Pola Pengembangan Usaha Perikanan Karang Di Kota Sabang

POLA PENGEMBANGAN USAHA PERIKANAN KARANG
DI KOTA SABANG PROVINSI ACEH

IMELDA AGUSTINA

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pola Pengembangan
Usaha Perikanan Karang di Kota Sabang Provinsi Aceh adalah benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2016
Imelda Agustina
NRP C451140121

RINGKASAN
IMELDA AGUSTINA. Pola Pengembangan Usaha Perikanan Karang di Kota
Sabang. Dibimbing oleh MUSTARUDDIN, NIMMI ZULBAINARNI dan JOHN
HALUAN.
Pengembangan usaha perikanan karang di Kota Sabang belum berjalan
efektif. Kondisi ini akan menumbuhkan berbagai pemikiran agar usaha perikanan
karang mampu meningkatkan kesejahteraan nelayan terutama nelayan kecil.
Namun pengembangan disektor perikanan karang masih memiliki peluang besar,
terutama yang berbasis pada komoditas unggulan. Penelitian ini bertujuan untuk,
menentukan penangkapan usaha perikanan karang yang unggul berdasarkan aspek
teknis, lingkungan dan sosial ekonomi, menganalisis kelayakan finansial dan
merumuskan strategi pengembangan usaha perikanan karang.
Penelitian ini dilaksanakan di Kota Sabang, waktu penelitian pada bulan
Oktober-November 2015. Penelitian dilakukan dengan metode survei dengan
perangkat analisis antara lain metode skoring, finansial dan analisis SWOT. Jenis
data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data

sekunder. Data primer merupakan data yang langsung dikumpulkan di lapang
berkaitan dengan pengembangan perikanan karang. Sedangkan data sekunder
berasal dari instansi yang terkait dengan bidang kelautan dan perikanan, yaitu
Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Sabang.
Hasil kajian menujukkan bahwa analisis untuk jenis usaha penangkapan
ikan karang unggulan dari gabungan teknik, lingkungan dan sosial ekonomi
untuk dikembangkan di perairan Kota Sabang adalah pancing (VA gab=2,000)
dan ,bubu (VA gab= 0,757).
Dari analisis finansial pada alat tangkap pancing diperoleh hasil Net
Present Value bernilai positif sebesar Rp 64.374.546-, Internal Rate of Return
sebesar 28% , B/C ratio sebesar 3,86, sehingga usaha perikanan karang pada alat
tangkap pancing dikatakan layak untuk dikembangkan di Kota Sabang. Dari hasil
analisis SWOT untuk mengoptimalkan pengembangan usaha perikanan karang di
Kota Sabang, maka didapatkan strategi-strategi usaha pengembangan perikanan
karang yaitu meningkatkan kapasitas produksi, memperbaiki mutu terhadap
ekspor, mengembangkan alat tangkap unggulan, melakukan konservasi terumbu
karang, memanfaatkan tenaga penyuluh, mengundang investor, meningkatkan
pengawasan investasi.
Kata kunci : perikanan, usaha penangkapan, Kota Sabang


SUMMARY
IMELDA AGUSTINA. Reef Fishery Fishing Effort Development Pattern in Kota
Sabang, Aceh Province. Supervised by MUSTARUDDIN, NIMMI
ZULBAINARNI and JOHN HALUAN.
Reef fishery business development in Kota Sabang has not run effectively
yet. This condition will grow some thinking in order to the reef fishery able to
increase a fisher welfare especially for traditional fisher. Nevertheless,
development in the reef fishery have still big opportunity on the prime
commodities.
This research aimed to analyze the types of prime commodities , determine
best fishing activity based on technic, environtment and social economic aspects,
analyze feasibility financial and formulate the bussiness development strategy of
reef fishery. Research and analyze methods had been done and data used in this
research were primarly and secondary. The primarly data were strategy, weakness,
opportunity and threat which came from observation and the fisher directly. The
secondary data was production number and price which came from the district
official of marine and fisheries affair. This result showed of best fishing activity
was hand line (VA gab=2,000) dan bubu (VA gab= 0,757).
Based on the feasibility financial calculation, the hand line autocomes with
NPV Rp 64.374.546-, IRR 28% and B/C ratio 3,86. The bussiness development

strategy is suggested to be developing production capacity, repairing the fish
quality for export, developing the best fishing activity (hand line), doing the reef
conservation, utilyzing the fishery instructor, inviting the investor and increasing
the investment control.
Keywords : fisheries, fishing effort, Kota Sabang

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

POLA PENGEMBANGAN USAHA PERIKANAN KARANG
DI KOTA SABANG PROVINSI ACEH

IMELDA AGUSTINA


Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Teknologi Perikanan Laut

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN
PRAKATABOGOR
BOGOR
2016

Penguji luar pada ujian Tesis : Dr Iin Solihin, SPi MSi

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah atas segala karunia-Nya
sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian ini yang dilaksanakan sejak bulan Oktober, dengan judul

Pengembangan Usaha Perikanan Karang Kota Sabang Provinsi Aceh.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Mustaruddin, S.TP. Dr.
Nimmi Zulbainarni, S. Pi., M.Si dam Prof. Dr.Ir. John Haluan M. Sc. selaku
Pembimbing yang telah banyak memberi saran dan arahan. Semoga proposal ini
dapat menjadi panduan penulis dalam melakukan penelitian. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dosen dan staf pegawai Program Studi Teknologi Perikanan Laut yang telah
memberikan ilmu dan pengalaman yang berharga kepada penulis selama
menempuh pendidikan di IPB;
2. Keluarga besar di Sabang ayahanda Imran Ibrahim dan ibunda Asdewi Alida,
S.Pd serta keluarga penulis Taufik Abdillah dan Farisha Maulidina atas
motivasi yang diberikan selama ini; dan
3. Teman-teman seperjuangan Yulia, Auliya, Ratu serta keluarga kemuning 25
dan teman-teman TPL 2014 atas kebersamaan yang terjalin erat selama ini.
Penulis berharap tesis ini dapat menjadi masukan yang berharga bagi para
pembaca. Saran dan kritik sangat diharapkan untuk penyempurnaan isi tesis.
Semoga tulisan ini bermanfaat bagi yang memerlukannya.

Bogor, Agustus 2016


Imelda Agustina

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian

Kerangka Pemikiran

1
1
3
3
3
4

2 METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Jenis dan Sumber Data
Metode Penelitian
Analisis Skooring
Analisis Finansial
Analisis Pengembangan Perikanan Karang (SWOT)

5
5
5

6
6
7
10

3 HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Skoring
Penilaian Aspek Teknik
Penilaian Aspek Lingkungan
Penilaian Aspek Sosial Ekonomi
Gabungan Aspek Teknik, Lingkungan dan Sosial Ekonomi
Analisis Finansial
Biaya Investasi Usaha Pancing
Biaya Operasional Usaha Pancing
Penerimaan Usaha Pancing
Analisis Kelayakan Finansial
Strategi Pengembangan Perikanan Karang (SWOT)
Identifikasi Faktor Internal
Kekuatan
Kelemahan

Identifikasi Faktor Eksternal
Peluang
Ancaman

12
12
12
13
14
15
17
17
18
18
19
20
20
20
21
22

22
23

4 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

31
31
32

DAFTAR PUSTAKA

32

LAMPIRAN

36

RIWAYAT HIDUP

50

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18

Produksi ikan karang
Nilai produksi ikan karang
Matriks faktor strategi internal (IFAS)
Matriks faktor strategi eksternal (EFAS)
Matriks SWOT
Penilaian aspek teknik
Standarisasi penilaian aspek teknik`
Penilaian aspek lingkungan
Standarisasi aspek lingkungan
Penilaian aspek sosial ekonomi
Standarisasi aspek sosial ekonomi
Gabungan aspek teknik, lingkungan dan sosial ekonomi
Standarisasi gabungan teknik, lingkungan dan sosial ekonomi
Biaya invesati usaha pancing
Biaya operasional pancing
Penerimaan usaha perikanan karang di Kota Sabang
Finansial usaha penangkapan pancing
IFAS (Internal Strategic Factor Analysis Summary) usaha perikanan
karang di Kota Sabang
19 EFAS (External Strategic Factor Analysis Summary) usaha perikanan
karang di Kota Sabang
20 Matriks SWOT pada usaha pengembangan perikanan karang di Kota
Sabang

2
2
10
10
11
12
12
13
14
15
15
16
16
17
18
19
19
22
24
25

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4

Kerangka pemikiran penilitian
Gambar peta Kota Sabang
Jenis-jenis ikan karang
Jenis-jenis alat penangkapan ikan karang

4
5
48
49

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Lampiran 1 Nilai rata-rata aspek teknik
Lampiran 2 Nilai rata-rata aspek lingkungan
Lampiran 3 Nilai rata-rata aspek sosial ekonomi
Lampiran 4 Biaya investasi usaha perikanan karang
Lampiran 5 Biaya perawatan usaha perikanan karang
Lampiran 6 Operasional usaha perikanan karang
lampiran 7 Penerimaan usaha perikanan karang
Lampiran 8 Analisis finansial pancing
Lampiran 9 IFAS (Internal Strategic Factors Analysis Summary
Lampiran 10 EFAS (External Strategic Factors Analysis Summary)
Lampiran 11 Jenis-jenis ikan karang

36
37
39
40
40
41
42
43
44
46
48

DAFTAR ISTILAH
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

SLIN
Hand Line
Tondak
Bubu
NPV
B/C ratio
IRR
IFAS
EFAS
SWOT
CCRF
Cold Storage

: Sistem Logistik Ikan Nasional
: Alat Tangkap Pancing
: Alat Tangkap Panah Ikan
: Alat Perangkap Ikan
: Net Present Value
: Benefit-cost Ratio
: Internal Rate of Return
: Faktor Strategi Internal
: Faktor Strategi Eksternal
: Strategi Weakness Opportunities Threat)
: Code of Conduct for Responsible Fisheries
: Pendingin Ikan

1

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang
Komoditas ikan karang merupakan ikan target di Kota Sabang yang
permintaan ekspornya (Singapura dan Hongkong) cenderung meningkat dari
tahun ketahun. Peningkatan tersebut dominan karena kelimpahan ikan karang
terutama di kawasan terunbu karang yang masuk kawasan konservasi Sabang.
Manfaat penting dari keberadaan daerah konservasi ikan karang tersebut adalah
dapat melindungi habitat ikan karang dan menjamin mata pencaharian bagi
nelayan di Kota Sabang. Usaha penangkapan ikan karang berdampak positif
secara ekonomi bagi masyarakat. Salah satu jenis ikan karang yang memiliki
prospek cerah untuk dikembangkan adalah ikan kerapu. Ikan kerapu tikus
(Cromileptes altivelis) merupakan salah satu jenis ikan yang memiliki nilai
ekonomis tinggi serta memilih peluang pasar dalam dan luar negeri yang sangat
baik. Permintaan pasar internasional akan ikan kerapu yang terus meningkat,
memberikan peluang besar bagi pengembangan usaha penagkapan ikan karang di
Kota Sabang (Kordi 2001).
Saat ini, pemanfaatan sumberdaya ikan karang di Kota Sabang masih
terbatas pada usaha penangkapan yang dikembangkan dengan skala kecil. Usaha
penangkapan yang dikelola dan dilengkapi dengan peralatan pendukung yang
memadai dapat menjamin kontinyuitas produksi ikan. Selain dapat meningkatkan
volume dan nilai ekspor, peningkatan produksi juga dapat menjamin
ketersesediaan sumber protein hewani bagi masyarakat (Mayunar 1996).
Ikan karang di Kota Sabang umumnya ditangkap menggunakan unit
penangkapan berteknologi sederhana, seperti pancing, tondan dan bubu. Alat
tangkap ini yang digunakan oleh nelayan di lokasi karena mereka cukup
menguasai teknologinya, meskipun hasil tangkapan ikan yang didapat umumnya
tidak banyak. Jumlah hasil tangkapan tersebut bisa berbeda-beda di setiap lokasi
dipengaruhi oleh pola migrasi ikan, musim, dan faktor lingkungan perairan
lainnya. Tabel 1 menyajikan data perkembangan hasil tangkapan ikan karang di
Kota Sabang tahun 2010 – 2014 (skala tahunan). Menurut DKP Kota Sabang
(2015),tahun 2013 produksi ikan karang mencapai 3,6 kg/trip ikan karang. Jumlah
produksi yang cukup tinggi tersebut Kota Sabang dan Provinsi Aceh secara umum
diharapkan dapat mendukung Sistem Logistik Ikan Nasional (SLIN) guna
menyediakan stock sumberdaya ikan bagi kepentingan nasional.Tabel 1
menyajikan data produksi ikan karang di Kota Sabang selama periode tahun 20102014.

2
Tabel 1 Produksi ikan karang
Jumlah Produksi (Kg)
Jenis Ikan Karang
2010
2011
2012
Ikan Kerapu Macan
81.821 26.025 45.200
Ikan kerapu Tikus
68.435 54.559 25.100
Ikan Kerapu sunuk Merah
77.493 36.805 21.800
Ikan mata merah
45.833 26.236 24.563
Sumber: Dinas Kelautan dan Kota Sabang 2015

2013
18.636
16.226
14.324
12.800

2014
18.900
16.900
16.266
12.992

Berdasarkan Tabel 1 hasil tangkapan tersebut cukup fluktuatif, namun
pada tahun terakhir (2014) meningkat kembali. Hasl ini merupakan indikasi
adanya peluang untuk pengembangan lanjut kegiatan perikanan karang di Kota
Sabang.Untuk melihat, nilai produksi hasil tangkapan setiap jenis ikan di setiap
tahun selama 2 tahun (2010-2014).
Tabel 2 Nilai produksi ikan karang
Jenis Ikan Karang
Ikan kerapu macan
Ikan kerapu tikus
Ikan kerapu sunuk
merah
Ikan mata merah

Nilai Produksi (Rp)
2010

2011

2012

2013

2014

Rata-rata

%

2.118.024
2.175.000

188.775.000
1.884.372.000

1.626.688.000
409.184.000

484.536.000
194.712.000

567.000.000 573.823.405 30%
202.800.000 538.648.600 20%

2.346.656
1.145.825

2.439.830.000
183.652.000

174.400.000
171.941.000

200.536.000
307.200.000

325.320.000 628.486.531 35%
389.760.000 210.739.765 15%

Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Sabang (2015)
Usaha penangkapan ikan merupakan kegiatan utama pemanfaatan dan
pengelolaan sumberdaya ikan. Adapun usaha penangkapan ikan yang dominan
dilakukan dalam menangkap ikan karang di Kota Sabang, adalah pancing(hand
line),tondak (alat penembak ikan) dan bubu. Oleh karena itu, dalam penelitian ini
juga dilakukan penyeleksian terhadap unit penangkapan ikan yang tepat unit
penangkapan ikan karang di Kota Sabang.
Usaha penangkapan ikan karang di Kota Sabang belum berjalan efektif.
Kondisi ini akan menumbuhkan berbagai pemikiran agar usaha perikanan karang
yang mampu meningkatkan kesejahteraan nelayan terutama nelayan kecil. Oleh
karena itu, diperlukan pengembangan usaha perikanan karang sehingga potensi
perikan karang dapat dimanfaatkan secara baik dan berkelanjutan. Pemanfaatan
potensi sumberdaya karang kecil banyak dilakukan oleh nelayan umumnya tetapi
belum memberikan hasil maksimal yang dapat meningkat kesejahteraan mereka.
Usaha tersebut masih banyak terkendala dengan berbagai masalah antara lain
masalah seperti alat tangkap yang kurang tepat, fasilitas penangkapan yang sangat
sederhana, nelayan belum terampil dalam mengoperasikan unit penangkapan,
pasar dan kelembagaan nelayan belum berjalan dengan baik sehingga usaha
tersebut belum dapat meningkatkan kesejahteraan nelayan. Mengacu pada
penelitian (Budiman 2014), usaha penangkapan ikan merupakan kegiatan
ekonomi yang dipengaruhi oleh faktor produksi dengan tujuan untuk
mendapatkan keuntungan. Faktor produksi yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah modal dan biaya pengeluaran untuk melihat nilai usaha pada perikanan
karang yang dapat dikembangkan, sehingga dilihat dari hasil pengeluaran dan
pemasukan yang didapat apakah usaha tersebut layak dikembangkan

3
Kondisi keuangan suatu usaha biasanya dilihat dari kriteria Net Present
value (NPV) Internal Rate of Return (IRR) dan Benefit-cost Ratio (B/C ratio).
Suatu usaha perikanan tangkap akan dikatakan sehat dan dapat dikembangkan
lebih lanjut apabila hasil analisis keuangannya menunjukkan NPV>0, IRR lebih
besar dari suku bunga (interest rate) yang berlaku dan B/C ratio>1 .
Perumusan Masalah
Kegiatan pengelolaan sumberdaya ikan karang terutama untuk jenis ikan
karang di Kota Sabang diperkirakan belum berjalan optimal terutama untuk
mewujudkan usaha perikanan tangkap yang bertanggungjawab dan berorientasi
pada kesejahteraan nelayan. Terdapat beberapa permasalahan yang harus dikaji
untuk mengoptimalkan usaha perikanan karang, yaitu:
1. Unit penangkapan yang tepat untuk menangkap ikan karang dikaitkan
dengan kondisi perairan Kota Sabang belum diketahui secara pasti
2. Usaha penangkapan ikan karang masih belum dapat mengangkat
kesejahteraan nelayan. Kondisi ini tentu menimbulkan pertanyaan apakah
usaha tersebut layak dikembangkan secara finansial.
3. Bagaimana strategi untuk kebijakan pengembangan ikan karang agar
usaha penangkapan ikan karang berjalan efektif.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pola pengembangan perikanan
karang di Kota Sabang. Adapun tujuan khusus penelitian adalah :
1. Menentukan usaha penangkapan pada ikan karang yang unggul
berdasarkan aspek teknik, lingkungan dan sosial ekonomi.
2. Menganalisis kelayakan finansial usaha penangkapan ikan karang di Kota
Sabang .
3. Merumuskan strategi pengembangan usaha penangkapan ikan karang di
Kota Sabang.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pemerintah dan khususnya pelaku
usaha perikanan karang di Kota Sabang terkait kepentingan :
1.
Menentukan unit penangkapan ikan karang yang tepat di perairan laut
Sabang.
2.
Tersedianya informasi data finansial, kelayakan pengembangan usaha
penangkapan ikan karang, dan jenis unit penangkapan yang layak.
3.
Menentukan strategi pengembangan usaha penangkapan ikan karang yang
tepat di Kota Sabang.

4
Kerangka Pemikiran
Potensi sumberdaya perikanan memiliki prospek yang sangat menjanjikan
untuk dikembangkan demi tercapainya tingkat pendapatan dan kesajahteraan bagi
masyarakat, khususnya nelayan. Salah satu jenis komoditi perikanan yang dirintis
untuk meningkatkan pendapatan adalah perikanan karang dimana ikan karang ini
merupakan salah satu jenis komoditi yang dapat untuk disesuaikan sehingga ikan
karang ini memiliki harga jual yang tinggi baik di pasar lokal maupun di pasar
internasional. Permasalahan pada perikanan karang di Kota Sabang yaitu unit
penangkapan yang belum langka, belum dapat mengangkat kesejahteraan nelayan
dan belum ada kebijakan untuk pengembangan perikanan karang yang efektif.
Kondisi umum Kota Sabang
- Produksi ikan karang (kerapu macan, kerapu tikus, kerapu sunuk merah dan
mata merah)
- Permintaan ekspor (Singapura dan Hongkong)
- Alat tangkap ikan karang (pancing, bubu dan Tondak)

Permasalahan yang dihadapi
- Unit Penangkapan ikan karang yang tepat belum diketahui
- Usaha penangkapan ikan karang belum dapat meningkatkan kesejahteraan
nelayan
- Kebijakan pengembangan ikan karang belum berjalan efektif

Analisis skooring
- Aspek teknik
- Aspek lingkungan
- Aspek sosial
ekonomi

Analisis finansial
- NPV
- IRR
- B/C ratio

Alat tangkap unggulan

Usaha yang layak

Pola Pengembangan Perikanan Karang

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

Analisis SWOT
- Matriks IFAS
- Matriks EFAS
- Matriks SWOT

Strategi pengembangan

5

2 METODE
Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kota Sabang Provinsi Aceh pada bulan
Oktober dan November 2015. Kota Sabang menjadi tempat pengembangan usaha
perikanan karang.

Gambar 2 Peta Kota Sabang
Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer
dan data sekunder. Data primer merupakan data yang langsung dikumpulkan di
lapangan berkaitan dengan pengembangan perikanan karang serta alat tangkap
yang digunakan nelayan. Sedangkan sumber data sekunder berasal dari Dinas
Perikanan dan Kelautan Kota Sabang dan isntansi terkait lainnya.
Adapun rincian data yang dikumpulkan, baik dari jenis data primer maupun
data sekunder adalah:
1). Data ikan karang di Kota Sabang diantaranya meliputi jenis ikan
karang hasil tangkapan, jumlah hasil tangkapan, dan upaya
penangkapan.
2). Data terkait dengan unit penangkapan ikan karang yang tepat
berdasarkan aspek teknik, lingkungan dan sosial ekonomi.
wanwancara dan kusioner dengan analisis skoring.
3). Data terkait analisis finansial ikan karang di Kota Sabang Provinsi
Aceh.
4). Data terkait dengan strategi pengembangan ikankarang di Kota Sabang
Provinsi Aceh yang menyangkut kepentingan pihak-pihak terkait di
lokasi, kriteria dan harapan dari pengembangan.Menggunakan data
primer

6
Metode Penelitian
Metode pada penelitian ini yaitu metode pengumpulan data primer dengan
cara wawancara dan pembagian kusioner . Data yang dikumpulkan langsung
untuk analisis skoring, analisis finansial dan analisis SWOT. Pengambilan sampel
pada penelitian menggunakan metode purposive sampling, bertujuan untuk
memilih responden yang benar-benar mengerti dan paham maksud dan tujuan dari
penelitian. responden yang mewakili sampel populasi nelayan sebagai pelaku
usaha perikanan karang kelompok nelayan setempat yang menguasai kondisi
masyarakat nelayan setempat, staf dinas kelautan dan perikanan Kota Sabang,
termasuk beberapa orang masyarakat dan penjual ikan. Pengumpulan data
sekunder dengan cara telaah pustaka terhadap hasil studi literatur dan yang
tersedia dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Sabang untuk melihat nilai
produksi Ikan karang yaitu ikan kerapu macan, ikan kerapu tikus, ikan kerapu
sunu merah dan ikan mata merah selama lima tahun 2010-2014.
Analisis Skoring
Analisis skoring digunakan untuk menentukan unit penangkapan ikan
karang yang tepat berdasarkan aspek teknik lingkungan dan sosial ekonomi di
perairan Sabang.
Pada pemilihan alat tangkap yang umumnya digunakan di Kota Sabang
adalah alat tangkap pancing dan tondak sedangkan alat tangkap bubu masih jarang
digunakan oleh nelayan sehingga pada penelitian ini melihat apakah alat tangkap
bubu dapat dikembangkan di Kota Sabang sehingga analisis skoring ini dapat
melihat hasil alat tangkap yang baik digunakan untuk perikanan karang dan ramah
terhadap lingkungan.
Pemilihan alat tangkap unggulan dilakukan dengan menggunakan
standarisasi fungsi nilai (Kuntora & Listiarini 1983) dengan rumus sebagai
berikut:



Dimana : Untuk V(X) = fungsi nilai dari variabel x, xo= nilai terburuk
kriteriax; x1= nilai terbaik pada kriteria x; V(A)= Fungsi nilai dari alternatif A;
Vi(Xi)= funsi nilai dari alternatif pada kriteria ke-i; xi= kriteria ke-i; i= 1, 2,
3,....,n.
Kriteria-kriteria pada rumus tersebut merupakan penciri dari setiap aspek
pengelolaan yang dianalisis. Sedangkan aspek pengelolaan yang dianalisis dalam
penelitian ini adalah aspek teknologi, aspek lingkungan, dan aspek sosial ekonomi.
Berikut disajikan jenis-jenis untuk setiap aspek pengelolaan tersebut dan cara
pemberian skornya.

7
Kriteria-Kriteria pada Aspek Teknik, Lingkungan dan Sosial ekonomi
Analisis ini dilakukan secara deskriptif untuk menyeleksi sifat keandalan
teknologi dari unit penangkapan ikan karang dalam meminimalisir sifat destruktif
terhadap sumberdaya ikan, ekosistem, lingkungan sekitar, dan masyarakat.
Pemberian skor terhadap kriteria terkait pada setiap aspek unit penangkapan
ikan ini dilakukan menggunakan metode rating. Secara spesifik, skor yang
diberikan untuk setiap kriteria dari setiap aspek unit penangkapan ikan karang ini
mengacu pada kriteria-kriteria dari aspek. Skor yang diberikan berkisar antara 1–4,
dimana semakin tinggi keandalandari aspek (destruksi unit penangkapan ikan
rendah), maka semakin tinggi skor yang diberikan, dan bila sebaliknya (destruksi
unit penangkapan ikan tinggi) maka semakin rendah skor yang diberikan.
Kriteria dan skor dalam analisis aspek teknologi unit penangkapan ikan
karang
Pada kriteria aspek teknik kriteria yang dilihat adalah ukuran alat tangkap
(Nomor alat tangkap), konguitas produksi, kelangkapan produksi yang diberikan
range dari 1-4 dimana nilai 1 tidak ada (sangat rendah) dan nilai 4 sangat lengkap
(tinggi), ukuran palka (kg/trip), kapasitas es (balok/trip) jumlah ABK (orang/unit),
kekuatan mesin (PK), serta ukuran kapal (GT).
Kriteria dan skor dalam analisis aspek lingkungan penangkapan ikan karang
Pada kriteria aspek lingkungan kriteria yang dilhat adalah selektivitas yang
tinggi, keramahan terhadap lingkungan, kualitas hasil tangkapan, keamanan bagi
nelayan, keamanan produk bagi konsumen, dampak pada biodiversity, keamanan
bagi ikan-ikan yang dilindungi pada kriteria ini range yang diberikan 1-4 dimana
nilai 1 tidak baik untuk setiap kriteria dan nilai 4 sangat baik untuk setiap kriteria
dan kriteria selanjutnya adalah by catch rendah (kg/trip).
Kriteria dan skor dalam analisis aspek sosial ekonomi penangkapan ikan
karang
Pada kriteria aspek sosial ekonomi kriteria yang dilhat adalah jumlah hasil
tangkapan (kg/trip) pada kriteria ini tidak menggunakan rating hasil yang
digunakan jumlah tangkapan yang dihasilkan oleh nelayan (kg/trip), tingkat
keuntungan, tingkat investasi, kemandirian dalam pembuatan dan perawatan, daya
beli rumah tangga nelayan, pemulihan kesehatan nelayan, dan mememnuhi
peraturan hukum dan perundang-undangan yang berlaku dimanan range yang
diberikan pada setiap kriteria adalah 1-4 dimana nilai 1 merupakan tidak baik
(rendah) sedangka nilai 4 sangat baik.
Analisis Finansial

Pada tahap awal analisis kelayakan finansial ini, dilakukan analisis terhadap
nilai investasi, biaya operasional, dan nilai penerimaan setiap usaha perikanan
karang. Hasil analisis ini akan menjadi masukan penting untuk analisis kelayakan
menggunakan beberapa kriteria/parameter yang relevan. Kriteria/paramter yang
digunakan dalam analisis kelayakan finansial ini mengacu kepada konsep analisis

8
biaya-manfaat. Analisis ini melihat kelayakan usaha perikanan karang layak atau
tidak untuk dilanjutkan. Adapun kriteria/parameter tersebut adalah Net Preset
Value (NPV), Net Benefit–Cost Ratio (B/C ratio), Internal Rate of Return (IRR).
a. Analisis net present value (NPV)
Net Preset Value (NPV) digunakan untuk menilai manfaat investasi usaha
perikanan karang yang merupakan jumlah nilai kini dari manfaat bersih dan
dinyatakan dalam rupiah (Kasmir & Jakfar 2009).
Perhitungan Net Preset Value (NPV) menggunakan rumus :
∑(

)

Keterangan :
B = benefit
C = cost
i = discount rate
t = periode
Bila :
NPV>0 = investasi usaha perikanan karang tersebut layak sehingga menjadi
pertimbangan positif untuk pengembangannya.
NPV1= investasi usaha perikanan karang menguntungkan (NPV>0).
B/Cratio< = investasi usaha perikanan karang tersebut layak sehingga
menjadi pertimbangan positif untuk pengembangannya.
B/Cratio≤1= investasi usaha perikanan karang tersebut tidak layak
dilaksanakan, sehingga menjadi pertimbangan negatif bagi
dukungan lembaga keuangan.
c. Analisis internal rate of return (IRR)
Internal Rate of Return (IRR) merupakan suku bunga maksimal untuk
sampai kepada NPV=0, jadi dalam keadaan batas untung rugi. Bila setiap manfaat
yang diwujudkan secara otomatis ditanam kembali pada tahun berikutnya dan
mendapatkan tingkat keuntungan yang sama dan diberi bunga selama sisa umur
usaha perikanan karang tersebut (Kasmir & Jakfar, 2009). Perhitungan Internal
Rate of Return (IRR) menggunakan rumus :
IRR=
[
]
Keterangan :
i1 = interest rate yang menghasilkan NPV positif
i2 = interest rate yang menghasilkan NPV negatif
NPV1 = NPV pada discount rate i1
NPV2 = NPV pada discount rate i2
Bila:
IRR > dari interest rate (suku bunga) yang berlaku.
IRR sama dengan interest rate yang berlakumaka NPV usaha perikanan
karang tersebut sama dengan 0 (nol). IRR < dari interest rate yang berlaku maka
nilai NPV lebih kecil dari 0, berarti usaha perikanan karang tersebut tidak layak
dilaksanakan dan ini menjadipertimbangan negative.
Beberapa asumsi yang digunakan dalam perkiraan cashflow usaha perikanan
karang di Kota Sabang adalah sebagai berikut:
1. Umur proyek selama 10 tahun
2. Menggunakan discount factor 12% mengacu pada Bank Indonesia
(2015) sesuai dengan tingkat bunga deposito 1 Tahun yaitu Bank
Indonesia
3. Penerimaan hanya berasal dari penjualan hasil tangkapan;
4. Umur ekonomis untuk biaya penyusutan diasumsikan untuk kapal 10
tahun,mesin 5 tahun dan usaha penangkapan 2 tahun; dan
5. Pada tahun pertama dalam cash flow di asumsikan bahwa pendapatan
dan biaya total untuk setiap kapalnya hanya berdasarkan dalam 1 bulan
ada 20 trip, dalam setahun hanya bisa 8 bulan yang aktif penangkapan
karena kapal yang digunakan para nelayan adalah kapal baru atau kapal
bekas yang pada awal pembelian dilakukan perawatan terlebih dahulu
atau dalam masa pembuatan kapal.

10
Analisis Pengembangan Perikanan Karang (SWOT)
Analisis SWOT digunakan untuk merumuskan strategi pengembangan
usaha penangkapan ikan karang yang mendukung dengan mengidentifikasi
fakator-faktor yang berpengaruh ada dua jenis faktor yaitu internal dan faktor
eksternal. Dan di analasis menggunakan matriks IFAS dan matriks EFAS untuk
melihat strategi-strategi yang dapat dikembangkan agar pengembangan perikanan
karang berjalan secara efektif
Tabel 3 Matriks faktor strategi internal
Faktor-faktor
Strategis
Internal
Kekuatan
(StreghtsS)
Peluang 1
Peluang 2
Jumlah S
Kelemahan
(Weaknesess/W)
Ancaman 1
Ancaman 2
Jumlah W
Total

Bobot

Rating

Bobot kekuatan 1
Bobot kekuatan 2

Rating kekuatan 1
Ratingkekuatan 2

A

Skor
Pembobota
n (Bobot x
Rating)

B

Bobot kelemahan1
bobot kelemahan 2

Ratingkelemahan 1
Ratingkelemahan 2

C
(A+C) = 1

D
(B+D)

Tabel 4Matrik faktor strategi eksternal
Faktor-faktor
Strategis
Eksternal

Bobot

Peluang
(Opportunities/O)
Bobot peluang 1
Peluang 1
Bobot peluang 2
Peluang 2
Jumlah O
A
Ancaman
(Threats/T) :
Bobot ancaman 1
Ancaman 1
Bobot ancaman 2
Ancaman 2
Jumlah T
C
Total
(A+C) = 1
Sumber : Rangkuti, 2008

Rating

Skor
Pembobotan
(Bobot x Rating)

Rating peluang 1
Rating peluang 2
B
Rating ancaman 1
Rating ancaman 2
D
(B+D)

11
Konsep Operasional
Ikan karangadalah salah satu jenis ikan bernilai ekonomis baik di pasaran
lokal maupun internasional yang hidup di laut dan biasa dibudidayakan
dalam Keramba Jaring Apung (KJA) misalnya kerapu macan
(Ephinephelus
fuscoguttatus)
dan
kerapu
lumpur/tikus
(Cromileptesaltivelis)
2. Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan perusahan dalam kaitannya
dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut, serta prioritas
alokasi sumber daya
3. Pengembangan usaha adalah gambaran masa depan tentang usaha
agribisnis ikan kerapu
4. Analisis SWOT adalah Analisis lingkungan ekstrenal dan internal yang
berpengaruh pada pengembangan usaha budidaya ikan kerapu.
5. Faktor Internal adalah Faktor dari dalam kelompok usaha yang mencakup
kekuatan dan kelemahan yang dimiliki kelompok usaha tersebut.
6. Faktor Ekstrenal adalah Faktor dari lingkungan di luar kelompok usaha
baik lingkungan makro (kebudayaan, pendidikan, sosiologi, demografi,
ekonomi, politik, hukum, SDA, pemerintah, dan tekhnologi) Maupun
lingkungan mikro yaitu konsumen, pesaing, pemasok, lembaga keuangan,
dan saluran distribusi.
7. Kekuatan adalah kompetensi khusus yang terdapat dalam organisasi yang
berakibat pada pemilikan keunggulan dan kemampuan dalam
pengembangan produk oleh unit usaha di pasaran.
8. Kelemahan adalah keterbatasan (kekurangan) dalam hal sumber,
keterampilan dan kemampuan menjadi penghalang kinerja yang dapat
menjadi penyebab terjadinya kerugian.
9. Peluang adalah perubahan yang dapat dilihat sebelumnya untuk waktu
dekat, dimasa mendatang yang akan memberikan keuntungan bagi
kegiatan usaha.
10. Ancaman adalah gejal-gejala yang merupakan dampak negatif atas
keberhasilan usaha, namun umumnya berada di luar kendali usaha.
1.

Tabel 5Analisis SWOT
Eksternal
Peluang (O)
Internal
Kekuatan (S)
Kelemahan (W)

Strategi SO
(kekuatan-peluang)
Strategi WO
(kelemahan-peluang)

Ancaman (T)
Strategi ST
(kekuatan-ancaman)
Strategi WT
(kelemahan-ancaman)

12

3 HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Skoring
Analisis skoring dilakukan terhadap aspek teknik, aspek lingkungan dan
aspek sosial ekonomi. Analisis skoring diperlukan untuk mendapatkan urutan
perioritas alat penangkapan yang terbaik.
Penilaian Aspek Teknik
Penilaian aspek teknik ini mendukung pemilihan usaha penangkapan yang
tepat menggunakan pertimbangan-pertimbangan teknis yang berpengaruh, seperti
ukuran alat tangkap, kontinyuitas produksi, kelengkapan peralatan, kapasitas
palka, kapasitas muat es, penyerapan jumlah ABK, kapasitas mesin penggerak,
ukuran armada. Analisis teknik ini sangat berkaitan dengan
kelayakan
pengoperasian usaha penangkapan ikan karang apakah termasuk efektif atau tidak
bila dioperasikan. Tabel 6 menyajikan hasil penilaian aspek teknis usaha
penangkapan ikan karang di Kota Sabang.

Tabel 6 Penilaian aspek teknik
Usaha
Penangkapan X1

X2

X3

X4

X5

X6

X7

X8

Pancing

29

2,1

2,6

32,5

2,1

2,0

27,5

2,7

Tondak

1,4

1,7

2,3

25

1,3

1,5

23,5

2,5

Bubu

1,8

1,9

2,4

31,5

1,7

1,7

26,5

2,6

Keterangan:
X1 = Ukuran alat tangkap
X2 = Kontinyuitas produksi
X3 = Kelengkapan peralatan produksi
X4 = Ukuran palka
X5 = Kapasitas es
X6 = Jumlah ABK
X7 = Kekuatan mesin (PK)
X8 = Ukuran kapal (GT)
Hasil standarisasi dari penilaian aspek teknik tersebut disajikan pada
Tabel7.
Tabel 7Standarisasi penilaian aspek teknik
Usaha
Penangkapan
Pancing
Tondak
Bubu

V1
1,000
0,000
0,014

V2
0,571
0,000
0,286

V3
1,000
0,727
0,818

V4
0,224
0,000
0,765

V5
0,533
0,000
0,267

V6
0,313
0,000
0,125

V7
1,000
0,836
0,959

V8
0,556
0,000
0,333

Keterangan :
V1,V2, V3, V4, V5, V6, V7, V8 = Fungsi nilai dari X1, X2, X3, X4, X5, X6, X7, X8

VA
UP
5,197 1
1,563 3
3,567 2

13
Pancing merupakan usaha penangkapanyang paling unggul dari aspek
teknik dalam mendukung pengembangan perikanan karang di Kota Sabang. Pada
kriteria ukuran alat tangkap, kelengkapan peralatan produksi serta kekuatan mesin
(PK) menghasilkannilai yang tinggi sebesar 1,000 sehingga nilai VA dari pancing
( VA= 5,197). Operasi penangkapan ikan mudah dilaksanakan, organisasi usaha
kecil dimana dengan modal sedikit usaha sudah dapat berjalan, syarat daerah
penangkapan ikan relatif sedikit dan dapat dipilih dengan mudah, ikan yang
tertangkap seekor demi seekor sehingga kesegarannya terjamin (Katimpali 2012).
Pancing merupakan usaha penangkapan yang memiliki nilai tertinggi dari
aspek teknis karena usaha penangkapan ini memiliki range kedalaman operasi
penangkapan yang cukup dalam dan dapat dioperasikan lebih lama dibandingkan
dengan usaha penangkapan lain (Hergiyatno2013). Bubu merupakan usaha
penangkapan unggulan kedua dari aspek teknik dikarenakan pada setiap kriteria
yaitu ukuran alat tangkap,kontinguitas produksi, kelengkapan alat produksiukuran
palka, kapasitas es, jumlah ABK, dan ukuran kapal(GT) menghasilkan nilai yang
tinggi jika dibandingkan dengan usaha penangkapan tondak sehingga nila VA
dari bubu adalah (VA=3,567), dan pada alat tangkap unggulan ketigaadalah usaha
penangkapan tondak (VA=1,563).
Penilaian Aspek Lingkungan
Penilaian aspek lingkungan usaha penangkapan perikanan karang di Kota
Sabang menggunakan beberapa kriteria yaitu mempunyai selektivitas yang tinggi,
tidak merusak habitat, by-catch rendah, dampak ke biodiversity rendah, dan tidak
membahayakan ikan-ikan yang dilindungi. Nilai yang dimasukkan pada tiap
kriteria merupakan nilai rata-rata dari hasil penilaian responden. Penilaian aspek
lingkungan ini penting untuk menyeleksi sifat ramah lingkungan dari alat tangkap
perikanan karang.
Tabel 8 Penilaian aspek lingkungan
Usaha
Penangkapan
Pancing
Tondak
Bubu

X1
3,4
2,8
2,7

X2
3,2
2,6
3,2

X3
3,7
3
2,7

X4
3,5
2,7
3,3

X5
3,8
3,5
3,3

X6
1,3
1,2
1,2

X7
3,8
2,4
2,6

X8
3,7
3,8
3

Keterangan :
X1 = Selektivitas yang tinggi
X2 = Keramahan terhadap lingkungan
X3 = Kualitas hasil tangkapan
X4 = Keamanan bagi nelayan
X5 = Keamanan produk bagi konsumen
X6 = By catch rendah
X7 = Dampak pada biodiversty
X8 = Keamanan bagi ikan-ikan yang dilindungi
Hasil standarisasi dari penilaian aspek lingkungan tersebut disajikan pada Tabel 9.

14
Tabel 9 Standarisasi aspek lingkungan
Usaha
Penangkapan V1
Pancing
1,000
Tondak
0,400
Bubu
0,300

V2
V3
V4
V5
V6
V7
V8
VA UP
1,000 1,000 0,170 1,000 0,043 1,000 0,929 6,142 1
0,455 0,300 0,000 0,400 0,000 0,364 1,000 2,918 2
1,000 0,000 0,128 0,000 0,000 0,455 0,429 2,311 3

Keterangan :
V1, V2, V3,V4, V5, V6, V7, V8 = fungsi nilai dari X1, X2, X3, X4, X5, X6, X7,
X8
Pancing merupakan usaha penagkapan yanng paling unggul untukaspek
lingkungan dalam mendukung pengembangan perikanan karang di Kota Sabang.
Pancing mempunyai selektivitas tinggi, keramahan terhadap habitat ikan , kualitas
hasil tangkapan, keamananproduk
bagikonsumen,dampak biodiversity
menghailkan nilai tinggi sebesar 1,000 dan nilai VA dari pancing (6,142). Usaha
penangkapan unggul yang kedua pada aspek lingkungan yaitu tondak di
karenakan pada kriteria keamanan ikan-ikan yang dilindungi menghasilkan nilai
yang tinggi sebesar 1,000 sehingga nilai VA dari Tondak (2,918). Usaha
penangkapan unggul ketiga bubu menghasilkan nilai VA sebesar (2,311).Arimoto
(1999), teknologi penangkapan ikan ramah lingkungan adalah suatu alat tangkap
yang tidak memberikan dampak lingkungan, tidak merusak dasar perairan
(benthic disturbance). Kemungkinan hilangnya alat tangkap kecil, serta
kontribusinya terhadap polusi rendah. karena tingkat selektivitas dan ramah
lingkungan yang tinggi pada alat tangkap tersebut dan nilai investasinya juga
realtif rendah atau terjangkau oleh kebanyakan masyarkat nelayan setempat,
sehingga lebih diminati untuk dijadikan usaha (Akmaluddin2014). Namun
kerusakan yang diakibatkan oleh aktivitas manusia jauh lebih besar dampaknya
dibandingkan kerusakan yang terjadi secara alamiah (Pet-Soede et al 2001)
Penilaian Aspek Sosial Ekonomi
Penilaian aspek sosial ekonomi usaha penangkapan perikanan karang di
Kota Sabang ini dilakukan dengan menganalisis berbagai kriteria terkait, seperti
kriteria jumlah hasil tangkapan,tingkat keuntungan, tingkat investasi, kemandirian
dalam pembuatan dan perawatan, daya beli rumah tangga nelayan, pemulihan
kesehatan nelayan, memenuhi peraturan hukumdan perundang-undangan yang
berlaku. Peningkatan upaya penangkapan akan diikuti oleh peningkatan produksi
hasil penangkapan ikan karang dan sekaligus akan meningkatkan penerimaan
usaha sampai mencapai titik keseimbangan secara ekonomi. Di sisi lain upaya
penangkapan akan meningkat seiring dengan meningkatnya produksi hasil
penangkapan,serta
semakin
jauhnya
daerah
penangkapan
ikan
(Syamsuddin2008).Analisis terhadap kriteria tersebut diperlukan untuk
menyeleksi keunggulan alat tangkap yang digunakan menangkap perikanan
karang dalam operasinya, sehingga dapat menjamin kehidupan dan
keberlangsungan sosial ekonomi nelayan di Kota Sabang.

15
Tabel 10 Penilaian aspek sosial ekonomi
Usaha
Penangkapan
Pancing
Tondak
Bubu

X1
13
7
17,5

X2
2,6
2,6
3,3

X3
2,9
3,7
3,5

X4
2,8
2,6
3,3

X5
2,9
3,2
2,6

X6
3
3,4
2,7

X7
34
2,8
3,3

Keterangan :
X1 = Jumlah hasil tangkapan
X2 = Tingkat keuntungan
X3 = Tingkat Investasi
X4 = Kemandirian dalam pembuatan dan perawatan
X5 = daya beli rumah tangga nelayan
X6 = Pemulihan kesehatan nelayan
X7 = Memenuhi peraturan hukum dan perundang-undangan yang berlaku
Hasil standarisasi dari penilaian aspek sosial ekonomi tersebut disajikan
pada Tabel 11.
Tabel 11Standarisasi penilaian aspek sosial ekonomi
Usaha
Penangkapan V1
V2
V3
V4
V5
V6
V7
VA
Pancing
0,273 0,000 0,000 0,182 0,300 0,300 1,000 2,055
Tondak
0,000 0,000 1,000 0,000 0,600 0,700 0,034 2,334
Bubu
0,477 0,875 0,750 0,636 0,000 0,000 0,050 2,788

Keterangan :
V1, V2, V3, V4, V5, V6, V7 = Fungsi nilai dari X1, X2, X3, X4, X5, X6, X7
Pancing merupakan usaha penangkapan yang paling unggul dari aspek
sosial ekonomi dalam mendukung pengembangan perikanan karang di Kota
Sabang. Pancing mempunyai nilai yang baik pada kriteria memenuhi peraturan
hukum dan perundang-undangan yang berlaku berjumlah nilai 1,00 tetapi pada
kriteria yang lainnya menghasilkan nilai diatas 0.000 pada kriteria jumlah hasil
tangkapan, tingkat keuntungan, tingkat investasi, kemandirian dalam pembuatan
dan perawatan, daya beli rumah tangga nelayan, pemulihan kesehatan nelayan
sehingga nilai VA pada pancing (VA=2,055). Usaha penangkapan urutan unggul
kedua dan ketiga, yang unggul dari aspek ekonomi berturut-turut adalah bubu dan
(VA=2,788) tondak (VA=2,334). Berdasarkan pertimbangan semua aspek
pengembangan, maka nilai yang didapatkan setiap usaha penangkapan untuk
setiap aspek perlu digabungankan. Bagian berikut akan menyajikan hasil analisis
terkait penilaian gabungan semua aspek tersebut.
Gabungan Aspek Teknik, Lingkungan dan Sosial Ekonomi
Hasil penilaian gabungan ini menjadi dasar dalam pemilihan usaha
penangkapan yang dikembangkan untuk mendukung pengembangan perikanan
karang di Kota Sabang.Alat tangkap pilihan diharapkan dapat menjamin
kelangsungan pemanfaatan potensi perikanan karang serta
kelestarian
sumberdaya perikanan karang tersebut hingga masa yang akan datang sebagai

16
bagian dari ekosistem perairan Indonesia. Selama ini potensi perikanan tersebut
dan alat tangkap yang ada telah menjadi bagian dari kehidupan nelayan dan
masyarakat Kota Sabang. Pemilihan alat tangkap yang terandalkan dari aspek
teknik, lingkungan dan sosial ekonomi yang akan diterapkan pada nelayan
perikanan karang.
Tabel 12 Gabungan aspek teknik, lingkungan dan sosial ekonomi
Usaha
Penangkapan
Pancing
Tondak
Bubu

X1
5,197
1,563
3,567

X2
6,142
2,918
2,311

X3
2,055
2,334
2,788

Keterangan :
X1 = Aspek teknik
X2 = Aspek lingkungan
X3 = Aspek sosial ekonomi
Gabungan penilaian tersebut memberi ilustrasi kelebihan dan kekurangan
suatu alat tangkap dibandingkan dengan alat tangkap lainnya dalam mendukung
perikanan karang di Kota Sabang.
Tabel 13 Standarisasi hasil penilaian gabungan aspek teknik, lingkungan dan
sosial ekonomi
Usaha
Penangkapan VA1
VA2
VA3
VA gab Prioritas
Pancing
1,000
1,000
0,000
2,000
1
Tondak
0,000
0,158
0,078
0,237
3
Bubu
0,551
0,000
0,205
0,757
2

Keterangan :
V1, V2, V3 = Fungsi nilai dari X1 = Aspek teknik, X2= Aspek lingkungan dan
X3= Aspek sosial ekonomi
Berdasarkan Tabel 13 pancing merupakan usaha penangkapan yang paling
unggul (prioritas 1) dari gabungan penilaian aspek teknik, lingkungan dan sosial
ekonomi untuk dikembangkan di Kota Sabang. Hal ini ditunjukan oleh fungsi
nilai gabungan (VA gab=2,000) dari gabungan penilaian aspek teknik, lingkungan,
dan sosial ekonomi. Pancing merupakan alat tangkap digunakan oleh nelayan di
Kota Sabang untuk menangkap ikan karang. Bubu merupakan usaha penangkapan
unggulan kedua dari gabungan penilaian aspek teknik, lingkungan, dan sosial
ekonomi untuk dikembangkan di Kota Sabang (VA gab= 0,757), alat tangkap ini
dapat menjadi alternatif pilihan bila nelayan tidak tertarik menggunakan alat
tangkap pancing. Tondak merupakan usaha penangkapan unggulan ketiga dari
gabungan penilaian aspek teknik, lingkungani, dan sosial ekonomi untuk
dikembangkan di Kota (VA gab=0,237).
Jika dilihat dari efektivitas usaha penangkapan dominan tersebut, masih
perlu adanya pengembangan teknologi di bidang selektivitas, dimana beberapa
jenis ikan tertangkap oleh usaha penangkapan yang sama, ukuran dari jenis ikan
tidak terseleksi berdasarkan usaha penangkapan. Sehingga, jika tidak adanya

17
pengembangan teknologi penangkapan, maka dikhawatirkan akan terjadinya
degradasi sumberdaya ikan yang signifikan ( Septifitri 2010).
Analisis Finansial
Analisis finansial perlu dilakukan untuk mengetahui kelayakan
pengusahaan usaha perikanan karang yang dinyatakan unggul dari aspek
teknik,lingkungan dan sosial ekonomi terutama dalam memberi manfaat finansial
yang layak bagi nelayan dan pelaku perikanan lainnya di lokasi. Hasil analisis
kelayakan secara finansial ini juga memberi informasi tentang prospek investasi
yang dilakukan pada usaha perikanan karang tersebut, sehingga keputusan bisnis
yang diambil lebih baik dalam mendukung pengembangan usaha perikanan
karang dalam jangka panjang di Kota Sabang. Sedangkan usaha perikanan karang
yang terpilih sebagai unggulan berdasarkan hasil analisis sebelumnya adalah
pancing. Hasil analisis kelayakan usaha pancing ini akan diuraikan secara detail
mulai dari kebutuhan biaya investasi, kebutuhan biaya operasional, penerimaan
usaha, kelayakan dari nilai NPV, kelayakan dari nilai IRR, dan kelayakan dari
nilai B/C ratio.
Biaya Investasi Usaha Pancing
Untuk mendukung pemanfaatan potensi perikanan karang yang
berkelanjutan di Kota Sabang, usaha perikanan tangkap yang dikembangkan harus
didukung dengan biaya investasi yang memadai. Pancing umumnya
dikembangkan dalam skala menengah ke bawah di lokasi. Hal ini disamping
karena nelayan hanya melakukan aktivitasnya sendiri. Oleh karena itu, dibutuhkan
biaya investasi yang cukup.
Usaha penangkapan dengan alat tangkap dari jenis pancing, kapal dan alat
tangkap masing-masing dibutuhkan satu unit tangkap tersebut. Alat pendukung
penangkapan hanya cooler box Peralatan pendukung tersebut juga disiapkan
bersamaan dengan pengadaan kapal dan alat tangkap.

Tabel 14 Biaya investasi usaha pancing
Alat
Kapal (3-5 GT)
Mesin (23-32 PK)
Alat Tangkap (No. 8-10)
cooler box (50x30 cm)
Total

Nilai (Rp)

110.000.000
40.000.000
3.000.000
2.500.000
155.500.000

Tabel 14 menunjukkan bahwa biaya investasi yang dibutuhkan untuk usaha
penangkapan ikan menggunakan pancing adalah Rp 3.000.000. Biaya digunakan
untuk pengadaan cooler box Rp. 2.500.000. Ukuran kapal yang digunakan tidak
terlalu besar, karena hanya membawa satu ABK membawa alat tangkap pancing
berukuran kecil, menjamin keselamatan untuk perjalanan jauh dalam proses
penangkapan ikan untuk operasi alat tangkapnya.

18
Biaya Operasional Usaha Pancing
Secara umum, usaha perikanan karang di Kota Sabang biasanya
membutuhkan biaya operasional yang tidak terlalu besar karena dilakukan dalam
skala kecil dan operasinya tidak melibatkan banyak orang. Biaya operasional
harus tersedia setiap trip saat nelayan melakukan kegiatan penangkapan ikan. Di
Kota Sabang, operasi penangkapan ikan menggunakan pancing ini dapat
dilakukan sepanjang tahun baik pada musim puncak, biasa, maupun musim
pacekelik.
Setiap jenis usaha penangkapan mempunyai jumlah trip tersendiri untuk
beroperasi secara normal setiap tahunnya, dan hal ini sangat dipengaruhi oleh
jumlah hari dibutuhkan untuk setiap tripnya. Jumlah hari rata-rata yang
dibutuhkan untuk setiap trip operasi penangkapan ikan menggunakan pancing. ada
musim puncak, kegiatan penangkapan dapat dilakukan lebih sering, sehingga trip
penangkapan pada musim ini bisa lebih banyak, sedangkan pada musim paceklik
hasil tangkapan sedikit sehingga nelayan jarang berangkat melaut (trip
penangkapan sedikit).Setiap trip operasi tersebut membutuhkan biaya untuk
pengadaan bahan kebutuhan operasi penangkapan yang terdiri dari solar atau
bensin sebagai bahan bakar, umpan, oli, es, air bersih, dan perbekalan.
Tabel 15 Biaya operasional pancing
Biaya Operasional
(Rp/Tahun)
7.058.000
25.025.000

Bahan
Oli
Solar

Volume
47,05 liter
2950 liter

Harga
150.000
9500

Es

224 Balok

5.000

1.120.000

Air bersih
Umpan
(ikan)

160 Jerigen

10.000

1.600.000

160 Kg

42.000

6.720.000

38.000

6.080.000
50.603.200

Perbekalan
Total

Tabel 15 menunjukkan solar termasuk biaya operasi paling besar dari
pancing yaitu mencapai Rp 25.025.000 per tahun. Kebutuhan solar tersebut
termasuk banyak karena daerah penangkapan yang jauh.Olidigunakan untuk
mendukung operasi kapal ke/dari lokasi daerah penangkapan (fishing ground)
yang kebutuhannya bervariasi setiap usaha perikanan karang. Kebutuhan biaya
operasional untuk oli bagi usaha pancing adalah Rp 7.058.000 per tahun.Oli ini
menjadi pelumas mesin yang intensif digunakan dalam operasi penangkapan
ikan.Penggunaan air bersih, es dan perbekalan dalam operasi penangkapan
menggunakan pancing termasuk besar mengingat waktu operasi yang
membutuhkan waktu berjam-jam.
Penerimaan Usaha Pancing
Penerimaan yang diperoleh nelayan dari operasi penangkapan ikan
karangmenggunakan pancing dapat dihitung dari hasil tangkapan yang diperoleh

19
setiap trip operasi penangkapan. Jenis karang
penangkapan tersebut di Kota Sabang sama.

yang ditangkap oleh usaha

Tabel 16 Penerimaan usaha perikanan karang di Kota Sabang
Nama Ikan
Kerapu (Epinephelus

Volume
(kg)
Harga

Penerimaan
(Rp/Tahun)

spp)

832

75.000

62.400.000

Mata Merah (L.
campechanus)
Layur
Kakap
Total

288
352
224
1696

60.000
16.000
50.000
201.000

17.280.000
5.632.000
11.200.000
96.512.000

Tabel 16 menunjukkan total penerimaan yang termasuk tinggi didapatkan
oleh usaha perikanan pancing pada ikan kerapu sebesar Rp 62.400.000 per tahun
ikan merah mata , Rp 17.280.000 per tahun, pada ikan layur Rp 5.632.000 per
tahun. Dan pada ikan kakap sebesar Rp 11.200.000 per tahun.
Analisis Kelayakan Finansial
Analisis kelayakan usaha berdasarkan parameter finansial merupakan
analisis penting mengetahui layak tidaknya suatu usaha perikanan karang untuk
dikembangkan terus sebagai penopang kehidupan masyarakat pesisir dan ekonomi
daerah di Kota Sabang. Analisis kelayakan usaha juga penting untuk mengetahui
posisi usaha perikanan pancing bila akan diusahakan sebagai usaha unggulan di
lokasi.
Untuk memastikan hal ini dan kemungkinan pengembangan yang lebih
baik ke depan, analisis kelayakan usaha perikanan tersebut berdasarkan
kriteria/parameter finansial standar dianggap perlu dilakukan. Parameter finansial
yang dianalisis terkait kelayakan pancing adalah Net Present Value (NPV),
Imbangan Pe