PELAKSANAAN PERIZINAN USAHA WISATA YANG DIKELOLA OLEH SWASTA DI KOTA SABANG

(1)

SKRIPSI

Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Ilmu Hukum

Nama : Fadhil Ramadhan NIM : 20120610075

Program Studi : Ilmu Hukum

Bagian : Hukum Administrasi Negara

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(2)

SKRIPSI

Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Ilmu Hukum

Nama : Fadhil Ramadhan NIM : 20120610075

Program Studi : Ilmu Hukum

Bagian : Hukum Administrasi Negara

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(3)

Saya yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : Fadhil Ramadhan NIM : 20120610075

Judul Skripsi : PELAKSANAAN PERIZINAN USAHA WISATA YANG DIKELOLA OLEH SWASTA DI KOTA SABANG

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa penulisan skripsi ini berdasarkan hasil penelitian, pemikiran dan pemaparan asli dari saya sendiri. Jika terdapat karya orang lain, maka saya akan mencantumkan sumber yang jelas.

Apabila dikemudian hari ternyata terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik yang berlaku di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya, tanpa ada paksaan dari pihak manapun.

Yogyakarta, 26 Agustus 2016

Penulis

Fadhil Ramadhan 20120610075


(4)

1. Ayah dan Ibu tercinta, Saiful Ahmad dan Ratnayati yang selalu memberi dukungan, semangat dan mendoakan saya selama menempuh kuliah di perguruan tinggi.

2. Kedua abang saya, Herry Andrisa dan Ikram Reza, serta adik perempuan saya Annisa Nazariani.


(5)

menyedihkan hidupnya

Dan kamu hanya bisa melakukan satu hal mulia,

Jangan menjadi salah satu dari mereka “

(Penulis)

“ Barang siapa mati ketika sedang mengembangkan ilmu untuk menghidupkan islam,

Maka di Surga ia sederajat dibawah para Nabi “


(6)

menyelesaikan skripsi dengan judul “PELAKSANAAN PERIZINAN USAHA WISATA YANG DIKELOLA OLEH SWASTA DI KOTA SABANG”. Sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, skripsi ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Trisno Raharjo, S.H., M.Hum. selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Bapak Dr. Leli Joko Suryono S.H., M.Hum. selaku Ketua Prodi Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

3. Bapak Sunarno, S.H., M.Hum dan Bapak Beni Hidayat, S.H., M.Hum selaku Dosen Pembimbing yang telah dengan penuh kesabaran memberikan bimbingan dan arahan serta memberikan waktu, tenaga dan pikirannya dalam membimbing saya dalam menyusun skripsi ini.

4. Bapak Bagus Sarnawa, S.H., M.Hum selaku Ketua Majelis ujian skripsi. 5. Bapak Andy Indra Rinaldi. S.Kom selaku kepala seksi pelayanan

perizinan Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu (KPPTSP) Kota Sabang yang telah meluangkan waktu untuk wawancara dan memberikan ilmunya sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.


(7)

7. Ibu Hayatun, Pak bid, Bang Manyak, Bang Dafa, Bang Putra selaku responden dalam penelitian ini yang telah meluangkan waktu untuk wawancara sehinggu penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.

8. Bapak dan Ibu Dosen yang telah memberikan ilmu yang sangat berharga selama saya belajar di Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

9. Untuk Keluargaku tercinta yang selalu memberi semangat dan dukungan. 10. Untuk teman-teman yang telah memberi banyak bantuan selama saya

belajar di Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 11.Seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi

ini.

Semoga amal baik yang telah dilakukan oleh semua pihak di atas mendapatkan pahala dari Allah SWT. Penulis berharap semoga hasil penelitian ini bisa bermanfaat bagi semua pihak.

Yogyakarta, 26 Agustus 2016 Penulis,


(8)

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

HALAMAN MOTO ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

ABSTRAK ... xiv

BAB I: PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II: TINJAUAN UMUM TENTANG PERIZINAN DAN USAHA PARIWISATA ... 6

A. Perizinan ... 6

1. Definisi Perizinan ... 6

2. Unsur-unsur Perizinan ... 7

3. Fungsi dan Tujuan Perizinan ... 12

4. Bentuk dan Isi Izin ... 14


(9)

2. Manfaat Pariwisata ... 20

3. Tujuan Pariwisata ... 22

4. Syarat-syarat Pariwisata ... 23

5. Karakteristik Pariwisata ... 26

6. Pengertian Usaha Pariwisata ... 27

7. Jenis-jenis Usaha Pariwisata ... 28

BAB III: METODE PENELITIAN ... 37

A. Tipe Penelitian... 37

B. Jenis Data dan Bahan Hukum ... 37

C. Lokasi Penelitian ... 38

D. Metode Pengumpulan Data ... 38

E. Narasumber dan Responden ... 39

F. Teknik Pengambilan Sampel ... 39

G. Teknik Analisis Data ... 39

BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 40

A. Gambaran Umum Kota Sabang ... 40

1. Kondisi Geografis ... 40

2. Sejarah Kota Sabang ... 42

3. Kegiatan Pariwisata Kota Sabang ... 47

B. Pelaksanaan Perizinan Usaha Wisata yang Dikelola Oleh Swasta di Kota Sabang... 49

C. Faktor-faktor Yang Menghambat Pelaksanaan Perizinan Usaha Wisata di Kota Sabang ... 72


(10)

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(11)

(12)

(13)

(14)

akan mendirikan suatu usaha wisata. Usaha wisata tersebut harus memenuhi syarat-syarat dan ketentuan mengenai peirizinan usaha pariwisata sebagaimana yang telah tercantum dalam bidang kepariwisataan sesuai dengan Undang Undang tersebut. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan perizinan dan faktor apa saja yang menghambat pelaksanaan perizinan usaha wisata yang dikelola oleh swasta di Kota Sabang. Penelitian dilaksanakan di Kota Sabang, Provinsi Aceh. Teknik analisis data dalam penelitian bersifat deskriptif kualitatif dengan Jenis dan Sumber data yang digunakan berupa data primer dan data sekunder, teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik random sampling artinya setiap sampel dalam populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel penelitian. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara kepada narasumber dan responden. Narasumber dalam penelitian ini adalah Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Sabang dan Dinas Kebudayaan & Pariwisata Kota Sabang. Responden dalam penelitian ini adalah para pelaku usaha wisata di Kota Sabang. Tipe penelitian hukum ini menggunakan penelitian hukum empiris. Hasil penelitian disimpulkan bahwa: 1) pelaksanaan perizinan usaha wisata yang dikelola oleh swasta di Kota Sabang telah berjalan standar aturan yang ditetapkan oleh pemerintah sesuai dengan Undang-undang No.10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan dan Qanun Aceh No.8 Tahun 2013 Tentang Kepariwisataan. 2) Faktor-faktor yang menjadi penghambat pelaksanaan perizinan usaha wisata yang dikelola oleh swasta di Kota Sabang yaitu birokrasi pemerintah, sarana dan prasarana pendukung, dana yang harus dikeluarkan, sumber daya manusia, pelayanan perizinan.

Kata Kunci: Pelaksanaan Perizinan, Pelaku Usaha Wisata, KPPTSP, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata.


(15)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Indonesia mempunyai potensi wilayah yang sangat luas dengan adanya daya tarik tempat wisata yang cukup besar, mulai dari aneka warisan sejarah budaya hingga keindahan alam yang dapat kita temui di Indonesia. Usaha untuk mengembangkan suatu daerah tujuan wisata demi memanfaatkan keindahan alamnya harus memperhatikan berbagai faktor yang dapat berpengaruh terhadap keberadaan suatu daerah tempat tujuan wisata itu sendiri.

Kegiatan pariwisata saat ini telah menjadi kebutuhan bagi masyarakat modern seiring dengan meningkatnya tuntutan aktivitas manusia yang semakin padat, mendorong masyarakat modern untuk mencoba keluar dari rutinitasnya dengan harapan mendapatkan suasana baru yang berbeda dari kehidupan biasanya sebagai pelepas penat atau sekedar hiburan dari aktivitas yang kian padat, bahkan berwisata sekarang telah menjadi bagian dari Hak Asasi Manusia.

Wisata adalah kegiatan seseorang yang bepergian ke atau tinggal di suatu tempat di luar lingkungannya yang biasa dalam waktu tidak lebih dari satu tahun


(16)

secara terus menerus, untuk kesenangan, bisnis ataupun tujuan lainnya.1 Sedangkan pariwisata menurut UU No. 10 Tahun 2009 Pasal 1 adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah, dimana komponen utama dalam aktivitas pariwisata adalah daya tarik wisata meliputi keadaan alam, flora, fauna, serta hasil karya manusia.

Provinsi Aceh memiliki banyak daya tarik wisata alamnya, salah satunya terletak di daerah kota Sabang.2 sabang merupakan tempat yang saat ini begitu banyak dikunjungi terutama daya tarik wisata yang didalamnya terdapat banyak keindahan alam, hingga tahun 2015 pelaku usaha wisata sabang sudah melakukan upaya yang luar biasa dalam mengelola sumber daya pariwisata dan industri pariwisatanya. Baik dengan perbaikan tempat wisata pasca gempa dan tsunami Aceh, menggiatkan kegiatan rutin perbaikan tempat wisata yang ditujukan untuk membangkitkan kembali kunjungan wisata di tempat tersebut dan menjaga atmosfer kekayaan alam dan peninggalan sejarah yang dijadikan sebagai obyek wisata di kalangan masyarakatnya. Namun dalam perjalanannya menjadi salah satu icon visit indonesia 2015 di tataran global, Sabang tetap memerlukan sebuah perbaikan terus menerus demi menunjang tingkatan yang memiliki daya tarik dalam berbagai sektor pariwisatanya. Satu hal yang paling penting untuk diperhatikan dalam perbaikan terus-menerus sektor ini adalah keseriusan dari pelaku usaha yang

1

https://annisamuawanah.wordpress.com/2013/01/31/definisi-komponen-dan-sistem-pariwisata/, Diakses tanggal 20 September 2015.

2

http://lifestyle.liputan6.com/read/2219228/travellers-choice-awards-2015-waktunya-berwisata-ke-pulau, Diakses tanggal 23 September 2015


(17)

memerlukan aksi nyata yang dapat mempercepat laju perkembangan kepariwisataan Sabang. Langkah awal untuk membangun industri pariwisata Sabang yaitu dengan melahirkan icon daya tarik wisata yang nantinya akan menjadi sebuah identitas bagi industri pariwisata itu sendiri. Icon dibutuhkan untuk menentukan skala proritas pembangunan dan sebagai produk andalan dalam program-program pemasaran pariwisata.

Sesuai dengan Undang-Undang No.10 tahun 2009 tentang kepariwisataan maka dari itu, untuk menunjang pelaksanaan usaha wisata di kota sabang tersebut perlu adanya izin jika suatu usaha wisata telah memenuhi syarat-syarat ketentuan mengenai peirizinan usaha pariwisata sebagaimana yang telah tercantum dalam bidang kepariwisataan sesuai dengan Undang Undang tersebut. Contohnya dalam pelaksanaan izin usaha wisata bahari seperti snorkling dan diving yang terletak di gapang kota sabang. Usaha wisata ini bukan sembarang usaha wisata yang izinnya diberikan dengan mudah, namun ada beberapa tahapan sulit yang harus ditempuh. Di mulai dari kesepakatan Badan Investasi & Promosi Aceh dan pemerintah kota Sabang , izin lokasi, sampai dengan Qanun Aceh No. 8 Tahun 2013 tentang kepariwisataan. Disamping itu, usaha wisata snorkling dan diving ini memberikan fungsi terhadap masyarakat yang ingin mengunjunginya. Sebagai pelaku usaha wisata tersebut harus dapat memaparkan tujuan dan alasan mengapa snorkling dan diving ini dapat disebut sebagai tempat wisata. Salah satu contoh tujuannya yaitu untuk melihat keindahan alam di bawah laut


(18)

berupa terumbu karang yang masih alami serta disuguhkan dengan pemandangan laut lepas disekitarnya.

Aceh dengan predikat kota yang kaya dengan kekayaan alam, budaya, dan juga peninggalan sejarah yang juga disebut sebagai tujuan wisata, harus mengolah semuanya tersebut sedemikian rupa sehingga mampu memopong industri pariwisatanya. Sampai saat ini walaupun Aceh memiliki berbagai usaha wisata yang tersebar di berbagai kabupaten/kota terutama di kota sabang, perlu diketahui juga bagaimana pelaksanaan perizinan tersebut serta apa saja kendala-kendalanya yang harus dilakukan oleh pelaku usaha wisata di kota sabang.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pelaksanaan perizinan usaha wisata yang dikelola oleh swasta di Kota Sabang?

2. Faktor apa saja yang menghambat pelaksanaan perizinan usaha wisata yang dikelola oleh swasta di Kota Sabang ?


(19)

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pelaksanaan perizinan usaha wisata yang dikelola oleh swasta di Kota Sabang.

2. Untuk menemukan faktor-faktor yang menghambat pelaksanaan perizinan usaha wisata yang dikelola oleh swasta di Kota Sabang.

D. Manfaat penelitian 1. Manfaat praktis

Manfaat praktis bagi masyarakat adalah memberikan pengetahuan tentang pelaksanaan perizinan usaha wisata yang berada di kota sabang.

2. Manfaat teoritis

Untuk pengembangan ilmu pengetahuan dalam hukum perizinan dan memberikan tambahan bahan siapa yang akan mempelajari hal tersebut.


(20)

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG PERIZINAN DAN PARIWISATA A. Perizinan

1. Definisi Perizinan

Sulit untuk memberikan definisi izin. Hal ini dikemukakan oleh Sjachran Basah. Pendapat yang dikatakan Sjachran agaknya sama dengan yang berlaku di negeri Belanda, seperti dikemukakan van der Pot, Het is uiterst moelijk voor begrib vergunning een definitie te vinden (sangat sukar membuat definisi untuk menyatakan pengertian izin itu).3 Hal ini disebabkan oleh antara para pakar tidak terdapat persesuaian paham, masing-masing melihat dari sisi yang berlainan terhadap objek yang didefinisikannya. Sukar memberikan definisi bukan berarti tidak terdapat definisi, bahkan ditemukan sejumlah definisi yang beragam.

Utrecht memberikan pengertian vergunning (izin) sebagai berikut: Bilamana pembuat peraturan tidak umumnya melarang suatu perbuatan, tetapi masih juga memperkenankannya asal saja diadakan secara yang ditentukan untuk masing-masing hal konkret, maka perbuatan administrasi negara yang memperkenankan perbuatan tersebut bersifat suatu izin (vergunning).4

3

E. Utrecht, Pengantar dalam Hukum Indonesia, (Jakarta: Ichtiar 1957), hlm. 187 4

Adrian Sutedi, Hukum Perizinan Dalam Sektor Pelayanan Publik, Penerbit Sinar Grafika,2015, hlm 167.


(21)

Adapun pengertian perizinan adalah salah satu bentuk pelaksanaan fungsi pengaturan dan bersifat pengendalian yang dimiliki oleh pemerintah terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat. Perizinan dapat berbentuk pendaftaran, rekomendasi, sertifikasi, penentuan kuota dan izin untuk melakukan sesuatu usaha yang biasanya harus dimiliki atau diperoleh suatu organisasi perusahaan atau seseorang sebelum yang bersangkutan dapat melakukan suatu kegiatan atau tindakan.5

Perizinan secara umum adalah suatu persetujuan dar pengusaha berdasarkan Undang-Undang atau aturan Pemerintah, untuk dalam keadaan tertentu, serta mengatur hal-hal yang menyimpang dari ketentuan larangan perundangan. Pengertian diatas merupakan arti izin dalam arti sempit. Sehingga dalam kalimat tersebut dapat dipahami bahwa suatu pihak tidak dapat melakukan sesuatu kecuali diizinkan oleh pihak pemberi izin.6

2. Unsur-unsur perizinan

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa izin adalah perbuatan pemerintah satu berdasarkan peraturan-perundang-undangan untuk diterapkan pada peristiwa konkret menurut prosedur dan persyaratan tertentu. Dari pengertian ini ada beberapa unsur dalam perizinan yaitu:

5

Ibid, hlm 168. 6


(22)

a. Instrumen yuridis

Dalam negara hukum modern, tugas kewenangan pemerintah tidak hanya sekadar menjaga ketertiban dan keamanan (rust en orde), tetapi juga mengupayakan kesejahteraan umum (bestuurszorg). Dalam rangka melaksanakan tugas ini kepada pemerintah diberikan wewenang dalam bidang pengaturan, yang dari fungsi pengaturan ini muncul beberapa instrumen yuridis untuk menghadapi peristiwa individual dan konkret yaitu dalam bentuk keputusan. Berkaitan dengan tugas negara, terdapat perbedaan antara tugas dari negara hukum klasik dan tugas negara hukum modern terutama dalam melaksanakan tugasnya, perbedaan tersebut adalah sebagai berikut:

1) Negara Hukum Klasik

Tugas dan kewenangan pemerintah untuk menjaga ketertiban dan keamanan merupakan tugas negara hukum klasik.

2) Negara Hukum Modern

Tugas dan kewenangan pemerintah dalam negara hukum modern tidak hanya sekedar menjaga ketertiban dan keamanan tetapi juga mengupayakan kesejahteraan umum.7

7


(23)

b. Peraturan perundang-undangan

Salah satu prinsip negara hukum adalah wetmatigheid van bestur atau pemerintahan berdasarkan peraturan perundang-undangan. Dengan kata lain, setiap tindakan hukum pemerintah baik dalam menjalankan fungsi pengaturan maupun fungsi pelayanan harus didasarkan pada wewenang yang diberikan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pelaksanaan dan penegakan hukum positif memerlukan wewenang, karena wewenang dapat melahirkan suatu instrumen yuridis. Namun yang perlu diperhatikan oleh pemerintah adalah izin yang diterbitkan harus berdasarkan wewenang yang diperoleh dari peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Kewenangan pemerintah dalam menerbitkan izin bersifat kewenangan bebas, artinya pemerintah diberi kewenangan memberi pertimbangan atas dasar inisiatif sendiri. Pertimbangan tersebut didasarkan oleh:

1) Kondisi-kondisi dari pemohon yang dimungkinkan untuk dikeluarkan suatu izin.

2) Cara pertimbangan kondisi-kondisi yang ada.

3) Konsekuensi yuridis yang mungkin timbul dari akibat penolakan atau pemberi izin dikaitkan dengan pembatasan perundang-undangan.

4) Prosedur yang harus dilakukan pada saat dan sesudah keputusan diberikan baik penerimaan maupun penolakan pemberian izin.


(24)

c. Organ pemerintah

Organ pemerintah adalah organ yang menjalankan urusan pemerintahan baik ditingkat pusat maupun di tingkat daerah. Dari penelusuran berbagai ketentuan penyelenggaraan pemerintahan dapat diketahui, bahwa mulai dari administrasi negara tertinggi (presiden) sampai dengan administrasi negara terendah (lurah) berwenang memberikan izin. Ini berarti terdapat aneka ragam administrasi negara (termasuk instansinya) pemberi izin, yang didasarkan pada jabatan yang dijabatnya baik ditingkat pusat maupun daerah. Banyaknya organ pemerintah yang memiliki wewenang untuk menerbitkan izin, seringkali menghambat aktivitas dari pemohon izin. Hal tersebut terjadi karena keputusan yang dibuat oleh organ pemerintah tersebut memakan waktu yang panjang, yang dapat merugikan pemohon izin. Oleh karena itu dalam pelaksanaannya diperlukan deregulasi dan debirokratisasi dengan batasan-batasan tertentu. Batasan-batasan tersebut adalah:

1) Deregulasi dan debirokratisasi tersebut tidak menghilangkan esensi dari sistem perizinan tersebut.

2) Deregulasi hanya diterapkan pada hal-hal yang bersifat teknis, administratif dan finansial.

3) Deregulasi dan debirokratisasi tidak menghilangkan prinsip dalam peraturan undang-undang yang menjadi dasar perizinan.


(25)

4) Deregulasi dan debirokratisasi harus memperhatikan asas-asas umum pemerintahan yang layak.8

d. Peristiwa konkret

Disebutkan bahwa izin merupakan instrumen yuridis yang berbentuk keputusan, yang digunakan oleh pemerintah dalam menghadapi peristiwa konkret dan individual. Peristiwa konkret artinya peristiwa yang terjadi pada waktu tertentu, orang tertentu, tempat tertentu, dan fakta hukum tertentu. Peristiwa konkrit yang dimohonkan izinnya sangat beragam dan dalam peristiwa konkrit dapat diterbitkan atau diperlukan beberapa izin, berdasarkan proses dan prosedurnya tergantung dari pemberi wewenang izin, macam izin dan struktur organisasi, organ pemerintah yang berwenang menerbitkan izin. Berkaitan dengan wewenang organ pemerintah dengan peristiwa konkrit, kewenangan tersebut diberikan untuk tujuan yang konkrit yang didasarkan pada aspek yuridis perizinan yang meliputi :

1) Larangan untuk melakukan aktivitas tanpa izin. Larangan dirumuskan dalam norma larangan bukan norma pemerintah, maka pelanggaran atas larangan itu dikaitkan dengan sanksi administrasi, pidana dan perdata.

2) Wewenang untuk pemberi izin.9

8

C.S.T. Kancil, Kitab Undang-undang Peradilan Tata Usaha Negara, Jakarta, Pradnya Paramita, 2003, hlm 15

9


(26)

e. Prosedur dan persyaratan

Pada umumnya permohonan izin harus menempuh prosedur tertentu yang ditentukan oleh pemerintah, selaku pemberi izin. Di samping harus menempuh prosedur tertentu, pemohon izin juga harus memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu yang ditentukan secara sepihak oleh pemerintah atau pemberi izin.10 Izin sebagai salah satu jenis dari beschikking memiliki bentuk dan sifat yaitu :

1) Konstitutif, terdapat perbuatan atau tingkah laku tertentu (perbuatan konkrit) yang harus dipenuhi, yang jika tidak dipenuhi dapat dikenakan sanksi.

2) Kondisional, penilaian dari suatu peristiwa yang akan diterbitkan izin dapat terlihat dan dinilai setelah perbuatan atau tingkah laku yang disyaratkan terjadi.

3. Fungsi dan Tujuan Perizinan

Ketentuan tentang perizinan mempunyai fungsi yaitu sebagai fungsi penertib dan sebagai fungsi pengatur. Sebagai fungsi penertib, dimaksudkan agar izin atau setiap izin atau tempat-tempat usaha, bangunan dan bentuk kegiatan masyarakat lainnya tidak bertentangan satu sama lain, sehingga ketertiban dalam setiap segi kehidupan masyarakat dapat terwujud. Sebagai fungsi mengatur dimaksudkan agar perizinan yang ada dapat dilaksanakan sesuai dengan peruntukannya, sehingga terdapat penyalahgunaan izin yang telah diberikan,

10


(27)

debngan kata lain, fungsi pengaturan ini dapat disebut juga sebagai fungsi yang dimiliki oleh pemerintah.11

Adapun mengenai tujuan perizinan, hal ini tergantung pada kenyataan konkret yang dihadapi. Keragaman peristiwa konkret menyebabkan keragaman pula dari tujuan izin ini. Meskipun demikian, secara umum dapatlah disebutkan sebagai berikut:

a. Keinginan mengarah (mengendalikan “sturen”) aktifitas-aktifitas tertentu (misalnya izin bangunan).

b. Mencegah bahaya bagi lingkungan (izin-izin lingkungan).

c. Keinginan melindungi obyek-obyek tertentu (izin membongkar, pada monumen-monumen).

d. Hendak membagi benda-benda yang sedikit (izin penghuni di daerah pada penduduk).

e. Pengarahan, dengan menyeleksi orang-orang dan aktivitas-aktivitas (izin berdasarkan “drank en horecawet), dimana harus memenuhi syarat tertentu).12

11

Adrian Sutedi, Hukum Perizinan Dalam Sektor Pelayanan Publik, Penerbit Sinar Grafika, 2015, hlm. 193.

12 Ibid,


(28)

4. Bentuk dan Isi Izin

Bentuk dan sifatnya, yang merupakan bagian dari ketetapan izin selalu dibuat dalam bentuk tertulis. Sebagai ketetapan tertulis secara umum izin memuat hal-hal sebagai berikut:13

a. Organ yang berwenang

Dalam izin dinyatakan siapa yang memberikannya, biasanya dari kepala surat dan penandatanganan izin akan nyata organ mana yang memberikan izin. Pada umumnya pembuat aturan akan menunjuk organ berwenang dalam sistem perizinan, organ yang paling berbekal mengenai materi dan tugas bersangkutan, dan hampir selalu yang terkait adalah organ pemerintahan.

b. Yang Dialamatkan

Izin ditujukan pada pihak yang berkepentingan. Biasanya izin lahir setelah yang berkepentingan mengajukan permohonan untuk itu. Karena itu, keputusan yang memuat izin akan dialamatkan pula kepada pihak yang memohon izin. Ini biasanya dialami orang atau badan hukum. Dalam hal-hal tertentu, keputusan tentang izin juga penting bagi pihak yang berkepentingan. Artinya pihak pemerintah selaku pemberi izin harus pula mempertimbangkan kepentingan pihak ketiga yang mungkin memiliki keterkaitan dengan penggunaan izin tersebut.

13


(29)

c. Diktum

Keputusan yang memuat izin, demi alasan kepastian hukum, harus memuat uraian sejelas mungkin untuk apa izin itu diberikan. Bagian keputusan ini, dimana akibat-akibat hukum yang ditimbulkan oleh keputusan, dinamakan diktum, yang merupakan inti dari keputusan. Setidak-tidaknya diktum ini terdiri atas keputusan pasti, yang memuat hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang dituju oleh keputusan tersebut.

d. Ketentuan, Pembatasan, dan Syarat

Sebagaimana kebanyakan keputusan, didalamnya yang mengandung ketentuan, pembatasan, dan syarat-syarat (voorschriften,berperkingen, en voorwaarden), demikian pula dengan keputusan yang berisi izin ini. Ketentuan-ketentuan ialah kewajiban-kewajiban yang dapat dikaitkan pada keputusan yang menguntungkan.

e. Pemberian alasan

Berkaitan dengan pertimbangan-pertimbangan yang harus sesuai dengan kondisi objektif dari pariwisata atau fakta serta subjek hukum.

f. Pemberitahuan tambahan

Berisi tentang kemungkinan sanksi, kebijaksanaan yang dikeluarkan dan lain-lain.


(30)

5. Mekanisme perizinan

Mekanisme perizinan penggunaan spektrum frekuensi tidak hanya mengatur tentang alokasi frekuensi yang dapat dipergunakan, tetapi juga meliputi kualitas dan klasifikasi teknis dari alat-alat telekomunikasi yang digunakan sehingga untuk melakukan permohonan izin penggunaan spektrum frekuensi atau izin mendirikan suatu stasiun telekomunikasi pemohon wajib menyertakan spesifikasi teknik sesuai standar yang ditetapkan oleh Pemerintah.14

Pemerintah pada saat ini memiliki wewenang dalam mekanisme perizinan adalah kementrian. Pemerintah berniat melangkah lebih jauh dengan melembagakan regulator yang kuat dilengkapi dengan staf yang sangat kompeten serta diberi kewenangan luas dalam mengatur dan mengawasi proses perizinan di Indonesia serta mempertahankan momentum liberasi.

Proses perizinan telah ditata oleh Pemerintah tentang bagaimana proses perizinan dan penyelenggaraannya bagi masyarakat. Proses perizinan tiap dinas mempunyai mekanisme tahapan yang berbeda. Beberapa tahapan proses perizinan adalah terdiri dari permohonan baru, perluasan dan mutasi, yang melalui tahapan sebagai berikut:

a. Pada tahapan administrasi pemohon mengajukan permohonan pada loket pemeriksaan administrasi yang kemudian memeriksa kelengkapannya, jika belum lengkap akan dikembalikan kepada pemohon untuk dilengkapi. Pemohon akan diberikan surat tanda terima berkas.

14


(31)

b. Setelah berkas selesai selanjutnya tahap analisis teknis. Pada tahap ini dilakukan verifikasi data teknis sesuai dengan berkas. Jika dinyatakan cukup, maka analisis teknis dilakukan yang bila dinyatakan tidak memenuhi persyaratan lalu akan diberikan surat penolakan atau bila dinyatakan dapat diterima sampai selanjutnya berkas diserahkan kepada Direktorat Frekuensi. c. Direktorat Frekuensi kemudian mengeluarkan surat perintah pembayaran untuk

Biaya Hak Penggunaan (BHP) frekuensi dan pemohon kemudian membayar memenuhi administrasi.

d. Setelah dalam proses perizinan yaitu tentang masalah administrasi pembayaran selesai, maka akan dicetak surat izin penyelenggaraan sebagai tanda penerbitan izin.

Prinsipnya bahwa mengenai penyelenggaraan dan proses perizinan secara umum diharapkan memperoleh kejelasan dengan tampilnya struktur proses perizinan dalam bidang apapun tentang alur yang sebenarnya, namun dalam flow chart tidak diberikan informasi tentang waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan setiap proses atau bagian proses perizinan tersebut. Hal ini merupakan salah satu kelemahan yang mendasar dalam birokrasi dinegara ini yaitu tidak adanya kepastian waktu dan kejelasan dalam proses pemberian atau menerbitkan izin.15

15


(32)

B. Tinjauan Umum tentang Pariwisata 1. Pengertian Pariwisata

Secara Etomologi pariwisata berasal dari dua kta yaitu “ pari” yang berarti banyak/berkeliling, sedangkan pengertian wisata berarti “pergi”. Didalam kamus besar indonesia pariwisata adalah suatu kegiatan yang berhubungan dengan perjalanan rekreasi. Sedangkan pengertian secara umum pariwisata merupakan suatu perjalanan yang dilakukan seseorang untuk sementara waktu yang diselenggarakan dari suatu tempat ketempat lain dengan meninggalkan tempat semula dan dengan suatu perencanaan atau bukan maksud mencari nafkah di tempat yang dikunjunginya, tetapi semata mata untuk menikmati kegiataan pertamasyaan atau reakreasi untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam.16

Undang-undang Nomor 10 tahun 2009, menyebutkan pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata, dengan demikian pariwisata meliputi:

a. Semua kegiatan yang berhubungan dengan perjalanan wisata.

b. Pengusahaan objek dan daya tarik wisata seperti: kawasan wisata, Taman rekreasi, kawasan peninggalan sejarah, museum, pagelaran seni budaya, tata kehidupan masyarakat atau yang bersifat alamiah: keindahan alam, gunung berapi, danau, pantai.

16

http://assharrefdino.blogspot.co.id/2013/11/pengertian-pariwisata.html, diakses tanggal 16 oktober 2015


(33)

c. Pengusahaan jasa dan sarana pariwisata yaitu: usaha jasa pariwisata (biro perjalanan wisata, agen perjalanan wisata, konvensi, perjalanan insentif dan pameran, konsultan pariwisata, informasi pariwisata). Usaha sarana pariwisata yang terdiri dari akomodasi, rumah makan, bar, angkutan wisata.17

Kemudian ada beberapa komponen pokok yang secara umum disepakati di dalam batasan pariwisata (khususnya pariwisata internasional), yaitu sebagai berikut:

a. Traveler, yaitu orang yang melakukan perjalanan antar dua atau lebih lokalitas.

b. Visitor, yaitu orang yang melakukan perjalanan ke daerah yang bukan merupakan tempat tinggalnya, kurang dari 12 bulan, dan tujuan perjalanannya bukanlah untuk terlibat dalam kegiatan untuk mencari nafkah, pendapatan, atau penghidupan di tempat tujuan.

c. Tourist, yaitu bagian dari visitor yang menghabiskan waktu paling tidak satu malam (24 jam) di daerah yang dikunjungi (WTO, 1995).

Semua definisi yang dikemukakan selalu mengandung beberapa unsur pokok, yaitu:

a. Adanya unsur travel (perjalanan), yaitu pergerakan manusia dari satu tempat ke tempat lain ;

17

https://www.academia.edu/7098909/BAB_II_LANDASAN_TEORI, diakses tanggal 17 oktober 2015


(34)

b. Adanya unsur ‘tinggal sementara’ di tempat yang bukan merupakan tempat tinggal yang biasanya; dan

c. Tujuan utama dari pergerakan manusia tersebut bukan untuk mencari penghidupan / pekerjaan di tempat yang dituju (Richardson and Fluker 2004: 5).18

2. Manfaat Pariwisata

Dalam kehidupan bermasyarakat, seiring dengan perkembangan zaman yang pesat, dalam sektor pariwisata juga mengalami peningkatan. Karena semakin kreatifnya masyarakat dalam berkarya dibidang pariwisata dan mulai menciptakan inovasi baru dalam kepariwisataan muncul efek dari semakin berkembangnya sektor kepariwisataan baik positif maupun negartif, dampak positif atau manfaat pariwisata didalam pembangunan mencakup beberapa segi, yaitu19:

a. Segi ekonomi

Bahwa perkembangan pariwisata merangsang tumbuhnya usaha-usaha ekonomi tertentu yang saling menunjang, dalam istilah teknisnya hal tersebut dinyatakan dapat memperluas dasar-dasar perekonomian suatu negara.

b. Segi seni dan budaya

Salah satu dorongan kebutuhan manusia untuk mengunjungi suatu daerah adalah memenuhi rasa keingintahuan, mengagumi atau menyelami seni budaya di daerah yang dikunjungi.

18

I Gde Pitana, M.Sc., I Ketut Surya Diarta, Pengantar ilmu pariwisata, Penerbit ANDI Yogyakarta 19


(35)

c. Pemeliharaan dan pemanfaatan lingkungan hidup

Pengembangan pariwisata harus tetap menjaga kelestarian lingkungan hidup sehingga dari pengembangan potensi pariwisata diharapkan segala kekayaan dan keindahan alam dapat dilestarikan dan dimanfaatkan sebesar-besarnya sebagai salah satu daya tarik wisatawan. Pengembangan pariwisata yang tidak teratur dan terarah dapat merusak lingkungan hidup, sebaliknya apabila dibina secara baik justru menjadi pendorong pemeliharaan lingkungan alam yang terlantar. Wisatawan yang mempunyai tujuan untuk rekreasi menginginkan daerah yang menimbulkan suasana baru dari kebisingan kehidupan sehari-hari.

d. Memperluas nilai-nilai pergaulan hidup dan pengetahuan

Hubungan-hubungan yang terjalin antara wisatawan dengan masyarakat yang dikunjungi sedikit banyak akan menimpa nilai-nilai baru dalam arti memperluas cakrawala pandangan pribadi terhadap nilai-nilai kehidupan lain, serta penyerapan pengetahuan baru.

e. Memperluas kesempatan kerja

Industri pariwisata merupakan industri yang sifatnya menyerap kebutuhan tenaga kerja, tidak hanya mementingkan mesin-mesin saja. Sebagai industri yang sifatnya melayani maka disamping membutuhkan unsur cepat, mudah, nikmat juga ramah. Apabila rangkaian tenaga itu dilengkapi dengan tenaga kerja pada industri penunjang pariwisata seperti perusahaan kerajinan,


(36)

dekorasi hotel, toko soevenir dan sebagainya, maka jumlah tenaga kerja yang diserap makin banyak lagi.

f. Menunjang perbaikan kesehatan dan prestasi kerja

Manusia selalu menginginkan terlepas dari kejenuhan, kesibukan hidup sehari-hari atau rasa bosan dengan mendambakan suasana baru, lingkungan baru walaupun hanya sementara waktu.

Sebagai dampak positif yang dirasakan langsung oleh masyarakat ada beberapa hal, diantaranya adalah semakin banyaknya kesempatan kerja bagi masyarakat baik yang tinggal didaerah kawasan wisata ataupun masyarakat perantauan yang datang dari kawasan yang tidak berpotensi wisata menuju ke daerah wisata untuk mencari pekerjaan dari pelaku industri wisata.

Selain itu sebagai dampak positif dari meningkatnya sektor kepariwisataan adalah terjaminnya aspek budaya dan tatacara kehidupan bermasyarakat. Karena kebudayaan dari masyarakat kawasan wisata menjadi tujuan dari para wisatawan dan akan terjadi regenerasi kepada anak cucu mereka.

3. Tujuan Pariwisata

Tujuan pariwisata sendiri adalah kumpulan dari keinginan masyarakat tentang pariwisata, dalam tujuan kepariwisataan sendiri terdapat beberapa aspek diantaranya adalah ekonomi, sosial budaya dan kesejahteraan. Untuk mewujudkan tujuan kepariwisataan dibutuhkan peran serta masyarakat untuk mewujudkannya.

Dalam Undang Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 Pasal 4 Tentang Kepariwisataan disebutkan bahwa tujuan dari pariwisata adalah:


(37)

a. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi b. Meningkatkan kesejahteraan

c. Menghapus kemiskinan d. Mengatasi pengangguran

e. Melestarikan alam, lingkungan, dan sumber daya f. Memajukan kebudayaan

g. Mengangkat citra bangsa h. Memupuk rasa cinta tanah air

i. Memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa j. Mempererat persahabatan antar bangsa 4. Syarat-syarat Pariwisata

Dalam Oka A. Yeti (1997:165) berpendapat bahwa berhasilnya suatu pariwisata hingga tercapainya kawasan wisata sangat tergantung pada 3A yaitu atraksi (attraction), mudah dicapai (accessibility), dan fasilitas (amenities).

a. Atraksi (attraction)

Atraksi wisata yaitu sesuatu yang dipersiapkan terlebih dahulu agar dapat dilihat, dinikmati dan yang termasuk dalam hal ini adalah: tari-tarian, nyanyian kesenian rakyat tradisional, upacara adat, dan lain-lain. Dalam Oka A. Yoeti (1997:172) tourism disebut attractive spontance, yaitu segala sesuatu yang terdapat di daerah tujuan wisata yang merupakan daya tarik agar orang-orang mau datang berkunjung ke suatu tempat tujuan wisata diantaranya adalah:


(38)

1) Benda-benda yang tersedia dan terdapat di alam semesta, yang dalam istilah Natural Aminities.

Termasuk kelompok ini adalah:

a) Iklim contohnya curah hujan, sinar matahari, panas, hujan, dan salju. b) Bentuk tanah dan pemandangan contohnya pegunungan, perbukitan,

pantai, air terjun, dan gunung api. c) Hutan belukar.

d) Flora dan fauna, yang tersedia di cagar alam dan daerah perburuan.

e) Pusat-pusat kesehatan, misalnya: sumber air mineral, sumber air panas, dan mandi lumpur. Dimana tempat tersebut diharapkan dapat menyembuhkan macam-macam penyakit.

2) Hasil ciptaan manusia (man made supply). Kelompok ini dapat dibagi dalam empat produk wisata yang berkaitan dengan tiga unsur penting yaitu historical (sejarah), cultural (budaya), dan religius (agama).

Termasuk kelompok ini adalah :

a) Monumen bersejarah dan sisa peradaban masa lampau (artifact)

b) Museum, art gallery, perpustakaan, kesenian rakyat, dan kerajinan tangan.

c) Acara tradisional, pameran, festival, upacara naik haji, pernikahan, khitanan, dan lain-lain.


(39)

b. Aksesibilitas (accesibility)

Aktivitas kepariwisataan banyak tergantung pada transportasi dan komunikasi karena faktor jarak dan waktu yang sangat mempengaruhi keinginan seseorang untuk melakukan perjalanan wisata. Unsur yang terpenting dalam aksesibilitas adalah transportasi, maksudnya yaitu frekuensi penggunaannya, kecepatan yang dimilikinya dapat mengakibatkan jarak seolah-olah menjadi dekat.

Selain transportasi yang berkaitan dengan aksesibilitas adalah prasarana meliputi jalan, jembatan, terminal, stasiun, dan bandara. Prasarana ini berfungsi untuk menghubungkan suatu tempat dengan tempat yang lain. Keberadaan prasarana transportasi akan mempengaruhi laju tingkat transportasi itu sendiri. Kondisi prasarana yang baik akan membuat laju transportasi optimal.

c. Fasilitas (amenities)

Fasilitas pariwisata tidak akan terpisah dengan akomodasi perhotelan. Karena pariwisata tidak akan pernah berkembang tanpa penginapan. Fasilitas wisata merupakan hal-hal penunjang terciptanya kenyamanan wisatawan untuk dapat mengunjungi suatu daerah tujuan wisata. Adapun sarana-sarana penting yang berkaitan dengan perkembangan pariwisata adalah sebagai berikut20 :

1) Akomodasi hotel 2) Restoran

3) Air bersih

20

http://lisaherdiana.blogspot.co.id/2012/04/daya-tarik-dan-kawasan-wisata.html, diakses tanggal 25 oktober 2015.


(40)

4) Komunikasi 5) Hiburan 6) Keamanan

5. Karakteristik Pariwisata

Menurut Yoeti (1985), ada tiga karakteristik utama dari pariwisata yang harus diperhatikan dalam upaya pengembangan suatu pariwisata tertentu agar dapat menarik dan dikunjungi oleh banyak wisatawan, diantaranya yaitu:

a. “something to see”, artinya daerah tersebut harus ada obyek atau atraksi wisata yang berbeda yang dimiliki oleh daerah lain. Dengan kata lain daerah tersebut harus memiliki daya tarik yang khusus dan unik.

b. “something to do”, artinya di daerah tersebut selain banyak yang dapat disaksikan , harus disediakan pula fasilitas rekreasi yang dapat membuat wisatawan lebih nyaman dan betah mengunjungi tempat itu.

c. “something to buy”, artinya di daerah tersebut harus ada fasilitas untuk berbelanja, terutama barang-barang souvenir dan kerajinan tangan rakyat sebagai oleh-oleh untuk dibawa pulang.


(41)

6. Pengertian Usaha Pariwisata

Usaha Pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dan penyelenggaraan pariwisata. Soekadijo (2000) mendefinisikan pariwisata sebagai segala kegiatan dalam masyarakat yang berhubungan dengan wisatawan. Pariwisata memberikan peluang kepada masyarakat untuk berusaha atau berwirausaha, jenis-jenis usaha yang ada kaitannya dengan pariwisata tergantung dari kreativitas para pengusaha swasta baik yang bermodal kecil maupun besar untuk memberikan jasa atau menawarkan produk yang sekiranya diperlukan oleh wisatawan. Usaha pariwisata secara menyeluruh dapat dikatakan sebagai industri pariwisata, tetapi tidak diibaratkan sebagai pabrik yang mengolah barang mentah menjadi barang jadi, serta ada produknya.

Industri pariwisata adalah keseluruhan usaha-usaha yang dapat dinikmati wisatawan semenjak awal mula proses ketertarikan untuk berwisata, menikmati lokasi daerah tujuan wisata sampai pada proses akhir wisatawan tersebut pulang menjinjakkan kakinya sampai di rumah, kemudian mengenangnya.

Didalam Undang Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 Tentang kepariwisataan disebutkan bahwa jenis usaha pariwisata meliputi:

a. Daya tarik wisata b. Kawasan pariwisata c. Jasa transportasi wisata d. Jasa perjalanan wisata


(42)

e. Jasa makanan dan minuman f. Penyediaan akomodasi

g. Penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi

h. Penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran

i. Jasa informasi pariwisata j. Jasa konsultan pariwisata k. Jasa pramuwisata

l. Wisata tirta m. spa

7. Jenis-jenis Usaha Pariwisata

Usaha-usaha pariwisata dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) yaitu usaha jasa pariwisata, pengusahaan objek dan daya tarik wisata, dan usaha sarana pariwisata.

a. Usaha Jasa Pariwisata

Usaha jasa pariwisata dapat berupa jenis-jenis usaha: 1) Jasa Biro Perjalanan Wisata

S.Damardjati menjelaskan bahwa BPW adalah perusahaan yang khusus mengatur dan menyelenggarakan perjalanan dan persinggahan orang-orang termasuk kelengkapan perjalanannya, dari suatu tempat ke tempat lain, baik di dalam negeri, dari dalam negeri, ke luar negeri atau dalam negeri itu sendiri. Fungsi biro perjalanan wisata ialah:


(43)

a) Fungsi Umum Biro Perjalanan Wisata merupakan sebuah perusahaan jasa pariwisata yang mempunyai tujuan untuk mempersiapkan atau menguruskan perjalanan seseorang dengan segala kebutuhan dari perjalanan itu. Oleh karenanya BPW berfungsi untuk dapat memverikan penerangan atau informasi tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan masalah perjalanan pada umumnya dan perjalanan wisata pada khususnya.

b) Fungsi Khusus Biro Perjalanan Wisata sebagai perantara antara wisatawan dengan perusahaan industri pariwisata. Untuk kepentingan wisatawan, BPW bertugas melengkapi segala informasi tentang berbagai hal menyangkut perjalanan wisatawan, terutama daerah tujuan wisata yang akan dikunjungi .

2) Jasa Agen Perjalanan Wisata

Agen Perjalanan Wisata adalah usaha pariwisata yang menjalankan fungsi perantara, jadi APW tidak memiliki produk, tapi menjual produk usaha lain misalnya Hotel, Restoran, Penerbangan, Paket Wisata dll. Agen Perjalanan Wisata adalah badan usaha yang menyelenggarakan usaha perjalanan yang bertindak sebagai perantara didalam menjual dan atau mengurus jasa untuk melakukan perjalanan.

Seorang agen perjalanan wisata memiliki tugas seperti:

a) Merencanakan dan mengatur suatu perjalanan termasuk akomodasi dan produk-produk lainnya yang berhubungan dengan wisata.


(44)

b) Memberikan informasi dan penjualan langsung kepada masyarakat untuk paket wisata maupun tiket transportasi (darat, laut dan udara), asuransi perjalanan hingga pengurusan visa dan paspor.

c) Sebagai perantara di daerah asal wisatawan, seperti melengkapi informasi bagi wisatawan, memberikan advis bagi calon wisatawan, menyediakan tiket.

d) Sebagai perantara di daerah tujuan, seperti memberi informasi bagi wisatawan, membantu reservasi, menyediakan transportasi, mengatur perencanaan, menjual dan memesan tiket tanda masuk. e) Sebagai Organisator, maka ia berada di tengah-tengah industri

pariwisata maka perlu ada kontrak yang dibuat terlebih dulu. Selain itu harus ada perjanjian khusus yang mengatur hubungan kerja sehingga jelas tugas, hak dan kewajiban masing-masing pihak. 3) Jasa Pramuwisata

Pramuwisata ialah seseorang yang bertugas memberikan bimbingan, penerangan dan petunjuk tentang objek wisata serta membantu segala sesuatu yang diperlukan wisatawan. Usaha Jasa Pramuwisata adalah kegiatan usaha bersifat komersial yang mengatur, mengkoordinasi dan menyediakan tenaga Pramuwisata untuk memberikan pelayanan bagi seseorang atau kelompok orang yang melakukan perjalanan wisata.


(45)

4) Jasa konvensi, Perjalanan insentif, dan Pameran

Menurut SK Menteri Parpostel No. KM. 108/HM.703/MMPT-91 pasal 1, jasa konvensi, perjalanan insentif, dan pameran didefinisikan sebagai berikut:

a) Kongres, konperensi, atau konvensi adalah suatu kegiatan berupa pertemuan sekelompok orang negarawan usahawan, cendikiawan, dsb. Untuk membahas masalah yang berkaitan dengan kepentingan bersama. b) Perjalanan Insentif adalah suatu kegiatan perjalanan yang diselenggarakan oleh suatu perusahaan untuk para karyawan dan mitra usaha sebagai imbalan penghargaan atas perhatian mereka dalam kegiatan penyelenggaraan konvensi yang membahas perkembangan kegiatan perusahaan yang bersangkutan.

c) Pameran adalah suatu kegiatan untuk menyebarluaskan informasi dan promosi yang ada hubungannya dengan penyelenggaraan konvensi atau yang ada kaitannya dengan pariwisata.

5) Jasa Impresariat

Usaha jasa impresariat sering dikenal dengan usaha penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi. Usaha ini merupakan kegiatan pengurusan penyelenggaraan hiburan, mulai dari mendatangkan, mengirim, mengembalikan dan menentukan tempat, waktu serta jenis hiburan. Hiburan merupakan segala bentuk penyajian atau pertunjukkan dalam bidang seni dan olahraga yang semata-mata bertujuan untuk memberikan rasa senang kepada pengunjung dengan mendapatkan imbalan


(46)

jasa, tetapi dengan tetap memperhatikan nilai-nilai agama, budaya bangsa, kesusilaan, dan ketertiban umum.

Kegiatan meliputi usaha seni pertunjukan, arena permainanm karaoke, bioskop, serta kegiatan hiburan dan rekreasi lain yang bertujuan untuk pariwisata. Dalam menjalankan kegiatan usaha, pengusaha jasa impresariat wajib:

a) memperhatikan nilai-nilai agama, adat-istiadat, budaya bangsa Indonesia dan kesusilaan serta ketertiban umum.

b) memperkenalkan dan melestarikan khazanah seni budaya bangsa Indonesia.

c) bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan terhadap artis/seniman/olahragawan yang di urus berdasarkan perjanjian yang disepakati.

d) menjamin terpenuhinya kewajiban atas pungutan negara dan pungutan daerah yang ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

e) menyelenggarakan pembukuan perusahaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

6) Jasa Informasi Pariwisata

Menurut Penjelasan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan, usaha jasa informasi pariwisata adalah usaha yang menyediakan data, berita, feature, foto, video, dan hasil penelitian mengenai kepariwisataan yang disebarkan dalam bentuk bahan cetak dan/atau


(47)

elektronik. Usaha Jasa Informasi Pariwisata meliputi kegiatan penyediaan, penyebaran dan pemanfaatan informasi pariwisata yang mana ruang lingkup kegiatan ditetapkan oleh Direktur Jenderal. Kegiatan penyediaan, penyebaran dan pemanfaatan informasi pariwisata bukan untuk tujuan dapat pula dilakukan oleh perseorangan atau kelompok sosial di dalam masyarakat.

b. Pengusahaan Objek dan Daya Tarik Wisata 1) Pengusahaan Objek dan Daya Tarik Wisata Alam

Daya Tarik Wisata Alam adalah sumber daya alam yang berpotensi serta memiliki daya tarik bagi pengunjung baik dalam keadaan alami maupun setelah ada usaha budi daya. Potensi wisata alam dapat dibagi menjadi 4 kawasan yaitu :

a) Flora fauna

b) Keunikan dan kekhasan ekosistem, misalnya ekosistem pantai dan ekosistem hutan bakau

c) Gejala alam, misalnya kawah, sumber air panas, air terjun dan danau d) Budidaya sumber daya alam, misalnya sawah, perkebunan peternakan,

usaha perikanan

2) Pengusahaan Objek dan Daya Tarik Wisata Budaya

Daya Tarik Wisata Sosial Budaya dapat dimanfaatkan dan dikembangkan sebagai objek dan daya tarik wisata meliputi museum, peninggalan sejarah, upacara adat, seni pertunjukan dan kerajinan.


(48)

3) Pengusahaan Objek dan Daya Tarik Wisata Minat Khusus

Daya Tarik Wisata Minat Khusus merupakan jenis wisata yang baru dikembangkan di Indonesia. Wisata ini lebih diutamakan pada wisatawan yang mempunyai motivasi khusus. Dengan demikian, biasanya para wisatawan harus memiliki keahlian. Contohnya : berburu mendaki gunung, arung jeram, tujuan pengobatan, agrowisata, dll.

c. Usaha Sarana Pariwisata

Usaha sarana pariwisata adalah penyediaan akomodasi, makanan dan minuman, angkutan wisata, sarana wisata dan kawasan pariwisata. Termasuk di dalamnya semua fasilitas atau kelengkapan daerah tujuan wisata yang diperlukan untuk melayani kebutuhan wisatawan dan menikmati perjalanan wisatanya, serta memberikan pelayanan pada wisatawan untuk memenuhi kebutuhan mereka yang beraneka ragam.

1) Penyedia Akomodasi

Akomodasi adalah suatu tempat yang disediakan untuk memenuhi kebutuhan tempat tinggal wisatawan, misalnya:

a) Hotel b) Motel c) Cottages d) Losmen e) Inn f) Bungalow g) Home stay


(49)

h) Apartemen

2) Penyedia Makan dan Minum

Penyedia makan dan minum atau disebut Restoran adalah industri jasa yang bergerak di bidang penyediaan makanan dan minuman yang dikelola secara komersial. Secara umum restoran dibagi menjadi dua yaitu : restoran yang berada di dalam hotel dan di luar hotel.

3) Penyedia Angkutan Wisata

Transportasi adalah bidang usaha jasa yang bergerak dalam bidang angkutan baik darat, laut, maupun udara yang pengelolaannya dapat dilakukan oleh swasta maupun BUMN. Peranan transportasi sangat penting didalam kegiatan pariwisata. Tanpa transportasi wisatawan akan sulit untuk melakukan perjalanan dari satu tempat ke tempat tujuan wisata, jika tidak ada transportasi maka tidak akan ada pariwisata. Transportasi wisata pada hakikatnya adalah jasa untuk memindahkan wisatawan dari satu tempat ke tempat lain yang merupakan daerah tujuan wisata. Beberapa syarat harus dipenuhi agar transportasi dapat berfungsi dengan baik antara lain, kenyamanan, waktu dan biaya.

4) Penyediaan Sarana Wisata Tirta

Usaha jasa wisata tirta merupakan usaha yang menyelenggarakan wisata dan olahraga air, termasuk penyediaan sarana dan prasarana derta jasa lain yang dikelola secara komersial di perairan air, pantai, sungai, danau, dan waduk. Sarana wisata tirta mencakup kegiatan penyediaan pelayanan rekreasi wisata di bawah air; di pantai, di perairan air, sungai,


(50)

danau, dan waduk, dan pelayanan jasa lain yang berkaitan dengan kegiatan marina. Usaha ini meliputi pembangunan dan pengelolaan dermaga serta fasilitas olahraga air untuk keperluan olahraga selancar air, selancar angin, berlayar, menyelam, dan memancing.


(51)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian

Penelitian hukum ini adalah penelitian hukum empiris (sosiologis). Yaitu penelitian yang menggunakan fakta-fakta empiris yang diambil dari perilaku manusia, baik perilaku verbal yang didapat melalui wawancara maupun prilaku nyata yang dilakukan melalui pengamatan langsung.21

B. Jenis Data a. Data Primer

Data Primer merupakan bahan penelitian yang berupa fakta-fakta empiris sebagai perilaku maupun hasil perilaku manusia. Baik dalam bentuk perilaku verbal perilaku nyata, maupun perilaku yang terdokumentasi dalam berbagai hasil perilaku atau catatan. Data primer didapat oleh peneliti melalui wawancara terhadap para narasumber dan responden penelitian.

b. Data Sekunder

Data yang diperoleh dari penelitian bahan pustaka dengan cara mengumpulkan data yang terdapat dalam peraturan perundangan, buku-buku, dan artikel yang ada hubungannya dengan masalah yang akan diteliti, antara lain:

21

Mukti Fajar ND dan Yulianto Achmad, 2007, Dualisme Penelitian Hukum Normatif & Empiris, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, hlm. 280.


(52)

a) UUD 1945 ;

b) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagai pengganti Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah ;

c) Undang-undang No. 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh ; d) Undang-undang No.10 tahun 2009 tentang kepariwisataan ; e) Qanun Aceh No. 8 Tahun 2013 tentang kepariwisataan ;

2) Bahan hukum sekunder, yaitu bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer yang terdiri dari: buku-buku, jurnal, makalah, tulisan yang terkait.

3) Bahan hukum tertier, yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder; terdiri dari kamus hukum, kamus besar Bahasa Indonesia, jurnal, surat kabar dan lain sebagainya.

C. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Kota Sabang.

D. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data primer dilakukan dengan melakukan wawancara terhadap narasumber dan responden yang terkait dengan objek penelitian. Data sekunder dikumpulkan melalui studi kepustakaan terhadap bahan-bahan hukum yang mendukung penelitian.

E. Narasumber dan Responden


(53)

Dalam penelitian ini yang menjadi narasumber yaitu :

a. Kepala Seksi pelayanan perizinan terpadu satu pintu Kota Sabang. b. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Sabang.

Responden dalam penelitian ini adalah para pelaku usaha wisata yang ada di Kota Sabang sebanyak 6 orang.

F. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan random sampling yaitu dengan menentukan sampel secara acak, artinya setiap sampel dalam populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel penelitian.

G. Teknik Analisis Data

Data dianalisis dengan metode deskriptif kualitatif yaitu dengan memberikan pemaparan, mendeskripsikan secara rinci dan menyeluruh data-data yang didapat dari proses penelitian sehingga dapat menjelaskan proses pelaksanaan perizinan usaha wisata yang dikelola oleh swasta di Kota Sabang.


(54)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Kota Sabang 1. Kondisi Geografis

Letak Kota Sabang sangat strategis karena diapit oleh selat dan samudera, yaitu Selat Malaka di sebelah utara dan timur, dan Samudera Indonesia di sebelah barat dan selatan. Posisi Kota Sabang yang strategis ini menjadi pertimbangan penetapan sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2000.

Kota Sabang merupakan wilayah paling barat di Republik Indonesia. Secara geografis Kota Sabang terletak pada koordinat 05o 46' 28" - 05o 54' 28" Lintang Utara (LU) dan 95o 13' 02" - 95o 22' 36" Bujur Timur (BT), merupakan wilayah administratif paling utara, dan berbatasan langsung dengan negara tetangga yaitu Malaysia, Thailand, dan India. Kota Sabang terdiri dari lima pulau, yaitu Pulau Weh, Pulau Klah, Pulau Rubiah, Pulau Seulako dan Pulau Rondo. Secara administratif, Kota Sabang terbagi menjadi dua Kecamatan, yaitu Sukakarya dan Sukajaya. Serta terbagi menjadi 18 Gampong (Desa).

Luas keseluruhan daratan Kota Sabang adalah 153 Km2 (Sabang dalam angka 2009), terdiri dari Kecamatan Sukakarya seluas 73 Km2 dan Kecamatan Sukajaya seluas 80 Km2. Berdasarkan analisis data citra satelit tata ruang Kota


(55)

Sabang 2004, luas keseluruhan Kota Sabang ialah 1.042,3 Km2 (104229,95 ha), dengan luas daratan 121,7 Km2 (12.177,18 ha) dan luas perairan 920,5 Km2 (92.052,77 ha).

Luasan daratan pulau-pulau di Kota Sabang :

a. Pulau Weh ( Luas : 12.066,56 ha ) b. Pulau Klah ( Luas : 18,66 ha ) c. Pulau Rubiah ( Luas : 35,79 ha ) d. Pulau Seulako ( Luas : 5,5 ha ) e. Pulau Rondo ( Luas : 50,67 ha )

Kondisi topografi Kota Sabang sangat bervarisasi, terdiri atas dataran rendah sebesar 3%, dataran bergelombang 10%, berbukit 35%, dan berbukit sampai bergunung 52%. Sementara untuk geologis wilayah didominasi batuan vulkanis (vulcanic rock) sebesar 70%, disamping batuan sedimen (sedimentary rock) sebesar 27%. Sedangkan selebihnya 3% merupakan endapan aluvial (igneous rock).

Sementara kondisi iklim merupakan daerah yang memiliki iklim tropi dengan curah hujan yang relatif tinggi, yaitu berkisar antara 41,3-327,5 mm setiap tahunnya pda kondisi tahun 2005, dan bila dibanding tahun 2000 sebesar 53,5-682,0 mm. Keadaan hujan di daerah ini berkisar antara 7-27 hari pada tahun 2005 dan 7-19 hari pada tahun 2000. Umumnya musim hujan terjadi pada bulan September-Februari sementara pada bulan Maret-Agustus merupakan musim kemarau. Kondisi iklim seperti ini sangat cocok untuk


(56)

ditanami berbagai komoditi tanaman pangan dan hortikultura, seperti sayur-sayuran, cabe dan komoditi lainnya yang diyakini bermanfaat bagi peningkatan kesejahteraan petani di Kota Sabang.

2. Sejarah Kota Sabang

a. Asal Mula Nama Sabang dan Pulau Weh

Ada beberapa pendapat dari para ahli sejarah tentang ikhwal munculnya nama "Sabang". Ada yang berpendapat nama Sabang berasal dari bahasa Aceh yaitu "Saban", yang berarti sama rata atau tanpa diskriminasi. Kata itu berangkat dari karakter orang Sabang yang cenderung mudah menerima pendatang atau pengunjung. Karakter ini agak berbeda dengan karakter orang Aceh umumnya yang cenderung tertutup terhadap orang yang baru mereka kenal.

Versi lain menyebutkan bahwa nama Sabang berasal dari bahasa arab, yaitu "Shabag" yang artinya gunung meletus. Dahulu kala masih banyak gunung berapi yang masih aktiv di Sabang, hal ini masih bisa dilihat dari gunung berapi yang ada di Jaboi dan gunung berapi di dalam laut Pria Laot.

Sedangkan Pulau Weh berasal dari kata dalam bahasa Aceh, "Weh" yang artinya pindah, menurut sejarah yang beredar pada mulanya Pulau Weh merupakan satu kesatuan dengan Pulau Sumatera, yakni penyatuan daratan Sabang dengan daratan Ulee Lheue. Ulee Lheue di Banda Aceh berasal dari kata Ulee Lheueh ("Lheueh" ; yang terlepas). Syahdan, bahwa Gunung berapilah yang dianggap meletus dan


(57)

menyebabkan kawasan ini terpisah. Seperti halnya Pulau Jawa dan Sumatera dulu, yang terpisah akibat Krakatau meletus.

Dalam versi lain, Pulau Weh juga terkenal dengan pulau "We" tanpa "h". Ada yang berasumsi jika pulau weh di beri nama pulau we karena bentuknya seperti huruf "W". Kalau dibayang-bayangin tidak salah juga, karena memang agak mirip.

b. Peninggalan Belanda

Banyak bangunan di Sabang yang dibangun oleh Belanda pada masa jaya sebagai pelabuhan laut dalam setengah abad sebelum Perang Dunia II, seperti Hotel Samudera. Bangunan Hotel Samudera terletak di Jalan Diponegoro, didirikan pada tahun 1899. Bangunan ini awalnya adalah sebagai tempat tinggal Administratur Pelabuhan Sabang yang sekarang telah dialihfungsikan menjadi hotel/rumah penginapan. Akan tetapi arsitektur bangunannya masih dipertahankan dengan tetap bergaya kolonial.


(58)

Gambar 1

Hotel Samudera yang terletak di Jalan Diponegoro, didirikan pada tahun 1899

Sumber: Hasil Penelitian

Bangunan ini didirikan sebagai tempat tinggal Administratur Sabang Maatschappij ketika dipimpin oleh G. C. Vattier Kraane (1899-1906). Direnovasi pada tanggal 25 Februari 1916 oleh arsitek Ludolf Hendrik Smitt pada masa kepemimpinan F. C. Baron Van Aerssen Beijeren Van Voshol (1912-1928). Pada masa pendudukan Jepang gedung ini digunakan sebagai pusat komando Jepang yang dipimpin oleh seorang kolonel laut Jepang.

c. Peninggalan Jepang

Benteng Jepang yang terletak dibagian timur Sabang berdampingan dengan pantai Anoi Itam. Benteng ini merupakan salah


(59)

satu destinasi wisata favorit yang dikunjungi wisatawan saat berkunjung ke Sabang. Dahulu, benteng ini sempat menjadi tempat penyimpanan senjata bagi armada Jepang. Dilihat dari posisinya benteng ini dibangun dan difungsikan sebagai benteng pertahanan, karena posisinya yang tertimbun dalam tanah dan yang tampak hanya bagian atas/atap berbentuk tapal kuda.

Gambar 2

Benteng Jepang yang terletak di Anoi Itam

Sumber: Hasil Penelitian

Memasuki lokasi Benteng Jepang Anoi Itam, kita akan disuguhkan pemandangan bukit dengan anak tangga dan pepohonan yang rindang, pantai yang indah dan sebuah benteng kecil yang berada dibawah kaki bukit membuat kita tidak mau membuang waktu dan ingin segera melangkahkan kaki melintasi anak tangga dan siap untuk mendaki.

Menyusuri jalan setapak memberikan kesan khusus dan terasa bagaimana tempat tersebut dahulu kala adalah tempat persembunyian.


(60)

Didinding bukit yang menyusuri lorong-lorong juga terdapat benteng-benteng kecil berukuran 1,5 x 1,5 meter yang tertanam dalam tanah.

Pada penghujung lorong tepatnya diatas bukit kita akan melihat sebuah benteng dengan pemandangan kearah lautan Selat Malaka yang terbentang luas, tepat didepan pintu masuk benteng terdapat sebuah meriam besi yang melintang dengan panjang kurang lebih 3 meter yang merupakan bekas peninggalan sejarah yang masih asli.

Walaupun benteng Jepang tersebut dipenuhi dengan sejarah kelam dimasa lalu, namun ada hal yang akan membuat siapa saja tertegun dan terpesona dengan pemandangan indahnya, pemandangan alam dengan beberapa pepohonan yang kokoh berdiri di tebing, karena cadas berbaris mengelilingi pinggiran tebing terasa lepaslah seluruh rasa lelah dengan seketika.

Dari atas benteng, terhampas pemandangan laut lepas seolah tak terbatas membentang, boat dan perahu-perahu nelayan dan terkadang kapal niaga yang berukuran raksasa melintas lautan Selat Malaka. Tidak ketinggalan para pemancing dan para muda-mudi asik menikmati pesona hamparan laut lepas. Tidak hanya itu, apabila memandang kesisi kiri dari benteng terlihat jelas indahnya garis pesisir pantai dan bentangan pepohonan nyiur yang tersusun rapi, lebih kesisi belakang benteng tepatnya dekat pemandian batu gajah terdapat tempat santai yang menyuguhkan makanan rujak yang sudah menjadi ciri khas di lokasi wisata Benteng Anoi Itam.


(61)

3. Kegiatan Pariwisata Kota Sabang

Pasca penandatanganan MOU antara RI-GAM di Helsinki Finlandia telah mewujudkan kondisi dan situasi daerah yang lebih kondusif di Provinsi Aceh pada umumnya. Kondisi yang kondusif juga didukung oleh kegiatan merehabilitasi dan merekonstruksi kembali pasca bencana alam tsunami di Aceh pada tanggal 26 Desember 2004 silam, yang telah menghadirkan masyarakat internasional di Aceh. Kondisi ini juga di harapkan berimplikasi positif terhadap kegiatan pariwisata di Kota Sabang. Harus diakui, bahwa akibat konflik politik telah menyebabkan berkurangnya minat wisatawan dalam negeri maupun luar negeri untuk menikmati panorama alam di Kota Sabang.

Kota Sabang merupakan salah satu kota wisata di Provinsi Aceh. Kota ini memiliki potensi wisata alam yang menarik untuk dapat dinikmati dan dikunjungi. Di Kecamatan Sukajaya misalnya, daya tarik wisata pantai yang dapat dikunjungi, seperti pantai Pasir Putih, pantai Anoi Itam, Pantai Sumur Tiga, Pantai Tapak Gajah, Pantai Balohan, Pantai Chum, Pantai Reuteuk, dan pantai Aroun. Di kecamatan ini juga dapat dinikmati wisata air panas, terutama di Jaboi dan Keuneukai.

Di Kecamatan Sukakarya, daya tarik wisata pantai yang dapat diminati, yaitu pantai Gapang, pantai Teupin Layeu, pantai Teupin Sirui, pantai Iboih, Pantai Lueng Angin, pantai Kasih, pantai Pria Laot, dan pantai Paradiso. Panorama alam yang sangat indah untuk dikunjungi adalah taman laut Pulau


(62)

Rubiah, teluk Sabang, danau Aneuk Laot, Gua Sarang, serta tempat wisata yang strategis Tugu ‘Km 0” Republik Indonesia.

Terhadap kegiatan usaha wisata di Kota Sabang yang bermunculan yaitu seperti usaha wisata kuliner, soevenir, diving, snorkling, dan homestay. Kota Sabang merupakan tempat yang saat ini bergitu banyak dikunjungi oleh wisatawan, maka masyarakat yang tinggal di daerah tersebut cenderung lebih memilih untuk menjadi pelaku usaha dalam membangun sektor pariwisata di Kota Sabang.

Kemudian tidak lupa pula dalam membangun usaha wisata di Kota Sabang para pelaku usaha juga harus memperhatikan bagaimana mengangkat nilai-nilai sejarah dan budaya Aceh yang islami sebagai daya tarik wisata dengan menjalankan aturan-aturan yang berbasis syariah di tempat tersebut, misalnya : Usaha wisata Homestay tidak boleh campur lelaki dan perempuan dalam satu kamar tanpa adanya ikatan pernikahan.

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan dan Qanun Aceh Nomor 8 Tahun 2013 Tentang Kepariwisataan, para pelaku usaha dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata juga menghimbau wisatawan yang datang ke Kota Sabang dengan mengingatkan mereka bahwa usaha wisata disini bebas tetapi masih ada batasan, dan juga mengingatkan agar wisatawan dapat berpakaian dengan sopan karena mereka berada di daerah syariah, wisata syariah, dan juga di Kota Sabang tidak ada diskotik, tidak ada bioskop, jadi memang yang ditampilkan hanya wisata alam.


(63)

B. Pelaksanaan Perizinan Usaha Wisata yang Dikelola Oleh Swasta di Kota Sabang

Dari hasil penelitian dan wawancara dengan Bapak Syamsudin tokoh masyarakat dan relawan sosial yang mengabdi di kegiatan pariwisata sejak tahun 1980an di Kota Sabang mengatakan bahwa yang berwenang dalam mengeluarkan izin usaha wisata adalah Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Sabang. Kemudian orang atau badan yang ingin mengajukan izin usaha pariwisata terutama izin usaha wisata harus melalui beberapa prosedur diantara ada pengisian tanda daftar usaha wisata. Disini Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Sabang berwenang dan mempunyai tugas serta fungsi sebagai berikut.

Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu mempunyai tugas melaksanakan dan menyelenggarakan pelayanan administrasi di bidang perizinan dan non perizinan secara terpadu dengan prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi, simplikasi, keamanan dan kepastian.

Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu mempunyai fungsi: a. Pelaksanaan penyusunan program kerja kantor

b. Penyelenggaraan pelayanan administrasi perizinan c. Pelaksanaan koordinasi proses pelayanan perizinan d. Pelaksanaan administrasi pelayanan perizinan

e. Pemantauan dan evaluasi proses pemberian pelayanan perizinan

f. Pelaksanaan koordinasi dengan instansi dan atau lembaga terkait lainnya di bidang pelayanan perizinan


(64)

g. Pelaksanaan tugas-tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu mempunyai kewenangan: a. Menyiapkan kebijakan dan pedoman pelaksanaan pelayanan

perizinan dan non peizinan

b. Melakukan penelitian dan pengembangan, pengendalian dan pengawasan di bidang pelayanan perizinan

c. Melakukan penyelengaraan pelayanan perizinan

d. Menyelenggarakan pelayanan informasi, pengaduan dan pelaporan e. Menerima retribusi perizinan dan non perizinan sesuai dengan

peraturan perundang-undangan

f. Menerbitkan dan menandatangani dokumen perizinan dan non perizinan atas nama Walikota berdasarkan pendelegasian kewenangan

g. Menyiapkan bahan pembinaan, evaluasi dan pelaporan pelayanan perizinan.

Susunan organisasi Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu terdiri dari:

a. Kepala kantor


(65)

c. Seksi Pelayanan Perizinan d. Seksi Pelayanan Non Perizinan

e. Seksi Informasi, Pengaduan dan Pelaporan f. Tim Teknis

g. Kelompok Jabatan Fungsional

Uraian tugas dan fungsi masing-masing urusan adalah sebagai berikut:

1) Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu dipimpin oleh Kepala Kantor yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui sekda.

2) Subbagian Tata Usaha, dipimpin oleh seorang Kepala Subbagian yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Kantor.

3) Seksi-seksi, dipimpin oleh Kepala Seksi yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Kantor sesuai dengan bidang tugasnya.

4) Masing-masing Tim Teknis, berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Kantor melalui Kepala Seksi yang berkesesuaian

Pelaksanaan izin usaha wisata dalam hal ini KPPTSP (Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu) untuk mengeluarkan izin harus mendapatkan rekomenasi terlebih dahulu dari Dinas Pariwisata seperti meninjau usaha wisata yang diajukan oleh pelaku usaha wisata kepada KPPTSP, kemudian KPPTSP


(66)

mengundang Dinas Pariwisata untuk meninjau suatu usaha wisata apakah telah sesuai dengan aturan, layak atau tidaknya diterbitkan izin usaha wisata, dan apabila menurut Dinas Pariwisata telah sesuai dengan aturan, maka izin usaha wisata tersebut bisa KPPTSP terbitkan. Disini Dinas Kebudayaan dan Pariwisata mempunyai tugas melaksanakan urusan umum pemerintah kota di bidang kebudayaan dan pariwisata, serta fungsi dan kewenangannya adalah sebagai berikut.

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata mempunyai fungsi yaitu:

a. Perumusan kebijakan teknis dibidang kebudayaan dan pariwisata b. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang

kebudayaan dan pariwisata

c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas bidang kebudayaan dan pariwisata d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan

tugas dan fungsinya.

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata mempunyai kewenangan yaitu:

a. Menyediakan dukungan pengembangan kebudayaan dan pariwisata b. Merencanakan pengembangan kebudayaan dan pariwisata

c. Melaksanakan pelatihan di bidang kebudayaan dan pariwisata

d. Melakukan koordinasi dengan instansi terkait dalam bidang kebudayaan dan pariwisata


(67)

e. Melaksanakan pembinaan sumber daya manusia di bidang kebudayaan dan pariwisata

f. Melaksanakan promosi kebudayaan dan pariwisata

g. Menyediakan dukungan fasilitas pengembangan kebudayaan dan pariwisata.

Struktur Organisasi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Sabang:

A. Susunan Organisasi

Susunan Organisasi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata terdiri dari : 1. Kepala Dinas

2. Sekretariat terdiri dari :

a. Subbagian Umum dan Kepegawaian b. Subbagian Program dan Pelaporan c. Subbagian Keuangan

3. Bidang Kebudayaan, terdiri dari : a. Seksi Seni dan Nilai Budaya b. Seksi Sejarah dan Purbakala 4. Bidang Pariwisata, terdiri dari :

a. Seksi Objek dan Daya Tarik Wisata

b. Seksi Sarana dan Pengembangan Produk Wisata 5. Bidang Pemasaran, terdiri dari :

a. Seksi Promosi Budaya dan Pariwisata b. Seksi Penyuluhan dan Pelayanan Informasi


(68)

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dipimpin oleh Kepala Dinas yang berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekda. Uraian tugas dan fungsi masing-masing urusan adalah sebagai berikut:

1. Subbagian umum dan kepegawaian, mempunyai tugas menyelenggarakan urusan umum dan kepegawaian. Dalam melaksanakan tugas mempunyai fungsi:

a. Penyusunan rencana kerja subbagian umum dan kepegawaian b. Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis urusan umum dan

kepegawaian

c. Penyelenggaraan urusan surat-menyurat, kearsipan, kepustakaan, dokumentasi, informasi, perlengkapan dan rumah tangga

d. Penyusunan bahan rencana kebutuhan pegawai, pengembangan pegawai, kepangkatan, hak dan kewajiban pegawai, pembinaan pegawai serta tata usaha kepegawaian

e. Penyusunan program dan pelaporan pelaksanaan rencana kerja 2. Subbagian Program dan Pelaporan, mempunyai tugas

menyelenggarakan urusan program dan pelaporan. Dalam melaksanakan tugas mempunyai fungsi:

a. Penyusunan rencana kerja subbagian Program dan Pelaporan b. Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis urusan program dan

pelaporan

c. Pengoordinasian penyusunan rencana kerja d. Penyelenggaraan program dan pelaporan


(69)

e. Evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan rencana kerja

3. Subbagian Keuangan, mempunyai tugas menyelenggarakan urusan keuangan.

Dalam menjalankan tugas mempunyai fungsi: a. Penyusunan rencana kerja subbagian keuangan

b. Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis urusan keuangan c. Pelaksanaan anggaran, perbendaharaan, pembukuan dan

penyusunan laporan keuangan

d. Evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan rencana kerja 4. Bidang Kebudayaan

1) Seksi seni dan nilai budaya mempunyai tugas menyelenggarakan dan membina pengelolaan, pelestarian, seni, dan nilai budaya. Dalam melaksanakan tugas mempunyai fungsi:

a. Penyusunan rencana kerja seksi seni dan nilai budaya

b. Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis pengelolaan, pelestarian, seni, dan nilai budaya.

c. Penyelenggaraan pengelolaan, pelestarian, seni, dan nilai budaya. d. Pembinaan pelestarian dan pemeliharaan nilai budaya

e. Pembinaan pelestarian dan pemeliharaan tradisi budaya

f. Pembinaan pengelolaan sarana dan prasarana pendukung seni dan nilai budaya

g. Evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan rencana kerja seksi seni dan nilai budaya


(70)

2) Seksi sejarah dan purbakala mempunyai tugas menyelenggarakan dan membina pengelolaan, pelestarian, pengembangan sejarah dan kepurbakalaan. Dalam melaksanakan tugas mempunyai fungsi: a. Penyusunan rencana kerja Seksi Sejarah dan Purbakala

b. Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis pengelolaan, pelestarian, dan pengembangan sejarah dan purbakala

c. Pembinaan pelestarian dan pemeliharaan sejarah lokal dan nasional d. Penyelenggaraan dan pembinaan perlindungan, pemeliharaan, dan pengembangan benda cagar budaya, situs, dan peninggalan budaya e. Evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan rencana kerja Seksi

Sejarah dan Purbakala.

5. Bidang Pariwisata mempunyai tugas menyelenggarakan dan membina pengelolaan dan pengembangan obyek dan daya tarik wisata, sarana, usaha jasa pariwisata, dan perfilman. Dalam melaksanakan tugas mempunyai fungsi:

a. Penyusunan rencana kerja Bidang Pengembangan Pariwisata b. Perumusan kebijakan teknis pengelolaan dan pengembangan obyek

dan daya tarik wisata, sarana, usaha jasa pariwisata, dan perfilman. c. Penyelenggaraan dan pembinaan pengelolaan dan pengembangan

obyek dan daya tarik wisata.

d. Penyelenggaraan dan pembinaan pengelolaan dan pengembangan sarana, usaha jasa pariwisata, dan perfilman.


(71)

e. Evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan rencana kerja Bidang Pengembangan Pariwisata

6. Bidang Pemasaran Pariwisata, mempunyai tugas menyelenggarakan dan membina pengelolaan dan pengembangan promosi wisata, penyuluhan, dan informasi pariwisata. Dalam melaksanakan tugas mempunyai fungsi:

a. Penyusunan rencana kerja Bidang Pemasaran wisata

b. Perumusan kebijakan teknis pengelolaan dan pengembangan promosi wisata, penyuluhan dan pelayanan informasi pariwisata c. Penyelenggaraan dan pembinaan pengelolaan dan pengembangan

promosi pariwisata

d. Penyelenggaraan dan pembinaan pengelolaan dan pengembangan penyuluhan dan pelayanan informasi pariwisata

e. Evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan rencana kerja Bidang Pemasaran Wisata

Uraian tugas masing-masing seksi adalah sebagai berikut:

1) Seksi Promosi Wisata mempunyai tugas menyelenggarakan dan membina pengelolaan dan pengembangan promosi wisata. Dalam melaksanakan tugas mempunyai fungsi:

a) Penyusunan rencana kerja Seksi Promosi Wisata

b) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis promosi wisata


(72)

c) Penyelenggaraan dan pembinaan pengelolaan promosi wisata

d) Penyelenggaraan dan pembinaan pengembangan promosi wisata

e) Penyelenggaraan pemasaran potensi, obyek dan daya tarik wisata

f) Evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan rencana kerja Seksi Promosi Wisata

2) Seksi Penyuluhan dan Informasi Pariwisata mempunyai tugas menyelenggarakan dan membina pengelolaan dan pengembangan penyuluhan dan informasi pariwisata. Dalam melaksanakan tugas mempunyai fungsi:

a) Penyusunan rencana kerja Seksi Peyuluhan dan Informasi Pariwisata

b) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis pengelolaan dan pengembangan penyuluhan dan informasi pariwisata c) Penyelenggaraan pengelolaan, pelayanan, dan

pengembangan penyuluhan dan informasi pariwisata

d) Penyelenggaraan, pengelolaan, dan pengembangan jaringan informasi wisata

e) Pembinaan usaha pelayanan informasi wisata dan pramuwisata


(73)

g) Evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan rencana kerja Seksi Penyuluhan dan Informasi Pariwisata.

Berdasarkan wawancara dengan Bapak Andy Indra Rinaldy, S.Kom selaku kepala seksi pelayanan perizinan Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Sabang bahwa KPPTSP mendapatkan pelimpahan wewenang terkait dengan izin usaha wisata di Kota Sabang dengan mengeluarkan Standar Operasional Prosedur untuk mendapatkan Surat Izin Usaha Kepariwisataan (SIUK) dan/ atau Tanda Daftar Usaha Pariwisata (TDUP) dengan uraian sebagai berikut:

1. Pemohon/ pengusaha mengambil formulir di Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Sabang, kemudian mengisi serta melengkapi persyaratan dan menyerahkan kembali formulir permohonan tersebut ke kantor KPPTSP.

2. Petugas KPPTSP bertugas menerima dan meneliti formulir permohonan yang diajukan pemohon/ pengusaha, kemudian menyerahkannya kepada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Sabang setelah KPPTSP meneliti formulir pendaftaran.

3. Petugas KPPTSP mengundang tim teknis terdiri dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, pihak kampung, bappeda untuk memberitahukan jadwal peninjauan lokasi, kemudian juga memberitahukan kepada pemohon jadwal peninjauan lokasi.

4. Setelah KPPTSP dan pihak yang terlibat lain meninjau lokasi tersebut, tim teknis membuat berita acara peninjauan lokasi.


(1)

5. Pelayanan perizinan

Para pelaku usaha tentu menghendaki pelayanan dibidang perizinan yang cepat, murah, sekaligus segera dapat dimanfaatkan. Hanya saja pelaku usaha tidak mengerti bahwa proses agar diterbitkannya izin tersebut instansi terkait tidak bekerja sendirian, tidak jarang mereka harus berkoordinasi dengan instansi lain agar izin usaha wisatanya dapat diterbitkan.

Berdasarkan uraian persoalan-persoalan dalam pelaksanaan perizinan usaha wisata di atas sudah seharusnya dicarikan solusi agar penanganan dalam permasalahan perizinan dapat diselesaikan. Seharusnya para pelaku usaha dan pemerintah memperhatikan kembali Undang Undang No.10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan bahwa di dalamnya diatur hak dan kewajiban pengusaha dan pemerintah. Untuk menanggulangi masalah-masalah pelaksanaan tersebut sudah seharusnya pelaku usaha dan pemerintah melakukan beberapa langkah, yaitu sebagai berikut:

1. Pelaku usaha usaha yang ingin mendirikan usaha wisata harus memahami dan mengerti bagaimana cara berkerjanya sistem kelembagaan yang menangani persoalan perizinan, karena tim teknis yang terlibat didalamnya tidak hanya 1 instansi saja, mereka pasti berkoordinasi dengan instansi yang lain agar kegiatan proses perizinan tersebut dapat berjalan berdasarkan aturan perundang-undangan. Pelaku usaha juga harus memahami bahwa untuk mendapatkan izin usaha wisata harus mengikuti prosedur didalamnya.


(2)

75

2. Pemerintah daerah juga harus memperhatikan berbagai daya dan upaya yang dilakukan oleh pelaku usaha wisata agar izin usaha wisata miliknya dapat diterbitkan. Sering kali pemerintah mengabaikan keluhan-keluhan dari pelaku usaha dalam hal mengurus proses perizinan usaha wisata miliknya. Pemerintah juga harus memperhatikan kembali sumber daya manusia, dalam hal ini banyaknya pegawai pemerintah daerah yang tidak menjadi jaminan bahwa fungsi pekerjaan, tugas dan tanggung jawab yang dilimpahkan ke instansi tersebut telah berjalan berdasarkan peraturan perundang-undangan.


(3)

76 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pelaksanaan perizinan usaha wisata di Kota Sabang sudah ditangani oleh Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Sabang dan sudah sesuai dengan prosedur dan syarat mendirikan usaha wisata di Kota Sabang tergantung dari jenis izinnya. Pelaksanaan perizinan usaha wisata ini mengacu pada Undang Undang No.10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan yang kemudian melahirkan Qanun Aceh No.8 Tahun 2013 Tentang kepariwisataan.

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Sabang kurang dalam memberikan penyuluhan kepada pengelola usaha wisata di Kota Sabang sehingga masih banyak pengelola yang kurang mengetahui tentang pentingnya izin usaha wisata.

2. Faktor-faktor yang menghambat pelaksanaan perizinan usaha wisata di Kota Sabang antara lain yaitu :

a. Birokrasi pemerintah

b. Sarana dan prasarana pendukung c. Dana yang harus dikeluarkan d. Sumber daya manusia


(4)

77

B. Saran

1. Pelaku usaha usaha yang ingin mendirikan usaha wisata harus memahami dan mengerti bagaimana cara berkerjanya sistem kelembagaan yang menangani persoalan perizinan, karena tim teknis yang terlibat didalamnya tidak hanya 1 instansi saja, mereka pasti berkoordinasi dengan instansi yang lain agar kegiatan proses perizinan tersebut dapat berjalan berdasarkan aturan perundang-undangan. 2. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Sabang agar kiranya dapat

lebih meningkatkan pengetahuan di bidangnya masing-masing dan memberikan penyuluhan kepada para pengelola usaha wisata agar pelaksanaan perizinan usaha wisata di Kota Sabang tersebut dapat terlaksana dengan semaksimal mungkin.


(5)

Adrian Sutedi, Hukum Perizinan Dalam Sektor Pelayanan Publik, Penerbit Sinar Grafika, 2015

C.S.T. Kancil, Kitab Undang-undang Peradilan Tata Usaha Negara, Jakarta, Pradnya Paramita, 2003

Dedy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Rosda, Bandung, 2000 Direktorat Jendral Pariwisata, Pengantar Pariwisata Indonesia, Jakarta E. Utrecht, Pengantar dalam Hukum Indonesia, (Jakarta: Ichtiar 1957)

I Gde Pitana, M.Sc., I Ketut Surya Diarta, Pengantar ilmu pariwisata, Penerbit ANDI Yogyakarta

Rachmani Puspitadewi, Hukum Perizinan, Bandung, Fakultas Hukum, Universitas Indonesia, 2005

Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara Edisi Revisi, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta

Marpaung Happy, Pengetahuan Kepariwisataan, ALFABETA, Bandung, 2000 Mukti Fajar ND dan Yulianto Achmad, 2007, Dualisme Penelitian Hukum Normatif & Empiris, Yogyakarta, Pustaka Pelajar

Zulkarimein Nasution, Perkembangan Teknologi Komunikasi, Jakarta, Universitas Terbuka, 2002


(6)

Peraturan Perundang-undangan :

Undang-undang No.10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan Qanun Aceh No.8 Tahun 2013 Tentang Kepariwisataan

Website :

https://annisamuawanah.wordpress.com/2013/01/31/definisi-komponen-dan-sistem-pariwisata/

http://lifestyle.liputan6.com/read/2219228/travellers-choice-awards-2015-waktunya-berwisata-ke-pulau

http://assharrefdino.blogspot.co.id/2013/11/pengertian-pariwisata.html https://www.academia.edu/7098909/BAB_II_LANDASAN_TEORI

http://lisaherdiana.blogspot.co.id/2012/04/daya-tarik-dan-kawasan-wisata.html http://e-journal.uajy.ac.id/647/3/2TA12738.pdf