
25
*
M hij

Keterangan:
N h : Populasi PSU pada lapisan ke- h , h =1,2.
nh : Banyaknya contoh PSU pada lapisan ke- h untuk SDKI 2012.
M h : Populasi rumah tangga pada lapisan ke- h .
M hi : Populasi rumah tangga pada lapisan ke- h , PSU ke- i , i =1,2,..., nh .
Khi : Populasi blok sensus pada lapisan ke- h , PSU ke- i .
M hij : Populasi rumah tangga pada lapisan ke- h , PSU ke- i , blok sensus ke- j ,
j =1,2,..., Khi .
*

M hij : Populasi rumah tangga pada lapisan ke-- h , PSU ke- i , blok sensus ke- j ,

hasil pemutakhiran rumah tangga.
Penimbang
Fraksi percontohan SDKI 2012 secara keseluruhan (overall sampling
fraction (f)) dari rancangan percontohan di atas dapat dihitung dengan
memperhatikan Tabel 1. Fraksi percontohan secara keseluruhan merupakan
perkalian fraksi percontohan pada setiap tahap penarikan contoh, yaitu:

25
25
× × =
×
× ∗ =
.
(
) =

Penimbang SDKI 2012 untuk rumah tangga ke- , blok sensus ke- , PSU ke- ,
lapisan ke-ℎ (
(
) ), dihitung dari kebalikan fraksi sampel secara
keseluruhan yaitu:

1
=
.
(
) =
25
(
)
2.3 Review Pengambilan Contoh Susenas 2012
Menurut BPS (2011) dalam buku Pedoman Kepala BPS Provinsi dan
Kabupaten/Kota, Susenas dilaksanakan di seluruh (33) provinsi di Indonesia.
Sebagaimana dilakukan pada Susenas 2011, Susenas 2012 dilakukan dengan
contoh 300.000 rumah tangga untuk pendugaan tahunan tingkat kabupaten/kota.

6

Kerangka Contoh
Kerangka contoh yang digunakan pada Susenas 2012 terdiri dari kerangka
contoh untuk penarikan contoh tahap pertama, tahap kedua, dan tahap ketiga.
1. Kerangka contoh pemilihan tahap pertama adalah daftar PSU. Daftar tersebut
disertai informasi banyaknya rumah tangga hasil listing SP2010 muatan blok
sensus dominan (pemukiman biasa, pemukiman mewah, pemukiman kumuh),
informasi daerah sulit/tidak sulit, dan klasifikasi desa/kelurahan.
2. Kerangka contoh yang digunakan untuk pemilihan blok sensus adalah daftar
blok sensus pada PSU terpilih yang dilengkapi dengan informasi jumlah rumah
tangga hasil SP2010.
3. Kerangka contoh pemilihan tahap ketiga adalah daftar rumah tangga biasa
tidak termasuk rumah tangga institusi (panti asuhan, barak polisi/militer,
penjara, dsb) dalam setiap blok sensus contoh Susenas 2012. Daftar hasil
pencacahan lengkap SP2010 tersebut dimutakhirkan menjelang pelaksanaan
Susenas 2012.
Desain Contoh
Desain contoh yang digunakan pada Susenas 2012 adalah desain contoh tiga
tahap berlapis. Tabel perencanaan percontohan Susenas dapat dilihat sebagaimana
Tabel 2. Uraian tahapan pengambilan contoh adalah sebagai berikut:
Tahap 1 : Memilih sejumlah ( d h ) PSU dari kerangka contoh PSU ( N h )
menggunakan metode PPS dengan ukuran banyaknya rumah tangga
SP2010 ( M hi ). PSU terpilih tersebut sebanyak 30.000.
Tahap 2 : Memilih satu blok sensus pada setiap PSU terpilih secara PPS dengan
ukuran jumlah rumah tangga ( M hij ) pada setiap blok sensus terpilih.
Tahap 3 : Dari setiap blok sensus terpilih untuk Susenas dipilih 10 rumah tangga
biasa secara sistematik berdasarkan hasil pemutakhiran rumah tangga
SP2010 pada tahap awal pelaksanaan Susenas 2012.

Tahap

Tabel 2. Tabel Perencanaan Percontohan Susenas 2012
Metode
Fraksi
Unit Populasi Contoh
Penarikan
Peluang
Percontohan
Contoh

1

PSU

Nh

dh

PPS,
Ukuran : M hi

M hi
Mh

2

Blok
Sensus

K hi

1

PPS,
Ukuran: M hij

M hij

3

Rumah
tangga

M hij

10

Sistematik

*

f1 =

M hi
1
*
M hij

Keterangan:
d h : Banyaknya contoh PSU pada lapisan ke- h untuk Susenas 2012.

d h M hi
Mh

f3 =

M hij

M hi
10
*
M hij

7

Penimbang
Fraksi percontohan Susenas 2012 secara keseluruhan dari rancangan
percontohan tersebut, dengan memperhatikan Tabel 2, merupakan perkalian fraksi
percontohan pada setiap tahap penarikan contoh, yaitu:
#
10
#
10
× × =
×
× ∗ =
.
(
!" ) =

Penimbang pada Susenas 2012 untuk rumah tangga ke- , blok sensus ke- , PSU
ke- , lapisan ke-ℎ (
(
!" ) ), dihitung dari kebalikan fraksi sampel
keseluruhan yaitu:

1
=
.
(
!" ) =
10
#
(
!" )
2.4 Analisis Profil
Menurut Johnson dan Wichern (2002), analisis profil berkaitan dengan
serangkaian perlakuan diberikan untuk dua atau lebih kelompok amatan. Semua
respon oleh kelompok amatan tersebut, terhadap perlakuan yang diberikan harus
dinyatakan dalam satuan yang sama. Kesimpulan yang diperoleh adalah apakah
terdapat kesamaan vektor dari nilai-nilai respon pada kelompok.
Mattjik dan Sumertajaya (2011) menyatakan bahwa untuk mengetahui
perkiraan tentang kesamaan profil, baik profil antar perlakuan maupun antar
kelompok amatan dapat kita lihat dari gambar plot antara nilai rataan tiap-tiap
perlakuan untuk setiap kelompok (populasi). Namun demikian tetap diperlukan
pengujian statistik untuk mengetahui seberapa besar kemiripan pada populasi.
Pada penelitian ini, perlakuan yang diberikan adalah berupa jenis konsep
penghitungan indikator-indikator, sedangkan kelompok adalah dua jenis survey
yaitu Susenas dan SDKI. Jika ditentukan terdapat sejumlah 2 (dua) kelompok
amatan dan sejumlah p perlakuan, tiga hipotesis yang di uji didalam analisis profil
adalah:
1. Kesejajaran profil.
H0: µ 1p - µ 1p-1 = µ 2p - µ 2p-1 untuk p = 2,3,..,q.
H1: minimal ada satu µ 1p - µ 1p-1 ≠ µ 2p - µ 2p-1 untuk p = 2,3,..,q.
Hipotesis kesejajaran profil berkaitan dengan interaksi (pengaruh) antar kelompok
perlakuan. Jika profil sejajar, maka tidak terdapat interaksi antar perlakuan.
2. Keberhimpitan profil.
H0 : µ 1p = µ 2p untuk p = 1,2,...,q.
H1 : minimal ada satu pasang µ 1p ≠ µ 2p untuk p = 1,2, ..., q.
Hipotesis keberhimpitan profil berkaitan dengan hipotesis kesamaan pengaruh
setiap perlakuan pada tiap kelompok. Jika berhimpit, maka nilai tengah untuk
masing-masing perlakuan pada tiap kelompok akan sama.
3. Kesamaan profil.
H0 : µ 11 = µ 12 =…= µ 1p = µ 21 = µ 22 =…= µ 2p untuk p = 1,2,...,q.
H1 : µ 1 ≠ µ 2
Hipotesis kesamaan profil berkaitan dengan nilai tengah seluruh perlakuan yang
sama untuk setiap kelompok (populasi).

8

3 METODE
3.1 Data
Dua jenis data primeer yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah
ada
data
mentah hasil SDKI dan da
data mentah hasil Susenas. Data SDKI yangg di
digunakan
adalah data SDKI tahun 2012. Data Susenas yang digunakan adalah data
dat Susenas
tahun 2011, 2012, 2013. Data peta Indonesia juga diperlukan sebagai
seb
data
penunjang untuk menampilka
pilkan hasil olah data.
3.2 Metode Penelitian
Seleksi Peubah untuk Indikator
In
Kebutuhan KB yang Tidak T
Terpenuhi
(Susenas 2012)
Pendugaan indikator
or ke
kebutuhan KB yang tidak terpenuhi dihitung
ung dari hasil
Susenas 2012 melalui kombinasi
kom
beberapa peubah. Kombinasi tersebut
but tentunya
disesuaikan dengan konsep
ep dan definisi indikator pada SDKI 2012. Skem
kema seleksi
peubah tertera pada Gambar
bar 2.
Wanita berstatus kawin
usia 15-49 tahun
Menggunakan alat/cara KB

Tidak pernah atau
tau ttidak
menggunakan alat/car
cara KB lagi

Alasann tidak
tida KB selain
alasan
san fertilitas
f

Ingin anak dalam
jangka waktu ≥ 2 tahun
hun
Keterangan:
+

Alasan tidak KB adal
dalah alasan
fertilitas (mandul,, menopause,
me
puasa kumpul,, tradisi,
tr
ingin punya anak)
an

Tidak ingin anak lagi

Inginn anak
an segera
(

Statistik t(Kesejajaran) =

.

?8 > @
4

A 8C


Keputusan : Tolak H0 jika |t(Kesejajaran) | ≥ tα/2 .

2. Uji Keberhimpitan.
Uji keberhimpitan dilakukan untuk melihat keberhimpitan masing-masing
profil indikator kebutuhan KB yang tidak terpenuhi. Profil dikatakan berhimpit
apabila nilai rata-rata profil yang terbukti sama secara statistik. Uji keberhimpitan
memiliki hipotesis sebagai berikut:
& '()* )p = (R
& '+,-./, )p untuk p = 1,2, ... , 33.
H0 : (R
& '()* )p ≠ (R
& '+,-./, )p untuk p = 1,2, ... , 33.
H1 : minimal ada satu pasang (R
Uji hipotesis keberhimpitan profil pada penelitian ini dilakukan sesuai
menggunakan uji statistik beda dua rata-rata untuk data berpasangan, dengan
formula sebagai berikut:
& '()* )p - (R
& '+,-./, )p untuk p = 1,2, ... , 33.
ds
= (R
66

4
d1
= E9: D .

; 4E )
>

Statistik t(Keberhimpitan) =

.

?E > @
4

A EC


.

Keputusan : Tolak H0 jika |t(Keberhimpitan) | ≥ tα/2 .
Bias dan Efisiensi Penduga Rasio
UN (2005) menjelaskan bahwa pendugaan pada survei umumnya adalah
berbentuk nilai total dan rasio. Sebagaimana berbedanya formula kedua
pendugaan tersebut, penjelasan bias pendugaannya juga memiliki formula yang
berbeda. Menurut Murthy (1967), pendugaan rasio (R = F/ G) memiliki bias
dengan penjelasan sebagai berikut:
Jika ditentukan e = HFI − FK/F dan
eN = HGI − GK/G
maka
FI = Y(1+e)
dan
GI = X(1+e)
P( R-)
( R-)
PI
=R
= R (1 + e)(1 + e′)> .
sehingga
OI = =
QI

Q( R-N)

( R-N)

Asumsi yang diperlukan adalah nilai |e′| , selanjutnya diperoleh:
OI = R (1 + e)(1 − eN + (eN ) − (eN ) + (eN )U − + ⋯ )
= R (1 +[ e - eN ]+[(eN ) - e eN ]+…).
E(OI ) = R E(1 +[ e - eN ]+[(eN ) - e eN ]+…).
Nilai e dan eN akan semakin kecil jika ukuran contoh semakin besar, sehingga
diperoleh E(OI ) = R karena E([ e - eN ]) = 0. Hal ini menandakan bahwa pada
ukuran contoh yang besar, bias dapat diabaikan.
Untuk | e′| ≥1, bias penduga rasio (B HOI K) diperkirakan sebagai berikut:

11
I

I I

Z"2(Q )
[\Z (Q ,P)
&K − de`(X
& , Y
&)g.
B HOI K = E HOI − OK = R Y 7 −
^ = 7 _O `abHX
Q
Q P
Q
Menurut Walpole et al. (2013), jika terdapat beberapa penduga parameter,
yang semuanya memiliki sifat tak bias, maka penduga yang paling efisien adalah
penduga yang memiliki ragam terkecil. Pada data survey yang dikumpulkan
dengan metode penarikan contoh yang kompleks disertai pendugaan yang bersifat
rasio, pendugaan ragam tidak dapat dilakukan menggunakan cara yang sederhana
sebagaimana data dengan fungsi linear.
Menurut Heeringa et al. (2010) terdapat dua pendekatan yang paling umum
dilakukan untuk menduga ragam dari survey dengan metode penarikan contoh
kompleks. Pendekatan tersebut adalah metode linearisasi deret Taylor (Taylor
series linearization method) dan prosedur pendugaan ragam dengan penggandaan
pengulangan seimbang (balanced repeated replication). Mempertimbangkan
pendapat Wolter (2007) bahwa metode pendekatan deret Taylor dapat diadopsi
secara lebih jelas dari sudut pandang penghitungan, maka penelitian ini
menggunakan metode pendekatan deret Taylor untuk menduga ragam penduga
rasio (var HOI K) sebagai berikut:
var HOI K = E(OI − O)2 = Eh(O(1 + i − i N )) − Oj2 = R2 E (i − i N )

= R2 E kl

PI>P

= R2 E ol
P7

= Q7 k
=

Q7

P7

P

PI>P
P

m − l

QI >Q

m + l

Q

mn

QI >Q

`ab HFIK +

Q

Q7

m − 2 l

PI>P
P

`ab HGIK −

ml

PQ

QI >Q
Q

mp

& FIKn
de`HG

& FI )K.
H`ab HFIK + R `ab HGIK − 2O de`(G

12

4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Eksplorasi Kebutuhan KB yang Tidak Terpenuhi SDKI dan Susenas
Tahun 2012
Eksplorasi kebutuhan KB yang tidak terpenuhi dimaksudkan untuk
menginformasikan hasil analisis data SDKI 2012 dibandingkan hasil analisis
dengan data Susenas 2012. Tabel 3 menyajikan indikator kebutuhan KB yang
tidak terpenuhi, meliputi persentase kebutuhan KB yang tidak terpenuhi untuk
penjarangan kelahiran, pembatasan kelahiran dan total.
Tabel 3. Kebutuhan KB yang Tidak Terpenuhi untuk Penjarangan Kelahiran,
Pembatasan Kelahiran dan Total, Hasil SDKI dan Susenas Tahun 2012
Menurut Provinsi
Kebutuhan KB yang Tidak Terpenuhi (%)
Penjarangan
Pembatasan
Provinsi
Total
Kelahiran
Kelahiran
SDKI Susenas SDKI Susenas SDKI Susenas
Aceh
8.2
5.5
5.7
8.3
13.9
13.8
Sumatera Utara
4.1
4.4
9.1
12.9
13.2
17.3
Sumatera Barat
5.7
4.0
8.0
12.6
13.7
16.6
Riau
4.1
3.5
7.6
10.0
11.7
13.5
Jambi
3.1
1.9
4.9
5.2
8.0
7.1
Sumatera Selatan
2.6
1.9
5.4
6.4
8.0
8.3
Bengkulu
4.0
1.6
5.2
5.6
9.2
7.2
Lampung
3.0
2.0
4.9
5.6
7.9
7.6
Kep. Bangka Belitung
3.5
1.5
6.3
5.7
9.8
7.2
Kepulauan Riau
6.2
5.1
8.2
7.7
14.4
12.8
DKI Jakarta
5.1
2.8
8.1
10.5
13.2
13.3
Jawa Barat
3.5
2.0
7.5
7.5
11.0
9.5
Jawa Tengah
3.9
2.1
6.4
7.9
10.3
10.0
DI Yogyakarta
3.6
3.0
7.9
9.0
11.5
12.0
Jawa Timur
3.5
1.8
6.7
6.3
10.2
8.1
Banten
4.5
2.8
5.7
9.1
10.2
11.9
Bali
3.2
2.3
6.1
8.9
9.3
11.2
NusaTenggara Barat
11.1
6.3
5.0
8.6
16.1
14.9
NusaTenggaraTimur
7.6
5.9
9.4
14.4
17.0
20.3
Kalimantan Barat
4.9
2.0
4.6
6.2
9.5
8.2
Kalimantan Tengah
3.6
0.9
4.0
4.3
7.6
5.2
Kalimantan Selatan
3.0
1.5
5.4
5.9
8.4
7.4
Kalimantan Timur
5.4
1.8
7.6
6.6
13.0
8.4
Sulawesi Utara
2.6
0.9
8.0
7.0
10.6
7.9
Sulawesi Tengah
7.0
2.3
8.8
9.1
15.8
11.4
Sulawesi Selatan
6.9
4.0
7.3
10.3
14.2
14.3
Sulawesi Tenggara
8.4
5.9
10.1
8.4
18.5
14.3
Gorontalo
6.4
2.0
7.2
4.5
13.6
6.5
Sulawesi Barat
7.4
5.9
6.9
10.8
14.3
16.7
Maluku
7.6
6.9
11.4
15.5
19.0
22.4
Maluku Utara
5.7
5.4
8.1
8.4
13.8
13.8
Papua Barat
9.3
8.3
10.2
14.2
19.5
22.5
Papua
14.9
13.8
7.2
22.5
22.1
36.3
Indonesia
4.4
2.8
6.9
8.3
11.3
11.1
Sumber: Indonesia Demographic and Health Survey 2012 dan Hasil Olah Data Susenas 2012.

20
15
(%)
10
5
0

SDKI
Susenas

Susenas

Sulawesi Utara
Sumatera Selatan
Kalimantan Selatan
Lampung
Jambi
Bali
Kep.Bangka Belitung
JawaTimur
Jawa Barat
KalimantanTengah
DIYogyakarta
JawaTengah
Bengkulu
Riau
Sumatera Utara
Banten
Kalimantan Barat
DKIJakarta
KalimantanTimur
Sumatera Barat
Maluku Utara
KepulauanRiau
Gorontalo
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tengah
Sulawesi Barat
NusaTenggaraTimur
Maluku
Aceh
Sulawesi Tenggara
PapuaBarat
NusaTenggaraBarat
Papua

13

KalimantanTengah
Kalimantan Barat
Jambi
Lampung
NusaTenggaraBarat
Bengkulu
Kalimantan Selatan
Sumatera Selatan
Aceh
Banten
Bali
Kep.Bangka Belitung
JawaTengah
JawaTimur
Sulawesi Barat
Gorontalo
Papua
Sulawesi Selatan
Jawa Barat
KalimantanTimur
Riau
DIYogyakarta
Sulawesi Utara
Sumatera Barat
Maluku Utara
DKIJakarta
KepulauanRiau
Sulawesi Tengah
Sumatera Utara
NusaTenggaraTimur
Sulawesi Tenggara
PapuaBarat
Maluku

Gambar 3. Kebutuhan KB yang Tidak Terpenuhi untuk Penjarangan Kelahiran
Hasil SDKI dan Susenas Tahun 2012 Menurut Provinsi

25
20
15
(%)
10
5
0

SDKI

Susenas

Gambar 4. Kebutuhan KB yang Tidak Terpenuhi untuk Pembatasan Kelahiran
Hasil SDKI dan Susenas Tahun 2012 Menurut Provinsi

40

30
(%) 20

10

0

SDKI

Gambar 5. Total Kebutuhan KB yang Tidak Terpenuhi Hasil SDKI dan Susenas
Tahun 2012 Menurut Provinsi

Perbandingan kebutuhan KB yang tidak terpenuhi untuk penjarangan
kelahiran (Gambar 3), pembatasan kelahiran (Gambar 4) dan total (Gambar 5),

KalimantanTengah
Jambi
Lampung
SumateraSelatan
KalimantanSelatan
Bengkulu
Bali
KalimantanBarat
Kep.BangkaBelitung
JawaTimur
Banten
JawaTengah
SulawesiUtara
JawaBarat
DIYogyakarta
Riau
KalimantanTimur
DKIJakarta
SumateraUtara
Gorontalo
SumateraBarat
MalukuUtara
Aceh
SulawesiSelatan
SulawesiBarat
KepulauanRiau
SulawesiTengah
NusaTenggaraBarat
NusaTenggaraTimur
SulawesiTenggara
Maluku
PapuaBarat
Papua

14

adalah hasil olah SDKI 2012 serta hasil pendugaan dengan data Susenas 2012.
Gambar 3 menampilkan kecenderungan bahwa kebutuhan KB yang tidak
terpenuhi untuk penjarangan kelahiran, hasil SDKI lebih tinggi dibanding hasil
Susenas. Kebutuhan KB yang tidak terpenuhi untuk pembatasan kelahiran hasil
SDKI relatif lebih rendah dibanding hasil Susenas, hal ini terlihat pada Gambar 4.
Hasil SDKI dibanding hasil Susenas untuk total kebutuhan KB yang tidak
terpenuhi sebagaimana Gambar 5 dapat dikatakan relatif sama.
4.2 Analisis Profil Kebutuhan KB yang Tidak Terpenuhi Hasil SDKI dan
Susenas Tahun 2012
Analisis profil dipilih sebagai alat penelitian dikarenakan memiliki
beberapa kriteria pengujian yang dianggap sesuai dengan tujuan penelitian yaitu
melihat ada tidaknya kesamaan pada profil-profil indikator. Profil indikator yang
ingin diteliti lebih lanjut meliputi kebutuhan KB yang tidak terpenuhi untuk
penjarangan kelahiran, pembatasan kelahiran dan total hasil olah SDKI 2012
dibandingkan Susenas 2012 sebagaimana tertera pada Gambar 3, Gambar 4 dan
Gambar 5.
Uji Kesejajaran

& '()* )p – (R
& '()* )p-1 = (R
& '+,-./, )p – (R
& '+,-./, )p-1 untuk p = 2,3, ... ,33.
H0: (R
& '()* )p–(R
& '()* )p-1 ≠ (R
& '+,-./, )p–(R
& '+,-./, )p-1
H1: minimal ada satu pasang (R
untuk p = 2,3, ... ,33.
Keterangan:
& '()* )p : Nilai indikator kebutuhan KB yang tidak terpenuhi hasil olah SDKI
(R
2012 di provinsi ke-p.
& '+,-./, )p : Nilai indikator kebutuhan KB yang tidak terpenuhi hasil olah
(R
Susenas 2012 di provinsi ke-p.
Uji hipotesis kesejajaran dilakukan menggunakan uji statistik beda dua ratarata untuk data berpasangan, dengan hasil sebagai berikut:
Tabel 4. Nilai Statistik t, Nilai p dan Keputusan Uji Kesejajaran
Menurut Profil Indikator
Nilai
Indikator
Nilai p
Keputusan
Statistik t
Penjarangan Kelahiran
-0.06
0.95
Tidak cukup bukti tolak H0
Pembatasan Kelahiran
-0.14
0.89
Tidak cukup bukti tolak H0
Total
-0.63
0.53
Tidak cukup bukti tolak H0
Hasil uji kesejajaran, dengan taraf nyata 0.05, sebagaimana Tabel 4
memberikan keputusan bahwa profil-profil pada seluruh indikator memenuhi
aspek kesejajaran. Hal ini berarti secara pembuktian formal statistik, profil pada
masing-masing indikator kebutuhan KB yang tidak terpenuhi menurut provinsi
pada tiap kelompok survei memiliki kemiringan (gradien) yang sama. Interpretasi
dari kesejajaran tersebut adalah tidak adanya interaksi antara cara pengukuran dan
provinsi, atau dengan kata lain cara pengukuran indikator oleh masing-masing
kelompok survei (SDKI 2012 dan Susenas 2012) memberikan pola yang sama
pada tiap-tiap provinsi.

15

Uji Keberhimpitan

& '()* )p = (R
& '+,-./, )p untuk p = 1,2, ... , 33.
H0 : (R
& '()* )p ≠ (R
& '+,-./, )p untuk p = 1,2, ... , 33.
H1 : minimal ada satu pasang (R
Uji hipotesis keberhimpitan dilakukan menggunakan uji statistik beda dua
rata-rata untuk data berpasangan, dengan hasil sebagai berikut:
Tabel 5. Nilai Statistik t, Nilai p dan Keputusan Uji Keberhimpitan
Menurut Profil Indikator
Nilai
Indikator
Nilai p
Keputusan
Statistik t
Penjarangan Kelahiran
8.74
0.000
Tolak H0
Pembatasan Kelahiran
Tolak H0
-3.41
0.002
Total
Tidak cukup bukti tolak H0
0.01
0.989
Hasil uji keberhimpitan sebagaimana Tabel 5 memberikan keputusan yang
berbeda antar indikator berkaitan dengan aspek keberhimpitan profil. Aspek
keberhimpitan profil, dengan taraf nyata 0.05, hanya dipenuhi oleh indikator total
kebutuhan KB yang tidak terpenuhi. Hal ini berarti secara pembuktian formal
statistik, hanya indikator total kebutuhan KB menurut provinsi yang tidak cukup
bukti untuk diputuskan berbeda nilai-nilainya, baik dari hasil olah SDKI 2012
maupun hasil pendugaan Susenas 2012.
4.3 Bias dan Efisiensi Indikator Kebutuhan KB yang Tidak Terpenuhi
Berdasarkan Metode Penarikan Contoh SDKI 2012 dan Susenas 2012
SDKI 2012 dan Susenas 2012 memiliki desain percontohan tiga tahap
berlapis. Desain percontohan tersebut digunakan dengan mempertimbangkan
keterbatasan biaya dan sumber daya yang dimiliki untuk melakukan suatu survei.
Keputusan pemilihan desain percontohan tersebut tentunya diharapkan mengatasi
berbagai permasalahan tersebut, sesuai pembahasan yang disampaikan Kish
(2004).
Survei yang dilaksanakan, dengan pertimbangan beberapa keterbatasan
tersebut, tentunya harus diupayakan tetap memenuhi kriteria data yang baik. Data
yang baik mampu memberi gambaran tentang karakter populasi dengan jumlah
sangat besar dan tersebar di seluruh wilayah kepulauan Indonesia yang luas.
Beberapa ukuran yang digunakan untuk menilai kualitas data adalah ketakbiasan
pendugaan dan ragam dari pendugaan tersebut.
Bias Pada Data SDKI dan Susenas Tahun 2012
Indikator kebutuhan KB yang tidak terpenuhi menurut provinsi (R)
merupakan indikator yang membandingkan jumlah populasi wanita usia subur
(15-49 tahun) berstatus kawin dengan kebutuhan KB yang tidak terpenuhi di suatu
provinsi (Y) dengan jumlah populasi wanita usia subur berstatus kawin (X)
dengan penyajian dalam bentuk persentase. Dengan demikian prosedur pendugaan
tersebut termasuk dalam pendugaan rasio.
Nilai harapan pada pendugaan kebutuhan KB yang tidak terpenuhi menurut
& '()* Km dapat dijelaskan sebagai:
provinsi pada SDKI 2012 lEHR

16
.z

x

& '()* = r r r r wtuvw('()*) × (Y/X)tuvw('()*) .
R
vy wy
.z
y ∑uy ∑vy

ty uy

& '()* ) = E1E2E3E4k∑
E(R
= E1E2E3k ∑
= E1E2E3k ∑

x
∑wy


{| {|}~

× (Y/X)tuvw('()*) n
!| {|}~ x

x {| {|}~
.z
y ∑uy ∑vy {∗ ! { x × EU (Y/X)tuvw('()*) n
|}~
|}~ |
{|

∑.uyz ∑vy

y

∑.uyz

{|}~ {|

!| {|}~

× (Y/X)tuv('()*) n

× E (Y/X)tuv('()*) n

{|} !| {|}~
{
.
E1E2l ∑ y ∑uyz
| × (Y/X)tu('()*) m
{|} !|
!| {|}
{
E1l ∑ y
| × E (Y/X)tu('()*) m
{
{
!

= E1E2k ∑
=
=

y

|

|

|}

= E1H ∑ y (Y/X)t('()*) K = E1H(Y/X)('()*) K ≠ Y/X ≠ R.
Keterangan :
& '()*
R
= Pendugaan kebutuhan KB yang tidak terpenuhi menurut provinsi,
hasil olah SDKI 2012.
R
= Y/X.
Y
= Populasi wanita usia subur (15-49 tahun) berstatus kawin dengan
kebutuhan KB yang tidak terpenuhi di suatu provinsi.
X
= Populasi wanita usia subur berstatus kawin di suatu provinsi.
y
= Pendugaan jumlah wanita usia subur berstatus kawin dengan
kebutuhan KB yang tidak terpenuhi di suatu provinsi.
x
= Pendugaan jumlah wanita usia subur berstatus kawin di suatu
provinsi.
wtuvw ('()*) = Penimbang untuk contoh SDKI 2012 rumah tangga ke-k, blok
sensus ke-j, PSU ke-i, lapisan ke-h.
Eg
= Nilai harapan pada tahap percontohan ke-g, g =1,2,3,4.
Bias pendugaan total kebutuhan KB yang tidak terpenuhi menurut provinsi
& ('+,-./,) Km dapat dijelaskan sebagai:
hasil Susenas 2012 lEHR
4z

@

& ('+,-./,) = r r r r wtuvw('+,-./,) × (Y/X)tuvw('+,-./,) .
R

vy wy
& ('+,-./,) )=E1E2E3E4l∑ty ∑4z ∑vy
E(R
uy
ty uy

= E1E2E3k ∑

=

{|


{|}~

y

y

{|

∑4uyz ∑vy

∑4uyz

{|}~ {|

!| {|}~

× (Y/X)tuv('+,-./,) n


× E (Y/X)tuv('+,-./,) n
{|} !| {|}~
{
4
E1E2l ∑ y ∑uyz
| × (Y/X)tu('+,-./,) m
{|} !|
!| {|}
{
E1l ∑ y
| × E (Y/X)tu('+,-./,) m
{
{
!

= E1E2k ∑
=

@
∑4uyz ∑vy ∑wy

× (Y/X)tuvw('+,-./,) n
!| {|}~ @

@ {| {|}~
4z


y
vy {∗ ! { @ × EU (Y/X)tuvw('+,-./,) n
uy
|}~
|}~ |

= E1E2E3E4k∑

= E1E2E3k ∑

@
∑wy
wtuvw('+,-./,) × (Y/X)tuvw('+,-./,) m

y

|

|}

|

17
= E1H ∑

y

(Y/X)t('+,-./,) K = E1H(Y/X)('+,-./,) K ≠ Y/X ≠ R.

Keterangan:
& ('+,-./,) = Pendugaan kebutuhan KB yang tidak terpenuhi hasil olah Susenas
R
2012 rumah tangga ke-k, blok sensus ke-j, PSU ke-i, lapisan ke-h.
wtuvw('+,-./,) = Penimbang untuk contoh Susenas 2012 rumah tangga ke-k, blok
sensus ke-j, PSU ke-i, lapisan ke-h.
Pendugaan total indikator kebutuhan KB yang tidak terpenuhi pada SDKI
dan Susenas tahun 2012 merupakan pendugaan yang bias. Namun demikian SDKI
2012 dan Susenas 2012 memiliki ukuran contoh yang besar yaitu 46.000 rumah
tangga dan 300.000 rumah tangga. Ukuran contoh yang besar menjadikan bias
pada kedua survey tersebut dapat diabaikan.
Efisiensi Pendugaan SDKI dan Susenas Tahun 2012
Penduga dengan bias yang dapat diabaikan berarti menggunakan ragam
sebagai ukuran efisiensi. Semakin kecil ragam dari suatu pendugaan berarti
semakin efisien dalam menduga nilai parameter (populasi). Semakin efisien suatu
penduga dalam menduga nilai parameter maka pendugaan tersebut memiliki
presisi yang semakin tinggi dan mendekati nilai parameternya.
Pendugaan ragam dengan metode linearisasi deret Taylor diterapkan pada
indikator kebutuhan KB yang tidak terpenuhi menurut provinsi hasil olah SDKI
2012 H`ab (OI(
) )K adalah:
& ('()*) ) =
var(R
I
I
I
H`ab HFI(
7
) K + O('()*) `ab HG(
) K − 2O('()*) de`(G(
) F(
) )K.
Q(•€•‚)

Keterangan:
.
x
X(SDKI) = H∑ty ∑uyz ∑vy ∑wy
wtuvw('()*) × Xtuvw('()*) K.
.z
x
Y(SDKI) = H∑ty ∑uy ∑vy ∑wy wtuvw('()*) × Ytuvw('()*) K.
R(SDKI) = Y(SDKI) / X(SDKI).
.z
.
`ab HFI(
H∑uyz (Ytu(
) − Yt(
) ) K.
) K = ∑ty

`ab HGI('()*) K = ∑ty
de`HGI('()*) FI('()*) K
=∑ty

.z

.z >

.

.z >
.z

.z >

H∑uyz (Xtu(

.

H∑uyz (Xtu(
)

)

− Xt(

− Xt(

) )( Ytu(

))

)

K.

− Yt(

) )K.

Metode linearisasi deret Taylor yang diterapkan pada pendugaan ragam
indikator kebutuhan KB yang tidak terpenuhi menurut provinsi hasil Susenas
2012 H`ab (OI(
!" ) )K dapat dijelaskan sebagai berikut:
& ('+,-./,) ) =
var(R
I
I
I
H`ab