Potensi Hasil Galur - Galur Harapan Kedelai Hitam (Glycine max (L.) Merr.) di Kabupaten Bogor.

i

POTENSI HASIL GALUR - GALUR HARAPAN KEDELAI
HITAM (Glycine max (L.) Merr. ) DI KABUPATEN BOGOR

LELA MARLENASARI
A24080039

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
i

ii

RINGKASAN

LELA MARLENASARI. Potensi

Hasil Galur - Galur Harapan Kedelai


Hitam (Glycine max (L.) Merr.)

di Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh

DESTA WIRNAS.
Kedelai hitam merupakan salah satu komoditas penting khususnya untuk
industri kecap. Peran kedelai hitam tidak hanya menjadi pemasok industri, namun
berperan sebagai sumber protein serta dinilai sebagai sumber pangan fungsional
potensial. Varietas unggul kedelai hitam masih terbatas, sehingga diperlukan
pengembangan varietas kedelai hitam.
Penelitian ini merupakan salah satu bagian dari uji multilokasi yang
bertujuan untuk menguji potensi hasil 8 galur harapan kedelai hitam hasil
pemuliaan Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB pada lahan kering di
Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober
2011 sampai dengan Januari 2012. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan
Kelompok Lengkap Teracak dengan perlakuan faktor tunggal yaitu terdiri dari 8
galur harapan kedelai hitam dan Cikuray, Malika dan Willis sebagai varietas
pembanding. Galur yang digunakan dalam penelitian ini adalah SSD-54, SSD-75,
SSD-82, SSD-91, SSD-102, SC-39-1, SC-68-2, dan GC-74-7.

Keadaan tanaman secara umum memiliki keragaan yang baik. Kendala
pada penanaman yaitu adanya hama dan penyakit serta gulma yang mengganggu.
Serangan tertinggi ketika peralihan fase vegetatif ke fase generatif yaitu pada
40 - 43 HST dan pada fase generatif yaitu pada 48 HST. Cara penanggulannya
yaitu dengan melakukan penyemprotan pestisida dan pengendalian gulma secara
manual. Kendala lainnya tanaman mengalami kerebahan.
Galur – galur kedelai hitam yang diuji pada penelitian ini berpengaruh
pada karakter tinggi tanaman, umur berbunga, jumlah cabang produktif, jumlah
polong hampa dan umur panen. Galur – galur harapan kedelai hitam pada
penelitian ini memiliki hasil sebanding dengan varietas pembanding.

ii

i

POTENSI HASIL GALUR - GALUR HARAPAN KEDELAI
HITAM (Glycine max (L.) Merr. ) DI KABUPATEN BOGOR

Skripsi sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

LELA MARLENASARI
A24080039

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
i

ii

Judul

:

POTENSI HASIL GALUR – GALUR
HARAPAN
KEDELAI

HITAM
(Glycine
max
(L.)
Merr.)
DI
KABUPATEN BOGOR

Nama

:

LELA MARLENASARI

NIM

:

A24080039


Menyetujui,
Pembimbing

Dr. Desta Wirnas, SP, MSi
NIP. 19701228 200003 2 001

Mengetahui,
Ketua Departemen

Dr. Ir. Agus Purwito, MSc. Agr.
NIP . 19611101 198703 1 003

Tanggal Lulus :
ii

iii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sumedang pada tanggal 6 Maret 1990 dari pasangan

Edi Sunaedi (Alm) dan Ia Kurnia (Alm) serta merupakan anak kedua dari tiga
bersaudara. Penulis memiliki dua saudara perempuan yaitu Cindy Husena dan Leli
Marlenisari.
Pendidikan yang telah penulis tempuh yaitu TK Sejahtera Sanding Malangbong dan melanjutkan di SD Negeri Cidempet pada tahun 1996 - 2002.
Pada tahun 2002 - 2005 penulis melanjutkan sekolah di SMP Negeri 1 Conggeang
dan pada tahun 2008 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Conggeang. Penulis
diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI pada tahun 2008. Penulis
mengikuti Tingkat Persiapan Bersama (TPB) di IPB selama satu tahun kemudian
masuk Jurusan Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB pada tahun
2008 sebagai pilihan pertama.
Selama menjadi mahasiswa penulis aktif mengikuti kegiatan non akademik
di Gentra Kaheman dan Agria Suara pada tahun 2008 - 2009 serta aktif
berorganisasi di bidang keprofesian Himagron (Himpunan Mahasiswa Agronomi)
pada periode 2010 - 2011. Penulis juga mengikuti Program IPB Go Field pada
tahun 2009.

iii

iv


KATA PENGANTAR

Penulis memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kekuatan sehingga skripsi yang berjudul Potensi Hasil Galur Galur Harapan Kedelai Hitam (Glycine max (L.) Merr. ) di Kabupaten
Bogor”dapat diselesaikan dengan baik. Penelitian ini dibiayai oleh kerjasama IPB
dengan Kementrian Pendidikan Nasional melalui Program IM-HERE tahun
anggaran 2011.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan sebesar besarnya kepada semua pihak yang telah membantu sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :
1.

Dr. Desta Wirnas, SP, MSi. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan dalam pembuatan skripsi ini

2.

Dr. Ir. Trikoesoemaningtyas, MSc. dan Dr. Ir. Ketty Suketi Msi. yang telah
bersedia menjadi dosen penguji dalam ujian skripsi penulis

3.


Dr. Ir Sandra Arifin Aziz, MS. selaku dosen pembimbing akademik

4.

Seluruh Staf Pengajar dan Staf Komisi Pendidikan Departemen Agronomi
dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB yang telah banyak membantu

5.

Kedua orang tua (Alm) yang terhormat, mudah-mudahan menjadi
kebahagiaan dan kebanggaan untuk ibunda dan ayahanda.

6.

Kedua saudara tercinta, Cindy Husena dan Leli Marlenisari yang telah
memberikan motivasi kepada penulis.

7.


Ibu Lilis, Bapak Endang, Ema Edoh, A Ruhyat, Teh Susan dan semua
keluarga yang telah memberikan dukungan moril dan materil yang
menjadi kekuatan untuk penulis bisa berjuang menempuh pendidikan ini

8.

Kakanda M. Mukhlis serta teman - teman tercinta, Fitri Handayani, Bhekti
Ayu Hidayati, Lega Krisda Febriyanti, Syti Sarah Maesaroh, Resti
Tilawah, Siti Maesyaroh dan Indigenous 45.
Semoga Allah SWT berkenan membalas semua kebaikan Ibu, Bapak, dan

rekan - rekan semua. Semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi kita semua.

Bogor, Juni 2012
iv

v

DAFTAR ISI


DAFTAR TABEL ...............................................................................

Halaman
vi

DAFTAR GAMBAR ..........................................................................

vii

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................

viii

PENDAHULUAN .............................................................................
Latar Belakang ................................................................
Tujuan Penelitian .............................................................
Hipotesis ..........................................................................

1
1

2
2

TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................
Botani dan Morfologi Tanaman Kedelai ...........................
Syarat Tumbuh Kedelai .....................................................
Pemuliaan Kedelai ............................................................

3
4
6
8

BAHAN DAN METODE .................................................................
Tempat dan Waktu ..........................................................
Bahan dan Alat ................................................................
Metode Percobaan ...........................................................
Pelaksanaan Percobaan ...................................................
Pengamatan .....................................................................
Analisis Data ...................................................................

10
10
10
10
11
11
12

HASIL DAN PEMBAHASAN .........................................................
Kondisi Umum ................................................................
Keragaan Karakter Agronomis Galur–Galur Kedelai
Hitam .................................................................................
Nilai Parameter Genetik ..................................................
Uji Kolerasi Antar Karakter Tanaman ............................
Deskripsi Galur - Galur Kedelai Hitam ............................

14
14
17
26
27
30

KESIMPULAN DAN SARAN ...........................................................
Kesimpulan ......................................................................
Saran ..................................................................................

35
35
35

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................

36

LAMPIRAN ........................................................................................

39

v

vi

DAFTAR TABEL
Nomor

Halaman

1. Karakteristik fase tumbuh vegetatif pada tanaman kedelai..................

4

2. Karakteristik fase tumbuh reproduktif pada tanaman kedelai.............

5

3. Sidik ragam-peragam dan komponen pendugaan ragam peragam ......

13

4. Nilai tengah, standar deviasi dan kisaran karakter agronomi galur –
galur kedelai hitam yang diuji ...............................................................

17

5. Rekapitulasi analisis ragam pada beberapa karakter agronomis galur –
galur harapan kedelai hitam yang diuji ...............................................

18

6. Nilai rataan dan standar deviasi tinggi tanaman, jumlah cabang
produktif, dan jumlah buku produktif galur harapan kedelai hitam .....

19

7. Nilai rataan dan standar deviasi karakter umur berbunga dan umur
panen galur - galur harapan kedelai hitam ...........................................

20

8. Nilai rataan dan standar deviasi karakter jumlah polong total, jumlah
polong bernas, jumlah polong hampa dan rata – rata jumlah biji per
polong galur - galur harapan kedelai hitam..........................................

22

9. Nilai rataan dan standar deviasi karakter bobot biji per tanaman,
bobot 100 butir dan umur potensi hasil (sink size) galur – galur
harapan kedelai hitam.. ........................................................................

23

10. Nilai komponen ragam, heritabilitas, dan kriteria heritabilitas ............

26

11. Hasil uji kolerasi pearson antar karakter pada galur - galur harapan
kedelai hitam yang diuji......................................................................

29

12. Deskripsi sifat kuantitatif galur – galur kedelai hitam yang diuji .......

34

vi

vii

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Halaman

1. Kondisi lahan penanaman ....................................................................

14

2. Hama yang menyerang tanaman kedelai..............................................

15

3. Penyakit yang menyerang tanaman kedelai .........................................

16

4. Gulma yang terdapat di lahan pertanaman kedelai ..............................

16

5. Persentase bobot biji per tanaman dan potensi hasil (sink size) pada
galur - galur kedelai yang diuji dan varietas pembanding ..................

24

6. Produktivitas galur - galur kedelai hitam yang diuji dan varietas
pembanding ...........................................................................................

25

7. Keragaan tanaman galur SSD-54 di lahan pertanaman........................

30

8. Keragaan tanaman galur SSD-75 di lahan pertanaman........................

30

9. Keragaan tanaman galur SSD-82 di lahan pertanaman........................

31

10. Keragaan tanaman galur SSD-91di lahan pertanaman .........................

31

11. Keragaan tanaman galur SSD-102 di lahan pertanaman ......................

31

12. Keragaan tanaman galur SC-39-1 di lahan pertanaman .......................

32

13. Keragaan tanaman galur SC- 68-2 di lahan pertanaman ......................

32

14. Keragaan tanaman galur GC- 74-7 di lahan pertanaman .....................

32

vii

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

Halaman

1.

Denah petak percobaan ...................................................................

40

2.

Sidik ragam karakter agronomis kedelai hitam di muara................

41

3.

Data curah hujan .............................................................................

44

4.

Daya Berkecambah galur - galur harapan kedelai hitam di Muara.

44

5.

Deskripsi varietas pembanding .......................................................

45

6.

Hasil uji t pada bobot biji per tanaman dengan potensi hasil per
tanaman (sink size) ........................................................................

48

viii

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kedelai merupakan salah satu sumber utama protein nabati di Indonesia.
Olahan biji kedelai dapat berupa tahu, tempe, kecap, tauco, susu kedelai, tepung
kedelai, dan sebagai bahan baku kosmetik. Produk kedelai sebagai bahan olahan
pangan berpotensi dan berperan dalam menumbuh kembangkan industri kecil
menengah

bahkan

sebagai

komoditas

ekspor

(Badan

Penelitian

dan

Pengembangan Pertanian, 2008). Ditjen Pertanian Tanaman Pangan (2010)
mencatat bahwa kebutuhan konsumsi kedelai mencapai 2.2 juta ton per tahun.
Produksi kedelai saat ini sekitar 600 sampai 800 ribu ton per tahun dan hanya
memenuhi 40 % kebutuhan nasional selebihnya dipenuhi melalui impor sekitar
1.4 sampai 1.6 juta ton per tahun.
Berdasarkan warna bijinya dikenal kedelai kuning dan kedelai hitam.
Peran kedelai hitam tidak hanya menjadi pemasok industri, namun berperan
sebagai nutrisi serta dinilai sebagai sumber pangan fungsional potensial (Adie et
al., 2009). Kedelai hitam umumnya hanya digunakan untuk bahan baku kecap.
Adie et al. (2007) melaporkan bahwa kecap yang dibuat dari kedelai hitam
selain mempunyai aroma dan rasa kecap yang enak juga memiliki kandungan
protein dan nutrisi yang lebih baik dibandingkan dengan kecap yang dihasilkan
dari kedelai kuning sehingga permintaan kedelai hitam meningkat.
Pengembangan kedelai hitam masih belum mendapat perhatian besar dari
peneliti maupun pemerintah. Varietas unggul kedelai hitam lebih terbatas
dibandingkan dengan kedelai kuning. Periode antara tahun 1918 hingga 2007,
hanya lima varietas kedelai hitam dari 44 varietas kedelai yang dilepas. Data
tersebut sekaligus menunjukkan bahwa masih diperlukan varietas kedelai hitam
yang memiliki karakteristik berdaya hasil tinggi, berkandungan protein tinggi
serta sesuai untuk bahan baku industri khususnya kecap (Adie et al., 2009).
Melalui pemuliaan tanaman dapat dihasilkan varietas unggul kedelai hitam
yang memiliki potensi hasil tinggi. Wirnas et al. (2011) melaporkan bahwa
sampai saat ini Departemen Agronomi dan Hortikultura telah menghasilkan
sejumlah galur - galur

kedelai hitam dengan hasil seleksi metode SSD
1

2
(single seed descent) atau bulk sehingga diperlukan uji daya hasil galur – galur
kedelai tersebut untuk mendapatkan varietas unggul baru.

Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk menguji daya hasil delapan galur harapan
kedelai hitam (Glycine max (L.) Merr.) hasil pemuliaan Departemen Agronomi
dan Hortikultura IPB sebagai bagian dari uji multilokasi di Kabupaten Bogor,
Jawa barat.

Hipotesis
Hipotesis pada penelitian ini yaitu :
1. Terdapat perbedaan hasil di antara galur - galur harapan kedelai hitam
yang diuji
2. Terdapat satu atau lebih galur harapan kedelai yang memiliki daya hasil
lebih tinggi dari varietas pembanding.

2

3

TINJAUAN PUSTAKA

Botani dan Morfologi Tanaman Kedelai
Kedelai merupakan tanaman asli Daratan Cina dan telah dibudidayakan
oleh manusia sejak 2500 SM (Poehlman and Sleper, 1995). Kedelai mulai dikenal
di Indonesia sejak abad ke-16 pertama kali ditemukan pada publikasi Rumphius
dalam herbarium Amboinense yang diselesaikan pada tahun 1673. Awal mula
penyebaran dan pembudidayaan kedelai berdasarkan penemuan junghun tahun
1853 budidaya dilakukan di gunung gamping jawa tengah dan tahun 1855
ditemukan didekat bandung, kemudian berkembang ke Bali, Nusa Tenggara, dan
pulau - pulau lainnya (Adie dan Krisnawati, 2007).
Tanaman kedelai termasuk ke dalam famili leguminosae, sub famili
Papilionaceae dan genus Glycine (Bhatnagar dan Tiwari, 1996). Genus Glycine
terdiri atas sub genus Soja dan Glycine. Sub genus soja terdiri atas dua spesies
yaitu Glycine max (L.) Merrill dan Glycine soja (L.) Sieb. and Zucc (Poehlman
and Sleper, 1995).
Warna kulit biji pada kedelai dikendalikan oleh dua pasang gen. Adanya
dua gen dominan L1 L2 dan L1 I2 memberikan warna hitam pada kulit biji,
sementara I1 L2 memberikan warna coklat (Bhatnagar and Tiwari, 1996). Kedelai
dengan warna bunga ungu dan warna biji hitam hingga coklat tua lebih dikenal
sebagai kedelai liar. Kedelai hitam mempunyai bentuk polong dan biji yang
hampir sama dengan kedelai biasa tetapi tumbuhnya merambat dan kulit bijinya
sangat tebal sehingga embrio dan keping bijinya terlindungi dengan baik
(Adie dan Krisnawati, 2007).
Sistem perakaran kedelai terdiri dari dua macam, yaitu akar tunggang
(lateral) dan akar sekunder (serabut) yang tumbuh dari akar tunggang (Adie dan
Krisnawati, 2007). Akar lateral kedelai mulai muncul 3 – 7 hari setelah
berkecambah. Sebulan kemudian akar primer muncul sepanjang 45 – 60 cm
(Shibels et al., 1975). Perkembangan akar kedelai sangat dipengaruhi oleh kondisi
fisik dan kimia tanah, jenis tanah, cara pengolahan lahan, kecukupan unsur hara,
serta ketersediaan air di dalam tanah. Akar mengeluarkan beberapa substansi
khususnya triptofan yang menyebabkan perkembangan bakteri dan mikroba
3

4
disekitar daerah perakaran yang mampu menambat nitrogen dan bermanfaat bagi
tanaman. Populasi tanaman yang rapat dapat mengganggu pertumbuhan akar
(Adie et al., 2007). Galur dan kultivar tertentu memiliki perbedaan dalam
pertumbuhan akar terutama selama fase proliferasi pada perkembangan akhir. Hal
ini berpengaruh terhadap kemampuan galur atau kultivar tersebut dalam
mengasimilasi nutrisi (Shibels et al., 1975).
Tabel 1. Karakteristik fase tumbuh vegetatif pada tanaman kedelai
No
1

Fase Pertumbuhan

Keterangan

Kecambah (Ve)

Tanaman baru muncul di atas tanah
Daun unifoliat berkembang, tepi daun tidak
2
Kotiledon (Vc)
menyentuh
3
Buku kesatu (V1)
Daun terurai penuh pada buku unifoliat
Daun berangkai tiga yang terurai penuh pada
4
Buku kedua (V2)
buku diatas buku unifoliat
Tiga buku pada batang utama dengan daun
5
Buku ketiga (V3)
terurai penuh, terhitung mulai buku unifoliat
Daun berangkai tiga pada buku ke n telah
6
Buku ke-n (Vn)
berkembang penuh
Sumber : Adie dan Krisnawati (2007)
Pertumbuhan batang kedelai dibedakan menjadi dua tipe, yaitu tipe
determinate dan indeterminate. Perbedaan sistem pertumbuhan batang ini
didasarkan atas keberadaan bunga pada pucuk batang. Tipe indeterminate
berbunga sebelum perpanjangan batang terhenti, sedangkan pada tipe determinate
perpanjangan batang terhenti dengan diferensiasi tunas terminal (Poehlman and
Sleper, 1995). Jumlah buku pada batang tanaman dipengaruhi oleh tipe tumbuh
batang dan periode panjang penyinaran pada siang hari. Pada kondisi normal,
jumlah buku berkisar 15 - 30 buah. Jumlah buku batang indeterminate umumnya
lebih banyak dibandingkan batang determinate (Adie dan Krisnawati, 2007).
Bentuk daun kedelai ada tiga yaitu bulat (oval), lancip (lanceolate) dan
lonjong serta terdapat perpaduan bentuk lainya. Bentuk daun tersebut dipengaruhi
oleh faktor genetik. Bentuk daun diperkirakan mempunyai korelasi yang sangat
erat dengan potensi produksi biji. Umumnya, daerah yang mempunyai tingkat
kesuburan tanah tinggi sangat cocok untuk varietas kedelai yang mempunyai
bentuk daun lebar (Adie dan Krisnawati, 2007).
4

5
Kedelai merupakan tanaman menyerbuk sendiri yang bersifat kleistogami.
Polen dari anter jatuh langsung pada stigma bunga yang sama. Bunga membuka
pada pagi hari tetapi terlambat membuka pada cuaca yang dingin (Poehlman and
Sleper, 1995). Tanaman memasuki fase reproduktif saat tunas aksilar berkembang
menjadi kelompok bunga dengan dua hingga 35 kuntum bunga setiap kelompok
berlangsung 3 - 5 minggu. Bunga pertama muncul pada buku kelima atau keenam.
Bunga muncul ke arah ujung batang utama dan ke ujung cabang. Jumlah bunga di
Indonesia berkisar dari 47 - 75 buah (rata - rata 57 buah) dengan rata-rata bunga
yang berhasil membentuk polong isi adalah 84 % (Adie dan Krisnawati, 2007).
Tabel 2. Karakteristik fase tumbuh reproduktif pada tanaman kedelai
Singkatan
Pertumbuhan

Fase Pertumbuhan

R1

Mulai berbunga

R2

Berbunga penuh

R3

Pembentukan polong

R4

Polong berkembang
penuh

R5

Polong mulai berisi

R6

Biji penuh

R7

Polong mulai kuning,
coklat, matang

R8

Polong matang penuh

Keterangan
Terdapat satu bunga mekar pada
batang utama
Pada dua atau lebih buku batang
utama terdapat bunga mekar
Terdapat satu atau lebih polong
sepanjang 5 mm pada batang utama
Polong pada batang utama mencapai
panjang 2 cm atau lebih
Polong pada batang utama berisi biji
dengan ukuran 2 mm x 1 mm
Polong pada batang utama berisi
berwarna hijau atau biru yang telah
memenuhi rongga polong
Satu polong pada batang utama
menunjukan warna matang (abu-abu
atau kehitaman)
95 % telah matang (kuning kecoklatan
atau kehitaman)

Sumber : Adie dan Krisnawati (2007)
Biji berkembang dalam waktu yang lama beberapa hari setelah
pembuahan. Perpanjangan dimilai sekitar 5 hari dan panjang maksimum
didapatkan setelah 15 – 20 hari. Pembelahan sel pada kotiledon terjadi dua
minggu setelah pembuahan. Perkembangan kotiledon yang cepat ditandai dengan
akumulasi berat kering protein dan lemak (Shibels et al., 1975). Biji kedelai
terbagi menjadi dua bagian utama yaitu kulit biji dan janin (embrio). Pada kulit
biji terdapat bagian yang disebut pusar (hilum) yang berwarna coklat, hitam, atau
5

6
putih. Pada ujung hilum terdapat mikrofil berupa lubang kecil yang terbentuk
pada saat proses pembentukan biji warna kulit biji bervariasi mulai dari kuning,
hijau, coklat, hitam, atau kombinasi campuran dari warna - warna tersebut
(Adie dan Krisnawati, 2007).

Syarat Tumbuh Kedelai
Komponen lingkungan yang menjadi penentu keberhasilan produksi
kedelai adalah faktor iklim, kesuburan tanah, biologi tanah serta serangan hama
penyakit dan gulma. Kedelai membutuhkan banyak air untuk perkecambahan
dengan suhu 20 0C. Suhu optimum untuk perkecambahan sebesar 30 0C (Norman
et al., 1995). Masalah kekurangan air terutama pada musim kemarau
mempengaruhi perkembangan morfologi dan proses fisiologi tanaman kedelai.
Hapsoh (2003) dan Suryawati dan Rizain (2002) menyatakan bahwa hal tersebut
dapat mengakibatkan rendahnya hasil kedelai. Dari hasil penelitian menunjukkan
bahwa tanaman kedelai sangat tertekan dengan kondisi berkurangnya suplai air
dalam tanah (Rohyadi et al., 2006).
Daun kedelai sensitif terhadap kekurangan air. Konduktinasi stomata
menurun ketika potensial air berkurang dan 50 % stomata menutup. Penutupan
stomata ini mengurangi evaporasi. Indeks luas daun maksimum yang dapat
dicapai sebesar 5.5 dan 4 (Norman et al., 1995). Peningkatan luas daun
meningkatkan fiksasi CO2 yang terjadi, sehingga meningkatkan fotosintesis
(Shibels et al., 1975).

Tanaman kedelai dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah dengan drainase
dan aerasi tanah yang cukup baik serta air yang cukup selama pertumbuhan
tanaman (Norman et al., 1995). Adie et al. (2007) melaporkan bahwa
pengembangan areal tanam kedelai dapat dilakukan pada lahan sawah, lahan
kering (tegalan), lahan bukaan baru dan lahan pasang surut yang telah
direklamasi. Secara rinci peluang penambahan areal panen dapat dilakukan pada:
1. Lahan sawah MK II (Juli – Oktober) seperti : jalur pantura Jawa Barat,
Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Lampung, Sumatera Utara,
Nusa Tenggara Barat, dan Kalimantan Selatan.

6

7
2. Lahan sawah tadah hujan MK I (Maret – Juni) awal musim hujan sebelum
ditanami padi sawah seperti Jawa dan NTB.
3. Lahan kering (tegal), kedelai ditanam pada MH I (Oktober – Januari) atau
MH II (Februari – Mei).
Tanaman kedelai dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang mengandung
bahan organik dan pH antara 5.5 - 7 (optimal 6.7)

(Badan Penelitian dan

Pengembangan Pertanian, 2008). Kedelai kurang baik ditanam pada tanah yang
tergenang (Norman et al., 1995). Kandungan organik tanah yang cukup berguna
untuk mendukung perkembangan Rhizobium Sp., perbaikan drainase tanah,
peningkatan kapasitas menyimpan kelembaban tanah dan mempermudah
pertumbuhan akar tanaman (Sumarno dan Manshuri, 2007). Bakteri penambat
nitrogen dalam tanah dipengaruhi oleh sifat fisik tanah seperti tekstur tanah dan
kelembaban tanah. Tanah yang tergenang mengurangi bintil akar kedelai sekitar
15 % (Norman et al., 1995).
Kedelai

dapat

tumbuh

subur

pada

curah

hujan

optimal

100 - 200 mm/bulan. Temperatur 25 – 270C dengan penyinaran penuh minimal 10
jam/hari. Tinggi tempat dari permukaan laut 0 - 900 m dengan ketinggian optimal
sekitar 600 m. Curah hujan yang cukup selama pertumbuhan dan berkurang saat
pembungaan dan menjelang pemasakan biji akan meningkatkan hasil kedelai
(Sumarno dan Mansyuri, 2007).
Kedelai termasuk tanaman golongan C3 yang memerlukan penyinaran
matahari secara penuh (Poehlman and Sleper, 1995). Sumarno dan Manshuri
(2007) menyatakan bahwa pegurangan radiasi matahari pada awal pertumbuhan
vegetatif akan menghambat pertumbuhan tanaman, sedangkan radiasi sinar
berlebihan akan mengakibatkan cekaman terhadap tanaman karena terjadinya
peningkatan suhu daun yang berakibat meningkatnya laju evapotranspirasi. Fase
perkembangan reproduktif pada tanaman kedelai merupakan fase yang sangat
peka terhadap cekaman kekeringan. Jika cekaman kekeringan terjadi pada tahapan
reproduktif akhir maka polong dan biji yang terbentuk mengecil dan ukurannya
dan lebih sedikit jumlahnya dibandingkan dengan yang tumbuh dengan
berkecukupan air. Oleh sebab itu, kedelai lebih optimal jika ditanam pada akhir

7

8
musim hujan (Maret - April) atau musim kemarau (Juli - Agustus) dengan
menjaga ketersediaan air irigasi.

Pemuliaan Kedelai
Pemuliaan tanaman diartikan sebagai suatu metode yang secara sistematik
merakit keragaman genetik menjadi suatu bentuk yang diinginkan untuk
mendapatkan kebutuhan melalui peningkatan produksi. Pemuliaan tanaman pada
kedelai bertujuan untuk memperbaiki sifat - sifat tanaman baik sifat kualitatif
maupun kuantitatif (Poehlman, 1959). Tujuan pemuliaan tanaman dalam
agronomi diantaranya adalah untuk perbaikan hasil dan stabilitas hasil pada
serealia, perbaikan daya hasil yang lebih menarik untuk leguminosa, introduksi
bahan pangan baru, peningkatan protein, pemuliaan bagi adaptasi lingkungan
ekonomi tertentu, perbaikan terhadap kandungan racun, dan ketahanan terhadap
penyakit dan hama di lapangan dan penyimpanan (Jumin, 2005). Tujuan akhirnya
diarahkan untuk memperoleh nilai ekonomi yang tinggi dengan meningkatnya
nilai dan jumlah hasil yang diperoleh (Poehlman, 1959).
Peningkatan hasil dapat dicapai melalui (1). Peningkatan potensi genetik
dan peningkatan adaptasi tanaman (2). Meminimalkan kehilangan hasil dari faktor
lingkungan, penyakit, nematoda atau serangga (Poehlman and Sleper, 1995).
Produksi tanaman kedelai dipengaruhi oleh ukuran dan jumlah biji yang
dihasilkan. Jumlah biji tergantung pada jumlah buku pertanaman, jumlah polong
per buku, jumlah biji per polong dan persentase polong hampa (Poehlman, 1959).
Pada umumnya proses kegiatan pemuliaan diawali dengan (1). introduksi
dan pemilihan plasma nutfah sebagai sumber tetua dalam persilangan (2).
Hibridisasi (3). Seleksi (Poehlman, 1959). Seleksi digunakan untuk memurnikan
plasma nutfah yang di introduksi dan untuk mengisolasi galur murni dari populasi
hibrida sedangkan hibridisasi dilakukan untuk mengkombinasikan karakter
superior yang dimiliki oleh tetua (Poehlman and Sleper, 1995).
Potensi kedelai berdasarkan aspek penelitian dan pengembangan cukup
menjanjikan. rakitan varietas unggul baru mampu meningkatkan produktivitas
lebih dari 2 ton/ha. Varietas unggul yang dikemas dalam sistem pengelolaan
tanaman terpadu (PTT) dapat meningkatkan hasil dan pendapatan petani
8

9
(Sudaryanto dan Swastika, 2007). Varietas unggul memiliki sifat seperti hasil
tinggi, umur genjah, dan tahan atau toleran terhadap cekaman biotik (hama dan
penyakit) dan abiotik (lingkungan fisik) (Sudaryono et al., 2007).
Kedelai merupakan tanaman menyerbuk sendiri. Pada tanaman menyerbuk
sendiri setelah dilakukan persilangan antara galur murni, pemuliaan tanaman
ditujukan pada seleksi galur murni yang superior. Berdasarkan metode galur
murni, tipe dan tahap seleksi yang digunakan ada empat metode pemuliaan, yaitu :
pedigree, bulk, single seed descent dan dihaploid (Roy, 2000).
Seleksi pedigree merupakan pengembangan dari seleksi galur murni yang
dilakukan pada populasi yang bersegregasi. Seleksi dilakukan pada generasi awal
dengan tingkat segregasi yang tinggi (F2). Seleksi dilakukan pada individu terbaik
sampai tingkat homozigositas yang dikehendaki (Stoskopf, 1993). Seleksi bulk
dilakukan dengan mencampur benih generasi F2. Benih tersebut kemudian
ditanam untuk memproduksi F3 dan seterusnya sampai generasi F6.

Pada

generasi F6 sampai F8 dilakukan seleksi dan uji daya hasil untuk mengidentifikasi
genotif yang berdaya hasil tinggi. Metode single seed descent berbeda dengan
metode lainnya. Pada metode ini terdapat keragaman maksimum pada generasi
yang diseleksi. Satu atau dua benih diambil dari setiap tanaman generasi F2 untuk
menghasilkan generasi F3 dan terus berlanjut sampai generasi F6 (Roy, 2000).
Pengujian galur - galur homozigot merupakan aspek penting dalam
perakitan varietas baru untuk memilih galur yang berpotensi hasil tinggi. Galur –
galur yang berpotensi akan menjadi galur - galur murni yang akan dikembangkan.
Sifat - sifat kuantitatif suatu galur yang diinginkan harus benar - benar ditentukan
oleh pemulia pada berbagai kondisi lingkungan (Sumarno, 1985).
Tahap uji multilokasi hanya diuji 5 sampai 10 galur harapan. Luas petak
lebih besar dengan tiga ulangan perlokasi. Tujuan uji multilokasi untuk
mengetahui daya adaptasi dari galur - galur harapan yang akan dilepas sebagai
verietas unggul baru. Varietas lokal perlu diikutkan untuk pengujian ini Galur
harapan yang hasilnya tinggi secara nyata dengan varietas lokal dapat dicalonkan
sebagai varietas unggul untuk daerah tersebut. Galur - galur harapan yang tertentu
berproduksi tinggi pada daerah dapat dilepas sebagai varietas unggul untuk daerah
tersebut (Sumarno, 1985).
9

10

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu
Penelitian dilaksanakan pada lahan kering di Muara, Desa Mulyaharja,
Kecamatan Bogor Selatan, Kotamadya Bogor, Jawa Barat dan di Laboratorium
Pemuliaan Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB. Waktu pelaksanaan
penelitian yaitu pada bulan Oktober 2011 sampai bulan Januari 2012.

Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan yaitu delapan galur harapan kedelai hitam hasil
pemuliaan Departemen Agronomi dan Hortikultura yang terdiri dari : SSD-54,
SSD-75, SSD-82, SSD-91, SSD-102, SC-39-1, SC-68-2, GC-74-7, tiga varietas
pembanding yaitu Cikuray, Malika dan Willis. Pupuk dasar yang digunakan
adalah urea 30 kg/ha, SP-36 150 kg/ha, KCl 75 kg/ha, pupuk kandang 1.5 ton/ha
serta inokulan rhizobium dengan dosis 250 g/40 kg benih dan insektisida furadan
2 kg/ha, serta pestisida dengan bahan aktif deltamethrin.

Metode Penelitian
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Kelompok
Lengkap Teracak (RKLT) dengan galur harapan sebagai perlakuan. Perlakuan
terdiri atas delapan galur kedelai hitam serta tiga varietas sebagai pembanding.
Setiap perlakuan diulang sebanyak tiga kali sehingga terdapat 33 satuan
percobaan. Luas lahan yang digunakan adalah 680 m2 yang terbagi menjadi tiga
kelompok sebagai ulangan dengan masing - masing petak berukuran 4 m x 5 m.
Model aditif yang digunakan sebagai berikut:

Yij = µ + άi + βj + εij
Keterangan :
Yij
µ
άi

= tanggapan peubah yang pada kelompok ulangan ke-i dan galur ke-j
= rataan umum peubah yang diamati
= pengaruh kelompok ulangan ke-I dimana i = 1, 2, 3
10

11
βj
εi

= pengaruh galur ke-j dimana j = 1, 2, 3, … , 8
= galat percobaan pada kelompok ke-I dan galur ke-j

Pelaksanaan Percobaan
Kegiatan diawali dengan persiapan lahan dengan mengolah tanah sedalam
kurang lebih 30 cm dengan cara dibalik menggunakan cangkul. Setelah diolah,
dibuat petak - petak dengan ukuran 4 m x 5 m sebanyak 11 satuan petak tiap
ulangan. Jumlah antar petak dalam ulangan selebar 20 cm dan jarak antar ulangan
50 cm. Sebelum ditanam benih dicampur dengan inokulan rhizobium. Benih
ditanam dengan jarak tanam 20 cm x 25 cm dengan dua benih perlubang. Pupuk
yang digunakan adalah urea 30 kg/ha, SP-36 150 kg/ha dan KCl 75 kg/ha. Pupuk
diberikan pada saat 3 Minggu Setelah Tanam (MST) dengan dialur pada petak
tanaman.
Pemeliharaan meliputi pengendalian hama penyakit dan gulma yang ada
pada petak tanaman. Pengendalian hama penyakit dikendalikan dengan disemprot
pestisida yaitu pada 33 HST, 40 HST dan 48 HST. Gulma dikendalikan dengan
penyiangan secara manual yaitu pada 16 HST dan 37 HST. Panen dilakukan pada
tiap petak percobaan. Tanaman dipanen ketika lebih dari 95 % polong berwarna
coklat, daun-daun menguning, gugur, dan batang telah kering. Perlakuan setelah
panen meliputi penjemuran brangkasan kedelai selama

3 - 7 hari kemudian

dilakukan pemecahan polong dan biji dikeringkan kembali dengan oven selama 1
hari dengan suhu 40 0 C sebelum disimpan.

Pengamatan
A. Pengamatan pada setiap petak percobaan
1. Daya berkecambah benih (%) yaitu daya berkecambah benih saat 2 MST
2. Umur berbunga (HST) yaitu, pada saat 80 % tanaman telah berbunga
dalam satuan petak percobaan
3. Umur panen (HST) yaitu, pada saat 95 % polong tanaman berwarna
kuning kecoklatan atau daun telah gugur

11

12
4. Bobot biji per ubinan (g) yaitu, hasil bobot total biji kering panen per
ubinan (4m2)
5. Produktivitas (ton/ha) yaitu, 0.8 (10.000/4) x bobot ubinan
6. Hama, penyakit dan gulma yang berada di lahan
B. Pengamatan pada masing-masing contoh, yaitu pada 10 tanaman contoh pada
setiap ulangan. Peubah - peubah yang diamati pada penelitian ini antara lain:
1. Tinggi tanaman saat panen (cm) yaitu, tinggi tanaman dari pangkal batang
tanaman sampai titik tunbuh
2. Jumlah cabang produktif yaitu, jumlah cabang yang menghasilkan polong
3. Jumlah buku produktif yaitu, jumlah buku yang memiliki polong
4. Jumlah polong bernas yaitu, jumlah polong yang menghasilkan biji
5. Jumlah polong hampa yaitu, jumlah polong yang tidak menghasilkan biji
6. Jumlah biji per polong yaitu, jumlah biji bernas dari setiap polong
7. Bobot biji per tanaman (g) yaitu, bobot total biji kering panen per tanaman
8. Bobot 100 butir biji (g) yaitu, bobot 100 biji kering panen
9. Potensi hasil (ton/ha) yaitu, (Jumlah biji per tanaman x bobot per butir)

Analisis Data
Data kuantitatif yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisa sebagai
berikut :
1.

Analisis ragam
Hipotesis yang diajukan H0=µ 1=µ 2=µ 3= ... = µ 11 dan H1≠µ1≠µ2≠ µ 3= ...
= µ11. Apabila terdapat perbedaan nyata pada uji F, maka dilanjutkan
dengan uji Dunnett pada α = 5 %.

2.

Pendugaan komponen ragam diperoleh dengan cara sebagai berikut :
a) Ragam Lingkungan (σ2e) merupakan kuadrat tengah galat (N1) atau
pengaruh lingkungan yang menyebabkan terjadinya perbedaan
penampilan dari karakter - karakter yang diamati, sehingga σ2e = KT
galat (σ2)
b) Ragam

Genetik

(σ2g)

merupakan

pengaruh

genetik

terhadap

penampilan dari karakter - karakter yang diamati. Ragam genetik dapat
diduga dari : σ2g =(N2-N1)/r
12

13
c) Ragam Fenotipik (σ2p) merupakan hasil pengamatan di lapang dan
dapat diduga dari penjumlahan antara ragam lingkungan dan ragam
genetik, sehingga σ2p = σ2e + σ2g
Tabel 3. Sidik ragam-peragam dan komponen pendugaan ragam-peragam
Sumber
Keragaman
FK
Ulangan
Galur
Galat

Derajat
Bebas
1
r-1
g-1
(r-1)(g-1)

Jumlah
Kuadrat
JKU
JKG
JKg

Kuadrat
Tengah
N3
N2
N1

E(KT)
σ2e + σ2u
σ2 e + r σ2 g
σ2 e

d) Nilai Heritabilitas (dalam arti luas) merupakan perbandingan dari
ragam genetik terhadap keragaman total (ragam penotifik) dalam
populasi dapat diduga dengan perhitungan (Poehlman and Sleper,
1995) :

h2bs = σ2g / σ2p x 100 %

Keterangan : h2bs = heritabilitas dalam arti luas
σ2g = ragam genetik
σ2p = ragam fenotipik
e) Koefisien Keragaman Genetik (KKG)
Allard (1960) mengemukakan bahwa setiap sebaran data pada masingmasing karakter pengamatan pada populasi dapat dihitung nilai
koefisien keragaman genetiknya (KKG) yang merupakan

nisbah

antara ragam genetik dengan rataan umum. Nilai KKG dapat dihitung
melalui rumus : KKG = ((σ g )/ x) x 100%
2

Keterangan : KKG = heritabilitas dalam arti luas
σ2g = ragam genetik
x = rataan populasi
3.

Analisis Korelasi dengan menghitung nilai koefisien korelasi pearson untuk
mengetahui hubungan antar karakter. Masing-masing nilai koefisien diuji
pada taraf nyata 5 % (Gomez dan Gomez, 1995).

4.

Uji T untuk membandingkan antara hasil aktual dengan potensi hasil galur –
galur harapan kedelai hitam dalam penelitian.

13

14

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum
Penelitian ini merupakan salah satu rangkaian penelitian untuk
memperoleh varietas kedelai hitam berdaya hasil tinggi dari hasil pemuliaan
tanaman Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB. Penelitian ini merupakan
bagian dari uji multilokasi untuk mendapatkan calon – calon varietas yang akan
dilepas menjadi varietas baru. Lokasi penanaman terletak di Desa Mulyaharja,
Kecamatan Bogor Selatan, Jawa Barat. Penanaman dilakukan pada bulan Oktober
2011 hingga Januari 2012. Lahan yang digunakan merupakan lahan sawah yang
dikeringkan yang juga ditanam tanaman kedelai pada tahun sebelumnya. Di
sekitar lahan terdapat tanaman hortikultura seperti jagung, pisang, dan terong.

Gambar 1. Kondisi lahan penanaman
Curah hujan pada saat penanaman setiap bulannya yaitu 204.3 mm,
378.9 mm, 185.0 mm, dan 192.0 mm (BMKG, 2012). Kedelai dapat tumbuh
dengan baik di daerah yang memiliki curah hujan sekitar 100 - 400 mm/bulan,
sedangkan untuk hasil yang optimal

diperoleh pada curah hujan 100 - 200

mm/bulan (Adie et al, 2007). Curah hujan yang cukup selama pertumbuhan dan
berkurang menjelang pemasakan biji akan meningkatkan hasil kedelai (Adie dan
Krisnawati, 2007) sehingga waktu penanaman ini cukup baik untuk pertumbuhan
kedelai dalam meningkatkan hasil.
Keadaan tanaman secara umum memiliki keragaan yang baik. Semua
tanaman kedelai yang ditanam memiliki daya berkecambah lebih dari 80 %
(Lampiran 4). Pengamatan daya berkecambah dilakukan pada minggu ke dua
14

15
setelah tanam karena pada minggu pertama tanam lubang yang tidak tumbuh
ternyata terdapat benih yang tumbuh tetapi karena lubang terlalu dalam sehingga
tanaman belum muncul dipermukaan tanah. Saat minggu ke dua setelah tanam
baru terlihat tanaman yang tumbuh dan tidak tumbuh. Pengamatan daya
berkecambah berdasarkan lubang yang tumbuh. Benih yang tidak tumbuh
dikarenakan busuk dan terserang serangga.
Fase pertumbuhan vegetatif kedelai dimulai dengan pemunculan kotiledon
yaitu pada 3 - 5 Hari Setelah Tanam (HST) dilanjutkan dengan fase kotiledon
yaitu ketika daun unifoliat berkembang terjadi pada saat kedelai berumur 4 - 7
HST. Curah hujan cukup tinggi pada fase ini sehingga pertumbuhan cukup baik.

(A)

(B)

Gambar 2. Hama yang menyerang tanaman kedelai : (A) Belalang (Oxya spp.) (B)
Ulat Penggulung Daun (Omiodes)
Fase generatif tanaman kedelai sudah mulai terlihat sejak munculnya
bunga pertama kali pada 5 MST dan berlanjut pada fase pengisian polong pada
umur 7 MST. Pengamatan umur berbunga dilakukan pada saat 80 % tanaman
telah berbunga dalam satuan petak percobaaan. Hal ini mengacu pada penelitian
sebelumnya yaitu pada penelitian Komara (2011) dan Lestarina (2011). Adapun
umur berbunga pada penelitian ini berkisar antara 43 - 50 HST.
Kendala pada penanaman kedelai terjadi ketika terdapat serangan hama
seperti belalang dan ulat penggulung daun (Gambar 2). Kendala lain diakibatkan
penyakit yang mulai terlihat pada 4 MST. Pucuk dari batang utama tanaman
terlihat layu dan kering disebabkan oleh penyakit layu pucuk. Selain itu terdapat
serangan SMV yang mengakibatkan daun mengeriting dan klorosis pada tepi daun
(Gambar 3).
15

16

(A)

(B)

Gambar 3. Penyakit yang menyerang tanaman kedelai : (A) Penyakit Virus
Mosaic (SMV) dan (B) Layu Pucuk (Colletotricum sp.)
Faktor biotik lainnya yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman
kedelai adalah gulma. Gulma yang dominan

tumbuh diantaranya yaitu teki

(cyperus sp.), Spingelia sp, amaranthus dubius, Euphorbia prunifolia

dan

Cynerae cinedrela (Gambar 4) . Gulma dikendalikan dengan cara manual pada
16 HST

dan 37 HST. Pada Umur 7 MST tanaman mengalami kerebahan

dikarenakan faktor lingkungan seperti curah hujan yang tinggi yaitu 378.9 mm
dan angin. Menurut Adie et al. (2007) kerebahan pada saat pengisian polong ini
akan berakibat pada kurang optimalnya dalam pengisian polong sehingga hasil
dan kualitas biji yang dihasilkan akan berkurang.

(A)

(B)

(C)

(D)

Gambar 4. Gulma yang terdapat di lahan pertanaman kedelai : (A) Euphorbia
prunifolia (B) Amaranthus dubius (C) Spingelia sp. (D) Cynedrela
cinerea

16

17
Keragaan Karakter Agronomis Galur – Galur Kedelai Hitam
Pengamatan dilakukan terhadap karakter tinggi tanaman, jumlah cabang
produktif, jumlah buku produktif, jumlah polong total, jumlah polong bernas,
jumlah polong hampa, rata - rata jumlah biji per polong, bobot biji per tanaman,
bobot 100 butir, potensi hasil per tanaman, umur berbunga dan umur panen.
Pengamatan semua karakter dilakukan pada saat tanaman telah dipanen, kecuali
untuk karakter umur berbunga dilakukan pada saat 80 % tanaman telah berbunga.
Nilai tengah karakter agronomis galur – galur kedelai hitam yang ditanam di
Bogor terdapat pada Tabel 4.
Tabel 4. Nilai tengah, standar deviasi dan kisaran karakter agronomis
kedelai hitam di Muara
Karakter
Tinggi tanaman (cm)
Jumlah cabang produktif
Jumlah buku produktif
Jumlah polong total
Jumlah polong bernas
Jumlah polong hampa
Rata-rata jumlah biji/polong
Bobot biji per tanaman (g)
Bobot 100 butir (g)
Potensi hasil maksimal (g)
Umur berbunga (HST)
Umur panen (HST)

Nilai Tengah ± Std Dev
82.5 ± 5.7
2.8 ± 0.6
17.6 ± 1.7
83.4 ± 8.0
78.2 ± 7.5
4.8 ± 1.4
2.1 ± 0.1
16.4 ± 1.8
10.2 ± 0.4
13.3 ± 3.5
45.8 ± 2.0
95.8 ± 3.4

Kisaran
74.9 – 91.2
1.7 – 3.6
15.6 – 19.9
74.5 – 97.8
67.3 – 89.9
2.5 – 6.2
1.9 – 2.2
13.8 – 19.3
9.7 – 10.9
10.9 – 21.9
43.0 – 49.0
94.0 – 100.0

Hasil analisis ragam menunjukkan pengaruh galur terhadap pertumbuhan
dan hasil galur kedelai yang ditanam. Galur – galur kedelai hitam pada penelitian
ini menunjukkan pengaruh nyata pada karakter tinggi tanaman, jumlah cabang
produktif dan jumlah polong hampa,umur berbunga dan umur panen. Galur –
galur yang berpengaruh nyata terhadap karakter yang diamati dilanjutkan dengan
uji Dunnet pada α = 5 % untuk membandingkan nilai tengah galur dengan varietas
pembanding Cikuray, Malika atau Willis. Rekapitulasi hasil sidik ragam disajikan
pada Tabel 5.

17

18
Tabel 5. Rekapitulasi hasil analisis ragam pada beberapa karakter
agronomis galur – galur harapan kedelai hitam yang diuji
Karakter

KT Galur

Tinggi tanaman
Jumlah cabang produktif
Jumlah buku produktif
Jumlah polong total
Jumlah polong bernas
Jumlah polong hampa
Bobot biji per tanaman
Bobot 100 butir
Rata-rata jumlah biji/polong
Potensi hasil
Umur berbunga
Umur panen

98.22
1.07
8.33
193.76
177.50
5.88
9.88
0.44
0.02
12.80
11.68
35.27

KT Galat
25.46
0.34
4.08
148.4
93.68
2.25
5.53
0.26
0.016
10.40
1.68
4.15

Fhit
3.86
3.10
2.04
1.31
1.89
2.61
1.79
1.66
1.20
1.23
6.94
8.51

**
*
tn
tn
tn
*
tn
tn
tn
tn
**
**

KK
(%)
6.12
21.39
11.49
14.60
12.26
31.53
14.31
5.04
6.14
18.51
2.83
2.13

Ket : ** = sangat nyata pada α = 1 %, * = nyata pada α = 5 % tn = tidak nyata, KK = Koefisien
Keragaman

Tinggi Tanaman Saat Panen, Jumlah Cabang Produktif dan Jumlah buku
Produktif
Karakter tinggi tanaman pada saat panen galur - galur kedelai hitam yang
diuji pada penelitian ini berkisar antara 74.9 – 91.2 cm dengan nilai tengah 84.1
cm (Tabel 6). Karakter tinggi tanaman saat panen untuk varietas pembanding
berkisar antara 65.0 – 90.3 dengan nilai tengah 78.3 cm. Tinggi tanaman kedelai
ideal di lahan kering adalah 70 - 80 cm (Arsyad et al., 2007). Cikuray mendekati
tinggi tanaman ideal sehingga Cikuray dijadikan pembanding pada karakter tinggi
tanaman.
Galur SSD-54, SSD-82, SSD-91, SSD-102, SC-39-1 dan GC-74-7
berdasarkan uji dunnet memiliki tinggi tanaman yang tidak berbeda nyata dengan
Cikuray yang artinya bahwa galur – galur yang diuji sudah memiliki tinggi yang
ideal untuk lahan kering. Galur SSD-75 dan SC-68-2 nyata memiliki tinggi
tanaman yang lebih tinggi dari Cikuray.
Tanaman yang memiliki tinggi tanaman yang relatif tinggi, berdasarkan
pengamatan di lapang cenderung memiliki resiko rebah yang besar. Kerebahan
yang terjadi di lapang dikelompokan menjadi beberapa kelompok tergantung
persentase kerebahan setiap petakan di lapang. Beberapa galur memiliki
18

19
kerebahan 50 % yaitu pada galur SSD-75, SSD-82, dan SSD-102. Kerebahan
30 % yaitu pada galur GC-74-7, SC-39-1, Malika, Cikuray, SSD-54, SC-68-2, dan
SSD-91 sementara Willis hanya rebah sekitar 15 %.
Tabel 6. Nilai rataan dan standar deviasi tinggi tanaman, jumlah cabang
produktif, dan jumlah buku produktif galur - galur harapan
kedelai hitam yang diuji
Galur
SSD-54
SSD-75
SSD-82
SSD-91
SSD-102
SC-39-1
SC-68-2
GC-74-7
Rata-Rata
Cikuray
Malika
Willis
Rata-Rata

Tinggi Tanaman
(cm)
86.3 ± 4.2
91.2 ± 11.1 **
74.9 ± 2.5
82.6 ± 7.3
86.8 ± 4.5
76.7 ± 5.3
89.8 ± 2.3 **
84.6 ± 6.9
84.1 ± 5.8
75.2 ± 9.0
80.9 ± 8.1
78.8 ± 10.2
78.3 ± 2.88

Jumlah Cabang
Produktif
3.5 ± 0.3
3.4 ± 0.5
2.9 ± 0.5
3.6 ± 0.9
2.5 ± 0.3
2.2 ± 0.4
2.7 ± 0.3
1.7 ± 0.8
2.8 ± 0.7
2.5 ± 1.0
2.8 ± 0.5
2.3 ± 0.6
2.5 ± 0.2

Jumlah Buku
Produktif
19.5 ± 2.1
19.8 ± 2.3
17.2 ± 2.4
18.8 ± 0.8
15.7 ± 0.8
16.2 ± 1.8
17.5 ± 1.3
15.6 ± 2.1
17.5 ± 1.7
16.1 ± 3.5
17.2 ± 1.0
19.9 ± 2.2
17.7 ± 1.8

Keterangan : Angka yang diiukuti * berbeda nyata dengan varietas pembanding Cikuray dan
Malika berdasarkan uji Dunnet pada taraf 5 %.

Rata - rata jumlah cabang produktif pada galur - galur kedelai hitam yaitu
2.8 dengan kisaran 1.7 – 3.6 sementara rata - rata jumlah cabang produktif pada
varietas pembanding yaitu 2.5 dengan kisaran 2.3 – 2.8. Arsyad et al. (2007)
melaporkan bahwa jumlah cabang dengan cabang sedikit yaitu 4-5 cabang lebih
sesuai untuk lahan sawah irigasi. Malika memiliki jumlah cabang paling banyak
diantara jumlah cabang varietas pembanding sehingga Malika dijadikan sebagai
pembanding untuk karakter jumlah cabang produktif. Hasil uji lanjut Dunnet
menunjukkan bahwa galur - galur yang diuji memiliki jumlah cabang yang tidak
berbeda dengan pembanding. Beberapa galur memiliki nilai tengah cabang
produktif yang lebih besar jika dibandingkan dengan Malika yaitu SSD-54, SSD91 dan SSD-75 (Tabel 6).
Kisaran jumlah buku produktif pada galur - galur kedelai hitam berada
pada rentang 15.6 – 19.8 dengan rata - rata sekitar 17.5. SSD-102 dan GC-74-7
memiliki rata - rata jumlah buku produktif paling rendah yaitu masing - masing
15.7 dan 15.6, sementara SSD-54 dan SSD-75 memiliki nilai tengah tertinggi
19

20
yaitu 19.5 dan 19.8. Rata - rata jumlah buku produktif pada varietas pembanding
Cikuray, Malika dan Willis adalah 16.1, 17.2, dan 19.9 dengan nilai tengah 17.2.

Umur Berbunga dan Umur panen
Umur berbunga ditetapkan ketika 80% per satuan petakan telah berbunga
mengacu pada penelitian sebelumnya yaitu penelitian Komara (2011) dan
Lestarina (2011). Adie et al. (2007) melaporkan bahwa periode berbunga
dipengaruhi oleh waktu tanam dan berlangsung 3 - 5 MST. Sebagian besar galur
mulai berbunga pada 43 HST. Galur - galur kedelai hitam yang diuji rata - rata
memiliki karakter umur berbunga yaitu 45.79 dengan kisaran umur berbunga 43 49 HST (Tabel 5) sementara varietas Cikuray, Malika dan Willis rata - rata umur
berbunganya adalah 47.0, 44.3 dan 48.3 HST (Tabel 7).
Umur berbunga yang lebih cepat maka akan menghasilkan polong lebih
cepat sehingga diharapkan galur - galur yang diuji memiliki umur berbunga yang
lebih cepat. Malika memiliki umur berbunga yang lebih pendek dari varietas
pembanding lainnya sehingga dijadikan pembanding pada karakter umur
berbunga. Galur - galur yang diuji memiliki umur berbunga sama cepatnya
dengan varietas Malika (44.3 HST) kecuali galur SC-39-1, GC-74-7 dan Willis
memiliki umur berbunga yang lebih lama.
Tabel 7. Nilai rataan dan standar deviasi karakter umur berbunga dan umur
panen galur-galur harapan kedelai hitam
Galur Kedelai
SSD-54
SSD-75
SSD-82
SSD-91
SSD-102
SC-39-1
SC-68-2
GC-74-7
Rata-rata
Cikuray
Malika
Willis
Rata-Rata

Umur Berbunga (HST)
44.3 ± 1.2
43.7 ± 4.8
45.7 ± 2.3
45.0 ± 2.0
43.0 ± 0.0
49.0 ± 1.7 **
45.7 ± 2.3
47.7 ± 1.2 **
46.2 ± 2.4
47.0 ± 2.0
44.3 ± 1.2
48.3 ± 1.2 **
48.6 ± 4.3

Umur Panen (HST)
98.0 ± 3.5 **
96.0 ± 3.5 **
94.0 ± 0.0
92.7 ± 2.3
94.0 ± 0.0
100.0 ± 0.0 **
96.0 ± 3.5 **
100.0 ± 0.0 **
96.3 ± 2.8
90.0 ± 0.0
92.7 ± 0.0
100.0 ± 2.3
**
94.2 ± 5.2

Keterangan : Angka yang diiukuti * berbeda nyata dengan varietas pembanding Cikuray
berdasarkan uji Dunnet pada taraf 5 %.

20

21
Umur panen galur kedelai berkisar antara 92.7 - 100 HST dengan rataan
umur panen galur yang diuji yaitu 46.21 HST. Nilai tengah dari varietas yang
diuji yaitu 94.22 HST. Cikuray memiliki umur panen yang lebih pendek dari
varietas pembanding lainnya yaitu 90 HST. Hasil uji Dunnet menunjukkan bahwa
SSD-54, SSD-75,SSD-102, SSD-82, SSD-91, SC-68-2 dan Malika memiliki umur
panen yang lebih cepat seperti Cikuray.
Umur tanaman kedelai dikelompokan menjadi genjah (< 80 hari), sedang
(80 - 85 hari) dan dalam (> 85 hari) (Adie et al., 2007). Jika dilihat dari
pengelompokkan tersebut maka galur - galur kedelai hitam yang diuji memiliki
umur yang dalam karena lebih dari 85 hari. Sumarno dan Manshuri (2007)
melaporkan bahwa umur tanaman kedelai dapat dipengaruhi oleh ketinggian
tempat penanaman karena suhu yang berbeda antara dataran rendah dan dataran
tinggi. Di dataran tinggi umur kedelai kedelai menjadi lebih panjang.

Jumlah Polong Total, Jumlah Polong Bernas, Jumlah Polong Hampa dan
Rata – rata Biji per Polong
Polong merupakan komponen hasil utama yang akan menentukan
perolehan hasil biji sehingga jumlah polong yang dihasilkan diharapkan dapat
menggambarkan potensi hasil. Jumlah polong yang dihasilkan oleh tanaman
tergantung pada kondisi tanaman pada masa berbunga, yaitu jumlah bunga yang
berhasil mengalami polinasi dan fertilisasi dengan baik (Adie et al., 2007).
Hasil pada penelitian ini menunju