Analisis Hasil Tangkapan Udang Di Laut Arafura.

ANALISIS HASIL TANGKAPAN UDANG
DI LAUT ARAFURA

RIANJUANDA

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

ii

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudulAnalisis Hasil Tangkapan
Udang di Laut Arafuraadalah benar karya saya denganarahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor,Juli 2015
Rianjuanda
C451120071

ii

RINGKASAN
RIANJUANDA.Analisis Hasil Tangkapan Udang di Laut Arafura. Dibimbing
oleh
MULYONO
SUMITRO
BASKORO
dan
SULAEMAN
MARTASUGANDA.
Pengkajian keberadaan sumberdaya udang perlu diketahui guna
pengelolaan sumberdaya udang di laut Arafura yang berkelanjutan dan terkontrol
agar tidak terjadinya penurunan populasi udang (Hargiyatno et al. 2013). Menurut
Priatna et al. (2014) salah satu persyaratan agar pengelolaan sumberdaya

perikanan dapat berjalan dengan baik dan benar adalah dengan adanya ketersedian
data dan informasi yang akurat dan dapat dipercaya, khususnya terkait status stok
sumberdaya perikanan yang akan dimanfaatkan.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuanuntuk mengetahui hasil tangkapan
udang secara keseluruhan, menganalisa perbedaan hasil tangkapan udang
berdasarkan waktu hauling, mengetahui frekuensi panjang udang windu yang
tertangkap, serta menghitung laju tangkap dan kepadatan stok udang di daerah
penangkapan pukat udang, khususnya perairan Laut Arafura. Penelitian ini
melalui observasi langsung, dengan menggunakan metode luas sapuan(swept
area), dan dianalisis secara deskriptif dan statistik (uji t).
Berdasarkan penelitian hasil tangkapan udang yang dilakukan selama 124
kali haulingdi laut Arafura, dari tanggal 02 Juli 2013 sampai 15 Juli 2013ada
enam jenis udang yang ditangkap di laut Arafura, yaitu udang Windu (Penaeus
monodon), Putih (Penaeus merguiensis), Krosok (Metapenaeopsis novaeguineae),
Dogol (Metapenaeus endeavour), Merah (Solenocera depressa), dan Kipas
(Thenus orientalis). Dengan laju tangkap udang windu sebesar 22.30 kg/hauling
atau 11.45 kg/jam dengan kepadatan stok 75.44 kg/km2. Laju tangkap udang putih
sebesar 2.09 kg/hauling atau 1.08 kg/jam dengan kepadatan stok 7.09 kg/km2.
Laju tangkap udang krosok sebesar 1.29 kg/hauling atau 0.66 kg/jam dengan
kepadatan stok 4.38 kg/km2. Laju tangkap udang dogol sebesar 1.16 kg/hauling

atau 0.60 kg/jam dengan kepadatan stok 3.93 kg/km2. Laju tangkap udang merah
sebesar 0.50 kg/hauling atau 0.26 kg/jam dengan kepadatan stok 1.70 kg/km2,
sedangkan laju tangkap udang kipas sebesar 0.010 kg/hauling atau 0.005 kg/jam
dengan kepadatan stok 0.032 kg/km2.
Udang windu yang tertangkap di laut Arafura mendominasi dengan
komposisi 81.41% dari seluruh hasil tangkapan udang. Berdasarkan jumlah ratarata hasil tangkapan udang yang ditangkap, udang windu lebih banyak tertangkap
pada siang hari, dan memiliki ukuran panjang rata-rata 19.38 cm, namun
berdasarkan uji statistik, tidak ada perbedaan signifikan antara hasil tangkapan
pada siang hari dan malam hari.
Kata kunci:Analisis, Arafura, Tangkapan, Udang

SUMMARY
RIANJUANDA. Analysis of Shrimp Catch in the Arafura Sea. Supervised by
MULYONO SUMITRO BASKORO and SULAEMAN MARTASUGANDA.
The assessment of shrimp resource existence needs to be known in order
to manage the shrimp resource in the Arafura Sea which are sustained and
controlled to avoid a decline in the shrimp population (Hargiyatno et al.
2013).According to Priatna et al. (2014) the availability of data and information
that are accurate and reliable, particularly related to the stock status of fishery
resources that will be utilized, become one of the requirement that need for the

fisheries resources management properly.
The objective of this study was to determine the overall shrimp catches,
analyze the difference of shrimp catches based on hauling time, ascertain the
length frequency of tiger shrimp that caught, and calculate the rate and density of
shrimp stock that caught in the Arafura Sea waters. This research performed with
direct observation using swept area methods, and analyzed by descriptive and
statistical.
The study was conducted in the Arafura Sea from July 2 to 15, 2013 and
the data taken as much as 124 hauling. Six types of shrimp that caught were Black
tiger shrimp (Penaeus monodon), White shrimp (Penaeus merguiensis), Krosok
(Metapenaeopsis novaeguineae), Dogol (Metapenaeus endeavor), Red shrimp
(Solenocera depressa), and Uchiwa (Thenus orientalis).The catch rate of black
tiger shrimp was 22.30 kg/hauling or 11.45 kg/h with stock density of 75.44
kg/km2. The rate of catching white shrimp at 2.09 kg/hauling or 1.08 kg/h with a
stock density of 7.09 kg/km2. The catch rate of krosok shrimp was 1.29 kg/hauling
or 0.66 kg/h with a stock density of 4.38 kg/km2, and for dogol shrimp, the catch
rate at 1.16 kg/hauling or 0.60 kg/h with stock density 3.93 kg/km 2. The rate of
red shrimp catch at 0.50 kg/hauling or 0.26 kg/h with stock density of 1.70
kg/km2, while the uchiwa shrimp catch rate was 0.010 kg/hauling or 0.005 kg/h
with a density of stock 0.032 kg/km2.

Around 81.41% of the entire composition of the catch shrimp dominated
by black tiger shrimp. Based on the average amount of catches, black tiger shrimp
catch increased during the daytime with the average length 19.38 cm, but there
was no significant difference between the catch during the daytime and at night.
Keywords: Analysis, Arafura, Catch, Shrimp

iv

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

ANALISIS HASIL TANGKAPAN UDANG
DI LAUT ARAFURA


RIANJUANDA

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Teknologi Perikanan Laut

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

ii

Penguji luar komisi pada Ujian Tesis: Dr Ir Ronny Irawan Wahju, MPhil

iv


PRAKATA
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah subhanahu wa ta ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juli 2013 ini ialah Udang,
dengan judul Analisis Hasil Tangkapan Udang Di Laut Arafura.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof Dr Ir Mulyono S Baskoro
dan Bapak Dr Sulaeman Martasuganda selaku pembimbing. Di samping itu,
penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Dr Ir Ronny Irawan Wahju, Rebyct
II-CTI, Kementerian Kelautan dan Perikanan, PT Dwi Bina Utama, Akademi
Perikanan Sorong dan Bapak kapten Susworo beserta ABK dari KM Binama 07,
yang telah memfasilitasi dan membantu selama pengumpulan data. Kemudian
terima kasih penulis ucapkan juga kepada Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan RI atas bantuan biaya pendidikan beasiswa unggulan DIKTI 2012
selama penulis kuliah di IPB.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepadaayahanda almarhum
Djamani MA, ibunda Rosmanidar Adam, istri tercinta Kavinta Melanie serta
seluruh keluarga besar, atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2015

Rianjuanda

v

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI

v

DAFTAR TABEL

vi

DAFTARGAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi


1 PENDAHULUAN
Latar belakang
Tujuan penelitian
Perumusan masalah
Manfaat penelitian

1
1
2
2
2

2 METODE
Lokasi penelitian
Alat dan bahan
Analisis hasil tangkapan dan frekuensi panjang udang berdasarkan waktu
hauling
Analisis kepadatan stok udang dan laju tangkap


4
4
4
4
4

3 HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Tangkapan udang pada siang hari
Tangkapan udang pada malam hari
Rata-rata jumlah hasil tangkapan udang windu (Penaeus monodon)
perhaulingpada siang dan malam hari
Rata-rata jumlah hasil tangkapan udang putih (Penaeus merguiensis)
perhaulingpada siang dan malam hari
Rata-rata jumlah hasil tangkapan udang dogol (Penaeus endeavour)
perhaulingpada siang dan malam hari
Rata-rata jumlah hasil tangkapan udang krosok (Metapenaeopsis
novaeguineae) perhauling pada siang dan malam hari
Rata-rata jumlah hasil tangkapan udang merah (Solenocera depressa)
perhaulingpada siang dan malam hari

Rata-rata jumlah hasil tangkapan udang kipas (Thenus orientalis)
perhaulingpada siang dan malam hari
Total jumlah rata-rata hasil tangkapan udang pada siang dan malam hari
Frekuensi ukuran panjang udang windu yang ditangkap
Laju tangkap udang yang ditangkap
Kepadatan stok udang
Pembahasan

6
6
6
7

12
12
13
13
14
15

4 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan

19
19

7
8
9
10
11

vi

Saran

19

DAFTAR PUSTAKA

20

RIWAYAT HIDUP

43

DAFTAR TABEL
Tabel 1 Komposisi hasil tangkapan udang selama penelitian
Tabel 2 Komposisi hasil tangkapan udang di laut Arafura berdasarkan
waktu hauling
Tabel 3 Ukuran panjang rata-rata udang windu berdasarkan waktu
hauling di laut Arafura selama tujuh hari pengamatan
Tabel 4 Kepadatan stok udang penaeid di laut Arafura

6
7
13
17

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Kerangka pemikiran pendekatan masalah
Gambar 2 Peta lokasi penelitian udang di laut Arafura
Gambar 3 Hasil tangkapan udang berdasarkan siang dan malam
Gambar4Grafik rata-rata jumlah hasil tangkapan udang windu
Gambar 5 Grafik rata-rata jumlah hasil tangkapan udang putih
Gambar 6 Grafik rata-rata jumlah hasil tangkapan udang dogol
Gambar 7Grafik rata-rata jumlah hasil tangkapan udang krosok
Gambar 8Grafik rata-rata jumlah hasil tangkapan udang merah
Gambar 9 Grafik total rata-rata hasil tangkapan enam jenis udang
perhauling
Gambar 10 Sampel jenis-jenis udang yang diamati selama penelitian di
lautArafura
Gambar 11 Grafik harian hasil tangkapan udang di laut Arafura

3
5
7
8
9
10
11
12
13
15
15

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Data posisi penangkapan udang, waktu pengoperasian,
lamatowing, kedalaman, dan kecepatan kapal selama
penelitian
Lampiran 2 Tabel hasil tangkapan udang berdasarkan waktu hauling di
laut Arafura selama penelitian
Lampiran 3 Total hasil tangkapan, laju tangkap dan kepadatan stok
berdasarkankedalaman perairan di laut Arafura
Lampiran 4 Tabel frekuensi panjang udang windu pada malam hari di
Arafura

22
27
32
33

vii

Lampiran 5 Tabel frekuensipanjang udang windu pada siang hari di
Arafura
Lampiran 6 Peta rata-rata hasil tangkapan udang di Arafura
Lampiran 7 Gambar desain pukat udang
Lampiran 8 Uji T pada jenis-jenis udang yang ditangkap pada siang dan
malam (t-Test: Two-Sample Assuming Unequal Variances)
Lampiran 9Uji T pada frekuensi panjang udang yang ditangkap siang dan
malam (t-Test: Two-Sample Assuming Unequal Variances)
Lampiran 10 Foto-foto selama penelitian dilaksanakan

34
35
36
37
40
41

1

1 PENDAHULUAN
Latar belakang
Laut Arafura merupakan perairan yang dikenal memiliki potensi udang dan ikan
demersal yang tinggi yang dipengaruhi oleh karakteristik ekosistemnya yang merupakan
habitat dari udang dan juvenile ikan seperti substrat dasar umumnya lumpur atau lumpur
berpasir, luasan mangrove yang luas dan kontur perairan yang relatif landai. Banyaknya
sungai-sungai yang bermuara di laut Arafura serta keberadaan hutan mangrove di
sepanjang pantai yang masih terjaga dengan baik telah menjadi penopang utama
kesuburan perairan ini (Purbayanto dan Sondita 2006). Dengan kondisi perairan yang
mendukung operasi penangkapan ikan, potensi udang dan ikan demersal yang tinggi,
laut Arafura banyak dioperasikan alat tangkap pukat udang (trawl). Produksi ikan dan
udang dari laut Arafura memiliki kontribusi yang besar bagi pemasukan negara di
bidang perikanan, selain itu udang merupakan salah satu komoditi penting pada sektor
kesehatan, karena memiliki nilai gizi dan sumber protein yang tinggi untuk dikonsumsi.
Dari hasil kajian akhir-akhir ini diketahui bahwa di laut Arafura telah terlihat
gejala-gejala sumber daya ikan telah menurun dan dalam kondisi berlebih (Prasetyo
2012), berdasarkan kajian DKP dengan LIPI (Purbayanto 2009) mengungkapkan bahwa
potensi sumberdaya ikan demersal di wilayah Arafura sebesar 202340 ton/tahun dengan
jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB) dan tingkat produksi sebesar 161870
ton/tahun dan 156600 ton/tahun, artinya pemanfaatan ikan demersal sudah berada pada
posisi optimal, bahkan kondisi sumberdaya udang penaeid lebih parah lagi, karena
potensinya hanya 43100 ton/tahun dan JTB 34480 ton/tahun sementara produksinya
mencapai 36670 ton/tahun, artinya tingkat pemanfaatan udang sudah terjadi overfishing.
Hasil pengkajian stok dan sumberdaya ikan Indonesia tahun 2001, menunjukkan
bahwa sumberdaya udang penaeid di laut Arafura tingkat pemanfaatannya sudah tinggi
(mendekati 80% dari nilai potensi) atau melebihi potensi lestarinya (Badrudddin et al.
2002 dalam Hargiyatno dan Sumiono 2012). Berdasarkan rasio antara produksi
potensial dan MSY menunjukkan pemanfaatan berlebih (over fishing) terhadap stok
udang terjadi pada tahun 1992, 1996 dan 1997 sampai 2005 (Hufiadi et al. 2011 ).
Menurut Purwanto (2013) kondisi perikanan udang di Laut Arafura membaik
setelah Departemen Kelautan dan Perikanan melakukan perbaikan pengelolaan
perikanan yang dilakukan secara komprehensif, termasuk pula peningkatan kapasitas
dan operasi pengawasan dan penegakan hukum di bidang perikanan, yang dimulai tahun
2001. Dampak positif dari perbaikan pengelolaan perikanan tersebut adalah peningkatan
kelimpahan stok udang mendekati tingkat optimumnya, keuntungan per kapal
meningkat dan keuntungan ekonomi perikanan udang yang jauh lebih tinggi mendekati
potensi ekonomi yang dapat dihasilkan pada tahun 2005, namun kondisi stok udang dan
perikanannya kembali memburuk mulai tahun 2006.
Oleh sebab itu pengkajian keberadaan sumberdaya udang perlu diketahui guna
pengelolaan sumberdaya udang di laut Arafura yang berkelanjutan dan terkontrol agar
tidak terjadinya penurunan populasi udang (Hargiyatno et al. 2013). Menurut Priatna et
al. (2014) salah satu persyaratan agar pengelolaan sumberdaya perikanan dapat berjalan
dengan baik dan benar adalah dengan adanya ketersedian data dan informasi yang
akurat dan dapat dipercaya, khususnya terkait status stok sumberdaya perikanan yang
akan dimanfaatkan. Sampai saat ini, belum banyak dilakukan penelitian dan analisis

2

hasil tangkapan udang di laut Arafura, sehingga data yang berkesinambungan dari tahun
ke tahun masih minim yang dapat dijadikan dasar acuan pengelolaan perikanan udang di
Indonesia, khususnya di laut Arafura.
Tujuan penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hasil tangkapan udang
secara keseluruhan, menganalisa perbedaan hasil tangkapan udang berdasarkan waktu
hauling, mengetahui frekuensi panjang udang windu yang tertangkap, serta menghitung
laju tangkap dan kepadatan stok udang di daerah penangkapan pukat udang di perairan
Laut Arafura.
Perumusan masalah
Sampai saat ini, belum banyak dilakukan penelitian tangkapan udang berdasarkan
waktu hauling, berdasarkan ukuran panjang udang target yang ditangkap, serta
mengenai kepadatan stok dan laju tangkap menurut jenis (kelompok) di laut Arafura,
yang dapat dijadikan dasar acuan pengelolaan perikanan udang di Indonesia, oleh sebab
itu pengkajian keberadaan sumberdaya udang perlu diketahui guna pengelolaan
sumberdaya udang di laut Arafura.Secara umum kerangka pemikiran dalam pendekatan
masalah tertuang dalam Gambar 1.
Manfaat penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan acuan dan pertimbangan
bagi para pengambil kebijakan dan stakeholder, baik pemerintah, para akademisi,
lembaga swadaya masyarakat, pelaku usaha dan nelayan tradisional untuk mengenal
keadaan populasi serta sebaran udang. Sehingga dapat digunakan dan diterapkan bagi
pengambil kebijakan untuk melakukan monitoring, evaluasi dan menerapkan
pengelolaan perikanan yang baik, benar, bertanggung jawab dan berkelanjutan.

3

Potensi udang di laut Arafura

Permasalahan:
1. Penelitian mengenai hasil
tangkapan udang masih minim
2. Data perikanan udang tidak
kontinyu dari tahun ke tahun

1. Pengambilan data utama dari
observasi langsung
2. Membandingkan dengan data
sebelumnya

Analisis:
1. Deskriptif, klasifikasi, tabulasi
dan interpretasi
2. Swept area
3. Uji Statistik

Hasil:
1. Komposisi jenis udang
2. Frekuensi panjang udang target
tangkapan
3. Laju tangkap dan kepadatan stok
udang
Gambar 1 Kerangka pemikiran pendekatan masalah

4

2 METODE
Lokasi penelitian
Penelitian berlangsung selama bulan Juli 2013 sampai dengan Februari 2014
yang dilaksanakan di laut Arafura (WPP-RI 718).Lokasi penelitian dimulai pada posisi
koordinat 6027 38.93 LS dan 137042 36.60 BTsampai dengan posisi koordinat
6035 6.52 LS dan 137026 59.23 BT (Gambar 2).
Alat dan bahan
Penelitian ini menggunakan satu unit kapal penangkap udang milik perusahaan
perikanan udang di Sorong. Kapal yang digunakan dalam penelitian ini adalah salah
satu kapal milik PT. Dwi Bina Utama yaitu KM. Binama 07. Kapal tersebut merupakan
kapal pukat udang ganda (double rig trawl) yang ditarik di kiri dan kanan kapal, kapal
ini terbuat dari baja, dengan bobot 137 GT, panjang kapal (LOA) 23.77 m, lebar (B)
6.50 m, dalam (D) 3 m, bahan alat tangkap codend terbuat dari bahan polyethylene (PE)
dengan mesh size 44.45 mm, panjang head rope24.40m dan ground rope28.10m,
ukuran otter board; panjang 2 m, lebar 1 m, berat 900 kg.
Analisis hasil tangkapan dan frekuensi panjang udang berdasarkan waktu hauling
Pengumpulan datapenangkapan diperoleh melalui observasi langsung, data yang
diambil terdiri dari waktu setting, waktu hauling, waktu towing, jenis dan jumlah hasil
tangkapan udang, kecepatan kapal, serta kedalaman dicatat dalam bentuk fishing log
book. Dalam penelitian ini, data yang diambil adalah sebanyak 124 kali penarikan
(hauling), yang dibagi ke dalam dua kategori; siang dan malam, dengan batasan waktu
siang pukul 06.00 sampai 18.00 WIT, dan batasan malam pukul 18.00 sampai 06.00 WIT.
Sedangkan untuk data frekuensi panjang udang, data yang diambil sebanyak 50 kali
ulangan selama 7 hari (25 data siang dan 25 data malam). Secara umum, analisis
komposisi jenis dan frekuensiudang hasil tangkapan dilakukan secara deskriptif, dengan
mengklasifikasikan, mentabulasi dan menginterpretasi data serta disajikan dalam bentuk
tabel atau grafik, selanjutnya dianalisa menggunakan analisa statistik uji-t ( t-Test: TwoSample Assuming Unequal Variances), dengan selang kepercayaan 95% .
Analisis kepadatan stok udang dan laju tangkap
Laju tangkap dan kepadatan stok udang dibagi berdasarkan tiga strata kedalaman
yaitu (1) kedalaman 22-25 meter; (2) kedalaman 25-28 meter; dan (3) kedalaman 28-30
m (Lampiran 3). Untuk menentukan kepadatan stok udang, laju tangkap, menggunakan
metodeluas sapuan. Luas sapuan trawl (km2) dihitung dengan mengalikan jarak sapuan
trawl (km) dengan panjang tali ris atas dan konstanta/fraksi tali ris atas (m), yang
memiliki panjang ris yang sama antara jaring sisi kiri dengan kanan kapal untuk setiap
hauling.Metode ini dikenal dengan nama swept area (Sparre and Venema 1998). Untuk
mencari luas area yang disapu jaring menggunakan persamaan:
=
=

5

Dengan: a = luas jalur yang dilalui jaring (km2); hr = panjang tali ris atas
(km); X2 = koefisien terbukanya mulut jaring (= 0.5); D = jarak sapuan (km); V =
kecepatan kapal waktu hauling (km/jam).
Laju tangkap diperoleh dengan cara membagi jumlah hasil tangkapan dengan
waktu yang diperlukan untuk menghela jaring atau jumlah hauling. Laju tangkap
persatuan area dapat diketahui dengan menggunakan persamaan:
/
=
/

/

Dengan:Cw= hasil tangkapan (kg); t= durasi waktu (jam)
Nilai rata-rata laju tangkap dan kepadatan stok dari seluruh hauling dihitung
dengan cara mencari nilai rata-rata dari laju tangkap persatuan area dikalikan dengan
fraksi dari ikan yang dapat meloloskan diri dari sapuan jaring (escapement factor)
sehingga diperoleh persamaan:
= [ / ]/
/
Dengan :b= kepadatan stok (kg/km2); X1= escapement factor (= 0.5)

Gambar 2 Peta lokasi penelitian udang di laut Arafura

6

3 HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Secara keseluruhan terdapat enam jenis udang yang tertangkap dan
dimanfaatkan secara komersial untuk diekspor atau dikonsumsi yaitu Windu (Penaeus
monodon); Putih (Penaeus merguiensis); Krosok (Metapenaeopsis novaeguineae);
Dogol (Metapenaeus endeavour); Merah (Solenocera depressa); dan Kipas (Thenus
orientalis).Berdasarkan pengamatan, dari 3303.5 kg udang yang ditangkap di laut
Arafura, didominasi oleh udang windu (Penaeus monodon) sebesar 81.41%, udang
putih (Penaeus merguiensis) sebesar 7.20% dan udang krosok (Metapenaeopsis
navaeguinae) sebesar 4.30%.
Tabel 1 Komposisi hasil tangkapan udang selama penelitian
Hasil tangkapan(kg)
Jenis udang
(13 hari, 124 hauling)
Windu (Penaeus monodon)
2689.5
Putih (Penaeus merguiensis)
238
Krosok (Metapenaeopsis novaeguineae)
154
Dogol (Metapenaeus endeavour)
142
Merah (Solenocera depressa)
78
Kipas (Thenus orientalis)
2
Total
3303.5
Hasil tangkapan/hari
275.29
Hasil tangkapan/tarikan
26.64

%
81.41
7.20
4.66
4.30
2.36
0.06
100

Secara keseluruhan dalam 124 kali hauling atau selama 13 hari operasi
penangkapan, total hasil tangkapan udang di laut Arafura adalah sebesar 3303.5 kg atau
sebesar 275.29 kg/hari, dengan jumlah rata-rata udang yang ditangkap sebanyak 26.64
kg/hauling (Tabel 1). Udang-udang ini ditangkap pada kedalaman rata-rata 27.9 m,
dengan lamanya masa towing rata-rata adalah 2 jam dan rata-rata kecepatan kapal 2.9
knot.
Tangkapan udang pada siang hari
Untuk kategori siang hari (Tabel 2), dari total 1723.5 kg hasil tangkapan udang,
83.41% didominasi oleh udang windu. Jenis udang lainnya yang tertangkap di laut
Arafurapada kategori ini adalah udang putih (7.14%), udang dogol (4.70%) udang
krosok (3.13%), udang merah (1.51%) dan udang kipas (0.12%). Penangkapan udang
dilakukan pada kedalaman rata-rata 28.58 meter, dengan kecepatan kapal rata-rata
3.04knot, dengan durasi towingnya rata-rata 2 jam, rata-rata hasil tangkapan pada siang
hari adalah 143.63 kg/hari atau 27.80kg/hauling.

7

Tabel 2 Komposisi hasil tangkapan udang di laut Arafura berdasarkan waktu hauling
Hasil tangkapan (kg)
Jenis udang
Siang
%
Malam
%
1437.5 83.41
1252 79.24
W
1 indu (Penaeus monodon)
123
7.14
115
7.28
P
2utih (Penaeus merguiensis)
81
4.70
61
3.86
D
3 ogol (Metapenaeus endeavour)
54
3.13
100
6.33
K
4 rosok(Metapenaeopsis novaeguineae)
26
1.51
52
3.29
M
5 erah (Solenocera depressa)
2
0.12
0
0.00
K
6 ipas (Thenus orientalis)
1723.5
100
1580
100
Total
143.63
131.67
Hasil tangkapan/hari
27.80
25.48
Hasil tangkapan/tarikan
Tangkapan udang pada malam hari
Untuk kategori malam hari (Tabel 2), dari total 1580 kg hasil tangkapan udang,
79.24% didominasi oleh udang windu. Jenis udang lainnya yang tertangkap adalah
udang putih (7.28%), udang krosok (6.33%), udang dogol (3.86%), dan udang merah
(3.29%). Pada kategori ini tidak ada udang kipas yang tertangkap.Penangkapan udang
dilakukan pada kedalaman rata-rata 27.21 meter, dengan kecepatan kapal rata-rata 2.81
knot, dengan durasi towingnya rata-rata 2 jam. Rata-rata hasil tangkapan pada malam
hari adalah 131.67 kg atau 26.06kg/hauling.
Hasil tangkapan udang berdasarkan waktu hauling
hasil tangkapan (kg)

2000
1500

1437.5

1252

1000
500

115

61

100

52

123

0

81

54

26

2

0
Malam

Siang
Waktu hauling

Windu (Penaeus monodon)

Putih (Penaeus merguiensis)

Dogol (Metapenaeus endeavour)

Krosok (Metapenaeopsis novaeguinae)

Merah (Solenacera depresa)

Kipas (Thenus orientalis)

Gambar3 Hasil tangkapan udang berdasarkansiang dan malam
Rata-rata jumlah hasil tangkapan udang windu (Penaeus monodon)
perhaulingpada siang dan malam hari
Udang windu merupakan hasil tangkapan terbanyak dalam observasi ini, secara
keseluruhan hasil tangkapan udang windu selama pengamatan pada siang hari lebih

8

banyak daripada malam hari yaitu sebesar 1438 kg (siang) dan sebesar 1252 kg (malam)
atau 53.4% dan 46.6% dari seluruh hasil tangkapan udang tersebut.
Jumlah hasil tangkapan terbanyak pada siang hari terdapat pada hari kedua pada
tanggal 03 Juli 2013 yaitu sebesar 164 kg, sedangkan jumlah hasil tangkapan terbanyak
pada malam hari terdapat pada hari kedua belas pada tanggal 14 Juli 2013 yaitu sebesar
157 kg. Hasil tangkapan terkecil pada siang hari terdapat pada hari kesembilan pada
tanggal 11 Juli 2013 yaitu sebesar 74 kg, sedangkan hasil tangkapan terkecil pada
malam hari terdapat pada hari keempat pada tanggal 5 Juli 2013 yaitu sebesar 53 kg.
Jumlah hasil tangkapan rata-rata udang windu perhaulingnya pada siang hari
juga mendapatkan hasil yang terbanyak pada siang hari meskipun terdapat perbedaan
jumlah hauling setiap harinya, baik pada siang hari maupun malam hari (Gambar 4).
Jumlah rata-rata hasil tangkapan perhaulingnya pada siang hari adalah sebesar 20.5 kg
dan pada malam hari adalah sebesar 19.5 kg. Jumlah rata-rata hasil tangkapan udang
windu terbanyak pada siang hari terdapat pada hari kedua pada tanggal 03 Juli 2013
yaitu sebesar 27.3 kg/hauling, sedangkan pada malam hari, hasil tangkapan terbanyak
terdapat pada hari kedelapan pada tanggal 10 Juli 2013 yaitu sebesar 26.6 kg/hauling.
Rata-rata jumlah hasil tangkapan udang windu (Penaeus monodon)

Tangkapan perhauling (kg)

35.0

31.4

30.0

27.3

25.0
20.0

25.7
23.822.8

21.1
19.8
18.9

26.9

26.6
26.1
22.6
21.8

26.4

24.3
22.9
21.1
18.5
17.1
16.6
15.8

16.6
13.3

15.0

12.4

10.0
5.0
0.0

0.0

0.0
1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

Setting (hari)
Siang

Malam

Gambar4Grafik rata-rata jumlah hasil tangkapan udang windu
Rata-rata jumlah hasil tangkapan udang putih (Penaeus merguiensis)
perhaulingpada siang dan malam hari
Udang putih merupakan hasil tangkapan terbanyak kedua setelah udang windu.
Hasil tangkapan udang putih pada siang dan malam hari juga terdapat perbedaan
(Gambar 5), hasil terbanyak terdapat pada siang hari yaitu sebesar 123 kg atau 51.7%
dari total tangkapan udang tersebut, berbeda pada malam hari yang hanya sebesar 115
kg atau 48.3% dari total tangkapan udang tersebut.

9

Tangkapan perhauling (kg)

Rata-rata jumlah hasil tangkapan udang putih (Penaeus Merguiensis)
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0

7.7
5.5
4.8
4
2

1.5
0

0
1

2

0.8
0.4
3

3.7

3.5

0.4
4

2.7

2.6

5

2
0 0

0 0

0 0

6

7

8

1.2
0.5
9

1.6
0.4

10

11

12

13

Setting (hari)
Siang

Malam

Gambar 5Grafik rata-rata jumlah hasil tangkapan udang putih
Hasil tangkapan udang putih terbanyak pada siang hari terdapat pada hari kedua
pada tanggal 03 Juli 2013 yaitu sebesar 29 kg, sedangkan terendah pada hari ketiga,
kelima dan kesembilan pada tanggal 04 Juli 2013, tanggal 06 Juli 2013 dan tanggal 11
Juli 2013 masing-masing sebesar 2 kg, sedangkan pada malam hari, tangkapan udang
putih terbanyak terdapat pada hari ketiga belas pada tanggal 15 Juli 2013 yaitu sebesar
46 kg.
Jumlah rata-rata hasil tangkapan udang putih perhaulingya pada malam hari
lebih banyak daripada siang hari (Gambar 5). Pada malam hari rata-rata jumlah
tangkapan udang perhaulingnya adalah sebesar 1.8 kg, sedangkan pada siang hari hanya
1.7 kg/hauling.
Pada malam hari, tangkapan udang putih rata-rata perhaulingnya terbanyak
terdapat pada hari ketiga belas pada tanggal 13 Juli 2013, yaitu sebesar 7.7 kg, dan yang
terendah terdapat pada hari ketiga pada tanggal 04 Juli 2013, yaitu sebesar 0.8 kg,
sedangkan pada siang hari, tangkapan udang putih rata-rata perhaulingnya terbanyak
terdapat pada hari kedua pada tanggal 03 Juli 2013 yaitu sebesar 4.8 kg dan terendah
terdapat pada hari ketiga pada tanggal 04 Juli 2013 yaitu sebesar 0.4 kg/hauling.
Rata-rata jumlah hasil tangkapan udang dogol (Penaeus endeavour)
perhaulingpada siang dan malam hari
Udang dogol merupakan jenis udang ketiga yang tertangkap pada siang dan
malam hari, dengan komposisi jumlah hasil tangkapan masing-masing sebesar 81 kg
dan 61 kg atau 57% dan 43%, dari keseluruhan hasil tangkapan udang dogol. Udang ini
banyak terdapat pada hasil tangkapan siang hari pada hari keenam pada tanggal 08 Juli
2013 yaitu sebesar 21.5 kg dan terendah pada hari kesebelas pada tanggal 13 Juli 2013
yaitu sebesar 2 kg, sedangkan pada malam hari tangkapan terbanyak terdapat pada hari
keempat pada tanggal 05 Juli 2013 yaitu sebesar 17 kg dan terendah pada hari keenam
dan kesebelas pada tanggal 08 Juli 2013 dan tanggal 13 Juli 2013 yaitu sebesar 2 kg.

10

Tangkapan perhauling (kg)

Rata-rata jumlah hasil tangkapan udang Dogol (Metapenaeus endeavour)
5
4.5
4
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0

4.3

4.3
3.6

2.4
1.9
1.6
0.7
0 0
1

0.7

0.0

0.0

2

3

1.6
1.3

1.6 1.5
1.0

0.7

0.4

0.0
4

5

6

7

8

9

10

0.30.4

0.7
0.00.0

11

12

0.0
13

Setting (hari)
Siang

Malam

Gambar 6Grafik rata-rata jumlah hasil tangkapan udang dogol
Jenis udang dogol ini, rata-rata tangkapan perhaulingnya paling banyak terdapat
pada siang hari dan terendah pada malam hari (Gambar 6). Pada malam hari rata-rata
hasil tangkapan perhaulingnya sebesar 1.2 kg, sedangkan pada malam hari hanya
sebesar 1 kg. Pada siang hari, rata-rata tangkapan perhaulingnya tertinggi terdapat pada
hari keenam pada tanggal 08 Juli 2013 yaitu sebesar 4.3 kg dan terendah pada hari
kesebelas pada tanggal 13 Juli 2013 yaitu sebesar 0.3 kg/hauling. Sedangkan pada
malam hari, rata-rata hasil tangkapan udang dogol perhaulingnya terbanyak terdapat
pada hari keempat pada tanggal 05 Juli 2013 yaitu sebesar 4.3 kg dan terendah terdapat
pada hari keenam dan kesebelas pada tanggal 08 Juli 2013 dan tanggal 13 Juli 2013
yaitu masing-masing sebesar 0.4 kg.
Rata-rata jumlah hasil tangkapan udang krosok (Metapenaeopsis
novaeguineae)perhaulingpada siang dan malam hari
Udang krosok merupakan salah satu udang yang tertangkap paling banyak
ketiga setelah udang windu dan putih. Hasil tangkapan udang krosok paling banyak
tertangkap pada malam hari daripada siang hari (Gambar 7), dengan komposisi masingmasing 64.9% dan 35.1% atau sebesar 100 kg pada malam hari dan sebesar 54 kg pada
siang hari.

11

Tangkapan perhauling (kg)

Rata-rata jumlah hasil tangkapan udang Krosok
(Metapenaeopsis novaeguineae)
4.5
4
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0

4.0
3.6
3.2
2.8

2.5

2.8
1.7

0.8

0.5 0.3

0.4 0.3

1

3

0.4

0.4

2.8

1.5
0.7

0
2

4

5

6

7

8

1.3
1.0
0.70.8
0.5
0.3
0.0

9

10

11

12

0.7

13

Setting (hari)
Siang

Malam

Gambar 7Grafik rata-rata jumlah hasil tangkapan udang krosok
Hasil tangkapan udang krosok pada malam hari terbanyak terdapat pada hari
kelima pada tanggal 06 Juli 2013 yaitu sebesar 18 kg, dan terendah terdapat pada hari
pertama pada tanggal 02 Juli 2013 yaitu sebesar 2 kg, sedangkan pada siang hari, hasil
tangkapan terbanyak terdapat pada hari ketiga pada tanggal 04 Juli 2013 yaitu sebesar
16 kg.
Udang krosok ini, rata-rata hasil tangkapan perhaulingnya terbanyak terdapat
pada malam hari yaitu sebesar 1.8 kg, sedangkan pada malam hari hanya sebesar 0.8 kg
perhaulingnya (Gambar 7). Pada malam hari, rata-rata hasil tangkapan perhaulingnya
terbanyak terdapat pada hari kedua pada tanggal 03 Juli 2013 yaitu sebesar 4 kg, dan
terendah pada hari ketiga pada tanggal 04 Juli 2013 yaitu sebesar 0.4 kg/hauling.
Sedangkan pada siang hari, rata-rata hasil tangkapan perhaulingnya terbanyak
terdapat pada hari ketiga pada tanggal 04 Juli 2013 yaitu sebesar 3.2 kg, dan terendah
terdapat pada hari kedua dan kedua belas pada tanggal 03 Juli 2013 dan 14 Juli 2013
yaitu masing-masing sebesar 0.3 kg.
Rata-rata jumlah hasil tangkapan udang merah (Solenocera
depressa)perhaulingpada siang dan malam hari
Udang merah merupakan salah satu jenis udang yang juga tertangkap di laut
Arafura menggunakan pukat udang. Hasil tangkapan udang ini paling banyak
ditemukan pada malam hari daripada siang hari dengan komposisi masing-masing
66.7% dan 33.3% atau sebesar 52 kg dan 26 kg. Pada malam hari, hasil tangkapan
udang ini terbanyak terdapat pada hari kesebelas pada tanggal 13 Juli 2013 yaitu sebesar
10 kg, dan terendah pada hari kedua dan kesembilan pada tanggal 03 Juli 2013 dan
tanggal 11 Juli 2013 yaitu masing-masing sebesar 2 kg. Sedangkan pada siang hari,
hasil tangkapan udang merah terbanyak terdapat pada 6 hari penangkapan (hari
ketiga;keenam;kedelapan;kesembilan;kesebelas;ketigabelas) pada tanggal 04 Juli 2013,
tanggal 08 Juli 2013, tanggal 10 Juli 2013, tanggal 11 Juli 2013, tanggal 13 Juli 2013
dan tanggal 15 Juli 2013 yaitu masing-masing 4 kg, sedangkan terendah terdapat pada
hari kelima pada tanggal 06 Juli 2013 yaitu hanya sebesar 2 kg.

12

Berdasarkan data rata-rata hasil tangkapan udang merah perhaulingnya (Gambar
8), diperoleh hasil bahwa pada malam hari hasil tangkapannya lebih banyak daripada
siang hari. Pada malam hari rata-rata hasil tangkapan perhauling terbanyak terdapat
pada hari kedua, keempat dan kesebelas pada tanggal 03 Juli 2013, tanggal 05 Juli 2013
dan tanggal 13 Juli 2013 yaitu masing-masing sebesar 2 kg, sedangkan terendah
terdapat pada hari kesembilan pada tanggal 11 Juli 2013 yaitu sebesar 0.4 kg/hauling.
Sedangkan pada siang hari, rata-rata hasil tangkapan perhaulingnya terbanyak terdapat
pada hari kesembilan pada tanggal 12 Juli 2013 yaitu sebesar 1 kg dan terendah pada
hari kelima pada tanggal 06 Juli 2013 yaitu sebesar 0.4 kg/hauling.

Tangkapan perhauling (kg)

Rata-rata jumlah hasil tangkapan udang Merah (Solenocera depressa)
2.5
2.0

2.0

2.0

2
1.5

1.2
1

1.2
1.0

0.80.8

1

0.8

1.0
0.7

0.4

0.5
0

0.0

0.0

1.0
0.7

0.7

0.4

0.0

0.0

0.0

0.00.0

0.0

0
1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

Setting (hari)
Siang

Malam

Gambar 8Grafik rata-rata jumlah hasil tangkapan udang merah
Rata-rata jumlah hasil tangkapan udangkipas (Thenus orientalis) perhaulingpada
siang dan malam hari
Udang kipas merupakan jenis udang yang paling sedikit ditangkap pada
observasi ini, yaitu hanya sebesar 2 kg dan hanya terdapat pada siang hari. Rata-rata
hasil tangkapan udang kipas perhauling pun hanya sebesar 0.03 kg/hauling dan hanya
terdapat pada hari keenam pada tanggal 08 Juli 2013 yaitu sebesar 0.4 kg/hauling.
Total jumlah rata-rata hasil tangkapan udang pada siang dan malam hari
Berdasarkan data observasi, diperoleh hasil bahwa dari total jumlah rata-rata
hasil tangkapan udang perhaulingnya (Gambar 9), ternyata pada siang hari tangkapan
udang lebih banyak daripada malam yaitu masing-masing sebesar 24.6 kg dan 24.3
kg/hauling selama 13 hari operasi penangkapan di laut Arafura, dengan komposisi
udang terbanyak didominasi oleh udang windu, namun berdasarkan uji statistik yaitu tTest: Two-Sample Assuming Unequal Variances, tidak ada perbedaan yang signifikan
antara rata-rata jumlah hasil tangkapan pada malam dan siang hari.

13

Total jumlah rata-rata hasil tangkapan udang pada siang dan
malam hari per hauling
Hasil tangkapan (kg)

25.0
20.0

20.519.5

15.0
10.0
5.0

1.7 1.8

1.2 1.0

0.8 1.0

0.4 1.0

0.03 0

Putih

Dogol

Krosok

Merah

Kipas

Siang

Malam

0.0
Windu

Jenis udang

Gambar 9 Grafik total rata-rata hasil tangkapan enam jenis udang perhauling
Frekuensi ukuran panjang udang windu yang ditangkap
Pengukuran panjang udang windu dilakukan selama tujuh hari, dan dibagi ke
dalam dua kategori; siang dan malam. Pengukuran dilakukan dengan memilih sampel
udang windu sebanyak 25 udang perkategori selama tujuh hari (50 udang dalam sehari),
total udang yang disampel adalah 350 ekor atau 175 perkategori.
Dari hasil penelitian diperoleh hasil bahwa ukuran udang windu yang tertangkap
di perairan laut Arafura mempunyai ukuran panjang tubuh yang berkisar antara 18.69
cm sampai dengan 19.93 cm atau rata-rata mempunyai ukuran 19.38 cm/ekor (Tabel 3).
Pada kategori siang hari, ukuran panjang tubuh udang windu yang tertangkap
berkisar antara 17.70 cm sampai dengan 20.24 cm atau ukuran rata-ratanya 19.21 cm,
sedangkan pada malam hari, ukuran panjang udang windu berkisar antara 18.42 cm
sampai dengan 20.22 cm, dengan ukuran rata-ratanya 19.54 cm. Dari data ini, terlihat
bahwa ukuran panjang tubuh udang windu yang ditangkap pada siang hari lebih pendek
daripada yang ditangkap pada malam hari dengan selisihnya 0.33cm, namun
berdasarkan uji statistik, t-Test: Two-Sample Assuming Unequal Variances, tidak ada
perbedaan yang signifikan antara ukuran panjang pada malam dan siang hari.
Tabel 3 Ukuran panjang rata-rata udang windu berdasarkan waktu hauling di laut
Arafura selama tujuh hari pengamatan
Hari
1
2
3
4
5
6
7
Siang
20.24
18.96
19.31
17.70
19.82
19.64
18.81
Malam
19.61
18.42
19.22
19.72
19.95
20.22
19.66
Rata-Rata 19.93
18.69
19.26
18.71
19.89
19.93
19.24

Laju tangkap udang yang ditangkap
Berdasarkan penelitian diperoleh total hasil tangkapan udang windu selama
pengamatan di laut Arafura sebanyak 2689.5 kg. Dari 124 kalihaulingdiperoleh laju
tangkap (catch rate) jenis udang tersebut berkisar antara 10.5 sampai 12.3 kg/jam

14

dengan rata-rata 11.45 kg/jam atau 22.30 kg/hauling. Laju tangkap tertinggi terdapat
pada kedalaman 22 sampai 25 m (11 hauling) yaitu 23.5 kg/hauling atau 12.3 kg/jam.
Laju tangkap terendah terdapat pada kedalaman 28 sampai 30 m (69 hauling) yaitu 20.9
kg/hauling atau 10.5 kg/jam.
Total hasil tangkapan udang putih adalah 238 kg, laju tangkap udang tersebut
berkisar antara 0.9 sampai 1.4 kg/jam dengan rata-rata 1.08 kg/jam atau 2.09 kg/hauling.
Laju tangkap tertinggi terdapat pada kedalaman 22 sampai 25 m (11 hauling) yaitu 2.6
kg/hauling atau 1.4 kg/jam. Laju tangkap terendah terdapat pada kedalaman 25 sampai
28 m (44 hauling) yaitu 1.7 kg/hauling atau 0.9 kg/jam.
Total hasil tangkapan udang krosok adalah 154 kg, laju tangkap udang tersebut
berkisar antara 0.6 sampai 0.8 kg/jam dengan rata-rata 0.66 kg/jam atau 1.29 kg/hauling.
Laju tangkap tertinggi terdapat pada kedalaman 22 sampai 25 m (11 hauling) yaitu 1.5
kg/hauling atau 0.8 kg/jam. Laju tangkap terendah terdapat pada dua strata kedalaman
yaitu 25 sampai 28 m (44 hauling) dan 28 sampai 30 m (69 hauling) yang sama-sama
memiliki nilai 1.2 kg/hauling atau 0.6 kg/jam.
Total hasil tangkapan udang dogol adalah 142 kg, laju tangkap udang tersebut
berkisar antara 0.4 sampai 0.7 kg/jam dengan rata-rata 0.6 kg/jam atau 1.16 kg/hauling.
Laju tangkap tertinggi terdapat pada dua strata kedalaman 22 sampai 25 m (11 hauling)
dan 28 sampai 30 m (69 hauling) yang sama-sama memiliki nilai yang sama, yaitu 0.7
kg/hauling atau 1.4 kg/jam. Laju tangkap terendah terdapat pada kedalaman 25 sampai
28 m (44 hauling) yaitu 0.7 kg/hauling atau 0.4 kg/jam.
Total hasil tangkapan udang merah adalah 78 kg, laju tangkap udang tersebut
berkisar antara 0.1 sampai 0.3 kg/jam dengan rata-rata 0.26 kg/jam atau 0.5 kg/hauling.
Laju tangkap tertinggi terdapat pada kedalaman 28 sampai 30 m (69 hauling) yaitu 0.7
kg/hauling atau 0.3 kg/jam. Laju tangkap terendah terdapat pada kedalaman 22 sampai
25 m (11 hauling) yaitu 0.2 kg/hauling atau 0.1 kg/jam.
Total hasil tangkapan udang kipas hanya 2 kg, laju tangkap udang tersebut
adalah 0.01 kg/jam atau 0.03 kg/hauling dan hanya pada kedalaman 28 sampai 30 m (69
hauling), dengan rata-rata 0.10 kg/hauling atau 0.005 kg/jam.
Kepadatan stok udang
Kepadatan stok udang windu di laut Arafura rata-rata sebesar 75.44 kg/km2.
Kepadatan tertinggi terdapat pada kedalaman antara 22 sampai 25 m yaitu 80.8 kg/km2
dan terendah pada kedalaman 28 sampai 30 m yaitu 69.1 kg/km2.Kepadatan stok udang
putih rata-rata sebesar 7.09 kg/km2. Kepadatan tertinggi terdapat pada kedalaman 22
sampai 25 m yaitu 9.1 kg/km2 dan terendah pada kedalaman 25 sampai 28 m yaitu 5.8
kg/km2.
Kepadatan stok udang krosok rata-rata sebesar 4.38 kg/km2. Kepadatan tertinggi
terdapat pada kedalaman 22 sampai 25 m yaitu 5 kg/km2 dan terendah pada kedalaman
22 sampai 28 m yaitu 4 kg/km2. Kepadatan stok udang dogol rata-rata sebesar 3.93
kg/km2. Kepadatan tertinggi terdapat pada kedalaman 22 sampai 25 m yaitu 4.8
kg/km2dan terendah pada kedalaman 25 sampai 28 m yaitu 2.3 kg/km2.Kepadatan stok
udang merah rata-rata sebesar 1.70 kg/km2. Kepadatan stok tertinggi terdapat pada
kedalaman 28 sampai 30 m yaitu 2.3 kg/km2 dan kepadatan terendah terdapat pada
kedalaman 22 sampai 25 m yaitu 0.6 kg/km2. Kepadatan stok udang kipas hanya 0.10
kg/km2 atau rata-rata 0.032 kg/km2.

15

Gambar 10 Sampel jenis-jenis udang yang diamati selama penelitian di lautArafura
Pembahasan
Komposisi hasil tangkapan udang pada penelitian ini lebih didominasi oleh
udang windu, udang putih dan udang krosok (Gambar 12). Udang windu merupakan
jenis terbanyak yang ditangkap, baik pada siang hari maupun malam hari.
MenurutPurbayanto dan Sondita (2006) dan Syahrir (2001), udang windu, putih, dogol
merupakan hasil tangkapan yang dominan dan terbanyak ditangkap di laut Arafura.
Crocos (1986) and Garcia and Le Reste (1981) dalam Hargiyatno dan Sumiono (2012),
menyatakan bahwa udang windu jenis Penaeus monodon dan Penaeus semiculcatus
hidupnya tidak suka bergerombol atau berkelompok (schooling). Populasi udang jenis P.
Semiculatusmenyenangi dasar perairan yang terdiri dari pasir bercampur lumpur
sebagaimana di perairan laut Arafura. Pada siang hari lebih banyak membenamkan
diridi dasar laut dan malam hari udang windu bergerak lebih aktif.

Jumlah tangkapan (kg)

350

289.5

300

247.5

250

189.5 193.5

164

200

251.5 252

237.5 244.5

236

152 165.5

150
100

66.5

50

6

68
29

6

32

15

36
0

0

0

8

20

0

Tanggal
Windu (Penaeus monodon)

Putih (Penaeus merguiensis)

Dogol (Metapenaeus endeavour)

Kipas (Thenus orientalis)

Krosok (Metapenaeopsis novaeguineae)

Merah (Solenocera depressa)

Gambar 11 Grafik harian hasil tangkapan udang di laut Arafura

18

16

Penelitian ini menyatakan bahwa udang windu merupakan jenis terbanyak yang
ditangkap, baik pada siang hari maupun malam hari. Menurut Syahrir (2001) udang
windu dan dogol merupakan hasil tangkapan yang dominan di laut Arafura, sedangkan
jenis udang yang dominan di tepian laut Arafura adalah udang putih dan udang windu
(Purbayanto dan Sondita 2006).
Menurut Penn (1984) udang putih lebih banyak pada siang hari, dikarenakan
udang putih adalah udang jenis yang aktif mencari makan pada siang hari di dasar
perairan berlumpur untuk memakan detritus. Pada malam hari udang putih akan
bergerak naik ke arah permukaan laut, terutama saat ada cahaya bulan terang dan akan
turun ke lapisan bawah pada saat intensitas cahaya bulan rendah atau tidak terlihat.
Tingkah laku seperti itu menyebabkan udang putih tertangkap pukat udang lebih banyak
di siang hari daripada di malam hari, sebagaimana pernah diteliti oleh Sjahrir (2001) di
perairan di laut Arafura, hal ini sesuai dengan Munro (1975) yang mengatakan bahwa
pada malam hari, udang putih akan lebih banyak melakukan migrasi sehingga sulit
tertangkap di dasar perairan karena udang putih cenderung untuk berkelompok pada
saat air tenang, khususnya pada waktu surut, namun dari penelitian ini terlihat bahwa
udang putih yang seharusnya banyak pada siang hari kini mulai berkurang,
kemungkinan salah satu penyebabnya adalah karena sifat alat tangkap pukat udang ini
yang aktif, yang menyapu dasar dan sebagian permukaan laut, serta perubahan iklim
yang mempengaruhi pola pergerakannya dan perkembangbiakannya. Namun demikian
berdasarkan uji statistik,t-Test: Two-Sample Assuming Unequal Variances, pada taraf
5%, menyatakan bahwa rata-rata jumlah hasil tangkapan udang pada malam dan siang
hari tidak berbeda nyata (perbedaannya tidak signifikan).
Jenis-jenis udang tersebut ditangkap pada kedalaman rata-rata 27.80 meter,
dengan substrat berpasir dan berlumpur, serta memiliki produktivitas yang besar serta
sumberdaya yang melimpah (terlihatdaribanyaknya spesies-spesies laut yang
tertangkap) dan dengan kondisi cuaca yang bagus untuk penangkapan, hal ini sejalan
dengan Ayodhyoa (1981), yang menyatakan bahwa syarat-syarat bagi daerah
penangkapan udang yaitu memiliki dasar perairan berpasir, lumpur ataupun campuran
antara pasir dan lumpur, kondisi cuaca laut yang aman untuk pengoperasian alat
tangkap dan perairannya mempunyai daya produktivitas yang besar serta sumber daya
yang melimpah.
Untuk saat ini data tahunan mengenai tangkapan udang, laju tangkap dan dugaan
biomassa udang masih minim dikaji dan dipelajari lebih lanjut dari tahun ke tahun.
Berdasarkan perbandingan 10 data yang ada, terlihat bahwa telah terjadi pergeseran
hasil tangkapan, kecenderungan pergeseran hasil tangkapan pukat udang di laut Arafura
terlihat dari semakin turunnya hasil tangkapanperhaulingyaitu hanya 26.64
kg/hauling(Tabel 1), padahal berdasarkan observasi Hargiyatno dan Sumiono
(2012)pada tahun 2008 di laut Arafura hasil tangkapan perhaulingnya adalah 34.2 kg,
sedangkan menurut Barani (2006) pada tahun 1995 hasil tangkapan perhaulingnya
adalah 89.4 kg, kemudian turun hingga mencapai 40.3 kg pada tahun 1999. Diantara
tahun tersebut hasil tangkapan mengalami fluktasi seperti turun pada tahun 1996
menjadi 59.5 kg/hauling, naik pada tahun 1997 menjadi 64 kg/hauling dan turun secara
tajam pada tahun 1998 menjadi 39.4 kg/hauling (DJPT 2001). Bahkan menurut
Nasional Report (2000) dalam Barani (2006) menunjukkan hasil yang lebih rendah
dengan hasil tangkapan 26.4 kg/hauling pada tahun 1992 yang naik menjadi 30.4

17

kg/hauling pada tahun 1994 dan turun kembali menjadi 22.5 kg/hauling pada tahun
1996.
Selain itu, berdasarkan analisis kepadatan udang di laut Arafura, menunjukkan
kecenderungan yang menurun bagi kelompok udang windu, putih dan dogol di laut
Arafura, seperti dilaporkan dari berbagai sumber dari tahun 1983, 1997, 1998, 2000,
2008, 2009 dan 2013 yang dikutip dari Hargiyatno dan Sumiono (2012), Wibowo dan
Widodo (2010) dan hasil observasi penulis tahun 2013, yaitu sebesar 248 kg/km2 untuk
udang windu, putih dan dogol, kepadatan tertinggi terlihat pada tahun 1997 dan
terendah pada tahun 2008 (Tabel 4), dengan rata-rata kepadatan dari tujuh data yang
ada adalah 249.3 kg/km2.
Tabel 4 Kepadatan stok udang penaeid di laut Arafura
Tahun

Kepadatan (kg/km2)

Jenis udang

1983
297
Windu, putih
1997
318
Windu, putih, dogol
1998
240
Windu, putih, dogol
2000
262
Windu, putih, dogol
2008
125
Windu, dogol
2009
255
Windu, Putih
Sumber:Hargiyatno dan Sumiono (2012) dan Wibowo dan Widodo (2010)
Berdasarkan perbandingan data yang ada selama sembilan tahun terakhir
(Gambar 13), terlihat bahwa telah terjadi pergeseran hasil tangkapan dari tahun ke tahun,
kecenderungan pergeseran hasil tangkapan pukat udang di laut Arafura terlihat dari
semakin turunnya hasil tangkapanperhauling (Tabel 1) yaitu hanya 26.64 kg/hauling,
padahal berdasarkan observasi Hargiyatno dan Sumiono (2012) pada tahun 2008 di laut
Arafura hasil tangkapan perhaulingnya adalah 34.2 kg, sedangkan menurut Barani
(2006) pada tahun 1995 hasil tangkapan perhaulingnya adalah 89.4 kg, kemudian turun
hingga mencapai 40.3 kg pada tahun 1999. Diantara tahun tersebut hasil tangkapan
mengalami fluktasi seperti turun pada tahun 1996 menjadi 59.5 kg perhauling, naik
pada tahun 1997 menjadi 64 kg perhauling dan turun secara tajam pada tahun 1998
menjadi 39.4 kg perhauling (DJPT 2001).
Selain itu, berdasarkan analisis kepadatan udang di laut Arafura, menunjukkan
kecenderungan yang menurun bagi kelompok udang windu, putih dan dogol di laut
Arafura seperti dilaporkan dari berbagai sumber dari tahun 1983 sampai 2013 seperti
dikutip dari Hargiyatno dan Sumiono (2012) dan Wibowo et al. (2010) dan hasil
observasi penulis tahun 2013, yaitu sebesar 248 kg/km2 untuk udang windu, putih dan
dogol, kepadatan tertinggi terlihat pada tahun 1997 dan terendah pada tahun 2008
(Tabel 4), dengan rata-rata kepadatan selama tujuh tahun adalah 249.3 kg/km2.
Dari data penelitian (Tabel 3) terlihat bahwa ukuran udang windu terpanjang
yang tertangkap adalah 20.24 cm dan tergolong kategori dewasa, menurut Chullasom
dan Martosubroto (1986) dalam beberapa penelitian yang telah dikompilasi, untuk jenis
udang windu di laut Arafura, ukuran ketika mencapai tingkat dewasa pertama kali
adalah 21 cm dan panjang maksimum udang tertangkap 43 cm. Secara alamiah,
pertumbuhan udang atau ikan dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, misalnya pada
periode tertentu udang atau ikan tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan periode lain
(Sondita2010).

18

Secara umum, berdasarkan penelitian yang dilakukan terkait laju tangkap dan
kepadatan stokdi laut Arafura, cenderung terlihat adanya penurunan.Hal tersebut
kemungkinan diakibatkan oleh eksploitasi penangkapan yang berlebihan, perkembangan
yang pesat dari kapasitas penangkapan armada perikanan pukat udang, berubahnya
faktor lingkungan, dan maraknya praktekillegal, unregulated and unreported (IUU)
Fishing yang terjadi (Purwanto 2010; Badruddin et al. 2008 dalam Hargiyatno dan
Sumiono 2012). Penyebab lain adalah akibat banyaknya kapal perikanan ilegal asing
yang beroperasi di laut Arafura seperti yang penulis amati, salah satunya adalah
penggunaan twin boat bottow trawl milik asing yang bebas berkeliaran menangkap
udang di laut Arafura yang jelas-jelas telah mengeksploitasi hasil perikanan secara
berlebihan dan tentunya melanggar kedaulatan perikanan Indonesia. Dari amatan
penulis, banyak kapalilegalasing yang beroperasi di Arafura, baik yang terlihat dengan
kasat mata atau terbaca oleh radar kapal nelayan Indonesia, seperti disampaikan oleh
salah satu kapten kapal pukat udang Indonesia.

19

4 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1. Dari enam jenis udang yang ditangkap di laut Arafura, yaitu udang Windu (Penaeus
monodon), Putih (Penaeus merguiensis), Krosok (Metapenaeopsis novaeguineae),
Dogol (Metapenaeus endeavour), Merah (Solenocera depressa), Kipas (Thenus
orientalis), diketahui bahwa tangkapan udang didominasi oleh udang windu, baik
pada siang hari maupun malam hari, secara rata-rata jumlah tangkapan udang windu
lebih banyak pada siang hari, dengan ukuran panjang rata-rata 19.38 cm. Namun
berdasarkan uji statistik (uji-t), menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang nyata
(tidak signifikan) antara hasil tangkapan udang pada malam dan siang hari.
2. Laju tangk