Ketahanan Kayu Mindi (Melia azedarach L.) Dari Rayap Kayu Kering Cryptotermes cynocephalus setelah Perlakuan Pemanasan
KETAHANAN KAYU MINDI (Melia azedarach L.) DARI
RAYAP KAYU KERING Cryptotermes cynocephalus SETELAH
PERLAKUAN PEMANASAN
ADY PRATAMA
DEPARTEMEN HASIL HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Ketahanan Kayu Mindi
(Melia azedarach L.) dari Rayap Kayu Kering Cryptotermes cynocephalus setelah
Perlakuan Pemanasan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Desember 2013
Ady Pratama
NIM E24090043
ABSTRAK
ADY PRATAMA. Ketahanan Kayu Mindi (Melia azedarach L.) dari Rayap
Kayu Kering Cryptotermes cynocephalus setelah Perlakuan Pemanasan.
Dibimbing oleh TRISNA PRIADI.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pemanasan terhadap
keawetan kayu mindi (Melia azedarach L.) dari rayap kayu kering Cryptotermes
cynocephalus. Penelitian ini menggunakan kayu mindi yang berumur 5 tahun dari
Malimping, Banten. Penilaian keawetan kayu mindi terhadap serangan rayap kayu
kering berdasarkan pada SNI 01.7207-2006. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pemanasan oven dan minyak terbukti meningkatkan keawetan kayu mindi. Nilai
penurunan berat terendah kayu mindi akibat serangan rayap kayu kering terjadi
setelah pemanasan minyak pada suhu 150 ºC selama 8 jam sehingga kelas
awetnya meningkat dari III ke II. Hasil uji statistik yang diperoleh menunjukkan
faktor yang berpengaruh signifikan terhadap penurunan berat dan mortalitas
akibat serangan rayap kayu kering adalah interaksi suhu, waktu dan jenis
pemanasan. Berdasarkan kombinasi hasil analisis data penurunan berat dan
mortalitas maka peningkatan keawetan kayu mindi secara nyata dan paling efektif
dihasilkan dengan pemanasan minyak 150 ˚C selama 8 jam sedangkan pemanasan
oven kayu memerlukan suhu 150 ˚C 5 jam yang menghasilkan mortalitas 99,8%
dan penurunan berat sebesar 5,15%.
Kata kunci : kayu mindi, pemanasan kayu, rayap kayu kering, sifat keawetan
ABSTRACT
ADY PRATAMA. The Resistance from Dry Wood Termite (Cryptotermes
cynocephalus) after Heat Treatment of Mindi Wood (Melia azedarach L.).
Supervised by TRISNA PRIADI.
This research aimed to analysist the effect of heat treatment on the
resistance of mindi (Melia azedarach L.) wood from dry wood termites
(Cryptotermes cynocephalus). This research utilized mindi wood obtained from
five years old tree from Malimping, Banten. The durability evaluation on mindi
wood againts the dry wood termites is based on SNI 01.7207-2006. The result of
this research showed that the heating treatments in oven and oil increased the
durability of mindi woods. Based on the weight loss analyses, mindi wood that
heated at 150 °C for 8 hours in oil increased their durability class from III to II.
Statistical test results obtained showed that factors significantly influence weight
loss and mortality due to dry wood termite attack is the interaction of temperature,
time, and type of heating. Based on the analysis of the combination weight loss
and mortality increase in the durability of the real Mindi wood and most
effectively produced by heating oil 150 ˚ C for 8 hours while the wood oven
heating temperature of 150 ˚ C requires 5 hours resulted in 99.8% mortality and
weight loss amounted to 5.15%.
Keywords: dry wood termites, durability, mindi wood, timber heating process
KETAHANAN KAYU MINDI (Melia azedarach L.) DARI
RAYAP KAYU KERING Cryptotermes cynocephalus SETELAH
PERLAKUAN PEMANASAN
ADY PRATAMA
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Hasil Hutan
DEPARTEMEN HASIL HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
Judul Skripsi: Ketahanan Kayu Mindi (Melia azedarach L.) Dari Rayap Kayu
Kering Cryptotermes cynocephalus setelah Perlakuan Pemanasan
Nama
: Ady Pratama
NIM
: E24090043
Disetujui oleh
Dr Ir Trisna Priadi, MEng Sc
Pembimbing
Diketahui oleh
Prof Dr Ir I Wayan Darmawan, MSc
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
Judul Skripsi: Ketahanan Kayu Mindi (Melia azedarach L.) Dari Rayap Kayu
Kering Cryptotermes cynocephalus setelah Perlakuan Pemanasan
Nama
: Ady Pratama
NIM
: E24090043
Disetujui oleh
Dr Ir Trisna Priadi, MEng Sc
Pembimbing
armawan MSc
etua Departemen
·1
Tanggal Lulus:
3 FE3 7
-
- -- --
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini yang berjudul
Ketahanan Kayu Mindi (Melia azedarach L.) dari Rayap Kayu Kering
Cryptotermes cynocephalus setelah Perlakuan Pemanasan. Karya ilmiah ini
merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di
Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan dan
bimbingan yang sangat berharga dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan
ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr Ir Trisna Priadi, MEng Sc
selaku dosen pembimbing atas segala bimbingannya. Demikian kata pengantar
dari penulis, semoga tulisan ini dapat diterima dan bermanfaat bagi para pembaca.
Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih dan doanya kepada segenap
pihak yang telah banyak membantu.
Bogor, Desember 2013
Ady Pratama
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Shalawat dan salam selalu
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Penulis menyadari skripsi ini dapat
diselesaikan dengan baik karena bantuan dan dorongan dari berbagai pihak.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
Kedua orangtua, Bapak Suyanto Wignyo Atmojo dan Ibu Tuminem dan
seluruh mas dan mba yang selalu memberikan kasih sayang dan doa yang
tak pernah henti kepada penulis serta selalu memberikan motivasi dan
mendukung secara materil maupun moril.
Bapak Dr Ir Trisna Priadi, MEng Sc selaku dosen pembimbing yang telah
membimbing, mengarahkan, dan memberikan ilmu serta wawasan kepada
penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
Beasiswa BUMN yang telah memberikan dukungan secara materil.
Seluruh dosen, laboran, dan staf Fakultas Kehutanan IPB.
Tristiana Dwi Nurdhita Sari, Maya Andara, Fita Muftikhatus Syahro,
Miko Novri Amandra yang telah membantu dalam proses penelitian.
Teman-teman THH 46 yang setia memberikan doa dan semangat.
Semua pihak yang telah membantu proses persiapan dan penyusunan
skripsi ini.
Demikian ucapan terima kasih yang dapat disampaikan ke beberapa pihak
terkait yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
1
Manfaat Penelitian
2
TINJAUAN PUSTAKA
2
Keawetan Kayu
2
Kayu Mindi (Melia azedarach L.)
2
Rayap Kayu Kering (Cryptotermes cynocephalus Light)
3
Teknik Pemanasan untuk Meningkatkan Mutu Kayu
4
METODE
5
Waktu dan Tempat
5
Bahan
5
Alat
5
Prosedur Penelitian
5
Pemanasan Contoh Uji dengan Minyak
5
Pengkondisian Contoh Uji Kayu
6
Pemanasan Contoh Uji dengan Oven
6
Uji Perubahan Warna
6
Pengujian Keawetan dari Rayap Kayu Kering Berdasarkan SNI 01-72072006
6
Analisis Data
8
HASIL DAN PEMBAHASAN
9
Peningkatan Berat Kayu Setelah Perlakuan Pemanasan Minyak
10
Uji Keawetan Kayu mindi
10
Penurunan Berat
11
Mortalitas Rayap
12
SIMPULAN DAN SARAN
13
Simpulan
13
Saran
13
DAFTAR PUSTAKA
14
LAMPIRAN
15
RIWAYAT HIDUP
21
DAFTAR TABEL
1 Klasifikasi ketahanan kayu terhadap rayap kayu kering berdasarkan
SNI 01.7202-2006
7
DAFTAR GAMBAR
1 Pohon mindi (Melia azedarach L.)
2 Pemotongan contoh uji
3 Contoh uji kayu mindi
4 Perubahan warna minyak sebelum pemanasan dan setelah pemanasan
5 Kondisi contoh uji terhadap rayap kayu kering
6 Perubahan warna kayu yang dipanaskan dalam oven dengan variasi
suhu dan waktu
7 Perubahan warna kayu yang dipanaskan dalam minyak dengan variasi
suhu dan waktu
8 Nilai pertambahan berat kayu setelah perlakuan pemanasan minyak
9 Penurunan berat kayu mindi yang diakibatkan serangan rayap kayu
kering
10Nilai mortalitas rayap pada uji keawetan kayu mindi dengan perlakuan
pemanasan
3
5
5
6
7
9
9
10
11
12
DAFTAR LAMPIRAN
1 Munsell Soil Chart
2 Indeks perubahan warna kayu mindi setelah perlakuan pemanasan
3 Analisis ragam penurunan berat pada uji keawetan kayu mindi dengan
pemanasan oven dan minyak
4 Hasil uji lanjut Duncan terhadap penurunan berat
5 Analisis ragam mortalitas rayap pada uji keawetan kayu mindi dengan
pemanasan oven dan minyak
6 Hasil uji lanjut Duncan terhadap nilai mortalitas rayap
7 Kerusakan kayu mindi oleh serangan rayap kayu kering
8 Kerusakan kayu mindi (kontrol) terhadap serangan rayap kayu kering
15
16
17
17
18
18
19
20
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kayu adalah bahan alami yang berasal dari pohon yang tumbuh di hutan,
kebun atau ladang, dan taman. Kayu dalam bentuk aslinya merupakan bagian
penting dari lingkungan hidup (Nandika et al. 1996). Kayu merupakan salah satu
bahan bangunan yang diambil dari alam yang disukai masyarakat dan dapat
diperbaharui. Penggunaan material kayu oleh masyarakat menyebabkan
kebutuhan akan kayu terus meningkat. Namun, kayu memiliki kelemahan yaitu
dapat diserang organisme perusak.
Lebih dari 80% kayu yang ada di Indonesia memiliki keawetan yang
rendah (kelas awet III, IV dan V). Keawetan kayu merupakan daya tahan suatu
jenis kayu terhadap faktor perusak kayu biologis seperti serangga, jamur, dan
binatang-binatang laut penggerek kayu. Keaweatan alami kayu sangat dipengaruhi
oleh kandungan zat ekstraktifnya meskipun tidak semua zat ekstraktif bersifat
racun bagi organisme perusak kayu. Semakin tinggi kandungan ekstraktif dalam
kayu, maka keawetan alami kayu cenderung meningkat (Wistara et al. 2002).
Mindi termasuk jenis pohon cepat tumbuh yang memiliki banyak manfaat.
Kayunya dapat digunakan sebagai untuk bahan kayu lapis dan kayu lamina.
sedangkan daun, akar dan bagian kulit pohon mindi digunakan sebagai obat
demam, bengkak, radang dan reumatik (Departemen Kehutanan 2001). Kayu
mindi atau geringging memiliki tekstur yang menarik menyerupai kayu jati atau
mahoni. Oleh sebab itu, kayu mindi dapat dikelompokkan sebagai kayu komersial
karena telah laku diperdagangkan baik di pasaran lokal maupun di pasaran
internasional dalam bentuk barang jadi. Mindi cenderung diminati oleh
masyarakat karena memiliki daur pendek, pada umur 5-10 tahun sudah dapat
dipanen sebagai tambahan pendapatan, namun menurut Badan Litbang
Departemen Kehutanan (2007) mindi termasuk kelas awet IV – V. Kayu yang
memiliki kelas awet rendah memerlukan perlakuan pengawetan yang dapat
meningkatkan keawetan kayu. Teknik peningkatan keawetan kayu yang lebih
ramah lingkungan dan tidak beracun yakni salah satunya dengan menggunakan
pemanasan oven dan minyak yang diharapkan dapat meningkatkan keawetan kayu
dari serangan organisme perusak, khususnya rayap kayu kering.
Penelitan ini dilakukan untuk mengetahui tingkat keawetan dari kayu mindi
dengan menggunakan standar SNI 01-7207-2006 sehingga dapat diolah dan
dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat dan dapat memiliki fungsi yang
sama dengan jenis-jenis kayu awet lainnya.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pemanasan terhadap
keawetan kayu mindi (Melia azedarach L.) dari rayap kayu kering Cryptotermes
cynocephalus.
2
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan umur pakai, nilai dan
manfaat kayu mindi. Selain itu juga dapat menunjang industri pengolahan kayu.
TINJAUAN PUSTAKA
Keawetan Kayu
Daya tahan suatu jenis kayu terhadap organisme perusak, berupa serangga,
jamur dan binatang laut penggerek dikenal dengan istilah keawetan kayu.
Keaweatan kayu dipengaruhi oleh organisme perusak, kecepatan tumbuh, umur
pohon, bagian kayu dalam batang, kandungan ekstraktif dan tempat dimana kayu
digunakan. Semakin tinggi kandungan ekstraktif dalam kayu, maka keawetan
alami kayu cenderung meningkat.
Umur pohon memiliki hubungan yang positif dengan keawetan kayu. Jika
pohon ditebang dalam umur yang tua, pada umumnya lebih awet daripada jika
ditebang ketika muda karena semakin lama pohon tersebut hidup maka semakin
banyak zat ekstraktif yang dibentuk (Tim ELSSPAT 1997).
Terdapat lima kelas awet kayu, mulai dari kelas awet I sampai kelas awet V.
Kelas awet kayu didasarkan atas keawetan kayu teras karena bagaimanapun
awetnya suatu jenis kayu, bagian gubalnya selalu mempunyai keawetan yang
terendah yakni kelas awet V hal ini terjadi karena pada bagian kayu gubal tidak
terbentuk zat-zat ekstraktif seperti phenol, tannin, alkaloide, saponine, chinon dan
damar. Zat-zat tersebut memiliki daya racun terhadap organisme perusak kayu
(Findlay dan Martawijaya 1962 dalam Padlinurjaji 1977).
Kayu mindi (Melia azedarach L.)
Mindi merupakan jenis pohon cepat tumbuh serta potensial dalam
penggunannya sebagai bahan baku produk konstruksi sederhana yang memiliki
tekstur menyerupai kayu mahoni, sehingga kayu mindi banyak dicari oleh
masyarakat untuk dimanfaatkan sebagai produk mebel dan bahan bangunan.
Adapun kualifikasi mindi menurut Badan Penelitian dan Pengembangan
Kehutanan (2007), adalah sebagai berikut:
Divisi
: Spermatophyta
Sub divisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledoneae
Bangsa
: Rutales
Suku
: Meliaceae
Marga
: Melia
Jenis
: Melia azedarach L.
Nama dagang : Mindi
Nama daerah :Geringging, mementin, mindi (Jawa), rencik (Batak),
mindi kecil (Melayu), jempinis (NTB), belile (NTT).
3
Gambar 1 Pohon mindi (Melia azedarach L.)
Tinggi pohon mindi bisa mencapai 30 m, panjang bebas cabang 20 m dan
diameter sampai 185 cm dengan kayu teras berwarna merah coklat muda semusemu ungu sedangkan kayu gubal berwarna putih kemerah-merahan dan
mempunyai batas yang jelas dengan kayu terasnya. Serat lurus atau agak berpadu
dan berat jenis rata-ratanya 0,53, penyusutannya dari keadaan basah sampai
kering tanur adalah 3,3% (radial) dan 4,1% (tangensial). Kandungan aktif mindi
sama dengan mimba (Azadirachta indica) yaitu azadirachtin, selanin, dan
meliantriol. Kayu mindi termasuk ke dalam kelas kuat III-II setara dengan
mahoni, sungkai dan meranti merah. (Badan Penelitian dan Pengembangan
Kehutanan 2007).
Kayu mindi termasuk kelas awet V-IV. Sifat pemesinan kayu mindi
bervariasi dari baik sampai buruk, yakni diserut dan diamplas dengan baik. Mindi
dapat mengering tanpa cacat yang signifikan (Indonesian Forest 2007).
Rayap Kayu Kering (Cryptotermes cynocephalus Light)
Rayap kayu kering termasuk famili Kalotermitidae dari genus
Cryptotermes. Indonesia pada khususnya kondisi iklim dan tanah sangat
mendukung akan perkembangbiakkan rayap. Rayap kayu kering adalah jenis
rayap yang sangat umum terdapat di daerah tropis seperti dataran rendah Jawa
Barat, Kalimantan, Sumatera dan Filipina. Penyebaran rayap kayu kering sangat
berkaitan dengan iklim lembab. Rayap kayu kering berkembang dan tumbuh pada
kayu dalam keadaan kering. Rayap kayu kering memiliki ciri-ciri berantena 11
segmen dimana segmen kedua lebih panjang dibandingkan segmen lainnya serta
kepala berwarna coklat gelap kemerah-merahan (Nandika et al. 2003).
Menurut Tarumingkeng (1971), rayap kayu kering biasanya menyerang
kayu-kayu kering yang digunakan sebagai bahan bangunan, perlengkapan rumah
tangga dan lain-lain. Sarang pada rayap kayu kering terletak di dalam kayu dan
tidak ada keterkaitannya dengan tanah. Nimfa Cryptotermes spp memiliki panjang
5-6 cm dengan warna kecoklatan dan pada kasta reproduktif muda berukuran 10
mm. Menurut Martawijaya (1983), rayap ini biasanya menyerang kayu yang
sudah kering seperti rangka atap, mebel, kusen pintu, jendela dan alat rumah
tangga lainnya. Cara penyerangan rayap kayu kering dengan rayap kayu tanah
4
terhadap kayu yang sudah kering memiliki perbedaan. Serangan tersebut dapat
diketahui setelah kayu kering yang diserang menjadi keropos tanpa adanya
pecahan pada permukaan kayu tersebut. Serangan rayap kayu kering ini dapat
diketahui dari eksremen-eksremen berupa butiran kecil, lonjong, dan bertakik
yang berwarna coklat muda (Nandika et al. 2003).
Teknik Pemanasan untuk Peningkatan Mutu Kayu
Perlakuan panas merupakan proses pada saat bahan dipanaskan hingga
suhu tertentu dan selanjutnya didinginkan dengan cara tertentu pula. Tujuannya
adalah untuk mendapatkan sifat-sifat yang lebih baik dan yang diinginkan sesuai
dengan batas-batas kemampuannya. Modifikasi kayu melalui perlakuan
pemanasan merupakan metode yang efektif dalam memperbaiki stabilitas dan
daya tahan terhadap kerusakan (Paul et al. 2005). Teknologi perlakuan panas
seperti pemanasan oven penerapannya relatif mudah dalam pengendalian terhadap
organisme perusak kayu. Teknologi ini digunakan dalam pengendalian organisme
perusak khususnya pada kayu mindi. Pengembangan perlakuan panas ini semakin
berkurang daripada penggunaan bahan-bahan kimia yang lebih mudah dan murah
dalam aplikasinya. Perlakuan pemanasan oven dan minyak merupakan salah satu
contoh dari modifikasi kayu melalui perlakuan pemanasan. Ikatan kimia kayu
hasil dari percobaan perlakuan panas dapat memperbaiki sifat kayu terutama
menurunkan sifat higroskopis dan memperbaiki stabilitas dimensi, sedangkan
penyerapan minyak oleh kayu dapat menurunkan penyerapan air (Wang dan
Cooper 2005).
Pengawetan kayu mindi dilakukan dengan tujuan menaikkan umur pakai
dan meningkatkan nilai ekonomisnya. Keawetan kayu merupakan daya tahan
kayu dari faktor perusak biologi, misalnya dari serangan rayap, jamur perusak
kayu, dan bubuk kayu kering. Menurut Coto dan Daud (2009), kerapatan kayu
durian meningkat setelah proses penggorengan, hal ini disebabkan masuknya
minyak goreng selama proses penggorengan. Semakin lama penggorengan
semakin tinggi pula kekerasan kayu dan semakin lama waktu penggorengan maka
semakin tinggi pula jumlah minyak yang mampu mengisi rongga-rongga sel kayu
sehingga menyebabkan kemampuan kayu untuk menahan tekanan yang diberikan
semakin tinggi, selain itu juga dapat memperlambat waktu kayu untuk pecah atau
retak ketika diberi tekanan. Pada proses penggorengan penurunan kadar air
berkisar antara 3-5%. Penurunan kadar air kesetimbangan pada proses pemanasan
kayu disebabkan oleh perubahan sebagian daerah amorf menjadi kristalin yag
berakibat berkurangnya gugus –OH yang tersedia untuk berikatan dengan molekul
air dan keberadaan minyak goreng dalam kayu yang bersifat hidrofobik mampu
menghalangi penyerapan kayu terhadap air dari lingkungan.
Minyak berguna sebagai media penghantar panas selain pemanggangan
dan perebusan tetapi prosesnya lebih efisien. Minyak kelapa sawit merupakan
lemak semi padat yang mempunyai komposisi yang tetap. Minyak nabati
dikelompokkan sebagai minyak yang tidak jenuh yaitu rantai atom karbonnya
tidak berikatan dengan semua atom hidrogen. Istilah minyak tidak jenuh ini
digunakan untuk membedakannya dari minyak jenuh, yang umumnya terdapat
dalam minyak hewani. Minyak nabati bisa menjadi jenuh melalui proses
pemanasan berulang-ulang dimana mengakibatkan kandungan lemak jenuhnya
meningkat (Ketaren 2005).
5
METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian dilakukan di Laboratorium Sifat Dasar Kayu dan Laboratorium
Rayap, Bagian Teknologi Peningkatan Mutu Kayu, Departemen Hasil Hutan,
Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian berlangsung selama
empat bulan yaitu dari bulan Juni – Oktober 2013.
Bahan
Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah pangkal bagian
teras kayu mindi. Pohon berumur 5 tahun dengan diameter 18 cm dipotong
sehingga diperoleh papan kayu mindi berukuran panjang 4 meter, lebar 14 cm,
dan tebal 3 cm. Kayu mindi dalam penelitian ini diperoleh dari Malimping,
Banten. Bahan lainnya adalah limbah minyak goreng dari warung makan sekitar
kampus IPB Darmaga. Selain itu digunakan juga rayap jenis Cryptotermes
cynocephalus Light yang sehat dan aktif.
Alat
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari meteran,
gergaji, pipa berdiameter 1,8 cm dan tinggi 3 cm, oilbath, oven, desikator,
timbangan elektrik, baskom, alat tulis, dan kamera.
Prosedur Penelitian
Contoh uji kayu mindi dipotong sesuai SNI 01-7207-2006 menjadi ukuran
5 cm x 2,5 cm x 2,5 cm, sebanyak 76 contoh uji. Kemudian dilakukan beberapa
tahap pengujian, mencakup pemanasan contoh uji dengan minyak dan oven serta
dilakukan pengujian keawetan kayu mindi dari serangan rayap kayu kering.
Gambar 2 Pemotongan contoh uji
Gambar 3 Contoh uji kayu mindi
Pemanasan Contoh Uji dengan Minyak
Pengeringan contoh uji dalam oven dengan suhu 60 0C selama 2 hari dan
ditimbang (W1). Proses selanjutnya yakni pemanasan minyak dalam oil bath.
Seluruh bagian contoh uji kayu terendam dalam minyak panas. Suhu panas yang
6
digunakan adalah 120 0C, 150 0C, dan 180 0C. Setiap perlakuan menggunakan
variasi waktu 2 jam, 5 jam, dan 8 jam sedangkan pada kontrol tidak diberikan
perlakuan panas. Setiap perlakuan pemanasan menggunakan 4 ulangan contoh uji.
A
B
Gambar 4 Perubahan warna minyak (A) sebelum pemanasan dan (B) setelah
pemanasan
Pengkondisian Contoh Uji Kayu
Contoh uji yang telah dipanaskan dalam minyak, ditiriskan selama 15
menit, dan dilakukan pembersihan permukaan kayu dari minyak. Kemudian
contoh uji dioven selama dua hari pada suhu 60 0C dan ditimbang (W2).
Peningkatan berat kayu setelah diberi perlakuan pemanasan dihitung dengan
rumus:
Keterangan:
B
= Persentase peningkatan berat contoh uji kayu (%)
W1
= Berat kering oven contoh uji kayu sebelum digoreng (gram)
W2
= Berat kering oven contoh uji setelah digoreng (gram)
Pemanasan Contoh Uji dengan Oven
Contoh uji kayu ditumpuk dalam beberapa oven dan dipanaskan dengan
suhu berbeda yakni 120 0C, 150 0C, dan 180 0C. Adapun variasi waktu pemanasan
adalah 2 jam, 5 jam dan 8 jam. Contoh uji kontrol tidak diberi perlakuan
pemanasan. Jumlah ulangan contoh uji disetiap perlakuan adalah sebanyak 4 kali
ulangan.
Uji Perubahan Warna
Analisis warna kayu mindi menggunakan Munsell Soil Chart terdapat
pada Lampiran 1.
Pengujian Keawetan dari Rayap Kayu Kering Berdasarkan SNI 01-72072006
Contoh uji kayu dioven pada suhu 60 ˚C ± 2 ˚C selama 48 jam untuk
mendapatkan berat kayu sebelum pengujian (W1). Pada salah satu permukaan
contoh uji kayu dipasang pipa paralon yang direkatkan dengan lilin pada bagian
7
bawahnya. Kemudian rayap kayu kering sebanyak 50 ekor yang aktif dan sehat
dimasukkan ke dalam pipa paralon dan ditutup dengan kapas. Selanjutnya contoh
uji disimpan di ruangan gelap selama 12 minggu.
Setelah pengumpanan selama 12 minggu, dihitung jumlah rayap yang
masih hidup untuk menentukan mortalitasnya. Contoh uji selanjutnya dioven
dengan suhu 60 ˚C ± 2 ˚C selama 48 jam untuk mendapatkan berat kayu setelah
pengumpanan (W2). Nilai penurunan berat contoh uji akibat serangan rayap kayu
kering dihitung dengan persamaan berikut:
Keterangan :
WL = Penurunan berat (%)
W1 = Berat kering oven kayu sebelum pengumpanan (gram)
W2 = Berat kering oven kayu setelah pengumpanan (gram)
Pada penelitian ini juga dilakukan pengamatan mortalitas rayap dengan
rumus mortalitas sebagai berikut:
Keterangan :
MR = Mortalitas rayap (%)
D = Jumlah rayap mati
50 = Jumlah rayap awal pengujian
Kelas ketahanan kayu terhadap rayap kayu kering dikelompokkan ke
dalam lima kelas, dengan ketentuan tercantum pada Tabel 1.
Tabel 1 Klasifikasi ketahanan kayu terhadap rayap kayu kering berdasarkan SNI
01.7202-2006
Kelas
Ketahanan
Kehilangan Berat (%)
I
II
III
IV
V
Sangat Tahan
Tahan
Sedang
Buruk
Sangat Buruk
< 2,0
2,0 – 4,4
4,5 – 8,2
8,3 – 28,1
˃ 28,1
Gambar 5 Kondisi contoh uji terhadap rayap kayu kering
8
Analisis Data
Pengolahan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Excel
2007 dan software SAS 9.1.3. Model rancangan yang digunakan yakni percobaan
faktorial teracak lengkap. Istilah faktorial lebih mengacu pada bagaimana
perlakuan yang akan diteliti disusun, tetapi tidak menyatakan bagaimana
perlakuan-perlakuan tersebut ditempatkan pada unit-unit percobaan (Mattjik dan
Sumertajaya 2002). Faktor yang berperan pada penelitian ini adalah jenis
pemanasan (oven dan minyak), suhu pemanasan (120 ˚C, 150 ˚C, dan 180 ˚C),
dan waktu pemanasan (2 jam, 5 jam, dan 8 jam) dengan 4 kali ulangan setiap
perlakuan. Model rancangan percobaan yang digunakan adalah :
Yijkl = μ + αi + βj + k + (αβ)ij + (α )ik + (β )jk + αβ ijk + ijkl
Keterangan:
Yijkl = Nilai respon (kehilangan berat dan mortalitas) dari unit percobaan yang
mendapatkan perlakuan
pemanasan (oven dan minyak) ke-i, suhu
pemanasan ke-j, dan waktu pemanasan ke-k pada ulangan ke-1
i, j, k, l = Ulangan ke-1, 2, 3, dan 4
μ
= Nilai rataan umum
αi
= Pengaruh perlakuan pemanasan (oven dan minyak) pada taraf ke-i
βj
= Pengaruh perlakuan suhu pada taraf ke-j
k
= Pengaruh perlakuan waktu pemanasan pada taraf ke-k
(αβ)ij = Pengaruh interaksi dari unit percobaan yang mendapatkan perlakuan
pemanasan (oven dan minyak) ke-i dan suhu ke-j
(α )ik = Pengaruh interaksi dari unit percobaan yang mendapatkan perlakuan
pemanasan (oven dan minyak) ke-i dan waktu pemanasan ke-k
(β )jk = Pengaruh interaksi dari unit percobaan yang mendapatkan perlakuan
suhu ke-j, dan waktu pemanasan ke-k
Αβ ijk = Pengaruh interaksi faktor pengaruh perlakuan pemanasan (oven dan
minyak) ke-i, pengaruh faktor suhu ke-j dan pengaruh faktor waktu
pemanasan ke-k
ijkl
= Nilai galat (kesalahan percobaan) dari unit percobaan yang
mendapatkan perlakuan pemanasan (oven dan minyak) ke-i, suhu ke-j,
dan waktu pemanasan ke-k pada ulangan ke-l
Analisis ragam atau analysis of variace (ANOVA) dilakukan untuk mengetahui
pengaruh faktor jenis pemanasan terhadap pengujian keawetan kayu. Nilai Fhitung diperoleh dari ANOVA tersebut dibandingkan dengan F-tabel pada selang
kepercayaan 95% dengan kaidah keputusan:
1.
Apabila F-hitung < F-tabel, maka faktor yang diberikan tidak memberikan
pengaruh nyata terhadap pengujian keawetan kayu mindi pada selang
kepercayaan 95%.
2.
Apabila F-hitung > F-tabel, maka perlakuan memberikan pengaruh nyata
terhadap pengujian keawetan kayu mindi pada selang kepercayaan 95%.
Dilakukan uji lanjut dengan menggunakan Duncan Multiple Range Test
(DMRT) jika perlakuan memberikan pengaruh nyata atau sangat nyata
terhadap keawetan.
9
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perlakuan pemanasan dengan oven dan limbah minyak goreng dengan
berbagai variasi suhu dan waktu mengakibatkan perubahan warna pada kayu
mindi. Warna menjadi lebih merata pada permukaan kayu. Pemanasan oven
menghasilkan warna yang relatif lebih menarik terutama pada suhu 150 ˚C dengan
waktu pemanasan 8 jam. Perlakuan pemanasan kayu dengan menggunakan limbah
minyak goreng mengakibatkan kayu cenderung lebih gelap. Penampilan yang
lebih baik ialah pemanasan dengan suhu 120 ˚C dan waktu 8 jam.
Berdasarkan Munsell Soil Chart, kayu mindi yang dipanaskan
menggunakan oven pada suhu 120 ˚C (2, 5, 8 jam) memiliki nilai 7.5 YR 7/4,
sedangkan suhu 150 ˚C dan 180 ˚C (2, 5, 8 jam) menjadi 7.5 YR 7/6 dan 7.5 YR
6/4. Kayu mindi yang dipanaskan dalam minyak pada suhu 120 ˚C dan suhu 150
˚C (2,5,8 jam) memiliki warna yang sama yakni 7.5 YR 6/8, sedangkan pada suhu
180 ˚C dengan waktu pemanasan 2 jam memiliki nilai warna 7.5 YR 3/2 namun
pada waktu pemanasan 5 dan 8 jam mengalami perubahan warna menjadi 7.5 YR
3/1. Semakin tinggi suhu dan lamanya waktu pemanasan menyebabkan warna
menjadi lebih gelap. Perubahan warna kayu ini dipengaruhi oleh suhu pemanasan
dan waktu pemanasan (Forest Products Society 2002).
KONTROL
120 ˚C
150 ˚C
180 ˚C
2 jam
2 jam
2 jam
5 jam
5 jam
5 jam
8 jam
8 jam
8 jam
Gambar 6 Perubahan warna kayu yang dipanaskan dalam oven dengan variasi
suhu dan waktu
KONTROL
120 ˚C
2 jam
5 jam
8 jam
150 ˚C
2 jam
5 jam
8 jam
180 ˚C
2 jam
5 jam
8 jam
Gambar 7 Perubahan warna kayu setelah pemanasan minyak dengan variasi suhu
dan waktu
10
Peningkatan Berat Kayu Setelah Perlakuan Pemanasan Minyak
Pemanasan kayu dengan minyak mengakibatkan sebagian minyak masuk ke
dalam kayu yang menyebabkan peningkatan berat. Berdasarkan Gambar 8
tampak adanya kecenderungan pertambahan berat kayu tersebut sebesar 6,22%
sampai 15,40% hal ini mengindikasikan minyak masuk pada kayu mindi. Pada
waktu pemanasan suhu 120 ºC dan suhu 150 ºC diduga sebagian zat ekstraktif
tidak seluruhnya keluar dan hal ini diduga pada suhu dan waktu tersebut
masuknya minyak pada ronga-rongga sel kayu mindi lebih sulit sedangkan suhu
180 ºC dengan variasi waktu 2 jam, 5 jam, dan 8 jam mengalami kenaikan. Hal ini
sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa penggorengan kayu pada suhu
sekitar 180 ºC-200 ºC menyebabkan zat ekstraktif yang mudah keluar dari dalam
kayu sehingga bagian kayu yang kosong akan diisi oleh minyak goreng dengan
demikian, berat kayu akan bertambah dan kerapatannya semakin meningkat
(Forest Products Society 2002).
Perlakuan Pemanasan
Gambar 8 Nilai pertambahan berat kayu setelah perlakuan pemanasan minyak
Uji Keawetan Kayu Mindi
Penurunan Berat
Penurunan berat kayu mindi yang dipanaskan dalam minyak lebih kecil
dibandingkan dengan yang dipanaskan dalam oven maupun kontrol. Semakin
kecil penurunan berat kayu mindi yang terserang rayap kayu kering, maka
semakin tinggi keawetan kayu. Nilai penurunan berat mengindikasikan banyaknya
serangan rayap kayu kering pada kayu mindi (Lampiran 7). Menurut Weiss
(1961), keawetan kayu ditentukan oleh genetik kayu seperti umur pohon, berat
jenis, dan kandungan zat ekstraktif. Nilai persentase kehilangan berat kayu mindi
dengan pemanasan oven dan minyak dapat dilihat pada Gambar 9.
11
Perlakuan Pemanasan
Gambar 9 Penurunan berat kayu mindi yang diakibatkan serangan rayap kayu
kering
Berdasarkan Gambar 9, kayu mindi yang dipanaskan pada berbagai variasi
suhu dan waktu dalam oven dan minyak mengalami penurunan berat oleh rayap
kayu kering sebesar 5,15%-6,30% dan 2,84%-6,06%. Klasifikasi ketahanan kayu
dari serangan rayap kayu kering berdasarkan SNI 01.7207-2006 menunjukkan
bahwa kayu mindi kelas awet III (penurunan berat 6,38%) yang berbeda dengan
Indonesian Forest tahun 2007 menggolongkan mindi dalam kelas awet IV-V.
Perlakuan pemanasan minyak dengan suhu 150 ˚C selama 8 jam menyebabkan
penurunan berat kayu secara nyata oleh rayap kayu kering 2,84%, termasuk kelas
awet II (penurunan berat antara 2,0% sampai 4,4%). Kayu yang diberi perlakuan
pemanasan oven dengan berbagai variasi suhu dan waktu tidak mengalami
penurunan berat akibat serangan rayap yang nyata lebih kecil dibandingkan
kontrol.
Berdasarkan hasil analisis ragam pada selang kepercayaan 95%
menunjukkan bahwa faktor yang berpengaruh signifikan terhadap penurunan berat
akibat serangan rayap kayu kering adalah interaksi suhu, waktu dan jenis
pemanasan. Pada pemanasan minyak suhu 150 ˚C dengan waktu pemanasan 5 jam
dan 8 jam serta suhu 180 ˚C dengan waktu pemanasan 2 jam dan 5 jam
menghasilkan penurunan berat akibat serangan rayap kayu kering yang nyata
lebih rendah daripada kontrol yaitu secara berurutan 4,68%, 2,84%, 4,52%, dan
4,66%. Berdasarkan hasil uji statistika yang paling baik dalam menurunkan
serangan rayap kayu kering adalah pemanasan minyak dengan suhu 150 ˚C
selama 5 jam dan 8 jam.
12
Mortalitas Rayap
Mortalitas rayap diperoleh dari persentase rayap yang mati selama masa
pengujian sampel. Nilai mortalitas pada kontrol masih tergolong tinggi berarti
keawetan kayu mindi relatif tinggi. Semakin besar kematian rayap kayu kering
maka kehilangan berat contoh uji semakin kecil atau sebaliknya. Perilaku makan
rayap di alam berbeda dengan di laboratorium (Supriana 1983 dalam Sanjaya
2012). Di alam rayap bebas dalam menentukan lingkungan yang paling sesuai
sedangkan di laboratorium, rayap dipaksa makan umpan yang diberikan. Hal ini
menyebabkan rayap perlahan akan mati dan rayap-rayap yang lemah atau sakit
akan dibunuh dan dimakan oleh rayap-rayap yang lebih aktif untuk bertahan
hidup.
Perlakuan Pemanasan
Gambar 10 Nilai mortalitas rayap pada uji keawetan kayu mindi dengan perlakuan
pemanasan
Berdasarkan perhitungan mortalitas rayap bahwa keawetan kayu mindi
meningkat setelah mengalami perlakuan pemanasan oven dan minyak. Nilai
mortalitas rayap pada kayu yang dipanaskan oven dan minyak dalam berbagai
variasi suhu dan waktu lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol. Rata-rata nilai
mortalitas pada perlakuan pemanasan oven lebih dari 90% sedangkan yang
dipanaskan dengan minyak lebih dari 99%. Hal ini mengindikasikan bahwa ada
pengaruh pemanasan oven dan minyak terhadap keawetan kayu.
Perlakuan pemanasan menyebabkan kayu kehilangan kandungan
polisakarida (Hill 2006). Kayu yang kehilangan polisakarida diduga menyebabkan
rayap tidak suka terhadap kayu mindi dan perlahan rayap akan mati. Peningkatan
nilai mortalitas rayap juga diduga akibat perubahan kimia penyusun kayu.
Berdasarkan hasil analis ragam pada selang kepercayaan 95% menunjukkan
bahwa faktor yang berpengaruh signifikan terhadap mortalitas rayap kayu kering
adalah interaksi suhu, waktu, dan jenis pemanasan. Mortalitas rayap sudah
mencapai 100% dengan pemanasan kayu mindi suhu 120 ˚C selama 8 jam.
Bahkan pada pemanasan minyak mortalitas 100% sudah dicapai pada suhu 120 ˚C
dan 150 ˚C dengan berbagai waktu pemanasan. Berdasarkan kombinasi hasil
analisis data penurunan berat dan mortalitas dalam penelitian ini, maka
13
peningkatan keawetan kayu mindi secara nyata dan paling efektif dihasilkan
dengan pemanasan minyak 150 ˚C selama 8 jam. Bila menggunakan pemanasan
oven maka sebaiknya digunakan suhu pemanasan 150 ˚C selama 5 jam yang
menghasilkan mortalitas 99,8% dan penurunan berat paling rendah (5,15%).
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Perlakuan pemanasan oven dan minyak terbukti meningkatkan keawetan
kayu mindi. Pemanasan minyak dengan suhu 150 ˚C selama 8 jam meningkatkan
keawetan kayu mindi dari kelas III menjadi kelas II. Faktor yang berpengaruh
signifikan terhadap penurunan berat dan mortalitas akibat serangan rayap kayu
kering adalah interaksi suhu, waktu dan jenis pemanasan. Berdasarkan kombinasi
hasil analisis data penurunan berat dan mortalitas maka peningkatan keawetan
kayu mindi secara nyata dan paling efektif dihasilkan dengan pemanasan minyak
150 ˚C selama 8 jam sedangkan pemanasan oven untuk kayu mindi memerlukan
suhu 150 ˚C selama 5 jam yang menghasilkan mortalitas 99,8% dan penurunan
berat sebesar 5,15%.
Saran
Perlu dilakukan penelitian pengaruh perlakuan pemanasan oven dan minyak
terhadap keawetan kayu dari serangan organisme perusak kayu lainnya serta perlu
dilakukan penelitian lanjutan mengenai komponen limbah minyak goreng yang
mengakibatkan kematian pada rayap.
.
14
DAFTAR PUSTAKA
[Badan Litbang Departemen Kehutanan] Badan Peneletian dan Pengembangan
Departemen Kehutanan.2007. Mindi. http://indonesanforest.com/Tanaman
andalan/Mindi. htm. [diunduh pada 6 November 2013].
[Forest Products Society]. 2002. Enhancing the Durability of Lumber and
Engineered Wood Products. Medison: Forest Products Society.
Coto Z, M Daud. 2009. Peningkatan Sifat Fisis dan Mekanis Kayu Durian (Durio
sp.) dengan Penggorengan. Simposium Nasional FTHH Peningkatan
Peran FTHH dalam Penelitian dan Pengembangan IPTEK untuk
Menunjang Revitaliusasi Industri Hasil Hutan Indonesia.
Hill C. 2006. Wood Modification; Chemical Thermal and Other Processes. West
Sussex: John Wiley dan Sons, LTd.
Indonesian
Forest.
2007.
Identifikasi
Kayu
Indonesia.
http://www.indonesianforest.com/Kayu/Mindi. htm . [diunduh pada 6
November 2013].
Ketaren S. 2005. Minyak dan Lemak Pangan. UI-Press. Jakarta.
Martawijaya A. 1983. Pengawetan Kayu untuk Mencegah Serangan Jamur dan
Serangga Perusak Kayu. Makalah Diskusi Pencegahan dan
Penanggulangan Bahaya Rayap pada Bangunan. Kerja sama Direktorat
Tata Bangunan dengan Ikatan Arsitek Indonesia, Jakarta.
Mattjik AA, M Sumertajaya. 2002. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS
dan Minitab. IPB-Press. Bogor.
Nandika D, Rismayadi Y, Diba F. 2003. Rayap: Biologi dan Pengendaliannya.
Surakarta: Muhammadiyah University Press.
Nandika D, Soenaryo, Aswin S. 1996. Kayu dan Pengawetan Kayu. Dinas
Kehutanan DKI Jakarta. Jakarta .
Paul WM, Ohlmeyer H, Leithoff. 2005. Optimising the properties of OSB by a
one-step heat pre-treatment process. Holz als Roh-und Werkstoff Journal
64:227-234.
Sanjaya F. 2012. Ketahanan alami kayu meranti merah (Shorea sp) dari hutan
alam dan hutan tanaman terhadap serangan rayap tanah (Coptotermes
curvignathus Holmgren) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Tarumingkeng RC. 1971. Biologi dan Pengendalian Rayap Perusak Kayu
Indonesia. Laporan LPKK No. 138. Bogor.
Tim ELSSPAT. 1997. Pengawetan Kayu dan Bambu. Jakarta: Puspa Swara.
Wang JY, Cooper PA. 2005. Effect of oil type temperature and time on mouisture
properties of hot oil-treated wood. Holz als Roh-und Werkstoff Journal
63:417-442.
Weiss HF .1961. Preservation of Structural Timber. America (US): The Mc
Graw-Hill Book Company, Inc.
Wistara IN. 2002. Ketahanan 10 jenis kayu tropis. Jurnal Teknologi Hasil Hutan
15(2):48-56.
15
LAMPIRAN
Lampiran 1 Munsell Soil Chart
8/1
8/2
8/3
8/4
8/6
7/1
7/2
7/3
7/4
7/6
7/8
6/1
6/2
6/3
6/4
6/6
6/8
5/1
5/2
5/3
5/4
5/6
5/8
4/1
4/2
4/3
4/4
4/6
3/1
3/2
3/3
3/4
2,5/1
2,5/2 2,5/3
16
Lampiran 2 Indeks perubahan warna kayu mindi setelah perlakuan pemanasan.
Perlakuan
pemanasan
Suhu
Waktu (jam)
Indeks
Keterangan
Kontrol
Oven
120 ˚C
2
5
8
2
5
8
2
5
8
2
5
8
2
5
8
2
5
8
7.5 YR 7/4
7.5 YR 7/4
7.5 YR 7/4
7.5 YR 7/4
7.5 YR 7/6
7.5 YR 7/6
7.5 YR 7/6
7.5 YR 6/4
7.5 YR 6/4
7.5 YR 6/4
7.5 YR 6/8
7.5 YR 6/8
7.5 YR 6/8
7.5 YR 6/8
7.5 YR 6/8
7.5 YR 6/8
7.5 YR 3/2
7.5 YR 3/1
7.5 YR 3/1
Kuning muda
Kuning muda
Kuning muda
Kuning muda
Kuning kemerahan
Kuning kemerahan
Kuning kemerahan
Coklat muda
Coklat muda
Coklat muda
Kuning kemerahan
Kuning kemerahan
Kuning kemerahan
Kuning kemerahan
Kuning kemerahan
Kuning kemerahan
Coklat gelap
Coklat gelap
Abu-abu sangat
gelap
150 ˚C
180 ˚C
Minyak
120 ˚C
150 ˚C
180 ˚C
17
Lampiran 3 Analisis ragam penurunan berat pada uji keawetan kayu mindi dengan
pemanasan oven dan minyak.
Source
Suhu
Waktu
Waktu*suhu
Jenis pemanasan
Jenis pemanasan*suhu
Jenis pemanasan*waktu
Jenis pemanasan*waktu*suhu
DF
Type I
SS
Mean
Square
F value
Pr > F
0
0
0
0
0
0
6
0
0
0
0
0
0
0,0185
0,031
2,320
0,042*
*memberikan pengaruh pada kehilangan berat pada taraf nyata 5%.
Lampiran 4 Hasil uji lanjut Duncan terhadap penurunan berat.
Duncan Grouping
Mean
N
Suhu_Waktu Pemanasan
A
A
A
B
B
B
B
B
B
D
D
D
0,94188
0,94188
0,94188
0,90533
0,87105
0,86144
0, 84314
0,82425
0,79825
0,77133
0,75965
0,65693
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
120 ˚C_0
150 ˚C_0
180 ˚C_0
180 ˚C_8
120 ˚C _2
120 ˚C_8
120 ˚C_5
150 ˚C_2
180 ˚C_5
180 ˚C_ 2
150 ˚C_5
150 ˚C_8
A
A
A
A
A
C
C
C
C
C
C
C
18
Lampiran 5 Analisis ragam mortalitas rayap pada uji keawetan kayu mindi dengan
pemanasan oven dan minyak.
DF
Source
Suhu
Waktu
Waktu*suhu
Jenis pemanasan
Jenis pemanasan*suhu
Jenis pemanasan*waktu
Jenis pemanasan*waktu*suhu
3
2
4
1
2
2
4
Type I
SS
0
0
0
0
0
0
107,08
Mean
Square
17,85
F
Value
0,52
Pr > F
0,78*
*memberikan pengaruh pada mortalitas rayap pada taraf nyata 5%.
Lampiran 6 Hasil uji lanjut Duncan terhadap nilai mortalitas rayap.
Duncan Grouping
Mean
N
Suhu_Waktu Pemanasan
A
A
A
A
A
A
A
A
A
B
B
B
100,000
99,750
99,750
99,750
99,250
98,750
98,500
97,000
96,000
89,500
89,500
89,500
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
120 ˚C_8
180 ˚C_2
150 ˚C_2
150 ˚C_ 8
150 ˚C_5
180 ˚C_5
120 ˚C_5
120 ˚C_2
180 ˚C_8
120 ˚C_0
150 ˚C_0
180 ˚C_0
19
Lampiran 7 kerusakan kayu mindi oleh serangan rayap kayu kering.
Waktu dan
Suhu
Pemanasan
2 jam 120 ˚C
2 jam 150 ˚C
2 jam 180 ˚C
5 jam 120 ˚C
5 jam 150 ˚C
5 jam 180 ˚C
8 jam 120˚C
8 jam 150˚C
8 jam 180˚C
Pemanasan Oven
Pemanasan Minyak
20
Lampiran 8 kerusakan kayu mindi (kontrol) terhadap serangan rayap kayu kering.
Sebelum Pengumpanan
Setelah Pengumpanan
21
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di kota Bandar Lampung pada tanggal 14 Februari 1991
sebagai anak keenam dari enam bersaudara pasangan Suyanto Wignyo Atmojo
dan Tuminem. Pada tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 4 Bandar
Lampung dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur
Undangan Seleksi Masuk IPB di Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan,
Institut Pertanian Bogor dan memilih bagian Teknologi Peningkatan Mutu Kayu.
Selama studi penulis aktif diberbagai organisasi kemahasiswaan seperti
anggota Rohani Islam dikelas Hasil Hutan angkatan 46 pada tahun 2010 – 2013
serta Himpunan Profesi Mahasiswa Hasil Hutan sebagai anggota bagian
Biokomposit pada tahun 2010 – 2011 dan sebagai anggota dana usaha pada tahun
2011 – 2012 serta berbagai kepanitiaan kegiatan di Kampus IPB.
Pada tahun 2011 penulis melaksanakan Praktek Pengenalan Ekosistem
Hutan di Gunung Kamojang dan Kawasan Cagar Alam Leuweung Sancang,
Garut. Tahun 2012 penulis juga melaksanakan Praktek Pengelolaan Hutan di
Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi. Selain itu penulis juga melakukan
Praktek Kerja Lapang di Korindo Ariabima Sari, Pangkalan Bun, Kalimantan
Tengah selama 2 bulan dan ditempatkan dibagian Quality Control dan Personalia
pada tahun 2013. Sebagai salah syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan
di Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor, penulis melaksanakan penelitian
dan menyelesaika skripsi dengan judul “Ketahanan Kayu Mindi (Melia azedarach
L.) Dari Rayap Kayu Kering Cryptotermes cynocephalus setelah Perlakuan
Pemanasan” dibawah bimbingan Dr Ir Trisna Priadi, εEng Sc.
RAYAP KAYU KERING Cryptotermes cynocephalus SETELAH
PERLAKUAN PEMANASAN
ADY PRATAMA
DEPARTEMEN HASIL HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Ketahanan Kayu Mindi
(Melia azedarach L.) dari Rayap Kayu Kering Cryptotermes cynocephalus setelah
Perlakuan Pemanasan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Desember 2013
Ady Pratama
NIM E24090043
ABSTRAK
ADY PRATAMA. Ketahanan Kayu Mindi (Melia azedarach L.) dari Rayap
Kayu Kering Cryptotermes cynocephalus setelah Perlakuan Pemanasan.
Dibimbing oleh TRISNA PRIADI.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pemanasan terhadap
keawetan kayu mindi (Melia azedarach L.) dari rayap kayu kering Cryptotermes
cynocephalus. Penelitian ini menggunakan kayu mindi yang berumur 5 tahun dari
Malimping, Banten. Penilaian keawetan kayu mindi terhadap serangan rayap kayu
kering berdasarkan pada SNI 01.7207-2006. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pemanasan oven dan minyak terbukti meningkatkan keawetan kayu mindi. Nilai
penurunan berat terendah kayu mindi akibat serangan rayap kayu kering terjadi
setelah pemanasan minyak pada suhu 150 ºC selama 8 jam sehingga kelas
awetnya meningkat dari III ke II. Hasil uji statistik yang diperoleh menunjukkan
faktor yang berpengaruh signifikan terhadap penurunan berat dan mortalitas
akibat serangan rayap kayu kering adalah interaksi suhu, waktu dan jenis
pemanasan. Berdasarkan kombinasi hasil analisis data penurunan berat dan
mortalitas maka peningkatan keawetan kayu mindi secara nyata dan paling efektif
dihasilkan dengan pemanasan minyak 150 ˚C selama 8 jam sedangkan pemanasan
oven kayu memerlukan suhu 150 ˚C 5 jam yang menghasilkan mortalitas 99,8%
dan penurunan berat sebesar 5,15%.
Kata kunci : kayu mindi, pemanasan kayu, rayap kayu kering, sifat keawetan
ABSTRACT
ADY PRATAMA. The Resistance from Dry Wood Termite (Cryptotermes
cynocephalus) after Heat Treatment of Mindi Wood (Melia azedarach L.).
Supervised by TRISNA PRIADI.
This research aimed to analysist the effect of heat treatment on the
resistance of mindi (Melia azedarach L.) wood from dry wood termites
(Cryptotermes cynocephalus). This research utilized mindi wood obtained from
five years old tree from Malimping, Banten. The durability evaluation on mindi
wood againts the dry wood termites is based on SNI 01.7207-2006. The result of
this research showed that the heating treatments in oven and oil increased the
durability of mindi woods. Based on the weight loss analyses, mindi wood that
heated at 150 °C for 8 hours in oil increased their durability class from III to II.
Statistical test results obtained showed that factors significantly influence weight
loss and mortality due to dry wood termite attack is the interaction of temperature,
time, and type of heating. Based on the analysis of the combination weight loss
and mortality increase in the durability of the real Mindi wood and most
effectively produced by heating oil 150 ˚ C for 8 hours while the wood oven
heating temperature of 150 ˚ C requires 5 hours resulted in 99.8% mortality and
weight loss amounted to 5.15%.
Keywords: dry wood termites, durability, mindi wood, timber heating process
KETAHANAN KAYU MINDI (Melia azedarach L.) DARI
RAYAP KAYU KERING Cryptotermes cynocephalus SETELAH
PERLAKUAN PEMANASAN
ADY PRATAMA
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Hasil Hutan
DEPARTEMEN HASIL HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
Judul Skripsi: Ketahanan Kayu Mindi (Melia azedarach L.) Dari Rayap Kayu
Kering Cryptotermes cynocephalus setelah Perlakuan Pemanasan
Nama
: Ady Pratama
NIM
: E24090043
Disetujui oleh
Dr Ir Trisna Priadi, MEng Sc
Pembimbing
Diketahui oleh
Prof Dr Ir I Wayan Darmawan, MSc
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
Judul Skripsi: Ketahanan Kayu Mindi (Melia azedarach L.) Dari Rayap Kayu
Kering Cryptotermes cynocephalus setelah Perlakuan Pemanasan
Nama
: Ady Pratama
NIM
: E24090043
Disetujui oleh
Dr Ir Trisna Priadi, MEng Sc
Pembimbing
armawan MSc
etua Departemen
·1
Tanggal Lulus:
3 FE3 7
-
- -- --
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini yang berjudul
Ketahanan Kayu Mindi (Melia azedarach L.) dari Rayap Kayu Kering
Cryptotermes cynocephalus setelah Perlakuan Pemanasan. Karya ilmiah ini
merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di
Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan dan
bimbingan yang sangat berharga dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan
ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr Ir Trisna Priadi, MEng Sc
selaku dosen pembimbing atas segala bimbingannya. Demikian kata pengantar
dari penulis, semoga tulisan ini dapat diterima dan bermanfaat bagi para pembaca.
Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih dan doanya kepada segenap
pihak yang telah banyak membantu.
Bogor, Desember 2013
Ady Pratama
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Shalawat dan salam selalu
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Penulis menyadari skripsi ini dapat
diselesaikan dengan baik karena bantuan dan dorongan dari berbagai pihak.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
Kedua orangtua, Bapak Suyanto Wignyo Atmojo dan Ibu Tuminem dan
seluruh mas dan mba yang selalu memberikan kasih sayang dan doa yang
tak pernah henti kepada penulis serta selalu memberikan motivasi dan
mendukung secara materil maupun moril.
Bapak Dr Ir Trisna Priadi, MEng Sc selaku dosen pembimbing yang telah
membimbing, mengarahkan, dan memberikan ilmu serta wawasan kepada
penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
Beasiswa BUMN yang telah memberikan dukungan secara materil.
Seluruh dosen, laboran, dan staf Fakultas Kehutanan IPB.
Tristiana Dwi Nurdhita Sari, Maya Andara, Fita Muftikhatus Syahro,
Miko Novri Amandra yang telah membantu dalam proses penelitian.
Teman-teman THH 46 yang setia memberikan doa dan semangat.
Semua pihak yang telah membantu proses persiapan dan penyusunan
skripsi ini.
Demikian ucapan terima kasih yang dapat disampaikan ke beberapa pihak
terkait yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
1
Manfaat Penelitian
2
TINJAUAN PUSTAKA
2
Keawetan Kayu
2
Kayu Mindi (Melia azedarach L.)
2
Rayap Kayu Kering (Cryptotermes cynocephalus Light)
3
Teknik Pemanasan untuk Meningkatkan Mutu Kayu
4
METODE
5
Waktu dan Tempat
5
Bahan
5
Alat
5
Prosedur Penelitian
5
Pemanasan Contoh Uji dengan Minyak
5
Pengkondisian Contoh Uji Kayu
6
Pemanasan Contoh Uji dengan Oven
6
Uji Perubahan Warna
6
Pengujian Keawetan dari Rayap Kayu Kering Berdasarkan SNI 01-72072006
6
Analisis Data
8
HASIL DAN PEMBAHASAN
9
Peningkatan Berat Kayu Setelah Perlakuan Pemanasan Minyak
10
Uji Keawetan Kayu mindi
10
Penurunan Berat
11
Mortalitas Rayap
12
SIMPULAN DAN SARAN
13
Simpulan
13
Saran
13
DAFTAR PUSTAKA
14
LAMPIRAN
15
RIWAYAT HIDUP
21
DAFTAR TABEL
1 Klasifikasi ketahanan kayu terhadap rayap kayu kering berdasarkan
SNI 01.7202-2006
7
DAFTAR GAMBAR
1 Pohon mindi (Melia azedarach L.)
2 Pemotongan contoh uji
3 Contoh uji kayu mindi
4 Perubahan warna minyak sebelum pemanasan dan setelah pemanasan
5 Kondisi contoh uji terhadap rayap kayu kering
6 Perubahan warna kayu yang dipanaskan dalam oven dengan variasi
suhu dan waktu
7 Perubahan warna kayu yang dipanaskan dalam minyak dengan variasi
suhu dan waktu
8 Nilai pertambahan berat kayu setelah perlakuan pemanasan minyak
9 Penurunan berat kayu mindi yang diakibatkan serangan rayap kayu
kering
10Nilai mortalitas rayap pada uji keawetan kayu mindi dengan perlakuan
pemanasan
3
5
5
6
7
9
9
10
11
12
DAFTAR LAMPIRAN
1 Munsell Soil Chart
2 Indeks perubahan warna kayu mindi setelah perlakuan pemanasan
3 Analisis ragam penurunan berat pada uji keawetan kayu mindi dengan
pemanasan oven dan minyak
4 Hasil uji lanjut Duncan terhadap penurunan berat
5 Analisis ragam mortalitas rayap pada uji keawetan kayu mindi dengan
pemanasan oven dan minyak
6 Hasil uji lanjut Duncan terhadap nilai mortalitas rayap
7 Kerusakan kayu mindi oleh serangan rayap kayu kering
8 Kerusakan kayu mindi (kontrol) terhadap serangan rayap kayu kering
15
16
17
17
18
18
19
20
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kayu adalah bahan alami yang berasal dari pohon yang tumbuh di hutan,
kebun atau ladang, dan taman. Kayu dalam bentuk aslinya merupakan bagian
penting dari lingkungan hidup (Nandika et al. 1996). Kayu merupakan salah satu
bahan bangunan yang diambil dari alam yang disukai masyarakat dan dapat
diperbaharui. Penggunaan material kayu oleh masyarakat menyebabkan
kebutuhan akan kayu terus meningkat. Namun, kayu memiliki kelemahan yaitu
dapat diserang organisme perusak.
Lebih dari 80% kayu yang ada di Indonesia memiliki keawetan yang
rendah (kelas awet III, IV dan V). Keawetan kayu merupakan daya tahan suatu
jenis kayu terhadap faktor perusak kayu biologis seperti serangga, jamur, dan
binatang-binatang laut penggerek kayu. Keaweatan alami kayu sangat dipengaruhi
oleh kandungan zat ekstraktifnya meskipun tidak semua zat ekstraktif bersifat
racun bagi organisme perusak kayu. Semakin tinggi kandungan ekstraktif dalam
kayu, maka keawetan alami kayu cenderung meningkat (Wistara et al. 2002).
Mindi termasuk jenis pohon cepat tumbuh yang memiliki banyak manfaat.
Kayunya dapat digunakan sebagai untuk bahan kayu lapis dan kayu lamina.
sedangkan daun, akar dan bagian kulit pohon mindi digunakan sebagai obat
demam, bengkak, radang dan reumatik (Departemen Kehutanan 2001). Kayu
mindi atau geringging memiliki tekstur yang menarik menyerupai kayu jati atau
mahoni. Oleh sebab itu, kayu mindi dapat dikelompokkan sebagai kayu komersial
karena telah laku diperdagangkan baik di pasaran lokal maupun di pasaran
internasional dalam bentuk barang jadi. Mindi cenderung diminati oleh
masyarakat karena memiliki daur pendek, pada umur 5-10 tahun sudah dapat
dipanen sebagai tambahan pendapatan, namun menurut Badan Litbang
Departemen Kehutanan (2007) mindi termasuk kelas awet IV – V. Kayu yang
memiliki kelas awet rendah memerlukan perlakuan pengawetan yang dapat
meningkatkan keawetan kayu. Teknik peningkatan keawetan kayu yang lebih
ramah lingkungan dan tidak beracun yakni salah satunya dengan menggunakan
pemanasan oven dan minyak yang diharapkan dapat meningkatkan keawetan kayu
dari serangan organisme perusak, khususnya rayap kayu kering.
Penelitan ini dilakukan untuk mengetahui tingkat keawetan dari kayu mindi
dengan menggunakan standar SNI 01-7207-2006 sehingga dapat diolah dan
dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat dan dapat memiliki fungsi yang
sama dengan jenis-jenis kayu awet lainnya.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pemanasan terhadap
keawetan kayu mindi (Melia azedarach L.) dari rayap kayu kering Cryptotermes
cynocephalus.
2
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan umur pakai, nilai dan
manfaat kayu mindi. Selain itu juga dapat menunjang industri pengolahan kayu.
TINJAUAN PUSTAKA
Keawetan Kayu
Daya tahan suatu jenis kayu terhadap organisme perusak, berupa serangga,
jamur dan binatang laut penggerek dikenal dengan istilah keawetan kayu.
Keaweatan kayu dipengaruhi oleh organisme perusak, kecepatan tumbuh, umur
pohon, bagian kayu dalam batang, kandungan ekstraktif dan tempat dimana kayu
digunakan. Semakin tinggi kandungan ekstraktif dalam kayu, maka keawetan
alami kayu cenderung meningkat.
Umur pohon memiliki hubungan yang positif dengan keawetan kayu. Jika
pohon ditebang dalam umur yang tua, pada umumnya lebih awet daripada jika
ditebang ketika muda karena semakin lama pohon tersebut hidup maka semakin
banyak zat ekstraktif yang dibentuk (Tim ELSSPAT 1997).
Terdapat lima kelas awet kayu, mulai dari kelas awet I sampai kelas awet V.
Kelas awet kayu didasarkan atas keawetan kayu teras karena bagaimanapun
awetnya suatu jenis kayu, bagian gubalnya selalu mempunyai keawetan yang
terendah yakni kelas awet V hal ini terjadi karena pada bagian kayu gubal tidak
terbentuk zat-zat ekstraktif seperti phenol, tannin, alkaloide, saponine, chinon dan
damar. Zat-zat tersebut memiliki daya racun terhadap organisme perusak kayu
(Findlay dan Martawijaya 1962 dalam Padlinurjaji 1977).
Kayu mindi (Melia azedarach L.)
Mindi merupakan jenis pohon cepat tumbuh serta potensial dalam
penggunannya sebagai bahan baku produk konstruksi sederhana yang memiliki
tekstur menyerupai kayu mahoni, sehingga kayu mindi banyak dicari oleh
masyarakat untuk dimanfaatkan sebagai produk mebel dan bahan bangunan.
Adapun kualifikasi mindi menurut Badan Penelitian dan Pengembangan
Kehutanan (2007), adalah sebagai berikut:
Divisi
: Spermatophyta
Sub divisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledoneae
Bangsa
: Rutales
Suku
: Meliaceae
Marga
: Melia
Jenis
: Melia azedarach L.
Nama dagang : Mindi
Nama daerah :Geringging, mementin, mindi (Jawa), rencik (Batak),
mindi kecil (Melayu), jempinis (NTB), belile (NTT).
3
Gambar 1 Pohon mindi (Melia azedarach L.)
Tinggi pohon mindi bisa mencapai 30 m, panjang bebas cabang 20 m dan
diameter sampai 185 cm dengan kayu teras berwarna merah coklat muda semusemu ungu sedangkan kayu gubal berwarna putih kemerah-merahan dan
mempunyai batas yang jelas dengan kayu terasnya. Serat lurus atau agak berpadu
dan berat jenis rata-ratanya 0,53, penyusutannya dari keadaan basah sampai
kering tanur adalah 3,3% (radial) dan 4,1% (tangensial). Kandungan aktif mindi
sama dengan mimba (Azadirachta indica) yaitu azadirachtin, selanin, dan
meliantriol. Kayu mindi termasuk ke dalam kelas kuat III-II setara dengan
mahoni, sungkai dan meranti merah. (Badan Penelitian dan Pengembangan
Kehutanan 2007).
Kayu mindi termasuk kelas awet V-IV. Sifat pemesinan kayu mindi
bervariasi dari baik sampai buruk, yakni diserut dan diamplas dengan baik. Mindi
dapat mengering tanpa cacat yang signifikan (Indonesian Forest 2007).
Rayap Kayu Kering (Cryptotermes cynocephalus Light)
Rayap kayu kering termasuk famili Kalotermitidae dari genus
Cryptotermes. Indonesia pada khususnya kondisi iklim dan tanah sangat
mendukung akan perkembangbiakkan rayap. Rayap kayu kering adalah jenis
rayap yang sangat umum terdapat di daerah tropis seperti dataran rendah Jawa
Barat, Kalimantan, Sumatera dan Filipina. Penyebaran rayap kayu kering sangat
berkaitan dengan iklim lembab. Rayap kayu kering berkembang dan tumbuh pada
kayu dalam keadaan kering. Rayap kayu kering memiliki ciri-ciri berantena 11
segmen dimana segmen kedua lebih panjang dibandingkan segmen lainnya serta
kepala berwarna coklat gelap kemerah-merahan (Nandika et al. 2003).
Menurut Tarumingkeng (1971), rayap kayu kering biasanya menyerang
kayu-kayu kering yang digunakan sebagai bahan bangunan, perlengkapan rumah
tangga dan lain-lain. Sarang pada rayap kayu kering terletak di dalam kayu dan
tidak ada keterkaitannya dengan tanah. Nimfa Cryptotermes spp memiliki panjang
5-6 cm dengan warna kecoklatan dan pada kasta reproduktif muda berukuran 10
mm. Menurut Martawijaya (1983), rayap ini biasanya menyerang kayu yang
sudah kering seperti rangka atap, mebel, kusen pintu, jendela dan alat rumah
tangga lainnya. Cara penyerangan rayap kayu kering dengan rayap kayu tanah
4
terhadap kayu yang sudah kering memiliki perbedaan. Serangan tersebut dapat
diketahui setelah kayu kering yang diserang menjadi keropos tanpa adanya
pecahan pada permukaan kayu tersebut. Serangan rayap kayu kering ini dapat
diketahui dari eksremen-eksremen berupa butiran kecil, lonjong, dan bertakik
yang berwarna coklat muda (Nandika et al. 2003).
Teknik Pemanasan untuk Peningkatan Mutu Kayu
Perlakuan panas merupakan proses pada saat bahan dipanaskan hingga
suhu tertentu dan selanjutnya didinginkan dengan cara tertentu pula. Tujuannya
adalah untuk mendapatkan sifat-sifat yang lebih baik dan yang diinginkan sesuai
dengan batas-batas kemampuannya. Modifikasi kayu melalui perlakuan
pemanasan merupakan metode yang efektif dalam memperbaiki stabilitas dan
daya tahan terhadap kerusakan (Paul et al. 2005). Teknologi perlakuan panas
seperti pemanasan oven penerapannya relatif mudah dalam pengendalian terhadap
organisme perusak kayu. Teknologi ini digunakan dalam pengendalian organisme
perusak khususnya pada kayu mindi. Pengembangan perlakuan panas ini semakin
berkurang daripada penggunaan bahan-bahan kimia yang lebih mudah dan murah
dalam aplikasinya. Perlakuan pemanasan oven dan minyak merupakan salah satu
contoh dari modifikasi kayu melalui perlakuan pemanasan. Ikatan kimia kayu
hasil dari percobaan perlakuan panas dapat memperbaiki sifat kayu terutama
menurunkan sifat higroskopis dan memperbaiki stabilitas dimensi, sedangkan
penyerapan minyak oleh kayu dapat menurunkan penyerapan air (Wang dan
Cooper 2005).
Pengawetan kayu mindi dilakukan dengan tujuan menaikkan umur pakai
dan meningkatkan nilai ekonomisnya. Keawetan kayu merupakan daya tahan
kayu dari faktor perusak biologi, misalnya dari serangan rayap, jamur perusak
kayu, dan bubuk kayu kering. Menurut Coto dan Daud (2009), kerapatan kayu
durian meningkat setelah proses penggorengan, hal ini disebabkan masuknya
minyak goreng selama proses penggorengan. Semakin lama penggorengan
semakin tinggi pula kekerasan kayu dan semakin lama waktu penggorengan maka
semakin tinggi pula jumlah minyak yang mampu mengisi rongga-rongga sel kayu
sehingga menyebabkan kemampuan kayu untuk menahan tekanan yang diberikan
semakin tinggi, selain itu juga dapat memperlambat waktu kayu untuk pecah atau
retak ketika diberi tekanan. Pada proses penggorengan penurunan kadar air
berkisar antara 3-5%. Penurunan kadar air kesetimbangan pada proses pemanasan
kayu disebabkan oleh perubahan sebagian daerah amorf menjadi kristalin yag
berakibat berkurangnya gugus –OH yang tersedia untuk berikatan dengan molekul
air dan keberadaan minyak goreng dalam kayu yang bersifat hidrofobik mampu
menghalangi penyerapan kayu terhadap air dari lingkungan.
Minyak berguna sebagai media penghantar panas selain pemanggangan
dan perebusan tetapi prosesnya lebih efisien. Minyak kelapa sawit merupakan
lemak semi padat yang mempunyai komposisi yang tetap. Minyak nabati
dikelompokkan sebagai minyak yang tidak jenuh yaitu rantai atom karbonnya
tidak berikatan dengan semua atom hidrogen. Istilah minyak tidak jenuh ini
digunakan untuk membedakannya dari minyak jenuh, yang umumnya terdapat
dalam minyak hewani. Minyak nabati bisa menjadi jenuh melalui proses
pemanasan berulang-ulang dimana mengakibatkan kandungan lemak jenuhnya
meningkat (Ketaren 2005).
5
METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian dilakukan di Laboratorium Sifat Dasar Kayu dan Laboratorium
Rayap, Bagian Teknologi Peningkatan Mutu Kayu, Departemen Hasil Hutan,
Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian berlangsung selama
empat bulan yaitu dari bulan Juni – Oktober 2013.
Bahan
Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah pangkal bagian
teras kayu mindi. Pohon berumur 5 tahun dengan diameter 18 cm dipotong
sehingga diperoleh papan kayu mindi berukuran panjang 4 meter, lebar 14 cm,
dan tebal 3 cm. Kayu mindi dalam penelitian ini diperoleh dari Malimping,
Banten. Bahan lainnya adalah limbah minyak goreng dari warung makan sekitar
kampus IPB Darmaga. Selain itu digunakan juga rayap jenis Cryptotermes
cynocephalus Light yang sehat dan aktif.
Alat
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari meteran,
gergaji, pipa berdiameter 1,8 cm dan tinggi 3 cm, oilbath, oven, desikator,
timbangan elektrik, baskom, alat tulis, dan kamera.
Prosedur Penelitian
Contoh uji kayu mindi dipotong sesuai SNI 01-7207-2006 menjadi ukuran
5 cm x 2,5 cm x 2,5 cm, sebanyak 76 contoh uji. Kemudian dilakukan beberapa
tahap pengujian, mencakup pemanasan contoh uji dengan minyak dan oven serta
dilakukan pengujian keawetan kayu mindi dari serangan rayap kayu kering.
Gambar 2 Pemotongan contoh uji
Gambar 3 Contoh uji kayu mindi
Pemanasan Contoh Uji dengan Minyak
Pengeringan contoh uji dalam oven dengan suhu 60 0C selama 2 hari dan
ditimbang (W1). Proses selanjutnya yakni pemanasan minyak dalam oil bath.
Seluruh bagian contoh uji kayu terendam dalam minyak panas. Suhu panas yang
6
digunakan adalah 120 0C, 150 0C, dan 180 0C. Setiap perlakuan menggunakan
variasi waktu 2 jam, 5 jam, dan 8 jam sedangkan pada kontrol tidak diberikan
perlakuan panas. Setiap perlakuan pemanasan menggunakan 4 ulangan contoh uji.
A
B
Gambar 4 Perubahan warna minyak (A) sebelum pemanasan dan (B) setelah
pemanasan
Pengkondisian Contoh Uji Kayu
Contoh uji yang telah dipanaskan dalam minyak, ditiriskan selama 15
menit, dan dilakukan pembersihan permukaan kayu dari minyak. Kemudian
contoh uji dioven selama dua hari pada suhu 60 0C dan ditimbang (W2).
Peningkatan berat kayu setelah diberi perlakuan pemanasan dihitung dengan
rumus:
Keterangan:
B
= Persentase peningkatan berat contoh uji kayu (%)
W1
= Berat kering oven contoh uji kayu sebelum digoreng (gram)
W2
= Berat kering oven contoh uji setelah digoreng (gram)
Pemanasan Contoh Uji dengan Oven
Contoh uji kayu ditumpuk dalam beberapa oven dan dipanaskan dengan
suhu berbeda yakni 120 0C, 150 0C, dan 180 0C. Adapun variasi waktu pemanasan
adalah 2 jam, 5 jam dan 8 jam. Contoh uji kontrol tidak diberi perlakuan
pemanasan. Jumlah ulangan contoh uji disetiap perlakuan adalah sebanyak 4 kali
ulangan.
Uji Perubahan Warna
Analisis warna kayu mindi menggunakan Munsell Soil Chart terdapat
pada Lampiran 1.
Pengujian Keawetan dari Rayap Kayu Kering Berdasarkan SNI 01-72072006
Contoh uji kayu dioven pada suhu 60 ˚C ± 2 ˚C selama 48 jam untuk
mendapatkan berat kayu sebelum pengujian (W1). Pada salah satu permukaan
contoh uji kayu dipasang pipa paralon yang direkatkan dengan lilin pada bagian
7
bawahnya. Kemudian rayap kayu kering sebanyak 50 ekor yang aktif dan sehat
dimasukkan ke dalam pipa paralon dan ditutup dengan kapas. Selanjutnya contoh
uji disimpan di ruangan gelap selama 12 minggu.
Setelah pengumpanan selama 12 minggu, dihitung jumlah rayap yang
masih hidup untuk menentukan mortalitasnya. Contoh uji selanjutnya dioven
dengan suhu 60 ˚C ± 2 ˚C selama 48 jam untuk mendapatkan berat kayu setelah
pengumpanan (W2). Nilai penurunan berat contoh uji akibat serangan rayap kayu
kering dihitung dengan persamaan berikut:
Keterangan :
WL = Penurunan berat (%)
W1 = Berat kering oven kayu sebelum pengumpanan (gram)
W2 = Berat kering oven kayu setelah pengumpanan (gram)
Pada penelitian ini juga dilakukan pengamatan mortalitas rayap dengan
rumus mortalitas sebagai berikut:
Keterangan :
MR = Mortalitas rayap (%)
D = Jumlah rayap mati
50 = Jumlah rayap awal pengujian
Kelas ketahanan kayu terhadap rayap kayu kering dikelompokkan ke
dalam lima kelas, dengan ketentuan tercantum pada Tabel 1.
Tabel 1 Klasifikasi ketahanan kayu terhadap rayap kayu kering berdasarkan SNI
01.7202-2006
Kelas
Ketahanan
Kehilangan Berat (%)
I
II
III
IV
V
Sangat Tahan
Tahan
Sedang
Buruk
Sangat Buruk
< 2,0
2,0 – 4,4
4,5 – 8,2
8,3 – 28,1
˃ 28,1
Gambar 5 Kondisi contoh uji terhadap rayap kayu kering
8
Analisis Data
Pengolahan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Excel
2007 dan software SAS 9.1.3. Model rancangan yang digunakan yakni percobaan
faktorial teracak lengkap. Istilah faktorial lebih mengacu pada bagaimana
perlakuan yang akan diteliti disusun, tetapi tidak menyatakan bagaimana
perlakuan-perlakuan tersebut ditempatkan pada unit-unit percobaan (Mattjik dan
Sumertajaya 2002). Faktor yang berperan pada penelitian ini adalah jenis
pemanasan (oven dan minyak), suhu pemanasan (120 ˚C, 150 ˚C, dan 180 ˚C),
dan waktu pemanasan (2 jam, 5 jam, dan 8 jam) dengan 4 kali ulangan setiap
perlakuan. Model rancangan percobaan yang digunakan adalah :
Yijkl = μ + αi + βj + k + (αβ)ij + (α )ik + (β )jk + αβ ijk + ijkl
Keterangan:
Yijkl = Nilai respon (kehilangan berat dan mortalitas) dari unit percobaan yang
mendapatkan perlakuan
pemanasan (oven dan minyak) ke-i, suhu
pemanasan ke-j, dan waktu pemanasan ke-k pada ulangan ke-1
i, j, k, l = Ulangan ke-1, 2, 3, dan 4
μ
= Nilai rataan umum
αi
= Pengaruh perlakuan pemanasan (oven dan minyak) pada taraf ke-i
βj
= Pengaruh perlakuan suhu pada taraf ke-j
k
= Pengaruh perlakuan waktu pemanasan pada taraf ke-k
(αβ)ij = Pengaruh interaksi dari unit percobaan yang mendapatkan perlakuan
pemanasan (oven dan minyak) ke-i dan suhu ke-j
(α )ik = Pengaruh interaksi dari unit percobaan yang mendapatkan perlakuan
pemanasan (oven dan minyak) ke-i dan waktu pemanasan ke-k
(β )jk = Pengaruh interaksi dari unit percobaan yang mendapatkan perlakuan
suhu ke-j, dan waktu pemanasan ke-k
Αβ ijk = Pengaruh interaksi faktor pengaruh perlakuan pemanasan (oven dan
minyak) ke-i, pengaruh faktor suhu ke-j dan pengaruh faktor waktu
pemanasan ke-k
ijkl
= Nilai galat (kesalahan percobaan) dari unit percobaan yang
mendapatkan perlakuan pemanasan (oven dan minyak) ke-i, suhu ke-j,
dan waktu pemanasan ke-k pada ulangan ke-l
Analisis ragam atau analysis of variace (ANOVA) dilakukan untuk mengetahui
pengaruh faktor jenis pemanasan terhadap pengujian keawetan kayu. Nilai Fhitung diperoleh dari ANOVA tersebut dibandingkan dengan F-tabel pada selang
kepercayaan 95% dengan kaidah keputusan:
1.
Apabila F-hitung < F-tabel, maka faktor yang diberikan tidak memberikan
pengaruh nyata terhadap pengujian keawetan kayu mindi pada selang
kepercayaan 95%.
2.
Apabila F-hitung > F-tabel, maka perlakuan memberikan pengaruh nyata
terhadap pengujian keawetan kayu mindi pada selang kepercayaan 95%.
Dilakukan uji lanjut dengan menggunakan Duncan Multiple Range Test
(DMRT) jika perlakuan memberikan pengaruh nyata atau sangat nyata
terhadap keawetan.
9
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perlakuan pemanasan dengan oven dan limbah minyak goreng dengan
berbagai variasi suhu dan waktu mengakibatkan perubahan warna pada kayu
mindi. Warna menjadi lebih merata pada permukaan kayu. Pemanasan oven
menghasilkan warna yang relatif lebih menarik terutama pada suhu 150 ˚C dengan
waktu pemanasan 8 jam. Perlakuan pemanasan kayu dengan menggunakan limbah
minyak goreng mengakibatkan kayu cenderung lebih gelap. Penampilan yang
lebih baik ialah pemanasan dengan suhu 120 ˚C dan waktu 8 jam.
Berdasarkan Munsell Soil Chart, kayu mindi yang dipanaskan
menggunakan oven pada suhu 120 ˚C (2, 5, 8 jam) memiliki nilai 7.5 YR 7/4,
sedangkan suhu 150 ˚C dan 180 ˚C (2, 5, 8 jam) menjadi 7.5 YR 7/6 dan 7.5 YR
6/4. Kayu mindi yang dipanaskan dalam minyak pada suhu 120 ˚C dan suhu 150
˚C (2,5,8 jam) memiliki warna yang sama yakni 7.5 YR 6/8, sedangkan pada suhu
180 ˚C dengan waktu pemanasan 2 jam memiliki nilai warna 7.5 YR 3/2 namun
pada waktu pemanasan 5 dan 8 jam mengalami perubahan warna menjadi 7.5 YR
3/1. Semakin tinggi suhu dan lamanya waktu pemanasan menyebabkan warna
menjadi lebih gelap. Perubahan warna kayu ini dipengaruhi oleh suhu pemanasan
dan waktu pemanasan (Forest Products Society 2002).
KONTROL
120 ˚C
150 ˚C
180 ˚C
2 jam
2 jam
2 jam
5 jam
5 jam
5 jam
8 jam
8 jam
8 jam
Gambar 6 Perubahan warna kayu yang dipanaskan dalam oven dengan variasi
suhu dan waktu
KONTROL
120 ˚C
2 jam
5 jam
8 jam
150 ˚C
2 jam
5 jam
8 jam
180 ˚C
2 jam
5 jam
8 jam
Gambar 7 Perubahan warna kayu setelah pemanasan minyak dengan variasi suhu
dan waktu
10
Peningkatan Berat Kayu Setelah Perlakuan Pemanasan Minyak
Pemanasan kayu dengan minyak mengakibatkan sebagian minyak masuk ke
dalam kayu yang menyebabkan peningkatan berat. Berdasarkan Gambar 8
tampak adanya kecenderungan pertambahan berat kayu tersebut sebesar 6,22%
sampai 15,40% hal ini mengindikasikan minyak masuk pada kayu mindi. Pada
waktu pemanasan suhu 120 ºC dan suhu 150 ºC diduga sebagian zat ekstraktif
tidak seluruhnya keluar dan hal ini diduga pada suhu dan waktu tersebut
masuknya minyak pada ronga-rongga sel kayu mindi lebih sulit sedangkan suhu
180 ºC dengan variasi waktu 2 jam, 5 jam, dan 8 jam mengalami kenaikan. Hal ini
sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa penggorengan kayu pada suhu
sekitar 180 ºC-200 ºC menyebabkan zat ekstraktif yang mudah keluar dari dalam
kayu sehingga bagian kayu yang kosong akan diisi oleh minyak goreng dengan
demikian, berat kayu akan bertambah dan kerapatannya semakin meningkat
(Forest Products Society 2002).
Perlakuan Pemanasan
Gambar 8 Nilai pertambahan berat kayu setelah perlakuan pemanasan minyak
Uji Keawetan Kayu Mindi
Penurunan Berat
Penurunan berat kayu mindi yang dipanaskan dalam minyak lebih kecil
dibandingkan dengan yang dipanaskan dalam oven maupun kontrol. Semakin
kecil penurunan berat kayu mindi yang terserang rayap kayu kering, maka
semakin tinggi keawetan kayu. Nilai penurunan berat mengindikasikan banyaknya
serangan rayap kayu kering pada kayu mindi (Lampiran 7). Menurut Weiss
(1961), keawetan kayu ditentukan oleh genetik kayu seperti umur pohon, berat
jenis, dan kandungan zat ekstraktif. Nilai persentase kehilangan berat kayu mindi
dengan pemanasan oven dan minyak dapat dilihat pada Gambar 9.
11
Perlakuan Pemanasan
Gambar 9 Penurunan berat kayu mindi yang diakibatkan serangan rayap kayu
kering
Berdasarkan Gambar 9, kayu mindi yang dipanaskan pada berbagai variasi
suhu dan waktu dalam oven dan minyak mengalami penurunan berat oleh rayap
kayu kering sebesar 5,15%-6,30% dan 2,84%-6,06%. Klasifikasi ketahanan kayu
dari serangan rayap kayu kering berdasarkan SNI 01.7207-2006 menunjukkan
bahwa kayu mindi kelas awet III (penurunan berat 6,38%) yang berbeda dengan
Indonesian Forest tahun 2007 menggolongkan mindi dalam kelas awet IV-V.
Perlakuan pemanasan minyak dengan suhu 150 ˚C selama 8 jam menyebabkan
penurunan berat kayu secara nyata oleh rayap kayu kering 2,84%, termasuk kelas
awet II (penurunan berat antara 2,0% sampai 4,4%). Kayu yang diberi perlakuan
pemanasan oven dengan berbagai variasi suhu dan waktu tidak mengalami
penurunan berat akibat serangan rayap yang nyata lebih kecil dibandingkan
kontrol.
Berdasarkan hasil analisis ragam pada selang kepercayaan 95%
menunjukkan bahwa faktor yang berpengaruh signifikan terhadap penurunan berat
akibat serangan rayap kayu kering adalah interaksi suhu, waktu dan jenis
pemanasan. Pada pemanasan minyak suhu 150 ˚C dengan waktu pemanasan 5 jam
dan 8 jam serta suhu 180 ˚C dengan waktu pemanasan 2 jam dan 5 jam
menghasilkan penurunan berat akibat serangan rayap kayu kering yang nyata
lebih rendah daripada kontrol yaitu secara berurutan 4,68%, 2,84%, 4,52%, dan
4,66%. Berdasarkan hasil uji statistika yang paling baik dalam menurunkan
serangan rayap kayu kering adalah pemanasan minyak dengan suhu 150 ˚C
selama 5 jam dan 8 jam.
12
Mortalitas Rayap
Mortalitas rayap diperoleh dari persentase rayap yang mati selama masa
pengujian sampel. Nilai mortalitas pada kontrol masih tergolong tinggi berarti
keawetan kayu mindi relatif tinggi. Semakin besar kematian rayap kayu kering
maka kehilangan berat contoh uji semakin kecil atau sebaliknya. Perilaku makan
rayap di alam berbeda dengan di laboratorium (Supriana 1983 dalam Sanjaya
2012). Di alam rayap bebas dalam menentukan lingkungan yang paling sesuai
sedangkan di laboratorium, rayap dipaksa makan umpan yang diberikan. Hal ini
menyebabkan rayap perlahan akan mati dan rayap-rayap yang lemah atau sakit
akan dibunuh dan dimakan oleh rayap-rayap yang lebih aktif untuk bertahan
hidup.
Perlakuan Pemanasan
Gambar 10 Nilai mortalitas rayap pada uji keawetan kayu mindi dengan perlakuan
pemanasan
Berdasarkan perhitungan mortalitas rayap bahwa keawetan kayu mindi
meningkat setelah mengalami perlakuan pemanasan oven dan minyak. Nilai
mortalitas rayap pada kayu yang dipanaskan oven dan minyak dalam berbagai
variasi suhu dan waktu lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol. Rata-rata nilai
mortalitas pada perlakuan pemanasan oven lebih dari 90% sedangkan yang
dipanaskan dengan minyak lebih dari 99%. Hal ini mengindikasikan bahwa ada
pengaruh pemanasan oven dan minyak terhadap keawetan kayu.
Perlakuan pemanasan menyebabkan kayu kehilangan kandungan
polisakarida (Hill 2006). Kayu yang kehilangan polisakarida diduga menyebabkan
rayap tidak suka terhadap kayu mindi dan perlahan rayap akan mati. Peningkatan
nilai mortalitas rayap juga diduga akibat perubahan kimia penyusun kayu.
Berdasarkan hasil analis ragam pada selang kepercayaan 95% menunjukkan
bahwa faktor yang berpengaruh signifikan terhadap mortalitas rayap kayu kering
adalah interaksi suhu, waktu, dan jenis pemanasan. Mortalitas rayap sudah
mencapai 100% dengan pemanasan kayu mindi suhu 120 ˚C selama 8 jam.
Bahkan pada pemanasan minyak mortalitas 100% sudah dicapai pada suhu 120 ˚C
dan 150 ˚C dengan berbagai waktu pemanasan. Berdasarkan kombinasi hasil
analisis data penurunan berat dan mortalitas dalam penelitian ini, maka
13
peningkatan keawetan kayu mindi secara nyata dan paling efektif dihasilkan
dengan pemanasan minyak 150 ˚C selama 8 jam. Bila menggunakan pemanasan
oven maka sebaiknya digunakan suhu pemanasan 150 ˚C selama 5 jam yang
menghasilkan mortalitas 99,8% dan penurunan berat paling rendah (5,15%).
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Perlakuan pemanasan oven dan minyak terbukti meningkatkan keawetan
kayu mindi. Pemanasan minyak dengan suhu 150 ˚C selama 8 jam meningkatkan
keawetan kayu mindi dari kelas III menjadi kelas II. Faktor yang berpengaruh
signifikan terhadap penurunan berat dan mortalitas akibat serangan rayap kayu
kering adalah interaksi suhu, waktu dan jenis pemanasan. Berdasarkan kombinasi
hasil analisis data penurunan berat dan mortalitas maka peningkatan keawetan
kayu mindi secara nyata dan paling efektif dihasilkan dengan pemanasan minyak
150 ˚C selama 8 jam sedangkan pemanasan oven untuk kayu mindi memerlukan
suhu 150 ˚C selama 5 jam yang menghasilkan mortalitas 99,8% dan penurunan
berat sebesar 5,15%.
Saran
Perlu dilakukan penelitian pengaruh perlakuan pemanasan oven dan minyak
terhadap keawetan kayu dari serangan organisme perusak kayu lainnya serta perlu
dilakukan penelitian lanjutan mengenai komponen limbah minyak goreng yang
mengakibatkan kematian pada rayap.
.
14
DAFTAR PUSTAKA
[Badan Litbang Departemen Kehutanan] Badan Peneletian dan Pengembangan
Departemen Kehutanan.2007. Mindi. http://indonesanforest.com/Tanaman
andalan/Mindi. htm. [diunduh pada 6 November 2013].
[Forest Products Society]. 2002. Enhancing the Durability of Lumber and
Engineered Wood Products. Medison: Forest Products Society.
Coto Z, M Daud. 2009. Peningkatan Sifat Fisis dan Mekanis Kayu Durian (Durio
sp.) dengan Penggorengan. Simposium Nasional FTHH Peningkatan
Peran FTHH dalam Penelitian dan Pengembangan IPTEK untuk
Menunjang Revitaliusasi Industri Hasil Hutan Indonesia.
Hill C. 2006. Wood Modification; Chemical Thermal and Other Processes. West
Sussex: John Wiley dan Sons, LTd.
Indonesian
Forest.
2007.
Identifikasi
Kayu
Indonesia.
http://www.indonesianforest.com/Kayu/Mindi. htm . [diunduh pada 6
November 2013].
Ketaren S. 2005. Minyak dan Lemak Pangan. UI-Press. Jakarta.
Martawijaya A. 1983. Pengawetan Kayu untuk Mencegah Serangan Jamur dan
Serangga Perusak Kayu. Makalah Diskusi Pencegahan dan
Penanggulangan Bahaya Rayap pada Bangunan. Kerja sama Direktorat
Tata Bangunan dengan Ikatan Arsitek Indonesia, Jakarta.
Mattjik AA, M Sumertajaya. 2002. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS
dan Minitab. IPB-Press. Bogor.
Nandika D, Rismayadi Y, Diba F. 2003. Rayap: Biologi dan Pengendaliannya.
Surakarta: Muhammadiyah University Press.
Nandika D, Soenaryo, Aswin S. 1996. Kayu dan Pengawetan Kayu. Dinas
Kehutanan DKI Jakarta. Jakarta .
Paul WM, Ohlmeyer H, Leithoff. 2005. Optimising the properties of OSB by a
one-step heat pre-treatment process. Holz als Roh-und Werkstoff Journal
64:227-234.
Sanjaya F. 2012. Ketahanan alami kayu meranti merah (Shorea sp) dari hutan
alam dan hutan tanaman terhadap serangan rayap tanah (Coptotermes
curvignathus Holmgren) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Tarumingkeng RC. 1971. Biologi dan Pengendalian Rayap Perusak Kayu
Indonesia. Laporan LPKK No. 138. Bogor.
Tim ELSSPAT. 1997. Pengawetan Kayu dan Bambu. Jakarta: Puspa Swara.
Wang JY, Cooper PA. 2005. Effect of oil type temperature and time on mouisture
properties of hot oil-treated wood. Holz als Roh-und Werkstoff Journal
63:417-442.
Weiss HF .1961. Preservation of Structural Timber. America (US): The Mc
Graw-Hill Book Company, Inc.
Wistara IN. 2002. Ketahanan 10 jenis kayu tropis. Jurnal Teknologi Hasil Hutan
15(2):48-56.
15
LAMPIRAN
Lampiran 1 Munsell Soil Chart
8/1
8/2
8/3
8/4
8/6
7/1
7/2
7/3
7/4
7/6
7/8
6/1
6/2
6/3
6/4
6/6
6/8
5/1
5/2
5/3
5/4
5/6
5/8
4/1
4/2
4/3
4/4
4/6
3/1
3/2
3/3
3/4
2,5/1
2,5/2 2,5/3
16
Lampiran 2 Indeks perubahan warna kayu mindi setelah perlakuan pemanasan.
Perlakuan
pemanasan
Suhu
Waktu (jam)
Indeks
Keterangan
Kontrol
Oven
120 ˚C
2
5
8
2
5
8
2
5
8
2
5
8
2
5
8
2
5
8
7.5 YR 7/4
7.5 YR 7/4
7.5 YR 7/4
7.5 YR 7/4
7.5 YR 7/6
7.5 YR 7/6
7.5 YR 7/6
7.5 YR 6/4
7.5 YR 6/4
7.5 YR 6/4
7.5 YR 6/8
7.5 YR 6/8
7.5 YR 6/8
7.5 YR 6/8
7.5 YR 6/8
7.5 YR 6/8
7.5 YR 3/2
7.5 YR 3/1
7.5 YR 3/1
Kuning muda
Kuning muda
Kuning muda
Kuning muda
Kuning kemerahan
Kuning kemerahan
Kuning kemerahan
Coklat muda
Coklat muda
Coklat muda
Kuning kemerahan
Kuning kemerahan
Kuning kemerahan
Kuning kemerahan
Kuning kemerahan
Kuning kemerahan
Coklat gelap
Coklat gelap
Abu-abu sangat
gelap
150 ˚C
180 ˚C
Minyak
120 ˚C
150 ˚C
180 ˚C
17
Lampiran 3 Analisis ragam penurunan berat pada uji keawetan kayu mindi dengan
pemanasan oven dan minyak.
Source
Suhu
Waktu
Waktu*suhu
Jenis pemanasan
Jenis pemanasan*suhu
Jenis pemanasan*waktu
Jenis pemanasan*waktu*suhu
DF
Type I
SS
Mean
Square
F value
Pr > F
0
0
0
0
0
0
6
0
0
0
0
0
0
0,0185
0,031
2,320
0,042*
*memberikan pengaruh pada kehilangan berat pada taraf nyata 5%.
Lampiran 4 Hasil uji lanjut Duncan terhadap penurunan berat.
Duncan Grouping
Mean
N
Suhu_Waktu Pemanasan
A
A
A
B
B
B
B
B
B
D
D
D
0,94188
0,94188
0,94188
0,90533
0,87105
0,86144
0, 84314
0,82425
0,79825
0,77133
0,75965
0,65693
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
120 ˚C_0
150 ˚C_0
180 ˚C_0
180 ˚C_8
120 ˚C _2
120 ˚C_8
120 ˚C_5
150 ˚C_2
180 ˚C_5
180 ˚C_ 2
150 ˚C_5
150 ˚C_8
A
A
A
A
A
C
C
C
C
C
C
C
18
Lampiran 5 Analisis ragam mortalitas rayap pada uji keawetan kayu mindi dengan
pemanasan oven dan minyak.
DF
Source
Suhu
Waktu
Waktu*suhu
Jenis pemanasan
Jenis pemanasan*suhu
Jenis pemanasan*waktu
Jenis pemanasan*waktu*suhu
3
2
4
1
2
2
4
Type I
SS
0
0
0
0
0
0
107,08
Mean
Square
17,85
F
Value
0,52
Pr > F
0,78*
*memberikan pengaruh pada mortalitas rayap pada taraf nyata 5%.
Lampiran 6 Hasil uji lanjut Duncan terhadap nilai mortalitas rayap.
Duncan Grouping
Mean
N
Suhu_Waktu Pemanasan
A
A
A
A
A
A
A
A
A
B
B
B
100,000
99,750
99,750
99,750
99,250
98,750
98,500
97,000
96,000
89,500
89,500
89,500
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
120 ˚C_8
180 ˚C_2
150 ˚C_2
150 ˚C_ 8
150 ˚C_5
180 ˚C_5
120 ˚C_5
120 ˚C_2
180 ˚C_8
120 ˚C_0
150 ˚C_0
180 ˚C_0
19
Lampiran 7 kerusakan kayu mindi oleh serangan rayap kayu kering.
Waktu dan
Suhu
Pemanasan
2 jam 120 ˚C
2 jam 150 ˚C
2 jam 180 ˚C
5 jam 120 ˚C
5 jam 150 ˚C
5 jam 180 ˚C
8 jam 120˚C
8 jam 150˚C
8 jam 180˚C
Pemanasan Oven
Pemanasan Minyak
20
Lampiran 8 kerusakan kayu mindi (kontrol) terhadap serangan rayap kayu kering.
Sebelum Pengumpanan
Setelah Pengumpanan
21
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di kota Bandar Lampung pada tanggal 14 Februari 1991
sebagai anak keenam dari enam bersaudara pasangan Suyanto Wignyo Atmojo
dan Tuminem. Pada tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 4 Bandar
Lampung dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur
Undangan Seleksi Masuk IPB di Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan,
Institut Pertanian Bogor dan memilih bagian Teknologi Peningkatan Mutu Kayu.
Selama studi penulis aktif diberbagai organisasi kemahasiswaan seperti
anggota Rohani Islam dikelas Hasil Hutan angkatan 46 pada tahun 2010 – 2013
serta Himpunan Profesi Mahasiswa Hasil Hutan sebagai anggota bagian
Biokomposit pada tahun 2010 – 2011 dan sebagai anggota dana usaha pada tahun
2011 – 2012 serta berbagai kepanitiaan kegiatan di Kampus IPB.
Pada tahun 2011 penulis melaksanakan Praktek Pengenalan Ekosistem
Hutan di Gunung Kamojang dan Kawasan Cagar Alam Leuweung Sancang,
Garut. Tahun 2012 penulis juga melaksanakan Praktek Pengelolaan Hutan di
Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi. Selain itu penulis juga melakukan
Praktek Kerja Lapang di Korindo Ariabima Sari, Pangkalan Bun, Kalimantan
Tengah selama 2 bulan dan ditempatkan dibagian Quality Control dan Personalia
pada tahun 2013. Sebagai salah syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan
di Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor, penulis melaksanakan penelitian
dan menyelesaika skripsi dengan judul “Ketahanan Kayu Mindi (Melia azedarach
L.) Dari Rayap Kayu Kering Cryptotermes cynocephalus setelah Perlakuan
Pemanasan” dibawah bimbingan Dr Ir Trisna Priadi, εEng Sc.