Aktivitas Antioksidan Zeolit Alam Terpilar-TiO2

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN ZEOLIT ALAM TERPILAR-TiO2

INDRA JATI

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Aktivitas Antioksidan
Zeolit Alam Terpilar-TiO2 adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2013

Indra Jati
NIM G44104010

ABSTRAK
INDRA JATI. Aktivitas Antioksidan Zeolit Alam Terpilar-TiO2. Dibimbing oleh
SRI SUGIARTI dan ETI ROHAETI.
Pemanfaatan zeolit di Indonesia masih terbatas. Namun, dalam bidang
pertanian dan teknologi pengolahan lingkungan, zeolit dikenal luas sebagai bahan
adsorben yang andal. Penelitian ini bertujuan menentukan aktivitas antioksidan
zeolit alam setelah terpilar TiO2 dengan menggunakan metode 1,1-difenil-2pikrilhidrazil. Zeolit alam diaktivasi dengan variasi konsentrasi asam dan suhu
pemanasan. Produk pilarisasi zeolit aktif terbaik dicirikan dengan menggunakan
difraktometer sinar-X (XRD) dan mikroskop elektron pemayaran sinar-X dispersif
energi (SEM-EDX). Aktivitas antioksidan zeolit alam meningkat setelah terpilar
TiO2. Difraktogram XRD menunjukkan bahwa zeolit alam Sukabumi merupakan
campuran jenis klinoptilolit dan mordenit dengan kristalinitas 53.03%, sedangkan
hasil SEM-EDX menunjukkan bahwa komposisi TiO2 meningkat 13.82% pada
zeolit teraktivasi suhu 400 oC dan 4.34% pada zeolit teraktivasi asam dengan
konsentrasi 2.0 M. Kenaikan tersebut dapat meningkatkan aktivitas antioksidan
berturut-turut sebesar 14.80% dan 6.17%.
Kata kunci: antioksidan, pilarisasi, TiO2, zeolit.


ABSTRACT
INDRA JATI. Antioxidant Activity of TiO2-Pillared Natural Zeolites. Supervised
by SRI SUGIARTI and ETI ROHAETI.
Utilization of zeolite in Indonesia is still limited. However, in the field of
agriculture and environmental processing technology, zeolites are widely known
as reliable adsorbent materials. This study aimed to determine the antioxidant
activity of TiO2-pillared zeolite by using 1,1-diphenyl-2-picrylhidrazyl. The
natural zeolites were activated with variation of acid concentration and heating
temperature. The pillarization product of the best activated zeolite were
characterized by X-ray diffractometer (XRD) and scanning electron microscope
(SEM-EDX). The antioxidant activity of natural zeolite increased after being
pillared with TiO2. XRD diffractogram showed that Sukabumi’s natural zeolite
was a mixture of clinoptilolite and mordenite types with 53.03%
crystallinity, whereas the SEM-EDX result showed that the composition of TiO2
increased 13.82% in zeolite activated at 400 oC and 4.34% in zeolite activated
with 2.0 M acid concentration. These increase promoted the antioxidant activity of
14.80% and 6.17%, respectively.
Key words: antioxidant, pillarization, TiO2, zeolite


AKTIVITAS ANTIOKSIDAN ZEOLIT ALAM TERPILAR-TiO2

INDRA JATI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Kimia

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi : Aktivitas Antioksidan Zeolit Alam Terpilar-TiO2
Nama
: Indra Jati
NIM

: G44104010

Disetujui oleh

Sri Sugiarti, PhD
Pembimbing I

Dr Eti Rohaeti, MS
Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Tun Tedja Irawadi, MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas

segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah dengan
judul “Aktivitas Antioksidan Zeolit Alam Terpilar TiO2”. Penelitian ini
dilaksanakan di Laboratorium Anorganik, Departemen Kimia, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.
Penyusunan karya ilmiah ini tidak terlepas dari beberapa pihak. Oleh karena
itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Sri Sugiarti, PhD selaku
pembimbing pertama dan Ibu Dr Eti Rohaeti, MS selaku pembimbing kedua yang
senantiasa memberikan arahan, semangat, dan doa sehingga penulis dapat
menyelesaikan karya ilmiah ini. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan
kepada seluruh staf Laboratorium Anorganik atas fasilitas yang diberikan selama
penulis melakukan penelitian. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
sahabatku Bagus, Budi, Zelfi dan teman-teman peneliti serta pihak-pihak lain
yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penyusunan karya ilmiah ini.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besrnya kepada kedua orang tua atas
dukungan, motivasi, serta doa dan kasih sayangnya selama ini. Akhir kata,
semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun bagi pembaca.
Wassalamualaikum Wr. Wb.

Bogor, Juli 2013


Indra Jati

DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
BAHAN DAN METODE
Alat dan Bahan
Metode
HASIL DAN PEMBAHASAN
Ciri-ciri Zeolit Alam dan Hasil Aktivasi
Aktivitas Antioksidan Zeolit
Zeolit Terpilar-TiO2
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP

vii

vii
1
2
2
2
4
4
7
8
11
11
11
11
23

DAFTAR TABEL
1
2
3
4

5
6

Komposisi kimia zeolit alam Sukabumi
Komposisi kimia zeolit alam Sukabumi setelah aktivasi
Kristalinitas zeolit alam Sukabumi teraktivasi
Aktivitas antioksidan zeolit alam Sukabumi teraktivasi
Komposisi zeolit alam Sukabumi setelah terpilar TiO2
Aktivitas antioksidan zeolit alam sebelum dan setelah terpilar TiO2

5
6
7
8
9
10

DAFTAR GAMBAR
1 Difaktogram sinar-X zeolit alam Sukabumi
2 Morfologi permukaan zeolit alam Sukabumi (perbesaran 1000 kali)

3 Morfologi permukaan zeolit alam yang diaktivasi dengan pemanasan
(400 oC) (a) dan dengan pengasaman (2 M) (b). Perbesaran 1000 kali
4 Warna larutan DPPH setelah interaksi dengan zeolit alam hasil aktivasi
dengan asam (HCl) (a) dan pemanasan (b)
5 Morfologi permukaan zeolit alam yang diaktivasi dengan pemanasan
(400 oC) (a) dan dengan pengasaman (2 M) (b) setelah penambahan TiO2.
Perbesaran 1000 kali.
6 Warna larutan DPPH setelah interaksi dengan zeolit alam hasil aktivasi
dengan asam (HCl) (a) dan pemanasan (b) setelah terpilar TiO2

4
5
6
8
9
11

DAFTAR LAMPIRAN
1
2

3
4
5

Bagan alir penelitian
Pola difraksi zeolit alam dibandingkan dengan literatur ICDD
Spektrum SEM-EDX zeolit alam
Hasil pengukuran LOI zeolit alam Sukabumi
Spektrum SEM-EDX zeolit alam setelah aktivasi pada 400 oC dan
dengan HCl 2.0 M
6 Hasil pengukuran XRD zeolit alam setelah aktivasi dengan pemanasan dan
asam
7 Uji DPPH pada zeolit alam
8 Spektrum SEM-EDX setelah terpilar TiO2

14
15
16
17
18

19
21
22

PENDAHULUAN
Indonesia dengan banyaknya pulau berpotensi memiliki zeolit alam sebesar
16 600 000 ton karena berada dalam wilayah gunung berapi (Mustain dan Falah
2011). Pemanfaatan zeolit di Indonesia masih terbatas, tetapi dalam bidang
pertanian dan teknologi pengolahan lingkungan, zeolit dikenal luas sebagai bahan
adsorben yang andal (Fatimah et al. 2006). Zeolit telah diaplikasikan dalam
industri sebagai penukar ion, adsorben, molecular sieve, dan membran pemisah.
Akan tetapi, sebagian besar masih memanfaatkan zeolit sintetik (Nais dan
Wibawa 2011). Zeolit alam juga dimanfaatkan di bidang peternakan sebagai
bahan tambahan pakan. Menurut Ipek et al. (2012), zeolit alam sebagai suplemen
makanan dapat menurunkan konsentrasi lipid hidroperoksida pada sapi perah
yang sehat, tetapi tidak berpengaruh signifikan terhadap antioksidan dan indikator
oksidan lainnya.
Pemanfaatan zeolit alam di bidang medis belum dikenal luas. Salah satu
penelitian yang memanfaatkan zeolit alam sebagai antikanker dilaporkan oleh
Kresimir dan Miroslav (2001) bahwa zeolit dapat menghambat pertumbuhan sel
kanker secara in vitro dan menghambat pertumbuhan tumor secara in vivo pada
tikus dan anjing. Menurut Pranoto (2012), zeolit alam berpotensi sebagai
antioksidan, tetapi aktivitasnya menurun akibat penambahan asam dan
pemanasan. Diduga bukan zeolit alam yang bersifat antioksidan, melainkan logam
oksida yang menjadi pengotor. Menindaklanjuti penelitian tersebut, pada
penelitian ini dilakukan pilarisasi zeolit alam dengan oksida logam dan diamati
pengaruhnya pada aktivitas antioksidan.
Modifikasi zeolit alam dilakukan untuk meningkatkan kualitasnya. Aktivasi
secara fisika dilakukan dengan pemanasan (kalsinasi) untuk menguapkan air yang
terperangkap dalam pori-pori, sedangkan aktivasi secara kimia bertujuan
membersihkan permukaan pori dari senyawa pengotor dengan menggunakan
bahan kimia (Affandi dan Hadisi 2011). Modifikasi selanjutnya dilakukan melalui
pilarisasi. Atom-atom atau molekul-molekul disisipkan ke dalam antarlapisan
material tanpa merusak struktur lapisan (Basuki 2007).
Pada penelitian ini, zeolit alam dipilarisasi dengan TiO2. Titanium dioksida
adalah salah satu bahan semikonduktor yang banyak tersedia di pasaran serta
tergolong paling unggul sehingga banyak diteliti, biasanya diolah menjadi film
tipis sebelum digunakan untuk mendegradasi zat-zat organik secara fotokatalitik
(Fatimah et al. 2006). Di antara oksida logam yang lain, titanium dioksida dikenal
tidak toksik, memiliki stabilitas termal cukup tinggi, dan dapat digunakan
berulang kali tanpa kehilangan aktivitas katalitiknya. Sebagaimana oksida logam
yang lain, sifat mekanik, elektronik, dan katalitik TiO2 dapat ditingkatkan dalam
skala molekular atau nanopartikel (Fatimah 2009).
Salah satu uji untuk menentukan aktivitas antioksidan penangkap radikal
adalah metode 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil (DPPH). DPPH memiliki elektron tidak
berpasangan yang memberikan serapan kuat pada 517 nm. Elektron DPPH
menjadi berpasangan ketika bereaksi dengan bahan yang bersifat antioksidan.
Elektron pada bahan tersebut ditangkap oleh DPPH (ungu) dan terbentuk DPPHH
(kuning). Perubahan warna yang terjadi sebanding dengan jumlah elektron yang
diambil (Kuncahyo dan Sunardi 2007).

Penelitian ini bertujuan menentukan pengaruh aktivasi zeolit alam dengan
variasi suhu dan konsentrasi asam serta modifikasi melalui pilarisasi TiO2 pada
aktivitas antioksidan zeolit alam melalui metode DPPH. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat menunjukkan potensi zeolit alam sebagai antioksidan melalui
metode DPPH dan menghasilkan kondisi optimum untuk aktivitas antioksidan
tersebut dengan pilarisasi zeolit-TiO2.

BAHAN DAN METODE
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan ialah alat-alat kaca, cawan porselen, neraca
analitik, tanur, oven, sentrifuga, vorteks, pengaduk magnet, desikator,
spektrofotometer ultraviolet-tampak (UV-Vis), difraktometer sinar-X (XRD) 6000
Shimadzu, mikroskop elektron pemayaran sinar-X dispersif energi (SEM-EDX)
Zeiss 60. Bahan-bahan yang digunakan ialah zeolit alam Cikembar Sukabumi,
TiO2, HCl p.a (Merck), AgNO3 p.a (Merck), air bebas-ion, pH universal, DPPH
(Sigma Aldrich), etanol teknis, dan vitamin C p.a (Merck).
Metode
Penelitian dilakukan berdasarkan tahapan sebagai berikut: preparasi zeolit
alam, penentuan bobot yang hilang selama pemijaran, aktivasi zeolit alam dengan
cara pemanasan (kalsinasi) dan pengasaman, serta pilarisasi zeolit alam dengan
logam TiO2. Zeolit alam hasil berbagai perlakuan diuji aktivitas antioksidan
menggunakan metode DPPH dan dicirikan dengan menggunakan XRD dan SEMEDX. Diagram alir penelitian diberikan pada Lampiran 1.
Preparasi Zeolit Alam (Fatimah 2009)
Zeolit alam Sukabumi dibersihkan dari pengotor, kemudian dihaluskan dan
diayak hingga diperoleh ukuran butir lolos ayakan 100 mesh. Selanjutnya zeolit
alam dicuci dengan akuades dan dipanaskan dalam oven pada suhu 105 °C selama
3 jam. Zeolit alam yang telah dipreparasi dicirikan dengan menggunakan XRD
dan SEM-EDX.
Penentuan LOI (Loss on Ignition) (Heiri et al. 2001)
Cawan porselen kosong dibersihkan dan dipanaskan pada suhu 550 °C
selama 15 menit, kemudian cawan dikeluarkan dan dipanaskan kembali pada suhu
1050 °C selama 10 menit. Setelah itu, cawan dimasukkan dalam desikator selama
30 menit dan ditimbang bobotnya. Sebanyak 1 g zeolit alam ditimbang dan
dimasukkan ke dalam cawan tersebut, lalu dipanaskan pada suhu 550 °C selama
30 menit. Cawan dikeluarkan dan dipanaskan kembali pada suhu 1050 °C selama
60 menit, selanjutnya dimasukkan dalam desikator selama 30 menit dan
ditimbang sampai diperoleh bobot yang konstan. % LOI dapat dihitung dengan
persamaan

3

% LOI =



× 100 %

Aktivasi Zeolit dengan Kalsinasi (modifikasi Syafii 2011)
Sebanyak 30 g zeolit alam hasil preparasi dimasukkan ke dalam 4 gelas
piala yang berbeda, masing-masing ditambahkan 300 mL HCl 1 N. Setelah itu,
didiamkan selama 24 jam, lalu disaring dan dicuci dengan akuades sampai pH
netral atau ketika filtrat ditambahkan AgNO3 sudah tidak terbentuk endapan putih.
Kemudian zeolit alam dimasukkan ke dalam tanur dengan variasi suhu 100, 200,
300, dan 400 °C selama 2 jam. Pencirian dilakukan dengan menggunakan XRD
pada setiap perlakuan dan SEM-EDX pada suhu 400 oC.
Aktivasi Zeolit dengan Penambahan Asam (modifikasi Syafii 2011)
Sebanyak 100 g zeolit alam hasil preparasi dimasukkan ke dalam 4 gelas
piala berbeda dan ditambahkan 250 mL HCl dengan variasi konsentrasi 0.5, 1.0,
1.5, dan 2.0 M. Setelah itu, diaduk dengan pengaduk magnet selama 60 menit,
lalu disaring dan dicuci dengan akuades sampai pH netral atau ketika filtrat
ditambahkan AgNO3 sudah tidak terbentuk endapan putih. Kemudian zeolit alam
dikeringkan dalam tanur pada suhu 300 °C selama 3 jam. Pencirian dengan XRD
dilakukan pada setiap perlakuan dan dengan SEM-EDX pada konsentrasi asam
2.0 M.
Pilarisasi TiO2 pada Zeolit (modifikasi Fatimah et al. 2006)
Sebanyak 9 g zeolit (hasil preparasi dan aktivasi asam maupun pemanasan)
yang telah digerus dan diayak dengan ayakan 100 mesh dimasukkan ke dalam
gelas piala dan ditambahkan 1 g TiO2. Kemudian ditambahkan 30 mL etanol dan
campuran diaduk dengan pengaduk magnet selama ±5 jam. Zeolit disaring dan
dikeringkan dalam oven pada suhu 100 oC selama 2 jam. Setelah itu, digerus
sampai halus, diayak dengan ayakan 250 mesh, dan dikalsinasi pada suhu 500 oC
selama 5 jam. Pencirian dengan SEM-EDX dilakukan pada zeolit teraktivasi suhu
400 oC dan asam 2.0 M.
Uji Aktivitas Antioksidan Metode DPPH (modifikasi Aranda et al. 2009)
Larutan DPPH 125 µM dalam etanol disiapkan. Sebanyak 0.5 g zeolit
berbagai perlakuan dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan 3 mL
larutan tersebut, kemudian divorteks selama 2 menit dan disaring. Larutan yang
diperoleh diinkubasi selama 30 menit pada suhu 37 °C dan diukur serapannya
pada panjang gelombang 517 nm. Blangko yang digunakan ialah etanol. Kapasitas
penghambatan radikal bebas dihitung berdasarkan persamaan
Aktivitas penangkapan radikal (%) =

A

B
A

100 %

Nilai A ialah absorbans kontrol negatif (DPPH ditambahkan etanol) dan B ialah
absorbans sampel (DPPH, sampel, dan etanol). Uji aktivitas antioksidan ini
dilakukan pada semua sampel zeolit hasil preparasi dan aktivasi suhu dan asam
sebelum dan setelah pilarisasi dengan TiO2.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Ciri-ciri Zeolit Alam dan Hasil Aktivasi
Zeolit alam biasanya masih tercampur dengan mineral lainnya seperti kalsit,
gipsum, feldspar, dan kuarsa, ditemukan di daerah sekitar gunung berapi atau
mengendap pada daerah sumber air panas (Nais dan Wibawa 2011). Akibatnya,
zeolit alam mengandung banyak senyawa organik, anorganik, dan air yang dapat
menutupi pori-porinya. Sebelum digunakan, zeolit alam diayak dengan ayakan
100 mesh untuk menghomogenkan ukuran dan memperbesar luas permukaan.
Selain itu, perubahan ukuran diharapkan meningkatkan distribusi dalam proses
adsorpsi sebagai akibat meningkatnya pergerakan logam-logam alkali tanah
(Susetyaningsih et al. 2009). Zeolit alam lalu dicuci dengan air bebas-ion dan
dipanaskan pada suhu 105 oC untuk menghilangkan pengotor-pengotor yang larut
air. Umumnya batuan atau tanah mengandung air dan senyawa organik. Senyawa
organik tersebut akan terurai atau hilang dengan pemanasan.
Zeolit yang telah dipreparasi dianalisis dengan menggunakan XRD. Zeolit
alam termasuk kristal aluminosilikat yang umumnya mempunyai kandungan
utama silikon, aluminium, dan oksigen. Difraktrogram sinar-X menunjukkan
bahwa zeolit alam Sukabumi mempunyai puncak tertinggi pada 2θ 22.33, 26.66,
dan 29.94 o (Gambar 1). Puncak-puncak tertinggi tersebut mempunyai kesamaan
pola difraksi bila dibandingkan dengan literatur International Center for
Diffraction Data (JCPDS-ICDD) untuk zeolit jenis klinoptilolit No. 17-0143,
yaitu 17.305, 22.319, 30.063, dan 32.655o (Lampiran 2) dan zeolit jenis mordenit
No. 6-239, yaitu 9.74, 22.25, 26.33, dan 30.93o yang menunjukkan bahwa zeolit
alam Sukabumi merupakan campuran zeolit jenis klinoptilolit dan mordenit.
Fatimah dan Wijaya (2005) melaporkan zeolit jenis mordenit yang ditunjukkan
oleh adanya puncak-puncak pada 2θ 9.77, 26.25, dan 27.68 o.

Gambar 1 Difraktogram sinar-X zeolit alam Sukabumi
Uji morfologi dengan SEM (Gambar 2) menunjukkan bahwa zeolit alam
Sukabumi dengan jenis klinoptilolit secara umum berbentuk lempengan tidak
beraturan, sesuai dengan yang dilaporkan Pranoto (2012). Komposisi unsur zeolit
alam hasil pengujian dengan menggunakan SEM-EDX disajikan pada Tabel 1 dan
Lampiran 3. namun perlu diamati bahwa komposisi tersebut tergantung pada
pemilihan lokasi penembakan sinar-X. Penembakan pada posisi yang berbeda
dapat memberikan hasil yang berbeda pula. Zeolit tersebut memiliki nisbah Si/Al

5

4.2. Semakin tinggi nisbah Si/Al, zeolit alam semakin bersifat hidrofobik. Selain
itu, zeolit berkadar Si tinggi stabil terhadap perlakuan pemanasan (hingga 1300 K)
dan lingkungan asam kuat (Lestari 2010).

Gambar 2 Morfologi permukaan zeolit alam Sukabumi (perbesaran 1000 kali)
Tabel 1 Komposisi kimia zeolit alam Sukabumi
Unsur
Oksigen
Silikon
Aluminium
Besi
Titanium
Magnesium
Kalium
Tantalum

Hasil analisis (%)
70.66
19.94
4.78
1.19
0.23
0.60
1.63
0.96

Uji hilang pijar melalui penetapan bobot sebelum dan sesudah pengeringan
pada suhu tinggi merupakan cara yang relatif murah dan mudah untuk
menentukan kandungan karbon dalam sedimen (Halide 2008). Hilang pijar (LOI)
pada zeolit alam Sukabumi sebesar 16.95% (Lampiran 4). Zat yang mudah hilang
pada pemijaran terdiri atas air terikat dan karbon dioksida. Semakin besar nilai
hilang pijar, berarti semakin banyak rongga-rongga yang kosong sehingga
meningkatkan proses adsorpsi. Selain itu, secara tidak langsung juga
menunjukkan bahwa jumlah pengotor pada zeolit alam yang berupa oksida logam
Fe, Ta, Cu, dan Mg (titik leleh di atas 1000 oC) maupun bahan organik dan air
dalam zeolit Sukabumi sebesar 16.95%.
Zeolit alam perlu diaktifkan terlebih dahulu sebelum digunakan sebagai
adsorben atau penukar ion. Aktivasi secara fisika dilakukan dengan pengecilan
ukuran butir, pengayakan, dan pemanasan pada suhu tinggi, untuk menghilangkan
pengotor-pengotor organik, memperbesar pori, dan memperluas permukaan.
Sementara aktivasi secara kimia dilakukan dengan pengasaman, untuk
menghilangkan pengotor anorganik. Modifikasi zeolit alam lebih lanjut dilakukan
untuk mendapatkan bentuk kation dan komposisi kerangka yang berbeda.
Modifikasi ini biasanya dilakukan dengan pertukaran ion, dealuminasi, dan
substitusi isomorf (Lestari 2010).

6

Sebelum diaktivasi, zeolit alam memiliki bentuk yang tidak beraturan.
Setelah diaktivasi, terlihat perubahan morfologi yang signifikan (Gambar 3a dan
3b). Terdapat kristal-kristal kecil dari unsur zeolit yang tidak membentuk kristal
setelah proses aktivasi atau amorf (Purnomo dan Fredinansyah 2011). Komposisi
zeolit setelah proses aktivasi diuji menggunakan SEM-EDX. Hasilnya disajikan
pada Tabel 2 dan Lampiran 5.

(a)

(b)

Gambar 3 Morfologi permukaan zeolit alam yang diaktivasi dengan pemanasan
(400 oC) (a) dan dengan pengasaman (2 M) (b) Perbesaran 1000 kali
Tabel 2 Komposisi kimia zeolit alam Sukabumi setelah aktivasi
Unsur
Oksigen
Silikon
Aluminium
Besi
Titanium
Magnesium
Kalium
Natrium
Kalsium

Hasil analisis (%)
Suhu 400 oC
HCl 2.0 M
73.68
63.62
15.11
21.91
7.90
8.48
0.68
0.14
0.10
0.05
0.61
0.02
0.81
1.15
0.38
3.22
0.74
1.41

Pencirian dilakukan pada zeolit yang diaktivasi dengan suhu dan konsentrasi
tertinggi, yaitu 400 oC dan 2 M karena menurut Pranoto (2012), aktivitas
antioksidan zeolit alam paling rendah pada suhu dan konsentrasi tersebut. Aktivasi
dengan asam maupun pemanasan akan menurunkan sebagian besar kandungan
pengotor, salah satunya ialah titanium. Kandungan titanium menurun menjadi
0.10 dan 0.05% pada aktivasi dengan pemanasan 400 oC dan asam 2 M.
Penurunan tersebut dikarenakan titanium larut dalam asam dan menguap dengan
pemanasan. Nisbah Si/Al menurun menjadi 2.0 pada aktivasi dengan pemanasan
dan 2.5 pada aktivasi dengan asam. Proses aktivasi dengan asam umumnya
meningkatkan nisbah Si/Al karena asam (HCl) dapat bereaksi dengan kation
dalam zeolit. Pertambahan nisbah Si/Al ini dapat menstabilkan zeolit pada suhu
tinggi. Penurunan nisbah Si/Al pada penelitian dapat diakibatkan oleh hilangnya
pengotor Si yang berbentuk oksida amorf. Yusri (2012) melaporkan bahwa
kestabilan termal zeolit dapat mencapai 600 oC ketika melakukan pemanasan
untuk proses pelepasan surfaktan dalam zeolit. Namun, kemampuan adsorpsi
zeolit menurun pada pemanasan di atas 400 oC. Kemungkinan telah terjadi
perubahan pada struktur zeolit (Kurniasari et al. 2011).

7

Berdasarkan pengukuran dengan XRD (Lampiran 6), perlakuan pemanasan
dan pengasaman menghasilkan kristalinitas dengan kisaran 40―60% (Tabel 3).
Umumnya perlakuan tersebut dapat menghilangkan uap air dan pengotor.
Tabel 3 Kristalinitas zeolit alam Sukabumi setelah teraktivasi
Perlakuan
Zeolit alam
Aktivasi suhu

Aktivasi asam

Variasi perlakuan
100 oC
200 oC
300 oC
400 oC
0.5 M
1.0 M
1.5 M
2.0 M

Kristalinitas (%)
53.0273
58.3055
55.9591
48.9288
46.8761
53.9399
39.9762
44.9053
50.6579

Kristalinitas zeolit setelah proses aktivasi meningkat pada suhu 100 oC.
Pemanasan dengan suhu 100 oC umumnya hanya menguapkan air, sedangkan
pengotor seperti oksida logam masih banyak. Oleh sebab itu, pengotor diduga ikut
menyumbang nilai kristalinitas. Pemanasan dengan suhu yang lebih tinggi dapat
menghilangkan jumlah oksida pengotor dan berakibat pada penurunan nilai
kristalinitas. Aktivasi dengan asam sebaliknya cenderung menurunkan nilai
kristalinitas. Asam diduga dapat melarutkan pengotor seperti oksida logam dalam
jumlah yang besar. Namun, konsentrasi asam lebih tinggi dapat meningkatkan
kembali nilai kristalinitas. Hal ini disebabkan oleh penataan letak atom yang
dipertukarkan dalam kerangka zeolit sehingga meningkatkan nilai kristalinitas
(Fatimah 2009). Perlakuan pemanasan suhu tinggi dan penggunaan asam kuat
seperti HCl dapat merusak struktur kristal zeolit (Lestari 2010).

Aktivitas Antioksidan Zeolit
Hasil uji aktivitas antioksidan pada zeolit alam, zeolit alam teraktivasi
pemanasan dan asam menunjukkan aktivitas antioksidan tertinggi pada zeolit
alam, yaitu 60% (Tabel 4), berdasarkan hasil uji penangkapan radikal DPPH.
Aktivasi dengan asam maupun pemanasan menurunkan aktivitas antioksidan.
Penurunan tersebut semakin besar seiring dengan meningkatnya konsentrasi asam
dan suhu. Aktivitas antioksidan zeolit alam maupun teraktivasi masih lebih rendah
dibandingkan dengan vitamin C 10 ppm. Diduga penurunan aktivitas antioksidan
zeolit alam teraktivasi dipengaruhi oleh logam-logam pengotor yang hilang pada
proses aktivasi. Menurut Mutngimaturrohmah et al. (2009), konsentrasi HCl
maksimum untuk proses dealuminasi ialah 6.0 M. Pemberian konsentrasi asam
yang lebih tinggi akan mengakibatkan kerusakan pada struktur kerangka zeolit.
Kerusakan tersebut memengaruhi kemampuan adsorpsi zeolit, yang berpengaruh
juga pada penentuan ativitas zeolit sebagai antoksidan.

8

Tabel 4 Aktivitas antioksidan zeolit alam Sukabumi teraktivasi
Perlakuan
Zeolit alam

Variasi perlakuan
100 oC
200 oC
300 oC
400 oC
0.5 M
1.0 M
1.5 M
2.0 M
10 ppm

Aktivasi suhu

Aktivasi asam
Vitamin C

Aktivitas antioksidan (%)
60.22
38.32
24.75
23.13
10.95
53.20
30.22
22.74
14.42
95.53

Hasil pengujian aktivitas antioksidan tidak menunjukkan perubahan warna
DPPH (Gambar 4). Tidak teramati perubahan warna DPPH menjadi kuning yang
menunjukkan bahwa aktivitas antioksidan sangat kecil atau tidak ada. Warna ungu
DPPH mempunyai serapan kuat pada panjang gelombang 517 nm. Semakin tinggi
nilai absorbans, semakin rendah aktivitas antioksidannya, demikian pula
sebaliknya (Lampiran 7). Oleh karena itu, sebaiknya dilakukan pengukuran pada
panjang gelombang komplementer, yaitu kuning, tetapi hal ini belum dilakukan
pada penelitian ini. Tidak teramatinya perubahan warna DPPH mungkin juga
disebabkan DPPH teradsorpsi pada zeolit. Menurut Subariyah (2011), kapasitas
adsorpsi zeolit alam Sukabumi dan Lampung terhadap asam fosfat berturut-turut
adalah 127.80 dan 128.16 mg/g.

(a)

(b)

Gambar 4 Warna larutan DPPH setelah interaksi dengan zeolit alam hasil aktivasi
dengan asam (HCl) (a) dan pemanasan (b)

Zeolit Terpilar-TiO2
Pilarisasi merupakan suatu bentuk modifikasi dengan cara penyisipan ke
dalam lapisan tanpa merusak struktur. Zeolit alam memiliki ketahanan suhu yang
tinggi sehingga proses penyisipan pada suhu tinggi (kalsinasi) akan berlanjut
dengan proses pilarisasi (Basuki 2007). Zeolit alam yang sudah diaktivasi melalui
pemanasan maupun pengasaman akan kehilangan pengotor sehingga terdapat

9

ruang untuk proses pilarisasi. Perlakuan asam (HCl) menurunkan kandungan Al
dalam zeolit, meninggalkan ruang kosong yang akan ditempati oleh TiO2 yang
ditambahkan. Dengan kata lain, TiO2 menggantikan Al sehingga kandungan TiO2
dalam sampel zeolit meningkat (Lestari 2010).
Penambahan oksida logam TiO2 yang bersifat semikonduktor ke dalam
zeolit alam akan menghasilkan interaksi Si-O-Ti (Zilfa et al. 2011) dan akan
mengubah morfologi zeolit. Morfologi SEM zeolit alam terpilar-TiO2 dengan
aktivasi melalui pemanasan (Gambar 5a) maupun pengasaman (Gambar 5b)
secara umum masih berbentuk kubus dengan adanya serpihan putih yang
menyelimuti permukaan zeolit. Serpihan tersebut menunjukkan bahwa sebagian
TiO2 yang ditambahkan menempel pada permukaan zeolit. Komposisi zeolit alam
terpilar-TiO2 dapat dilihat pada Tabel 5 dan Lampiran 8.

(a)

(b)

Gambar 5 Morfologi permukaan zeolit alam yang diaktivasi dengan pemanasan
(400 oC) (a) dan dengan pengasaman (2 M) (b) setelah penambahan
TiO2. Perbesaran 1000 kali
Tabel 5 Komposisi zeolit alam Sukabumi setelah terpilar TiO2
Unsur
Oksigen
Silikon
Alumunium
Besi
Titanium
Magnesium
Kalium
Natrium
Kalsium

Hasil analisis (%)
Suhu 400 oC
HCl 2.0 M
70.94
71.98
11.21
13.91
2.56
5.56
0.44
0.41
13.82
4.34
0.25
0.07
0.48
1.47
0.08
1.55
0.22
0.71

Kandungan TiO2 sebelum dilakukan pilarisasi berturut-turut 0.05% untuk
aktivasi dengan HCl 2.0 M dan 0.10% untuk aktivasi dengan pemanasan 400 oC,
sedangkan setelah dilakukan pilarisasi meningkat berturut-turut mencapai 4.34%
dan 13.82%. Perbedaan peningkatan kandungan TiO2 pada kedua kondisi aktivasi
menunjukkan bahwa dengan pemanasan, TiO2 lebih mudah tersisipkan
dibandingkan dengan pengasaman. Selain itu, ketersediaan ruang dalam zeolit
yang teraktivasi oleh pemanasan diduga lebih besar sehingga memungkinkan
untuk penyisipan lebih banyak TiO2.

10

Penurunan intensitas warna DPPH setelah diberi zeolit alam terpilar-TiO2
(Gambar 6) mengakibatkan berkurangnya nilai absorbans pada panjang
gelombang 517 nm bila dibandingkan dengan zeolit alam sebelum terpilar-TiO2
(Tabel 6). Hal tersebut menunjukkan peningkatan kemampuan adsorpsi dan
aktivitas antioksidan walaupun masih relatif rendah dibandingkan dengan vitamin
C 10 ppm.

(a)

(b)

Gambar 6 Warna larutan DPPH setelah interaksi dengan zeolit alam hasil aktivasi
dengan asam (HCl) (a) dan pemanasan (b) setelah terpilar TiO2
Tabel 6 Aktivitas antioksidan zeolit alam sebelum dan setelah terpilar TiO2
Perlakuan aktivasi
Zeolit alam
Pemanasan

Suhu (oC)
100
200
300
400
Pengasaman Konsentrasi
(HCl)
(M)
0.5
1.0
1.5
2.0
Vitamin C
10 ppm

Kristalinitas
(%)
53.0273

Aktivitas antioksidan(%)
Sebelum
Setelah
60.22
65.23

Kenaikan
(%)
5.01

58.3055
55.9591
48.9288
46.8761

38.32
24.75
23.13
10.95

59.29
46.34
40.09
25.75

20.97
21.59
16.96
14.80

53.9399
39.9762
44.9053
50.6579

53.20
30.22
22.74
14.42
95.53

58.13
41.02
27.83
20.59

4.93
10.79
5.09
6.17

Aktivitas antioksidan zeolit terpilar-TiO2 meningkat dengan jumlah yang
berbeda-beda. Kenaikan TiO2 sebesar 13.82% dengan aktivasi pada 400 oC dan
4.34% pada konsentrasi asam 2.0 M dapat meningkatkan aktivitas antioksidan
sebesar 14.80% dan 6.17%. Semakin tinggi jumlah TiO2 yang terpilarkan,
semakin tinggi kenaikan aktivitas antioksidannya. Peningkatan aktivitas
antioksidan ini masih relatif rendah bila dibandingkan dengan aktivitas
antioksidan vitamin C, tetapi dapat disimpulkan bahwa aktivitas antioksidan zeolit
alam diakibatkan oleh pengotor logam oksida.
Proses penangkapan radikal DPPH oleh zeolit alam terpilar-TiO2 diduga
memiliki mekanisme yang berbeda dengan vitamin C yang sudah dikenal baik
sebagai antioksidan. Vitamin C mudah mengalami oksidasi oleh radikal bebas
karena mempunyai ikatan rangkap dengan 2 gugus –OH (gugus enediol).

11

Pengambilan atom hidrogen dari gugus tersebut akan menyebabkan muatan
negatif pada atom oksigen yang selanjutnya akan didelokalisasi melalui resonans
sehingga menghasilkan radikal bebas yang stabil dan tidak membahayakan
(Cholish dan Utami 2008).

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Zeolit alam Sukabumi setelah diaktivasi dengan pemanasan dan
pengasaman serta pilarisasi TiO2 meningkat aktivitas antioksidannya ketika diuji
menggunakan metode DPPH. Difraktogram XRD menunjukkan bahwa zeolit
alam Sukabumi merupakan jenis klinoptilolit dengan kristalinitas 53.03%,
sedangkan spektrum SEM-EDX menunjukkan bentuk kubus tidak beraturan.
Komposisi TiO2 didapati meningkat setelah pilarisasi, sebesar 13.82% pada zeolit
teraktivasi suhu 400 oC dan 4.34% pada konsentrasi asam 2.0 M. Kenaikan
tersebut dapat meningkatkan aktivitas antioksidan berturut-turut sebesar 14.80%
dan 6.17%.
Saran
Perlu dilakukan penentuan IC50 untuk zeolit alam dan aktivitas antioksidan
DPPH sebaiknya diukur pada panjang gelombang warna komplementer (kuning).

DAFTAR PUSTAKA
Affandi F, Hadisi H. 2011. Pengaruh metode aktivasi zeolit alam sebagai bahan
penurun temperatur campuran beraspal hangat. Jurnal Jalan-Jembatan.
28(1):1-8.
Aranda RS, Lopez LAP, Arroyo JL, Garza BAA, Torres NW. 2009.
Antimicrobial and antioxidant activities of plants from Northeast of Mexico.
Evidence-Based Complemen Alter Med. 2011:1-6.
Basuki TK. 2007. Penurunan konsentrasi CO dan NO2 emisi gas buang dengan
menggunakan media penyisipan TiO2 lokal karbon aktif. JFN. 1(1):45-64.
Cholish Z, Utami W. 2008. Aktivitas penangkapan radikal ekstrak etanol 70% biji
jengkol. Pharmacon. 9:33-40.
Fatimah I. 2009. Dispersi TiO2 ke dalam SiO2-montmorillonit: efek jenis
prekursor. J Penelitian Saintek. 14(1):41-58.
Fatimah I, Sugiharto E, Wijaya K, Tahir I, Kamalia. 2006. Titan dioksida
terdispersi pada zeolit alam (TiO2/Zeolit) dan aplikasinya untuk
fotodegradasi congo red. Indo. J Chem. 6(1):38-42.

12

Fatimah I, Wijaya K. 2005. Sintesis TiO2/zeolit sebagai fotokatalis pada
pengolahan limbah cair industri tapioka secara adsorpsi-fotodegradasi.
Teknoin. 10(4):257-267.
Halide H. 2008. Panduan Teknis CADS_TOOLS (Suatu Perangkat Pendukung
Keputusan dalam Budi Daya Keramba Jaring Apung). Chaidir M,
penerjemah. Makasar (ID): Universitas Hasanudin. Terjemahan dari:
Planning Tools for Environmentally Sustainable Tropical Finfish Cage
Culture in Indonesian and Northern Australia.
Heiri O, Lotter FA, Lemcke G. 2001. Loss on ignition as a method for estimating
organic and carbonate content in sediments: reproducibility and
comparability of result. J Paleolimnol. 25:101-110.
Ipek H, Mehmet A, Nurettin A, Mugdat Y. 2012. The effect of zeolite on
oxidant/antioxidant status in healthy dairy cows. Acta Vet Brno. 81:043-047.
Kresimir P, Miroslav C. 2001. Natural zeolite clinoptilolite: New adjuvant in
anticancer therapy. J Mol Med. 78:708-720.
Kuncahyo I, Sunardi 2007. Uji aktivitas antioksidan ekstrak belimbing wuluh
(Averrhoa bilimbi L.) terhadap 1,1-diphenyl-2-picrylhidrazyl (DPPH). Di
dalam: Seminar Nasional Teknologi 2007 (SNT 2007); 2007 Nov 24;
Yogyakarta, Indonesia. Yogyakarta (ID): Universitas Setia Budi. hlm 1-9.
Kurniasari L, Djaeni M, Purbasari A. 2011. Aktivitas zeolit alam sebagai adsorben
pada alat pengering bersuhu rendah. Reaktor. 13(3):178-184.
Lestari DY. 2010. Kajian modifikasi dan karakterisasi zeolit alam dari berbagai
negara. Di dalam: Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia
2010; 2010 Okt 30; Yogyakarta, Indonesia. Yogyakarta (ID): Universitas
Negeri Yogyakarta.
Mustain A, Falah M. 2011. Pengurangan kandungan Ca2+ dari zeolit alam
Bandung untuk meningkatkan kapasitas adsorpsinya [skripsi]. Surabaya
(ID): Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Mutngimaturrohmah, Gunawan, Khabibi. 2009. Aplikasi zeolit alam
terdealuminasi dan termodifikasi HDTMA sebagai adsorben fenol [skripsi].
Semarang (ID): Universitas Diponegoro.
Nais F, Wibawa G. 2011. Peningkatan kapasitas zeolit alam Indonesia sebagai
absorben pada produksi bioethanol cuel grade. Di dalam: Prosiding Seminar
Nasional Teknologi Industri XV; 2011 Mei 12; Surabaya, Indonesia.
Surabaya (ID): Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. hlm 187193.
Purnomo B, Fredinansyah R. 2011. Pengembangan metode kalsinasi pada
aktivitas alkali digestion untuk sintesa zeolit alam Bandung [skripsi].
Surabaya (ID): Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Pranoto RD. 2012. Potensi zeolit alam sebagai antioksidan [skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Subariyah I. 2011. Adsorpsi Pb(II) menggunakan zeolit alam termodifikasi asam
fosfat [tesis]. Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor.
Susetyaningsih R, Kismolo E, Prayitno. 2009. Karakterisasi zeolit alam pada
reduksi kadar chrom dalam limbah cair. Di dalam: Seminar Nasional V SDM
Nuklir; 2009 Nov 5; Yogyakarta, Indonesia. Yogyakarta (ID): Sekolah
Tinggi Teknologi Nuklir. hlm 741-747

13

Syafii F. 2011. Modifikasi zeolit melalui interaksi dengan Fe(OH)3 untuk
meningkatkan kapasitas tukar anion [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Yusri S. 2012. Sintesis dan karakterisasi zeolit ZSM-5 mesopori dengan
secondary template dan studi awal katalisis oksidasi metana [skripsi].
Depok (ID): Universitas Indonesia.
Zilfa, Suyani H, Safni, Jamarun N. 2011. Degradasi senyawa permetrin dengan
menggunakan zeolit alam terpilar TiO2-anatase secara sonolisis. Ecolab.
5(1):35-44.

14

Lampiran 1 Bagan alir penelitian
Zeolit
alam
Preparasi
XRD dan SEMEDX

Zeolit alam 100 mesh
Aktivasi
Aktivasi
dengan
pemanasan

Aktivasi
asam

Zeolit teraktivasi pada suhu
100, 200, 300, dan 400 oC

Zeolit teraktivasi asam (HCl)
0.5, 1.0, 1.5, dan 2 M

Pilarisasi
TiO2
Zeolit terpilar
TiO2

Uji aktivitas
antioksidan

400 oC

SEM-EDX Zeolit terpilar
TiO2
o
100 C dan 2 M

2.0 M

15

Lampiran 2 Pola difraksi zeolit alam dibandingkan dengan literatur ICDD

16

Lampiran 3 Spektrum SEM-EDX zeolit alam

Unsur
Oksigen
Silika
Aluminium
Besi
Titanium
Magnesium
Kalium
Tantalum

Hasil analisis
% Bobot
52.59
26.05
6.00
3.10
0.52
0.68
2.96
8.10

% Atom
70.66
19.94
4.78
1.19
0.23
0.60
1.63
0.96

17

Lampiran 4 Hasil pengukuran LOI zeolit alam Sukabumi

Zeolit alam

Ulangan

Bobot
zeolit (g)

Cawan
kosong (g)

1
2
3

1.0004
1.0003
1.0007

24.3308
24.5276
24.4235

Sukabumi

Cawan + zeolit (g)
Sebelum Sesudah
25.3312
25.1617
25.5279
25.3586
25.4242
25.2543

Rata-rata

Contoh perhitungan:


% LOI =
=

× 100%

= 16.94%
Rata-rata =
= 16.95%

× 100%

LOI (%)
16.94
16.92
16.98
16.95

18

Lampiran 5 Spektrum SEM-EDX zeolit alam setelah aktivasi pada 400 oC dan
dengan HCl 2.0 M

Zeolit teraktivasi suhu 400 oC
Unsur
Hasil analisis
% Bobot % Atom
Oksigen
49.70
63.62
Silika
30.04
21.91
Aluminium
11.18
8.48
Besi
0.39
0.14
Titanium
0.11
0.05
Magnesium
0.02
0.02
Kalium
2.19
1.15
Natrium
3.61
3.22
Kalsium
2.76
1.41

Zeolit teraktivasi asam 2.0 M
Unsur
Hasil analisis
% Bobot % Atom
Oksigen
60.65
73.68
Silika
21.84
15.11
Aluminium
10.96
7.90
Besi
1.95
0.68
Titanium
0.25
0.10
Magnesium
0.76
0.61
Kalium
1.61
0.80
Natrium
0.45
0.38
Kalsium
1.52
0.74

19

Lampiran 6 Hasil pengukuran XRD zeolit alam setelah aktivasi dengan pemanasan
dan asam
Zeolit alam Sukabumi

(derajat)

Diameter
(Å)

I/I0

Lebar setengah
puncak
(derajat)

Intensitas
(counts)

Intensitas
terintegrasi
(counts)

Kristalinitas
(%)

9.8363
22.3342
26.6633
29.9490

8.98492
3.97736
3.34060
2.98116

21
100
43
34

0.46000
0.78000
0.50000
0.54000

20
96
41
33

515
3926
1277
1022

53.0273

Zeolit 100 oC

(derajat)

Diameter
(Å)

I/I0

Lebar setengah
puncak
(derajat)

Intensitas
(Counts)

Intensitas
terintegrasi
(Counts)

Kristalinitas
(%)

22.4731
26.5826
29.7147

3.95309
3.35056
3.46164

100
88
49

0.68500
0.39050
0.30000

89
78
44

2913
1963
935

58.3055

Zeolit 200 oC

(derajat)

Diameter
(Å)

I/I0

Lebar setengah
puncak
(derajat)

Intensitas
(Counts)

Intensitas
terintegrasi
(Counts)

Kristalinitas
(%)

22.3990
26.6133
27.9231

3.96600
3.34676
3.19268

100
64
46

0.61670
0.50000
0.69670

83
53
38

2401
1622
1177

55.9591

Zeolit 300 oC

(derajat)

Diameter
(Å)

I/I0

Lebar setengah
puncak
(derajat)

Intensitas
(Counts)

Intensitas
terintegrasi
(Counts)

Kristalinitas
(%)

27.6359
26.5968
22.3309

3.22520
3.34880
3.97794

100
73
73

0.14620
0.24690
0.39340

93
68
68

725
1068
910

48.9288

Zeolit 400 oC

(derajat)

Diameter
(Å)

I/I0

Lebar setengah
puncak
(derajat)

Intensitas
(Counts)

Intensitas
terintegrasi
(Counts)

Kristalinitas
(%)

22.0942
22.4905
26.5859

4.02002
3.95007
3.35015

100
63
45

0.15070
0.00000
0.26910

120
76
54

1436
0
822

46.8761

20

lanjutan Lampiran 6
Zeolit 0.5 M

(derajat)

Diameter
(Å)

I/I0

Lebar setengah
puncak
(derajat)

Intensitas
(Counts)

Intensitas
terintegrasi
(Counts)

Kristalinitas
(%)

22.3558
27.9016
26.5435

3.97357
3.19509
3.35541

100
67
57

0.85000
0.62660
0.76000

75
50
43

1330
1621
1472

53.9399

Lebar setengah
puncak
(derajat)

Intensitas
(Counts)

Intensitas
terintegrasi
(Counts)

Kristalinitas
(%)

Zeolit 1.0 M

(derajat)

Diameter
(Å)

I/I0

22.4257
26.5909
27.9016

3.96134
3.34953
3.19509

100
65
47

0.71000
0.61500
0.72000

81
53
38

2413
1672
1375

39.9762

Zeolit 1.5 M

(derajat)

Diameter
(Å)

I/I0

22.0550
26.6832
27.3907

4.02708
3.33815
3.96745

100
48
38

Lebar setengah
puncak
(derajat)

0.13330
0.14800
0.36360

Intensitas
(Counts)

172
82
65

Intensitas
terintegrasi
(Counts)

1081
614
821

Kristalinitas
(%)

44.9053

Zeolit 2.0 M

(derajat)

Diameter
(Å)

I/I0

26.6183
22.4257
30.4171

3.34615
3.96134
2.93634

100
88
64

Lebar setengah
puncak
(derajat)

0.40340
0.75000
0.23140

Intensitas
(Counts)

66
58
42

Intensitas
terintegrasi
(Counts)

1346
1446
482

Kristalinitas
(%)

50.6579

21

Lampiran 7 Uji DPPH pada zeolit alam
(a) Zeolit alam sebelum pilarisasi TiO2
Perlakuan aktivasi
Pemanasan
Suhu (oC)

Pengasaman
(HCl)

100
200
300
400
Konsentrasi (M)
0.5
1.0
1.5
2.0

Absorbans

Aktivitas antioksidan (%)

0.800
0.976
0.997
1.155

38.32
24.75
23.13
10.95

0.607
0.905
1.002
1.110

53.20
30.22
22.74
14.42

Contoh perhitungan:
Persen aktivasi antioksidan zeolit teraktivasi suhu 100 oC
A B
×100 %
Aktivitas penangkapan radikal (%) =
A
1.297 0.800
×100 %
=
1.297
= 38.32%
(b) Zeolit alam setelah pilarisasi TiO2
Perlakuan aktivasi
Absorbans
Aktivitas antioksidan (%)
Pemanasan
Suhu (oC)
100
0.528
59.29
200
0.696
46.34
300
0.777
40.09
400
0.963
25.75
Pengasaman Konsentrasi (M)
(HCl)
0.5
0.543
58.13
1.0
0.765
41.02
1.5
0.936
27.83
2.0
1.030
20.59
Contoh perhitungan:
Persen aktivasi antioksidan zeolit teraktivasi suhu 100 oC
A B
×100 %
Aktivitas penangkapan radikal (%) =
A
1.297 0.528
×100 %
=
1.297
= 59.29%

22

Lampiran 8 Spektrum SEM-EDX setelah terpilar TiO2

Zeolit terpilar-TiO2 (suhu 400 oC)
Unsur
Hasil analisis
% Bobot % Atom
Oksigen
50.65
70.94
Silika
14.05
11.21
Aluminium
3.08
2.56
Besi
1.09
0.44
Titanium
29.53
13.82
Magnesium
0.28
0.25
Kalium
0.85
0.48
Natrium
0.08
0.08
Kalsium
0.40
0.22

Zeolit terpilar-TiO2 (asam 2.0 M)
Unsur
Hasil analisis
% Bobot % Atom
Oksigen
56.29
71.98
Silika
19.10
13.91
Aluminium
7.33
5.56
Besi
1.11
0.41
Titanium
10.15
4.34
Magnesium
0.09
0.07
Kalium
2.82
1.47
Natrium
1.74
1.55
Kalsium
1.38
0.71

23

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 24 Mei 1989 sebagai anak tunggal
dari Bapak H Sunarjo dan Ibu Hj Yatini.
Penulis lulus dari SMA Islam Panglima Besar Jenderal Soedirman Jakarta
Timur pada tahun 2007 dan pada tahun yang sama diterima pada Program
Keahlian Analisis Kimia, Direktorat Diploma, Institut Pertanian Bogor (IPB).
Pada bulan Maret―Mei 2010, penulis melaksanakan praktik kerja lapangan
di Balai Besar Penelitian Veteriner, Cimanggu, Bogor untuk memenuhi syarat
kelulusan pada Program Diploma IPB. Pada tahun yang sama, penulis
melanjutkan pendidikan sarjana pada Program Alih Jenis Kimia IPB angkatan IV.
Pada tahun 2007, penulis mengikuti Training-Ekspo-Seminar Pangan (TES
Pangan) dengan judul Peningkatan Kualitas dan Produksi Pangan Menuju
Kemandirian Bangsa. Pada tahun 2008, penulis mengikuti pelatihan Safety in
Laboratory yang diselenggarakan oleh PT Merck Tbk dan training The 7
Awareness dengan tema Kesadaran Universal – From Good to Great.