Mapping System of Skipjack’s Fishing Ground in Prigi Waters of East Java

SISTEM PEMETAAN DAERAH PENANGKAPAN IKAN
CAKALANG ( Katsuwonus pelamis ) DI PERAIRAN PRIGI
JAWA TIMUR

MARIO LIMBONG

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
 
 

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Sistem Pemetaan Daerah
Penangkapan Ikan Cakalang ( Katsuwonus pelamis ) di Perairan Prigi Jawa Timur
adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di

bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2013

Mario Limbong
NIM C452110071
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

RINGKASAN
MARIO LIMBONG. Sistem Pemetaan Daerah Penangkapan Ikan Cakalang
(Katsuwonus pelamis) di Perairan Prigi Jawa Timur. Dibimbing oleh DOMU
SIMBOLON, BUDY WIRYAWAN dan RONNY IRAWAN WAHJU.
Perairan Prigi yang terletak di selatan Jawa Timur merupakan salah satu
daerah penangkapan ikan potensial di Indonesia dengan komoditas unggulan yaitu
ikan tuna dan cakalang. Perairan ini adalah tempat yang strategis bagi nelayan
pancing tonda dan mini purse seine lokal maupun nelayan yang datang dari luar

Perairan Prigi. Pada tahun 2011, volume produksi ikan cakalang di Pelabuhan
Perikanan Nusantara (PPN) Prigi mencapai 717189 kg dengan nilai produksi
sebesar Rp 6 761 309 850. Sedangkan jumlah alat tangkap pancing tonda pada
tahun 2011 sebanyak 86 unit dan purse seine sebanyak 159 unit. Musim
penangkapan cakalang berlangsung antara Juni sampai Oktober dan puncaknya
terjadi pada Agustus sampai September. Namun kesejahteraan nelayan, khususnya
nelayan tonda masih rendah karena keuntungan yang diperoleh sedikit. Mereka
menentukan daerah penangkapan ikan (DPI) cakalang dengan sistem berburu dan
sebagian telah menggunakan rumpon dan cahaya lampu sebagai alat bantu
mengumpulkan gerombolan. Hal ini menyebabkan biaya operasi penangkapan
sangat tinggi.
Dalam menduga suatu daerah penangkapan ikan (DPI) cakalang di wilayah
Perairan Indonesia, sebenarnya sudah tersedia dalam bentuk peta prakiraan daerah
penangkapan ikan potensial melalui Badan Penelitian dan Observasi Laut (BPOL)
yang bisa diperoleh secara gratis di internet. Namun fasilitas ini belum
dimanfaatkan oleh nelayan di Prigi karena informasi yang ditampilkan tidak
sesuai dengan kondisi perikanan tonda di Perairan Prigi. Sistem pemetaan suatu
daerah penangkapan ikan mencakup berbagai aspek yang menunjang peningkatan
hasil tangkapan termasuk ikan cakalang. Aspek-aspek tersebut antara lain meliputi
aspek sumber daya manusia (SDM), sumber daya ikan (SDI), musim

penangkapan, teknologi alat tangkap dan armada kapal penangkapan.
Tujuan penelitian ini adalah membuat sistem pemetaan DPI di PPN Prigi,
mengevaluasi sistem pemetaan yang menunjang suatu DPI cakalang di Perairan
Prigi dan membuat pemetaan DPI cakalang di Perairan Prigi. Diharapkan melalui
penelitian ini dihasilkan suatu sistem pemetaan daerah penangkapan yang sesuai
dengan perikanan skala kecil sehingga dapat melengkapai peta prakiraan yang
telah dibuat oleh BPOL. Peta daerah penangkapan ikan cakalang di Perairan Prigi
yang dihasilkan melalui analisis sistem pemetaan juga nantinya dapat
diaplikasikan di wilayah Indonesia lainnya dengan adanya penyesuaian terhadap
karakter wilayah masing-masing.
Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga tahap, yaitu tahap pertama survei
lapangan tempat lokasi penelitian pada akhir Januari 2012 di Pelabuhan Perikanan
Nusantara Prigi. Tahap kedua pengumpulan data hasil tangkapan ikan cakalang
dan melakukan wawancara dengan nelayan pada bulan Juli sampai Oktober 2012.
Tahap ketiga adalah mengunduh citra SPL dan klorofil-a level 3 pada satelit Aqua
MODIS yang bersih dari tutupan awan dari internet dan mengolah data untuk
mendapatkan informasi parameter oseanografi berupa SPL dan klorofil-a yang
dimulai pada bulan November 2012 sampai bulan Februari 2013 di Departemen

Pemanfaatan Sumber Daya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

(FPIK) Institut Pertanian Bogor (IPB). Selain menganalisis hasil tangkapan,
ukuran ikan, SPL dan klorofil-a harian, dilakukan juga analisis time series mulai
Januari 2007 sampai Agustus 2012. Penyebaran ikan cakalang dianalisis dengan
menggabungkan parameter aseanografi SPL dan klorofil terhadap produksi hasil
tangkapan dan ukuran ikan melalui regresi linier berganda. Sistem pemetaan
daerah penangkapan yang dihasilkan melalui analisis Structural Equation
Modeling (SEM), dipergunakan untuk membuat peta penangkapan ikan cakalang
potensial di Perairan Prigi.
Hasil pengamatan selama penelitian diperoleh bahwa peta prakiraan daerah
penangkapan ikan potensial yang dikeluarkan oleh BPOL tidak dipergunakan oleh
nelayan bahkan informasi mengenai peta tersebut sulit diperoleh dari dinas
kelautan dan perikanan Prigi. Nelayan berpendapat bahwa peta tersebut tidak
sesuai dengan kondisi perikanan di Prigi dan hanya berguna untuk perikanan skala
besar seperti perikanan purse seine dari Bali dan Jakarta. Melalui sistem pemetaan
daerah penangkapan diperoleh bahwa operasi penangkapan di Perairan Prigi
masih bersifat tradisional dengan cara berburu. Aspek modifikasi alat tangkap,
penggunaan rumpon dan cahaya menjadi pilihan utama nelayan-nelayan tonda di
Prigi untuk meningkatkan hasil tangkapan ikan. Hal ini menghasilkan keuntungan
yang besar bagi pelaku-pelaku perikanan namun dilain sisi berdampak buruk
terhadap kerberlanjutan sumber daya ikan, khususnya ikan tuna. Aspek teknologi

alat penangkapan sudah berpengaruh baik dalam sistem pemetaan DPI cakalang di
Perairan Prigi jika dibandingkan dengan aspek SDM, SDI dan kapal.
Suhu permukaan laut di Perairan Prigi selama penelitian, mulai bulan Juli
sampai Oktober 2012 dapat dikategorikan dingin. Pola musiman yang diperoleh
selama 6 tahun terakhir (2007-2012) memperlihatkan bahwa SPL tertinggi terjadi
pada musim barat dan musim peralihan barat-timur. Sedangkan SPL terendah
terjadi pada musim timur dan mulai meningkat kembali memasuki musim
peralihan timur-barat. Kandungan konsentrasi klorofil-a tertinggi terjadi pada
musim timur dan musim peralihan timur-barat dan terendah terjadi pada musim
barat dan peralihan barat-timur. Pada musim barat, kecepatan angin tinggi
sehingga nelayan tidak melakukan operasi penangkapan. Hal yang sama juga
terjadi pada musim timur dengan kecepatan angin yang tinggi akan tetapi arus
permukaan menyebabkan terjadinya front dan upwelling sehingga kesuburan
perairan meningkat. Oleh sebab itu, nelayan tetap melakukan operasi
penangkapan karena merupakan kondisi yang disukai ikan cakalang dan tuna.
Peta daerah penangkapan yang dihasilkan digolongkan dalam dua kategori
yaitu daerah penangkapan tonda Jawa dan daerah penangkapan tonda Bugis. DPI
tonda Bugis sebagian besar adalah lokasi rumpon yang berjarak lebih jauh ke arah
laut lepas (> 26 mil), sedangkan DPI nelayan lokal lebih dekat dengan pantai
tanpa menggunakan rumpon. Luasan peta hasil penelitian lebih sempit yaitu

sekitar 10168 mil2 yang penyebarannya masih di sekitar selatan Jawa Timur. Peta
prakiraan yang diterbitkan oleh BPOL lebih menyebar ke arah selatan Bali dan
selatan Yogyakarta mencapai 18669 mil2 dan memiliki jarak terjauh menuju laut
lepas.
Kata kunci:

cakalang, daerah penangkapan, oseanografi, Prigi, sistem pemetaan

SUMMARY
 
MARIO LIMBONG. Mapping System of Skipjack’s Fishing Ground in Prigi
Waters of East Java. Supervised by DOMU SIMBOLON, BUDY WIRYAWAN
and RONNY IRAWAN WAHJU.
Prigi waters locates in the south of East Java is one of the potential fishing
grounds in Indonesia which the main commodities are skipjack and tuna. These
waters are a strategic place for trolling fishermen and either local purse seine
fishermen nor fishermen who come from the outside of Prigi waters. In 2011, the
production volume of tuna in Prigi fishing port is 717189 kg with production
value to 6 761 309 850 IDR . In addition, the amount of fishing gear in 2011 is 86
units and purse seine is 159 units. Tuna fishing season is from June to October

and peaking in August and September. But the welfare of fishermen, especially
for fishermen trolling is under feasible because the benefits are low. The
fishermen determine the skipjack fishing area systems with hunting and some
have been using FADs and light as a tool to collect hordes. These devices are led
to the arrest of a very high operating cost.
Suspect in a fishing grounds skipjack in the waters of Indonesia, is already
available in the form of map forecasting potential fishing grounds through the
Marine Observation and Research Agency (MORA) which can be obtained free of
charge on the internet. However, this facility has not been used by fishermen in
Prigi because of the information displays is not match with the real conditions of
fishing trolling in waters Prigi. Mapping system is a fishing area covers various
aspects which increase a result of fisheries catches including tuna. These aspects
include aspects of human resources, fish resources, fishing season, fishing gear
technology and a fleet of fishing vessels.
The objective of this study is to make the fishing grounds mapping system
in Prigi Fishing Port, to evaluate the mapping systems that support skipjacks
fishing grounds in the waters of Prigi and to make mapping of skipjack fishing
ground in Prigi waters. Hopefully, through this research produces fishing grounds
mapping system in accordance with the small-scale fisheries that can completes
map forecasts that have been made by MORA. The result of the map of skipjack

fishing grounds in Prigi waters which analyze with the mapping system will also
be applied in other grounds of Indonesia with an adjustment to the character of
each region.
This study was conducted in three phases. The first phase of this study is
field survey which the study was on last January 2012 in Prigi Fishing Port. The
second phase is data collection of tuna catches and interviews with the fishermen
from July to October 2012. The third stage is downloads the image of sea surface
temperature (SST) and chlorophyll-a level 3 on the Aqua MODIS satellite which
free from clouds cover and process data from the internet to get information and
oceanographic parameters such as SST and chlorophyll-a which began in
November 2012 to February 2013 in the Department of Utilization Fisheries
Resources, Faculty of Fisheries and Marine Sciences (FFMS) Bogor Agricultural
University (BAU). In addition to analyzing the catch, fish size, SST and daily
chlorophyll-a, time series analyze was also carried out from January 2007 to
August 2012. Tuna distributions was analyzed by combined the oceanographic

parameters of SST and chlorophyll-a to production catches and fish sizes
through multiple linear regression. Mapping system fishing grounds which
analyze from Structural Equation Modeling (SEM) is used to create a map of
potential skipjack fishing in the waters of Prigi.

Observations obtained during the study forecasts that the map of potential
fishing grounds issued by MORA is not used by fishermen and even information
about the map are difficult to obtain from the Prigi department of marine and
fisheries. Fishermen argue that the map is not in accordance with the conditions of
fisheries in Prigi and only useful for large-scale fisheries such as purse seine
fishery from Bali and Jakarta. In mapping system of fishing grounds found that
fishing operations in waters Prigi still traditional hunting ways. Aspects of fishing
gear modifications, the use of FADs and light is the main choice of fishermen
trolling in Prigi to increase fish catches. This results in huge profits for
perpetrators of fishing but on the other hand it is adverse impact on fish
sustainability resources, especially for tuna. Technological aspects of fishing have
been good influential in the mapping system of skipjack fishing grounds in Prigi
waters compared to the human resources aspect, fish resources and boats.
Sea surface temperature (SST) in the Prigi waters during the study from July
to October 2012 can be considered cool. Seasonal patterns obtained during the last
6 years (2007-2012) shows that the highest SST occurred in west season and eastwest transition season. Meanwhile, the lowest SST occurred in eastern season and
begins increase within the east-west transition season. The content of chlorophylla concentration was highest in east season and east-west transition season. It is
lowest in the west season and the west-east transition season. In the west season,
the wind speeds is high so the fishermen does not do the capture operation. The
same thing occurs in the east season with high wind speeds but surface currents

causes front and upwelling and thus increases eutrofication waters. Therefore,
fishermen still do the fishing operations because it is a condition that favored by
tuna and skipjack.
The resulting map of fishing grounds are classified into two categories
which is Java trolling fishing grounds and fishing grounds Bugis trolling. Bugis
trolling fishing ground is mostly within FADs which the location is further
towards to the open sea (> 26 miles), while the local fishing ground is closer to
beach without the use of FADs. Map extents research is narrower about 10168
mil2 and still spread around the south of East Java. Forecast map issued by
MORA more spread out to the south of Bali and Yogyakarta southern reaches
18669 mil2 and has the farthest distance into the open sea.
Keywords: skipjack, fishing grounds, Prigi, mapping systems, oceanography
 
 
 
 
 
 
 
 

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

 

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

 
 

 
 

SISTEM PEMETAAN DAERAH PENANGKAPAN IKAN
CAKALANG ( Katsuwonus pelamis ) DI PERAIRAN PRIGI
JAWA TIMUR
 
 
 
 
 

MARIO LIMBONG
 
 
 
 
 
 
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Sistem dan Pemodelan Perikanan Tangkap

 
 
 

 

 
 
 
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

: Dr Ir Tri Wiji Nurani, MSi
 

Judul Tesis
Nama
NIM

: Sistem Pemetaan Daerah Penangkapan Ikan Cakalang
(Katsuwonus pelamis) di Perairan Prigi Jawa Timur
: Mario Limbong
: C452110071

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr Ir Domu Simbolon, MSi
Ketua

Dr Ir Budy Wiryawan, MSc
Anggota

Dr Ir Ronny Irawan Wahyu, MPhil
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Sistem dan Pemodelan
Perikanan Tangkap

 
 
 
Prof Dr Ir Mulyono S.Baskoro, MSc
 
 
 
 
Tanggal Ujian:

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Bapa Yang Maha Pengasih atas
segala kasih dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan.
Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juli 2012
sampai Oktober 2012 ini ialah daerah penangkapan, dengan judul Sistem
Pemetaan Daerah Penangkapan Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) di Perairan
Prigi Jawa Timur.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada:
1. Dr Ir Domu Simbolon MSi, Dr Ir Budy Wiryawan MSc dan Dr Ir Ronny
Irawan Wahju MPhil selaku pembimbing yang telah banyak memberi saran,
waktu, curahan pemikiran, arahan dan petunjuk sehingga penyusunan tesis ini
dapat diselesaikan.
2. Dr Ir Tri Wiji Nurani MSi dan Prof Dr Ir Mulyono S.Baskoro MSc selaku
dosen penguji atas saran yang membangun demi perbaikan tesis ini.
3. Dosen-dosen Pascasarjana Program Studi Pemanfaatan Sumber Daya
Perikanan atas ilmu, pengetahuan dan pengalaman yang telah diberikan.
4. Ibu Rini beserta staf dinas PPN Prigi yang telah penulis selama pengumpulan
data di lapangan.
5. Among J Limbong, Inong E Sitanggang, Abang H Limbong, Kakak H
Sitanggang, Ito E Limbong, Lae H Sinurat, Bere Hanny Sinurat, Adek Rano,
Miranda dan Pirto Limbong serta keluarga besar Limbong dan Sitanggang
yang selalu memberikan motivasi dan doanya setiap waktu sampai saat ini.
6. Anna Rejeki Simbolon atas semangat, dukungan dan perhatian yang
diberikan selama penulis menyelesaikan tesis ini.
7. Teman-teman Pascasarjana PSP 2011 (SPT dan TPT) atas diskusi dan
motivasi-motivasinya.
8. Sekretariat Pascasarjana SPT dan TPT atas bantuan dan dukungan
administratif yang telah diberikan.
Semoga tesis ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2013

Mario Limbong

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

x

DAFTAR TABEL

xii

DAFTAR GAMBAR

xii

DAFTAR LAMPIRAN

xiii

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Kerangka Pemikiran
2 PROFIL PERIKANAN TANGKAP DI PPN PRIGI
Pendahuluan
Metode penelitian
Pengumpulan data
Analisis data
Profil Perikanan Tangkap
Fasilitas di PPN Prigi
Unit penangkapan purse seine
Unit penangkapan tonda
Musim dan daerah penangkapan cakalang
Produksi ikan cakalang

1
2
4
5

6
6
6
7
7
7
8
9
10
11

3 SISTEM PEMETAAN DAERAH PENANGKAPAN IKAN
POTENSIAL DI PERAIRAN PRIGI
Pendahuluan
Metode Penelitian
Pengumpulan data
Analisis data
Hasil Penelitian
Pendekatan sistem pemodelan pemetaan DPI potensial
Sistem pemetaan DPI potensial ikan cakalang di Perairan Prigi
Pembahasan
Pendekatan sistem pemodelan pemetaan DPI potensial
Sistem pemetaan DPI cakalang di Perairan Prigi
Simpulan

12
13
13
14
17
17
20
25
25
28
32

4 EVALUASI DAERAH PENANGKAPAN IKAN CAKALANG
DI PERAIRAN PRIGI
Pendahuluan

32

Metode Penelitian

34

Pengumpulan data
Analisis Data

34
34

Evaluasi peta prakiraan DPI dari BPOL

34

Analisis citra satelit

35

Analisis hasil tangkapan ikan cakalang

36

Hubungan SPL dan klorofil-a terhadap hasil tangkapan

36

Analisis DPI cakalang

36

Hasil Penelitian

39

Peta prakiraan DPI oleh BPOL

39

Parameter yang mempengaruhi DPI cakalang di Perairan Prigi

41

Suhu permukaan laut

41

Kandungan klorofil-a

42

Produksi ikan cakalang

44

Ukuran panjang ikan cakalang

46

Hubungan SPL dengan hasil tangkapan

47

Hubungan klorofil-a terhadap hasil tangkapan

48

Penyebaran DPI cakalang di Perairan Prigi

50

Pembahasan

54

Sebaran dan variasi SPL di Perairan Prigi

54

Sebaran dan variasi klorofil-a di Perairan Prigi

55

Hasil tangkapan ikan cakalang

56

Korelasi SPL dan klorofil-a terhadap hasil tangkapan

57

Daerah penyebaran cakalang di Perairan Prigi

58

Simpulan
5 PEMBAHASAN UMUM

60
60

6 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

63
63

DAFTAR PUSTAKA

63

LAMPIRAN

67

RIWAYAT HIDUP

78

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Uji kecocokan dalam analisis SEM
Pelaku dan kebutuhan pelaku sistem pemetaan DPI di Perairan Prigi
Ukuran GOF antara data dengan model
Ukuran GOF antara data dengan model setelah respesifikasi
Indikator evaluasi peta prakiraan DPI
Evaluasi daerah penyebaran ikan cakalang
Pembobotan aspek teknis operasi penangkapan
Evaluasi daerah penangkapan ikan cakalang
Sebaran SPL di perairan Prigi (Juli-Oktober 2012)
Konsentrasi dominan klorofil-a (Juli – Oktober 2012)
Perbandingan peta prakiraan DPI BPOL dan peta hasil penelitian

16
17
21
24
35
38
38
39
41
43
59

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

Kerangka pemikiran penelitian
Peta Perairan Prigi
Perkembangan alat dan kapal purse seine di PPN Prigi (2001-2011)
Perkembangan pancing tonda dan ulur di PPN Prigi (2001-2011)
Daerah penyebaran kapal penangkapan ikan
Produksi (ton) dan nilai produksi cakalang
Diagram lingkar sistem pemetaan daerah penangkapan ikan
Diagram input-output sistem pemetaan daerah DPI tradisional
Persentase aspek-aspek yang dibutuhkan oleh nelayan tonda
Structural equation modeling yang menunjukkan nilai-t
Structural equation modeling yang menunjukkan nilai
muatan standar
Structural equation modeling yang menunjukkan
nilai-t setelah respesifikasi
Diagram structural equation modeling yang menunjukkan
nilai muatan faktor standar setelah respesifikasi
Rancangan model deskriptif sistem pemetaan DPI di Perairan Prigi
Jumlah peta prakiraan DPI BPOL potensial untuk wilayah
selatan Jawa (Juli-Oktober 2012)
Peta prakiraan DPI wilayah Jawa Bali dan Nusa Tenggara tanggal
15-16 Agustus 2012
SPL rata-rata selama penelitian (Juli-Oktober 2012)
Pola sebaran SPL bulanan (2007- 2012)
Kandungan rata-rata klorofil-a saat penelitian (Juli-Oktober 2012)
Pola konsentrasi klorofil-a bulanan (2007-2012)

5
7
8
9
10
11
18
19
21
23
23
24
25
31
39
40
41
42
43
44

21 Produksi (kwintal) dan CPUE (kg) harian hasil tangkapan ikan
cakalang (Juli-Oktober 2012)
22 Produksi bulanan ikan cakalang (2007-2012)
23 Produksi bulanan hasil tangkapan ikan cakalang (2007-2012)
24 Persentase ukuran cakalang saat penelitian (Juli-Oktober 2012)
25 Hubungan SPL dengan produksi cakalang (Juli-Oktober 2012)
26 Hubungan SPL dan produksi cakalang bulanan (2007-2012)
27 Hubungan klorofil-a dan produksi cakalang bulanan (2007-2012)
28 Korelasi silang antara klorofil-a dengan hasil tangkapan
29 Hubungan klorofil-a dan ukuran ikan cakalang (Juli-Oktober 2012)
30 Prakiraan daerah penangkapan ikan cakalang potensial di Perairan
Prigi pada bulan Juli- Oktober 2012
31 Peta prakiraan DPI oleh BPOL pada bulan Juli-Oktober 2012

45
45
46
46
47
48
49
49
50
52
53

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8

Jumlah alat tangkap menurut jenisnya di PPN Prigi tahun 2001-2011
Jenis ikan yang didaratkan di PPN Prigi tahun 2001-2011
Hasil output analisis SEM tahap pertama
Hasil output SEM respesifikasi
Daerah penyebaran cakalang Juli-Oktober 2012
Scoring peta daerah penangkapan di Perairan Prigi
Gambar kapal tonda di Prigi
Unit purse seine di Prigi

67
68
69
70
71
73
76
77

DAFTAR ISTILAH
Alat penangkapan ikan

: Alat yang dirancang (dibuat) untuk menangkap ikan.

Citra

: Ilmu atau seni cara merekam suatu objek tanpa kontak
fisik dengan menggunakan alat pada pesawat terbang,
balon udara dan satelit.

Front

: Daerah pertemuan dua massa air yang mempunyai
karakteristik berbeda.

Fishing ground

: Lokasi
perairan
penangkapan ikan.

Fitoplankton

: Organisme yang mampu menyediakan/mensintesis
makanan sendiri yang berupa bahan organik dari
bahan anorganik dengan bantuan energi seperti
matahari dan kimia.

Klorofil-a

: Kandungan zat hijau daun pada tumbuhan dan
fitoplankton.

NASA

: (National Aeronautics and Space Administration).
Lembaga penerbangan dan ruang angkasa Amerika
Serikat.

Rumpon

: Alat bantu pengumpul ikan yang dipasang dan
ditempatkan pada perairan laut yang berfungsi sebagai
tempat mencari makan, memijah dan berlindung ikan.

Schooling

: Tingkah laku sosial ikan yang bergerombol atau
membentuk kelompok di perairan.

SeaDas

: (SeaWiFS Data Analysis System) perangkat lunak
yang dikembangkan oleh NASA pada tahun 1997,
merupakan analisis citra satelit secara komprehensif
untuk memproses, menampilkan dan menganalisa
semua produk dari data satelit ocean color SeaWiFS.

SEM

: (Structural Equation Modelling) merupakan analisis
multivariate yang dapat menganalisis hubungan
variabel secara kompleks atau menggunakan banyak
variabel.

Sistem

: Gugusan dari elemen yang saling berhubungan dan
terorganisasi untuk mencapai suatu tujuan.

dimana

dilakukan

operasi

Suhu permukaan laut

: Suatu besaran fisika yang menyatakan banyaknya
aliran panas yang terkandung dalam suatu benda
(permukaan air laut).

Upwelling

: Istilah yang digunakan untuk menggambarkan prosesproses yang menyebabkan air bergerak ke atas dari
suatu kedalaman menuju lapisan permukaan.

Pemetaan

: Proses pengukuran, perhitungan dan penggambaran
permukaan bumi (terminologi geodesi) dengan
menggunakan cara dan atau metode tertentu sehingga
didapatkan hasil berupa softcopy maupun hardcopy
peta yang berbentuk vektor maupun raster.

Perikanan

: Semua kegiatan yang berhubungan dengan
pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan
lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi,
pengolahan sampai dengan pemasaran, yang
dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan.

Peta

: Gambaran permukaan bumi pada bidang datar dengan
skala tertentu melalui suatu sistem proyeksi.

 

1

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perairan Prigi yang terletak di selatan Jawa Timur, merupakan salah satu
daerah penangkapan ikan yang potensial di Indonesia. Jenis-jenis ikan yang
terdapat di Perairan Prigi sangat banyak sehingga daerah ini merupakan tempat
yang strategis bagi nelayan lokal maupun nelayan yang datang dari luar Perairan
Prigi. Ikan cakalang merupakan salah satu jenis ikan pelagis besar yang banyak
tertangkap oleh alat tangkap pancing tonda dan mini purse seine. Pada tahun
2011, volume produksi ikan cakalang di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN)
Prigi mencapai 717189 kg dengan nilai produksi sebesar Rp6 761 309 850.
Sedangkan jumlah alat tangkap pancing tonda pada tahun 2011 sebanyak 86 unit
dan purse seine sebanyak 159 unit (PPN Prigi 2012). Nelayan di Perairan Prigi
telah melakukan peningkatan teknologi dalam melakukan operasi penangkapan
ikan. Hal ini dapat dilihat dari pembuatan rumpon untuk mengumpulkan
gerombolan ikan dan pemasangan lampu pada kapal mini purse seine untuk
melakukan operasi penangkapan ikan pada malam hari. Musim penangkapan
cakalang berlangsung antara Juni sampai Oktober dan puncaknya terjadi pada
Agustus sampai September (Widianingsih 2004). Pelabuhan ini dahulunya hanya
menampung nelayan-nelayan tradisional yang berada di sekitar Kabupaten
Trenggalek, namun sekarang nelayan-nelayan yang berasal dari Tulungagung,
Blitar, Malang, Pasuruan dan Pacitan juga mendaratkan hasil tangkapan mereka di
PPN Prigi. Oleh karena itu, pelabuhan ini rencananya akan dikembangkan
menjadi Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) sehingga fasilitas yang akan
diterima oleh nelayan akan bertambah. Salah satu langkah yang dapat dilakukan
untuk meningkatkan perekonomian perikanan cakalang adalah membuat sistem
pemetaan daerah penangkapan cakalang. Sistem proses pra produksi dan
produksi ikan cakalang perlu dianalisis dan diaplikasikan untuk mengoptimalkan
operasi penangkapan sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan nelayan dan
pelaku ekonomi perikanan di pelabuhan tersebut.
Dalam menduga suatu daerah penangkapan ikan (DPI) cakalang di wilayah
Perairan Indonesia, sebenarnya sudah tersedia dalam bentuk peta daerah
penangkapan. Pemerintah melalui lembaga Kementerian Kelautan dan Perikanan
yaitu Badan Penelitian dan Observasi Laut ( BPOL) telah menyediakan fasilitas
berupa peta DPI yang bisa digunakan oleh nelayan dalam menentukan DPI
potensial. Namun, fasilitas peta DPI yang telah tersedia di pelabuhan dan juga
dapat diperoleh di internet, belum digunakan oleh nelayan-nelayan di Prigi
khususnya nelayan purse seine dan pancing tonda. Hal ini disebabkan oleh
kurangnya keakuratan peta dan informasi yang tidak sampai ke nelayan. Oleh
karena itu, selain menggunakan rumpon, sebagian besar sistem penangkapan ikan
cakalang masih menggunakan sistem berburu atau secara konvensional.
Sistem pemetaan suatu DPI harus mencakup berbagai aspek yang
menunjang peningkatan hasil tangkapan termasuk ikan cakalang. Aspek-aspek
yang dapat menunjang tercapainya kesejahteraan nelayan antara lain meliputi
aspek sumber daya manusia (SDM), sumber daya ikan (SDI), musim
penangkapan, teknologi alat penangkapan dan kapal penangkapan. Sumber daya

2
manusia (anak buah kapal/ABK dan pemerintah) diharapkan dapat memberikan
pengaruh yang besar dalam pengembangan perikanan cakalang yang berbasis
perikanan berkelanjutan sehingga perekonomian perikanan di PPN Prigi dapat
ditingkatkan lebih besar lagi. Hal ini dapat dilakukan dengan peningkatan kualitas
SDM dan penggunanaan teknologi dalam melakukan operasi penangkapan ikan.
Simbolon et al. (2009) menyatakan bahwa aspek SDI sangat menentukan dalam
keberhasilan operasi penangkapan ikan. Tingkah laku ikan sangat berkaitan erat
dengan ruaya dan keberadaan ikan dalam suatu perairan. Oleh karena itu,
penentuan DPI cakalang dapat dilakukan dengan mengamati faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkah laku atau kebiasaan ikan cakalang seperti parameterparameter oseanografi perairan dalam prose penangkapan ikan.
Pengamatan suhu permukaan laut (SPL) dan kandungan klorofil-a dapat
dilakukan untuk mendeteksi keberadaan ikan cakalang karena ikan ini merupakan
spesies yang lapisan renangnya terdapat pada bagian atas permukaan air. Gunarso
(1985) menyatakan bahwa kebiasaan cakalang bergerombol terjadi ketika dalam
keadaan aktif mencari makan. Individu suatu schooling cakalang mempunyai
ukuran yang relatif sama. Ikan yang berukuran lebih besar berada pada lapisan
yang lebih dalam dengan schooling yang kecil, sedangkan ikan yang berukuran
kecil berada pada lapisan permukaan dengan kepadatan yang lebih besar. Ikan
cakalang yang berukuran besar berbeda kemampuan adaptasinya dengan ikan
cakalang ukuran kecil dalam mengatasi perubahan lingkungan. Dengan
mengetahui ukuran ikan cakalang, maka dapat melihat sebagian sifat-sifatnya
dalam mengatasi perubahan lingkungan dapat diprediksi.
Pengamatan parameter oseanografi seperti SPL dan kandungan klorofil-a
perairan Indonesia yang sangat luas sangat sulit secara metode konvensional
karena membutuhkan biaya yang sangat besar dan waktu yang lama. Hal ini
mendorong untuk memanfaatkan teknologi satelit khususnya data dari satelit
terra/aqua MODIS dalam pengamatan fenomena oseanografi khususnya SPL dan
kandungan klorofil-a. Dengan mengetahui penyebaran SPL optimum dan
kandungan klorofil-a ikan cakalang, maka nelayan dapat memprediksi daerah
penyebaran sehingga menghemat waktu, biaya dan tenaga untuk melakukan
operasi penangkapan.
Penelitian sumber daya ikan pelagis di Perairan Prigi telah dilakukan oleh
beberapa peneliti sebelumnya diantaranya Widianingsih (2004) tentang kajian
teknis dan musim penangkapan cakalang dengan pukat cincin; Nurdin (2011)
tentang teknologi dan manajemen perikanan tuna berbasis rumpon yang
berkelanjutan; Ross (2011) tentang model pengelolaan ikan pelagis secara
berkelanjutan. Penelitian tentang pengembangan sistem pemetaan daerah
penangkapan ikan cakalang di Perairan Prigi, bahkan di perairan Indonesia belum
pernah diteliti sebelumnya, sehingga perlu dilakukan.

Perumusan Masalah
Pemanfaatan sumber daya ikan cakalang yang memiliki nilai ekonomis
tinggi di PPN Prigi belum termanfaatkan secara optimal yang dapat dilihat dari
kesejahteraan nelayan dan pelaku perekonomian perikanan masih rendah. Sistem
pemetaan DPI belum dikembangkan secara optimal sehingga pendapatan yang

3
diperoleh dari hasil tangkapan ikan cakalang tidak sesuai dengan upaya yang
dilakukan untuk melakukan operasi penangkapan. Aspek SDM, aspek musim
penangkapan, aspek kapal, aspek teknologi alat penangkapan dan aspek SDI
belum diidentifikasi peranannya padahal aspek-aspek tersebut sangat
mempengaruhi perekonomian perikanan cakalang di PPN Prigi.
Nelayan pancing tonda dan mini purse seine di PPN Prigi sebagian besar
merupakan nelayan tradisional dengan teknologi yang digunakan dalam
melakukan operasi penangkapan ikan masih rendah. Penambahan alat dan
penggunaan alat bantu hanya dilakukan oleh sebagian kecil kelompok nelayan
karena kurangnya bantuan dari pihak pemerintah daerah maupun pusat. Nelayan
hanya memiliki waktu selama 4-5 bulan untuk melakukan operasi penangkapan
ikan. Nelayan tidak dapat melakukan operasi penangkapan karena faktor cuaca,
keberadaan ikan yang sulit diketahui dan musim puncak penangkapan berakhir,
sehingga hampir semua nelayan menganggur. Kondisi inilah yang menjadi
permasalahan nelayan yang membutuhkan pekerjaan lain ketika tidak melakukan
operasi penangkapan ikan (musim paceklik) yang tidak dapat diatasi oleh
pemerintah.
Selain masalah sumber daya manusia, aspek SDI manjadi faktor yang sangat
berpengaruh dalam penentuan DPI yang belum diketahui oleh nelayan pancing
tonda dan mini purse seine. Nelayan hanya memperhatikan kondisi perairan
seperti adanya buih-buih di permukaan perairan, warna perairan yang lebih gelap
dari perairan di sekitarnya, adanya burung-burung yang menukik-nukik di sekitar
perairan dan munculnya lumba-lumba di permukaan perairan yang merupakan
pengetahuan yang diperoleh secara turun-temurun. Kelemahan dari metode ini
tidak dapat mengantisipasi perubahan kondisi oseanografi dan meteorologi yang
sangat berkaitan erat dengan perubahan daerah penangkapan ( fishing ground) itu
sendiri yang berubah secara dinamis.
Pembuatan rumpon untuk mengatasi permasalahan daerah penangkapan
mengakibatkan masalah baru. Banyak kelompok nelayan mengalami kerugian
karena rumpon-rumpon mereka dipakai oleh nelayan dari luar daerah bahkan ada
yang kehilangan rumpon. Pengawasan dari pihak pemerintah tentang pengaturan
posisi penempatan rumpon dan kepemilikan masih kurang optimum. Peta
prakiraan daerah penangkapan ikan yang telah diberikan oleh Dinas Kementerian
Kelautan dan Perikanan melalui lembaga BPOL tidak pernah digunakan oleh
nelayan dalam menduga DPI potensial. Padahal data peta tersebut telah tersedia di
pelabuhan dan juga dapat diperoleh dari internet. Hal ini disebabkan oleh
keakuratan informasi yang tidak pasti, ketersediaan peta tidak diketahui oleh
nelayan dan peta DPI tersebut sulit diterapkan dalam skala perikanan kecil dengan
masyarakat nelayan yang tradisional. Sosialisasi kepada nelayan tentang
penggunaan peta prakiraan BPOL belum dilakukan oleh dinas pemerintah melalui
pihak pelabuhan di Prigi. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang
sistem pemetaan DPI yang menganalisis kondisi nelayan tradisional (aspek
sosial), aspek lingkungan dan aspek teknologi secara terpadu sehingga DPI yang
dihasilkan diharapkan lebih akurat dan dapat diaplikasikan dengan mudah oleh
nelayan tradisional.

4
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan umum penelitian ini ialah membuat sistem pemetaan DPI cakalang
di Perairan Prigi dengan tujuan khusus antara lain (1) mengevaluasi sistem
pemetaan DPI cakalang, (2) mengevaluasi peta DPI yang telah tersedia di PPN
Prigi dan (3) membuat peta DPI cakalang yang dapat digunakan oleh nelayan
tradisional di Perairan Prigi. Diharapkan melalui penelitian ini dihasilkan suatu
sistem pemetaan daerah penangkapan yang sesuai dengan perikanan skala kecil
sehingga dapat melengkapi bahkan meningkatkan akurasi peta prakiraan yang
telah ada. Peta DPI cakalang di Perairan Prigi yang dihasilkan melalui analisis
sistem pemetaan juga nantinya dapat diaplikasikan di wilayah Indonesia lainnya
dengan adanya penyesuaian terhadap karakter wilayah masing-masing.

Kerangka Pemikiran
Sistem pemetaan daerah penangkapan sangat berpengaruh terhadap proses
pra produksi dan produksi penangkapan. Informasi DPI yang diperoleh oleh
nelayan di PPN Prigi saat ini masih sebatas jenis ikan yang diperbolehkan
ditangkap di suatu wilayah tertentu. Informasi tersebut masih kurang karena
sifatnya tidak dinamis, padahal gerombolan ikan selalu berpindah tempat atau
beruaya dan dipengaruhi oleh keadaan faktor lingkungan perairan. Oleh karena
itu, perlu suatu sistem pemetaan DPI untuk memberikan informasi yang lebih
akurat dan dinamis terhadap keberadaan gerombolan ikan cakalang. Peta DPI
yang telah tersedia di pelabuhan tidak pernah digunakan oleh nelayan di Perairan
Prigi sehingga waktu dan biaya operasi penangkapan menjadi tinggi.
Sistem pemetaan DPI cakalang yang akurat dan dinamis akan memberikan
kepastian yang lebih tinggi terhadap keberadaan ikan sehingga operasi
penangkapan ikan cakalang akan lebih efisien dan efektif tanpa menimbulkan
konflik diantara nelayan. Sistem pemetaan yang jelas dapat membuat peta DPI
cakalang berdasarkan perubahan waktu, perubahan lingkungan dan dapat juga
diterapkan terhadap jenis ikan lain. Peta penangkapan akan membantu nelayan
dalam menentukan pengalokasian alat-alat, bahan dan juga sumber daya dalam
melakukan operasi penangkapan. Peta tersebut akan berbeda dengan peta DPI
yang telah tersedia di pelabuhan ataupun peta DPI yang bisa diperoleh melalui
internet. Hal ini disebabkan karena peta dari analisis penelitian ini lebih spesifik
untuk daerah Perairan Prigi dan juga menggunakan faktor-faktor yang
berpengaruh bagi nelayan tradisional dalam menganalisis serta membuat peta DPI
yang baru.
Untuk pembuatan sistem penangkapan ikan cakalang di Perairan Prigi, perlu
dilihat dari aspek SDM, SDI, kapal dan teknologi alat penangkapan ikan (TAP)
yang digunakan. Aspek-aspek tersebut akan dianalisis dengan pendekatan sistem
kemudian analisis Structural Equation Modeling (SEM) untuk mendapatkan
faktor-faktor yang paling berpengaruh terhadap proses pra produksi dan produksi
penangkapan ikan cakalang. Melalui hasil analisis pemodelan SEM, maka akan
dilakukan pembuatan model pemetaan DPI yang cocok untuk perikanan skala
kecil, khususnya perikanan cakalang di Perairan Prigi. Kerangka pemikiran dapat
dilihat pada Gambar 1.1.

5

Permasalahan:
• Biaya dan waktu operasi penangkapan
tinggi
• Peta prakiraan DPI belum applicable
• Konflik sosial

Peta DPI
oleh BPOL

Peta Daerah
Penangkapan Ikan
Potensial
SDM






Jumlah ABK
Skill ABK
Pendidikan
Birokrasi
Umur ABK

TAP

KAPAL

SDI

 Penambahan
Alat
 Bahan Alat
 Rumpon
 Cahaya

 Dimensi
Kapal
 Kelayakan
melaut






Musim
Ukuran
CPUE
Parameter
Oseanografi

Structural Equation
Modeling
(SEM)

Model Sistem Pemetaan Daerah
Penangkapan Ikan Potensial

Pendekatan Sistem dan
Permodelan Sistem
Keterangan:
: berpengaruh langsung
: berpengaruh secara tidak langsung

Gambar 1.1 Kerangka pemikiran penelitian

6

2 PROFIL PERIKANAN CAKALANG DI PPN PRIGI
Pendahuluan
Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Prigi terletak pada koordinat
111 43’58’’BT dan 08o17’22’’LS, tepatnya di Desa Tasikmadu, Kecamatan
Watulimo, Kabupaten Trenggalek Provinsi Jawa Timur. Kabupaten Trenggalek
mempunyai luas wilayah 120532950 ha yang terdiri dari 60 % pegunungan dan
40% bagian daratan rendah. Tinggi permukaan air laut pada beberapa wilayah di
Kabupaten Trenggalek berkisar antara 150-450 m. Panjang pantai selatan
Kabupaten Trenggalek ±96 km, sebagian besar pantainya berbentuk teluk yang
terdiri atas Teluk Panggul, Teluk Munjungan dan Teluk Prigi. Luas Zona
Ekonomi Eksklusif (ZEE) Kabupaten Trenggalek adalah 35424 km2 yang
merupakan wilayah perairan laut yang bisa dieksploitasi (Gambar 2.1). PPN Prigi
terdapat di area Teluk Prigi yang merupakan pusat berjalannya roda ekonomi
perikanan (PPN Prigi 2012). Pelabuhan dibangun di atas lahan seluas 27.5 ha
dengan luas tanah 11.5 ha dan luas kolam pelabuhan 16 ha. PPN Prigi mempunyai
batas-batas sebelah utara dengan pemukiman penduduk, sebelah timur dengan
muara dan hutan lindung, sebelah selatan dengan Samudera Hindia dan sebelah
barat dengan lokasi pemukiman nelayan.
Pelabuhan Perikanan Nusantara Prigi merupakan penyumbang terbesar
sektor perikanan tangkap di Kabupaten Trenggalek. Potensi perikanan di Prigi
merupakan salah satu sektor yang bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dan pemasukan daerah. Namun, wilayah yang strategis
ini belum dikelolah dengan baik, khususnya perikanan tangkap yang
mengandalkan komoditas perikanan tuna, tongkol dan cakalang (Ross 2011).
Perikanan tangkap di PPN Prigi masih terkonsentrasi di perairan teritorial. Hal ini
disebabkan ukuran kapal yang relatif kecil (